Oleh
Kelompok III
Kelas III.B
Azzahra ( 183110206)
Fadia Sukma Jaas (183110212)
Latifa Putri Agusti (183110218)
Rezi Gusnita Putri (183110231)
Savikri Jurali (183110232)
Serli Yusuf (183110233)
Dosen Pembimbing :
Tasman, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………5
C. Tujuan ………………………………………………………………………..……5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Keperawatan Keluarga ………………………………………………….6
1. Defenisi Keluarga Sejahtera …………………………………………….….7
2. Tahap - Tahap Keluarga Sejahtera……………………………………….....9
3. Bentuk - Bentuk Keluarga…………………………………………..……..10
4. Struktur dan Fungsi Keluarga……………………………………..………12
5. Tumbuh Kembang Keluarga……………………………………..………..12
6. Peran Perawat Dalam Keluarga……………………………………..……..14
7. Masalah Dan Tindak Lanjut Dalam Keluarga
B. Pengertian PHBS………………………………………………………………. 15
1. Tujuan Gerakan PHBS………………………………………………….....16
2. Tatanan PHBS……………………………………………………………..17
3. Manfaat PHBS…………………………………………………………….19
4. Tatanan PHBS Di Rumah Tangga…………………………………..…….19
5. Pentingnya Materi PHBS Disetiap Tatanan……………………………….21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan
keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga
dalam tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi (Depkes, 2010).
Apabila setiap keluarga sehat akan tercipta komunitas keluarga yang sehat.
Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh
sebuah keluarga dapat mempengaruhi system keluarga tersebut dan mempengaruhi
komunitas setempat, bahkan komunitas global.
Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009).
Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi
sehat tidak serta merta terjadi, tetapi harus senantiasa diupayakan dari yang tidak
sehat menjadi hidup yang sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini
harus dimulai dari menanamkan pola pikir sehat kepada masyarakat yang harus
dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan pengertian PHBS adalah semua
perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan
seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta
memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.
B. Rumusan Masalah
4
d. Bagaimana struktur dan fungsi keluarga ?
C. Tujuan
a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari keluarga sejahtera
b. Agar mahasiswa menegtahui bentuk - bentuk keluarga
c. Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari PHBS
d. Agar mahasiswa mengetahui manfaat dari PHBS
e. Agar mahasiswa mengetahui tujuan dari PHBS
f. Agar mahasiswa mengetahui tatanan PHBS dalam rumah tangga
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
6
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
sosialpsikologisnya akan tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan
seperti kebutuhan akan informasi.
4) Keluarga SEJAHTERA TAHAP III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan fisik,
sosialpsikologis dan pengembangannya, namun belum dapat memberikan
sumbangan secara teratur kepada masyarakt sekitarnya.
5) Keluarga SEJAHTERA TAHAP III PLUS
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya serta memiliki
kepedulian yang tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga sekitarnya.
7
2) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/telur.
3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian
baru dalam setahun.
4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah.
5) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat
melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.
6) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan.
7) Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin.
8) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat
kontrasepsi.
c. Indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator ”kebutuhan
pengembangan” (develomental needs), yaitu :
1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang.
3) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
4) Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.
5) Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/
radio/tv/internet.
d. Indikator Kelarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator
”aktualisasi diri” (self esteem), yaitu:
1) Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan
materiil untuk kegiatan sosial.
2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/ institusi masyarakat.
8
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangannya seperti
menabung dan memperoleh informasi
3) Keluarga sejahtera tahap IIIyaitu keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan
pengembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan maksimal
terhadap masyarakat. Keluarga sejahtera tahap IIIplus yaitu keluarga
yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan, meliputi kebutuhan dasar,
sosial psikologis, dan pengembangan, serta dapat memberikan
sumbangan nyata dan berkelanjutan bagimasyarakat.
Tahapan keluarga sejahtera diidentifikasi dengan menggunakan 13 variabel.
Variabel tersebut meliputi: agama, pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan,
keluarga berencana, tabungan, interaksi dalam keluarga,interaksidenganlingkungan,
informasi, transportasi, dan peranan dalam masyarakat. Ketigabelas variabeltersebut
kemudian dituangkan menjadi 23 itemyangterbagikedalam empat kelompok. Setiap
kelompok mengukur tingkat kesejahteraan keluarga.
Adapun item-item untuk mengukur keluarga sejahtera yang disusun secara
urut adalah sebagai berikut.
a. Keluarga sejahtera tahap I
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-
masing.
2) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari ataulebih.
3) Seluruhanggotakeluargamemiliki pakaian yang berbeda untuk
dipakaidirumah,bekerja/sekolah, danbepergian.
4) Bagian yang terluas dari lantai bukanberupatanah.
5) Bila anak sakit dan atau PUS ingin ber-KB mereka dibawa ke sarana/
petugas kesehatan serta diberi obat/cara KBmodem.
b. Keluarga sejahtera tahap II
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang
dianut masingmasing.
2) Paling kurang sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ ikan/telur
sebagai lauk-pauk.
3) Seluruh anggota keluarga memperoleb paling kurang satu stel
pakaiansetahunterakhir.
4) Luas lantai rumah paling kurang8 meter persegi untuk tiap penghuni rumah.
9
5) Seluruh anggota keluarga pada tiga bulanterakhir dalamkeadaansehat
sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.
6) Paling tidak satu orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas
mempunyai penghasilan tetap.
7) Seluruh anggota keluarga yang berumur10-60 tahun bisa membaca tulisan
latin.
8) Seluruh anak berusia 6-15 tahun bersekolahpadasaat ini.
c. KeluargasejahteratahapIII
1) Keluarga mempunya iupaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
2) Sebagiandaripenghasilankeluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
3) Keluarga biasanya makanbersama paling kurang sekali sehari dan
kesempatan itu dimanfaatkan untukberkomunikasiantaranggota keluarga.
4) Keluarga biasanya ikut serta dalam kegiatan masyarakatdi lingkungan tempat
tinggalnya.
5) Keluarga mengadakan rekreasi bersama/penyegaran di luar rumah paling
kurang sekali dalam enam bulan.
6) Keluarga dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/ majalah.
7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai deng
10
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu
kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda
Keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/atau kematian pasangan
yang dicintai.
6. Keluarga komposit (composite family)
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
7. Keluaga kohabitasi (cohabitation)
Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak
atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan
dengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga kohabitasi mulai dapat
diterima.
8. Keluarga inses (incest family)
Seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang
sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak
perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak
kandung laki-laki, paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah
dengan adik dari satu ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak
perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai
budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut
dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan
elektronik.
9. Keluarga tradisional dan nontradisional
Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat
oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh
perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak dari
hasil perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah
sekelompok orang tinggal disebuah asrama.
11
keluarga untuk saling berbagi, kemampuan system pendukung di antara anggota
keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut.
a) Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberkan cinta kasih,
serta saling menerima dan mendukung.
b) Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar
berperan di lingkungan social.
c) Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d) Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
e) Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
12
hubungan yang sehat dalam keluarga.
4. Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai
12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mensosialisasikan anak-anak termasuk membantu anak-anak membina
hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan masing-masing
anggota keluarga.
5. Tahap 5, keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua berusia 13
sampai 20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengimbangi
kebebasan remaja dengan tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas
remaja, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan melakukan
komunikasi yang terbuka diantara orangtua dengan anak-anak remaja.
6. Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan
kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang
telah dewas, menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan
datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah
kesehatan.
7. Tahap 7, keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah mempertahankan kontak dengan anak dan cucu,
memperkuat hubungan perkawinan, dan meningkatkan usaha promosi
kesehatan.
8. Tahap 8, keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan
kehidupan dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan
hubungan perkawinan, menerima kehilangan pasangan, mempertahankan
kontak dengan masyarakat, dan menemukan arti hidup.
13
komprehensif. Pelayana keperawatan yang bersinambungan diberikan
untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelyananan
kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)
3) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan perawatan dapat
diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota
keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian
anggota keluarga yang sakit dapat dapat menjadi “entry point” bagi
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara
komprehensif.
4) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan
supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun
yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih
dahulu atau secara mendadak.
5) Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga
untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.perawat diharapakan
mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system pada perawatan
yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.
6) Sebagai fasilitator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu,
keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat memberikan
jalan keluar dalam mengatasi masalah.
7) Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat
memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga
14
b) Faktor Perawat
1) Secara kuantitas jumlah perawat masih kurang
2) Secara kualitas, belum optimal
3) Hal ini terjadi karena "basic" pendidikan perawat yang berbeda-beda,
kemauan menambah ilmu pengetahuan masih kurang, kepercayaan diri
yang kurang.
4) Terlalu muda khususnya bagi perawat yang ada di desa (PKD) sehingga
sering diabaikan oleh masyaakat
5) Perilaku/kebiasaan sebagai "perawat tempo dulu" sehingga sulit
berkembang menjadi Mitra Dokter.- Kompensasi yang berlebihan
dengan rasa sesama Corps ( " ESPRIT DE CORPS ") yang kurang.
6) Masih ada perawat yang bekerja di luar wewenangnya sebagai perawat -
Dan lain-lain.
Untuk menanggulangi masalah/hambatan di atas, khususnya ditujukan kepada
diri sendiri (perawat) antara lain :
a) Interospeksi yaitu menilai, mengevaluasi diri sendiri, kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki, kesempatan apa yang bisa diraih/diperoleh dan
tantangan apa yang akan dihadapi
b) Perubahan perilaku untuk maju dan berkembang dengan kemauan yang
keras untuk menambah ilmu pengetahuan
c) Menunjukkan "eksistensi" perawat sebagai "mitra dokter" Menyadari
dan mencari upaya-upaya koordinasi dan kolaborasi Meningkatkan rasa
sesama Corps
d) Dan yang terpenting adalah "menghargai diri sendiri"
e) Perubahan pendidikan keperawatan
f) Mentaati kode etik keperawatan.
Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,
mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat
menurut UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
15
Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi
sehat tidak serta merta terjadi, tetapi harus senantiasa diupayakan dari yang tidak
sehat menjadi hidup yang sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini
harus dimulai dari menanamkan pola pikir sehat kepada masyarakat yang harus
dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan pengertian PHBS adalah semua
perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan
seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta
memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya
untuk menularkan pengalaman mengenai perilaku hidup sehat melalui individu,
kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media
berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang dapat dibagikan seperti materi
edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap dan perilaku terkait
cara hidup yang bersih dan sehat.
PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak
mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu meningkatkan
kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan hidup bersih dan sehat.
Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui pendekatan pemuka atau
pimpinan masyarakat, pembinaan suasana dan juga pemberdayaan masyarakat dengan
tujuan kemampuan mengenal dan tahu masalah kesehatan yang ada di sekitar;
terutama pada tingkatan rumah tangga sebagai awal untuk memperbaiki pola dan gaya
hidup agar lebih sehat.
16
Tatanan PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian dari tempat
beraktivitas dalam kehidupan sehari – hari. Berikut ini 5 tatanan PBHS yang dapat
menjadi simpul – simpul untuk memulai proses penyadartahuan tentang perilaku
hidup bersih sehat :
3. Manfaat PHBS
17
c) Manfaat PHBS di Tempat Kerja
18
menjalankan perilaku kehidupan yang bersih dan sehat serta memiliki peran yang
aktif pada gerakan di tingkat masyarakat. Tujuan utama dari tatanan PHBS di tingkat
rumah tangga adalah tercapainya rumah tangga yang sehat.
19
7. Memberantas jentik nyamuk
Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus hidup
makhluk tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai
penyakit.
8. Konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat
yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang
melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan
bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam
rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan.
http://promkes.kemkes.go.id/phbs
20
dari materi PHBS bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan individu dan
masyarakat yang terlibat pada setiap tatanan.
Sekolah yang sehat dengan anggota komunitas tingkat sekolah yang berperilaku
Hidup Bersih dan Sehat dapat mencegah sekolah menjadi titik penularan atau sumber
berbagai penyakit. Demikian pula dengan PHBS di tempat kerja dimana keamanan
dan kesehatan menjadi sesuatu yang tidak kalah penting.
PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS
yang melakukan 10 PHBS yaitu :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
21
Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009).
Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi
sehat tidak serta merta terjadi, tetapi harus senantiasa diupayakan dari yang tidak
sehat menjadi hidup yang sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini
harus dimulai dari menanamkan pola pikir sehat kepada masyarakat yang harus
dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
22
Departemen Kesehatan (2009), Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Bandung (2012), Profil Kesehatan Kota Bandung.
Yuli Andriansyah, Desi Natalia Rahmantari (Volume 2 No. 1, Januari 2013)
Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan ‘Penyuluhan Dan Praktik PHBS Dalam Mewu
judkan Masyarakat Desa Pedulis Sehat” ,
Jurnal Gaussian, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, “Klasifikasi Tingkat Kelu
arga Sejahtera Dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik Ordinal Dan Fuz
zy K-Nearest Eighbor”Halaman 645 - 653
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian
Jurnal Faturochma . Dwiyanto Agus “Validitas Dan Reuabiutas Pengukuran
Keluarga Sejahtera”
Notoadmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
Departemen Kesehatan RI.(2010). Keluarga sehat investasi bangsa.
[Online].http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1309-keluarga
sehat-investasi-bangsa.html. diakses pada 13 September 2016
Sukma Saini, Sitti Aminah (2010) ”Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dala
m Pelaksanaan PHBSDi Wilayah Kerja Puskesmas Sombaopu Gowa” Diploma
III Keperawatan, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar email:
ogi.badisca@gmail.com
23