Anda di halaman 1dari 16

SURVAILANS BENCANA

ERUPSI GUNUNG MERAPI


KELOMPOK 1
Anggota Kelompok 1
 Apriyani Ayu Pertiwi  Purwanti
 Dewi Hidayati  Sheeilla Napisha
 Dinie Ariesthia Ismail  Winda Melyana
 Diyan Rahayu  Widya Pratiwi Ningrum
 Hanny Rohmatul Hafidah  Umda Khasanah
 Ira Sepyani  Umi Hapilda
 Iyos Rosmala  Umi Isnaenul Kodriyah
 Leni Nurjanah  Umi Nazilatul Fauziah
 Neneng Romlah  Eka Damayanti
 Noviyani
Surveilans kesehatan masyarakat adalah
pengumpulan, analisis, dan analisis data
PENGERTIAN
secara terus - menerus dan sistematis SURVEILANS KETIKA
yang kemudian didiseminasikan
(disebarluaskan) kepada pihak-pihak
TERJADI BENCANA
yang bertanggungjawab dalam
pencegahan penyakit dan masalah Selanjutnya surveilans
kesehatan lainnya (DCP2, 2008). menghubungkan informasi
. tersebut kepada pembuat
keputusan agar dapat
dilakukan langkah-langkah
pencegahan dan pengendalian
penyakit (Last, 2001).

Surveilans memantau terus - menerus


kejadian dan kecenderungan penyakit,
mendeteksi dan memprediksi outbreak
pada populasi, mengamati faktorfaktor
yang mempengaruhi kejadian penyakit,
seperti perubahan-perubahan biologis
pada agen, vektor, dan reservoir
Apa itu erupsi gunung merapi..??
Erupsi gunung merapi merupakan salah satu bencana yang yang dapat
menimbulkan dampak yang begitu luas, baik bagi kesehatan maupun
lingkungan. Melihat hal tersebut maka penting bagi kita untuk
melakukan persiapan agar terhindar dari dampak yang ditimbulkan oleh
erupsi gunung api.

Salah satu cara untuk menghindari dampak erupsi gunung api, adalah
dengan mengetahui apa saja yang harus dilakukan saat erupsi gunung
api terjadi, Sehingga dengan demikian, kita dapat segera
mengevakuasi diri secepat mungkin.
Tujuan dilakukan nya kegiatan
Surveilans ketika terjadi bencana :
 Mengurangi jumlah kesakitan, resiko kecacatan dan
kematian saat terjadi bencana Mencegah atau
mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan
penyebarannya
 Mencegah atau mengurangi resiko dan mengatasi
dampak kesehatan lingkungan akibat bencana (misalnya
perbaikan sanitasi)

Secara umum tujuan dari surveilans berbasis


masyarakat adalah terciptanya sistem kewaspadaan
dan kesiapsiagaan dini di masyarakat terhadap
kemungkinan terjadinya penyakit dan masalah-
masalah kesehatan yang akan mengancam dan
merugikan masyarakat yang bersangkutan.
Surveilans berbasis masyarakat pada kejadian erupsi
merapi adalah bertujuan untuk ;

(1) Masyarakat mengetahui secara dini tanda-tanda akan timbulnya


penyakit atau masalah-masalah kesehatan lain dan melaporkannya kepada
petugas kesehatan; seperti Pneumonia,ISPA,Penyakit Kulit,Diare dan
lain sebagainya.
(2) Masyarakat mengetahui secara dini tanda-tanda akan timbulnya
masalah lingkungan di wilayahnya sebagai faktor risiko yaitu misalnya
tentang persediaan air bersih, pembuangan air limbah, jamban,
pengelolaan sampah dan perumahan yang meliputi ventilasinya,
pencahayaannya kepadatan huninya, dan lain-lain;
(3) Masyarakat mengetahui secara dini tanda-tanda akan timbulnya
masalah gizi sebagai faktor risiko, karena minimnya persediaan makanan
selama terjadi bencana erupsi merapi
(4) Masyarakat mengetahui secara dini berkembangnya perilaku hidup di
kalangan warga yang merugikan kesehatan. Baik perorangan, keluarga
maupun masyarakat, sebagai faktor risiko. (Depkes, 2006)
Langkah – Langkah Surveilans Penyakit di
daerah bencana gunung meletus
 Pengumpulan Data
a. Data kesakitan dan kematian
Mengumpulkan data terjadi nya angka kesakitan dan kematian korban bencana gunung
meletus, guna mengetahui prevalensi korban bencana alam.
Data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana harus dapat dianalisis, dan
dibuat kesimpulan berupa rencana kerja atau kebijakan, misalnya apa saja yang harus
dilakukan masyarakat untuk kembali dari pengungsian, rekonstruksi dan rehabilitasi
seperti apa yang harus diberikan
b. Sumber data
Pengumpulan data kesakitan penyakit-penyakit yang diamati dan data kematian
melalui pencatatan harian kunjungan rawat jalan dan rawat inap Pos Kesehatan yang
ada di wilayah terjadinya erupsi merapi
c. Jenis data
• Form BA‐3: register harian penyakit pada korban bencana
• Form BA‐4: rekapitulasi harian penyakit korban bencana
• Form BA‐5: laporan mingguan penyakit korban bencana
• Form BA‐6: register harian kematian korban bencana
Pengolahan dan Penyajian Data
Pengumpulan kesakitan dan kematian. Data kesakitan yang dikumpulkan meliputi
jenis penyakit yang diamati berdasarkan kelompok usia.
Data kematian adalah setiap kematian pengungsi, penyakit yang kemungkinan
menjadi penyebab kematian berdasarkan kelompok usia. Data denominator (jumlah
korban bencana) diperlukan untuk menghitung pengukuran epidemiologi, misalnya
angka insidensi, angka kematian, dan sebagainya.
Data surveilans yang terkumpul diolah untuk menyajikan informasi epidemiologi
sesuai kebutuhan. Penyajian data meliputi deskripsi maupun grafik data kesakitan
penyakit menurut umur dan data kematian menurut penyebabnya akibat bencana.

Analisis dan Interpretasi


Kajian epidemiologi merupakan kegiatan analisis dan interpretasi data epidemiologi
yang dilaksanakan oleh tim epidemiologi. Langkah-langkah pelaksanaan analisis,
antara lain meliputi :
Menentukan prioritas masalah yang akan dikaji
Merumuskan pemecahan masalah dengan memperhatikan efektifitas dan efisiensi
kegiatan
Menetapkan rekomendasi sebagai tindakan korektif.
Menganalisa dan Menginterpretasikan Data bertujuan menentukan arah
respon/penanggunglangan dan menilai keberhasilan respon/evaluasi.
KEGIATAN PELAKSANAAN POS KESEHATAN :
Pelaksana pos kesehatan adalah puskesmas setempat,
apabila puskesmas tidak mampu atau rusak karena bencana, pelaksana
pos kesehatan di lokasi pengungsi adalah puskesmas yang
diperbantukan, tim relawan, swasta dan LSM yang berminat
dibawah koordinasi dinkes kabupaten/kota;

 Pelayanan yang diselenggarakan meliputi pelayanan kesehatan dasar, yang


untuk beberapa hal disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat;
 Pelayanan tersebut mencakup promosi kesehatan, pelayanan gizi,
pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular:
 Menyelenggarakan pelayanan imunisasi;
 Menyelenggarakan kegiatan penemuan penderita penyakit menular;
 Menyelenggarakan surveilans epidemiologi penanggulangan KLB;
 Menyelenggarakan kegiatan pencegahan dan penanggulangan KLB;
 Menyelenggarakan kegiatan penyehatan lingkungan.
 Disamping penyakit yang berpotensi KLB, penyakit tidak menular juga
diamati seperti trauma dan luka-luka;
Prioritas Kajian
10
Awal
Status Epidemiologi Pengungsi Sebagai
Bahan Penetapan Sistem Surveilans
Pada Bencana Erupsi Merapi
 Perkembangan Penyakit
Potensial KLB
 Makanan & Gizi Ancaman
 Imunisasi  Penyakit
 Air, Sanitasi, dan Musim Menular
 Status Pelayanan  Pnemonia
Kesehatan Darurat,
termasuk sistem surveilans  Gizi
yang ada  Pelayanan
 Ekonomi, Sosial, Politik, Kesehatan
Keamanan, Transportasi,
Komunikasi
Kegiatan Surveilans yang dilakukan di
Pos Kesehatan Gunung Meletus

 Analisis Data Pelayanan Pengobatan


 Analisis Data Faktor Risiko
 Laporan Berkala Situasi Darurat
 Laporan Berkala Upaya Penanggulangan
 Laporan Masyarakat
 Hasil Wawancara
Kegiatan Surveilans
12 Intensif
pada situasi bencana
 Analisis Data Pelayanan Pengobatan
 Analisis Data Faktor Risiko
 Laporan Berkala Situasi Darurat
 Laporan Berkala Upaya
Penanggulangan
 Laporan Masyarakat
 Hasil Wawancara

Kajian Terus
Menerus

Informasi Terus Menerus Pada Tim


Penanggulangan
Tindak Lanjut kemungkinan adanya
peningkatan kasus-kasus tersangka penyakit
yang ditularkan melalui makanan
 Apabila petugas kesehatan di pos kesehatan menemukan atau
mencurigai kemungkinan adanya peningkatan kasus‐kasus tersangka
penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne diseases)
ataupun penyakit lain yang jumlahnya meningkat dalam kurun
waktu singkat, maka petugas yang bersangkutan harus melaporkan
keadaan tersebut secepat mungkin ke puskesmas terdekat atau dinas
kesehatan kabupaten/kota.
 Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di
dunia, terutama saat terjadi bencana
 Makanan diperkirakan sebagai rute transmisi utama
mikroorganisme penyebab penyakit diare dan penyakit lainnya
seperti brucellosis, hepatitis A, listeriosis, dan botulisme.
 Makanan dapat juga menyebabkan penyakit apabila mengandung
bahan kimia beracun, baik yang ada secara alami (contohnya
glikosida sianida dalam singkong) maupun yang berasal dari
kontaminasi bahan kimia (contohnya logam-logam beracun).
 Oleh karena itu banyak negara membentuk program keamanan
pangan. Suatu program keamanan pangan membutuhkan
informasi untuk menetapkan prioritas, membuat kebijakan,
memonitor kemajuan dan mengevaluasi hasil-hasilnya
• Penyebarluasan Informasi
Pertemuan tim epidemiologi kabupaten/kota untuk melakukan
analisis data dan merumuskan rekomendasi rencana tindak lanjut,
penyebarluasan informasi mengenai dampak erupsi gunung merapi

Informasi ini meliputi:


 kontaminasi bahan makanan pada berbagai tahapan dalam rantai
makanan (produksi, pengolahan, distribusi, penyimpanan, persiapan) dan
pengaruhnya terhadap keamanan pangan; pola konsumsi makanan; dan
kejadian penyakit bawaan makanan dan faktor-faktor yang
penyebab/pencetusnya.
 Informasi tentang kejadian penyakit bawaan makanan dan faktor-
faktor penyebab/pencetusnya dapat diperoleh melalui program
surveilans epidemiologis.
 Dengan demikian, surveilans epidemiologis pada penyakit bawaan
makanan adalah dasar perencanaan dan pengelolaan program-program
keamanan pangan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai