Penulisrifaaprillia-fkp11
KategoriUmum
Respon0 komentar
PENDAHULUAN
Respirasi merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan (penafasan
dalam) dan yang terjadi di dalam paru-paru (pernafasan luar). Dengan bernafas setiap sel dalam
tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk
oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan,
memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri melangsungkan proses metabolismenya, yang berarti
pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbon dioksida dan air dihilangkan (Pearce,
2008).
System respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang merupakan parameter
kesehatan manusia. Jika salah satu system respirasi terganggu maka secara system lain yang
bekerja dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat menimbulkan terganggunya proses
homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di dunia khususnya
Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, TBC, dan asma. Menurut laporan WHO pada
tahun 2006, Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian pneumonia tertinggi ke-6 di
seluruh dunia. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001,
pneumonia merupakan urutan terbesar penyebab kematian pada balita. Pneumonia dapat
mengenai anak di seluruh dunia, bila diumpamakan kematian anak-anak di seluruh dunia akibat
pneumonia, maka setiap jam, anak-anak sebanyak 1 pesawat jet penuh (230 anak) meninggal
akibat pneumonia, yang mencapai hampir 1 dari 5 kematian balita di seluruh dunia. Insiden
pneumonia di negara berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun (10-20%).
Sedangkan insiden TBC, WHO mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima
dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah
terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan
Indonesia (WHO Global Tuberculosis Control, 2010). Dan insiden asma menurut WHO,
sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang Asma. Jumlah ini terus
bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi asma belum
diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2 – 5 %5 (3-8%2 dan 5-7%7) penduduk Indonesia
menderita asma.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan dasar klien secara
holistic memiliki tanggung jawab untuk membantu pemenuhan kebutuhan oksigen klien yang
tidak adekuat.
Diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem respirasi dapat berupa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas, gangguan pertukaran gas,
disfungsi respon penyapihan ventilator, dan gangguan ventilasi spontan.
1.2 Tujuan
Setelah proses pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan system respirasi secara benar.
BAB 2
PEMBAHASAN
Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
Pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan medium cairnya. Hal tersebut
menggambarkan proses metabolism intraseluler yang meliputi konsumsi O2 (digunakan untuk
oksidasi bahan nutrisi) dan pengeluaran CO2 (terdapat dalam sitoplasma) sampai menghasilkan
energy.
Absorpsi O2 dan pembuangan CO2 dari tubuh secara keseluruhan ke lingkungan luar. Urutan
proses pernapasan eksternal adalah:
1) Pertukaran udara luar ke dalam alveoli melalui aksi mekanik pernapasan yaitu melalui proses
ventilasi.
2) Pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di antara alveolus dan darah pada pembuluh kapiler paru-
paru melalui proses difusi.
3) Pengangkutan O2 dan CO2 oleh system peredaran darah dari paru-paru ke jaringan dan
sebaliknya yang disebut proses transportasi.
4) Pertukaran O2 dan CO2 darah dalam pembuluh darah kapilerjaringan dengan sel-sel jaringan
melalui proses difusi.
1) Air conduction (penyalur udara) sebagai saluran yang meneruskan udara menuju saluran
napas bagian bawah untuk pertukaran gas.
2) Protection (perlindungan) sebagai pelindung saluran napas bagian bawah agar terhindar dari
masuknya benda asing.
3) Warming, filtrasi,dan humidifikasi sebagai bagian yang menghangatkan, manyaring, dan
member kelembapan udara yang dihirup.
Secara umum terbagi menjadi dua komponen ditinjau dari fungsinya yaitu:
1) Saluran udara konduktif, yang biasa disebut sebagai percabangan trakheobronkhialis yang
terdiri atas trakea, bronkus, dan bronkiolus.
2) Saluran respiratorius terminal, yang biasa disebut dengan acini yang berfungsi sebagai
penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar dari saluran respiratorius terminal yang merupakan
tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.
Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usahakeras pernafasan
yang tergantung pada:
1. Tekanan intrapleural
Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalamkeadaan normal
paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karenaada perbedaan tekanan atau
selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan intrapleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi
diafrgama berkontraksi, volume rongga dada meningkat, tekanan intra pleural dan intra alveolar
turun dibawah tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga
dada mengecilmengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar meningkat diatas
atmosfir sehingga udara mengalir keluar.
1. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal sebagai
compliance. Ada dua bentuk compliance yaitu:
1) Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanansaluran nafas
(airway pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orangdewasa muda normal : 100 ml/cm
H2O
2) Effective Compliance: (tidal volume/peak pressure) selama fasepernafasan. Normal ±50
ml/cm H2O
Resistensi saluran napas adalah oposisi terhadap mengalir disebabkan oleh kekuatan
gesekan. Hal ini didefinisikan sebagai rasio dari tekanan mengemudi dengan laju aliran
udara. Perlawanan mengalir di saluran udara tergantung pada apakah aliran adalah laminar atau
turbulen, pada dimensi jalan napas, dan pada viskositas gas.
Untuk aliran laminar, resistensi cukup rendah. Artinya, tekanan mengemudi relatif kecil
dibutuhkan untuk menghasilkan laju aliran tertentu. Perlawanan selama arus laminer dapat
dihitung melalui penataan ulang Hukum Poiseuille ini:
Variabel yang paling penting di sini adalah jari-jari, yang, berdasarkan elevasi dengan kekuatan
keempat, memiliki dampak luar biasa pada perlawanan.Jadi, jika diameter tabung adalah dua kali
lipat, ketahanan akan turun dengan faktor enam belas.
Untuk aliran turbulen, resistensi relatif besar. Artinya, dibandingkan dengan aliran laminar,
tekanan mengemudi jauh lebih besar akan diperlukan untuk menghasilkan laju alir yang
sama. Karena hubungan tekanan-aliran berhenti menjadi linier selama aliran turbulen, tidak ada
persamaan untuk menghitung rapi ada hambatannya.
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan
perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2005). Bandman
dan Bandman (1995) menguraikan seluruh proses keperawatan sebagai suatu rangkai hubungan
cara-hasil (means-ends). Cara adalah keakuratan perawat dalam mengkaji, mendiagnosis,
menangani klien, dan hasil adalah peningkatan fungsi dan kesejahteraan klien.
2.3.1 Pengkajian
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari
klien.Adapun data yang terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau
kebudayaan. (Mc Farland & mc Farlane, 1997)
1. Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan cara
memperhatikan kondisi fisik, psikologi, emosi, social kultural, dan spiritual yang bisa
mempengaruhi status kesehatannya.
2. Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini bahkan
bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu
database yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari perawat-klien selama
berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon, 1994)
3. Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.
4. Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperan penting dan
catatan kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi
data tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data
dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data
sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Bandman dan Bandman, 1995). Metode
pengumpulan data meliputi berikut ini :
1. Melakukan wawancara.
2. Riwayat kesehatan/keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik.
4. Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain serta catatan
kesehatan (rekam medik).
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu.Perawat juga mengkaji
keadaan pasien dan keluarganya.Kajian tersebut berfokus kepada manifestasi klinik keluhan
utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, dan riwayat psikososial.Riwayat kesehatan dimulai dari biografi pasien.
Aspek yang sangat erat hubungannya dengan gangguan sistem pernapasan adalah usia, jenis
kelamin, pekerjaan, tempat kerja dan tempat tinggal.
Keluhan utama akan mentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan pasien tentang
kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul antara lain :
Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Tanyakan
berapa lama pasien mengalami batuk dan bagaimana hal tersebut timbul dengan waktu yang
spesifik atau hubungannya dengan aktifitas fisik. Tentukan apakah batuk produktif atau non
produktif.
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan
tenggorokan. Percabangan trakheobronkial secara normal memproduksi sekitar 3ons mukus
setiap hari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal. Produksi sputum akibat batuk
adalah tidak normal. Tanyakan dan catat warna, konsistensi, bau, dan jumlah dari sputum. Jika
terjadi infeksi, sputum dapat berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu dan jernih. Pada
keadaan edema paru-paru, sputum berwarna merah muda karena mengandung darah dengan
jumlah yang banyak.
c) Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas/napas pendek dan merupakan perasaan
subjektif pasien.Perawat mengkaji tentang kemampuan pasien saat melakukan aktivitas.
d) Hemoptisis
Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut saat batuk. Perawat mengkaji apakah darah
tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru-paru
biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru-paru distimulasi segera oleh reflek
batuk.
e) Chest Pain
Nyeri dada dapat berhubungan dengan dengan masalah jantung dan paru-paru.Gambaran
lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk membedakan nyeri pada pleura,
muskuloskeletal, kardiak dan gastrointestinal.
Yang perlu ditanyakan perawat kepada pasien tentang riwayat penyakit pernapasan adalah:
Merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru, emfisemia, dan bronkitis kronis.Semua
keadaan itu sangat jarang menimpa. Anamnesis harus mencangkup usia mulainya merokok
secara rutin, rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari, dan usia menghentikan kebiasaan
merokok.
c) Alergi
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru ada tiga hal yaitu:
Khususnya tuberkulosis paru ditularkan melalui satu orang ke orang lain. Manfaat
menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber penularannya.
1) Inspeksi
b) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
d) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar, lesi dan massa) dan
gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis dan lordosis).
e) Catat jumlah (frekuensi napas), irama (reguler/irreguler), kedalaman pernapasan, dan
kesimetrisan pergerakan dada.
f) Observasi tipe pernapasan seperti: pernapasan hidung atau pernapasan diafragma serta
penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi intercostae.
g) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E).
Rasio pada fase ini normalnya adalah 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan
adanya obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada pasien dengan Chronic Airflow
Limititation (CAL) / Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
h) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter
lateral/transversal (T). Rasio normal berkisar antara 1:2 sampai 5:7, tergantung dari kondisi
cairan tubuh pasien.
Timbul akibat terjadinya over inflation paru-paru. Terdapat peningkatan diameter AP:T (1:1),
sering terjadi pada pasien emfisemia.
Timbul jika terjadi depresi pada bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung dan
pembuluh darah besar yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia,
marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan kerja.
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan terjadi peningkatan
diameter AP. Terjadi pada pasien dengan kifoskoliosis berat.
Terlihat dengan adanya elevasi scapula yang akan mengganggu pergerakan paru-paru. Kelainan
ini dapat timbul pada pasien dengan osteoporosis dan kelainan musculoskeletal lain yang
mempengaruhi toraks. Kifosis adalah meningkatnya kelengkungan normal columna vertebrae
thoracalis menyebabkan pasien tampak bongkok. Sedangkan skoliosis adalah melengkungnya
vertebrae thoracalis ke samping, disertai rotasi vertebrae.
i) Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya
ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru-paru atau pleura.
j) Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan napas.
2) Palpasi
3) Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya,
dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
1) Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dan normalnya bergaung dan bersuara
rendah.
3) Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat musical.
1) Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada
bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
2) Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada perkusi daerah paha,
dimana seluruh areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup mendengar suara napas
normal dan suara tambahan (abnormal).Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
a) Jenis suara napas normal adalah:
1) Bronchial: sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh udara yang
melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase
ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua fase tersebut (E
> I). Normal terdengar di atas trachea atau daerah lekuk suprasternal.
2) Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular. Suaranya
terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi (E = I).
Suara ini terdengar di daerah dada dimana bronkus tertutupoleh dinding dada.
3) Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).
1) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring,
musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara melalui jalan napas yang menyempit.
2) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan,
nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan
peningkatan produksi sputum.
3) Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar, berciut,
dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien mengalami
nyeri saat bernapas dalam.
1. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup,
terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronkhiolus.
Suara seperti rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara
gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang besar.
Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.
Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup pasien yang secara
signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi.Beberapa kondisi respiratori timbul akibat stres.
Penyakit pernapasan kronis dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan
dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan, atau ketidakmampuan. Dengan
mendiskusikan mekanisme pengobatan, perawat dapat mengkaji reaksi pasien terhadap masalah
stres psikososial dan mencari jalan keluar.
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk membuat diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang
dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respons aktual atau potensial klien
terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya
(Carlson et al, 1991; Carpenito, 1995). Setelah merumuskan diagnosa keperawatan spesifik,
perawat menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk menetapkan prioritas diagnosa dengan
membuat peringkat dalam urutan kepentingannya.Prioritas ditegakkan untuk mengidentifikasi
urutan intervensi keperawatan ketika klien mempunyai masalah atau perubahan multiple
(Carpenito, 1995).
Proses diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok interpretasi dan menjamin keakuratan
diagnosa dari proses keperawatan itu sendiri. Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan
memiliki beberapa syarat yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu
yang aktual, risiko, dan potensial dalam diagnosa keperawatan.
1) Definisi
Yaitu ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna
mempertahankan jalan napas yang bersih.
a) Subjektif
1) Dispnea.
b) Objektif
1) Bunyi napas tambahan (misalnya Ronkhi basah halus, ronchi basah kasar, dan ronkhi
kering).
2) Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan.
4) Sianosis.
7) Orthopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan
sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
8) Kegelisahan
9) Sputum.
a) Lingkungan
Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat
benda asing dari jalan napas, sekresi pada bronchi, dan eksudat pada alveoli.
c) Fisiologis
Disfungsi neuromuskuler, hiperplasi dinding bronchial, PPOK, Infeksi, asma, alergi jalan napas,
dan trauma.
Yaitu pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri.
Yaitu tindakan seseorang untuk meminimalkan perubahan sampingan yang didapat pada fungsi
fisik dan emosi.
Ketidakefektifan pola nafas merupakan kondisi ketika individu mengalami penurunan ventilasi
yang adekuat, actual atau potensial, karena perubahan pola nafas.
1. Batasan karakteristik
1) Ortopnea
a) Patofisiologis
1) Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental ,sekunder akibat: infeksi,
inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru.
2) Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tak efektif, sekunder
akibat:
2.1 Penyakit system persarafan, misal: miastenia gravis
2.4 Kuadriplegia
1.3 Kelelahan
3) Untuk bayi, yang berhubungan dengan tidur pada posisi tengkurap
1) Dispnea.
1. Objektif
5) Konfusi.
8) Diaphoresis
9) Hiperkapnia.
10) Hiperkarbia.
11) Hipoksia.
12) Hipoksemia.
13) Iritabilitas.
15) Gelisah.
16) Sputum.
17) Takhikardia.
a) Lingkungan
Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih, adanya jalan napas bantuan, sekresi
pada bronki, eksundat pada alveoli.
c) Fisiologis
Disfungsi neuro miskular, PPOK, hyperplasmia dinding bronchial, infeksi asma, alergi jalan
naps, dan trauma.
a) Status Pernapasan: pertukaran gas, yaitu CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan
konsentrasi gas darah arteri.
b) Status Pernapasan Ventilasi, yaitu perpindahan udara masuk dan dan keluar dari paru-
paru.
c) Perilaku mengontrol gejala: tindakan seseorang yang yang meminimalkan perubahan
sampingan yang di dapat pada fungsi fisik dan emosi.
d) Perilaku perawatan: penyakit atau cidera tindakanseseorang untuk mengurangi atau
menghilangkan patologi.
1. Faktor resiko
Adanya faktor risiko yang dapat mengubah fungsi pernapasan (lihat faktor yang berhubungan)
a) Patofisiologis
1) Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental ,sekunder akibat: infeksi,
inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru.
2) Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tidak efektif, sekunder
akibat:
2.4 Kuadriplegia
1.7 Kelelahan
3) Untuk bayi, yang berhubungan dengan tidur pada posisi tengkurap
1. e. Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator
2. Definisi:
Disfungsi respon penyapihan ventilator (DRPV) merupakan suatu keadaan ketika individu tidak
dapat menyesuaikan terhadap tingkat terendah dukungan ventilator mekanik sehingga
mengganggu dan memeperpanjang proses penyapihan.
1. Batasan karateristik:
1. a. Ringan
Mayor
1) Gelisah
Minor
1. b. Sedang
Mayor
Minor
1) Ketakutan
2) Berkeringat
1. c. Berat
Mayor
1) Agitasi
2) Penyimpangan yang signifikan dalam gas-gas darah arteri dari nilai dasar
Minor
4) Sianosis
1.3 Anemia
1.4 Infeksi
6) Berhubungan dengan langkah yang terlalu cepat dalam proses penyapihan
2) Berhubungan dengan kebutuhan energy yang sangat berlebihan (aktivitas perawatan diri,
prosedur diagnostic dan pengobatan, pengunjung)
4) Berhubungan dengan lingkungan tidak aman (bising, kejadian yang membingungkan,
ruangan sibuk)
Risiko Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator adalah keadaan ketika individu beresiko untuk
mengalami suatu ketidakmampuan penyesuaian terhadap dukungan ventilator mekanik tingkat
rendah selama proses penyapihan, yang berhubungan dengan ketidaksiapan fisik dan atau
psikologis terhadap penyapihan.
1. Faktor Resiko
a) Patofisiologis
2.2 anemia
2.4 Infeksi
2.8 Disritmia
2.10 Demam
2.11 Proses penyakit yang berat
5) Dengan ketergantungan pada ventilator jangka panjang lebih dari 1 minggu
6) Dengan ketidakberhasilan upaya penyapihan sebelumnya dan terlalu cepat melakukan
proses penyapihan
Suatu keadaan ketika individu tidak dapat memepertahankan pernapasan yang adekuat untuk
mendukung kehidupannya.Ini dilakukan karena penurunan gas darah arteri, peningkatan kerja
pernapasan dan penurunan energy.
1. Batasan Karakteristik
MAYOR
Dispnea Peningkatan laju metabolic
MINOR
Peningkatan kegelisahan ketakutan Peningkatan penggunaan otot-otot
Penurunan volume tidal Aksesori pernapasan
Peningkatan frekuensi jantung Penurunan PO2
Penurunan kerjasama , Penurunan SaO2
Peningkatan PCO2
2.3.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien
dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.Intervensi dilakukan untuk membantu
pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.Intervensi disebut juga implementasi yang
merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Griffith
& Christensen, 1986).
Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu sebagai berikut :
1) Kaji adanya penurunan nyeri yang optimal dengan periode keletihan atau depresi
pernapasan yang minimal
2) Beri semangat untuk melakukan ambulasi segera setelah konsisten dengan rencana
perawatan medis
3) Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur duduk di kursi
beberapa kali sehari (misalnya, 1 jam setelah makan dan 1 jam sebelum tidur)
4) Tingkatkan aktivitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan meningkat
dan dispnea akan menurun dengan melakukan latihan
5) Bantu untuk reposisi, mengubah posisitubuh dengan sering dari satu sisi ke sisi yang
lainnya, (setiap jam jika mungkin)
6) Beri semangat untuk melakukan latihan napas dalam dan latihan batuk yang terkontrol lima
kali setiap jam
7) Ajarkan individu untuk menggunakan botol tiup atau spidometer intensif setiap jam saat
bangun (pada kerusakan neuromuskular berat, ada baiknya individu dibangunkan selama malam
hari)
8) Auskultasi bidang paru setiap 8 jam, tingkatkan frekuensi jika ada gangguan bunyi napas
1. Intervensi Pediatrik
2) Izinkan anak untuk memilih warna air dalam botol tiup
1) Jika memungkinkan, kaji faktor penyebab ketidakberhasilan upaya penyapihan sebelumnya
e) Tekanan dinamik dan statik rendah, dengan komplains sedikitnya 35 cm tekanan air
3) Jika kesiapan penyapihan ditetapkan ada, libatkan klien dalam penetapan rencana
c) Jelaskan bahwa tujuan akan ditelaan kembali setiap hari bersama individu
a) Perkuat perasaan harga diri, kemanjuran diri dan kontrol diri
a) Pantau status dengan teratur untuk menghindari keletihan dan ansietas yang tidak
semestinya
c) Jika individu mulai gelisah, bicaralah padanya untuk menennagkan sementara tetap di
samping tempat tidur
d) Jika percobaan penyapihan dihentikan, arahkan persepsi pasien pada kegagalan penyapihan.
Yakinkan pasien bahwa percobaan adalah latihan yang baik dan bentuk latihan yang sangat
berguna.
7) Ciptakan lingkungan penyapihan yang positif, yang meningkatkan perasaan aman individu.
8) Koordinasikan aktivitas yang perlu untuk meningkatkan waktu istirahat atau relaksaai yang
adekuat.
10) Mulai percobaan penyapihan saat individu cukup istirahat, biasanya pada pagi hari setelah
tidur malam.
11) Diskusikan elemen proses penyapihan dengna petugas kesehatan lain untuk memaksimalkan
kemungkinan keberhasilan penyapihan.
1. Intervensi pediatrik
Tunda pemberian makan per oral 2 jam sebelum upaya penyapihan dan setelah ekstubasi.
1) Kaji faktor penyebab dan penunjang dari ketidakadekuatan keefektifan diri tentang diri
tentang kesiapan penyapihan
c) Merasa prihatin tentang kemempuan penyesuaian terhadap dukungan ventilator derajat
rendah atau tentang kemungkinan keberhasilan penyapihan
e) Peningkatan tekanan darah, nadi dan pernapasan ketika membicarakan penyapihan.
Negosiasikan dengan staf medis untuk menunda dimulainya penyapihan dan rencana penyapihan
dengan langkah perlahan sehingga dapat memastikan keberhasilan setiap langkah.
1. 4. Intervensi Ketidakefektifan Pola Pernafasan
2. Intervensi Generik
Untuk Hiperventilasi
1) Pastikan individu bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan
2) Alihkan perhatian individu dari memikirkan tentang keadaan ansietas dengan meminta
individu mempertahankan kontak mata dengan anda. Katakan, “Sekarang perhatikan Saya dan
bernapaslah perlahan-lahan bersama Saya seperti ini”
4) Tetap bersama individu dan latih untuk bernapas perlahan-lahan, bernapas lebih efektif
5) Jelaskan seorang dapat belajar untuk mengatasi hiperventilasi melalui kontrol pernapasan
secar sadar apabila penyebabnya tidak diketahui
6) Mendiskusikan kemungkinan penyebab, fisik dan emosional dan metoda penanganan yang
efektif
1. Intervensi Pediatrik
1) Kaji bunyi paru, frekuensi napas,kedalaman dan usaha napas serta produksi sputum
3) Pantau hasil gas darah (misal PaO2 yang rendah, PaCO2 yang meningkat, kemunduran
tingkat respirasi)
9) Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi
tambahan
13) Jelaskan pada pasien dan keluarga alasan suatu tindakan dilakukan misal: terapi oksigen
14) Ajarkan teknik perawatan di rumah (pengobatan, aktivitas, alat bantu, tanda dan gejala yang
perlu dilaporkan)
1. Aktivitas Kolaboratif
1) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri dan
penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien
2) Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misal: bunyi napas, pola napas,
analisa gas darah arteri,sputum,efek dari pengobatan)
3) Berikan obat yang diresepkan (misal: natrium bikarbonat) untuk mempertahankan
kesiembangan asam-basa
1. Aktivitas Lain
1) Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur untuk menurunkan
ansietas dan meningkatkan rasa kendali
2) Beri jaminan kepada pasien selama periode disstres atau cemas
4) Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen (misal mengurangi kecemasan,
pengendalian demam dan nyeri)
5) Atur posisi untuk memaksimalkan potensial ventilasi dan mengurangi dispnea
b) Meyakinkan keefektifan pola napas dengan megkaji sinkronisasi dan kemungkinan
kebutuhan sedasi
c) Memertahankan kepatenan jalan napas dengan melakukan pengisapan dan memertahankan
selang endotrakea atau pindahkan ke sisi tempat tidur
2.3.4 Evaluasi
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan
penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. (Alfaro-LeFevre,
1994).Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya (Griffith & Christensen, 1986).
Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan
menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima. Perencanaan
merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi. Menetapkan kembali informasi baru yang
diberikan kepada klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau
intervensi keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah keputusan
bersama antara perawat dan klien (Yura & Walsh, 1988).
Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi
memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan, termasuk
pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan
keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
Evaluasi disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria hasil,
sehingga dapat diputuskan apakah intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika
tindakan yang sebelumnya tidak berhasil.
Pasien mempertahankan pola pernapasan yang efektif, frekuensi, irama dan kedalaman
pernapasan normal, penurunan dispnea, gas-gas darah batas normal.
Tinggalkan Komentar
Nama :
E-mail :
Web : tanpa http://
Komentar :
Pengumuman
Kategori
Umum (4)
Artikel Terbaru
Artikel Populer
Pengunjung
29883
Blogroll
Fakultas Keperawatan
Twitter
UNAIR
website beasiswa DataPrint
website DataPrint
Komentar Terbaru
Arsip
June 2011
September 2011