Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAYI DENGAN KASUS BBLR,


HIPERBILIRUBINEMIA, DAN
SEPSIS NEONATUS
Oleh:
Kelompok 2
1. Daniel hidayat (173110200)
2. Afelika Wirahma Putri (183110201)
3. Delfira Suci Ramadani (183110208)
4. Innayah Nur safitri (183110217)
5. Serli yusuf (183110233)

Dosen pembimbing:
Ns. Tisnawati S.ST, S.Kep, M.Kes
A. BBLR
1. PENGERTIAN

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR)


ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500
gram (sampai dengan 2.499 gram).
BBLR dapt dibagi menjadi 2
golongan :

2. Dismaturitas
1. Prematur murni Bayi lahir dengan BB
Masa gestasi kurang kurang dari BB
dari 37 minggu dan BB seharusnya untuk masa
sesuai dengan berat gestasi itu, berarti bayi
badan untuk masa mengalami retardasi
gestasi itu atau biasa pertumbuhan intra
disebut neonatus uterin dan merupakan
kurang bulan sesuai bayi yang kecil untuk
untuk masa kehamilan. masa kehamilannya.
(Indrasanto, 2008)
2. ETIOLOGI
1. Faktor Ibu
 Penyakit, misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik
dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis
akut.
 Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah
pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang jarak
kelahiran terlalu dekat
 Keadaan sosial ekonomi, Kejadian tertinggi teradapat
pada golongan social ekonomi rendah
 Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol
dan pecandu obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan
ganda dan kelainan kromosom

3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di
dataran tinggi radiasi dan zat-zat tertentu.(Suryadi
dan Yuliani, 2006 )
3. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan
usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur)
disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak
mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar
pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan
selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan
gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada
ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu
dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil
sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan
kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita
anemia
4. MANIFESTASI KLINIS
 Kulit tipis, transparan,
rambut lanugo banyak,
 Berat kurang dari 2500 lemak kurang
gram  Otot hipotonik lemah
 Panjang kurang dari 45 cm  Pernapasan tak teratur
 Lingkar dada kurang dari dapat terjadi apnea
30 cm  Eksremitas : paha abduksi,
 Lingkar kepala kurang dari sendi lutut / kaki fleksi-
33 cm lurus
 Umur kehamilan kurang  Kepala tidak mampu tegak
dari 37 minggu  Pernapasan 40 – 50 kali /
 Kepala lebih besar menit
 Nadi 100 – 140 kali / menit
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap
hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan
( missal : foto thorax )
(Ngastiyah, 2005)
6. KOMPLIKASI
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa
awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu :

1. Hipotermia. Komplikasi pada masa berikutnya


2. Hipoglikemia. yaitu :
3. Gangguan cairan dan 1. Gangguan perkembangan.
elektrolit. 2. Gangguan pertumbuhan.
4. Hiperbilirubinemia. 3. Gangguan penglihatan
5. Sindroma gawat nafas
(retionopati).
(asfiksia).
6. Patent Duktus 4. Gangguan pendengaran.
arteriosus. 5. Penyakit paru kronis.
7. Infeksi. 6. Kenaikan angka kesakitan dan
8. Perdarahan sering masuk rumah sakit.
intraventrikuler. 7. Kenaikan frekuensi kelainan
9. Apnea of prematuruty. bawaan.
10.Anemia 8. Retrorental Displasia
7. PENATALAKSANAAN
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan
bayi dengan berat badan lahir rendah adalah
sebagai berikut :

1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena
kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar.
Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan
dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan
berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal
dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.

3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam
incubator.
Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini
memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap
pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan
head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus,
cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker,
gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk
kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI
merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter
( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya
lemah.
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN FOKUS BBLR

1. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal
(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat
menandakan duktusarteriosus paten (PDA).
2. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran
kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin
mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema
kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia
gestasi).
4. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal,
tidak teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau
periodik(40-60x/mt).

5. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.
Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum.
Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin
merah.

6. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari
labia mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin
tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada
skrotum.
(IDAI, 2004)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan
dengan penumpukan cairan di rongga paru
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan
jaringan lemak subkotis tipis
3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan
dengan immaturitas fungsi imunologik.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorbsi
makanan.(Ngastiyah, 2005)
INTERVENSI KEPERAWATAN

LANJUTANNYA LIHAT DARI


WORD....
B. HIPERBILIRUBINEMIA
1. PENGERTIAN

Hiperbilirubinem
ia adalah akumulasi
berlebihan dari Hiperbilirubin
bilirubin di dalam adalah meningkatnya
darah. (Wong, 2003 : kadar bilirubin dalam
432) darah yang kadar
nilainya lebih dari
normal. (Suriadi dan
Rita, 2001 : 143)
2. ETIOLOGI
1. Produksi bilirubin berlebihan
dapat terjadi karena; polycethemia, issoimun,
hemolytic disease, kelainan struktur dan enzim
sel darah merah, keracunan obat
2. Gangguan fungsi hati; obstruksi
empedu/atresia biliari, infeksi, masalah
metabolik; hypothyroidisme, jaundice ASI.
3. Gangguan pengambilan dan pengangkutan
bilirubin dalam hepatosit.
4. Gagalnya proses konjugasi dalam mikrosom hepar.
5. Gangguan dalam ekskresi.
6. Peningkatan reabsorpsi pada saluran cerna (siklus
enterohepatik).
3. PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada
beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah
apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel
Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila
terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat
menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini
dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang,
atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran
empedu
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar
darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek
akan mudah melalui sawar darah otak apabila
bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir
Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH,
Markum,1991).
4. MANIFESTASI KLINIS
• Ikterus pada kulit dan
konjungtiva, mukosa,
dan alat-alat tubuh
lainnya. Bila ditekan • Bayi menjadi malas
akan timbul kuning. minum.
• Bilirubin direk ditandai • Tanda-tanda klinis
dengan kulit kuning ikterus jarang muncul.
kehijauan dan keruh • Letargi.
pada ikterus berat. • Tonus otot meningkat.
• Bilirubin indirek ditandai • Leher kaku.
dengan kulit kuning • Opistotonus.
terang pada ikterus •  
berat.
• Bayi menjadi lesu.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Coomb pada tali pusat bayi baru lahir
2. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi
inkompatibilitas ABO.
3. Bilirubin total
4. Protein serum total
5. Hitung darah lengkap (Hemoglobin (Hb),
Hematokrit (Ht) )
6. Glukosa
7. Meter ikterik transkutan : mengidentifikasi bayi
yang memerlukan penentuan bilirubin seru.
8. Tes Betke-Kleihauer: evaluasi smear darah
maternal terhadap eritrosit janin.
6. KOMPLIKASI
 Ikterik ASI.
 Kernik ikterus (bilirubin ensefalitis).

Menghilangkan bilirubin yang


terkontaminasi, menggantikan faktor koagulasi
pada kernik ikterus, menghilangkan antibodi
(Rh, ABO)
7. PENATALAKSANAAN
1. Mempercepat proses konjugasi, misalnya
dengan pemberian fenobarbital.
Pengobatan dengan cara ini tidak begitu
efektif dan membutuhkan waktu 48 jam
baru terjadi penurunan bilirubin
2. Memberikan substrat yang kurang untuk
transportasi atau konjugasi. Contohnya :
pemberian albumin untuk mengikat
bilirubin yang bebas.
3. Melakukan dekompensasi bilirubin dengan
fototerapi
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
 Letargi, malas.

2. Sirkulasi
 Mungkin pucat, menandakan anemia.

 Bertempat tinggal di atas ketinggian 5000 ft.

3. Eliminasi
 Bising usus hipoaktif.

 Pasase mekonium mungkin lambat.

 Feses mungkin lunak/coklat kehijauan selama


pengeluaran bilirubin.
 Urin gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi
bronze)
4. Makanan/cairan
 Riwayat pelambatan/makan oral buruk, lebih mungkin disusui
daripada menyusu botol.
 Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limpa,
hepar.

5. Neurosensori
 Sefalhematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua
tulang parietal yang berhubungan dengan trauma
kelahiran/kelahiran ekstraksi vakum.
 Edema umum
 Kehilangan refleks Moro mungkin terlihat.
 Opistotonus dengan kekakuan lengkung punggung, fontanel
menonjol, menangis lirih, aktivitas kejang (tahap krisis).
6. Pernapasan
 Riwayat asfiksia.
 Krekels, mukus bercak merah muda (edema
pleural, hemoragi pulmonal).

7. Keamanan
 Riwayat positif infeksi/sepsis neonatus.
 Dapat mengalami ekimosis berlebihan, petekie,
perdarahan intrakranial.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Cedera, risiko tinggi terhadap keterlibatan sistem saraf pusat
berhubungan dengan prematuritas, penyakit hemolitik, asfiksia,
asidosis, hipoproteinemia, dan hipoglikemia.
2. Cedera, risiko tinggi terhadap efek samping tindakan fototerapi
berhubungan dengansifat fisik dari intervensi terapeutik dan
efek mekanisme regulasi tubuh.
3. Cedera, risiko tinggi terhadap komplikasi dari transfusi tukar
berhubungan dengan prosedur invasif, profil darah abnormal,
ketidakseimbangan kimia.
4. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], mengenai kondisi,
prognosis, dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang
pemajanan, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber
informasi dibuktikan dengan pernyataan masalah/kesalahan
konsep, meminta informasi, ketidaktepatan mengikuti instruksi.
C. SEPSIS NEONATUS
1. PENGERTIAN

Sepsis neonatorum adalah


Sepsis adalah sindrome yang infeksi bakteri pada aliran
di karakteristikan oleh tanda-
darah pada bayi selama empat
tanda klinis dan gejala-
minggu pertama
gejala infeksi yang parah,
kehidupan. Insiden sepsis
yang dapat berkembang ke
bervariasi yaitu antara 1 dalam
arah septisemia dan syok
500 atau 1 dalam 600 kelahiran
septik. (Marilynn E. Doenges,
hidup (Bobak, 2005).
1999).
2. ETIOLOGI
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum
adalah berbagai macam kuman seperti
bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis
pada bayi hampir selalu disebabkan oleh
bakteri.

 Bakteri escherichia koli  Klepsiella


 Streptococus group B  Entererobacter sp
 Stophylococus aureus  Pseudemonas aeruginosa
 Enterococus  Proteus sp
 Listeria monocytogenes    Organisme anaerobik
3. PATOFISIOLOGI
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan
kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh
bakteri menyebabkan perubahan fungsi
miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan
oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan
kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis
yang tiba-tiba dan berat, complment cascade
menimbulkan banyak kematian dan kerusakan
sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi
jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang
mengakibatkan disseminated intravaskuler
coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005).
4. MANIFESTASI KLINIS
• Sistem kardiovaskuler:
• Umum : panas
pucat, sianosis, kulit
(hipertermi), malas
lembab, hipotensi,
minum, letargi,
takikardi, bradikardi
sklerema
• Sistem syaraf pusat:
• Saluran cerna: distensi
iritabilitas, tremor,
abdomen, anoreksia,
kejang, hiporefleksi,
muntah, diare,
malas minum,
hepatomegali
pernapasan tidak
• Saluran nafas: apnoe,
teratur, ubun-ubun
dispnue, takipnu,
membonjol
retraksi, nafas cuping
• Hematologi: Ikterus,
hidung, merintih,
splenomegali, pucat,
sianosis
petekie, purpura,
perdarahan.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan
terhadap contoh darah air kemih, jika diduga
suatu meningitis, maka dilakukan fungsi
lumbal.
 Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis,
perlu dilakukan evaluasi sepsis secara
menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah,
fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.
6. KOMPLIKASI
1. Sepsis berat : sepsis disertai hipotensi dan disfungsi
organ tunggal
2. Syok sepsis : sepsis berat disertai hipotensi\
3. Sindroma disfungsi multiorgan (MODS)
4. Perdarahan
5. Demam yang terjadi pada ibu
6. Infeksi pada uterus atau plasenta
7. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
8. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18
jam atau lebih sebelum melahirkan)
9. Proses kelahiran yang lama dan sulit
7. PENATALAKSANAAN
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis
200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus
umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino
glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2
dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus
diencerkan dan waktu pemberian ½ sampai 1 jam pelan-
pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan
(darah lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur
darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas
indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan
serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram),
foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. . Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti
pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas darah,
foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. serebral berhubungan dengan berkurangnya
suplai oksigen ke otak ditandai dengan ibu pasien
mengatakan bibir bayi membiru sejak tadi pagi,
bayi terlihat mengalami sianosis
2. Hipertermi berhubungan dengan efek endotoksin,
perubahan regulasi temperature, dehidrasi,
peningkatan metabolisme ditandai dengan ibu
pasien mengatakaan bayinya demam selama 2
hari, pemeriksaan tanda-tanda vital; Suhu : 38,
50C, Nadi : 148 x/ menit, Pernapasa : 68 x/
menit
3. Defisit volume cairan berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler plasma
ditandai dengan ibu pasien mengatakan bayi
tidak mau minum, ibu pasien mengatakan bahwa
bayinya hanya minum 50 cc ASI / 24 jam dan

Anda mungkin juga menyukai