Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktik
keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang
pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti praktik
keperawatan (Ali, 2009).
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan
salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada
akhirnya, penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan
keperawatan pada klien (Asmadi, 2008).
B. Proses Keperawatan
Proses Keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam
pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan padareaksi dan respons unik individu
pada suatu kelompok atau peroranganterhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik
actual maupun potensial(Deswani, 2011 ).
Menurut Setiadi (2011), pada dasarnya proses keperawatan adalah suatumetode
ilmiah yang sistematis dan terorganisir untuk memberikan asuhankeperawatan kepada
klien.Proses keperawatan menurut Doenges, Moorhouse, dan Burley (1998)adalah proses
yang terdiri dari 5 tahap, yaitu pengkajian keperawatan,identifikasi/analisis masalah,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Proses keperawatan adalah satu pendekatan
untuk pemecahan masalahyang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan
asuhankeperawatan ( Potter & Perry, 2005 ).
Proses keperawatan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses
tiga tahap yaitu pengkajian, perencanaan, dan evaluasi yang berdasarkan pada metode
ilmiah yaitu mengobservasi, mengukur, mengumpulkan data, dan menganalisis temuan-
temuan tersebut (Doenges,Moorhouse, dan Burley, 1998). Seiring perkembangan
keperawatan, berbagai penemuan dalam dunia keperawatan pun diperkenalkan, salah
satunya adalah proses keperawatan. Pada tahun 1955, seorang ahli keperawatan bernama
Hall memperkenalkan istilah proses keperawatan. Namun, hal ini baru sekadar istilah dan
belum dilaksanakan. Delapan tahun kemudian, Wiedenbach memperkenalkan 3langkah
dalam proses keperawatan, yaitu : observasi, bantuan pertolongan,dan validasi (Deswani,
2011).Pada tahun 1967, Yura dan Walsh menjabarkan menjadi 4 tahap proses, yaitu
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahun 1967,edisi pertama
proses keperawatan dipublikasikan. Kemudian sejak edisi kedua tahun 1973
dipublikasikan tentang proses keperawatan semakin meningkat (Nursalam, 2011).13 Pada
tahun 1977 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan proses keperawatan
sebagai istilah pada sistem karakteristik intervensi keperawatan pada kesehatan individu,
keluarga dan komunitas. Sejalan dengan pendekatan Organisasi Kesehatan Dunia, di
Inggris sepanjang tahun 1980 membicarakan proses keperawatan yang meliputi 4 tahap
yaitu pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi ( Basfor & Slevin, 2006). Pada
tahun 1982, National Council of State Boards of Nursing menyempurnakan tahapan dari
1
proses keperawatan menjadi 5 tahap, yaitu : pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Lima tahapan inilah yang sampai saat ini digunakan sebagai
langkah-langkah proses keperawatan ( Deswani, 2011 ).
Potter & Perry (2005) menjelaskan tujuan dari proses keperawatan adalah
mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan klien, menentukan prioritas,
memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien,
dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan klien
yang diharapkan. Muhlisin ( 2011 ) menjelaskan bahwa penerapan proses keperawatan
dalam pemberian asuhan keperawatan mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
a. Sebagai standar pemberian asuhan keperawatan.
b. Mempraktekkan metode pemecahan masalah dalam praktek
keperawatan.
c. Memperoleh metode yang baku, sistematis, dan rasional.
d. Memperoleh metode yang dapat digunakan dalam berbagai macam
situasi.
e. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan kualitas tinggi.
Proses keperawatan sangat penting karena berfungsi sebagai kerangka fikir untuk
menjalankan fungsi dan tanggung jawab keperawatan dalam lingkup yang luas. Proses
keperawatan juga berfungsi sebagai alat untuk mengenal masalah pasien, menyusun
perencanaan secara sistematik, melaksanakan tindakan dan menilai hasil tindakan (
Muhlisin, 2011 ).
2
b. Siklik
Proses keperawatan berjalan secara siklik atau berulang dari pengkajian sampai dengan
evaluasi,demikian seterusnya apabila diperlukan pengkajian ulang (re-assessment),
sampai masalah klien
teratasi atau klien dapat mandiri memenuhi kebutuhan kesehatan atau keperawatannya.
c. Interdependent / saling ketergantungan
Setiap tahap setiap tahap dari proses keperawatan mempunyai relevansi yang sangat erat
sehingga kekurangan di salah satu tahap akan mempengaruhi tahap-tahap berikutnya.
d. Fleksibel / luwes
Proses keperawatan bersifat luwes, tidak kaku sehingga pendekatan yang digunakan
dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan situasi, keadaan dan kebutuhan klien akan
perawatan kesehatan. Fleksibel dapat juga berarti bisa digunakan untuk pemecahan
segala jenis masalah keperawatan, dapat digunakan pada berbagai kondisi dan situasi
klien, dapat diterapkan semua siklus kehidupan manusia,
dari dalam kandungan sampai dengan meninggal dunia, dapat diterapkan pada berbagai
unit keperawatan di rumah sakit maupun untuk keluarga dan masyarakat
a. Metode Kasus
Metode Kasus merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang pertama kali
digunakan. Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada
seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu
perawat tergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien.
Setelah perang Dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari berbagai jenis program
meningkat dan banyak lulusan bekerja di Rumah Sakit. Agar pemanfaatan tenaga yang
bervariasi tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang diharapkan dari perawat
sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran, kemudian dikembangkan metode
fungsional (Sitorus, 2006).
3
b. Metode Fungsional
Pada Metode Fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelesaian
tugas dan prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan
kepada semua klien di suatu ruangan. Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga
tidak ada satu perawat yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif kecuali
mungkin kepala ruangan. Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas
terhadap layanan atau asuhan yang diberikan. Pada metode ini, kepala ruangan
menentukan tugas setiap perawat dalam suatu ruangan. Perawat akan melaporkan tugas
yang dikerjakannnya kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung
jawab dalam membuat laporan klien (Sitorus, 2006).
c. Metode Tim
Metode Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan
memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan katagori perawat
pelaksana. Tujuan dari keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang
berpusat pada klien. Keperawatan tim melibatkan semua anggota tim dalam perencanaan
asuhan keperawatan klien, melalui penggunaan konferensi tim dan penulisan rencana
asuhan keperawatan (Swansburg, 2000).
C. Dokumentasi Keperawatan
4
a. Kesederhanaan
Penggunaan kata-kata yang sederhana, mudah dibaca, mudah dimengerti, dan
menghindari istilah yang sulit dipahami.
b. Keakuratan
Data yang diperoleh harus benar-benar akurat berdasarkan informasi yang telah
dikumpulkan.
c. Kesabaran
Gunakan kesabaran dalam membuat dokumentasi keperawatan dengan
meluangkan waktu untuk memeriksa kebenaran terhadap data pasien
yang telah atau sedang diperiksa.
d. Ketepatan
Ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat yang mutlak.
e. Kelengkapan
Pencatatan terhadap semua pelayanan yang diberikan tanggapan
perawat/klien.
f. Kejelasan dan keobjektifan dokumentasi keperawatan memerlukan kejelasan
dan keobjektifan dari data-data yang ada bukan merupakan data fiktif dan samar
yang dapat menimbulkan kerancuan.
a. Naratif
Bentuk naratif adalah merupakan pencatatan tradisonal dan dapat bertahan paling lama
serta merupakan sistem pencatatan yang fleksibel. Karena suatu catatan naratif dibentuk
oleh sumber asal dari dokumentasi maka sering dirujuk sebagai dokumentasi berorientasi
pada sumber.
Sumber atau asal dokumentasi dapat di peroleh dari siapa saja, atau dari petugas
kesehatan yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi. Setiap narasumber
memberikan hasil observasinya, menggambarkan aktifitas dan evaluasinya yang unik.
Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian / kronologisnya. Keuntungan
pendokumentasian catatan naratif :
(1) Pencatatan secara kronologis memudahkan penafsiran secara
berurutan dari kejadian dari asuhan / tindakan yang dilakukan.
(2) Memberi kebebasan kepada perawat untuk mencatat menurut
gaya yang disukainya.
(3) Format menyederhanakan proses dalam mencatat masalah,
kejadian perubahan, intervensi, reaksi pasien dan outcomes.
5
(2) Kadang-kadang sulit mencari informasi tanpa membaca seluruh catatan atau sebagian
besar catatan tersebut.
(3) Perlu meninjau catatan dari seluruh sumber untuk mengetahui gambaran klinis pasien
secara menyeluruh.
(4) Dapat membuang banyak waktu karena format yang polos menuntun pertimbangan
hati-hati untuk menentukan informasi yang perlu dicatat setiap pasien.
(5) Kronologis urutan peristiwa dapat mempersulit interpretasi karena informasi yang
bersangkutan mungkin tidak tercatat pada tempat yang sama.
(6) Mengikuti perkembangan pasien bisa menyita banyak waktu.
Flowsheet merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat informasi. Selain
itu tenaga kesehatan akan dengan mudahmengetahui keadaan klien hanya dengan melihat
grafik yang terdapat pada flowsheet. Oleh karena itu flowsheet lebih sering digunakan di
unit gawat darurat, terutama data fisiologis. Flowsheet sendiri berisi hasil observasi dan
tindakan tertentu. Beragam format mungkin digunakan dalam pencatatan walau demikian
daftar masalah, flowsheet dan catatan perkembangan adalah syarat minimal untuk
dokumentasi pasien yang adekuat/memadai.
c. Checklist
Checklist adalah suatu format yang sudah dibuat denganpertimbangan-pertimbangan dari
standar dokumentasi keperawatan sehingga memudahkan perawat untuk mengisi
dokumentasi keperawatan, karena hanya tinggal mengisi item yang sesuai dengan
keadaan pasien dengan mencentang. Jika harus mengisi angka itupun sangat ringkas pada
data vital sign.
Keuntungan penggunaan format dokumentasi checklist (Yulistiani, Sodikin,
Suprihatiningsih, dan Asiandi, 2003) :
(1) Bagi Perawat
(a) Waktu pengkajian efisien.
(b) Lebih banyak waktu dengan klien dalam melakukan tindakan keperawatan sehingga
perawatan yang paripurna dan komprehensif dapat direalisasikan.
(c) Dapat mengantisipasi masalah resiko ataupun potensial yang berhubungan dengan
komplikasi yang mungkin timbul.
(d) Keilmuwan keperawatan dapat dipertanggungjawabkan secara legalitas dan
akuntabilitas keperawatan dapat ditegakkan.
(2) Untuk Klien dan Keluarga
(a) Biaya perawatan dapat diperkirakan sebelum klien memutuskan untuk rawat
inap/rawat jalan.
6
(b) Klien dan keluarga dapat merasakan kepuasan akan makna asuhan keperawatan yang
diberikan selama dilakukan tindakan keperawatan.
(c) Kemandirian klien dan keluarganya dapat dijalin dalam setiap tindakan keperawatan
dengan proses pembelajaran selama asuhan keperawatan diberikan.
(d) Perlindungan secara hukum bagi klien dapat dilakukan kapan saja bila terjadi
malpraktek selama perawatan berlangsung.
A. Pengkajian
7
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy,
1995).
Data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan status
kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya
terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial assessment),
selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian
ulang untuk menambah / melengkapi data (re-assessment).
8
Karakteristik data:
1. Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien. Data
yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang
adekuat. Misalnya klien tidak mau makan — kaji secara mendalam kenapa klien
tidak mau makan (tidak cocok makanannya, kondisi fisiknya menolak untuk
makan/patologis, atau sebab-sebab yang lain)
2. Akurat dan nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan
nyata untuk membuktikan benar-tidaknya apa yang telah didengar, diliha, diamati
dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang
sekiranya meragukan. Perawat tidak boleh langsung membuat kesimpulan tentang
suatu kondisi klien. Misalnya, klien tidak mau makan. Perawat tidak boleh
langsung menuliskan : `klien tidak mau makan karena depresi berat`. Diperlukan
penyelidikan lanjutan untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa
adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.
3. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali data
yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk
mengidentifikasi.
4. Keadaan sekarang yang berkaitan dengan rencana asuhan keperawatan yang akan
dilakuan terhadap klien
Sumber data:
9
Catatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang merupakan riwayat
penyakit dan perawatan klien di masa lalu.
Secara umum, sumber data yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah :
2. Orang terdekat
3. Catatan klien
5. Konsultasi
8. Perawat lain
9. Kepustakaan
Jenis Data
1. Data Objektif
Merupakan data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan
dengan menggunakan standart yang diakui (berlaku), seperti : warna kulit, tanda-
tanda vital, tingkat kesadaran, dll. Data-data tersebut diperoleh melalui `senses` :
Sight, smell, hearing, touch dan taste.
2. Data Subjektif
Merupakan data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh
klien, misalnya rasa nyeri, pusing, mual, ketakutan, kecemasan, ketidaktahuan,
dll.
Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan
penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan indentitas klien, keluhan utama, riwayat
kesehatan, keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan
dan keadaan khusus lainnya.
10
Cara yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data tentang klien antara lain :
wawancara (interview), pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik (pshysical
assessment) dan studi dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa.
Wawancara berlangsung untu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang
direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan
dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara perawat
dengan klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien
memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan
keperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut
selama tahap pengajian.
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi.
Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan
kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya
digunaan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik
adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk
bertuar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal
maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan
memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara
aktif, diam, sentuhan dan konta mata. Mendengarkan secara aktif merupakan
suatu hal yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu
hal yang sulit dipelajari.
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa atau
memberi kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup. Pengaturan posisi duduk dan
teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa guna
memperlancar wawancara.
11
2. Pembukaan atau perkenalan
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada
masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
4. Terminasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah :
3. Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien
12
7. Memperhatikan pesan yang disampaikan
8. Mengurangi hambatan-hambatan
Macam wawancara :
Hambatan wawancara :
1. Internal :
b. Pandangan atau pendapat yang berbeda
c. Penampilan klien berbeda
d. Klien dalam keadaan cemas, nyeri, atau kondisinya menurun
e. Klien mengatakan bahwa ia tidak ingin mendengar tentang sesuatu hal
f. Klien tidak senang dengan perawat, atau sebaliknya
g. Perawat berpikir tentang sesuatu hal yang lain / tidak fokus ke pasien
h. Perawat sedang merencanakan pertanyaan selanjutnya
i. Perawat merasa terburu-buru
j. Perawat terlalu gelisah atau terburu-buru dalam bertanya
2. External ;
13
3. Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
4. Menyetujui / tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa klien benar
atau salah. Ex : Anda tidak bermaksud seperti itu kan?
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan
menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan
pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang
dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.
1. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci kepada klien
(meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat
meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi
tidak murni). Misalnya : `Pak, saya akan menghitung nafas bapak dalam satu menit` —-
kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien
akan berusaha untuk mengatur nafasnya.
3. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan dimengerti
oleh perawat yang lain.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan
masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya adalah
1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning
(icteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dll
2. Palpasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap
bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor,
oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.
3. Auskultasi
14
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
4. Perkusi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh
menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk
mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakukan
pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya :
kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru (mengetahui
pengembangan paru), dll.
Setelah data terkumpul, dilakukan pengelompokkan data, yang dapat dilakukan dengan
cara :
2. Analisa Data
Dasar analisis :
1. Anatomi – fisiologi
2. Patofisiologi penyakit
3. Mikrobiologi – parasitologi
15
4. Farmakologi
5. Ilmu perilaku
8. Teori-teori keperawatan.
Fungsi analisis :
1. Dapat menginterpretasi data keperawatan dan kesehatan, sehingga data yang diperoleh
memiliki makna dan arti dalam menentukan masalah dan kebutuhan klien
4. Menerapkan teori, model, kerangka kerja, nrma dan standart, dibandingkan dengan
data senjang
6. Membuat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang timbul.
16
3. Prioritas Masalah
2. Menggunakan berbagai sumber yang ada relevansinya dengan masalah klien dan
menggunakan cara-cara pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan klien
5. Dokumentasi Pengkajian
17
4. Catat informasi tanpa bias dan nilai-nilai opini pribadi
7. Ikuti kebijakan dan prosedur yang telah ada untuk pencatatan pengkajian
9. Setiap data yang dikumpulkan adalah data baru dan mendapatkan validasi
11. Data harus dicatat, dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain
13. Data dianalisis dengan dukungan pengetahuan yang relecan dan sesuai
a. Jaga kerahasiaan
b. Sebutkan nama
c. Jelaskan tujuan wawancara
d. Jaga kontak mata
e. Usahakan tidak tergesa-gesa
2. cara mengobservasi :
18
d. Pergunakan refleksi (mengulang kembali apa yang dikatakan oleh klien)
e. Jangan memulai pertanyaan pribadi
f. Tanyakan sesuatu yang penting dan tidak menyinggung
g. Pergunakan format pengkajian yang teorganisir dan disepakati oleh instansi
3. Pola eliminasi
a. Defekasi, berkemih
b. Penggunaan alat bantu
c. Penggunaan obat-obatan
19
6. Pola kognitif – perseptual – keadekuatan alat sensori
Model adaptasi :
1.Kebutuhan fisiologik
20
f. Proteksi
g. Pengaturan suhu
h. Pengaturan sistem endokrin
2. Konsep diri
3. Fungsi peran
4. Interdependent
6. Sosial
7. Pencegahan
8. Promosi
DOENGOES (1993) :
1. Aktivitas / istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
6. Hygiene
21
7. Neurosensori
8. Nyeri / ketidaknyamanan
9. Pernafasan
10. Keamanan
11. Seksualitas
1. Pengertian
22
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang
diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan
gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan
kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas
wewenang perawat.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas
dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standart
yang telah disepakati (NANDA, Doengoes, Carpenito, Gordon, dll), supaya :
a. Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat
menyebabkan / mendukung masalah.
b. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll)
c. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) : keterbatasan
institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
d. Maturasional :
23
3. Sign & symptom (S/tanda & gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang
merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
1. Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau keadaan yang
dihadapi
4. Membantu merumuskan hasil yang diharapkan / tujuan yang tepat dalam menjamin
mutu asuhan keperawatan, sehingga pemilihan intervensi lebih akurat dan menjadi
pedoman dalam melakukan evaluasi
24
5. Menciptakan standar praktik keperawatan
a. Pertukaran
b. Komunikasi
c. Berhubungan
d. Nilai-nilai
e. Pilihan
f. Bergerak
g. Penafsiran
h. Pengetahuan
i. Perasaan
Masalah klien merupakan keadaan atau situasi dimana klien perlu bantuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan status kesehatannya, atau meninggal dengan damai,
yang dapat dilakukan oleh perawat sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang
dimilikinya
25
Identifikasi masalah klien dibagi menjadi : pasien tidak bermasalah, pasien yang
kemungkinan mempunyai masalah, pasien yang mempunyai masalah potensial sehingga
kemungkinan besar mempunyai masalah dan pasien yang mempunyai masalah aktual.
Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat, yang dilakukan
bersama klien/keluarga dan/atau masyarakat. Validasi tersebut dilaksanakan dengan
26
mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang reflektif kepada klien/keluarga tentang
kejelasan interpretasi data. Begitu diagnosis keperawatan disusun, maka harus dilakukan
validasi.
27
Diagnosis keperawatan resiko adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga atau
komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding individu atau
kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
Validasi untuk menunjang diagnosis resiko adalah faktor resiko yang memperlihatkan
keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak
menggunakan batasan karakteristik. Penulisan rumusan diagnosis ini adalag : PE
(problem & etiologi).
Sebagai contoh, pasangan muda yang kemudian menjadi orangtua telah melaprkan
fungsi positif dalam peran pola hubungan. Perawat dapat memakai informasi dan lahirnya
bayi baru sebagai tambahan dalam unit keluarga, untuk membantu keluarga
mempertahankan pola hubungan yang efektif.
28
Contoh : sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
Masalah Kolaboratif
Masalah kolaboratif adalah masalah yang nyata atau resiko yang mungkin terjadi
akibat komplikasi dari penyakit atau dari pemeriksaan atau akibat pengobatan, yang mana
masalah tersebut hanya bisa dicegah, diatasi, atau dikurangi dengan tindakan
keperawatan yang bersifat kolaboratif. Label yang digunakan adalah : Potensial
Komplikasi (PK).
1. Tidak menggunakan istilah medis. Jika harus, hanya sebatas memperjelas, dengan
diberi pernyataan `sekunder terhadap`.
Ex : Resiko pneumonia
4. Jangan menggunakan istilah yang tidak jelas. Gunakan istilah / pernyataan yang
lebih spesifik.
29
9. Jangan membuat asumsi
Ex : Kerusakan integritas kulit b.d posisi klien tidak diubah setiap 2 jam.
1. Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah resiko
3. Gunakan istilah diagnosis keperawatan yang ada dalam NANDA ( terbaru : 2007 –
2008 )
C. Perencanaan Keperawatan
Tahap perencanaan (intervensi) merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan
dimana tujuan atau hasil dan intervensi dipilih. Rencana tindakan yang paling tepat untuk
mengatasi masalah atau kebutuhan pasien secar efektif. Pada tahap intervensi langkah
atau tahapan yag harus dilakukan adalah menyusun prioritas masalah, membuat tujuan
atau kriteria hasil, menentukan intervensi keperawatan, dan akhirnya lakukan
pendokumentasian.
30
Perencanaan adalah suatu kategori dari prilaku keperawatan dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang di perkirakan di tetapkan dan intervensi keperawatan
di pilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter. 2005) dalam menetapkan perencanaan
seorang pereawat perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak yakni klien, keluarga, serta
petugas medis lain seperti dokter, ahli farmasi dan nutrisionist.
1.Menetapkan prioritas
Penetapan prioritas sangat di butuhkan karena hal ini dapat mengidentifikasi urutan
intervensi keperawatan ketika klien mempunyai masalah dalam menetapkan prioritas
tidak hanya memperhatikan aspek fisiologis tapi juga aspek keinginan, kebutuhan, dan
keselamatan klien.
Prioritas di klasifikasikan menjadi tiga yakni tinggi, menengah dan rendah
1) Prioritas tinggi
Prioritas yang berdasarkan diagnosa keperawatan dapat mengakibstksn ancaman bagi
klien atau orang lain bila tidak segera di tangani.
2) Prioritas menengah
Prioritas ini mencakup kebutuhan klien non emergency tidak mengancam kehidupan.
3) Prioritas rendah
Mencakup kebutuhan yang tidak secara langsung berhubungan dengan suatu penyakit
spesifik
Cara membuat prioritas masalah
Hierarki kebutuhan Maslow dapat dijadikan dasar bagi perawat untuk membuat prioritas
diagnosa keperawatan. Lima tingkatan hierarki Maslow tersebut adalah:
1. Kebutuhan fisiologis,
2. Keselamatan dan keamanan,
3. Mencintai dan memiliki
4. Harga diri
5. Aktualisasi diri
Kebutuhan fisiologis merupakan prioritas utama dan harus dipenuhi terlebih dahulu
sebelum kebutuhan dengan tingkatan yang lebih tinggi.
Contoh Priorias urutan diagnosa keperawatan dengan hirarki Maslow
1. Bersihkan jalan napas tidak efektif (Fisiologis: Tinggi)
2. Kekurangan volume cairan (Fisiologis: Tinggi)
3. Nyeri (Keamanan: Sedang)
4. Kurang pengetahuan (cinta/ memiliki: sedang)
5. Perubahan proses keluarga (cinta/ memiliki: sedang)
6. Gangguan citra diri (fisiologis: sedang)
7. Gangguan pola tidur (fisiologis: sedang)
8. Konstipasi (fisiologis: sedang)
9. Perubahan pola seksual (cinta/memiliki: rendah)
Selain itu, mementukan prioritas masalah dapat ditentukan dalam tiga kategori, yaitu:
1. Masalah urgent adalah masalah yang tidak dapat ditunda. Masalah ini memerlukan
tindakan secara cepat dan tepat. Jika tidak, maka kondisi klien akan memburuk bahkan
bisa menyebabkan kematian atau kecacatan. Contoh: klien yang tidak sadar dan jalan
31
napasnya terhalang oleh sekret. Maka intervensi keperawatan harus dilakukan dengan
segera, jika dalam lima menit tidak ditangani akan menyebabkan kematian klien karena
jalan nanas terhambat.
2. Masalah yang harus dibuat perencanaan keperawatan (care plan) adalah masalah aktual
atau risiko harus dibuat perencanaan keperawatan sesuai dengan kondisi klien. Contoh:
Klien dengan immobilisasi, maka harus direncanakan untuk miring kiri atau kanan untuk
mencegah luka tekan.
3. Masalah penting dengan penanganan yang dapat ditunda tanpa memperhatikan kondisi
kesehatan klien (rujuk), contoh: wanita gemuk dalam fase pemulihan dari operasi. Hal ini
tidak perlu perhatian selama klien berada di rumah sakit. Tetapi setelah klien pulang
maka perawat dapat menganjurkan klien konsultasi dengan pelayanan kesehatan lain.
Sebenarnya, ada hal lain yang dapat menjadi patokan dalam prioritas masalah, misalnya:
1. Sifat masalah atau diagnosa keperawatan adalah masalah aktual memiliki prioritas
yang lebih tinggi.
2. Masalah atau diagnosis keperawatan mandiri atau kolaboratif adalah masalah masalah
mandiri menduduki prioritas utama dibandingkan masalah kolaboratif.
3. Mudah atau tidaknya maslah dipecahkan.
1. Berfokus kepada klien. Pernyataan tujuan harus merupakan perilaku klien yang
menunjukkan berkurangnya masalah klien. Masalah tersebut telah diidentifikasikan
dalam diagnosis keperawatan
2. Jelas dan singkat
3. Dapat diukur dan diobservasi
4. Waktu relatif dibatasi (jangka pendek, menengah dan panjang)
5. Realistik untuk kemampuan/kondisi klien dalam waktu seperti yang ditetapkan
6. Realistik untuk tingkat pengalaman dan ketrampilan perawat
7. Ditentukan bersama oleh perawat dan klien
8. Tujuan harus sejalan dan menyokong terapi lain
Tujuan Umum
1. Sebagai alat komunikasi antara sesama anggota perawatan dan antar tim kesehatan
lainnya
2. Untuk meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan terhadap klien
3. Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang akan dicapai.
Tujuan administratif
32
1. Mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya
3. Menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan
4. Menyediakan kriteria klasifikasi klien
Tujuan klinik
1. Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan
2. Mengomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang diobservasi dan
apa yang dilaksanakan
3. Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pengulangan dan evaluasi keperawatan
4. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan
Ciri-ciri keberhasilan
33
1. Berhubungan dengan tujuan
2. Bersifat khusus dan konkrit
3. Hasilnya dapat dilihat, didengar, diraba dan diukur oleh orang lain
4. Dinyatakan dengan istilah yang positif.
4. Menetapkan intervensi
Setelah menerapkan prioritas dan tujuan asuhan keperawatan maka seorang perawat
menetapkan intervensi keperawatan yang akan di berikan kepada klien.
D. Implementasi Keperawatan
A. Pengertian Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah di susun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang
muncul dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar
sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif
(intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam
melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan
klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
34
B. Tujuan Implementasi Keperawatan
Melaksanakan hasil dari rencana keperawatan untuk selanjutnya di evaluasi untuk
mengetahui kondisi kesehatan pasien dalam periode yang singkat
Mempertahankan daya tahan tubuh
Mencegah komplikasi
Menemukan perubahan system tubuh
Memberikan lingkungan yang nyaman bagi klien
Implementasi pesan dokter
35
klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan
keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
E. Metode Implementasi
1. Membantu dalam aktifitas kehidupan sehari-sehari
Aktifitas kehidupan sehari-hari adalah aktifitas yang biasanya dilakukan dalam
sepanjang hari normal: mencakup ambulasi, makan, berpakaian, menyikat gigi, berhias.
2. Konseling
Konseling adalah metode implementasi yang mebantu klien menggunakan proses
pemecahan masalah untuk mengenali dan menangani stres dan yang memudahkan
hubungan interpersonal antara klien, keluarganya, dan tim perawatan kesehatan. Ini
bertujuan untuk membantu klien menerima perubahan yang akaan terjadi yang
diakibatkan stres berupa dukungan emosional, intelektual, spiritual, dan psikologis.
3. Penyuluhan
Penyuluhan adalah metode implementasi yang digunakan untuk menyajiakn prinnsip ,
prosedur, dan teknik yang tepat tentang perawatn kesehatan untuk klien dan untuk
menginformasikan klien tentang status kesehatannya.
4. Memberikan asuhan keperawatan langsung.
5. Kompensasi untuk reaksi yang merugikan.
6. Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien untuk prosedur.
7. Mencapai tujuan perawatan.
8. Mengawasi dan mengevaluasi kerja dari anggota staf lain
36
Pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-spiritual
Partisipasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
3. Tindakan Diagnostik
Wawancara dengan klien
Observasidan pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana,misalnya HB dan membaca hasil
dari pemeriksaan laboratorium tersebut.
4. Tindakan terapeutik
Tindakan untuk mencegah,mengurangi, dan mengatasi masalah klien.Misalnya:
Untuk mencegah gangguan integritas kulit dengan melakukan mobilisasi dan
memberikan bantal air pada bagian tubuh yang tertekan.
5. Tindakan Edukatif
Tindakan ini untuk merubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dan pendidikan
kesehatan kepada klien.
Misalnya:
Perawat mengajarkan kepada klien cara injeksi insulin.
a. Tindakan Merujuk
Tindakan kerja sama dengan tim kesehatan lainnya.
a. Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya misalnya tenaga soaial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
Misalnya: Pemberian obat obatan sesuai dengan intruksi dokter .
Jadi jenis, dosis dan efek samping menjadi tanggung jawab dokter, tetapi pemberian obat
sampai atau tidak menjadi tanggung jawab perawat.
b. Dependent
Tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain. seperti ahli gizi,
physiotherapies, psikolog dan sebagainya.
Misalnya:
Pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan
fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
c. Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus di ikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
37
H. Petunjuk Pendokumentasian Pelaksanaan (Implementasi)
1. Gunakan ballpoint tertulis jelas, tulis dengan huruf cetak bila tulisan tidak jelas. Bila
salah tidak boleh di tipp ex tetapi dicoret saja, dan ditulis kembali diatas atau disamping.
2. Jangan lupa selalu menuliskan waktu, jam pelaksanaan
3. Jangan membiarkan baris kosong, tetapi buatlah garis kesamping untuk mengisi
tempat yang tidak digunakan
4. Dokumentasikan sesegera mungkin setelah tindakan dilaksanakan guna menghin dari
kealpaan (lupa)
5. Gunakan kata kerja aktif, untuk menjelaskan apa yang dikerjakon.
6. Dokumentasikan bagaimana respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan
7. Dokumentesikan aspekkeamanan, kenyamanan dan pengawasan infeksi terhadap
klien. Juga tindakan-tindakan invasive harus dicatat.
8. Dokumentasikan pula modifikasi lingkungan bila itu merupakan bagian dari tindakan
keperawatan.
9. Dokumentasikan.persetujuan keluarga untuk prosedur khusus dan tindakan invasif
yang mempunyai resiko tambahan.
10. Dokumentasikan semua informasi yang diberikan dan pendidikan kesehatan yang
diberikan.
11. Dokumentasikan dengan jelas, lengkap, bukan berarti semua kalimat harus
ditulis,tetapi kata-kata kunci dan simbol-simbol / lambang-lambang sudah baku/lazim
dapat digunakan.
12. Spesifik hindarkan penggunaan kata yang tidak jelas,bila perlu tuliskan ungkapan
klien untuk memperjelas maksud.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009)
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak, dkk.,
2011)
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani, 2013)
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif.
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan
kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam
memberikan asuhan keperawatan. (Nurhayati, 2011)
38
Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan.
Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan:
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan
yang ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan
untuk mencapai tujuan)
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mencapai tujuan) (Lyer dalam Nursalam, 2008)
Tahap Evaluasi
Ada beberapa tahap evaluasi keperawatan, yaitu: (Ali, 2009)
1. Membaca kembali diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, intervensi
keperawatan.
2. Mengidentifikasi tolak ukur keberhasilan yang akan digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan, misalnya:
a. Tekanan darah normal 120/80
b. Mampu mandi sendiri minimal dua kali/hari
c. Mampu menyebut dengan benar minimal tiga cara mencegah
penyakit demam berdarah
3. Mengumpulkan data atau mengkaji ulang pencapaian hasil sesuai dengan
tolak ukur keberhasilan atau kesesuaian proses pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan standar/rencana keperawatan, misalnya hasil
pengukuran tekanan darah 100/60, klien Ali hanya mampu mandi sendiri
satu kali dalam satu hari atau mampu menyebut satu cara pencegahan
demam berdarah.
4. Mengevaluasi pencapaian tujuan dengan cara sebagai berikut:
a. Penilaian hasil, yaitu membandingkan hasil (output) yang dicapai
dengan standar/tujuan yang telah ditetapkan.
Contoh: Tekanan darah normal 120/80, tetapi kenyataannya (hasil
tindakan keperawatan) tekanan darah 100/60, maka hasil yang
dicapai lebih rendah dari standar atau tekanan darah rendah. Jika
tujuan keperawatan mampu mandi sendiri dua kali sehari, ternyata
hanya mampu satu kali, berarti tujuan tidak tercapai.
b. Penilaian proses, yaitu mambandingkan proses pelakasaan dengan
standar prosedur atau rencana yang telah ditetapkan.
Contoh:
-Mengukur tekanan darah setiap 2 jam sekali, tetapi pengukuran
tekanan darah baru dilakasakan 8 jam sekali, maka hasil
penilainnya adalah ada penyimpangan prosedur.
-Sebelum makan harus cuci tangan (standar) tetapi pelaksanaannya
“tidak cuci tangan” berarti ada penyimpangan prosedur.
39
5. Cari penyebab ketidakberhasilan atau penyimpangan prosedur untuk
bahan penyesuaian/modifikasi rencana keperawatan.
6. Modifikasi rencana keperawatan. Apabila ada tujuan telah tercapai,
kegiatan dapat diarahkan pada masalah lain, misalnya pencegahan atau
promosi kesehatan atau promosi kesehatan atau diagnosis keperawatan
yang lain. Apabila tujuan belum tercapai, perlu dilakukan modifikasi
rencana keperawatan dapat dihentikan. Jika masalah telah teratasi
semuanya, asuhan keperawatan dapat dihentikan. Langkah-langkah
modifikasi rencana keperawatan, yaitu:
a. Jika ada penyimpangan atau ada masalah baru, diagnosis
keperawatan/diagnosis kolaboratif tersebut tetap menjadi
modifikasi diagnosis yang lama.
b. Susun urutan prioritas masalah tersebut.
c. Tetapkan tujuan sesuai dengan diagnosis baru tersebut. Dengan
memperhatikan:
40
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan
dicapai. Bila terdapat kesenjangaan diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam
proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana
yang perlu dimodifikasi. (Setiadi, 2008)
D. Metode Evaluasi
Metode yang dipakai dalam evaluasi, antara lain:
a. Observasi langsung
b. Wawancara
c. Memeriksa laporan
41
d. Latihan simulasi (Setiadi, 2008)
1. Mengukur pencapaian tujuan keluarga
1. Kognitif (Pengetahuan)
Lingkup evaluasi, antara lain:
-Pengetahuan keluarga mengenai penyakitnya.
-Mengontrol gejala-gejalanya
-Pengobatan
-Diet, aktivitas, persediaan alat-alat
-Resiko komplikasi
-Gejala yang harus dilaporkan
-Pencegahan (Setiadi, 2008)
3)Psikomotor
yaitu dengan cara melihat apa yang dilakukan keluarga sesuai dengan yang diharapkan.
(Setiadi, 2008)
42
b. Membuat outcome yang baru, mungkin outcome pertama tidak
realistis atau mungkin keluarga tidak menghendaki terhadap tujuan
yang disusun oleh perawat.
c. keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan untuk mencapai
tujuan sebelumnya. (Setiadi, 2008)
43
KESIMPULAN
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah
satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya,
penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan pada
klien. Tujuan dari proses keperawatan adalah mengidentifikasi kebutuhan perawatan
kesehatan klien, menentukan prioritas, memberikan intervensi keperawatan yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan
keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan klien yang diharapkan. Sifat dari proses
keperawatan itu sendiri yaitu siklik,fleksibel,dinamis dan interdependent. Dalam
membuat proses keperawata ada beberapa langkah-langkah yang harus dilalui yaitu
mengumpulkan informasi, menentukan diagnose keperawatan aktual atau potensial,
mengidentifikasi hasil yang dapat diukur dan menggambarkan respon pasien,
mengembangkan intervensi individu yang bertujuan mencapai hasil, mengevaluasi
kemajuan pencapaian tujuan, menilai rencana keperawatan. Metode yang digunakan
dalam proses keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam pembuatan proses
keperawatan ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni salah satunya teknik dalam
pendokumentasian proses keperawatan. Ada lima tahap dalam proses keperawatan yakni
pengkajian,diagnose keperawatan,perencanaan,impementasi dan evaluasi. Dimana
masing-masing setiap tahap ada langkah-langkah yang harus dilakukan dan tentunya
harus diperhatikan. Proses keperawatan sangat penting karena berfungsi sebagai kerangka
fikir untuk menjalankan fungsi dan tanggung jawab keperawatan dalam lingkup yang
luas. Proses keperawatan juga berfungsi sebagai alat untuk mengenal masalah pasien,
menyusun perencanaan secara sistematik, melaksanakan tindakan dan menilai hasil
tindakan.
44
Daftar Pustaka
Isti handayaningsih, dokumentasi keperawatan (panduan, konsep dan aplikasi), mitra cendikia
press, yogyakarta, 2009.
Setiadi, Konsep dan penulisan dokumentasi asuhan keperawatan(teori dan praktik), graha ilmu,
yogyakarta, 2012.
Perry, Potter.2010.Fundamental keperawatan buku 1 edisi 7.Jakarta:Salemba Medika
Purwanto. Edi. 2011. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.
45