DOSEN PEMBIMBING:
dr. Rusdani., M.KKK
DISUSUN OLEH:
Ny. Aisyah, 42 tahun, memiliki 3 orang anak dan saat ini tengah
hamil 8 bulan. Pada saat kontrol ke Puskesmas ditemukan tekanan darah
Ny. Aisyah 160/110 mmHg, edema pretibia (+) dan protein urin +2,
sehingga dokter puskesmas menduga Ny. Aisyah mengalami pre
eklampsia. Kemudian dokter memasang infus berupa regimen MgSO4,
dokter juga memasang kateter urin dan memberikan obat antihipertensi.
Dokter puskesmas ini sangat memahami bahwa preeklampsia ini adalah
salah satu penyebab kematian utama Ibu dan berisiko terjadinya
Eklampsia, sehingga segera merujuk ke RSUD.
Di RSUD, dokter spesialis Obsgyn melakukan anamnesis ulang
dan diketahui bahwa pada kehamilan 2 bulan Ny. Aisyah pernah
mengalami perdarahan sedikit namun sejak saat itu tidak pernah
perdarahan lagi, dan tidak ada riwayat hipertensi diluar kehamilan.
Dari pemeriksaan fisik dokter menemukan tinggi fundus uteri 2 jari
di atas pusat, DJJ 140x/menit reguler. Kemudian dokter memberikan
penjelasan pada ibu bahwa saat ini ia menderita preeklampsia berat dengan
kemungkinan terjadi gangguan pertumbuhan janin sehingga harus
dilakukan perawatan serta pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
USG, CTG dan laboratorium. Ibu Aisyah pun dirawat diruang patologi
kehamilan di RSUD. Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada
kehamilan Ny. Aisyah?
TERMINOLOGI ASING
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hubungan preeklampsia dengan gangguan
pertumbuhan yang mungkin dialami janin Ny. Aisyah? Siti
2. Mengapa dokter memasang infus berupa regimen MgSO4? Intan
3. Apakah Riwayat preeklampsia bisa terjadi dikehamilan
berikutnya? Roza
4. Mengapa Ny. Aisyah dipasangkan kateter urin? Intan
5. Mengapa dilakukan pemeriksaan USG CTG Laboratorium? Rensi
6. Mengapa preeklampsia dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin? Intan
7. Mengapa Ny. Aisyah mengalami edema pritebia pada saat
kehamilan? Intan
8. Bagaimana hubungan perdarahan yang dialami pada kehamilan
bulan kedua dengan preeklampsia yang dialami Ny. Aisyah? Siti
HIPOTESIS
1. Pada pre-eklampsia terjadi vasokontriksi dan kenaikan viskositas
darah sehingga aliran darah menjadi lambat dan volumenya pun
menurun sehingga janin kurang mendapat oksigen dan nutrisi.
(Siti).
2. Mencegah dan mengurangi spasme (kejang). (Siti)
3. Wanita yang sudah pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan
pertama masih memiliki resiko untuk kembali mengalami di
kehamilan kedua dan seterusnya. (Roza)
4. Pemasangan kateter untuk mengetahui volume dan pemeriksaan
proteinuria. (Intan)
5. Pemeriksaan USG untuk mengetahui perkembangan janin, CTG
untuk mengetahui/ memantau DJJ dan kontraksi rahim, dan
laboratorium untuk mengetahui apakah ada protein dalam urin dan
kemungkinan HIV pada ibu hamil. (Intan)
6. - Bisa kekurangan nutrisi karena tidak memadainya aliran darah
rahim ke plasenta
- Adanya keterlambatan pertumbuhan bayi dlm kandungan
- Prematur
- Bayi lahir mati (Intan)
7. Edema pretibia atau edema pada kaki terjadi karena volume darah
selama kehamilan dan tekanan dari rahim ke pembuluh darah di
kaki. Selama kehamilan tubuh memproduksi darah lebih banyak
cairan tubuh untuk membantu memelihara bayi dan melahirkan
tubuh serta mempercepat sendi panggul untuk melahirkan. (Intan)
8. Perdarahan pada T1 bisa dikarenakan abortus imminens, mola
hidatosa atau KET, dimana mola hidatosa merupakan faktor resiko
terjadinya pre-eklampsia atau bisa jadi normal yang terjadi karena
proses implantasi. (Ragil).
SKEMA
Ny. Aisyah, 42 tahun
Datang ke puskesmas
PENATALAKSANAAN 1. Epilepsi
MgSO4 anastesia
Pembahasan
Pre eklampsia
Eklampsia
Epidemiologi Eklampsia
Etiologi Eklampsia
• Hamil pada usia tua (diatas 35 tahun) atau usia remaja (dibawah 20
tahun)
• Memiliki riwayat eklampsia pada kehamilan sebelumnya
• Memiliki riwayat hipertensi sebelum kehamilan
• Riwayat diabetes gestasional, diabetes yang terjadi dalam masa
kehamilan
• Kehamilan kembar
• Riwayat keluarga mengalami pre-eklampsia atau eklampsia
• Obesitas
• Memiliki riwayat penyakit lupus, arthritis rheumatoid, dan
penyakit ginjal.
3. Menjelaskan patofisiologi Pre eklampsia dan Eklampsia
a. Perubahan Kardiovaskuler
Turunnya tekanan darah pada kehamilan normal ialah karena
vasodilatasi perifer yang diakibatkan turunnya tonus otot polos arteriol,
mungkin akibat meningkatnya kadar progesteron di sirkulasi, dan atau
menurunnya kadar vasokonstriktor seperti angiotensin II dan adrenalin
serta noradrenalin, dan atau menurunnya respon terhadap zat-zat
vasokonstriktor tersebut akan meningkatnya produksi vasodilator atau
prostanoid seperti PGE2 atau PGI2. Pada trimester ketiga akan terjadi
peningkatan tekanan darah yang normal ke tekanan darah sebelum hamil.
Kurang lebih sepertiga pasien dengan preeklampsia akan terjadi
pembalikan ritme diurnalnya, sehingga tekanan darahnya akan meningkat
pada malam hari.
Patofisiologi Eklampsia
Eklampsia terjadi karena perdarahan dinding rahim berkurang
sehingga plasenta mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan ischemia
uteroplasenta dan peningkatan tekanan darah. Terjadinya ischemia
uteroplasenta dan hipertensi menimbulkan kejang atau sampai koma pada
wanita hamil.
Pada eklampsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat
dari arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
semua arteriola dalam tubuh mengalami spasmus, maka tekanan darah
dengan sendirinya akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum
diketahui sebabnya, mungkin disebabkan oleh retensi air dan
garam,proteinuriamungkin disebabkan oleh spasmus Arteriola sehingga
terjadi perubahan glomerulus.
Perubahan pada organ-organ:
1. Perubahan pada otak
Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula
pada pembuluh darah otak. Edema terjadi pada otak yang dapat
menimbulkan kelainan serebral dan kelainan pada visus. Bahkan pada
keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
2. Perubahan pada rahim
Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan
oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklampsi dan eklampsi sering terjadi
bahwa tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan meningkat maka
terjadilah partus prematurus.
3. Perubahan ada ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang.
Hal ini menyebabkan filfrasi natrium melalui glomerulus menurun,
sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus
dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat
terjadi oliguria dan anuria.
4. Perubahan pada paru-paru
Kematian wanita pada pre-eklampsi dan eklampsi biasanya
disebabkan oleh edema paru. Ini disebabkan oleh adanya dekompensasi
kordis. Bisa pula karena terjadinya aspires pnemonia. Kadang-kadang
ditemukan abses paru.
5. Perubahan pada mata
Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah.
Pada eklampsi dapat terjadi ablasio retina disebabkan edema intra-okuler
dan hal ini adalah penderita berat yang merupakan salah satu indikasi
untuk terminasi kehamilan. Suatu gejala lain yang dapat menunjukkan arah
atau tanda dari pre-eklampsi berat akan terjadi eklampsi adalah adanya:
skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan perubahan peredaran
darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
6. Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklampsi berat dan pada eklampsi : kadar gula darah naik
sementara asam laktat dan asam organik lainnya naik sehingga cadangan
alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang.
Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi sehingga natrium
dilepas lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk
bikarbonat natrikus. Dengan begitu cadangan alkali dapat kembali pulih
normal.
4. Menjelaskan manifestasi klinis Pre eklampsia dan Eklampsia
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia yaitu hipertensi dan
proteinuria, merupakan kelainan yang biasanya tidak disadari oleh wanita
hamil. Pada waktu keluhan seperti oedema, sakit kepala, gangguan
penglihatan atau nyeri epigastrium mulai timbul, kelainan tersebut
biasanya sudah berat.
1. Tekanan darah
Kelainan dasar pada preeklampsi adalah vasospasme arteriol,
sehingga tidak mengherankan bila tanda peringatan awal yang paling bisa
diandalkan adalah peningkatan tekanan darah. Tekanan diastolik mungkin
merupakan tanda prognostik yang lebih andal dibandingakan tekanan
sistolik, dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap
menunjukan keadaan abnormal.
2. Kenaikan Berat badan
Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dapat mendahului
serangan preeklampsia, dan bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan
merupakan tanda pertama preeklampsia pada wanita. Peningkatan berat
badan sekitar 0,45 kg perminggu adalah normal tetapi bila melebihi dari 1
kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan maka kemungkinan terjadinya
preeklampsia harus dicurigai. Peningkatan berat badan yang mendadak
serta berlebihan terutama disebabkan oleh retensi cairan dan selalu dapat
ditemukan sebelum timbul gejala edem non dependen yang terlihat jelas,
seperti kelopak mata yang membengkak, kedua tangan atau kaki yang
membesar.
3. Proteinuria
Derajat proteinuria sangat bervariasi menunjukan adanya suatu
penyebab fungsional (vasospasme) dan bukannya organik. Pada
preeklampsia awal, proteinuria mungkin hanya minimal atau tidak
ditemukan sama sekali. Pada kasus yang paling berat, proteinuria biasanya
dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/lt. Proteinuria hampir selalu timbul
kemudian dibandingkan dengan hipertensi dan biasanya lebih belakangan
daripada kenaikan berat badan yang berlebihan.
4. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan semakin sering
terjadi pada kasus-kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada
daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian
analgesik biasa. Pada wanita hamil yang mengalami serangan eklampsi,
nyeri kepala hebat hampir dipastikan mendahului serangan kejang
pertama.
5. Nyeri epigastrium
Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan
keluhan yang sering ditemukan preeklampsi berat dan dapat menunjukan
serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin disebabkan oleh
regangan kapsula hepar akibat oedem atau perdarahan.
6. Gangguan penglihatan
Seperti pandangan yang sedikit kabur, skotoma hingga kebutaan
sebagian atau total. Disebabkan oleh vasospasme, iskemia dan perdarahan
ptekie pada korteks oksipital.
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah hipertensi dan
proteinuria. Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak disadari
oleh wanita hamil. Pada waktu keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan
penglihatan, dan nyeri epigastrium mulai timbul, hipertensi dan
proteinuria yang terjadi biasanya sudah berat.
1. Tekanan darah. Kelainan dasar pada preeklampsia adalah
vasospasme arteriol sehingga tanda peringatan awal muncul adalah
peningkatan tekanan darah. Tekanan diastolik merupakan tanda
prognostik yang lebih baik dibandingkan tekanan sistolik dan tekanan
diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap menunjukan keadaan
abnormal.
Penatalaksanaan Eklampsia
HELLP Syndrome
Sindroma hemolisis, elevated liver enzymes and low platelet
adalah suatu komplikasi pada preeklampsia – eklampsia berat. Kehamilan
yang dikomplikasikan dengan sindroma HELLP juga sering dikaitkan
dengan keadaan – keadaan yang mengancam terjadinya kematian ibu,
termasuk DIC, oedema pulmonaris, ARF, dan berbagai komplikasi
hemoragik. Insiden terjadinya sindroma ini sebanyak 9,7 % dari
kehamilan yang mengalami komplikasi preeklampsia – eklampsia.
Sindroma ini dapat muncul pada masa antepartum (70 %) dan juga post
partum (30 %). Ciri – ciri dari HELLP syndrome adalah:
• Nyeri ulu hati
• Mual dan muntah
• Sakit kepala
• Tekanan darah diastolik 110 mmHg
• Menampakkan adanya oedema
HELLP syndrome dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian:
1. Mississippi, dibagi menjadi 3 kelas:
• Thrombositopenia
- Kelas 1: ≤ 50.000 / μl
- Kelas 2: > 50.000 ≤ 100.000 / μl
- Kelas 3: > 100.000 ≤ 150.000 / μl
• Disfungsi hemolisis - hepatis
- LDH 600 IU / L
- SGOT dan / atau SGPT 40 IU / L
- Ciri – ciri tersebut harus semua terdapat
1. Paru
Edema paru adalah tanda prognostik yang buruk yang menyertai
eklampsia. Faktor penyebab atau sumber terjadinya edema adalah : (1).
pneumonitis aspirasi setelah inhalasi isi lambung jika terjadi muntah pada
saat kejang; (2). kegagalan fungsi jantung yang mungkin sebagai akibat
hipertensi akibat berat dan pemberian cairan intravena yang berlebihan.
2.
Otak
Pada preeklampsia, kematian yang tiba-tiba terjadi bersamaan dengan
kejang atau segera setelahnya sebagai akibat perdarahan otak yang hebat.
Hemipelgia terjadi pada perdarahan otak yang sublethal. Perdarahan otak
cenderung terjadi pada wanita usia tua dengan hipertensi kronik. Yang
jarang adalah sebagai akibat pecahnya aneurisma arteri atau kelainan vasa
otak (acute vascular accident, stroke). Koma atau penurunan kesadaran
yang terjadi setelah kejang, atau menyertai preeklampsia yang tanpa
kejang adalah sebagai akibat edema otak yang luas. Herniasi batang otak
juga dapat menyebabkan kematian. Bila tidak ada perdarahan otak yang
menyebabkan koma dan dengan pemberian terapi suportif yang tepat
sampai penderita kembali sadar umumnya prognosis pada penderita adalah
baik.
7. Hepar
Nekrosis periportal, gangguan sel liver, perdarahan subkapsuler.
8. Uterus
Solusio plasenta yang dapat menyebabkan perdarahan pascapartum.
Abrutio plasenta yang dapat menyebabkan DIC.
9. Kardiovaskuler
Cardiac arrest, acute decompensatio cordis, spasme vaskular menurun,
tahanan pembuluh darah tepi meningkat, indeks kerja ventrikel kiri naik,
tekanan vena sentral menurun, tekanan paru menurun.
Perdarahan
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan dari uterus dan terjadi
sebelum melahirkan. Perdarahan antepartum dapat terjadi karena robeknya
plasenta yang melekat didekat kanalis servikalis yang dikenal dengan
plasenta previa atau karena robeknya plasenta yang terletak di tempat lain
di dalam rongga uterus atau yang dikenal dengan solusio plasenta.
Eklampsia merupakan faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta
walaupun lebih banyak terjadi pada kasus hipertensi kronik.
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya 500ml atau lebih
darah pada persalinan pervaginam, 1000 ml pada seksio sesaria, 1400 ml
pada histerektomi secara elektif atau 3000 sampai 3500 ml pada
histerektomi saesarea darurat, setelah kala tiga persalinan selesai. Pada
eklampsia sering didapat adanya hemokonsentrasi atau tidak terjadinya
hipervolemia seperti pada kehamilan normal. Hal tersebut membuat ibu
hamil pada kasus eklampsia jauh lebih rentan terhadap kehilangan darah
dibandingkan ibu normotensif.
Kematian Maternal
Kematian maternal adalah kematian setiap ibu dalam kehamilan,
persalinan, masa nifas sampai batas waktu 42 hari setelah persalinan, tidak
tergantung usia dan tempat kehamilan serta tindakan yang dilakukan untuk
mengakhiri kehamilan tersebut dan bukan disebabkan oleh kecelakaan.
Kematian maternal pada eklampsia disebabkan karena beberapa hal antara
lain karena perdarahan otak, kelinan perfusi otak, infeksi, perdarahan dan
sindroma HELLP.
Perinatal
Saat kejang terjadi peningkatan frekuensi kontraksi uterus sehingga tonus
otot uterus meningkat. Peningkatan tersebut menyebabkan vasospasme
arterioli pada miometrium makin terjepit. Aliran darah menuju
retroplasenter makin berkurang sehingga dampaknya pada denyut jantung
janin (DJJ) seperti terjadi takikardi, kompensasi takikardi dan selanjutnya
diikuti bradikardi. Komplikasi neonatal pada kasus eklampsia seperti
asfiksia neonatorum (26%), prematuritas (17%), aspirasi mekoneum
(31%), sepsis (4%), ikterus (22%). Sebanyak 64,1% bayi dilaporkan harus
mendapatkan perawatan di Special Care Baby Unit dengan indikasi
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, asfiksia neonatorum berat
(skor Apgar 5 menit <7), ikterus neonatal, sepsis neonatal. Angka kematian
perinatal pada kasus eklampsia adalah 5411,1 per 1000 kelahiran hidup
diaman 51,4% kematian intrauterin dan 48,6% kematian neonatal.
Penyebab kematian perinatal terbanyak adalah asfiksia (33,3%), sindrom
distress respirasi (22,2%), dan prematuritas (22,2%).
Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya tidak sesuai
dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi. Berat lahir kurang
dibawah beratlahir yang seharusnya untuk masa gestasi tertentu atau kecil
untuk masa kehamilan (KMK) yaitu kalau berat lahirnya dibawah presentil
ke-10 menurut kurva pertumbuhan intrauterin Lubhenco atau dibawah 2
SD menurut kurva pertumbuhan intrauterin.
Pada preeklampsia atau eklampsia terdapat spasmus arteriola spiralis
desidua dengan akibat menurunnya aliran darah ke plasenta. Perubahan
plasenta normal sebagai akibatnya kehamilan, seperti menipisnya
sinsitium, menebalnya dinding pembuluh darah dalam villi karena fibrosis
dan konversi mesoderm menjadijaringan fobrotik, dipercepat dprosesnya
pada preeklampsia atau eklampsia dan hipertensi. Menurunnya alrand arah
ke plasenta mengakibatkan gangguan fungdi plasenta. Pada hipertensi
yang agak lama pertumbuhan janin terganggu sehingga menimbulkan
dismaturitas, sedangkan pada hipertensi yang lebih pendek terjadi gawat
janin sampai kematiannya karena kekurangan oksigenasi.
Trombositopenia
Trombositopenia pada bayi baru lahir dapat merupakan penyakit sistemik
primer sistem hemopoetik atau suatu transfer faktor-faktor yang abnormal
ibu. Kurang lebih 25-50% bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
trombositopenia juga mempunyai jumlah trombosit kurang dari
150.000/mm3 waktu lahir, tapi jumlah ini dapat segera menjaadi normal.
Hipermagnesemia
Disebut hipermagnesemia bila kadar magnesium serum darah lebih besar
atau sama dengan 15 mEq/l. Hal ini dapat terjadi pada bayi baru lahir dari
ibu eklampsia dengan pengobatan magnesium. Pada keadaan ini dapat
terjadi depresi sususan saraf pusat, paralisis otot-otot skeletal sehingga
memerlukan pernapasan buatan.
Neutropenia
Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia dan terutama dengan
sindroma HELLP dapat ditemukan neutropenia. Penyebabnya tidak jelas,
mungkin mempunyai hubungan dengan agent yang menyebabkan
kerusakan endotel pembuluh darah ibu melewati plasenta janin.
Kematian Perinatal
Kematian perinatal terjadi karena asfiksia nonatorum berat, trauma saat
kejang intrapartum, dismaturitas yang berat. Beberapa kasus ditemukan
bayi meninggal intrauterin.
8. Menjelaskan prognosis Pre eklampsia dan Eklampsia
Prognosis Eklampsia
Daftar Pustaka
Witlin AG, Sibai BM. Diagnosis and Management of Women with HELLP
syndrome. 2018.