SKENARIO 1
DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
Pada kehamilan 32 minggu Ny Wati dibawa ke puskesmas karena sudah keluar air-
ketuban dan terasa ingin mengedan. Sampai di puskesmas, bidan tergesa gesa mempersiapkan
sarana untuk melahirkan, seperti kain, lampu pemanas dan sarana lainnya karena pembukaan
sudah lengkap. Tidak lama sesudah itu Ny. Wati langsung melahirkan scorang anak laki-laki.
Bayi terlihat sangat kecil, berwarna kemerahan. Dengan sigap dokter melakukan penghangatan
bayi untuk menghindari hipotermia, serta sekalian melakukan tindakan resusitasi.
Dalam keadaan hangat dokter memeriksa bayi secara menyeluruh untuk mendeteksi
adanya kelainan kongenital yang mungkin terjadi. Setelah bayi dibersihkan, dirawat tali pusat
dengan baik, bayi mendapat suntikan vitamin K1 dan kemudian dirawat di dalam box
penghangat dan dipesankan agar bayi segera disusukan oleh ibunya. Selesai menolong bayi,
dokter menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa berat bayinya 1500 gr, bayi ini berisiko
untuk menderita hipotermia, hipoglikemia, sindrom gawat nafas, infeksi, kejang,
hiperbilirubinemia dan problem menyusui dibanding bayi cukup bulan. Dokter juga
menjelaskan bahwa bayi ini sebaiknya dirawat ibu dengan cara skin to skin contact (metode
kangguru) untuk mencegah hipotermia, dan untuk tumbuh kembang sangat penting pemberian
ASI yang harus diberikan sampai usia 2 tahun.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada bayi tersebut?
1
TERMINOLOGI ASING
1. Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah berada dalam normal.
Selain sering penyakit lain dan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan kondisi ini.
(MedicineNet (2021). Medical Definition of Hypoglycemia Unawareness) (Intan
Permatasari Putri S)
2. Hipotermia adalah penurunan suhu inti hingga 35 derajat celcius atau lebih rendah,
biasanya disebabkan oleh pemajanan terhadap cuaca dingin atau induksi buatan
(Dorland, edisi 31, halaman 1057) (Ragil Nesta)
3. Hipoglikemia adalah konsentrasi glucosa dalam darah mengurang secara abnormal,
yang dapat menimbulkan gemetar, keringat dingin, piloreksi, hipotermia, dan sakit
kepala; bila kronik dan berat, dapat menyebabkan manifestasi susunan saraf pusat dan
pada kasus yang jarang dapat juga fatal (Dorland edisi 31, halaman 1051) (Siti Aisah)
4. Hiperbilirubinemia adalah berlebihnya kadar bilirubin dalam darah yang dapat
menimbulkan ikterus (Dorland edisi 31, halaman 1033) (Roza Aqila Dinta)
5. Resusitasi adalah memulihkan kehidupan atau kesadaran seseorang yang tampak sudah
mati; tindakan ini meliputi pernapasan buatan dan pemijatan jantung (Dorland Eds 31
Hal 1897) (Rensi Novita Sari)
6. Vitamin K1 adalah filokuinon atau fitomenadion, merupakan vitamin yang sering
digunakan untuk mencegah dan mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K, baik
akibat penggunaan antikoagulan seperti warfarin atau akibat penyakit lainnya, misalnya
penyakit hepar kronis. (Kemenkes RI. Formularium Nasional. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. 2020) (Intan Permatasari Putri S)
7. Kongenital adalah terjadi saat lahir atau sebelum lahir; merujuk pada kondisi-kondisi
yang di temukan saat lahir (Dorland edisi 29, halaman 178) (Roza Aqila Dinta)
8. Skin to skin bisa dilakukan dengan cara meletakkan Si Kecil pada dada Anda tanpa
dihalangi oleh pakaian, sehingga kulitnya langsung bersentuhan dengan kulit Anda.
Skin to skin bisa dilakukan saat bayi baru lahir, atau kapan pun Anda merasa perlu
melakukannya (Brusie, C. Verywell Family (2021). How Skin-to-Skin Care Can
Benefit Your Baby) (Intan Permatasari Putri S)
RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa Ny. Wati bisa pecah ketuban dini? (Ragil Nesta)
2. Mengapa dokter dengan sigap melakukan penghangatan bayi dan melakukan
resusitasi? (Dilla Fauziah)
3. Apa efek samping dan kontraindikasi pemberian vitamin K1? (Intan Permatasari Putri
S)
4. Apa saja factor yang dapat menyebabkan hipoglikemia? (Rensi Novita Sari)
HIPOTESIS
1. Ada beberapa factor yang bisa menjadi penyebab pecah ketuban dini pada ibu hamil
infeksi pada Rahim. Peregangan yang berlebihan pada kantung ketuban akibat air
ketuban yang terlalu banyak, peredaran melalui vagina trimester kedua dan ketiga
kehamilan, riwayat pecah ketuban dini sebelumnya, berat badan yang kurang atau
kurang gizi, pernah melahirkan bayi prematur. (Roza aqila Dinta)
2
2. Bayi prematur tidak memiliki Jaringan lemak yang cukup untuk mengatur suhu
tubuhnya dengan baik Itulah sebabnya bay! Premature harus di hangatkan dengan cara
dimasukan ke incubator untuk mengindari udara dingin pada sesaat setelah di lahirkan.
Kemudian bayi premature harus dilakukan tindakan reusistasi karena pertumbuhan
paru-parunya belum lengkap ketika di dalam kandungan Paru-paru bayi premature
memlik slastisites yang rendah sehingga ditakutkan akan memicu gangguan suplal
oksigen kebeberapa organ penting lainnya. (Siti Aisah)
3. Efek samping yang umum terjadi, yaitu nyeri dan bengkak pada lokasi injeksi. Selain
itu dapat timbul flushing sensation, dan peculiar sensation of taste, pusing, berkeringat
banyak, hipotensi singkat, sesak nafas, dan sianosis. Efek samping yang jarang dan
biasanya terjadi setelah injeksi berulang, yaitu plak gatal, indurasi, dan eritema yang
kadang dapat berkembang menjadi lesi seperti skleroderma. Pemberian vitamin K1
pada kontraindikasi pemberian vitamin K1 adalah terdapatnya hipersensitivitas
terhadap komponen penyusun sediaan obat vitamin K1. Efek samping yang berbahaya,
yaitu reaksi hipersensitivitas berat yang bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sebagian besar reaksi hipersensitivitas terhadap fitomenadion terjadi pada pemberian
intravena (Intan Permatasari Putri S)
4. Tingkat kalium yang rendah dapat menyebabkan beberapa kondisi berikut pada ibu
hamil. Mual dan muntah yang berlebihan Ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, yang mengakibatkan hilangnya kalium. (Rensi Novita Sari)
3
SKEMA Ny. Wati
Dibawa ke puskesmas
PEMERIKSAAN FISIK
ANAMNESIS Vaginal toucher
Keluhan utama: (VT): Lengkap (10)
keluar air ketuban Pemeriksaan bayi
PEMERIKSAAN
Keluhan tambahan: secara keseluruhan:
PENUNJANG
Kehamilan 32 minggu Berat badan bayi
terasa ingin mengedan 1500 gr (BBLR)
DIAGNOSIS
Kelahiran Premature
DIAGNOSIS BANDING:
sedang
PENATALAKSANAAN
Penghangatan bayi
Tindakan resusitasi
Bayi mendapat suntikan Vitamin K1
Bayi dirawat dalam box penghangat
Skin to skin (Metode kangguru)
4
Learning Objective
1. Menjelaskan tentang Fisiologi neonatus normal
2. Menjelaskan tentang Perawatan dan Penatalakasanaan bayi baru lahir
3. Menjelaskan pemeriksaan fisik bayi baru lahir dan penilaiannya (APGAR SCORE,dll)
4. Menjelaskan tentang BBLR dan komplikasinya dan resiko morbiditas
5. Menjelaskan tentang Hipotermi dan hipoglikemi pada neonatus
6. Menjelaskan tentang Infeksi pada neonatus
7. Menjelaskan tentang gangguan pernafasan pada neonatus (distres pernapasan)
8. Menjelaskan tentang Kejang pada neonatus
b. Sistem Kardiovaskular
Terdapat perbedaan prinsip antara sirkulasi janin dan bayi karena paru mulai berkurang dan
sirkulasi tali pusat putus. Perubahan ini menyebabkan berbagai bentuk perubahan
hemodinamik yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Darah vena umbilikalis mempunyai tekanan 30-35 mmHg dengan saturasi oksigen
sebesar 80-90% karena hemoglobin janin mempunayi afinitas yang tinggi terhadap
oksigen.
Darah dari vena cava inferior yang kaya oksigen dan nutrisi langsung masuk oramen
ovale dari atrium kanan menuju atrium kiri. Atrium kanan menerima aliran darah yang
berasal dari vena pulmonalis.
5
Aliran darah dari vena cava superior yang berasal dari sirkulasi darah ekstremitas
bagian atas, otak, dan jantung, akan langsung masuk atrium kanan dan selanjutnya
langsung menuju ventrikel kanan.
Curah jantung janin pada saat mendekati aterm adalah sekitar 450 cc/kg/menit dari
kedua ventrikel jantung janin.
Aliran dari ventrikel kiri dengan tekanan 25-28 mmHg dengan saturasi 60% sksn
menuju ke arteri koroner jantung, eketremitas bagian atas, dan 10% menuju aorta
desenden.
Aliran dari ventrikel kanan, dengan tekanan oksigen 20-23 mmHg dengan saturasi 55%
akan menujuk ke aorta desenden yang selanjutnya menuju ke sirkulasi abdomen dan
ekstremitas bagian bawah.
Pada saat lahir terjadi pengembangan alveoli paru sehingga tahanan pembuluh darah paru
semakin menurun karena:
Endothelium relaxing factor menyebabkan relaksasi pembuluh darah dan menurunkan
tahanan pembuluh darah paru.
Pembuluh darah paru melebar sehingga tahanan pembuluh darah makin menurun.
Dampak hemodinamik dari berkembangnya paru bayi adalah aliran darah menuju paru dari
ventrikel kanan bertambah sehingga tekanan darah pada atrium kanan menurun karena tersedot
oleh ventrikel kanan yang akhirnya mengakibatkan tekanan darah pada atrium kiri meningkat
dan menutup foramen ovale, shunt aliran darah atrium kanan kekiri masih dapat dijumpai
selama 12 jam dan total menghilang pada hari ke 7-12.
c. Pengaturan Suhu
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:
Konveksi: pendinginan melaui aliran udara di sekitar bayi. Suhu udara di kamar
bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada
pintu dan jendela yang terbka. Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup jauh dari
area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk meminimalkan konveksi ke
udara sekitar bayi.
Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah. Bayi
baru lahiryang dalam keadaan basah kehilangan panas dengan cepat melalui cara ini.
Karena itu, bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut,
sesegera mungkin setelah dilahirkan.
Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan
kulit bayi. Panas dapat hilang secara radiasi ke benda padat yang terdekat, misalnya
jendela pada musim dingin. Karena itu , bayi harus diselimuti, termasuk kpalanya,
idealnya dengan handuk hangat.
Konduksi: melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi.
d. Sistem Ginjal
Ginjal bayi belum matur sehingga menyebabkan laju filtrasi glomerulus rendah dan
kemampuan reabsorbsi tubular terbatas. Urin pertama keluar dalam 24 jam pertama dan dengan
frekuensi yang semakin sering sesuai intake.
e. Sistem Pencernaan
Secara struktur sudah lengkap tapi belum sempurna, mukosa mulut lembab dan pink. Lapisan
keratin berwarna pink, kapasitas lambung sekitar 15-30 ml, feses pertama berwarna hijau
kehitaman.
6
a) Pencegahan Infeksi
Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau
steril.
Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam
keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
b) Melakukan penilaian
Apakah bayi cukup bulan/tidak
Apakah air ketuban bercampur mekonium/tidak
Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas Jika bayi tidak bernapas atau bernapas
megap–megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
7
badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi
dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.
8
Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan:
Keringkan bayi secara seksama
Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
Tutup bagian kepala bayi
Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2021)
g) Pencegahan infeksi
Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal
atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg/hari selama 3 hari, dan bayi beresiko
tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5–1 mg IM.
Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan
obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau
tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi
selesai dengan perawatan tali pusat
Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan
pada mata bayi segera setelah lahir
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakanpencegahan
infeksi berikut ini:
Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak denganbayi.
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah
didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang
bersih dan baru.
Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan.
Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda- benda
lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan
cuci setiap setelah digunakan). (Dep.kes.RI, 2021).
3. Menjelaskan pemeriksaan fisik bayi baru lahir dan penilaiannya (APGAR SCORE,dll)
9
BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran.Pengukuran menit pertama digunakan
untuk menilai bagaimana ketahanan bayi melewati proses persalinan. Pengukuran pada
menit kelima menggambarkan sebaik apa bayi dapat bertahan setelah keluar dari rahim
ibu.Pada situasi tertentu pengukuran ke tiga kalinya dan selanjutnya dapat dilakukan pada
menit ke 10, 15, dan 20 setelah kelahiran.
Pengkajian ini didasarkan pada lima aspek yang menunjukan kondisi fisiologis neonatus
tersebut, yakni :
1. Denyut jantung, dilakukan dengan auskultasi menggunakan stetoskop
2. Pernafasan, dilakukan bersadarkan pengamatan gerakan dinding dada
3. Tonus otot, dilakukanberdasarkan derajat fleksi dan pergerakan ekstermitas
4. Iritabilitas reflex, dilakukan berdasarkan respons terhadap tepukan halus pada telapak
kaki
5. Warna dideskripsikan sebagai pucat, sianotik, atau merah muda
Setiap hal di atas diberi nilai 0, 1, atau 2. Evaluasi dilakukan pada 1 menit pertama dan
menit kelima setelah bayi lahir.
Nilai APGAR
Keterangan :
Pemberian nilai APGAR baik itu pada APGAR 1 (1 menit pertama), atau pada
Nilai 7-10 : Mengindikasikan bayi kondisi normal atau baik tidak akan
10
4. Menjelaskan tentang BBLR dan komplikasinya dan resiko morbiditas
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram
terlepas dari berapa pun usia gestasinya. Selain BBLR, berat badan bayi rendah juga
mempunyai kategori lain, yakni Berat Badan Lahir Sangat Rendah/ BBLSR (berat badan
kurang dari 1500 gram) dan Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah/ BBLASR (berat badan
kurang dari 1000 gram).
Tidak semua bayi yang terlahir dengan BBLR pasti adalah bayi prematur atau kurang bulan.
Sehingga BBLR dapat terbagi lagi menjadi dua berdasarkan usia gestasi ,yakni bayi cukup
bulan (37 – 42 minggu) dan bayi kurang bulan atau prematur (di bawah 37 minggu).
BBLR dapat disebabkan oleh dua hal yaitu kelahiran prematur dan intrauterine growth
restriction (IUGR), atau bisa saja kombinasi dari keduanya. Terdapat beberapa faktor lain yang
diduga juga berperan dalam terjadinya BBLR, seperti malnutrisi selama masa kehamilan,
penyakit kronis, dan merokok.
Diagnosis BBLR cukup sederhana yaitu dengan menimbang berat badan bayi dalam satu jam
pasca kelahiran. Penatalaksanaan BBLR berfokus pada terapi suportif, yaitu pemberian nutrisi
untuk mengejar target berat badan, mempertahankan suhu tubuh normal, dan menjaga
kebersihan tali pusat dan kulit. Pemberian obat-obatan atau tindakan pembedahan jarang
dilakukan dan hanya diberikan sesuai indikasi. Selebihnya bayi dengan BBLR hanya
membutuhkan terapi suportif.
Selain itu, perlu dilakukan juga deteksi serta penanganan komplikasi yang dapat terjadi pada
bayi dengan BBLR terutama pada bayi prematur. Komplikasi yang dapat terjadi adalah
hipotermia dan gangguan pertumbuhan.
Komplikasi kehamilan yang paling sering dialami oleh ibu hamil adalah pendarahan (3,7 %),
mulas sebelum 9 bulan (2,2 %) serta kejang dan pingsan (0,7 %). Ibu yang men- galami
komplikasi kehamilan 1,78 kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibanding- kan
dengan ibu yang tidak mengalami kom- plikasi kehamilan. Komplikasi kehamilan, pen-
didikan ibu, status sosial ekonomi, jarak ke- lahiran, jenis kelamin bayi, tenaga pemeriksaan
kehamilan, dan kualitas pelayanan antenatal berhubungan dengan kejadian BBLR. Ibu hamil
disarankan untuk melakukan perawatan sejak hamil hingga melahirkan dengan memperhatikan
asupan nutrisi yang cukup, melakukan aktivitas fisik yang tidak berlebihan, tidak merokok,
tidak meminum alkohol, serta memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali yaitu 1 kali pada
trimester 1 dan 2, dan 2 kali pada trimester 3. Selain itu, untuk mengatur ja- rak kelahiran
diupayakan agar menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah risiko BBLR. Tenaga
kesehatan juga dapat memberikan inter- vensi tentang tanda-tanda komplikasi kehami- lan
kepada ibu hamil saat melakukan kunjungan antenatal,mendeteksi kelainan kehamilan,
screening ibu hamil risiko tinggi (mengukur lingkar lengan atas) sejak dini agar dapat
mencegah kejadian BBLR.
5. Menjelaskan tentang Hipotermi dan hipoglikemi pada neonatus
11
Hipotermia adalah suatu kondisi ketika suhu tubuh turun menjadi sangat rendah. Normalnya,
suhu tubuh normal berada di sekitar angka 37°C. Ketika terkena hipotermia, suhu tubuh
mencapai angka di bawah 35°C.
Kondisi ini terjadi ketika tubuh terpapar suhu yang sangat rendah. Tubuh tidak sanggup
mengembalikan suhu panas sebab suhu internalnya (suhu organ-organ tubuh) sudah turun
terlalu cepat.
Suhu tubuh yang terlalu rendah membuat jantung, sistem saraf, dan organ tubuh lainnya tidak
dapat bekerja secara optimal.
Bila tidak segera ditangani, hipotermia bisa menyebabkan kegagalan total pada fungsi jantung
dan sistem pernapasan yang berisiko kematian. Hipotermia sering terjadi pada neonatus
terutama pada BBLR karena pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum sempurna ,
permukaan tubuh bayi relative luas, lemampuan produksi dan penyimpanan panas terbatas.
12
Tangisan lemah
Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
b) Hipotermia Berat
Suhu tubuh < 32C
Sama dengan hipotermia sedang
Bunyi jantung lambat
Mungkin timbul Hipoglikemia dan asisosis metabolic
Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah berada di bawah normal. Selain
sering dialami oleh penderita diabetes, beberapa penyakit lain dan obat-obatan tertentu juga
dapat menyebabkan kondisi ini.
Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia
Bayi dari ibu diabetes (IDM)
Yang besar untuk masa kehamilan (LGA)
Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)
Bayi prematur dan lewat bulan
Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)
Bayi puasa
Bayi dengan polisitemia
Bayi dengan eritroblastosis
Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta simpatomimetik dan beta
blocker
Gejala Hipoglikemia :
1. tremor,
2. Bayi lemah.
3. Apatis,
4. keringat dingin,
5. letargi,
6. kejang,
7. sianosis
8. Apnu atasu nafas lambat, tidak teratur
9. Tangis melengking atau lemah merintih
10. Masalah minum.
Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir terjadi pada masa neonatal,
intranatal dan postnatal. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar
melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari satu persen bayi baru lahir
tetapi merupakan penyebab dari 30 persen kematian pada bayi baru lahir. Gejala bayi yang
13
mengalami infeksi adalah malas minum, bayi tertidur, tampak gelisah, pernafasan cepat,
berat badan cepat menurun, terjadi diare dengan segala manifestasinya, panas badan
bervariasi sampai meningkat, pergerakan aktivitas bayi makin menurun.
a) Pembagian infeksi menurut waktu terjadinya:
1) Infeksi dini
Infeksi dini terjadi dalam tujuh hari pertama kehidupan. Biasanya didapat dari organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion.
2) Infeksi lanjutan
Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Biasanya
didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari
lingkungan tempat perawatan bayi.
b) Pembagian infeksi menurut besarnya masalah
1) Infeksi berat
a) Sepsis Neonatorum
Sepsis Neonatorum adalah sindrom klinis yang timbul akibat respon Systemic Imflamatory
Respons Syndrome (SIRS) yang terjadi akibat infeksi bakteri, virus, jamur ataupun parasit
yang timbul pada 1 bulan pertama. Anamnesis yang dilakukan untuk menegakkan
diagnose bayi mengalami sepsis yaitu tergantung faktor risiko mayor dan faktor risiko
minor. Faktor risiko mayor seperti ketuban pecah lebih dari 24 jam, Ibu demam saat
intrapartum dimana suhu ibu lebih dari 38ºC, korioamnionitis, denyut jantung janin
menetap atau lebih dari 160 kali permenit dan ketuban berbau. Faktor risiko minor seperti
ketuban pecah lebih dari 12 jam, Ibu mengalami demam saat intrapartum dimana suhu ibu
lebih dari 37,5ºC, nilai APGAR rendah, berat badan kurang dari 1500 gram, usia gestasi
kurang dari 37 minggu, kehamilan ganda. keputihan yang tidak diobati, Infeki Saluran
Kemih (ISK) atau tersangka ISK yang tidak diobati. Untuk menegakkan diagnosa infeksi
kriteria adalah minimal bayi mengalami satu faktor risiko mayor atau dua faktor risiko
minor, bayi mengalami perburukan kondisi dengan respirasi lebih dari 60 kali permenit
dengan atau tanpa retraksi dada, bayi mengalami instabilitas suhu, capillary reffil time
lebih dari tiga detik. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan didapatkan minimal positif
pada dua pemeriksaan dengan atau tanpa hasil kultur darah yang positif.
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah septic maker yang meliputi darah lengkap
untuk mengetahui hitung leukosit, neutrofil absolute dan trombosit, IT rasio untuk
mengetahui rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total dan procalsitonin.
b) Meningitis
Meningitis biasanya didahului sepsis dan disertai dengan kejang, fontanel menonjol, kaku
kuduk dan opistotonus. Setiap pasien sepsis harus dilakukan lumbal punksi. Dalam
melakukan lumbal punksi penilaian likuor serebrospinal sangat menentukan derajat
infeksi. Jika jumlah sel lebih dari 20 per mm3 dan hasil nonne dan pandy positif, dokter
bisa menegakkan diagnosameningitis.
c) Pneumonia
Diagnosis pneumonia ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi thoraks. Tanda dan gejala
sangat khas yaitu bayi batuk, sesak nafas, kesulitan nafas, dan tampak lemah.
d) Diare
14
Diare adalah bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali perhari dan
berubahnya konsistensi menjadi lunak atau bahkan cair dengan atau tanpa darah dan atau
lendir berlangsung kurang dari minggu.
e) Tetanus Neontorum
Penyebab penyakit ini ialah clostridium tetani. Masa inkubasi biasanya tiga sampai 10 hari.
Gejala permulaan ialah kesulitan minum karena terjadi trismus. Mulut mencucu seperti ikan
sehingga tidak dapat minum dengan baik. Kemudian dapat terjadi spasmus otot yang luas dan
kejang umum. Leher menjadi kaku dan dapat terjadi opistotonus, disertai dengan suhu yang
meningkat (Saifuddin, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Meliya dkk di RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2012 dari 262 bayi 78.6% mengalami infeksi berat dan 21,4% mengalami
infeksi ringan. Penyakit tertinggi yang diderita bayi adalah sepsis neonatorum sebanyak 38,2%.
Penelitian yang dilakukan Putra tahun 2012 di RSUP Sanglah Denpasar 42% kematian bayi
disebabkan oleh infeksi berat. Hasil penelitian Aulia Rahma dkk tahun 2015 di RSUD Sidoarjo
bahwa awal Januari 2015 dari 35 bayi yang lahir 17 mengalami infeksi.
2) Infeksi Ringan
a) Omfalitis
Ujung pusat seringkali kena infeksi staphylococcus aureus biasanya mengeluarkan nanah
dan sekitarnya merah serta ada edeme. Pada keadaan yang berat infeksi dapat menjalar ke
hepar melalui ligamentumdan menyebabkan abses yang berlipat ganda.
b) Moniliasis
Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi. Infeksi mula mula
terdapat dimulut kemudian di esofagus dan ditraktus digestifus. Jika terjadi seperti ini bisa
menyebabkan diare.
1. Penyebab infeksi
a. Infeksi bacterial
Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti escherichia coli,
pseudomonas pyocyaneus, lensielia, staphylococcus aureus, dan coccus gonococcus.
b. Infeksi virus
Yang sering menyebabkan infeksi kongenital/transplasenta antara lain Cytomegalo Virus
(CMV), rubella, parvo virus, HIV. Sedangkan yang sering menyebabkan infeksi yang didapat
antara lain herpes simplex virus, varicella- zoster virus, hepatitis, Respiratory Syncial Virus
(RSV).
c. Infeksi parasit / jamur
Sering disebabkan oleh kandida yang dapat bersifat infeksi lokal maupun sistemik, infeksi
biasanya adalah infeksi yang didapat. Infeksi kongenital yang sering ditemukan adalah
toxoplasma dan syphilis, keduanya sering menimbulkan kelainan/cacat kongenital
7. Menjelaskan tentang gangguan pernafasan pada neonatus (distres pernapasan)
Gangguan Nafas
Sindrom gawat nafas adalah syndrome gawat nafas yang disebabkan defisiensi surfaktan
terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.
Etiologi
Obstruksi jalan napas. Misalnya: trakemolasia;
Penyakit parenkim paru. Misalnya: penyakit membran hialin;
Penyakit jaringan organ. Misalnya: hernia diafragmatika;
15
Diluar paru paru, payah jantung dll.
Tanda gelaja
Klasifikasi:
Ringan: frek.nafas 60-90x/menit. Adanya tanda tarikan dinding tanpa merintih saat
ekspirasi/sianosis sentral;
Sedang: frek.nafas 60-90x/menit. Adanya tarikan dinding dada/merintih saat
ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral;
Berat: frek.nafas 60-90x/menit. Dgn sianosis sentral dan tarikan dinding dada/
merintih saat ekspirasi;
Patofisiologi
Disebabkan karena alveoli masikh kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang
sempurna karena dinding thorax masih leemah, produksi surfaktan berkurang. Kekurangan
surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada paru.
Komplikasi
Ruptur alveoli: bila dicurigai terjadi kebocoran udara;
Infeksi;
Perdarahan intracranial;
Kurangnya oksigen ke otak;
Bronchopulmonary Dysplasia;
Retinopathy prematur;
Penatalaksanaan
Tatalaksana awal:
Menjaga jalan nafas ttp bebas;
Pencegahan terjadinya hipoksia;
Penanganan/tindakan (beri O2, bersihkan jalan nafas dan ASI tetap diberikan;
Pengobatan antibiotika ampisilin dan gentamisin;
Rujuk;
Kejang
Kejang merupakan gerakan involunter klonik atau tonik pada satu atau lebih anggota gerak.
Biasanya sulit di kenali dan terjadi pada usia 6 bulan – 6 tahun
16
Epidemiologi
Penyebab kejang:
Manifestasi Klinis
Apneu;
Gerakan mengecap bibir;
Perputaran bola mata
Penatalaksanaan kejang:
17
Pemeriksaaan elektrolit darah ( natrium, kalsium, magnesium),
d. Diduga/ ada riwayat jejas pada kepala
Pemeriksaan berkala hemoglobin dan hematokrit untuk memantau perdarahan
intraventrikuler serta didapat perdarahan pada cairan serebrospinal.
Pencitraan kepala ( USG)
e. Pemeriksaan kadar bilirubin
f. Pemeriksaan elektroensefalografi ( bila tersedia)
18
Daftar Pustaka
Volpe JJ. Neonatal seizures. Neurology of the newborn.Edisi keempat. Philadelphia: W.B.
Saunders Company;2022. h. 178-206
Verrotti A, Latini G, Cicioni P, De Felice C. New trendsin neonatal seizures. Review article.
J Pediatr Neurol2004; 2:191-7
M. Sholeh kosim , dkk. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta . 2021.
Depkes. 2021.” Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar”. Jakarta :
DepKes RI.
Depkes. 2021.” Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan dan Perawat, di
Rumah Sakit”. Jakarta : IDAI (UKK Perinnatologi), MNH-JHPIEGO, DEPKES RI.
Rathjen, N., & Shahbodaghi, D. (2019). Hypothermia and Cold Weather Injuries. American
Family Physician, 100(11), pp. 680–86.
National Health Service UK (2020). Health A-Z. Low Blood Sugar (Hypoglycaemia).
K.C., A., Basel, P., & Singh, S. (2020). Low Birth Weight and Its Associated Risk Factors:
Health Facility-based Case-control Study. PLOS One, 15(6), pp.1–10.
Gebregzabiherher, Y. et al. (2019). The Prevalence and Risk Factors for Low Birth Weight
among Term Newborns in Adwa General Hospital, Northern Ethiopia. Obstetrics and
Gynecology International, 2019, pp. 1–7.
Supartini, K (2019). Kumpulan Tips Pediatrik. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
Sarwono. 2019.” Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal”. Jakarta
: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Maryanti Dwi. 2020. “Buku Ajar Neonatus, bayi dan Balita“. Jakarta:Salemba Medika.
19
Raising Children Network Australia (2019). Premature Baby Development Concerns.
The Apgar Score revisited : Influence of Gestasional Age. J Perdiatr, 2021. 9. Mochtar R .
Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri. Patologi.
20
21