Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL

BLOK TUMBUH KEMBANG DAN ANAK USIA LANJUT

SKENARIO 1

DOSEN PEMBIMBING:

dr. Luis Yulia, M.K.K.K, Sp.KKLP

DISUSUN OLEH:

Intan Permatasari Putri S (61119094)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2022/2023
SKENARIO 1
AKHIRNYA BAYIKU LAHIR

Pada kehamilan 32 minggu Ny Wati dibawa ke puskesmas karena sudah keluar air-
ketuban dan terasa ingin mengedan. Sampai di puskesmas, bidan tergesa gesa mempersiapkan
sarana untuk melahirkan, seperti kain, lampu pemanas dan sarana lainnya karena pembukaan
sudah lengkap. Tidak lama sesudah itu Ny. Wati langsung melahirkan scorang anak laki-laki.
Bayi terlihat sangat kecil, berwarna kemerahan. Dengan sigap dokter melakukan penghangatan
bayi untuk menghindari hipotermia, serta sekalian melakukan tindakan resusitasi.
Dalam keadaan hangat dokter memeriksa bayi secara menyeluruh untuk mendeteksi
adanya kelainan kongenital yang mungkin terjadi. Setelah bayi dibersihkan, dirawat tali pusat
dengan baik, bayi mendapat suntikan vitamin K1 dan kemudian dirawat di dalam box
penghangat dan dipesankan agar bayi segera disusukan oleh ibunya. Selesai menolong bayi,
dokter menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa berat bayinya 1500 gr, bayi ini berisiko
untuk menderita hipotermia, hipoglikemia, sindrom gawat nafas, infeksi, kejang,
hiperbilirubinemia dan problem menyusui dibanding bayi cukup bulan. Dokter juga
menjelaskan bahwa bayi ini sebaiknya dirawat ibu dengan cara skin to skin contact (metode
kangguru) untuk mencegah hipotermia, dan untuk tumbuh kembang sangat penting pemberian
ASI yang harus diberikan sampai usia 2 tahun.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada bayi tersebut?

1
TERMINOLOGI ASING
1. Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah berada dalam normal.
Selain sering penyakit lain dan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan kondisi ini.
(MedicineNet (2021). Medical Definition of Hypoglycemia Unawareness) (Intan
Permatasari Putri S)
2. Hipotermia adalah penurunan suhu inti hingga 35 derajat celcius atau lebih rendah,
biasanya disebabkan oleh pemajanan terhadap cuaca dingin atau induksi buatan
(Dorland, edisi 31, halaman 1057) (Ragil Nesta)
3. Hipoglikemia adalah konsentrasi glucosa dalam darah mengurang secara abnormal,
yang dapat menimbulkan gemetar, keringat dingin, piloreksi, hipotermia, dan sakit
kepala; bila kronik dan berat, dapat menyebabkan manifestasi susunan saraf pusat dan
pada kasus yang jarang dapat juga fatal (Dorland edisi 31, halaman 1051) (Siti Aisah)
4. Hiperbilirubinemia adalah berlebihnya kadar bilirubin dalam darah yang dapat
menimbulkan ikterus (Dorland edisi 31, halaman 1033) (Roza Aqila Dinta)
5. Resusitasi adalah memulihkan kehidupan atau kesadaran seseorang yang tampak sudah
mati; tindakan ini meliputi pernapasan buatan dan pemijatan jantung (Dorland Eds 31
Hal 1897) (Rensi Novita Sari)
6. Vitamin K1 adalah filokuinon atau fitomenadion, merupakan vitamin yang sering
digunakan untuk mencegah dan mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K, baik
akibat penggunaan antikoagulan seperti warfarin atau akibat penyakit lainnya, misalnya
penyakit hepar kronis. (Kemenkes RI. Formularium Nasional. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. 2020) (Intan Permatasari Putri S)
7. Kongenital adalah terjadi saat lahir atau sebelum lahir; merujuk pada kondisi-kondisi
yang di temukan saat lahir (Dorland edisi 29, halaman 178) (Roza Aqila Dinta)
8. Skin to skin bisa dilakukan dengan cara meletakkan Si Kecil pada dada Anda tanpa
dihalangi oleh pakaian, sehingga kulitnya langsung bersentuhan dengan kulit Anda.
Skin to skin bisa dilakukan saat bayi baru lahir, atau kapan pun Anda merasa perlu
melakukannya (Brusie, C. Verywell Family (2021). How Skin-to-Skin Care Can
Benefit Your Baby) (Intan Permatasari Putri S)

RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa Ny. Wati bisa pecah ketuban dini? (Ragil Nesta)
2. Mengapa dokter dengan sigap melakukan penghangatan bayi dan melakukan
resusitasi? (Dilla Fauziah)
3. Apa efek samping dan kontraindikasi pemberian vitamin K1? (Intan Permatasari Putri
S)
4. Apa saja factor yang dapat menyebabkan hipoglikemia? (Rensi Novita Sari)

HIPOTESIS
1. Ada beberapa factor yang bisa menjadi penyebab pecah ketuban dini pada ibu hamil
infeksi pada Rahim. Peregangan yang berlebihan pada kantung ketuban akibat air
ketuban yang terlalu banyak, peredaran melalui vagina trimester kedua dan ketiga
kehamilan, riwayat pecah ketuban dini sebelumnya, berat badan yang kurang atau
kurang gizi, pernah melahirkan bayi prematur. (Roza aqila Dinta)

2
2. Bayi prematur tidak memiliki Jaringan lemak yang cukup untuk mengatur suhu
tubuhnya dengan baik Itulah sebabnya bay! Premature harus di hangatkan dengan cara
dimasukan ke incubator untuk mengindari udara dingin pada sesaat setelah di lahirkan.
Kemudian bayi premature harus dilakukan tindakan reusistasi karena pertumbuhan
paru-parunya belum lengkap ketika di dalam kandungan Paru-paru bayi premature
memlik slastisites yang rendah sehingga ditakutkan akan memicu gangguan suplal
oksigen kebeberapa organ penting lainnya. (Siti Aisah)
3. Efek samping yang umum terjadi, yaitu nyeri dan bengkak pada lokasi injeksi. Selain
itu dapat timbul flushing sensation, dan peculiar sensation of taste, pusing, berkeringat
banyak, hipotensi singkat, sesak nafas, dan sianosis. Efek samping yang jarang dan
biasanya terjadi setelah injeksi berulang, yaitu plak gatal, indurasi, dan eritema yang
kadang dapat berkembang menjadi lesi seperti skleroderma. Pemberian vitamin K1
pada kontraindikasi pemberian vitamin K1 adalah terdapatnya hipersensitivitas
terhadap komponen penyusun sediaan obat vitamin K1. Efek samping yang berbahaya,
yaitu reaksi hipersensitivitas berat yang bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sebagian besar reaksi hipersensitivitas terhadap fitomenadion terjadi pada pemberian
intravena (Intan Permatasari Putri S)
4. Tingkat kalium yang rendah dapat menyebabkan beberapa kondisi berikut pada ibu
hamil. Mual dan muntah yang berlebihan Ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, yang mengakibatkan hilangnya kalium. (Rensi Novita Sari)

3
SKEMA Ny. Wati

Dibawa ke puskesmas

PEMERIKSAAN FISIK
ANAMNESIS  Vaginal toucher
 Keluhan utama: (VT): Lengkap (10)
keluar air ketuban  Pemeriksaan bayi
PEMERIKSAAN
 Keluhan tambahan: secara keseluruhan:
PENUNJANG
Kehamilan 32 minggu Berat badan bayi
 terasa ingin mengedan 1500 gr (BBLR)

DIAGNOSIS
Kelahiran Premature
DIAGNOSIS BANDING:
sedang

PENATALAKSANAAN
 Penghangatan bayi
 Tindakan resusitasi
 Bayi mendapat suntikan Vitamin K1
 Bayi dirawat dalam box penghangat
 Skin to skin (Metode kangguru)

4
Learning Objective
1. Menjelaskan tentang Fisiologi neonatus normal
2. Menjelaskan tentang Perawatan dan Penatalakasanaan bayi baru lahir
3. Menjelaskan pemeriksaan fisik bayi baru lahir dan penilaiannya (APGAR SCORE,dll)
4. Menjelaskan tentang BBLR dan komplikasinya dan resiko morbiditas
5. Menjelaskan tentang Hipotermi dan hipoglikemi pada neonatus
6. Menjelaskan tentang Infeksi pada neonatus
7. Menjelaskan tentang gangguan pernafasan pada neonatus (distres pernapasan)
8. Menjelaskan tentang Kejang pada neonatus

1. Menjelaskan tentang Fisiologi neonatus normal

Fisiologi Bayi Baru Lahir


a. Sistem Pernapasan
Masa yang paling kritis neonatus adalah ketika harus mengatasi resistensi paru pada saat
pernapasan janin atau bayi pertama. Pada saat persalinan kepala bayi menyebabkan badan
khususnya toraks berada di jalan lahir sehingga terjadi kompresi dan cairan yang terdapat
dalam percabangan trakheobronkial keluar sebanyak 10-28 cc. Setelah torak lahir terjadi
mekanisme balik yang menyebabkan terjadinya beberapa hal sebagai berikut yaitu:
 Inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari jalan lahir
 Perluasan permukaan paru yang mengakibatkan perubahan penting: pembuluh darah
kapiler paru makin terbuka untuk persiapan pertukaran oksigen dan
karbondioksida, surfaktan menyebar sehingga memudahkan untuk menggelembungnya
alveoli, resistensi pembuluh darah paru makin menurun sehingga dapat meningkatkan
aliran darah menuju paru, pelebaran toraks secara pasif yang cukup tinggi untuk
menggelembungkan seluruh alveoli yang memerlukan tekanan sekitar 25 mm air.
Saat toraks bebas dan terjadi inspirasi pasif selanjutnya terjadi dengan ekspirasi yang
berlangsung lebih panjang untuk meningkatkan pengeluaran lendir.
Diketahui pula bahwa intrauteri, alveoli terbuka dan diisi oleh cairan yang akan dikeluarkan
saat toraks masuk jalan lahir. Sekalipun ekspirasi lebih panjang dari inspirasi, tidak selurh
cairan dapat keluar dari dalam paru. Cairan lendir dikeluarka dengan mekanisme berikut yaitu
perasan dinding toraks, sekresi menurun, dan resorbsi oleh jaringan paru melalui pembuluh
limfe.

b. Sistem Kardiovaskular
Terdapat perbedaan prinsip antara sirkulasi janin dan bayi karena paru mulai berkurang dan
sirkulasi tali pusat putus. Perubahan ini menyebabkan berbagai bentuk perubahan
hemodinamik yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
 Darah vena umbilikalis mempunyai tekanan 30-35 mmHg dengan saturasi oksigen
sebesar 80-90% karena hemoglobin janin mempunayi afinitas yang tinggi terhadap
oksigen.
 Darah dari vena cava inferior yang kaya oksigen dan nutrisi langsung masuk oramen
ovale dari atrium kanan menuju atrium kiri. Atrium kanan menerima aliran darah yang
berasal dari vena pulmonalis.

5
 Aliran darah dari vena cava superior yang berasal dari sirkulasi darah ekstremitas
bagian atas, otak, dan jantung, akan langsung masuk atrium kanan dan selanjutnya
langsung menuju ventrikel kanan.
 Curah jantung janin pada saat mendekati aterm adalah sekitar 450 cc/kg/menit dari
kedua ventrikel jantung janin.
 Aliran dari ventrikel kiri dengan tekanan 25-28 mmHg dengan saturasi 60% sksn
menuju ke arteri koroner jantung, eketremitas bagian atas, dan 10% menuju aorta
desenden.
 Aliran dari ventrikel kanan, dengan tekanan oksigen 20-23 mmHg dengan saturasi 55%
akan menujuk ke aorta desenden yang selanjutnya menuju ke sirkulasi abdomen dan
ekstremitas bagian bawah.
Pada saat lahir terjadi pengembangan alveoli paru sehingga tahanan pembuluh darah paru
semakin menurun karena:
 Endothelium relaxing factor menyebabkan relaksasi pembuluh darah dan menurunkan
tahanan pembuluh darah paru.
 Pembuluh darah paru melebar sehingga tahanan pembuluh darah makin menurun.
Dampak hemodinamik dari berkembangnya paru bayi adalah aliran darah menuju paru dari
ventrikel kanan bertambah sehingga tekanan darah pada atrium kanan menurun karena tersedot
oleh ventrikel kanan yang akhirnya mengakibatkan tekanan darah pada atrium kiri meningkat
dan menutup foramen ovale, shunt aliran darah atrium kanan kekiri masih dapat dijumpai
selama 12 jam dan total menghilang pada hari ke 7-12.
c. Pengaturan Suhu
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:
 Konveksi: pendinginan melaui aliran udara di sekitar bayi. Suhu udara di kamar
bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada
pintu dan jendela yang terbka. Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup jauh dari
area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk meminimalkan konveksi ke
udara sekitar bayi.
 Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah. Bayi
baru lahiryang dalam keadaan basah kehilangan panas dengan cepat melalui cara ini.
Karena itu, bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut,
 sesegera mungkin setelah dilahirkan.
 Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan
kulit bayi. Panas dapat hilang secara radiasi ke benda padat yang terdekat, misalnya
jendela pada musim dingin. Karena itu , bayi harus diselimuti, termasuk kpalanya,
idealnya dengan handuk hangat.
 Konduksi: melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi.
d. Sistem Ginjal
Ginjal bayi belum matur sehingga menyebabkan laju filtrasi glomerulus rendah dan
kemampuan reabsorbsi tubular terbatas. Urin pertama keluar dalam 24 jam pertama dan dengan
frekuensi yang semakin sering sesuai intake.
e. Sistem Pencernaan
Secara struktur sudah lengkap tapi belum sempurna, mukosa mulut lembab dan pink. Lapisan
keratin berwarna pink, kapasitas lambung sekitar 15-30 ml, feses pertama berwarna hijau
kehitaman.

2. Menjelaskan tentang Perawatan dan Penatalakasanaan bayi baru lahir

6
a) Pencegahan Infeksi
 Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
 Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau
steril.
Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam
keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.

b) Melakukan penilaian
 Apakah bayi cukup bulan/tidak
 Apakah air ketuban bercampur mekonium/tidak
 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
 Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas Jika bayi tidak bernapas atau bernapas
megap–megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

c) Pencegahan Kehilangan Panas


Mekanisme kehilangan panas:
 Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendirikarena setelah
lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
 Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang
dingin, seperti: meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi
akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda–benda tersebut.
 Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ruangan
yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau
pendingin ruangan.
 Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda–benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda–benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
Mencegah kehilangan panas melalui upaya berikut:
 Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangantaktil untuk
membantu bayi memulai pernapasannya.
 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang
baru (hanngat, bersih, dan kering)
 Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat
kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas.
Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat

7
badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi
dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.

d) Membebaskan Jalan Nafas


Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,
apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut:
 Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
 Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan
kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah kebelakang.
 Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kassa steril.
 Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain
kering dan kasar.
 Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung
oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
 Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
 Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
 Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.

e) Merawat Tali Pusat


 Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem
plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
 Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5
% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
 Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.
 Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan
kering.
 Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril).
Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
 Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan
dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang
berlawanan.
 Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
 Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi
tertutup dengan baik. (Dep. Kes. RI, 2002)

f) Mempertahankan suhu tubuh bayi


Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan
pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat.
Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu
tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat. Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur
tubuhnya secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak
segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh
sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan
mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur
atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.

8
Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan:
 Keringkan bayi secara seksama
 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
 Tutup bagian kepala bayi
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
 Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2021)

g) Pencegahan infeksi

 Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal
atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg/hari selama 3 hari, dan bayi beresiko
tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5–1 mg IM.
 Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan
obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau
tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
 Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi
selesai dengan perawatan tali pusat
 Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan
pada mata bayi segera setelah lahir
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakanpencegahan
infeksi berikut ini:
 Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak denganbayi.
 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
 Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah
didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang
bersih dan baru.
 Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan.
 Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda- benda
lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan
cuci setiap setelah digunakan). (Dep.kes.RI, 2021).

3. Menjelaskan pemeriksaan fisik bayi baru lahir dan penilaiannya (APGAR SCORE,dll)

Penilaian Bayi Baru Lahir Dengan Nilai APGAR


Penilaian awal pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan observasi melalui pemeriksaan
nilai APGAR. Nilai APGAR memungkinkan pengkajian untuk mengetahui perlu tidaknya
resusitasi dilakukan dengan cepat.bayi yang sehat harus mempunyai nilai APGAR 7-10
baik itu pada penilaian 1 menit pertama maupun penilaian pada 5 menit kemudian dalam
kehidupan pertama bayi baru lahir.
Nilai APGAR merupakan suatu metode sederhana yang dipakai oleh bidan untuk menilai
keadaan bayi sesaat setelah lahir. Pemeriksaan ini dilakukan secara cepat bayi baru lahir
akan mengevaluasi keadaan fisik dari bayi baru lahir dan sekaligus mengenali adanya tanda
tanda darurat yang memerlukan dilakukannya tindakan segera terhadap bayi baru lahir.
Seorang bayi dengan berbagai tanda bahaya merupakan masalah yang serius, bayi dapat
meninggal bila tidak ditangani segera.APGAR dipakai untuk menilai kemajuan kondisi

9
BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran.Pengukuran menit pertama digunakan
untuk menilai bagaimana ketahanan bayi melewati proses persalinan. Pengukuran pada
menit kelima menggambarkan sebaik apa bayi dapat bertahan setelah keluar dari rahim
ibu.Pada situasi tertentu pengukuran ke tiga kalinya dan selanjutnya dapat dilakukan pada
menit ke 10, 15, dan 20 setelah kelahiran.
Pengkajian ini didasarkan pada lima aspek yang menunjukan kondisi fisiologis neonatus
tersebut, yakni :
1. Denyut jantung, dilakukan dengan auskultasi menggunakan stetoskop
2. Pernafasan, dilakukan bersadarkan pengamatan gerakan dinding dada
3. Tonus otot, dilakukanberdasarkan derajat fleksi dan pergerakan ekstermitas
4. Iritabilitas reflex, dilakukan berdasarkan respons terhadap tepukan halus pada telapak
kaki
5. Warna dideskripsikan sebagai pucat, sianotik, atau merah muda
Setiap hal di atas diberi nilai 0, 1, atau 2. Evaluasi dilakukan pada 1 menit pertama dan
menit kelima setelah bayi lahir.
Nilai APGAR

TANDA NILAI 0 NILAI 1 NILAI 2


No
1. Denyut jantung Tidak ada Lambat < 100 Lebih dari
100
2 Pernafasan Tidak ada Lambat Menangis
menangis lemah dengan baik
3 Tonus otot Lemah Ekstermitas Fleksi dengan
sedikit fleksi baik
4 Refleks Tidak ada Menyeringai Menangis
respons (Grimace)
5 Warna Biru, pucat Tubuh Merah
mera mud
h muda, aseluruhnya
ekstermitas biru

Keterangan :

Pemberian nilai APGAR baik itu pada APGAR 1 (1 menit pertama), atau pada

APGAR 2 (5 menit kemudian) dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Nilai 0-3 : Mengindikasikan bayi distres berat

Nilai 4-6 : Mengindikasikan kesulitan moderat ( depresi sedang )

Nilai 7-10 : Mengindikasikan bayi kondisi normal atau baik tidak akan

mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan

kehidupan di luar rahim.

10
4. Menjelaskan tentang BBLR dan komplikasinya dan resiko morbiditas

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram
terlepas dari berapa pun usia gestasinya. Selain BBLR, berat badan bayi rendah juga
mempunyai kategori lain, yakni Berat Badan Lahir Sangat Rendah/ BBLSR (berat badan
kurang dari 1500 gram) dan Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah/ BBLASR (berat badan
kurang dari 1000 gram).
Tidak semua bayi yang terlahir dengan BBLR pasti adalah bayi prematur atau kurang bulan.
Sehingga BBLR dapat terbagi lagi menjadi dua berdasarkan usia gestasi ,yakni bayi cukup
bulan (37 – 42 minggu) dan bayi kurang bulan atau prematur (di bawah 37 minggu).

BBLR dapat disebabkan oleh dua hal yaitu kelahiran prematur dan intrauterine growth
restriction (IUGR), atau bisa saja kombinasi dari keduanya. Terdapat beberapa faktor lain yang
diduga juga berperan dalam terjadinya BBLR, seperti malnutrisi selama masa kehamilan,
penyakit kronis, dan merokok.
Diagnosis BBLR cukup sederhana yaitu dengan menimbang berat badan bayi dalam satu jam
pasca kelahiran. Penatalaksanaan BBLR berfokus pada terapi suportif, yaitu pemberian nutrisi
untuk mengejar target berat badan, mempertahankan suhu tubuh normal, dan menjaga
kebersihan tali pusat dan kulit. Pemberian obat-obatan atau tindakan pembedahan jarang
dilakukan dan hanya diberikan sesuai indikasi. Selebihnya bayi dengan BBLR hanya
membutuhkan terapi suportif.

Selain itu, perlu dilakukan juga deteksi serta penanganan komplikasi yang dapat terjadi pada
bayi dengan BBLR terutama pada bayi prematur. Komplikasi yang dapat terjadi adalah
hipotermia dan gangguan pertumbuhan.

Komplikasi kehamilan yang paling sering dialami oleh ibu hamil adalah pendarahan (3,7 %),
mulas sebelum 9 bulan (2,2 %) serta kejang dan pingsan (0,7 %). Ibu yang men- galami
komplikasi kehamilan 1,78 kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibanding- kan
dengan ibu yang tidak mengalami kom- plikasi kehamilan. Komplikasi kehamilan, pen-
didikan ibu, status sosial ekonomi, jarak ke- lahiran, jenis kelamin bayi, tenaga pemeriksaan
kehamilan, dan kualitas pelayanan antenatal berhubungan dengan kejadian BBLR. Ibu hamil
disarankan untuk melakukan perawatan sejak hamil hingga melahirkan dengan memperhatikan
asupan nutrisi yang cukup, melakukan aktivitas fisik yang tidak berlebihan, tidak merokok,
tidak meminum alkohol, serta memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali yaitu 1 kali pada
trimester 1 dan 2, dan 2 kali pada trimester 3. Selain itu, untuk mengatur ja- rak kelahiran
diupayakan agar menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah risiko BBLR. Tenaga
kesehatan juga dapat memberikan inter- vensi tentang tanda-tanda komplikasi kehami- lan
kepada ibu hamil saat melakukan kunjungan antenatal,mendeteksi kelainan kehamilan,
screening ibu hamil risiko tinggi (mengukur lingkar lengan atas) sejak dini agar dapat
mencegah kejadian BBLR.
5. Menjelaskan tentang Hipotermi dan hipoglikemi pada neonatus

11
Hipotermia adalah suatu kondisi ketika suhu tubuh turun menjadi sangat rendah. Normalnya,
suhu tubuh normal berada di sekitar angka 37°C. Ketika terkena hipotermia, suhu tubuh
mencapai angka di bawah 35°C.
Kondisi ini terjadi ketika tubuh terpapar suhu yang sangat rendah. Tubuh tidak sanggup
mengembalikan suhu panas sebab suhu internalnya (suhu organ-organ tubuh) sudah turun
terlalu cepat.

Suhu tubuh yang terlalu rendah membuat jantung, sistem saraf, dan organ tubuh lainnya tidak
dapat bekerja secara optimal.
Bila tidak segera ditangani, hipotermia bisa menyebabkan kegagalan total pada fungsi jantung
dan sistem pernapasan yang berisiko kematian. Hipotermia sering terjadi pada neonatus
terutama pada BBLR karena pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum sempurna ,
permukaan tubuh bayi relative luas, lemampuan produksi dan penyimpanan panas terbatas.

Hipotermia menyebabkan terjadinya:

 Hipoglikemia, asidosis metabolic, karena vasokontriksi perifer dengan metabolism


anaerob.
 Kebutuhan oksigen yang meningkat (hipoksia)
 Gangguan pembekuan sehingga pertumbuhan terganggu.
 Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai
hipotermi berat.
 Shock
 Apnea
 Perdarahan intra verticel
 Meningkatnya intake kalori.

Mekanisme kehilangan panas pada Bayi Baru Lahir

a) RADIASI : dari objek ke panas bayi


Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b) KONDUKSI : Panas tubuh bayi diambil oleh suatu permukaan yang melekat di tubuh
Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
c) KONVEKSI : penguapan dari tubuh ke udara
Contoh: angin disekitar tubuh bayi yang lahir.
d) EVAPORASI : Karena penguapan cairan yang melekat pada kulit
Contoh : air ketuban pada tubuh bayi yang baru lahir, tidak cepat dikeringkan.
Gejala Hipotermia pada Bayi Baru Lahir
 Bayi tidak mau minum/ menetek
 Bayi tampak lesu / mengantuk saja
 Tubuh bayi teraba dingin
 Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras
(sklerema).
Tanda-Tanda Klinis Hipotermia
a) Hipotermia Sedang
Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu
32°C - 36°C)
 Kaki teraba dingin
 Kemampuan menghisap lemah

12
 Tangisan lemah
 Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata

b) Hipotermia Berat
 Suhu tubuh < 32C
 Sama dengan hipotermia sedang
 Bunyi jantung lambat
 Mungkin timbul Hipoglikemia dan asisosis metabolic

c) Stadium lanjut Hipotermia


 Muka ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
 Bagian tubuh lainnya pucat
 Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan
(sklerema).

Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah berada di bawah normal. Selain
sering dialami oleh penderita diabetes, beberapa penyakit lain dan obat-obatan tertentu juga
dapat menyebabkan kondisi ini.
 Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia
 Bayi dari ibu diabetes (IDM)
 Yang besar untuk masa kehamilan (LGA)
 Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)
 Bayi prematur dan lewat bulan
 Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)
 Bayi puasa
 Bayi dengan polisitemia
 Bayi dengan eritroblastosis
 Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta simpatomimetik dan beta
blocker
Gejala Hipoglikemia :
1. tremor,
2. Bayi lemah.
3. Apatis,
4. keringat dingin,
5. letargi,
6. kejang,
7. sianosis
8. Apnu atasu nafas lambat, tidak teratur
9. Tangis melengking atau lemah merintih
10. Masalah minum.

6. Menjelaskan tentang Infeksi pada neonatus

Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir terjadi pada masa neonatal,
intranatal dan postnatal. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar
melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari satu persen bayi baru lahir
tetapi merupakan penyebab dari 30 persen kematian pada bayi baru lahir. Gejala bayi yang

13
mengalami infeksi adalah malas minum, bayi tertidur, tampak gelisah, pernafasan cepat,
berat badan cepat menurun, terjadi diare dengan segala manifestasinya, panas badan
bervariasi sampai meningkat, pergerakan aktivitas bayi makin menurun.
a) Pembagian infeksi menurut waktu terjadinya:

1) Infeksi dini
Infeksi dini terjadi dalam tujuh hari pertama kehidupan. Biasanya didapat dari organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion.
2) Infeksi lanjutan
Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Biasanya
didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari
lingkungan tempat perawatan bayi.
b) Pembagian infeksi menurut besarnya masalah

1) Infeksi berat

a) Sepsis Neonatorum

Sepsis Neonatorum adalah sindrom klinis yang timbul akibat respon Systemic Imflamatory
Respons Syndrome (SIRS) yang terjadi akibat infeksi bakteri, virus, jamur ataupun parasit
yang timbul pada 1 bulan pertama. Anamnesis yang dilakukan untuk menegakkan
diagnose bayi mengalami sepsis yaitu tergantung faktor risiko mayor dan faktor risiko
minor. Faktor risiko mayor seperti ketuban pecah lebih dari 24 jam, Ibu demam saat
intrapartum dimana suhu ibu lebih dari 38ºC, korioamnionitis, denyut jantung janin
menetap atau lebih dari 160 kali permenit dan ketuban berbau. Faktor risiko minor seperti
ketuban pecah lebih dari 12 jam, Ibu mengalami demam saat intrapartum dimana suhu ibu
lebih dari 37,5ºC, nilai APGAR rendah, berat badan kurang dari 1500 gram, usia gestasi
kurang dari 37 minggu, kehamilan ganda. keputihan yang tidak diobati, Infeki Saluran
Kemih (ISK) atau tersangka ISK yang tidak diobati. Untuk menegakkan diagnosa infeksi
kriteria adalah minimal bayi mengalami satu faktor risiko mayor atau dua faktor risiko
minor, bayi mengalami perburukan kondisi dengan respirasi lebih dari 60 kali permenit
dengan atau tanpa retraksi dada, bayi mengalami instabilitas suhu, capillary reffil time
lebih dari tiga detik. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan didapatkan minimal positif
pada dua pemeriksaan dengan atau tanpa hasil kultur darah yang positif.
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah septic maker yang meliputi darah lengkap
untuk mengetahui hitung leukosit, neutrofil absolute dan trombosit, IT rasio untuk
mengetahui rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total dan procalsitonin.
b) Meningitis

Meningitis biasanya didahului sepsis dan disertai dengan kejang, fontanel menonjol, kaku
kuduk dan opistotonus. Setiap pasien sepsis harus dilakukan lumbal punksi. Dalam
melakukan lumbal punksi penilaian likuor serebrospinal sangat menentukan derajat
infeksi. Jika jumlah sel lebih dari 20 per mm3 dan hasil nonne dan pandy positif, dokter
bisa menegakkan diagnosameningitis.
c) Pneumonia

Diagnosis pneumonia ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi thoraks. Tanda dan gejala
sangat khas yaitu bayi batuk, sesak nafas, kesulitan nafas, dan tampak lemah.
d) Diare

14
Diare adalah bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali perhari dan
berubahnya konsistensi menjadi lunak atau bahkan cair dengan atau tanpa darah dan atau
lendir berlangsung kurang dari minggu.
e) Tetanus Neontorum
Penyebab penyakit ini ialah clostridium tetani. Masa inkubasi biasanya tiga sampai 10 hari.
Gejala permulaan ialah kesulitan minum karena terjadi trismus. Mulut mencucu seperti ikan
sehingga tidak dapat minum dengan baik. Kemudian dapat terjadi spasmus otot yang luas dan
kejang umum. Leher menjadi kaku dan dapat terjadi opistotonus, disertai dengan suhu yang
meningkat (Saifuddin, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Meliya dkk di RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2012 dari 262 bayi 78.6% mengalami infeksi berat dan 21,4% mengalami
infeksi ringan. Penyakit tertinggi yang diderita bayi adalah sepsis neonatorum sebanyak 38,2%.
Penelitian yang dilakukan Putra tahun 2012 di RSUP Sanglah Denpasar 42% kematian bayi
disebabkan oleh infeksi berat. Hasil penelitian Aulia Rahma dkk tahun 2015 di RSUD Sidoarjo
bahwa awal Januari 2015 dari 35 bayi yang lahir 17 mengalami infeksi.

2) Infeksi Ringan
a) Omfalitis
Ujung pusat seringkali kena infeksi staphylococcus aureus biasanya mengeluarkan nanah
dan sekitarnya merah serta ada edeme. Pada keadaan yang berat infeksi dapat menjalar ke
hepar melalui ligamentumdan menyebabkan abses yang berlipat ganda.
b) Moniliasis

Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi. Infeksi mula mula
terdapat dimulut kemudian di esofagus dan ditraktus digestifus. Jika terjadi seperti ini bisa
menyebabkan diare.
1. Penyebab infeksi
a. Infeksi bacterial
Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti escherichia coli,
pseudomonas pyocyaneus, lensielia, staphylococcus aureus, dan coccus gonococcus.
b. Infeksi virus
Yang sering menyebabkan infeksi kongenital/transplasenta antara lain Cytomegalo Virus
(CMV), rubella, parvo virus, HIV. Sedangkan yang sering menyebabkan infeksi yang didapat
antara lain herpes simplex virus, varicella- zoster virus, hepatitis, Respiratory Syncial Virus
(RSV).
c. Infeksi parasit / jamur
Sering disebabkan oleh kandida yang dapat bersifat infeksi lokal maupun sistemik, infeksi
biasanya adalah infeksi yang didapat. Infeksi kongenital yang sering ditemukan adalah
toxoplasma dan syphilis, keduanya sering menimbulkan kelainan/cacat kongenital
7. Menjelaskan tentang gangguan pernafasan pada neonatus (distres pernapasan)

Gangguan Nafas
Sindrom gawat nafas adalah syndrome gawat nafas yang disebabkan defisiensi surfaktan
terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.

Etiologi
 Obstruksi jalan napas. Misalnya: trakemolasia;
 Penyakit parenkim paru. Misalnya: penyakit membran hialin;
 Penyakit jaringan organ. Misalnya: hernia diafragmatika;

15
 Diluar paru paru, payah jantung dll.

Tanda gelaja

Klasifikasi:
 Ringan: frek.nafas 60-90x/menit. Adanya tanda tarikan dinding tanpa merintih saat
ekspirasi/sianosis sentral;
 Sedang: frek.nafas 60-90x/menit. Adanya tarikan dinding dada/merintih saat
ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral;
 Berat: frek.nafas 60-90x/menit. Dgn sianosis sentral dan tarikan dinding dada/
merintih saat ekspirasi;

Patofisiologi
Disebabkan karena alveoli masikh kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang
sempurna karena dinding thorax masih leemah, produksi surfaktan berkurang. Kekurangan
surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada paru.

Komplikasi
 Ruptur alveoli: bila dicurigai terjadi kebocoran udara;
 Infeksi;
 Perdarahan intracranial;
 Kurangnya oksigen ke otak;
 Bronchopulmonary Dysplasia;
 Retinopathy prematur;

Penatalaksanaan
Tatalaksana awal:
 Menjaga jalan nafas ttp bebas;
 Pencegahan terjadinya hipoksia;
 Penanganan/tindakan (beri O2, bersihkan jalan nafas dan ASI tetap diberikan;
 Pengobatan antibiotika ampisilin dan gentamisin;
 Rujuk;

8. Menjelaskan tentang Kejang pada neonatus

Kejang

Kejang merupakan gerakan involunter klonik atau tonik pada satu atau lebih anggota gerak.
Biasanya sulit di kenali dan terjadi pada usia 6 bulan – 6 tahun

16
Epidemiologi

Prevalensi 1 diantara 20 anak

Penyebab kejang:

 Serebral hipoksia, trauma lahir, malformasi kongenital;


 Metabolik;
 Sepsis;
 Obat-obatan
 Perubahan suhu yg cepat dantiba-tibademam (Victoria Goverment Melbourne, 2019);

Faktor penyebab kejang

Komplikasi pada saat kehamilan dan kelahiran

 Ibu tidak imunisasi TT;


 Perdarahan saat usia kehamilan 28 tahun, menyebabkan hiposia janin;
 Gawat janin pada masa kehamilan dan persalinan yg mengharuskan induksi persalinan;
 Alat yang digunakan tidak steril;
 Persalinan dengan tindakan dapat menyebabkan trauma susunan saraf pusat;
 Perdarahan intrakranial;
 Ibu hamil dengan DM;
 Kelainan metabolism seperti hipoglikemia, hipokalasemia, hipomagnesemia, dll;

Manifestasi Klinis

 Apneu;
 Gerakan mengecap bibir;
 Perputaran bola mata

Penatalaksanaan kejang:

 Jalan nafas (air);


 Pernafasan (breathing);
 Sirkulasi (circulation);
 Periksa adanya hipoglikemia.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan


a. Laboratorium Darah Rutin, kadar Glukosa darah.
b. Pada kecurigaan infeksi (meningitis)
 Pemeriksaan darah ditemukan adanya lekositosis (lebih 25.000/mm3) atau lekopenia
(kurang 5000/mm3) dan trombositopenia (< 150.000/mm3)
Pemeriksaan pungsi lumbal, uji kepekaan dan biakan kuman
c. Gangguan metabolik

17
 Pemeriksaaan elektrolit darah ( natrium, kalsium, magnesium),
d. Diduga/ ada riwayat jejas pada kepala
 Pemeriksaan berkala hemoglobin dan hematokrit untuk memantau perdarahan
intraventrikuler serta didapat perdarahan pada cairan serebrospinal.
 Pencitraan kepala ( USG)
e. Pemeriksaan kadar bilirubin
f. Pemeriksaan elektroensefalografi ( bila tersedia)

18
Daftar Pustaka

Hill A. Neonatal seizures. Pediatrics in review. 2022; 21: 117-21.

Volpe JJ. Neonatal seizures. Neurology of the newborn.Edisi keempat. Philadelphia: W.B.
Saunders Company;2022. h. 178-206

Verrotti A, Latini G, Cicioni P, De Felice C. New trendsin neonatal seizures. Review article.
J Pediatr Neurol2004; 2:191-7

M. Sholeh kosim , dkk. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta . 2021.

Depkes. 2021.” Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar”. Jakarta :
DepKes RI.

Depkes. 2021.” Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan dan Perawat, di
Rumah Sakit”. Jakarta : IDAI (UKK Perinnatologi), MNH-JHPIEGO, DEPKES RI.

Rathjen, N., & Shahbodaghi, D. (2019). Hypothermia and Cold Weather Injuries. American
Family Physician, 100(11), pp. 680–86.

National Health Service UK (2020). Health A-Z. Low Blood Sugar (Hypoglycaemia).

Stoltz, C. Verywell (2021). Causes and Risk Factors of Hypoglycemia.

MedicineNet (2021). Medical Definition of Hypoglycemia Unawareness.

Mayo Clinic (2022). Diseases & Conditions. Hypoglycemia.

K.C., A., Basel, P., & Singh, S. (2020). Low Birth Weight and Its Associated Risk Factors:
Health Facility-based Case-control Study. PLOS One, 15(6), pp.1–10.

Gebregzabiherher, Y. et al. (2019). The Prevalence and Risk Factors for Low Birth Weight
among Term Newborns in Adwa General Hospital, Northern Ethiopia. Obstetrics and
Gynecology International, 2019, pp. 1–7.

Kementerian Kesehatan RI (2019). Hasil Utama Riskesdas.

Cleveland Clinic (2021). Kangaroo Care: Bonding with Your Baby.

Stirrat G. The immune system.In Hytten F, Chamberlain G ed: Clinical Physiologyin


Obstetrics. London. Blackwell; 2021.101.

Supartini, K (2019). Kumpulan Tips Pediatrik. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia.

Sarwono. 2019.” Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal”. Jakarta
: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Maryanti Dwi. 2020. “Buku Ajar Neonatus, bayi dan Balita“. Jakarta:Salemba Medika.

19
Raising Children Network Australia (2019). Premature Baby Development Concerns.

The Apgar Score revisited : Influence of Gestasional Age. J Perdiatr, 2021. 9. Mochtar R .
Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri. Patologi.

20
21

Anda mungkin juga menyukai