Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan dengan judul “Manajemen puskesmas”.
Sesuai dengan materi pembelajaran mahasiswa dikelas. Mahasiswa
dituntut untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu yang berhubungan
dengan Adminitrasi dan Kebijakan kesehatan salah satunya mengenai manajemen
puskesmas. Maka dari itu, penyusun membuat makalah ini agar mahasiswa lebih
memahami segala yang berhubungan tentang manajemen puskesmas.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca dan
tidak lupa penyusun meminta maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu
kritik dan saran sangat penyusun harapkan demi kebaikan kedepannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan hidup
manusia. Dengan kondisi yang sehat, manusia dapat melakukan aktivitas
sehari-harinya dengan baik, tanpa terganggu oleh kesehatan tubuh yang
kurang optimal. Masyarakat di Indonesia masih terbilang terbelakang dalam
hal menjaga kesehatan, mereka masih kurang menyadari akan pentingnya
untuk menjaga kesehtan diri, keluarga dan lingkungannya, yaitu memahami
akan pentingnya promotif dan preventif atau lebih kita kenal dengan lebih
baik mencegah daripada mengobati. Dengan kurangnya kesadaran tersebut
mengakibatkan masyarakat di Indonesia terutama masyarakat awam sangatlah
mudah untuk terjangkit penyakit. Melihat semua masalah kesehatan tersebut,
perlu adanya perbaikan dibidang kesehatan. Untuk itu, sangatlah perlu
terselengaranya berbagai upaya kesehatan, baik upaya kesehatan perorangan
maupun upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas
penyelenggaraan. Yang hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari
puskesmas, sehingga untuk memperbaiki kesehatan masyarakat tersebut, perlu
ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik agar puskesmas benar-benar
berfungsi sesuai dengan tugasnya.
Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien.
Sehingga terciptalah masyarakat yang sehat dan produktif. Tidak gampang
terjangkit penyakit dan selalu menjaga kesehatannya dengan baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan peraturan puskesmas ?
2. Apa pengertian puskesmas ?
3. Bagaimana wilayah kerja puskesmas dan ruang lingkup pelayanan
puskesmas ?
1
4. Bagaimana tata kerja pusekesmas ?
5. Apa kedudukan puskesmas ?
6. Bagaimana struktur organisasi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian masa remaja
2. Dapat mengetahui penilaian status gizi masa remaja
3. Mengetahui pertumbuhan, perubahan emosional dan pilihan makanan
remaja
4. Mengetahui apa saja kebutuhan gizi pada masa remaja
5. Dapat mengetahui masalah gizi dan kesehatan pada masa remaja
6. Mengetahui kondisi-kondisi yang meningkatkan kebutuhan gizi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pada tahun 1970 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional di
rasakan pembagian puskesmas berdasarkan katagori tenaga ini kurang sesuai,
karena untuk puskesmas tipe B dan tipe C tidak dipimpin oleh dokter penuh
atau sama sekali tidak ada tenaga dokternya, sehingga dirasakan sulit untuk
mengembangkannya. Sehingga mulai tahun 1970 ditetapkan hanya satu
macam puskesmas dengan wilayah kerja tingkat kecamatan atau pada suatu
daerah dengan jumlah penduduk antara 30.000 sampai 50.000 jiwa. Konsep
berdasarkan wilayah kerja ini tetap dipertahankan sampai dengan akhir pelita
II pada tahun 1979 yang lalu, dan ini yang lebih dikenal dengan Konsep
Wilayah.
Sesuai dengan perkembangan dan kemampuan pemerintah dan dikeluarkannya
Inperes Kesehatan Nomor 5 tahun 1974, Nomor 7 tahun 1975, dan Nomor 4
tahun 1976, dan berhasil mendirikan serta menempatkan tenaga dokter ke
semua wilayah tingkat kecamatan diseluruh pelosok tanah air, maka sejak
Repelita III konsep wilayah diperkecil yang mencakup suatu wilayah dengan
penduduk sekitar 30.000 jiwa. Dan sejak tahun 1979 mulai dirintis
pembangunan puskesmas didaerah – daerah tingkat kelurahan atau desa yang
memiliki jumlah penduduk sekitar 30.000 jiwa. Dan untuk mengkoordinasi
kegiatan – kegiatan yang berada disuatu kecamatan, maka salah satu
puskesmas tersebut ditunjuk sebagai penanggung jawab dan disebut dengan
nama puskesmas tingkat kecamatan atau yang disebut dengan puskesmas
pembina. Dan puskesmas – puskesmas yang ada di tingkat kelurahan atau desa
disebut dengan puskesmas kelurahan atau yang lebih dikenal dengan
puskesmas pembantu. Dan sejak itu puskesmas dibagi dalam 2 katagori seperti
apa yang kita kenal sekarang, yaitu :
1. Puskesmas kecamatan (puskesmas pembina)
2. Puskesmas kelurahan atau desa (puskesmas pembantu)
Pengkatagorian puskesmas seperti ini, hingga sekarang masih digunakan.
4
B. Pengertian Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014, Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan fasilitas
pelayanan tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem
kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Puskesmas adalah
suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004),
puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerja (Effendi, 2009). Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas
merupakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan
kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan
kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut
ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin
dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup
usia (Effendi, 2009).
5
kesehatan kabupaten/kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah
puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap puskesmas. Untuk perluasan
jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disecut puskesmas pembantu
dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk
satu juta jiwa atau ebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu
kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000
jiwa atau lebih, merupakan puskesmas pembina yang berfungdi sebagai pusat
rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
Dalam perkembangannya, batasan-batasan di atas semakin kabur seiring
dengan diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah yang lebih
mengedepankan desentralisasi. Pada otonomi, setiap daerah tingkat II
mempunyai kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai Rencana
Strategi (Renstra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan sesuai situasi dan kondisi
daerah tingkat II. Konsekuensinya adalah perubahan struktur organisasi
kesehatah serta tugas pokok da fungsi yang menggambarkan lebih
dominanyan aroma kepentingan daerah tingkat II, yang memungkinkan
terjadinya perbedaan penentuan tingkat skala prioritas upaya peningkatan
pelayanan kesehatan ditiap daerah tingkat II, dengan catatan setiap kebijakan
tetap mengacu kepada Renstra Kesehatan Nasional. Di sisi lain, daerah tingkat
II dituntut untuk melakukan akselerasi di semua sektor penunjang upaya
pelayanan kesehatan (Hatmoko, 2006). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada
kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan
berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaraan.
Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya, Puskesmas dikategorikan
menjadi:
1. Puskesmas kawasan perkotaan
6
Puskesmas kawasan perkotaan merupakan Puskesmas yang wilayah
kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4
(empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut:
a) aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor
non agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa;
b) memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km,pasar
radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop,
atau hotel;
c) lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik;
dan/atau
d) terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan.
7
a) aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor
agraris;
b) memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar
dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5
km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel;
c) rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen;
dan
d) terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas.
8
c) kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak
stabil.
9
D. Tata Kerja Puskesmas
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib menetapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Puskesmas
maupun dengan satuan organisasi di luar Puskesmas sesuai dengan tugasnya
masing-masing. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib
mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk atasan serta mengikuti bimbingan
teknis pelaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Dati II,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepala
Puskesmas bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasi semua unsur
dalam lingkungan Puskesmas, memberikan bimbngan serta petunjuk bagi
pelaksanaan tugas masing-masing petugas bawahannya. Setiap unsur di
lingkungan Puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dari dan
bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas. Hal-hal yang menyangkut tata
hubungan dan koordinasi dengan instansi vertikal Departemen Kesehatan RI
( akan diatur dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Kesehatan RI ).
1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan kantor
kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat
kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal
pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh puskesmas,
koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitasi.
2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
dengan demikian secara teknis dan administratif, puskesmas
bertanggungjawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab membina serta
memberikan bantuan administratif dan teknis kepada puskesmas.
3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
10
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh
lembaga masyarakat dan swasta, puskesmas menjalin kerjasama termasuk
penyelenggaraan rujukan dan memantau kegiatan yang diselenggarakan.
Sedangkan sebagai Pembina upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat,
puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan
sesuai kebutuhan.
4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan
berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan,
jalinan kerjasama tersebut diselenggarakan dengan berbagai sarana
pelayanan kesehatan perorangan seperti rumah sakit (kabupaten/kota) dan
berbagai balai kesehatan masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-
paru, balai kesehatan mata masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat,
balai kesehatan olahraga masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat,
balai kesehatan indra masyarakat). Sedangkan untuk upaya kesehatan
masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan dengan berbagai sarana
pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai
Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat.
Kerjasama tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan
yang menyeluruh dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Unit bidan di desa/komunitas.
5. Dengan Lintas Sektor
Tanggungjawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk mendapat hasil
yang optimal, penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus
dapat dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di
tingkat kecamatan. Diharapkan di satu pihak, penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di kecamatan tersebut mendapat dukungan dari
11
berbagai sektor terkait, sedangkan di pihak lain pembangunan yang
diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat kecamatan berdampak positif
terhadap kesehatan.
6. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya, puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat
sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif tersebut
diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP)
yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh masyarakat,
tokoh agama, LSM, orgasnisasi kemasyarakatan, serta dunia usaha. BPP
tersebut berperan sebagai mitra puskesmas dalam menyelenggarakan
pembangunan Kesehatan.
E. Kedudukan Puskesmas
12
3. Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai
Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan
unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di
tingkat kecamatan.
F. Struktur Organisasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128
Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat pada Bab
III tentang Kedudukan, Organisasi, dan Tata kerja menyatakan bahwa struktur
organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-
masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu
kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan
penetapannya dilakukan dengan Peraturan Daerah.
Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari :
a) Kepala Puskesmas
b) Sub Bagian Tata Usaha
c) Pokia Upaya Kesehatan Masyarakat
d) Pokia Upaya Pelayanan Kesehatan
13
e) Pokia Upayan Penanggulangan Masalah Kesehatan dan Bencana; dan
f) Kelompok Jabatan Fungsional
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16