Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN HASIL PENGKAJIAN MANAJEMEN

KEPERAWATAN DI RUANG SOFA-MARWAH


RSI ARAFAH REMBANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik


“Manajemen Keperawatan”

Oleh : Kelompok 1
1. Frida Indah Tri Utami
2. Kartika Dwi Suryani
3. Edhy Siwi P.
4. Umi Suswati
5. Cicik L.
6. Budianto
7. Irfan Fauzul M.
Kelas : Rembang

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan
pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/PER/III/2010 adalah: “Rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat”.
Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, dinyatakan bahwa : “Rumah sakit merupakan sarana
pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau
dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan”.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan
diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan,
pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat
pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat penelitian dan
pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari
risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya
penyelenggaan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan
kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 tahun 2014
Tentang Klasifikasi dan perizinan rumah sakit :Berdasarkan jenis pelayana yang
diberikan, Rumah Sakit di kategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah
Sakit Khusus.
Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi :
1. Rumah Sakit Umum Kelas A
2. Rumah Sakit Umum Kelas B
3. Rumah Sakit Umum Kelas C
4. Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi :
1. Rumah Sakit Khusus Kelas A
2. Rumah Sakit Khusus Kelas B
3. Rumah Sakit Khusus Kelas C
Pelayanan kesehatan adalah pada dasarnya adalah menyelamatkan pasien
sesuai dengan yang di ucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu,
yaitu : primum non nocere atau first, do no harm. Dengan semakin tinggi
berkembangnya ilmu dan tehnologi pelayan kesehatan khususnya di Rumah Sakit,
sehingga membuat semakin kompleks prosedur pelayanan kesehatannya dan
berpotensi terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) atau adverse event
(Kemenkes RI, 2008).Mengingat pentingnya masalah keselamatan pasien yang harus
ditangani segera di RS di Indonesia maka diperlukan regulasi tentang keselamatan
pasien. Dengan diterbitkannya peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes nomor
1691 pada tahun 2011) tentang : Keselamatan Pasien di Rumah Sakit, mendorong
Upaya Pelayanan Kesehatan yang aman bagi pasien. Komite Akreditasi Rumah
Sakit  (KARS) juga mengembangkan standar Akreditasi Rs yang mengadopsi
Badan Akreditasi Internasional JCI (Join Commision Internasional)  sehingga lebih
standar Akreditasi RS versi 2012 menggantikan Akreditasi Rumah Sakit. Salah
satu standart Rumah Sakit versi 2012 tersebut menyebutkan tentang Sasaran
Keselamatan Pasien (SKP) yang mengadopsi Internasional Patient Safety Goal
(IPSG).
Joint Commission International (JCI) adalah lembaga yang mendedikasikan
diri dalam peningkatan kualitas dan keselamatan kesehatan. JCI memiliki misi
meningkatkan kualitas kesehatan secara terus- meneurs kepada masyrakat, dengan
bekerja sama dengan para stakeholder, mengevaluasi organisasi pelayanan
kesehatan, serta memberikan inspirasi dalam peningkatan penyediaan pelayanan
yang aman, efektif yang paling tinggi dan bernilai mutunya. Dari ribuan rumah
sakit yang ada di Indonesia hanya beberapa saja yang telah terakreditasi JCI.
JCI mengeluarkan 6 Goals keselamatan pasien (International Patient Safety
Goals/IPSG) yang menjadi pegangan (SPO) di hampir seluruh rumah sakit di dunia.
Berikut penerapan 6 Goals Keselamatan Pasien (International Patient Safety Goals)
yang diambil dari Standar di Rumah Sakit Universitas
 Airlangga, Surabaya :
1. Identifikasi Pasien Secara Tepat/Identify Patients Correctly.
Menggunakan minimal 2 identitas pasien dengan kombinasi sebagai berikut:
a. Nama lengkap dan tanggal lahir, atau
b. Nama lengkap dan nomor medical record, atau
c. Nama lengkap dan tanggal lahir 
2. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif / Improve Effective Communication
a. Melakukan proses feedback saat menerima instruksi per telepon
b. Melakukan hand over saat serah terima pasien
c. Melakukan critical result dalam waktu 30 menit
d. Menggunakan singkatan yang dibakukan.
3. Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang membutuhkan perhatian/Improve
the safety of High-Alert Medications
Tidak menyimpan elektrolit konsentrasi tinggi diruang perawatan (termasuk
potassium chloride/KCL dan Sodium chloride/NaCl >0.9%).
4. Meningkatkan benar lokasi, benar pasien, benar prosedur pembedahan /
Ensure Correct-Site, Correct-Procedure, Correct-  Patient Surgery 
a. Melakukan site marking
b. Menggunakan dan melengkapi surgical checklist
c. Melakukan time out
5. Mengurangi Risiko Infeksi/  Reduce the risk of health care- Associated
Infections
Melakukan cuci tangan
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptic

c. Setelah kontak dengan cairan tubuh


d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan pasien
6. Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh/Reduce the risk  of patient harm
resulting from falls
a. Melakukan pengkajian awal dan berkala mengenai risiko pasien jatuh.
b. Melakukan tindakan untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi
Gambar 1.1 : Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)

Point ke-2 dari SKP adalah Komunikasi Efektif dalam Patient Safety :
Standar akreditasi RS 2012 SKP.2 / JCI IPSG.2 mensyaratkan agar rumah sakit
menyusun cara komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
dapat dipahami penerima. Hal itu untuk mengurangi kesalahan dan
menghasilkan perbaikan keselamatan pasien. Bentuk komunikasi yang rawan
kesalahan diantaranya adalah instruksi untuk penatalaksanaan pasien yang
diberikan secara lisan atau melalui telepon. Bentuk lainnya berupa pelaporan
hasil tes abnormal, misalnya petugas laboratorium menelepon ke ruang
perawatan untuk melaporkan hasiltes pasien. Rumah sakit perlu menyusun
kebijakan dan atau prosedur untuk mengatur pemberian perintah / pesan
secara lisan dan lewat telepon. Kebijakan dan atau prosedur itu harus memuat :
1. Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dicatat si penerima.
2. Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dibaca-ulang si
penerima.
3. Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh individu si pemberi perintah atau
hasil tes.
4. Pelaksanaan yang konsisten dari verifikasi tepat-tidaknya komunikasi lisan
dan lewat telepon.
5. Alternatif yang di perbolehkan bila proses membaca-ulang tidak selalu
dimungkinkan, misalnya di ruang operasi dan dalam situasi darurat di bagian
gawat darurat atau unit perawatan intensif.
Komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient
safety). Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antar manusia. Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas, dan di pahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan
meningkatkan keselamatan pasien.
Point ke-5 Standar SKP V Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan
untuk mengurangi resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian Sasaran V:
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru
yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (dari WHO Guidelineson
Patient Safety).
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan resiko dari infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
Mutu pelayanan suatu Rumah Sakit akan semakin berkualitas apabila
didukung dengan manajement keperawatan yang komprehensif. Manajement
Keperawatan adalah suatu proses bekera melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara profesional. (Nursalam, 2011, hal:57).
Manajemen keperawatan dilaksanakan oleh sekelompok perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan menggunakan
prinsip-prinsip manajement seperrti : merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, menentukan staf sampai mengevaluasi hasil asuhan keperawatan
yang diberikan kepada individu, keluarga atau masyarakat (Kuntoro, 2011,
hal:97).
Proses manajement keperawatan sejalan dengan proses proses
keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara
profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung. Sebagai
proses keperawatan terdiri atas pengumpulan data identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Nursalam, 2011, hal:62).
Upaya yang dilakukan dengan praktek manajement keperawatan progsus
profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kudus di Ruang Sofa-Marwah RSI
Arafah Rembang, diharapkan dapat memberikan pembelajaran dan pengalaman
dalam memberikan asuhan keperawatan yang nyata tenteng proses manajement
keperawatan di unit pelayanan kesehatan.
Ruang Sofa Marwah merupakan Bangsal Rawat Inap Penyakit Dalam,
Bedah, Orthopedi, Saraf yang terdiri dari Ruang Rawat Kelas II, Kelas III.
Terdapat 13 Kamar dan 36 Tempat Tidur. Ruang Sofa Marwah berada disebelah
selatan RS, sebelah utara ruangan Dzulkulaifah (Bangsal Rawat Inap Penyakit
Saraf untuk kelas I dan VIP) dan sebelah utara Ruang Muzdalifah (Bangsal
Rawat Inap obgyn dan anak).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran umum manajemen keperawatan, mahasiswa Ners
mampu mengaplikasikan kemampuan manajerial untuk meningkatkan mutu dan
kualitas pelayanan di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah Rembang melalui praktek
Ners stase manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kepatuhan perawat Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah
Rembang dalam mengaplikasikan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dalam
komunikasi Efektif RSI Arafah Rembang.
b. Mengimplementasikan standart Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dalam
Komunikasi Efektif di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah Rembang
c. Mengevaluasi hasil dari Implementasi yang dilakukan di Ruang Sofa-Marwah
RSI Arafah Rembang
3. Manfaat
a. Manfaat teoritis
Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa program profesi ners
dalam dalam aplikasi konsep kepemimpinan dan manajemen keperawatan secara
langsung
b. Manfaat praktisi
Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya di ruang sofa marwah RSI
Arafah Rembang untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan
yang mengacu pada model praktek keperawatan profesional (MPKP)
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Rumah Sakit


Undang-undang RI No. 340 tahun 2010 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat. RSI Arafah Rembang adalah salah satu dari
sekian layanan kesehatan milik PBNU Kabupaten Rembang yang berbentuk RSI,
diurus oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten Rembang dan tercantum ke dalam
Rumah Sakit Kelas D. Layanan Kesehatan ini telah terdaftar sejak 2 Desember
2009 dengan nomor surat ijin445/1704/2011 dan tanggal surat ijin 6 Januari 2010
dari Bupati Rembang dengan sifat tetap, dan berlaku sampai 5 tahun.
Kabupaten Rembang berpenduduk 572.451 jiwa (data
kependudukan tahun 2007) dengan laju pertumbuhan penduduk (TFR)
sebesar 1,96% per tahun. Data kependudukan tahun 2017 menunjukan
625.991 jiwa, angka rujukan dari puskesmas di Kabupaten
Rembang ke rumah sakit di luar Kabupaten Rembang sangat tinggi.
Terutama rujukan terhadap pasien yang berkaitan dengan tindakan
bedah dan ObsGyn (Obstri Gynokologi). Dari data itulah, peluang RSI
Arafah untuk menangkap pasien rawat inap di Kabupaten Rembang
sangat besar.
Peluang utama yang menjadi fokus cakupan RSI Arafah Rembang
adalah Trauma Center yang mengutamakan layanan penanganan bedah
tulang (ortopedi). Peluang ini dipilih karena secara geografis,
Kabupaten Rembang berada disepanjang jalur pantura ± 80 Km
dengan tingkat kerawanan kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Dari
banyak kasus kecelakaan yang terjadi di Kabupaten Rembang hampir
selalu dirujuk ke rumah sakit Solo atau Semarang. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan dokter spesialis bedah tulang yang ada di
Kabupaten Rembang dan Kabupaten sekitar Rembang seperti Blora,
Pati, Tuban dan Bojonegoro. Melihat peluang yang demikian, maka
tidak salah jika RSI Arafah Rembang merencanakan layanan utama
yang menjadi fokus layanan Trauma Center.
Selain beberapa kondisi diatas, faktor lain yang mendorong
terwujudkannya RSI Arafah Rembang yang dirintis oleh ikatan Hajjah
Muslimat Nahdlatul Ulama (Pengurus RSI YKMNU Rembang) antara
lain sebagai berikut :
1. Lokasi RSI Arafah Rembang yang strategis di tepi jalur utama
pantura.
2. Kebutuhan tambahan tempat tidur pelayanan kesehatan rujukan di
Rembang masih sangat jauh dari angka ideal.
3. Kondisi sosial budaya warga Rembang yang sebagian besar warga
Nahdlatul Ulama serta peran ulama yang besar menjadi faktor
pendukung yang sangat baik untuk mewujudkan berdirinya RSI
Arafah Rembang.
Sesudah melakukan prosedur Akreditasi RS seluruh Indonesia dengan proses
Akreditasi Internasional akhirnya diberikan status tingkat Madya Akreditasi
Rumah Sakit. RSI ini beralamat di jl Rembang-Lasem Km V desa Tritunggal
Rembang Jawa Tengah Indonesia. Tlp. Fax : (0295) 531666 E-mail :
rsi.arafah@rocketmail.com dan Website : rsiarafahrembang.co.id
1. Visi
Menjadi rumah sakit pusat layanan trauma di kabupaten rembang dan
sekitarnya
2. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan bermutu berorientasi pada kecepatan,
ketepatan, keselamatan dan kenyamanan berdasarkan etika dan
profesionalisme
b. Meningkatkan sumber daya yang berkualitas dan kompeten
c. Memberikan akses kesehatan yang mudah dan berkualitas kepada
masyarakat luas
d. Menjadi bagian integral jaringan kesehatan nasional
3. Falsafah
Profesionalisme dengan mengimplementasikan nilai-nilai ahlun sunnah
waljama’ah di bidang kesehatan.
4. Tujuan

Menjadi rumah sakit islam yang mampu memberikan pelayanan secara


tepat guna inovatif dan efisien dengan di dukung sumber daya manusia yang
profesional.
5. Moto
Mengharap Ridho Allah, Berkhidmah Setulus Hati (Yayasan NU
Rembang, 2017).
Disamping visi misi yang ada RSI Arafah juga dilandasi oleh Tata
Nilai yang menjadi pendorong semangat kerja bagi seluruh pimpinan
dan karyawan rumah sakit. Rumusan tata nilai yang ada diambil dari
nama ARAFAH, adapun Tata Nilai tersebut yaitu :
A : Aman
R : Ramah
A : Amanah
F : Faedah
A : Akhlaqul Karimah
H : Hasanah
6. Struktur Organisasi RSI Arafah Rembang
Jajaran direksi RSI Arafah Rembang adalah sebagai berikut :
a. Direktur Rsi Arafah Rembang : Dr. H. Nowohadi Tjitrosuwito,
Sp.Pd
b. Wadir Pelayanan Rsi Arafah Rembang : Dr. Nunuk Sri Lestari,
M.Kes
c. Wadir Administrasi & Keuangan Rsi Arafah Rembang : Dra. Hj.
Ulfah Munawar
d. Daftar Dokter :
1) Dokter Spesialis
 dr.H.Nowohadi Tjitrosuwito, Sp.PD
 dr.H.Bambang Suyamto, Sp.THT
 dr.H.Eddy Susatyo, Sp.PD
 dr.Yanuarius Priyo, Sp.M
 dr.Yudi Prasetyono, Sp.S
 dr Joko Utoro, Sp.A
 dr.Najmudin, Sp.OT
 dr.Emillya Anggraeni, Sp.OG. M.Kes
 dr.Eko Gunawan S, Msi, Sp.B
 dr.Lukman Hakim, Sp.OT
 dr.Kristianto Budi Wibowo, Sp.Rad
 dr.Edy Yanuarto Hidayat, Sp.Rad
 drg.Nurul Asrori
 dr.H.Bambang Suyudono, Sp.A
2) Dokter Umum
 dr.Dewi Tedjowati
 dr.Ika Fitriana
 dr.Sri Wahyuli
 dr.Siti Masithoh
 dr.Yudi Setiawan
 dr.Fuad Azizi
 dr.Prihantini Dwi Marliana
 dr.Aminudin Rahman
 dr.Maya Heny Yuliarti
 dr.Luqma Prinata Widiantara
 dr.Ula Faza Nayli Rasyad
 dr.Prisa Surya H.
 dr.Eka Prasetya Budi Mulia
 dr.Marlisa Nineng Sari
 dr.Dinar Kukuh Prasetyo
 dr.Iga Ardianingsih
 dr.Hasna Ekawati Sunarko
 dr.Aldila Maharani
7. Pelayanan di RSI Arafah Rembang
a. Layanan 24 Jam : Instalasi Gawat Darurat (Igd) Ambulance
b. Instalasi Penunjang Medik : Instalasi Laboratorium , Instalasi
Farmasi, Instalasi Gizi Instalasi Radiologi  meliputi
Radioterapi dan Usg 2,3, & 4 Dimensi 
c. Instalasi Bedah Sentral (IBS)
d. Instalasi Hemodialisa (HD)
e. Instalasi Rawat Jalan (IRJA) : Klinik Umum, Klinik Gigi, Klinik
Spesialis Meliputi Klinik Spesialis Dalam, Klinik Spesialis
Anak, Klinik Spesialis THT, Klinik Spesialis Mata, Klinik
Spesialis Syaraf, Klinik Spesialis Kebidanan & Kandungan,
Klinik Spesialis Bedah Umum dan Klinik Spesialis Bedah
Orthopedi
f. Instalasi Rawat Inap (IRNA)
1. Ruang Muzdalifah
 Kelas VIP Obgyn : 2 Tempat Tidur
 Kelas VIP anak Kelas 1 Obgyn : 3 Tempat Tidur
 Kelas II Obgyn : 3 Tempat Tidur
 Kelas II anak : 3 Tempat Tidur
 Kelas III Obgyn : 3 Tempat Tidur
 Kelas III Anak : 4 Tempat Tidur
 Ruang VK : 2 Tempat Tidur
 Ruang Pengawasan : 2 Tempat Tidur
 Ruang Perina : 3 Tempat Tidur
2. Ruang Dzulkulaifah
 Kelas VIP : 9 Tempat Tidur
 Ruang HCU : 2 Tempat Tidur
 Ruang Kelas I : 10 Tempat Tidur
3. Ruang Sofa-Marwah
 Ruang Kelas II : 14 Tempat Tidur
 Ruang Kelas III : 20 Tempat Tidur
 Ruang Isolasi : 2 Tempat Tidur
4. Ruang Hijir-Ismail
 Ruang Kelas VIP : 4 Tempat Tidur
 Ruang Pengawasan : 6 Tempat tidur
 Ruang Kelas I : 4 Tempat Tidur
 Ruang Kelas II : 2 Tempat Tidur
Total keseluruhan : 100 Tempat Tidur

8. Gambaran Manajemen Keperawatan di RSI Arafah Rembang


a) Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan secara singkat diartikan sebagai proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien
atau keluarga serta masyarakat (Gillies, 1985).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional
untuk merencanakan, mengatur, dan menggerakkan karyawan dalam
memberikan pelayanan keperawatan sebaik – baiknya pada pasien melalui
manajemen asuhan keperawatan.
Manajemen keperawatan semula ditekankan pada sentralisasi kewenangan
dan tanggung jawab, kini menjadi desentralisasi melalui pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab dengan memfokuskan kegiatan koordinasi,
integrasi, dan kegiatan penunjang.
Selain itu, telah terjadi perubahan mendasar pada manajemen keperawatan
dan pengguna sumber daya yang represif menuju ke pendayagunaan sumber
daya yang bersifat pro aktif, lebih ditekankan pada terjaminnya aktivitas
kolaborasi dan keterbukaan dalam setiap kegiatan untuk mencapai tujuan
(Agus Kuntoro, 2010).
b) Komponen Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input,
proses, output, control dan mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan
kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai
keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.Elemen lain dalam pendekatan
sistem adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau
kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan serta  kegiatan
penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Control dalam proses
manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang
proporsional, evaluasi  penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang
sesuai standar dan akreditasi. Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan
untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang.
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan,
terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan
rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil. ( Gillies, 1985 )
Kerangka dasar maanjemen keperawatan adalah manajemen
partisipatif yang berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri atas
manusia, perawat atau keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Manusia,
dalam manajemen partisipatif adalah individu, keluarga atau masyarakat yang
diberikan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan tugas keperawatan
yang terorganisasi, terarah, terkoordinasi dan terintegrasi dalam rentang
kendali yang ditetapkan.
Perawat atau keperawatan adalah tenaga keperawatan baik tingkat
manajerial puncak, menengah, maupun bawah, dan para pelaksana
keperawatan yang berada dalam rentang komunikasi untuk bekerja sama
memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar keperawatan.
Aspek kesehatan merupakan kisaran hasil keperawatan yang
berorientasi pada beberapa dimensi pelayanan terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat melalui upaya mencegah, mempertahankan, meningkatkan dan
memulihkan. Aspek lingkungan merupakan area kewenangan dan tanggung
jawab keperawatan baik selama pasien berada dalam institusi pelayanan
maupun persiapan menjelang pulang.
c) Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Oleh karena
itu, perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut :
1) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
Perencanaan merupakan hal yang utama dalam serangkaian fungsi dan
aktivitas manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidak
hanya terdiri dari penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi
klien, tetapi juga terdiri atas pembuatan tujuan, mengalokasikan anggaran,
identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang
diinginkan. Perencanaan merupakan pemikiran atau konsep – konsep
tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi penting di dalam
mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan
efek – efek dan perubahan. Selama proses perencanaan, yang dapat
dilakukan oleh pimpinan keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji
sistem, mengatur strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang
dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi
kemampuan yang ada, dan aktivitas spesifik serta prioritasnya. Perencanaan
dalam manajemen mendorong seorang pemimpin keperawatan untuk
menganalisis aktivitas dan struktur yang dibutuhkan dalam organisasinya.
2) Manajemen keperawatan dilaksanaan melalui penggunaan waktu yang
efektif.
Manajer keperawatan menghargai waktu akan mampu menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan kegiatan sesuai
dengan waktu yang telah di tetapkan. Keberhasilan seorang pemimpin
keperawatan bergantung pada penggunaan waktu yang efektif. Dalam
keperawatan, manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan
keperawatan. Dalam kontek ini, seorang pimpinan harus mampu
memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif. Hal demikian dibutuhkan
untuk dapat mencapai produktifitas yang tinggi dalam tatanan
organisasinya.
3) Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan akan
berpengaruh terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan.
Proses pengambilan keputusan akan sangat mempengaruhi oleh
kemampuan komunikasi dan para manajer.     
4) Manajemen keperawatan harus terorganisasi.
Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi
mencapai tujuan. Terdapat 4 buah struktur organisasi, yaitu unit,
departemen, top atau tingkat eksekutif dan tingkat operasional. Prinsip
pengorganisasian mencakup hal – hal pembagian tugas (the devision of
work), koordinasi, kesatuan komando, hubungan staf dan lini, tanggung
jawab dan kewengan yang sesuai adanya rentang pengawasan. Dalam
keperawatan, pengorganisasian dapat dilaksanakan dengan cara fungsional
dan penugasan, alokasi pasien perawatan grup/ tim keperawatan, dan
pelayanan keperawatan utama
5) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi merupakan bagian penting dan efektivitas menejemen.
Komunikasi yang dapat dilakukan secara efektif mampu mengurangi
kesalahpahaman, dan akan memberikan perasaan, pandangan arah dan
pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi.
6) Pengendalian merupakan elemen menegemen keperawatan.
Pengendalian dalam menegemen dilakukan untuk mengarahkan
kegiatan menegemen susuai dengan dengan yang direncanakan. Selain itu ,
pengendalian dilaksanakan pada kegiatan yang dilakukan tidak banyak
terjadi kesalahan yang berakibat negative terhadap klien dan pihak yang
terkait dengan manageman. Pengendalian meliputi penilaian tentang
pelaksanaan trencana yang telah dibuat, pemberian instruksi, menetapkan
prinsip-prinsip melalui penetapan standar, dan membandingkan penampilan
dengan standar serta memperbaiki kekurangan (Agus Kuntoro, 2010).
d) Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Terdapat beberapa metode asuhan keperawatan, yaitu metode kasus (total),
metode fungsional, metode tim dan metode keperawatan primer (Gillies,
1989). Akhir-akhir ini terdapat metode pemberian asuhan diferrentiated
practice dan menejemen kasus (loverirdge and Cummings, 1996: Marquist
and hutson, 2000).
a. Metode kasus
Merupakan metodepemberian asuhan yang pertama yang digunakan.
Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada
seorang klien secara total pada satu periode dinas. Jumlah klien yang
dirawat oleh satu perawat tergantung pada kemampuan perawat itu dan
kompleksnya kebutuhan klien.
b. Metode fungsional
Pada meode fungsional, pemberian asuhan keperawatan di tekankan
pada penyelesaian tgas dan prosedur. Setiap perawat diberi satu atau
beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien disuatu
ruangan.Seorang perawat dapat bertanggung jawab dalam pemberian obat,
mengganti balutan, memonitor infus, dan lain-lain.Prioritas utama yang
dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang menekankan kepada
pemenuhan kebutuhan secara holistik.Mutu asuhan sering terabaikan karena
pemberian asuhan terfragmentasi.Komuniaksi antar perawat sangat terbatas
sehingga tidak ada satu perawat yang mengetahui satu klien secara
komprehensif, kecuali mungkin kepala ruang.
c. Metode tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984).
Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat
yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.
Tujuan Metode Tim :
a) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
b) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
c) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Pelaksanaan model tim :
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus
berdasarkan konsep berikut:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
tehnik kepemimpinan.
b) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
c) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang
Kelebihan :
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b) Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
c) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
e) Timbang Terima
Timbang terima jaga adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
1) Tujuan
a) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.
b) Menyampaikan hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
c) Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
2) Langkah-langkah
a) Kedua shif dalam keadaan siap.
b) Shif yang akan menyiapkan perlu mempersiapkan hal apa yang akan
disampaikan.
c) Ketua tim menyampaikan kepada penanggung jawab shif yang
selanjutnya meliputi kondisi, tindak lanjut, rencana kerja.
d) Dilakukan dengan jelas dan tidak terburu-buru.
e) Secara langsung melihat keadaan klien.
Langkah a – e informasi kondisi pasien disampaikan di Nurse Station tidak
di depan pasien/klien sesuai Akreditasi Rumah Sakit, kemudian keliling
melihat keadaan semua klien untuk memperkenalkan petugas
(perawat/bidan) yang jaga selanjutnya (sore/malam).
3) Prosedur timbang terima
a) Persiapan
 Kedua kelompok sudah siap.
 Kelompok yang bertugas menyiapkan buku catatan.
b) Pelaksanaan
 Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shif.
 Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan serah
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan dengan
masalah keperawatan, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilakukan serta hal penting lainya.
 Hal yang bersifat khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahkan kepada perawat
jaga berikutnya.
 Hal yang perlu diberitahukan dalam timbang terima : identitas dan
diagnosa medis, masalah keperawatan, tindakan yang sudah dan
belum dilakukan, intervensi.
4) Alur Timbang Terima
PASIEN

Diagnosa Medis Diagnosa


Masalah Koburatif Keperawatan

Rencana Tindakan

Yang telah dilakukan Yang akan dilakukan


Perkembangan
Keadaan Klien

Masalah : Teratasi ,belum teratasi,teratasi sebagian

f) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi
pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat profesional dengan kepala
ruang, dan juga melibatkan seluruh anggota tim.
Tujuan
a) Menumbuhkan cara berfikir secara kritis.
b) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
c) Meningkatkan validitas data klien.
d) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
e) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
f) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan.
Peran
a) Ketua Tim dan Anggota Tim
 Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
 Menjelaskan masalah keperawatan utama.
 Menjelaskan intervensi yang belum dan akan dilakukan.
 Menjelaskan tindakan selanjutnya.
 Menjelaskan alasan ilmiah yang akan diambil.
b) Peran Ketua Tim lain dan atau Konselor
 Memberikan justifikasi.
 Memberikan Reinforcement.
 Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional.
 Mengarah pada koreksi.
 Mengintegrasi teori dan konsep yang telah dipelajari.
1) Persiapan
a) Menetapkan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde.
b) Pemberian Inform consent kepada klien atau keluarga.
2) Pelaksanaan
a) Penjelasan tentang klien oleh perawat profesional (ketua tim)
b) Dalam hal ini penjelasan difokuskan dalam masalah keperawatan
dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan
memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
c) Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
d) Pemberian justifikasi oleh perawat profesional/ketua tim/perawat
konselor/kepala ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang
akan dilakukan.
e) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan akan
ditetapkan.
g) Dokumentasi Proses keperawatan
a. Pengertian
Dokumentasi berasal dari kata ” document ” yang berarti semua
warkat asli yang dapat dibuktikan dalam persoalan hukum yang bersifat
kebenaran. Dokumentasi proses keperawatan adalah bahan komunikasi
yang terulis untuk mendukung informasi atau kejadian.
Jadi, dokumentasi asuhan keperawatan adalah dokumentasi tentang
fakta – fakta terhadap penyakit klien, gejala – gejala, diagnosa,
penatalaksanaan serta evaluasinya. Catatan tersebut harus lengkap,
akurat dan terbaru, mudah dan cepat diakses serta sistematis sehingga
dapat memberikan informasi yang akurat.
b. Tujuan Dokumentasi Proses Keperawatan
1) Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien
2) Memastikan kemajuan hasil yang berfokus pada klien
3) Memfasilitasi komunikasi antara disiplin mengenai konsistensi
tujuan dan kemajuan pengobatan
4) Teknik evaluasi
Pencatatan dan pelaporan dibuat untuk mempermudah penilaian
terhadap perawatan yang telah diberikan pada klien dan dapat
dipastikan apakah rencana yang diimplementasikan sudah mencapai
kemajuan
5) Pembayaran kembali ( Reinforcement ).
Catatan perawatan merupakan sumber untuk mendapatkan informasi
tentang penanganan klien dan memberikan bukti adanaya pelayanan.
6) Akreditasi.
Salah satu syarat penting bagi fasilitas perawatan kesehatan menurut
lembaga pemberi lisensi dan akreditasi adalah mempertahankan
rekam medik, termasuk dokumentasi asuhan keperawatan
c. Hal – hal yang Penting Diperhatikan dalam Pendokumentasian asuhan
Keperawatan
 Elemen dari proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan eveluasi
 Catatan data dasar awal menggunakan format yang sistematis, serta
berdasarkan sistem tubuh atau dari kepala sampai ke kaki.
 Data pengkajian dikumpulkan dan diletakkan sesuai dengan format
yang dirancang oleh institusi
 Diagnosa keperawatan formulasikan dari data yang dikumpulkan
 Rencana keperawatan ditulis untuk setiap klien dan meliputi
tujuan, hasil yang diharapkan dan aktifitas keperawatan yang
ditetapkan berdasarkan diagnosa keperawatan
 Implementasi rencana keperawatan mencakup intervensi yang
membuat klien dapat berpartisipasi dalam promosi, pemeliharaan
dan restorasi kesehatan dan juga untuk memaksimalkan potensi
kesehatan
 Catatan evaluasi tepat waktu kesehatan dan perkembangan atau
kurangnya perkembangan ke arah pencapaian tujuan yang
diharapkan
 Aktivitas, prioritas dan tujuan direvisi berdasarkan espon klien
terhadap perawatan atau perubahan dalam kondisi klien.
d. Pedoman Umum dalam Mendokumentasikan Proses Keperawatan
1) Dokumentasi harus ditulis secara objektif tanpa bias dan informasi
subjektif
2) Gambaran penafsiran data subjektif harus didukung oleh hasil
pengamatan khusus
3) Hindari pernyataan yang bersifat umum karena memiliki arti ganda
4) Data dokumentasi sacara jelas, singkat dan ringkas
5) Hasil pengkajian dicatat dengan tulisan yang bersih dan dapat
dibaca
6) Temuan-temuan hendaknya diuraikan sejelas mungkin
7) Ejaan harus jelas
8) Dokumentasi harus ditulis dengan tinta jangan dengan pensil, untuk
data biasa gunakan tinta hitam atau biru dan tinta merah untuk obat-
obatan
9) Apabila catatan tidak penuh jangan dikosongkan tetapi butlah garis
horizontal atau vertikal sepanjang bagian yang kosong
10) Jika ada kesalahan, pernyataan yang salah dicoret, tetapi harus dapat
dibaca selanjutnya diparaf
11) Pencatatan harus selalu dimulai dari tanggal, jam dan diakhiri
dengan tanda tangan, nama jelas serta jabatan perawat.
e. Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
1) Pendokumentasian merupakan mekanisme komunikasi antara
anggota tim pelayanan kesehatan. Ada hubungan berbagai
disiplin ilmu yang terlibat dalam pelayanan kesehatan :
 Masing-masing disiplin ilmu butuh informasi mutakhir dari
klien melalui pengkajian
 Agar informasi terpelihara dengan baik perlu
didokumentasikan
2) Dengan catatan yang akurat dapat membantu tercapainya
hubungan yang kreatif antara klien dan provider
3) Dapat mempermudah pelaksanaan pelayanan klien, fokus asuhan
keperawatan dapat ditentukan
4) Sesuai dengan empat peran yang harus dijalankan perawat dan
tanggungjawab serta tanggung gugat
5) Data yang lengkap dapat digunakan untuk menentukan status
kesehatan klien dan tingkat ketergantungan klien, sehingga dapat
diperkirakan jumlah kebutuhan teaga perawat
6) Bahan audit keperawatan, penghitung jasa, pertimbangan pihak
ketiga dan bukti tuntutan hukum
f. Unsus-Unsur Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses
keperawatan, dimana pada fase ini perawat mengumpulan data
tentang status kesehatan klien secara sistematis menyeluruh, akurat
dan berkesianambungan.
2) Mengumpulkan data
Meliputi pengumpulan data dasar mencakup informasi tentang
klien :
 Riwayat kesehatan dulu, seperti riwayat alergi terhadap
makanan atau obat tertentu, riwayat pernah dilakukan
tindakan bedah, riwayat menderita penyakit kronis dan
lain-lain
 Riwayat kesehatan sekarang seperti adanya perasaan nyeri,
mual, gangguan tidur dan lain-lain
 Pemeriksaan fisik, dalam hal ini perawat dapat
menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi (
IPPA ) dengan prinsip pemeriksaan ” head to toe ” atau
berdasarkan sistem tubuh seperti sistem pernapasan,
pencernaan, eliminasi dan lain-lain
 Pemeriksaan penunjang seperti meliputi : pemeriksaan
laboratorium, radiologi, CT scan dan lain-lain.
Tipe data yang dikumpul yaitu :
 Data subjektif yaitu:
Data yang meliputi gejala yang dirasa kan oleh
klien ,kebiasaan dan persepsi klien terhadap kesehatannya
saat ini. Selain klien ,informasi juga didapatkan dari
keluarga ,teman ,dan orang terdekat pasien atau tenaga
kesehatan yang mengetahui keadaan klien.
 Data objektif yaitu:
Meliputi tanda dan gejala mengenai kondisi klien dapat
dilihat ,didengar ,dirasakan atau dicium serta data – data
lain yang dapat diperoleh dari observasi dan pemeriksaan
fisik.
3) Pengorganisasian data
Untuk mendapat data secara sistematik ,perawat menggunakan
format pengkajian atau disebut juga pengkajian perawat .format
pengkajian dapat dimodifikasi dengan keadadan klien .Dalam
keperawatan format pengkajian yang di gunakan dapat
didasarkan ada berbagai teori keperawatan ,diantaranya:
 Teori gordon tentang fungsi kesehatan
 Teori orem tentang perawatan diri
 Teori roy tentang model adaptasi
 Teori maslow berdasarkan tingkat kebutuhan manusia
4) Validasi data
Informasi yang telah dikumpulkan harus slengkap ,akurat dan
sesuai dengan keadaan klien sehingga harus dilakukan validasi
atau pemeriksaan kembali terhadap data yang telah dikumpulkan
tersebut
5) Pencatatan data
Untuk melengkapi pengkajian ,dokumentasi data akurat dan
mencakup semua keadaan kesehatan klien dan tidak berdasarkan
hasil intervensi perawat
6) Diagnosa keperawatan
Diagnsa keperawatan adalah kesimpulan klinis tentang
individu ,keluarga atau masyarakat yang aktual, resiko dari status
kesehatan seseorang. Diagnosa keperawatan ini merupakan dasar
untuk melakukan intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan
dan dapat dievalusi ( NANDA, 2016).
Tipe diagnosa keperawatan yaitu:
1. Aktual
Pernyataan tentang respon klien terhadap kesehatannya saat ini
berdasarkan hasil pengkajian yang meliputi tanda dan gejala
seperti jalan nafas tidak efektif dan ansietas
2. Resiko
Resiko penyertaan klinis dari kondisi kesehatan klien dimana
masalah lebih beresiko untk menjadi aktual pada klien tersebut
dibanding dengan orang lain pada kondisi atau situasi yang
sama.
Komponen dari diagnosa keperawatan yaitu:
 Problem
Menggambarkan masalah kesehatan klien atau responnya
terhadap terapi yang diberikan oleh perawat yang di tuliskan
dalam beberapa kata antara lain:
1. perubahan (perubahan dari sebelumnya)
2. gangguan (kelemahan , kerusakan dan pengurangan)
3. penurunan (pengecilan , dari segi ukuran , jumlah atau
tingkat /derajat )
4. tidak efektif (tidak menghasilkan efek yang sesuai)
5. akut (terjadi dalam waktu yang mendadak dan pendek)
6. kronis (terjadi dalam waktu yang lama , berulang dan tetap)
 Etiologi
Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari masalah
kesehatan dalam melakukan intervensi keperawatan yang
mencakup tingkah laku , lingkungan disekitar atau gabungan
dari keduanya .
 Signtom
Pengelompokan tanda dan gejala yang merupakan bagian dari
diagnosa keperawatan.
7) Perencanaan
Perencanaan adalah tahap sistematik pross keperawatan yang
melibatkan perbuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Dalam
perencanaan , perawat mengacu pada pengkajian dasar klien dan
pernyataan diagnostik sebagai acuan dalam meujudkan tujuan
klien dan mendesain strategi keperawatan untuk mencegah,
mengurangi masalah kesehatan klien .
Proses perencanaan keperawatan meliputi
1. Membuat prioritas perencanaan
Prioritas perencanaan adalah suatu proses dalam melakukan
strategi keperawatan

2. Membuat tujuan dan kriteria hasil


Tujuan adalah pernyataan yang lebih luas tentang dampak dari
intervensi keperawatan.Kriteria hasil adalah pernyataan yang
lebih spesifik dan diukur untuk mengevaluasi apakah tujuan
tercapai.
8) Implementasi
Dalam proses keperawatan implementasi merupakan suatu tahap
dimana perawat melaksanakan rencana keperawatan dalam suatu
tindakan .implementasi terdiri dari melaksanakan tindakan
keperawatan mandiri atau pendelegasian dan mencatat apa yang
dilakukan . dalam melaksanakan tindakan kperawatan perawat
mencatat tindakan apasaja yang dilakukan serta respon klien.
9) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan .evaluasi
merupakan perencanaan , pelaksanaan ,kemajuan aktivitas yang
mana klien dan profesional kesehatan lainnya dapat
mempertimbangkan kemajuan klien sesuai tujuan dan keefektifan
rencana keperawatan.
h) Teori Perhitungan Tenaga Keperawatan Di Ruang Rawat Ina
Efisiensi pelayananan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan
kesehatan yaitu BOR, LOS,TOI dan BTO.
1. BOR (Bed Occupancy Rate) menunjukkan tinggi rendahnya
pemanfaatna tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka
waktu tertentu, bila nilai ini mendekati 100% berarti ideal. Standar
nasional untuk dalam tahun adalah : 75 -85 %.
2. LOS (Length of Stay) menunjukkana rata –rata lamanya perawatan
setiapa pasien, lama waktu rawat yang baik maksimun 12 hari, standar
Nasional untuk rumah sakit dalam satu tahun adalah 7 – 10 hari.
3. TOI (Turn Over Interval) menunjukan waktu rata – rata suatu tempat
tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh
pasien sampai dengan diisi lagi. Standar 1 – 3 hari untuk rumah sakit
dalam satu tahun.
4. BTO (Bed Turn Over) menunjukan frekuensi pemakaian tempat tidur
rumah sakit dalam satu satuan waktu tertentu. Jadi BTO memberikan
gambaran tentang tingkat pemakaian tempat tidur rumah sakit. Standar
4 – 5 kali untuk rumah sakit dalam satu bulan, sedangkan yang baik
lebih dari 4 kal (Djojodibroto, 1997).
 Rumus perhitungan jumlah tenaga keperawatan
 Peraturan Men. Kes. RI No 262/Men.Kes/Per/VII/1979
Perbandingan jumlah tempat tidur : jumlah perawat Rumah Sakit
Tipe A – B = Jumlah perawat : Jumlah Tempat Tidur = 3 – 4 = 2 Rumah
Sakit Tipe C = Jumlah perawat : Jumlah tempat Tidur = 1 : 1
 Menurut Douglas
Secara teoritis jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan
pada suatu ruangan perawatan didasarkan pada beberapa konsep
seperti rumus yang dikemukakan oleh Douglas (cit. ILLyas,2000), ada
beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan per pasien untuk
dinas apgi, sore dan malam:
Tabel 2.1
Standar Jumlah Perawat dalam setiap shift jaga
Jumlah Klasifikasi Pasien
Pasien Minimal Care Parsial Care Total Care
Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang
Malam Malam Malam
1 0,17 0,14 0,27 0,15 0,36 0,30
0,07 0,010 0,20

Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap


keperawatan berdasarkan teori D. Orem : Self Care Defisit berdasarkan
criteria sebagai berikut :
Tabel 2.2
Klasifikasi Pasien berdasarkan Tingkat Ketregantungan
No Klasifikasi dan Kriteria
1. PERAWATAN MINIMAL (1 – 2 JAM / 24 JAM)

 Keberihan diri, mandi, ganti pakaian di lakukan sendiri


 Makan dan minum di lakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan
 Observasi tanda – tanda vital di lakukan setiap
pergantian jaga
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil
 Perawatan luka sederhana

2 PERAWATAN INTERMEDIET / PARTIAL (3 – 4 JAM /


24 JAM)
 Kebersihan diri di Bantu, makan minum di Bantu
 Observasi tanda - tanda vital setiap 4 jam
 Ambulasi di Bantu
 Pengobatan dengan injeksi
 Pasien dengan katheter urine
 Pasien dengan infus
 Observasi balance cairan ketat
3 PERAWATAN MAKSIMAL / TOTAL (5 – 6 JAM / 24
JAM)
 Semua kebutuhan pasien di Bantu
 Perubahan posisi, obnservasi tanda – tanda vital setiap
2 jam
 Makan melalui selang lambung
 Pengobatan intra vena “perdrip”
 Pemakean suction
 Gelisah / disorientasi
 Perawatan luka kompleks

Untuk menentukan jam efektif perawatan secara khusus dapat


dikegorikan sebagai berikut :
1. Minimal care membutuhkan waktu 1 -2 jam / 24 jam
2. Parsial care mebutuhkan waktu 3 - 4 jam/ 24 jam
3. Total care membutuhkan waktu 5 – 6 jam/ 24 jam
B. Gambaran Ruang Rawat Inap Sofa-Marwah
Ruang Sofa-Marwah merupakan Bangsal Rawat Inap Penyakit Dalam,
Bedah, Orthopedi, Saraf yang terdiri dari Ruang Rawat Kelas II, Kelas III.
Terdapat 13 Kamar dan 36 Tempat Tidur. Ruang Sofa Marwah berada disebelah
selatan RS, sebelah utara ruangan Dzulkulaifah (Bangsal Rawat Inap Penyakit
Saraf untuk kelas I dan VIP) dan sebelah utara Ruang Muzdalifah (Bangsal
Rawat Inap obgyn dan anak).
Ditengah ruang Sofa Marwah terdapat nurse station yang digunakan
perawat ruangan untuk melakukan kegiatan membuat asuhan keperawatan setiap
harinya dan ruangan kepala ruang yang juga digunakan sebagai ruang transit
perawat serta terdapat loker obat pasien. Terdapat satu ruangan yang disediakan
untuk pengoplosan obat, satu kamar mandi untuk petugas, dan satu gudang.
a. Struktur Organisasi Ruang Sofa-Marwah
BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA PERMASALAHAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. HASILPENGKAJIAN
1. Man
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi.
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada
dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul
karena adanya orang – orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.

a. Pasien
Ruang Sofa-Marwah merupakan ruang rawat inap untuk pasien
dengan kasus bedah, dalam, orthopedi, syaraf dan mata yang terdiri dari
kelas II, III dan isolasi. Jumlah pasien di Ruang sofa-marwah ditampilkan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Jumlah Pasien di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah Rembang Periode
November 2021-Januari 2022
Rawat Inap
Bulan Jumlah
November 2021 135
Desember 2021 143
Januari 2022 137
Jumlah 415
Rata-rata 138.3
Sumber: Dokumentasi Rekam Medis RSI Arafah Rembang 

Kapasitas ruang sofa-marwah adalah 36 bed, hasil dokumentasi


rekam medis ditemukan jumlah pasien yang dirawat inap dalam 3 bulan
terakhir adalah 415 pasien dengan rata-rata 138 pasien per bulan.
Tabel 3.2
Distribusi Status Keluar Pasien Di Ruang Sofs-Marwah RSI Arafah
Rembang Periode November 2021-Januari 2022
Bulan Pasien APS Rujuk Pasien Pasien Paisen Jumlah
Pulang Meninggal Meninggal Dipindahkan
<48 jam >48 jam
November 2021 98 7 1 1 3 11 121
Desember 2021 120 4 4 1 6 10 142
Januari 2022 97 8 1 1 3 10 128

Rata-rata 105 8 1 1 3 10 128


Sumber: Hasil observasi data status pasien Di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah
Rembang 

Berdasarkan tabel 3.2 menggambarkan bahwa jumlah terbanyak status pasien


keluar di ruang sofa marwah yaitu pasien pulang dengan ijin

b. Perawat
Beberapa metode perhitungan tenaga keperawatan
1) Kuantitas Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan
dengan perhitungan sebagai berikut:
Tenaga perawat = A x B x 365

(365-C) x jam kerja/hr 


Keterangan :
A : Rata-rata jumlah perawat atau pasien/hr 
B : Rata-rata jumlah pasien/hr (BOR x jml TT)
C : Jumlah hari libur (Hari minggu + cuti + hari besar)

Tabel 3.3
Nilai BOR, LOS, BTO, TOI, NDR, GDR Pasien Di Ruang Sofa-Marwah
RSI Arafah Rembang Periode November 2021-Januari 2022
Rawat Inap
No. Bulan BOR LOS BTO TOI NDR GDR
1 November 2021 85.71 4.09 6.62 0.60 7.19 35.94
2 Desember 2021 80.03 3.71 6.62 0.83 7.19 14.39
3 Januari 2022 75.08 4.38 6.24 0.59 0.00 0.00
Jumlah 240.82 12.18 19.48 2.02 14.38 50.36
Rata-rata 80.27 4.06 6.50 0.67 4.38 16.78
Sumber: Hasil observasi data status pasien Di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah Rembang 

Tenaga Perawat Rawat Inap = 16 x (80.27% x 21) x 365


 (365–(80+9+7) x 7
= 67,6

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil kebutuhan perawat di


Ruang sofa-marwah sebanyak 67 perawat.
2) Kualitas
Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autcnomi yang di
definisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsiprofesional
yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang
bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui
kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya.
Dalam teorinya tentang disiplin proses keperawatan mengandung
elemen dasar, yaitu perilaku pasien, reaksi perawat dan tindakan
keperawatan yang dirancang untuk kebaikan pasien (Suwignyo, 2007,
hlm. 68).
Tabel 3.4
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan Di Ruang Sofa Marwah
RSI Arafah Rembang
No. Jenis Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. Profesi Ns 8 49%
2. S1 Keperawatan 5 25,5%
3. DIII K eperawatan 5 25,5%
Total 18 100%
Sumber : Data Primer Ruang Sofa Marwah RSI Arafah Rembang

Berdasarkan tabel 3.4 Menunjukkan tingkat pendidikan di Ruang sofa-


marwa terbanyak adalah profesi ners dengan jumlah 8 petugas dengan presentase
49 %. Pendidikan Kepala Ruang sudah Ners hal ini sudah sesuai dengan standar
yang ada. Semua Perawat Primer pendidikan terakhir yaitu S.Kep.,Ners yang
merupakan syarat dari metode keperawatan MPM.
2. Sumber Daya (Money)
Sumber pembiayaan Rumah Sakit Di Ruang Sofa Marwah RSI Arafah
Rembang dari pasien umum, BPJS dan asuransi swasta lainnya.
Tabel 3.5
Sumber Pembiayaan Pasien Di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah
Rembang Periode November 2021-Januari 2022
Bulan Umum BPJS Asuransi Lain Total
November 2021 11 26 34 94
Desember 2021 17 9 41 141
Januari 2022 5 11 41 98
Total 34 9 116 368
Sumber : Data Primer Ruang Sofa Marwah RSI Arafah Rembang

Berdasarkan data tabel di atas pasien yang dirawat Sumber : Data


primer Ruang Sofa Marwah RSI Arafah Rembang Januari 2022 sebagian
besar merupakan pasien dengan sumber pembiayaan sukarela.
3. Material
a. Inventaris Alat Kesehatan dan Kedokteran
Tabel 3.6
Alat Kesehatan dan Kedokteran Di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah
Rembang Periode November 2021-Januari 2022
Nama Barang Jumlah Keadaan Barang
Baik Kurang baik Rusak
Stetoskop 4 4
Tensimeter 2 2
Pinset anatomis 2 2
Pinset cirugis 2 2
Instrument cabinet 1 1
Gunting lurus 3 3
Instrument table 2 2
Bengkok 3 3
Tabung Oksigen 1 1
Oxygen regulator 21 21
Oxygen flowmeter 21 21
Nebulizer 1 1
EKG 2 2
Termometer 1 1
Emergency set 1 1
Suction 1 1
Kursi roda 2 2
Standar infus 21 21
Bak instrumen 2 2
Pispot sendok 32 32
Oksigen meter dinding 21 21
Gelas takar 1 1
Sumber: Hasil observasi data Di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah Rembang 

Peralatan kesehatan yang ada diruangan belum begitu lengkap jika


disesuaikan dengan fasilitas kesehatan berdasarkan Permenkes No 56 Tahun 2014
pada Rumah Sakit dengan tipe D. Contohnya seperti imfus pump, syringe pump,
sterilisato, antidecubitus matras, bed site monitor, defibrilator, dan lain-lain.
Sebagian besar alat alat kesehatan di Ruang Sofa-Marwah masih dapat digunakan
dan masih berfungsi dengan baik.
b. Inventaris Mebeler

Tabel 3.7
Mebeler Di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah Rembang Periode
November 2021-Januari 2022
Nama Barang Jumlah Keadaan Barang
Baik Kurang baik Rusak
Lemari besi pasien 21 21
Rak besi 3 3
Lemari kayu 1 1
Lemari petugas 1 1
Lemari kaca 1 1
Lemari obat pasien 1 1
Lemari linen 1 1
Kursi kayu 2 2
Tempat tidur 21 21
Meja perawat 2 2
Kursi biasa 35 35
Sofa 1 1

Sumber : Hasil observasi data Di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah Rembang 

Peralatan mebeler yang ada di Ruang Sofa-Marwah sebagian sudah


mamadai untuk digunakan dan sebagian besar masih berfungsi dengan baik serta
jumlahnya cukup dan dalam kondisi baik.
c. Inventaris Linen

Tabel 3.8
Laporan Pemeliharaan Sarana Linen Di Ruang Sofa-Marwah RSI
Arafah Rembang Periode November 2021-Januari 2022
Nama Barang Jumlah Rusak Perbaikan Penambahan Jumlah
Awal Ringan Berat Akhir
Baju pasien 15 0 0 0 0 15
Bantal busa 34 0 0 0 0 34
Guling busa 0 0 0 0 0 0
Handuk 0 0 0 0 0 0
Kasur busa 34 0 0 0 0 34
Korden jendela 0 0 0 0 0 0
Korden sketsel 34 0 0 0 0 34
Lemek 34 0 0 0 0 34
Perlak 105 0 0 0 0 105
Selimut 105 0 0 0 0 105
Sprei kasur 105 0 0 0 0 105
Sarung bantal 105 0 0 0 0 105
Sarung guling 0 0 0 0 0 0
Sumber : Hasil observasi data Di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah Rembang
  Kebutuhan persediaan sarana linen di Ruang Sofa-Marwah sudah cukup
memadai, akan tetapi persediaan sarung bantal masih kurang, hal ini dibuktikan pada
saat perawat melakukan perbeden di pagi hari masih sering kekurangan sarung bantal,
sehingga di beberapa ruangan ada yang tidak diganti sarung bantalnya.

d. Inventaris Alat Listrik / Elektronik

Tabel 3.9
Alat Listrik / Elektronik Di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah
Rembang Periode November 2021-Januari 2022
Nama Barang Jumlah Keadaan Barang
Baik Kurang baik Rusak
Lemari es 2 2
Kipas angin 26 26
Televisi 7 7
AC 12 12
Dispenser 1 1
Komputer 1 1
Telepon 1 1
Sumber : Hasil observasi data Di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah Rembang

Peralatan elektronik yang tersedia diruangan cukup memadai. Untuk Televisi


di ruangan kelas 2 sudah semua terpasang, akan tetapi untuk ukuran televisi terlalu
kecil, sehingga pasien maupun keluarga yang menonton kurang jelas dengan
tampilan televisi. Di ruangan kelas 3 tidak terpasang TV sama sekali. Semua barang
elektronik yang berada di ruang Sofa-Marwah tidak ada yang mengalami kerusakan
dan masih dalam kondisi yang baik.
4. Metode / Standar / Pedoman / Prosedur Tetap
a. Standar Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus Penyakit Tersering di
Ruang Sofa-Marwah
Ruang perawatan mempunyai standar asuhan keperawatan, semua
tindakan keperawatan dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) dari beberapa
kasus terbanyak penyakit yang ada diruangan. Standar diperlukan untuk
menentukan mutu atau bagaimana kegiatan –kegiatan akan dikerjakan dan untuk
menilai mutu seberapa baik kegiatan-kegiatan tersebut dikerjakan.

Tabel 3.10
SAK (Standar Asuhan Keperawatan) Berdasarkan Kasus Penyakit
Di Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah Rembang
No. Standar Asuhan Keperawatan Ketersediaan
1. Tuberculosis Paru Ada
2. Hipertensi Ada
3. Diabetes Militus Ada
Sumber : Data Prime Ruang Sofa-Marwah RSI Arafah Rembang

Berdasarkan kasus yang ada saat ini SAK yang tersedia sudah ada untuk 3 kasus
besar di Ruang Sofa-Marwah saat ini. Namun ada kemungkinan kondisi keluar
masuk pasien setiap bulan berbeda sehingga 3 kasus besar di ruangan pun juga
berbeda setiap bulannya. Akan tetapi penilaian , pada kelengkapan SAK yang
sesuai dengan ruangan tidak dapat dijadikan patokan dikarenakan observasi yang
dilakukan hanya 6 hari saja.
b. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Suatu ruangan perawatan didalam sebuah rumah sakit idealnya mempunyai
Standar Operational Prosedur (SOP) tindakan yang berlaku secara resmi dan
dipahami serta diterapkan cleh seluruh staf ruangan. SOP yang dipakai
di  RuangSofa-Marwah RSI Arafah Rembang tercantum dalam tabel berikut :

Tabel 3.11
Daftar Standar Operational Prosedur (SOP) Di Ruang Sofa-Marwah
RSI Arafah Rembang
Prosedur Tetap Pengoperasian dan Pemeliharaan Alat
Penggantian suku cadang PT. IPS. 02
Prosedur pengoperasian AC PT. IPS. 03
Prosedur pengoperasian TV PT. IPS. 04
Prosedur pengoperasian kipas angin PT. IPS. 05
Prosedur pengoperasian lemari es PT. IPS. 06
Prosedur pengoperasian dispenser PT. IPS. 07
Pengoperasian Tensimeter PT. IPS. 20
Pengoperasian Stetoskop PT. IPS. 21
Pengoperasian lampu tindakan PT. IPS. 22
Pengoperasian timbangan badan PT. IPS. 23
Pengoperasian suction pump PT. IPS. 25
Pengoperasian ECG PT. IPS. 26
Pengoperasian electro lauter PT. IPS. 27
Pengoperasian kompresor PT. IPS. 37

Prosedur Tetap Pelayanan Keperawatan


Pasien masuk rawat inap PT. IRNA. 01
Orientasi pasien baru PT. IRNA. 02
Membuat pengkajian keperawatan PT. IRNA. 03
Merumuskan diagnosa keperawatan PT. IRNA. 04
Merumuskan rencana keperawatan PT. IRNA. 05
Membuat evaluasi keperawatan PT. IRNA. 06
Visite dokter PT. IRNA. 07
Konsultasi antara staf medis fungsional PT. IRNA. 08
(SMF)
Konsultasi antara SMF via telepon PT. IRNA. 09
Lapor dokter jaga PT. IRNA. 10
Pemeriksaan laboratorium PT. IRNA. 11
Pemeriksaan radiologi PT. IRNA. 12
Pemeriksaan EKG PT. IRNA. 13
Persetujuan tindakan bedah (Informed PT. IRNA. 24
Consent)
Pendaftaran operasi PT. IRNA. 15
Pendafataran HD PT. IRNA. 16
Menyiapkan pasien untuk tindakan PT. IRNA. 17
pembedahan
Menyiapkan pasien untuk tindakan PT. IRNA. 18
pembedahan CITO
Merujuk pasien ke RS lain PT. IRNA. 19
Merujuk pasien ke RS atas permintaan PT. IRNA. 20
sendiri
Menyiapkan pasien akan pulang PT. IRNA. 21
Pelayanan pasien pulang PT. IRNA. 22
Pelayanan pasien pulang paksa PT. IRNA. 23
Pelayanan pasien meninggal dunia PT. IRNA. 24
Pembayaran pasien umum PT. IRNA. 25
Pembayaran pasien askes PT. IRNA. 26
Persyaratan JAMKESMAS PT. IRNA. 27
Serah terima antar shift PT. IRNA. 28
Pengelolaan obat milik pasien PT. IRNA. 29
Rapat rutin ruangan PT. IRNA. 30
Sterilisasi ruangan dengan sterilisator PT. IRNA. 31
Sterilisasi dan pemeliharaan alat kesehatan PT. IRNA. 32
Pertolongan pertama pasien kejang PT. IRNA. 33
Memberikan pertolongan pasien muntah PT. IRNA. 34
Penanganan reaksi shock anaphilatik PT. IRNA. 35
Resusitasi kardio pulmoner pada dewasa PT. IRNA. 36
Penatalaksaan shock PT. IRNA. 37
Mencuci tangan dengan cara biasa PT. IRNA. 38
Pemeriksaan fisik kepala PT. IRNA. 40
Pemeriksaan fisik dada PT. IRNA. 41
Pemeriksaan fisik abdomen PT. IRNA. 42
Pemeriksaan GCS PT. IRNA. 43
Pengukuran tekanan darah PT. IRNA. 44
Pemeriksaan suhu badan PT. IRNA. 45
Pemeriksaan nadi dan pernafasan PT. IRNA. 46
Penyiapn spesimen darah vena PT. IRNA. 47

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


Prosedur distribusi barang steril PT/PPIRS/001
Prosedur penerimaan barang bersih untuk PT/PPIRS/002
disterilkan
Cara sterilisasi dari karet dan handscoon PT/PPIRS/003
Cara sterilisasi dari logam (gunting) PT/PPIRS/004
Prosedur petunjuk teknis pengoperasian PT/PPIRS/005
Autoclave Mommert
Cara sterilisasi dengan bahan tenun PT/PPIRS/006
Sterilasasi ruang operasi dengan Aerosept PT/PPIRS/007
250 VF Anios
Sterilasasi ruang operasi dengan UV PT/PPIRS/008
Pemantauan surveilens HAI’s PT/PPIRS/009
Penanganan pasien yang sudah diketahui PT/PPIRS/010
atau diduga infeksi menular harus di isolasi
Pembuatan larutan clorin 0,5% PT/PPIRS/014
Desinfeksi peralatan dan ruangan PT/PPIRS/015
Cara penyiapan antiseptik dan desinfektan di PT/PPIRS/016
ruangan
Penempatan pasien dengan penyakit menular PT/PPIRS/017
melalui udara, percikan, kontak
Kebersihan tangan (hand hygiene) SPO.SKP.05.01
Penyimpanan antiseptik dan desinfektan di PT/PPIRS/018
ruangan
Permintaan antiseptik dan desinfektan di PT/PPIRS/020
ruangan
Program perlindungan petugas kesehatan PT/PPIRS/021
Penggunaan ruang isolasi PT/PPIRS/022
Pengelolaan sampah benda tajam dan jarum PT/PPIRS/023
Penggunaan desinfektan Glutamaldehyde PT/PPIRS/024
Kebersihan lingkungan keperawatan PT/PPIRS/025
Isolasi pasien infeksi yang ditularkan melalui PT/PPIRS/026
percikan partikel besar (droplet)
Isolasi pasien infeksi yang ditularkan melalui PT/PPIRS/027
kontak atau sentuhan
Isolasi pasien infeksi yang ditularkan melalui PT/PPIRS/028
percikan halus diudara (airbone)
Pelayanan pasien meninggal dunia yang PT/PPIRS/029
berpenyakit menular di kamar mayat
Pelayanan pasien meninggal dunia yang PT/PPIRS/030
berpenyakit menular di rawat inap PT/PPIRS/031
Penanganan tertusuk jarum ada petugas PT/PPIRS/032
Penanganan paparan darah atau cairan PT/PPIRS/033
tubuh pasien pada petugas
Injeksi intracutan (IC) PT/PPIRS/034
Injeksi intramusculer (IM) PT/PPIRS/035
Injeksi subcutan (SC) PT/PPIRS/036
Injeksi intravena (IV) PT/PPIRS/037
Memasang Kateter PT/PPIRS/039
Memasang infuse PT/PPIRS/040
Mengambil darah vena PT/PPIRS/041
Pencegahan dan pengendalian infeksi plebitis PT/PPIRS/042
Pencegahan dan pengendalian infeksi aliran PT/PPIRS/043
darah primer (IADP)

Anda mungkin juga menyukai