Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

“Keluarga Sejahtera Dan PHBS di Tatanan Keluarga ”

Oleh
Kelompok III
Kelas III.B
Azzahra ( 183110206)
Fadia Sukma Jaas (183110212)
Latifa Putri Agusti (183110218)
Rezi Gusnita Putri (183110231)
Savikri Jurali (183110232)
Serli Yusuf (183110233)

Dosen Pembimbing :

Tasman, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN AJARAN
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur kehadiran Allah SWT atas


limpahan dan berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
Keperawatan Keluarga ini menjelaskan lebih mendalam mengenai “Keluarga Sejahter
a Dan PHBS di Tatanan Keluarga”. Makalah ini ditulis dari hasil pencarian diberbagai
media dan buku sumber.
Dalam penulisan makalah ini saya masih merasa banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang saya miliki untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak yang sangat saya harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini khususnya kepada
Dosen saya yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 7 Agustus 2020


Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………5
C. Tujuan ………………………………………………………………………..……5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Keperawatan Keluarga ………………………………………………….6
1. Defenisi Keluarga Sejahtera …………………………………………….….7
2. Tahap - Tahap Keluarga Sejahtera……………………………………….....9
3. Bentuk - Bentuk Keluarga…………………………………………..……..10
4. Struktur dan Fungsi Keluarga……………………………………..………12
5. Tumbuh Kembang Keluarga……………………………………..………..12
6. Peran Perawat Dalam Keluarga……………………………………..……..14
7. Masalah Dan Tindak Lanjut Dalam Keluarga
B. Pengertian PHBS………………………………………………………………. 15
1. Tujuan Gerakan PHBS………………………………………………….....16
2. Tatanan PHBS……………………………………………………………..17
3. Manfaat PHBS…………………………………………………………….19
4. Tatanan PHBS Di Rumah Tangga…………………………………..…….19
5. Pentingnya Materi PHBS Disetiap Tatanan……………………………….21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………23

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan
keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga
dalam tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi (Depkes, 2010).
Apabila setiap keluarga sehat akan tercipta komunitas keluarga yang sehat.
Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh
sebuah keluarga dapat mempengaruhi system keluarga tersebut dan mempengaruhi
komunitas setempat, bahkan komunitas global.
Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009).
Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi
sehat tidak serta merta terjadi, tetapi harus senantiasa diupayakan dari yang tidak
sehat menjadi hidup yang sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini
harus dimulai dari menanamkan pola pikir sehat kepada masyarakat yang harus
dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan pengertian PHBS adalah semua
perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan
seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta
memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.

B. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan keluarga ?

b. Apa yang dimaksud dengan keluarga sejahtera?

c. Apa saja bentuk - bentuk keluarga ?

4
d. Bagaimana struktur dan fungsi keluarga ?

e. Apa yang dimaksud dengan PHBS ?

f. Apa manfaat dari PHBS ?

g. Apa tujuan dari PHBS ?

h. Bagaimana tatanan PHBS dalam rumah tangga ?

C. Tujuan
a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari keluarga sejahtera
b. Agar mahasiswa menegtahui bentuk - bentuk keluarga
c. Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari PHBS
d. Agar mahasiswa mengetahui manfaat dari PHBS
e. Agar mahasiswa mengetahui tujuan dari PHBS
f. Agar mahasiswa mengetahui tatanan PHBS dalam rumah tangga

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFENISI KEPERAWATAN KELUARGA


Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan
keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga
dalam tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi (Depkes, 2010).
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat akan
tercipta komunitas keluarga yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah
satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah
kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat mempengaruhi system keluarga
tersebut dan mempengaruhi komunitas setempat, bahkan komunitas global.
Pengertian lain dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes RI,
2010).
Rumusan tahapan kualitas keluarga tersebut adalah sebagai berikut :
1) Keluarga PRASEJAHTERA
Yaitu keluarga yang belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, seperti kebutuhan spiritual, sandang, pangan, papan, kesehatan dan KB.
2) Keluarga SEJAHTERA TAHAP I
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal
tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial-psikologisnya.
Seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
3) Keluarga SEJAHTERA TAHAP II

6
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
sosialpsikologisnya akan tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan
seperti kebutuhan akan informasi.
4) Keluarga SEJAHTERA TAHAP III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan fisik,
sosialpsikologis dan pengembangannya, namun belum dapat memberikan
sumbangan secara teratur kepada masyarakt sekitarnya.
5) Keluarga SEJAHTERA TAHAP III PLUS
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya serta memiliki
kepedulian yang tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga sekitarnya.

1. Defenisi Keluarga Sejahtera


Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009).
Berikut ini adalah indikator keluarga yang dapat dikategorikan sebagai keluarga
sejahtera sesuai dengan tingkat kesejahteraan menurut BKKBN, yaitu :
a. Indikator Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator ”kebutuhan dasar
keluarga (basic needs) :
1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah dan bepergian.
3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding
yang baik.
4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.
5) Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi.
6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
b. Indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau indikator ”kebutuhan
psikologis” (psychological needs) keluarga, yaitu :
1) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.

7
2) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/telur.
3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian
baru dalam setahun.
4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah.
5) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat
melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.
6) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan.
7) Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin.
8) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat
kontrasepsi.
c. Indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator ”kebutuhan
pengembangan” (develomental needs), yaitu :
1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang.
3) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
4) Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.
5) Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/
radio/tv/internet.
d. Indikator Kelarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator
”aktualisasi diri” (self esteem), yaitu:
1) Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan
materiil untuk kegiatan sosial.
2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/ institusi masyarakat.

2. Tahap - Tahap Keluarga Sejahtera


1) Keluarga sejahtera tahap Iadalah keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
sosialpsikologisnya.
2) Keluarga sejahtera tahap IIyaitu keluarga-keluarga yang dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial psikologisnya,

8
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangannya seperti
menabung dan memperoleh informasi
3) Keluarga sejahtera tahap IIIyaitu keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan
pengembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan maksimal
terhadap masyarakat. Keluarga sejahtera tahap IIIplus yaitu keluarga
yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan, meliputi kebutuhan dasar,
sosial psikologis, dan pengembangan, serta dapat memberikan
sumbangan nyata dan berkelanjutan bagimasyarakat.
Tahapan keluarga sejahtera diidentifikasi dengan menggunakan 13 variabel.
Variabel tersebut meliputi: agama, pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan,
keluarga berencana, tabungan, interaksi dalam keluarga,interaksidenganlingkungan,
informasi, transportasi, dan peranan dalam masyarakat. Ketigabelas variabeltersebut
kemudian dituangkan menjadi 23 itemyangterbagikedalam empat kelompok. Setiap
kelompok mengukur tingkat kesejahteraan keluarga.
Adapun item-item untuk mengukur keluarga sejahtera yang disusun secara
urut adalah sebagai berikut.
a. Keluarga sejahtera tahap I
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-
masing.
2) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari ataulebih.
3) Seluruhanggotakeluargamemiliki pakaian yang berbeda untuk
dipakaidirumah,bekerja/sekolah, danbepergian.
4) Bagian yang terluas dari lantai bukanberupatanah.
5) Bila anak sakit dan atau PUS ingin ber-KB mereka dibawa ke sarana/
petugas kesehatan serta diberi obat/cara KBmodem.
b. Keluarga sejahtera tahap II
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang
dianut masingmasing.
2) Paling kurang sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ ikan/telur
sebagai lauk-pauk.
3) Seluruh anggota keluarga memperoleb paling kurang satu stel
pakaiansetahunterakhir.
4) Luas lantai rumah paling kurang8 meter persegi untuk tiap penghuni rumah.

9
5) Seluruh anggota keluarga pada tiga bulanterakhir dalamkeadaansehat
sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.
6) Paling tidak satu orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas
mempunyai penghasilan tetap.
7) Seluruh anggota keluarga yang berumur10-60 tahun bisa membaca tulisan
latin.
8) Seluruh anak berusia 6-15 tahun bersekolahpadasaat ini.

c. KeluargasejahteratahapIII
1) Keluarga mempunya iupaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
2) Sebagiandaripenghasilankeluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
3) Keluarga biasanya makanbersama paling kurang sekali sehari dan
kesempatan itu dimanfaatkan untukberkomunikasiantaranggota keluarga.
4) Keluarga biasanya ikut serta dalam kegiatan masyarakatdi lingkungan tempat
tinggalnya.
5) Keluarga mengadakan rekreasi bersama/penyegaran di luar rumah paling
kurang sekali dalam enam bulan.
6) Keluarga dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/ majalah.
7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai deng

3. Bentuk - Bentuk Keluarga


Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut.
1. Keluarga inti (nuclear family)
Adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang
direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan beberapa orang anak, baik
karena kelahiran natural maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of origin)
Merupakan satu unit kelurga tempat asal seseorang dilahirkan.
3. Keluarga besar (Extended family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern,
seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan
sejenis (guy/lesbian families).
4. Keluarga berantai (social family)

10
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu
kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda
Keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/atau kematian pasangan
yang dicintai.
6. Keluarga komposit (composite family)
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
7. Keluaga kohabitasi (cohabitation)
Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak
atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan
dengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga kohabitasi mulai dapat
diterima.
8. Keluarga inses (incest family)
Seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang
sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak
perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak
kandung laki-laki, paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah
dengan adik dari satu ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak
perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai
budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut
dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan
elektronik.
9. Keluarga tradisional dan nontradisional
Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat
oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh
perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak dari
hasil perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah
sekelompok orang tinggal disebuah asrama.

4. Struktur Dan Fungsi Keluarga


Setiap keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal. Misalnya, ayah
mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga an pencari nafkah. Peran
informal ayah adala sebagai panutan dan pelindung keluarga.
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan

11
keluarga untuk saling berbagi, kemampuan system pendukung di antara anggota
keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut.
a) Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberkan cinta kasih,
serta saling menerima dan mendukung.
b) Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar
berperan di lingkungan social.
c) Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d) Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
e) Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

5. Tumbuh Kembang Keluarga


Menurut Duval (1997), daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan
tahap perkembangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada tiap tahap
perkembangan.
1. Tahap 1, pasangan baru menikah (keluarga baru). Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang saling
memuaskan, membina hubungan yang harmonis dengan saudara dan
kerabat, dan merencanakan keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak
yang diinginkan).
2. Tahap 2, menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua adalah
bayi berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah menyiapkan anggota keluarga yang baru (bayi dalam
keluarga), membagi waktu untuk individu, pasangan, dan keluarga.
3. Tahap 3, keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua 2,5 tahun
sampai dengan 6 tahun. Tugas perkemmbangan keluarga pada tahap ini
adalah menyatukan kebutuhan masing-masing anggota keluarga, antara
lain ruang atau kamar pribadi dan keamanan, mensosialisasikan anak-anak,
menyatukan keinginan anak-anak yang berbeda, dan mempertahankan

12
hubungan yang sehat dalam keluarga.
4. Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai
12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mensosialisasikan anak-anak termasuk membantu anak-anak membina
hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan masing-masing
anggota keluarga.
5. Tahap 5, keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua berusia 13
sampai 20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengimbangi
kebebasan remaja dengan tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas
remaja, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan melakukan
komunikasi yang terbuka diantara orangtua dengan anak-anak remaja.
6. Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan
kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang
telah dewas, menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan
datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah
kesehatan.
7. Tahap 7, keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah mempertahankan kontak dengan anak dan cucu,
memperkuat hubungan perkawinan, dan meningkatkan usaha promosi
kesehatan.
8. Tahap 8, keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan
kehidupan dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan
hubungan perkawinan, menerima kehilangan pasangan, mempertahankan
kontak dengan masyarakat, dan menemukan arti hidup.

6. Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut.


1) Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
2) Sebagai coordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang

13
komprehensif. Pelayana keperawatan yang bersinambungan diberikan
untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelyananan
kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)
3) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan perawatan dapat
diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota
keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian
anggota keluarga yang sakit dapat dapat menjadi “entry point” bagi
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara
komprehensif.
4) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan
supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun
yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih
dahulu atau secara mendadak.
5) Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga
untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.perawat diharapakan
mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system pada perawatan
yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.
6) Sebagai fasilitator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu,
keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat memberikan
jalan keluar dalam mengatasi masalah.
7) Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat
memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga

7. Masalah dan Tindak Lanjut Dalam Keluarga


Kenyataan, dalam melaksanakan perannya sebagai pembina keluarga sejahtera
masih banyak ditemukan hambatan/masalah antara lain :
a) Faktor Keluarga :
1) Keluarga menolak kehadiran perawat
2) Ketidak-percayaan masyarakat terhadap perawat
3) Adat istiadat
4) Ekonomi

14
b) Faktor Perawat
1) Secara kuantitas jumlah perawat masih kurang
2) Secara kualitas, belum optimal
3) Hal ini terjadi karena "basic" pendidikan perawat yang berbeda-beda,
kemauan menambah ilmu pengetahuan masih kurang, kepercayaan diri
yang kurang.
4) Terlalu muda khususnya bagi perawat yang ada di desa (PKD) sehingga
sering diabaikan oleh masyaakat
5) Perilaku/kebiasaan sebagai "perawat tempo dulu" sehingga sulit
berkembang menjadi Mitra Dokter.- Kompensasi yang berlebihan
dengan rasa sesama Corps ( " ESPRIT DE CORPS ") yang kurang.
6) Masih ada perawat yang bekerja di luar wewenangnya sebagai perawat -
Dan lain-lain.
Untuk menanggulangi masalah/hambatan di atas, khususnya ditujukan kepada
diri sendiri (perawat) antara lain :
a) Interospeksi yaitu menilai, mengevaluasi diri sendiri, kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki, kesempatan apa yang bisa diraih/diperoleh dan
tantangan apa yang akan dihadapi
b) Perubahan perilaku untuk maju dan berkembang dengan kemauan yang
keras untuk menambah ilmu pengetahuan
c) Menunjukkan "eksistensi" perawat sebagai "mitra dokter" Menyadari
dan mencari upaya-upaya koordinasi dan kolaborasi Meningkatkan rasa
sesama Corps
d) Dan yang terpenting adalah "menghargai diri sendiri"
e) Perubahan pendidikan keperawatan
f) Mentaati kode etik keperawatan.

B. PENGERTIAN PHBS (Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat)

Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,
mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat
menurut UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.

15
Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi
sehat tidak serta merta terjadi, tetapi harus senantiasa diupayakan dari yang tidak
sehat menjadi hidup yang sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini
harus dimulai dari menanamkan pola pikir sehat kepada masyarakat yang harus
dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan pengertian PHBS adalah semua
perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan
seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta
memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat. 
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya
untuk menularkan pengalaman mengenai perilaku hidup sehat melalui individu,
kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media
berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang dapat dibagikan seperti materi
edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap dan perilaku terkait
cara hidup yang bersih dan sehat. 
PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak
mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu meningkatkan
kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan hidup bersih dan sehat.
Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui pendekatan pemuka atau
pimpinan masyarakat, pembinaan suasana dan juga pemberdayaan masyarakat dengan
tujuan kemampuan mengenal dan tahu masalah kesehatan yang ada di sekitar;
terutama pada tingkatan rumah tangga sebagai awal untuk memperbaiki pola dan gaya
hidup agar lebih sehat.

1. Tujuan Gerakan PHBS

meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses penyadartahuan yang menjadi


awal dari kontribusi individu – individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari –
hari yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah terciptanya
masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran
untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar
kesehatan.

2. Beberapa Tatanan PHBS

16
Tatanan PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian dari tempat
beraktivitas dalam kehidupan sehari – hari. Berikut ini 5 tatanan PBHS yang dapat
menjadi simpul – simpul untuk memulai proses penyadartahuan tentang perilaku
hidup bersih sehat :

a) PHBS di Rumah tangga


b) PHBS di Sekolah
c) PHBS di Tempat kerja
d) PHBS di Sarana kesehatan
e) PHBS di Tempat umum

3. Manfaat PHBS

Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk


mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat bisa mencegah
dan menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, dengan menerapkan PHBS
masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan meningkatkan kualitas
hidup.

a) Manfaat PHBS di Sekolah

PHBS di sekolah merupakan kegiatan memberdayakan siswa, guru dan


masyarakat lingkungan sekolah untuk mau melakukan pola hidup sehat untuk
menciptakan sekolah sehat. Manfaat PHBS di Sekolah mampu menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat, meningkatkan proses belajar mengajar dan
para siswa, guru hingga masyarakat lingkungan sekolah menjadi sehat.

b) Manfaat PHBS di Rumah Tangga

Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat


dan mampu meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di rumah tangga
antara lain, setiap anggota keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan
tidak mudah terkena penyakit, rumah tangga sehat mampu meningkatkan
produktivitas anggota rumah tangga dan manfaat PHBS rumah tangga selanjutnya
adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola hidup sehat dan anak
dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.

17
c) Manfaat PHBS di Tempat Kerja

PHBS di Tempat kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan para pekerja


agar tahu dan mau untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan
berperan dalam menciptakan tempat kerja yang sehat. manfaat PHBS di tempat
kerja yaitu para pekerja mampu meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah
sakit, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan citra tempat kerja
yang positif.

d) Manfaat PHBS di Masyarakat

Manfaat PHBS di masyarakat adalah masyarakat mampu menciptakan


lingkungan yang sehat, mencegah penyebaran penyakit, masyarakat
memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan dan mampu mengembangkan
kesehatan yang bersumber dari masyarakat.

PHBS di Sekolah merupakan langkah untuk memberdayakan siswa, guru dan


masyarakat lingkungan sekolah agar bisa dan mau melakukan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat dalam menciptakan sekolah yang sehat

Contoh PHBS di sekolah

1) Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,


2) Mengonsumsi jajanan sehat,
3) Menggunakan jamban bersih dan sehat
4) Olahraga yang teratur
5) Memberantas jentik nyamuk
6) Tidak merokok di lingkungan sekolah
7) Membuang sampah pada tempatnya, dan
8) Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk menciptaka
lingkungan yang sehat.

4. Tatanan PHBS Rumah Tangga

Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah tangga yang bertujuan


memberdayakan anggota sebuah rumah tangga untuk tahu, mau dan mampu

18
menjalankan perilaku kehidupan yang bersih dan sehat serta memiliki peran yang
aktif pada gerakan di tingkat masyarakat. Tujuan utama dari tatanan PHBS di tingkat
rumah tangga adalah tercapainya rumah tangga yang sehat.

Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat


dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan dari praktik Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat pada tingkatan rumah tangga. Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan
rumah tangga :

1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.


Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu
dokter, bidan ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan
peralatan yang bersih, steril dan juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah
infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang
dilahirkan.
2. Pemberian ASI eksklusif
Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan
menjadi bagian penting dari indikator keberhasilan praktek Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat pada tingkat rumah tangga.
3. Menimbang bayi dan balita secara berkala
Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi.
Penimbangan dapat dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5
tahun. Posyandu dapat menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan
menyediakan kelengkapan imunisasi. Penimbangan secara teratur juga dapat
memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri
sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan
yang bersih dan bebas dari kuman.
5. Menggunakan air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan unit
pembuangan kotoran dan air untuk keperluan pembersihan.

19
7. Memberantas jentik nyamuk
Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus hidup
makhluk tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai
penyakit.
8. Konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat
yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang
melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan
bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam
rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan.

Salah Satu Aktivitas PHBS - Cuci Tangan Pakai Sabun

http://promkes.kemkes.go.id/phbs

5. Pentingnya Materi PHBS di Setiap Tatanan

Selain PHBS dalam tatanan rumah tangga, masih terdapat tatanan lain yang tidak


kalah penting seperti PHBS di sekolah dan juga PHBS di tempat kerja. Keseluruhan

20
dari materi PHBS bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan individu dan
masyarakat yang terlibat pada setiap tatanan.

Sekolah yang sehat dengan anggota komunitas tingkat sekolah yang berperilaku
Hidup Bersih dan Sehat dapat mencegah sekolah menjadi titik penularan atau sumber
berbagai penyakit. Demikian pula dengan PHBS di tempat kerja dimana keamanan
dan kesehatan menjadi sesuatu yang tidak kalah penting.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang berasal dari implementasi materi


PHBS dapat menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Menjalankan praktek indikator – indikator PHBS di berbagai tatanan dapat menjadi
sebuah gerakan untuk memasyarakatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dimanapun
dan juga kapanpun.

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah


tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS
yang melakukan 10 PHBS yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

21
Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009).
Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi
sehat tidak serta merta terjadi, tetapi harus senantiasa diupayakan dari yang tidak
sehat menjadi hidup yang sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini
harus dimulai dari menanamkan pola pikir sehat kepada masyarakat yang harus
dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

22
Departemen Kesehatan (2009), Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Bandung (2012), Profil Kesehatan Kota Bandung.
Yuli Andriansyah, Desi Natalia Rahmantari (Volume 2 No. 1, Januari 2013)
Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan ‘Penyuluhan Dan Praktik PHBS Dalam Mewu
judkan Masyarakat Desa Pedulis Sehat” ,
Jurnal Gaussian, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, “Klasifikasi Tingkat Kelu
arga Sejahtera Dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik Ordinal Dan Fuz
zy K-Nearest Eighbor”Halaman 645 - 653
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian
Jurnal Faturochma . Dwiyanto Agus “Validitas Dan Reuabiutas Pengukuran
Keluarga Sejahtera”
Notoadmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
Departemen Kesehatan RI.(2010). Keluarga sehat investasi bangsa.
[Online].http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1309-keluarga
sehat-investasi-bangsa.html. diakses pada 13 September 2016
Sukma Saini, Sitti Aminah (2010) ”Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dala
m Pelaksanaan PHBSDi Wilayah Kerja Puskesmas Sombaopu Gowa” Diploma
III Keperawatan, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar email:
ogi.badisca@gmail.com

23

Anda mungkin juga menyukai