BAGIAN NEONATOLOGI
SMF KESEHATAN ANAK
RSUD SULTAN IMANUDDIN
1
Penatalaksanaan Bayi Normal
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Pemantauan 1. Pemantauan minimal 6 jam pertama untuk melihat kemungkinan
timbul bahaya, terutama hipotermia dan hipoglekemia serta
gangguan napas
2. Bayi pulang sebelum hari ke 3, kunjungan tindak lanjut pada hari ke
3 – 7 untuk memastikan bahwa bayi tidak menderita kuning (ikterus
neonatorum)
3. Pemantauan Tumbuh Kembang
Perlu kunjungan tindak lanjut pada bidan atau dokter;
Imunisasi BCG pada usia 1 bulan;
Periksa teratur di Klinik Tumbuh Kembang, Posyandu,
Puskesmas, Bidan atau Dokter Spesialis.
Prognosis Baik
2
Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/5
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur RSUD Sultan Imanuddin
3
Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/5
Terapi 1. Mempertahankan suhu tubuh normal
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan
suhu tubuh bayi, seperti, kontak kulit ke kulit, kangaroo mother
care, pemancar panas incubator atau ruang hangat.
Jangan memandikan segera atau menyentuh bayi dengan tangan
dingin
2. Pemberian Vitamin K1 intramuskular
3. Nilai segera tanda vital : pernapasan, denyul jantung, warna kulit dan
aktifitas. Kelola sesuai kondisi spesifik atau komplikasinya.
4. Pemberian minum
ASI merupakan pilihan utama, pastikan bayi menerima dalam
jumlah cukup
Berat lahir 1750 – 2500 gram
Bayi sehat
Biarkan bayi menyusu semau bayi, anjurkan bayi menyusu
lebih sering (missal setiap 2 jam) bila perlu.
Bila bayi kurang dapat mengisap, tambahkan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian
minum.
Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan
cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat
Apabila bayi memerlukan cairan IV:
Berikan minum per oral hari ke 2 / segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi
menunjukkan tanda-tanda iap untuk menyusu
5. Apaibila proses menyusu terhalangi, berika ASI peras melalui pipa
lambung
6. Berikan cairan IV dan ASI menurut umur, lihat table 2.
4
Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/5
Terapi Berat lahir 1500 - 1749 gram
Bayi sehat
1. Berikan ASI peras dengan cangkit/sendok sesuai dengan table 3
apabila dengan cangkir/ sendok tidak memungkinkan atau ada risiko
terjadi aspirasi ke dalam paru(batuk tau tersedak), berikan minum
dengan pipa lambung
2. Beri minum 8x dalam 24 jam (missal setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapat minum 160 mL/kg bb/hari tetapi masi kelihatan
lapar, beri tambahan ASI
Apabila bayi dapat minum baik dengan menggunakan cangkir/sendok,
coba untuk menyusu
Bayi sakit
1. Beri cairan IV
2. Beri ASI panas dengan pipa lambung mulai hari kedua atau segera
setelah bayi stabil,kurangi jumlah cairan IV secara berlahan sesuai
dengan table 4
3. Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila
kondisi bayi stabil dan dapat menelan tanpa batuk atau sendok
4. Apabila bayi telah dapat minum baik, menggunakan
cangkir/sendok,coba unutk menyusu
5
Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah
No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/5
Terapi Bayi sakit
Beri cairan IV
Beri ASI panas dengan pipa lambung mulai hari kedua atau segera
setelah bayi stabil, kurangi jumlah cairan IV secara berlahan sesuai
dengan table 6
Berikan minum setiap 3 jam. Apabila bayi telah mendapat minum
160 mL/kg bb/hari tetapi masih kelihatan lapar, berikan tambahan
ASI.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
Apabila bayi telah dapat minum baik, coba menyusu
Tabel 7 Jumlah cairan IV dan ASI untuk semua bayi berat <1250 g
Pemberian U m u r (hari)
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV 4 4 3 3 2 2 0
(mL/jam atau tetes mikro/menit)
Jumlah ASI setiap 3 jam 0 0 3 5 8 11 15
(mL/kali)
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
Apabila bayi telah dapat minum baik coba menyusu
Suportif
Jaga dan pantau kehangatan dan patensi jalan napas
6
Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah
No. Dokumen No. Revisi Halaman
5/5
Terapi Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang
timbul (misalnya hipotermia, kejang, gangguan napas,
hiperbilirubinemia dll)
Berikan dukungan emosiaonal kepada ibu dan anggota keluarga.
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi.
Pemantauan Apabila minimal 6 jam pertama untuk melihat kemungkinan timbul
bahaya, terutama hipotermia, hipoglikemia dan gangguan napas
Bila perlu pemeriksaan USG kepala, fisioterap;
Pada umur 6 minggu konsultasi ke dokter spesialis mata untuk
kemungkinan adanya retinopathy of prematurity(ROP)
THT : skrining pendengaran dilakukan sebelum bayi pulang.
Pemantauan tumbuh kembang
Pertumbuhan : berat badan, panjang badan dan lingkar kepala (lihat
grafik pertumbuhan). Tes perkembangan, Denver Development
Screening Test (DDST)
Prognosis Angka kematian 35 kali lebih tinggi dibanding berat lahir >2500 gram
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul :
Gangguan perkembangan gangguan pertumbuhan; ROP; Gangguan
pendengaran; Penyakit paru kronik.
7
Penatalaksanaan Bayi lahir dari ibu menderita Diabetes
PANDUAN Melitus
PRAKTIK KLINIS No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur RSUD Sultan Imanuddin
8
Penatalaksanaan Bayi lahir dari ibu menderita Diabetes
Melitus
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Pemantauan 1. Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah
lain, bayi dapat minum dengan baik, pulangkan pada hari ke 3.
2. Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-
tanda penyakit, bayi tidak perlu pengamatan. Bila bayi dapat minum
baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di
rumah sakit, bayi dapat dipulangkan
Prognosis Jika tanda komplikasi prognosis baik
9
Penatalaksanaan Bayi lahir dari ibu menderita infeksi
PANDUAN Hepatitis B
PRAKTIK KLINIS No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Pengertian Bayi lahir dari ibu menderita hepatitis B yang dikonfirmasi dengan
pemeriksaan laboratorium ibu
Tujuan Melaksakan pelayanan Ilmu Kesehatan anak yang komprehensif, cepat,
tepat, akurat dan optimal. Agar bayi lahir dari ibu Hepatitis B terhindar
dari kompikasi dan gejala sisa di masa mendatang
Kebijakan 1. Bayi dari Ibu Hepatitis B dapat dirawat di Bangsal Rawat Gabung,
Level II dan Level III tergantung kondisi bayi
2. Pemberian segera (kurang dari 12 jam) HB Ig (Hepatitis B
Immunoglobuline)
3. Pemberian segera vaksin Hepatitis B
4. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari spesialis anak (SpA), perawat
dan tenaga penunjang medik.
PROSEDUR
Diagnostik Berdasarkan konfirmasi hasil laboratorium ibu, hasil pemeriksaan Hbs Ag
dan IGM anti-HBc positip
Terapi 1. Segera berikan HBIg atau Immunoglobulin Hepatitis B (IGHB) 200
IU (0,5 mL) IM, dalam waktu kurang dari 12 jam maksimal 24 jam
2. Kemudian segera berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5
mL IM segera setelah lahir (sebaiknya dalam 12 jam sesudah lahir)
pada sisi paha lainnya, dilanjutkan dosis ke-2 dan ke-3 sesuai jadwal
imunisasi hepatitis
3. Bila tidak tersedia HBIg, hanya diberikan vaksinasi Hepatitis B saja
4. Ibu tetap menyusui, tapi apabila ada luka pada putting susu dan ibu
mengalami Hepatitis Akut, sebaiknya tidak diberika ASI.
Pemantauan Lakukan pemeriksaan tiap 2 minggu dalam 8 minggu
Prognosis Jika tanpa komplikasi prognosis baik
10
Penatalaksanaan Bayi lahir dari ibu menderita Malaria
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/1
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur RSUD Sultan Imanuddin
11
Penatalaksanaan Bayi lahir dari ibu menderita Sifilis
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/1
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur RSUD Sultan Imanuddin
12
Penatalaksanaan Bayi lahir dari ibu menderita Tuberkulosis
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/2
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur RSUD Sultan Imanuddin
13
Penatalaksanaan Bayi lahir dari ibu menderita Tuberkulosis
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Pemantauan 1. Bila ibu baru terdiagnosis setelah melahirkan atau belum diobati
Semua anggota keluarga harus diperiksa lebih lanjut untuk
kemungkinan terinfeksi.
Bayi deperiksa foto dada dan tes PPD pada umur 4-6 minggu.
Ulang tes PPD pada umur 4 bulan dan 6 bulan.
Bila hasil tes negatif pada umur 4 bulan dan tidak ada infeksi aktif
di seluruh anggota keluarga, pemberian INH dapat dihentikan,
pemberian ASI dapt dilanjutkan, dan bayi tidak perlu dipisahkan
dari ibu.
2. Bila ibu tidak mengalami infeksi aktif, dalam pengobatan, hasil
pemeriksaan sputum negatif dan hasil foto dada stabil :
Foto ulang ibu pada 3 dan 6 bulan setelah melahirkan, dan yakinkan
ibu tetap minum obat
Periksa anggota keluarga lain
Bayi diperiksa tes tuberkulin PPD pada umur 4 bulan; bila hasilnya
negatif, sputum ibu negatif, dan anggota lain tidak terinfeksi,
hentikan pemberian INH
Ulang pemeriksaan tes tuberkulin PPD pada 6, 9 dan 12 bulan
3. Bila ibu mendapatkan pengonatan secara adekuat
Periksa ibu foto dada ulang pada 3 dan 6 bulan setelah melahirkan
karena ada kemungkinan terjadi eksaserbasi
Lakukan pemeriksaan ulang tes tuberkulin PPD setiap 3 bulan
selama 1 tahun, setelah itu evaluasi tiap tahun
INH tidak perlu diberikan pada bayi
4. Periksa anggota keluarga lain
5. Lakukan tindak lanjut terhadap bayi tiap 2 minggu untuk menilai
kenaikan berat
Prognosis Jika tanpa komplikasi prognisis baik
14
Penatalaksanaan Bayi lahir dari ibu menderita HIV
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/2
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur RSUD Sultan Imanuddin
15
Penatalaksanaan Bayi lahir dari ibu menderita HIV
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Terapi 1. Terapi retrovirus
Bila ibu sudah mendapat AZT (Zidovudine) 4 minggu sebelum
melahirkan maka setelah lahir bayi diberi AZT 2 mg/kg bb/oral tiap
6 jam selama minggu
Bila ibu sudah mendapat NEVIRAPINE dosis tinggal selama
proses persalinan, dan bayi berumur kurang 3 hari, segera beri bayi
NEVIRAPINE dalam suspensi 2 mg/kg BB secara oral
2. Pemberian minum
Terangkan kepada ibu bahwa menyusui dapat berisiko menularkan
infeksi AIDS sedangkan pemberian susu formula dapat
menyebabkan risiko kesakitan dan kematian meniggi, khususnya
bila pemberian susu formula tidak diberikan secara aman
Lakukan konseling pada ibu tentang pilihan pemberian minum
kepada bayinya. Hargai dan dukunglah apapun pilihan ibu.
Terangkan kepada ibu tentang untuk dan rugi pilihan pemberian
minum
Susu formula dapat diberikan bila memungkinkan dalam hal
penyediaan kebersihannyan, dan dapat tersedia setiap waktu
ASI Eksklusif dapat segera dihentikan, bila susu formula sudah
dapat disediakan
Dalam beberapa situasi, kemungkinan lain adalah :
Memeras ASI dan menghangatkan wakti akan diberikan.
Pemberian ASI oleh ibu susuan (“Wet Nursing”) yang jelas HIV
negatif
Jangan memberikan minuman kombinasi disamping pemberian
ASI, karena meningkatkan risiko terjadinya infeksi
3. Lain-lain
Hormati kerahasiaan ibu dan keluarganya dan lakukan konseling
pada keluarga, beri dukungan mental
Rawat bayi seperti bayi lain, dan perhatian khusus pada pencegahan
infeksi
Bayi tetap diberi imunisasi rutin
Pemantauan 1. Pemantauan pemberian minum ASI atau susu formula
2. Kunjungan ulang untuk memonitor tumbuh kembang
3. Nasehati sewaktu-waktu kembali apabila menemui kelainan
4. Tanda klinis dapat ditemukan pada umur 6 minggu setelah lahir
5. Tes antibodi baru dapat didetreksi pada umur 18 bulan, untuk
menentukan status HIV bayi
Prognosis 1. Tanpa pemberian antiretro virus, bayi dengan ibu HIV positif, akan
tertular sebelum dilahirkan, atau pada waktu lahir sebersar 25%, atau
melalui ASI sampai 15%
2. Sebesar 80% penularan secara vertikal dari ibu pada umur 2 tahun
menunjukkan gejala klinis HIV. Gambaran gejalan klinik AIDS
tampak pada umur 1 tahun sebesar 23%, dan pada umur 4 tahun
sebesar 40%
16
Penatalaksanaan Trauma Lahir
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/2
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur RSUD Sultan Imanuddin
17
Penatalaksanaan Trauma Lahir
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Diagnosis 1. Kulit : laserasi, petekie, ekimosis, Nekrosis jaringan lemak subkutan.
2. Kepala : Kaput suksedaneum (subaraknoid, epidural, subdural).
Fraktur kranium
3. Wajah : fraktur, dislokasi, palsi dan paralisis nofasialis
4. Mata : horner syndrom, pendarahan subkonjungtiva, intra okuler
5. Telinga : aberasi, hematom, laserasi, avulsi.
6. Trauma pita suara
7. Leher dan bahu : fraktur Klavicula, palsi brakialis (Duchene-Erb
Klumke); paralisis, niphrenikus, jejas otot stornokleidomastoideus
8. Jejas pada punggung
9. Jejas pada abdomen : Ruptur hati, limpa, pendarahan adrenal,
kerusakan ginjal
10. Ekstremitas : fraktur humerus, fraktur dislokasi
11. Genital : edema, hematom, jejas testis
Terapi 1. Kulit : tak ada terapi spesifik
1. Petakie, akan menghilang setelah 2-3 hari.
2. Ekimosis akan menghilang dalam 1 minggu
3. Laserasi : perawatan luka
2. Kepala :
1. Kaput suksedaneum akan membaik dalam beberapa hari
2. Sefalhematoma akan membaik setelah 2 minggu – 3 bulan
3. Pendarahan subaponeurotik : pemantauan dan atasi syok,
konsultasi bagian bedah
4. Fraktur kranium, pendarahan intrakranial : pemantauan dan
mengatasi masalah sirkulasi dan ventilasi, konsultasi bedah
syaraf.
5. Leher dan bahu, medulaspinalis ekstremitas
Fraktur, palsi brankialis,paralisis niphrenikus, otot sternokleido
mastoideus, imobilisasi, konsultasi bedah dan rehabilitasi medik
6. Jejas pada abdomen :
Ruptur hati, limpa, pendarahan adrenal, kerusakan ginjal :
Pemantauan tanda pendarahan dan syok, konsultasi bedah
Pemantauan Tergantung pada jenis trauma lahir
Prognosis Tergantung pada jenis trauma lahir
18
Penatalaksanaan Kelainan Bawaan
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/2
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur RSUD Sultan Imanuddin
19
Penatalaksanaan Kelainan Bawaan
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Gambaran klinik 2. Manifestasi postnatal
Distres respirasi :
Astresis koana, laringotrakheal cleft, agenesis tracheal, atresia
oesophagus, trakheo esophageal fistula, hernia diafragmatik,
emfisema lobaris congenital.
Abdimen yang cekung (Scaphoid abdomen) :
Hernia diafragmatika, atresia esofagus atau trakheo esophageal
fistula.
Produksi lendir atau ludah yang berlebihan sebelum minum
pertama
Astresia esofagus
Distensi gas udara
Obstruksi duodenum mengaibatkan distensi udara
Muntah
a. Muntah bercampur/berwarna empedu
Atresia duodeni, jejenum, ileum, colon, penyakit hirschpring
b. Muntah tanpa bercampur warna empedu
Stenosis pylorus, stenosis duodenum proksimal
Gangguan pasasi/evakuasi mekoneum
Atresia ani, atresia ileum, penyakit hirschsprung
Penunjang Sesuai dengan jenis kelainan bawaan dan komplikasi yang diderita
Dapat berupa : pemeriksaan laboratorium, radiologis, dan kromosom
Pemeriksaan pranatal : Uji tapis dan diagnosis pranatal
Diagnosis Anemnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Terapi 1. Manajemen umum
a. Menjaga patensi saluran napas, oksigenasi cukup
b. Stabilisasi suhu dan mejaga bayi tetap hangat
c. Pemberian nutrisi dan cairan yang adekuat
d.Pemberian medikamentosa sesuai dengan indikasi
2. Manajemen khusus
Sesuai dengan jenis kelainan bawaan dan komplikasi yang diderita
a. Kelainan bawaan minor jika memerlukan tindakan bedah dapat
direncanakan
b. Kelainan bawaan manyor memerlukan tindakan bedah segera
Pemantauan Tergantung pada jenis kelainan bawaan yang diderita
Mengoptimalisasi keadaan umum pra operatif dan perawatan pasca
operatif
Prognosis Tergantung pada jenis kelainan bawaan dan komplikasi yang diderita
20
Penatalaksanaan Resusitasi : Langkah Awal
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
21
Penatalaksanaan Resusitasi : Langkah Awal
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/3
Peralatan Obat-obatan
a. Epinefrin 1 : 10.000 dalam ampul 3 ml atau 10 ml
b.Cairan penamabak volume darah (volume expander), salah satu
dari yang berrikut ini : Laarutan NaCl 0,9%, Ringer laktat
Lain-lain
3 lembar kain yang kering dan hangat
Stetoskop, Plester, Spmprit ½ atau ¾ inci untuk 1,3,5,10,20,50ml
Kapas Alkohol
Baki untuk katerisasi umbilikalis, kateter umbilikalis berukuran
3,5F, 5F, three-way stopcocks, Sonde lambung
Prosedur 1. Memastikan ada persetujuan tindakan medik resusitasi. Bila keadaan
sangat emerjensi, persetujuan tindakan medik dapat diminta
kemudian
2. Alat pemancar panas telah diaktifkan atau boks yang sudah
dihangatkan sehingga tempat meletakkan bayi menjadi hangat
3. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, memakai sarung
tangan stteril atau DDT
4. Bila ketuban tidak bercampur dengan mekonium
Begitu lahir segera tali pusat dipotong, dibungkus dengan kain
kering dan hangat dan diletakkan pada tempat resusitasi
Bayi diterima menggunakan kain bersih dan hangat
Segera setelah bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas, atau
boks hangat, diposisikan setengah tengadah, bahu diberi ganjalan
kain. Pastikan jalan napas terbuka
Selalu lakukan pengisapan lendir di mulut dahulu kemudian
hidung, jangan memasukkan alat penghisap lebih 5 cm ke dalam
mulut atau 3 cm ke dalam hidung, lama penghisapan 3-5 detik
5. Bila ketuban bercampur mekonium :
Penhisapan dimulai sejak awal, yaitu setelah kepala lahir sebelum
bahu dilahirkan, hisap mekonium dari mulut , farings, dan hidung.
Penghisapan dapat diteruskan dengan menggunakan pipa ET dan
penghisap mekonium setelah bayi lahir dan pada penilaian bayi tidak
bugar.
6. Mengeringkan, merangsang & meposisikan kembali
Keringkan seluruh tubuh dengan kain kering dan hangat
Rangsang dengan menggosok punggung atau rangsang taktil pada
jari atau telapak kaki
Ganti kain yang basah dengan yang kering, bungkus bayi dengan
kain tersebut kecuali daerah dada dan kepala
Kemudian atur posisi kepala dengan posisi setengah tengadah dan
mengganjal bahu dengan gulungan kain
O2 aliran bebas diberikan sambil melakukan Langkah Awal
22
Penatalaksanaan Resusitasi : Langkah Awal
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/3
Prosedur 7. Menilai bayi
Bila bayi bernapas spontan, teratur, Lakukan Asuhan Bayi Normal,
berikan kepada ibu untuk memperoleh kehangatan, memperoleh
ASI, mendapat kasih saying.
Bila bayi tidak bernapas atau mengap-mengap atau frekuensi jantung
<100x/menit atau tetap sianosis setelha diberi oksigen 100% :
lakukan segera Ventilasi Tekanan Positip
Cara menilai frekuensi jantung
Ada 2 cara unutk menilai frekuensi denyut jantung :
Menggunakan stetoskop, mendengarkan di apeks cordis dan
meraba denyut jantung arteri umbilikalis.
Cara nenghitung frekuensi denyut jantung dihitung dalam 6 detik
dikalikan 10, sehingga diperoleh frekuensi jantung permenit
8. Pancatatan tindakan dalam rekam medic
9. Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan
23
Penatalaksanaan Resusitasi :
PANDUAN Ventilasi Tekanan Positip dengan balon resusitasi dan sungkup
PRAKTIK KLINIS No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
24
Penatalaksanaan Resusitasi :
Ventilasi Tekanan Positip dengan balon resusitasi dan sungkup
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Prosedur 4. Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar
- Posisi pelaksana ventilasi tekanan positip (VTP) berdiri di sebelah atau
dekat kepala bayi.
- Posisi balon tidak menghalangi pendangan mata ke dada bayi untuk
melihat gerak turun naik dadabayi selama VTP
5. Melakukan ventilasi pada bayi 2 kali : Melihat apakah dada bayi
mengembang atau tidak
6. Bila dada sudah mengembang, lakukan ventilasi 20x dalam 30 detik
Tekanan pada ventilasi : pernapasan awal segera setelah lahir >30
cmH2O; Paru normal : 15-20 cmH2O; paru yang sakit atau premature :
20-40 cmH2O
25
Penatalaksanaan Resusitasi : Kompresi Dada
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
26
Penatalaksanaan Resusitasi : Kompresi Dada
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Prosedur 7. Kecepatan kompresi dada
Rasio kompresi dada dan ventilasi dalam 1 menit ialah 90 kompresi
dada dan 30 ventilasi (rasio 3:1). Dengan demikian kompresi dada
dilakukan 3 kali dalam 1 ½ detik dan ½ detik untuk ventilasi 1 kali.
8. Kecepatan penekanan harus konsisten
9. Melakukan penilaian setelah 30 detik melakukan kompresi dada
Bila frekuensi jantung ≥60 kali/menit tindakan kompresi dada
dihentikan, periksa usaha napas dan warna kulit :
a. Bila bayi bernapas spontan dan teratur, atau bayi menangis,
berarti resusitasi berhasil, bayi diletakkan dengan ibu/payu dara
ibu, kemudian dirawat di ruang perawatan khusus untuk
pemantauan
b.Bila bayi belum bernapas spontan, dan atau warna kulit bayi
masih kebiruan atau pucat, lakukan VTP saja tanpa kompresi
dada, nilai bayi setiap 30 detik
Bila frekuensi jantung <60 klai/menit, berikan pengobatan dengan
Empinefrin, melalui ET (lebih diutamakan) atau jalur intra vena.
Kemudian segera lakukan kompresi dada dan VTP denga
koordinasi yang baik selama 30 detik dan nilai ulang keadaan bayi.
10. Keputusan untuk menghentikan resusitasi.
Resusirasi kardiopulmoner dihentikan bila setelah 15 menit dilakukan
tindakan resusitasi dengan benar, tetap tidak ada denyut jantung.
11. Membuat Catatan Rekam Medik/Catatan Tindakan resusitasi
12. Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan
27
Penatalaksanaan Resusitasi : Pemasangan Pipa Endotrakeal
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
28
Penatalaksanaan Resusitasi : Pemasangan Pipa Endotrakeal
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Prosedur Ujung daun laringoskop daimasikkan menyusuri lidah secara
perlahan ke pangkal lidah sampai di vallecula (lekuk antara pangkal
lidah dan epiglottis)
Angkat daun laringoskop dengan cara mengangkat seluruh
laringoskop ke arah daun laringoskop menunjuk, dengan demikian
lidah akan terjulur sedikit sehungga farings terlihat. Letak Tanda
Petunjuk Benar kija Glottis dan pita suara rampak disebelah atas
dengan muara di bawah
Penghisapan lendir
Berhenti selama 20 detik
Tindakan intubasi dibatasi 20 detik untuk mencegah hipoksia
Pada waktu berhenti, bayi distabilkan denga memompa balon dan
sungkup
4. Menemptkan pipa endotrakeal
Masukkan pipa ET diantara pita suara, sampai sebatas garis tanda pita
suara, agar ujung pipa terletak dalam trakea di tengan antara pita suara
carina. Sewaktu memasukkan pipa ET, jangan kenai pita usara dengan
ujung pipa, karena dapat menyebabkan spasme pita suara
5. Mengeluarkan laringoskop
Pita ET dipegang dengan tangan kanan yang bertumpu paka muka
bayi, tekan ke bibir
Laringoskop dikeluarkan dengan tangan kiri tanpa
mengganggu/menggeser pipa ET
6. Memastikan letak pipa ET
Sambil memegang pipa ET, sambung pipa ke balon resusitasi dan
lakukan ventilasi sambil memperhatikan dada dan perut
Apabila letak pipa ET betuk akan terlihat
a. Dada mengembang
b. Perut tidak mengembung sewaktu ventilasi
Mendengarkan suara napas
a. Mintalalah kepada orang lain (pembantu) untuk mendengarkan
suara napas menggunakan stetoskop. Pastikan letak stetoskop di
pinggir bagian atas dada kiri dan kanan. Apabila letak stetoskop
lebih rendah, maka suara udara yang masuk ke lambung dapat
terdengar sebagai suara napas.
b.Apabila letak pipa ET betul akan terdengar
Udara masuk ke kedua sisi dada
Suara napas kiri sama dengan kanan
7. Perhatikan tanda cm pada pip ET setinggi batas bibir atas
8. Fiksasikan pipa ET ke wajah bayi dengan plester
9. Membuat Catatan Rekam Medik/Catatan Ridakan resusitasi
10. Pencegahan Infeksi pasca tindakan
29
Penatalaksanaan Gangguan Napas pada Neonatus
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
30
Penatalaksanaan Gangguan Napas pada Neonatus
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/3
Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan preparat darah apus,
analisa gas darah, dula darah
2. Pemeriksaan Radiologi
3. Pemeriksaan EKG
Diagnosis Klasifikasi gangguan napas
Frekuensi Gejala tambahan gangguan napas Klasifikasi
Napas
>60 DENGAN Sianosis sentral DAN tarikan Gangguan
Kali/menit dinding dada atau merintih saat napas berat
ekspirasi
ATAU > DENGAN Sianosis sentral ATAU tarikan
90 dinding dada ATAU merintih saat
kali/menit ekspirasi
ATAU < DENGAN Gejala lain dari gangguan napas
30 atau
kali/menit TANPA
60-90 DENGAN Tarikan dinding dada ATAU Gangguan
kali/menit merintih saat ekpirasi napas sedang
Tetapi Sianosis sentral
TANPA
ATAU > TANPA Tarikan dinding dada atau
90 merintih saat ekpirasi atau
kali/menit sianosis sentral
60-90 TANPA Tarikan dinding dada atau Gangguan
kali/menit merintih saat ekpirasi atau napas ringan
sianosis sentral
31
Penatalaksanaan Gangguan Napas pada Neonatus
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/3
Terapi Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan
Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60
kali/menit
B. Gangguan napas sedang
Lanjutkan pemberian O2 2-3 liter/menit dengan kateter
nasal, dapat diberikan O2 4-5 liter/menit dengan sungkup,
atau head boxes
Bayi jangan diberi minum
Jika ada tanda sepsis aau komplikasi lain beri terapi sesuai
indikasi
Bila bayi mulai perbaikan (frekuensi napas menurun tidak
kurang dari 30 kali/menit, takian dinding dada atau suara
merintih berkurang) disertai perbaikan tanda klinis :
1.Kurangi terapi O2 secara bertahap
2.Pasang pipa lambung, berikan ASI setiap 2 jam
3.Jika masih tidak dapat menyusu, berikan ASI peras
dengan memakai salah satu alternatif pemberian minum
C. Gangguan napas berat
Teruskan pemberian O2
Terapi untuk dugaan kemungkinan besar sepsis
Bila menunjukkan tanda pemburukan atau terdapat
sianosis sentral, naikkan pemberian O2 pada kecepatan
aliran tinggi. Jika gangguan napas semakin berat dan
sianosis sentral menetap pertimbangkan penggunaan
ventilator mekanik
Jika gangguan napas masih menetap setelah 2 jam, pasang
pipa lambung
Nilai kondisi minimal 4 kali setiap hari terhadap tanda
perbaikan
Jika menunjukkan tanda perbaikan (frekuensi napas
menurun, retraksi berkurang, warna kulit membaik, tidak
merintih dan tidak apnea :
1.Kurangi/turunkan pemberian O2 secara bertahap
2.Mulailah pemberian ASI peras melalui pipa lambung
3.Periksa kadar glukosa darah
Pemantauan Pemantauan pada bayi kecil ( berat lahir <2500 gram atau umur
kehaliman <37 minggu) gangguan napas sering memburuk dalam waktu
36-48 jam pertama dan tidak banyak terjadi perubahan dalam satu dua
hari berikutnya dan kemudian akan membaik pada hari ke 4-7.
Jika bayi tampak kemerahan tanpa terapi O2 selama 3 hari, minum baik
dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit
bayi dapat dipulangkan
Pemantauan terhadapap penyakit penyebab gangguan napas
Pemantauan terhadap komplikasi gangguan anapas
Prognosis Tergantung dengan jenis gangguan napas, penyebab dan komplikasi
32
33
Penatalaksanaan Sepsis Neonatorum
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/5
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
34
Penatalaksanaan Sepsis Neonatorum
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/5
Gambaran klinik Gastrointestinal
Muntah, diare, perut kembung,hepatomegali
Tanda mulai muncul sesudah hari ke empat
Kulit
Perfusi kulit kurang, sianosis, pucat, petekie, ruam, sklerem, ikterik
Kardiopulmuner
Takipnu, distres respirasi (merintih, retraksi) takikardil, hipotensi
Neurologis
Iritabilitas, penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun membonjol, kaku
kuduk
Sesuai dengan meningitis
1
Jumlah lekosit toral sesuai umur 1
Bayi baru lahir ≥ 25.000/mm3 atau ≤ 5.000/mm3
Umur 12-24 jam ≥ 30.000 /mm3
Umur >2 hr ≥ 21.000/mm3
Perubahan PMN 1
≥3 vakuolisasi, toksik granular, Dohle bodies
Trombosit <150.000/mm3 1
Sumber : Sales-santos M & Bunye MO, 1995
Jumlah skor lebih atau sama dengan 3 maka kemungkinan besar
sepsis
35
Penatalaksanaan Sepsis Neonatorum
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/5
Penunjang Penggunaan skor ini harus disesuaikan dengan klinis
Kultur, pengecatan gram dari darah, urin dan cairan serebro
spinal serta dilakukan uji kepekaan kuman
Analisa gas darah ditemukan hipoksia, asidosis metabolik,
asidosis laktat
Pemeriksaan cairan serebrospinal peningkatan jumlah lekosit
terutama PNM, jumlah lekosit 20/ml (umur kurang dari 7 hari)
dan 10/ml (umur lebih 7 hari, menigkatnya kadar protein,
penurunan kadar glukosa serta pada pengecatan gram ditemukan
kuman. Gambaran ini sesuai dengan meningitis yang sering
terjadi pada sepsis
Gangguan metabolik
Hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik
Peningkatan kadar bilirubin
2. Radiologis
Foto rongen dada dapat ditemukan sebagai berikut
Pneumonia kongenital : konsolidasi bilateral atau efusi pleura
Pneumonia : destruksi jaringan bronkopulmoner, etelektasis
segmental atau laboris, gambaran retikugranuler (seperti penyakit
membran hialin), efusi pleuraPemeriksaan cairan serebrospinal
peningkatan jumlah lekosit terutama PNM, jumlah lekosit 20/ml
(umur kurang dari 7 hari) dan 10/ml (umur lebih 7 hari,
menigkatnya kadar protein, penurunan kadar glukosa serta pada
pengecatan gram ditemukan kuman. Gambaran ini sesuai dengan
meningitis yang sering terjadi pada sepsis
Gangguan metabolik
Hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik
Peningkatan kadar bilirubin
3. Radiologis
Foto rongen dada dapat ditemukan sebagai berikut
Pneumonia kongenital : konsolidasi bilateral atau efusi pleura
Pneumonia : destruksi jaringan bronkopulmoner, etelektasis
segmental atau laboris, gambaran retikugranuler (seperti penyakit
membran hialin), efusi pleura
Diagnosis 1. Dugaan sepsis
Jika tidak ditemukan riwayat infeksi intra uteri, ditemukan satu
kategori Adan satu atau dua kategori B
2. Kecurigaan besar sepsis
Pada bayi umur sampai dengan 3 hari
Bila ada riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam dengan
kecurigaan infeksi berat atau (ketuban pecah dini) atau bayi
mempunyai 2 atau lebih kategori A atau 3 atau lebih Kategori B
Pada bayi umur lebih dari 3 hari
Bila bayi mempunyai dua atau lebih temuan Kategori A atau
tiga atau lebih temuan Kategori B
3. Sepsis : Jika pada hasil kultur ditemukan kuman
36
Penatalaksanaan Sepsis Neonatorum
No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/5
Diagnosis Tabel 4 : Kelompok temuan yang berhubungan dengan sepsis
Kategori A Kategori B
1. Kesulitan bernapas (misalnya : 1. Tremor
napas lebih dari 30 kali per 2. Letergi atau lunglai
menit, retraksi dinding dada, 3. Mengantuk atau aktivitas
grunting pada waktu ekspirasi, berkurang
sianosis sentral) 4. Iritabel atau rewel
2. Kejang 5. Muntah (menyokong ke arah
3. Tidak sadar sepsis)
4. Suhu tubuh tidak normal (tidak 6. Perut kembung (menyokong ke
normal sejak lahir & tidak arah sepsis)
memberi respons terhadap terapi 7. Tanda-tanda mulai muncul
atau suhu tidak stabil sesudah setelah hari ke empat
pengukuran suhu normal selama (menyokong ke arah sepsis)
tiga kali atau lebih, menyokong 8. Air ketuban bercampur
ke arah sepsis) mekonium
5. Persalinan di lingkungan yang 9. Malas minum, sebelumnya
kurang higienis (menyokong ke minum degan baik ( menyokong
arah sepsis) ke arah sepsis)
6. Kondisi memburuk secara cepat
dan dramatis (menyokong ke
arah sepsis)
37
12 jam
38
Penatalaksanaan Sepsis Neonatorum
No. Dokumen No. Revisi Halaman
5/5
Terapi Respirasi
Menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk
mencegah hipoksia. Pada kasus tertentu dibutuhkan ventilatir
mekanik.
Kardiovaskuler
Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta
pemantauan tensi dan perfusi jaringan untuk cegah syok
Hematologi
Tranfusi komponen jika diperlukan, Atasi kelainan yang
mendasari.
Tranfusi tukar diperlukan tidak ditemukan perbaikan klinis dan
laboratorium
Tunjangan nutrisi adekuat
Pengobatan terhadap tanda khusus lain atau penyakit penyerta
serta komplikasi
Pada kasus tertentu dibutuhkan imunoterapi dengan pemberian
imunoglobulin, antibodi monoklonal
Pada kasus tertentu misalnya hidrosefalus dan akumulasi progesif,
enterokolitis nekrotikan, perlu tindakan bedah
Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialis lain, dll)
Pemantauan 1. Terapi
Pada dugaan sepsis lakukan pemantauan. Jika ditemukan tambahan
tanda sepsis maka dikelola sebagai kecurigaan besar sepsis
2. Tumbuh kembang
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita dengan sepsis dapat
akibatkan gangguan tumbuh kembang. Misalnya gejala sisa
neurologis berupa retardasi mental, gangguan penglihatan, kesukaran
belajar, kelainan tingkah laku
Prognosis Angka kematian 13-50%
39
Penatalaksanaan Ikterus Neonatorum
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
40
Penatalaksanaan Ikterus Neonatorum
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/3
Diagnosis 2. Ikterus patologis
Ikterus tampak dalam 24 jam pertama kehidupan
Bilirubin total untuk bayi cukup bulan ≥ 13 mg/dl atau bayi kurang
bulan ≥10 mg/dl
Penigkatan kadar bilirubin >5 mg/dl
Bilirubin direk >2 mg/dl
Ikterus menetap pada bayi cukup bulan > 1 minggu atau pada bayi
kurang bulan >2 bulan
41
Penatalaksanaan Ikterus Neonatorum
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/3
Terapi Tabel 2 Penanganan ikterus berdasarkan kadar bilirubin serum
Usia Terapi sinar Tranfusi Tukar
Bayi sehat Faktor Risiko Bayi sehat Faktor Risiko
Mg/ µmol/ Mg/ µmol/ Mg/ µmol/ Mg/ µmol/
dL L dL L dL L dL L
Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220
Hari 2 15 260 15 220 19 330 15 260
Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340
Hari 4 20 340 17 290 30 510 20 340
dst
Bila hasil pemeriksaan kadar bilirubin dan uji lain telah diperoleh,
tentukan kemungkinan diagnosisnya
Bila bilirubin direk >2 mg/dl : hentikan terapi sinar
Pangobatan fakto penyebab ikterus dan komplikasinya
Terapi Suportip
Minum ASI atau pemberian ASI peras
Infus Cairan dengan dosis rumatan
Pemantauan 1. Terapi
Bilirubin pada kulit dapat menghilang dengan cepat dengan terapi
sinar.
Warna kulit tidak dapat digunakan sebagai petunjuk untuk
menentukan kadar bilirubin serum selama bayi dilakukan terapi sinar
dan selama 24 jam setelah dihentikan.
Pulangkan bayi bila terapi sinar sudah tidak diperlukan, bayi
minum dengan baik, atau bila sudah tidak ditemukan masalah
yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
Ajari ibu untuk menilai ikterus dan beri nasehat pada ibu utnuk
kembali bila terjadi ikterus lagi
2. Tumbuh kembang
Bayi pasca perawatan hiperbilirubinemia perlu pemantauan
Tumbuh kembang,
Sesuai dengan indikasi lakukan konsultasi ke Bagian THT
42
Penatalaksanaan Hipoglikemi
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
Terapi 1. Glukose darah <25 mg/dl (1.1 mmol/L) atau terdapat terdapat tanda
klinis hipoglikemi
Pasang jalur IV jika belum terpasang, jika tidak dapat dipasang
dengan cepat, berikan larutan glukose melalui pipa lambung
dengan dosis sama
Berikan glukose 10% 2 mL/kg secara IV bolus
dalam lima menit
43
Penatalaksanaan Hipoglikemi
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/3
Terapi Infus glukose 10% sesuai kebutuhan rumatan
Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan
kemudian tiap tiga jam:
o Jika kadar glukose darah <25mg/dL (1.1 mmol/L), ulangi
pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan
pemberian infus
o Jika kadar glukose darah 25 -45 mg/dl (1.1-2.6 mmol/L),
lanjutkan infus dan ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga
jam sampai kadar glukose ≥45 mg/dl (2.6 mmol/L)
o Bila kadar glukose darah ≥45 mg/dl (2.6 mmol/L) dalam dua
kali pemeriksaan berturut-turut, ikuti petunjunk tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah setelah kadar kadar
glukose darah kembali normal
Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat menyusu, berukan
ASI peras dengn menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum
Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian
cairan infus setiap hari secara bertahap
2. Bila glukose darah 25-45 mg/dl (1.1-2.6 mmol/L) tanpa tanda
hipoglikemia
Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras dengn menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum
Pantau tanda hipoglikeia, bila ada, tangani seperti tersebut di atas
Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum
pemberian minum berikutnya:
o Jika kadar glukose darah <25 mg/dl (1.1 mmol/L), atau terdapat
tanda hipoglikemi, tangani seperti tersebut di atas
o Jika kadar glukose masih antara 25-45 mg/dl (1.1-2.6 mmol/L),
naikkan frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume
pemberian dengan menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum
o Jika kadar glukose darah 45 mg/dl (2.6 mmol/L)atau lebih, lihat
tentang frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini
3. Terapi faktor penyebab dan komplikasi yang terjadi
4. Bila diperlukan dapat dilakukan konsultasi ke Sub Bagian
Endokrinologi Anak
Pemantauan 1. Terapi
Setelah terapi dan kadar glukose darah normal, dilakukan
pemantauan terapi dan ulangan pemeriksaan kada glukose darah
sebagai berikut :
Jika bayi mendapatkan cairan IV, untuk alasan apapun, lanjutkan
pemeriksaan kadar glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih
memerlukan cairan infus. Jika kapan saja kadar glukose darah
turun, tangani seperti tersebut di atas
44
Penatalaksanaan Hipoglikemi
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/3
Pemantauan Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV, periksa kadar
glukose darah setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan :
o Jika kapan saja kadar glukose darah turun, tangani seperti
tersebut di atas
o Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut,
maka pengukuran dihentikan
2. Timbuh kembang
Bila ibu menderita DM, perlu pemeriksaan atau uji tapis unutk
bayinya
Bila bayi menderita DM(Juvenile Diabetes Mellitus) kalola DM
nya atau konsultasi ke Sub Bagian Endokrinologi Anak
Prognosis Baik jika tanpa komplikasi
45
Penatalaksanaan Tetanus Neonatorum
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
46
Penatalaksanaan Tetanus Neonatorum
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Terapi Bila bayi mengalami henti napas selama spasme atau sianosis
sentral setelah spasme, berikan oksigen dengan kecepatan aliran
sedang, bila belum bernapas lakukan resusitasi, bila tidak berhasil
dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas NICU
Berikan bayi :
o Human tetanus immunoglobulin 500 U IM atau tetanus
antitoksin 5000 U IM
o Tetanus toksoid 0.5 MK IM pada tempat yang berbeda dengan
pemberian antitoksin
o Bensilpenisilin G 100.000 U/kg IV dosis tunggal selama 10 hari
Pengobatan untuk infeksi lokal tali pusat
Berikan ibunya imunisasi tetanus toksoid 0.5 ml, minta datang
kembali satu bulan kemudian untuk pemberian dosis kedua
2. Fisioterapi
3. Konsultasi ke bagian Rehabilitasi Medik
Pemantauan 1. Terapi
Rawat bayi di ruang yang tenang, kurangi rangsangan yang tidak
perlu
Pasang pipa lambung bila belum terpasang dan beri ASI peras
diantara periode spasme. Nilai kemampuan minum dua kali sehari
dan anjurkan untuk menyusu ASI secepatnya begitu terlihat bayi
siap untuk mengisap.
Bila sudah tidak terjadi spasme selama dua hari, bayi minum baik
dan tidak ada lagi masalah, maka bayi dapat dipulangkan
2. Tumbuh kembang
Pemantauan tumbuh kembang diperlukan terutama untuk asupan gizi
yang seimbang dan stimulasi mental
Prognosis Angka kematian tetanus neonatorum masih sangat tinggi (50% atau lebih)
47
Penatalaksanaan Diare pada Bayi
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
48
Penatalaksanaan Diare pada Bayi
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/3
Diagnosis -Minum selain -Minum baik Diare non
ASI infeksi
-Timbul diare
sesudah
minuman lain
dimulai
-Bayi ikterus -Tinja kuning lunak Diare karena
yang mendapat -Tidak muntah terapi sinar
terapi sinar
-Timbul diare
sesudah terapi
sinar dimulai
-Wabah diare -Tinja cair, -Sepsis Diare karena
pada perawatan kehijauan dan -Dehidrasi infeksi
bayi bayak, terus nosokominal
-Timbul sesudah menerus bahkan
hari ke-2 pada bayi saat
minum ASI
-Darah dalam tinja
-Muntah
-Minum tidak -Layuh atau latergi -Sepsis Enterokolitis
mau atau buruk -Bayi tampak sakit -Cairan aspirat nakrotikains
-Timbul hari ke 2 -Diare fulminan lembung
s/d hari ke 10 -Bayi kecil (berat menigkat
-Asfiksia lahir <2500 g atau
umur kehamilan
<37 minggu)
-Diare bercampur
lendir atau darah
-Muntah, sering
bercampur darah
-Distensi abdomen
-Progresifitas tanda-
tanda penyakit
(suhu tubuh tidak
stabil dan atau
apnea)
Terapi 1. Tetap berikan ASI. Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras
dengn menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum.
2. Jika ibu memberikan makanan atau cairan lain selai ASI,
minuman/makanan lain haru sdihentikan
3. Berikan larutan rehidrasi oral, setiap kali diare :
a. Jika bayi dapat menyusu, berikan ASI sesering mungkin, atau
berikan larutan rehidrasi oral sebanyak 20 ml antara pemberian
ASI dengan menggunakan salah satu cara alternatif oemberian
minum
b. Jika bayi tidak dapat menyusu dengan baik, pasang pipa lambung.
Berikan cairan oralit 20 ml melalui pipa. Berikan ASI peras 20
ml, jika tidak cukup dan berikan ASI dan oralit secara simultan
c. Jika tidak ada ASI, berikan larutan rehidrasi oral 20 ml yang
sudah diencerkan dengan perbandingan 1:3
49
Penatalaksanaan Diare pada Bayi
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/3
Terapi 4. Jika bayi tidak dehidrasi, ASI diberikan lebih sering dan lebih lama
5. Jika bayi menunjukkan tanda dehidrasi atau sepsis :
a. Pasang infus/intavena
b.Buat perkiraan bahwa bayi mengalami dehidrasi 10% dan
sesuaikan volume cairan yang diberikan
c. Berikan RL atau NaCl 0.9% 100ml/kg/6 jam, dengan cara
pemberian : 30 ml/kg/1 jam, bayi dikaji ulang setelah 1 jam. Jika
membaik, lanjutkan dengan 70 ml/kg/5jam
d.Berikan RL atau NaCl 0,9% 100mg/kg/6jam, dengan cara
pemberian: 30 ml/kg/1jam, bayidikaji ulang setelah 1 jam. Jika
membaik, lanjutkan dengan 70 ml/kg/5jam
e. Jika kondisi tidak membaik, menunjukkan tanda-tanda denyut
nadi lemah, ulang 30 ml/kgBB, kemudian lanjutkan dengan
70ml/kg/5jam selama 18 jam berikutnya
f. Kaji ulang dalam waktu 12 jam:
1) Jika bayi telah ter-rehidrasi, dan tidak diare lagi, berikan
cairan rumatan sesuai umur
2) Jika bayi masih diare, asumsu dehidrasi 20%, selain cairan
rumatan sesuai umur, tambahkan 20 ml setiap diare dan
sesuaikan volume cairan yang diberikan.
6. Apabila terjadi diare nosokominal
a. Ambil sempel darah unutk dilakukan kultur dan beri antibodi
sesuai dengan kecurigaan sepsis
b.Pastikan bahwa bayi mendapat cukup cairan, untuk mengganti
cairan yang hilang karena diare
c. Isolasi bayi
Ikuti prosedur pencegahan infeksi dengan ketat pada saat
merawat bayi dengan diare. Kenakan sarung tangan ketika
memegang popok kotor ataupun benda-benda lain yang dipakai
untuk perawatan bayi dan cuci tangan setelah menangani bayi
dengan diare
Pamantauan Tanda rehidrasi, tinja dan kencing
Prognosis Pada umumnya baik, bergantung pada penyebab diare.
50
Penatalaksanaan Transfusi Tukar
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
51
Penatalaksanaan Transfusi Tukar
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/3
Prosedur A. Persiapan tindakan transfusi tukar
1. Cek darah dengan lembar catatan medis dokter dan tanda tangani
form mengenai hal tersebut
2. Pastikan orang tua bayi telah menandatangani surat persetujuan
tindakan
3. Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelum tindakan, lambung
dikosongkan dengan pipa penduga lambung dan pipa dibiarkan
terbuka untuk tujuan dekompresi dan menghindari terjadinya
aspirasi.
4. Koreksi gangguan asam basa, hipoksia dan hipotermia.
5. Pemasangan monitor kardiorespirasi, megatur suhu lingkungan
dengan lampu penghangat.
6. Hangatkan darah dalam penghangat darah hingga 37oC
7. Pakai sarung tangan dan celemek steril
8. Pasang kateter umbilikal ke dalam vena umbilikalis
9. Kateter terhubungkandengan 2 buah three way stopcock yang
disusun seri
10.Menggabungkan three way stopcock dengan selang infus darah
donor dan selang ke botol pembungan.
11.Harus ada petugas yang melakukan mengawasi keadaan bayi dan
mencatat waktu saat dilakukan penarikan dan pendorongan darah,
jumlah darah yang dimasukkan dan dikeluarkan
12.Pelaksanaan trasfusi tukar
B. Pelaksanaan transfusi tukar
1. Mula-mula darah bayi dikeluarkan 10-20 cc, sebagian darah
digunakan untuk pemeriksaan laboratorium
2. Wakktu pengeluaran darah selama 2-4 menit. Darah dibuang
melalui pipa pembuang dengan mengatur katup three way
stopcock
3. Darah donor yang telah dihangatkan 36,7-37oC dimasukkan
dalam jumlah yang sama dengan darah yang dibuang. Selama 2-4
menit. Setelah darah masuk tunggu selama 20 detik untuk beredar
di sirkulasi
4. Kedua tindakan di atas dilakukan berulang sampai jumlah darah
yang dikehendaki
5. Kantung harus digoyang secara lembut selama tindakan transfusi
tukar karena sel darah merah akan mengendap dengan cepat.
6. Dicatat jumlah darah yang sudah dikeluarkan diganti dengan
sejumlah darah yang ditrasfusikan
7. Setiap 150 cc darak masuk diberikan 1 cc kalsium glukonas 10%
8. Setiap 200 cc darah masuk kateter dibilas dengan heparin NaCl
(4000 IU heparin dalam 500 cc NaCl 0,9%) sebaynyak 5 cc
9. Pada pengambilan darah terakhir digunakan untuk pemeriksaan
laboratorium
10. Tanda vital : temperatur, denyut jantung, respirasi, suhu dicatat
setiap 15 menit selama prosedur dan segera catat setiap kali ada
perubahan tanda vital atau warna kulit bayi atau aktivitas bayi.
52
Penatalaksanaan Transfusi Tukar
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/3
Prosedur C. Perawatan pasca trasfusi tukar
1. Bayi dipuasakan 3-4 jam, diberi infus rumatan
2. Lanjutkan pengamatan menggunakan alat monitor kardi respirasi
3. Amati gerakan bayi dan tanda perdarahan dan infeksi di tempat
pemasangan kateter
4. Tiap jam diperiksa : temperatur, denyut jantung, respirasi, semala
enam jam. Bila stabil dan dalam batas normal, setelah itulakukan
pengamatan rutin sesuai anjuran
5. Ukur lingkar perut dan lakukan pengamatan rutin ( tiap 3-4 jam)
selama 24 jam. Dengarkan bising usus
6. Amati adanya darah dalam tinja
7. Amati gejala intoleransi makanan: aspirat lambung, muntah,
distensi abdomen
8. Buat laporan keperawatan pada formulit transfusi tukar dan catat
keadaan bayi selama prosedur
9. Berikan penjelasan kepada orang tua tentang prosedur,
komplikasi
10. Jika stabil, diet enteral atau peroral dapat dimulai
11. Pengawasan komplikasi dan kemungkinan transfusi tukar ulang
12. Pada kasus hiperbilirubinemia, setelah transfusi tukar dilanjutkan
terapi sinar
D. Pemeriksaan laboratorium
a. Sebelum transfusi tukar (22 ml)
1. Hb, Ht, lekosit, hitung jenis (1 ml + EDTA)
2. Bilirubin total, direk, indirek; protein total, albumin,
globulin, Gula Darah; Na, K, Ca (5 ml darah beku)
3. Commb’s test dan G6PD (3 ml +EDTA
4. Kultur darah (1 ml darah beku)
5. HBS Ag, SGOT, SGPT (5ml darah beku)
6. TORCH (8 ml darah beku)
Catatan : bagi penderita kurang mampu hanya diperiksa
sampai nomor 6
b. Setelah transfusi tukar
1. No. 1 dan 2
2. CT, BT; studi koagulasi
BGA (atas indikasi)
53
Penatalaksanaan Terapi Sinar
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
54
Penatalaksanaan Terapi Sinar
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Prosedur Letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu sesuai dengan
petunjuk atau manual dari pabrik pembuat alat. (0,5-0,7 m)
Ubah pisisi bayi tiap 3 jam
Pastikan kebutuhan cairan bayi terpenuhi
o Anjurkan ibu menyusui sesuai keinginan bayi, paling tidak
setiap 3 jam
o Bila bayi idak dapat menyusu, berikan ASI peras dengn
menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum,
naikkan kebutuhan hariannya dengan menambah 25 mL/kgBB
o Bila bayi mendapat cairan IV, naikan kebutuhan hariannya 10%
o Bila bayi mendapat cairan IV atau diberi minum melalui pipa
lambung bayi tidak perlu dipindahkan dati lampu terapi sinar
Lanjutkan pengobatan dan pemeriksaan lain
Pantau suhu tubuh bayi dan suhu udara ruangan setiap 3 jam
Perekas kadar bilirubin serum tiap 12-24 jam
Bila bilirubin serum tidak dapat diperiksa:
o Bila bayi kecil (berat lahir <2500 gram atau umur kehamilan <
37 minggu) atau sepsis, hentikan terapi sinar setelah 3 hari
55
Penatalaksanaan Syok pada Bayi
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
56
Penatalaksanaan Syok pada Bayi
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/3
Terapi
Fluid challenge
Reassess
Perbaikan (+) Perbaikan (-)
Perbaikan (-)
57
Penatalaksanaan Syok pada Bayi
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/3
Pengertian
Pasang CVP, akses vaskuler, kateter
Ukur CVP
≤8 mm/Hg >8 mm/Hg
Ekokardiografi
Fluid challenge harus hati-hati
Pertmbangkan obat inotropic/vasoaktif
Dobutamin Epinefrin/neropinefrin+phentolamine
Perbaikan (-)
58
Penatalaksanaan Aspirasi Mekoneum
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
59
Penatalaksanaan Aspirasi Mekoneum
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/3
Terapi 1. Tindakan resusitasi
Tindakan resusitasi secara proaktif,
o Bila lahir per vaginam
Saat kepala bayi lahir, segera dilakukan pengisapan mulut,
kemudian hidung sebelum melahirkan bahu dan seluruh badan
bayi, kemudian setelah bayi lahir, segera dinilai kebugaran
bayi;
Bila bayi lahir dengan operasi bedah sesar :
Begitu bayi lahir segera dilakukan pengisapan mulut kemudian
hidug dan selanjutnya segera dinilai kebugaran bayi;
Bila bayi bugar ( mengis keras, kulit merah, tonus otot baik dan
frekuensi jantung lebih dari 100x/menit); lanjutkan dengan
pengeringan, juga kehangatan dan perawatan bayi baru lahir
normal
Bila bayi tidak bugar: segera dilakukan langkah awal dengan
mengisap mekoneum degan langsung ke trakhea. Bila tersedia
laringoskop dan pipa endotrakheal (ET) segera dilakukan
pengisapan melalui pipa ET sampai dianggap bersih (bisa diulang
2-3 kali), kemudian bayi dikeringkan sambil melakukan rangsang
taktil.
Bila bayi tetap tidak bernapas, segera lakukan resusitasi
2. Medika mentosa
Antibiotika ampisilin dan gentamisin (dosis sepsis)
3. Bedah
Pada kasus komplikasi : pneumotoraks, pneumomediastinum,
emfisema sub kutan.
Tindakan yang segera dilaksanakan pungsi toraks, bila gagal
dilakukan drainase.
4. Suportif
Infus cairan : Glukose 10% sesuai dengan dosis rumatan
Jaga kehangatan
Terapi oksigen sesuai dengan kondisi
o Kriteria nasal, sungkup, Nasal prong Head Box
o Oksigen inkubator, Ventilator mekanik
Pemberian ASI eksklusif bila kondisi sedah memungkinkan
Pemantauan 1. Komplikasi
2. Terapi
Setelah bayi melewati masa krisis dan kebutuhan oksigen sudah
terpenuhi dengan oksigen ruangan/atmosfer, suhu tubuh bayi sudah
stabil diluar inkubator, bayi dapat minum/menetek, ibu bisa merawat
dan mengenali tanda-tanda sakit pada bayi dan tidak ada komplikasi
atau penyulit maka bayi dapat berobat jalan.
3. Tumbuh kembang
60
Penatalaksanaan Aspirasi Mekoneum
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/3
Prognosis 1. Angka kematian 20% karena kerusakan paru dan hipertensi pulmoner
2. Komplikasi :
Hipoksia serebri, gagal ginjal, keracunan O 2
Pneumotoraks, pneumomediastinum, pneumopericardium, pulmonary
interstitial emphysema. Sepsis.
Defisit neurologis, kejang, retardasi mental, epilepsi, palsi serebral
61
Penatalaksanaan Penyakit Membran Hialin
PANDUAN No. Dokumen No. Revisi Halaman
PRAKTIK KLINIS 1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
62
Penatalaksanaan Penyakit Membran Hialin
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Terapi Pemberian infus cairan intravena dengan dosis rumatan
Pemberian nutrisi diutamakan pemberian ASI bila
memungkinkan
Antibiotik : Ampisilin 50mg/kg intavena tiap 12 jam, Gentamisin
untuk berat badan <2 kg dosis 4mg/hari (7 hari pertama),
antibiotik dihentikan. Jika terbukti tidak ada infeksi.
2. Manajemen khusus
- Surfaktan :
Surfaktan diberikan dalam 24 jam pertama dosis : 4 ml/kgBB,
intra trakea, terbagi dalam 4 dosis. Dosis dapat diulang setelah
minimal 6 jam. Komplikasi : obstruksi jalan napas, perdarahan
dan infeksi paru.
- Bedah
Pada kasus dengan komplikasi pneumotoraks, pneumo
mediastinum, emfisema sub kutan
Pemantauan 1. Terapi
Setelah melewati masa kritis bayi dapat minum sendiri
persepen/menetek, ibu bisa merawat dan mengenali tanda-tanda sakit
pada bayi dan tidak ada komplikasi atau penyulit maka bayi dapat
berobat jalan.
2. Tumbuh kembang
Prognosis 1. Tanpa komplikasi maka proses tumbuh kembang anak selanjutnya
tidak mengalami gangguan
2. Apabila timbul komplikasi (hipoksia serebri, gagal ginjal, keracunan
O2, epilepsi maupun komplikasi palsi cerebral). Maka tumbuh
kembang anak tersebut akan mengalami gangguan dari yang ringan
sampai yang berat termasuk gangguan penglihatan.
Mortalitas dan morbiditas penyakit membrana hialin
Berat lahir (gr) Mortalitas (%) BPD ROP
<501 90 Semua Sangat tinggi
501-750 25 Sering Sedang
751-1000 15 Sebagian Kadang
1001-1500 10 Jarang Rendah
BPD : risiko terjadinya penyakit bronkopulmoner displasia
ROP : risiko terjadinya penyakit retinopaty of prematury
(sumber : Gomela TR 2004)
63
Memberi Minum Bayi/Anak Dengan Menyusukan Langsung
PANDUAN Ke Ibunya
PRAKTIK KLINIS No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
64
Memberi Minum Bayi/Anak Dengan Menyusukan Langsung
Ke Ibunya
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Prosedur h. Bayi disusukan dengan cara bergantian payudara kiri dan kanan
masing-masing selama 10 menit secara bergantian
i. Selesai menyusu, mulut bayi dibersihkan dengan kapas pembersih
j. Puting susu dan sekitarnya dibersihkan kembali dengan kapas
pembersih
k. Bayi diangkat dan ditengkurapkan dibahu atas perawat/ibunya
sambil ditepuk-tepuk disekitar punggung agar bersendawa
l. Bayi dan ibu dirapikan
m. Bayi dibaringkan telentang atau tengkurap dengan kepala
dimiringkan
n. Alat-alat dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat
semula
o. Perawat mencuci tangan
p. Catat pemberian ASI dalam lembaran catatan perawatan.
65
Memberi Minum Bayi/Anak Denganmenggunakan
PANDUAN Sendok/Pipet
PRAKTIK KLINIS No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
66
Memberi Minum Bayi/Anak Dengan Menggunakan Pipa
PANDUAN Penduga Lambung (Maag Slang/Sonde)
PRAKTIK KLINIS No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Sultan Imanuddin
Tanggal terbit
67
Memberi Minum Bayi/Anak Dengan Menggunakan Pipa
Penduga Lambung (Maag Slang/Sonde)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Prosedur h.Periksa apakah pipa betu-betul masuk ke dalam lambung caranya
dengan mengisap cairan lambung menggunakan spuit. Kemudian
pastikan bahwa yang keluar adalah cairan lambung dengan melihat
warna cairan.
i. Corong/spuit dipasang pada pangkal pipa
j. Tuangkan sedikit air matang. Klem/lipatan pipa dibuka kemudian
cairan dimasukkan melalui pinggir corong. Selama pemberian
cairan corong ditutup dengan kasa steril untuk mencegah
kontaminasi.
k.Bila cairan sudah habis, tuangkan sedikit air matang untuk
membilas pipa.
l. Bila pipa dipasang menetap, pangkal pipa diklem atau dilipat atau
diikat. Setelah itu difiksasi pada dahi atau pada pipi dengan
plester.
m. Perawat mencuci tangan
n.Catat jumlah cairan yang dimasukkan dan jam memasukkan pada
lembaran catatan perawatan.
68
PANDUAN
ASFIKSIA NEONATORUM
PRAKTIK KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
………………… ………………… 1/4
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur Utama
70
1. American Heart Association and American Academy of Pediatrics. Textbook
of neonatal resuscitation. Kattwinkel J, editor. 6th ed. New York: McGraw-
Hill; 2011
2. Dharmasetiawani N. Asfiksia dan resusitasi bayi baru lahir. Dalam: Kosim
MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, editor. Buku ajar neonatologi.
Jakarta: IDAI; 2008: h 103-25.
3. Snyder E, Cloherty J. Perinatal asphyxia. Dalam: Cloherty J, Stark A, editors.
Manual of neonatal care. 4 ed. Philadelphia: Williams & Wilkins; 2008. h.
518-27.
KEPUSTAKAAN 4. Kosim M. Gangguan napas pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim M, Yunanto
A, Dewi R, Sarosa G, Usman A, editor. Buku ajar neonatologi. Jakarta: IDAI;
2008. h. 126-45.
5. Sills JH. Perinatal asphyxia. In Gomella LG, Cunningham MD, Eyal FG,
Zenk KE, Editor. Neonatology, management, procedures, on-call problems,
diseases and drugs. 5th Ed. New York: McGraw-Hill; 2004: 512-2
6. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Masalah masalah
bayi baru lahir dan bayi muda. Pedoman bagi rumah sakit rujukan tingkat
pertama di kabupaten /kota. Edisi ke-1.World Health Organization dan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. H 58.
71
Lampiran : BAGAN RESUSITASI
72
ALGORITMA ASFIKSIA RINGAN, SEDANG DAN BERAT
Penilaian awal :
Cukup bulan
Bernapas atau menangis
Tonus baik
Langkah awal :
Hangatkan
Posisikan
Bersihkan jalan napas
Keringkan dan rangsang taktil
Reposisi
Evaluasi
R. Pasca NICU
PBRT
Resusutasi
73
PANDUAN
KEJANG NEONATUS
PRAKTIK KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
………………… 1/5
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur Utama
74
Gambaran klinis kejang yang sering terjadi pada neonatus sebagai berikut
PEMERIKSAAN 1. Subtle:
FISIK Bentuk kejang subtle lebih sering terjadi dibanding tipe kejang yang lain,
hampir 50% dari kejang neonatus baik pada bayi kurang bulan maupun cukup
bulan,.
Manifestasi klinis berupa gerakan abnormal pada bibir, mulut, mata dan
anggota gerak.
2. Tonik
Kejang tonik biasanya terdapat pada bayi berat lahir rendah dengan masa
kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi-bayi dengan komplikasi perinatal
berat misalnya pada perdarahan intraventrikular. Bentuk klinis kejang ini
yaitu pergerakan tonik satu ekstremitas atau pergerakan tonik umum
a. Fokal : terdiri dari postur tubuh asimetris yang menetap dari badan atau
ekstremitas dengan atau tanpa adanya gerakan mata abnormal.
b. Kejang Tonik Umum: Ditandai dengan fleksi tonik atau ekstensi
leher,badan dan ekstremitas, biasanya dengan ekstensi ekstremitas bawah
juga..
Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus dibedakan dengan
sikap opistitonus yang disebabkan oleh rangsang meningeal karena infeksi
selaput otak atau kernikterik.
3. Klonik
Kejang klonik seringnya merupakan petunjuk dari lesi fokal yang mendasari
seperti infark korteks, namun kejang klonik juga dapat disebabkan oleh sebab
metabolik. Bayi dengan kejang klonik biasanya tidak mengalami penurunan
kesadaran
Dikenal 2 bentuk :
a. Fokal : terdiri dari gerakan bergetar dari satu atau dua ekstremitas
pada sisi unilateral dengan atau tanpa adanya gerakan wajah. Gerakan
ini pelan dan ritmik dengan frekuensi 1-4 kali perdetik
b. Multifokal : Kejang klonik pada neonatus dapat mempunyai lebih
dari satu fokus atau migrasi terdiri dari gerakan dari satu ekstremitas
yang kemudian secara acak pindah ke ekstremitas lainnya . Bentuk
kejang merupakan gerakan klonik dari salah satu atau lebih anggota
gerak yang berpindah-pindah atau terpisah secara teratur, misalnya
kejang klonik lengan kiri diikuti dengan kejang klonik tungkai bawah
kanan. Kadang-kadang karena kejang yang satu dengan yang lain
sering bersinambungan, seolah-olah memberi kesan sebagai kejang
umum. Bentuk kejang ini biasanya terdapat pada gangguan
metabolik. Kejang ini lebih sering dijumpai pada bayi Cukup Bulan
dengan berat lebih 2,500 grams.
4. Mioklonik
Kejang mioklonik cenderung terjadi pada kelompok otot fleksor. Kejang
mioklonik terdiri atas :
a. Fokal: terdiri dari kontraksi cepat satu atau lebih otot fleksor
ekstremitas atas
b. Multifokal : terdiri dari gerakan tidak sinkron dari beberapa bagian
tubuh
75
c. Umum : terdiri dari satu atau lebih gerakan fleksi massif dari kepala
dan badan dan adanya gerakan fleksi atau ekstensi dari ekstremitas
Ketiga jenis kejang mioklonik sering dijumpai pada bayi kurang bulang dan
cukup bulan saat sedang tidur.
76
4. Beri bantuan respirasi dan terapi oksigen bila diperlukan
5. Koreksi gangguan metabolik dengan tepat
78
PANDUAN PENGGUNAAN VENTILATOR MEKANIK PADA
PRAKTIK KLINIS GANGGUAN NAPAS SEDANG DAN GANGGUAN NAPAS BERAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
………………… 1/6
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur Utama
79
Manifestasi Klinis berdasarkan Skor Downe seperti berikut :
PEMERIKSAAN Skor
FISIK Pemeriksaan
0 1 2
Penurunan ringan
Air entry Udara masuk Tidak ada udara masuk
udara masuk
Evaluasi
Total Diagnosis
Berdasarkan :’
Manifestasi Klinik : Hipoksia dan Sindrom Gangguan Napas berdasarkan
KRITERIA
Skor Downes
DIAGNOSIS
Laboratorium Analisis Gas Darah : pa O2 rendah < 50 mmHg , paCO2 > 55
mm Hg, pH < 7.25
Hasil X foto toraks sesuai dengan latar belakang penyakit penyebab
DIAGNOSIS GANGGUAN NAPAS SEDANG DAN GANGGUAN NAPAS BERAT
KERJA DENGAN PENGGUNAAN VENTILATOR MEKANIK
1. Manajemen umum :
2. Pasang jalur infus
3. Penggunaan Ventilator Mekanik (VM) dengan prioritas awal :
o Ventilasi
o Sirkulasi
o Koreksi asidosis metabolik
o Jaga kehangatan
o Mencari penyebab
o Terapi surfaktan untuk RDS/HMD/Penyakit Membran
Parameter Pengaturan Ventilasi Mekanik
PEEP ( Positive End Expiratory Pressure)
PIP ( Peak Inspiratory Pressure)
Ventilator Rate
Inspiratory to Expiratory ratio
FiO2 ( Konsentrasi Okigen Inspirasi)
Flow Rate
Prinsip Dasar Ventilator Mekanik
81
c. Rasio Inspiratory to Expiratory diperpanjang
d. FiO2 ( Konsentrasi Okigen Inspirasi) diturunkan
e. Flow Rate diturunkan
Modus Ventilasi mekanik
CPAP (continues Positve Airway Pressure)
Nasal IMV ( Intermittent mandatory Ventilation)
SIMV (Syncronized Intermittent mandatory Ventilation)
A/C atau SIPPV ( assist control atau Syncronized Intermitent
Positive Pressure Ventilation)
Volume Guarante
PSV ( Pressure Support Ventilation or Inspiratory Termination)
HPO dan HPO + IM
82
C. PaCO2 35 – 45 mmHg
Turunkan PIP 1cm H2O secara bertahap
Bila PIP 16 cm HH2O rubah ke SIMV dan lanjut Weaning
D. PaCO2 < 30 mmHg
Turunkan PIP 2 cm H2O
Ulangi BGA 20 -30 menit kemudian
Diekstubasi bila : set ventilator minimal, elektrolitn normal, BGA normal,
Hb > 13 g/dl
Weaning Ventilator :
Usaha menurunkan setting ventilator sehingga bayi dapat dilepas dari pemakaian
ventilator
CARA I
Set AC dirubah ke SIMV bila : PIP ≤ 16 cm H2O FiO < 35% dan CO2
baik
Set Modus SIMV dengan rate 50 x /menit
Turunkan Rate SIMV 10 x / menit - 30 x / menit bila bayi bernafas baik
CARA II
Ekstubasi
84
PANDUAN
PRAKTIK GANGGUAN TERMO REGULASI PADA NEONATUS
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
………………… 1/5
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur Utama
85
distres respirasi, gangguan keseimbangan asam basa, hipoglikemia, defek
koagulasi, sirkulasi fetal persisten, gagal ginjal akut, enterokolitis nekrotikan, dan
pada keadaan yang berat akan menyebabkan kematian
Hipertermi ditandai dengan perabaan yang hangat/panas, iritabel, takipnea dan
takikardi, tidak mau minum, tonus otot dan aktifitas menurun, berkeringat.
Pada keadaan yang berat akan menyebabkan hipoksia, asidosis metabolik,
hipglikemia, hipotensi, kejang dan kematian.
Diagnosis hipotermi / hipertermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik
KRITERIA suhu tubuh atau kulit bayi. Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai
DIAGNOSIS
salah satu petunjuk penting untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan
pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila, rektal atau kulit
Hipotermia sedang :
- Anamnesis :
o Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah
o Waktu timbulnya kurang dari 2 hari
- Pemeriksaan :
o Suhu Tubuh 32 oC- 36,4oC
o Gangguan napas
o Denyut jantung kurang dari 100 kali/menit
o Malas minum
o Letargi
Hipotermia berat:
- Anamnesis :
o Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah
o Waktu timbulnya kurang dari 2 hari
- Pemeriksaan :
o Suhu tubuh < 32 oC
o Tanda hipotermia sedang
o Kulit teraba keras
o Napas pelan dan dalam
Hipertermia :
- Anamnesis :
o Bayi berada dilingkungan yang sangat panas, terpapar
sinar matahari, berada di dalam inkubator, atau di bawah pemancar
panas.
- Pemeriksaan :
o Suhu subuh > 37, 5 oC
o Tanda dehidrasi (elastisitas kulit turun, mata dan
ubun-ubun besar cekung, lidah dan membran mukosa kering)
Malas minum
o Frekuensi napas > 60 kali. Menit
o Denyut jantung > 160 kali/ menit
o Letargi
o Iritabel
86
DIAGNOSIS
GANGGUAN TERMOREGULASI PADA NEONATUS
KERJA
DIAGNOSIS Sepsis
BANDING Hipoglikemia
Gula darah sewaktu.
PEMERIKSAAN Darah rutin : Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis, preparat darah tepi dan
PENUNJANG c-reactive protein jika ada tanda tanda infeksi neonatus.
Hipotermia berat
Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan
sebelumnya, bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu.
Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai
topi dan selimut dengan selimut hangat
Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah.
Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang 30
kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi), lakukan manajemen
Gangguan napas.
Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan infus tetap
terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan
Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dL (2,6
mmol/L), tangani hipoglikemia.
Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan napas, kejang atau tidak
sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu
tubuh kembali dalam batas normal.
Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam
TERAPI penanganan kemungkinan besar sepsis.
Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap :
Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah
satu alternatif cara pemberian minum
Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri
ASI peras begitu suhu bayi mencapai 35oC.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5 oC/ jam,
berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa
suhu bayi setiap 2 jam.
Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan
setiap jam.
Setelah suhu tubuh bayi normal :
Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam
Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap
dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain
yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan
nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.
Hipotermia sedang
Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai
topi dan selimuti dengan selimut hangat.
Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan
kontak kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK: Perawatan Metode
Kanguru).
Bila ibu tidak ada :
o Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar panas,
Gunakan inkubator dan ruangan hangat, bila perlu ;
87
o Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan
pengatur suhu;
o Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah.
Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu,
berikan ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan
napas, kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal
tersebut.
Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dL (2,6 mmol/L), tangani
hipoglikemia.
Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan napas, bila ada tangani gangguan
napasnya.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5 oC/ jam, berarti
usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam.
Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5 oC/jam, cari tanda
sepsis.
Setelah suhu tubuh normal :
Lakukan perawatan lanjutan
Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta
tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat
dipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.
Hipertermia
Jangan memberi obat antipiretik kepada bayi yang suhu tubuhnya tinggi
Bila suhu diduga karena paparan panas yang berlebihan :
Bila bayi belum pernah diletakkan di dalam alat penghangat :
Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkunan normal (25-28 oC)
Lepaskan sebagian atau seluruh pakaianya bial perlu
Periksa suhu aksiler setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas
normal
Bila suhu sangat tinggi (>39 oC), bayi dikompres atau dimandikan
selama 10 – 15 menit dalam air yang suhunya 4 oC lebih rendah dari
suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang
suhunya lebih rendah dari 4 oC dibawah suhu bayi.
Bila bayi pernah diletakkan di bawah pemancar panas atau inkubator :
Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi di dalam inkubator, buka
inkubator sampai suhu dalam batas normal
Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian
beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan
pengatur suhu.
Bila bukan karena paparan panas yang berlebihan :
Terapi untuk kemungkinan besar sepsis
Letakkan bayi di ruang dengan suhu lingkungan normal (25-28 oC)
Lepas pakaian bayi sebagian atau seluruhnya bila perlu
Periksa suhu bayi setiap jam sampai dicapai suhu tubuh dalam batas
normal
Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 oC), bayi dikompres atau dimandikan
selama 10-15 menit dalam air yang suhunya 4 oC lebih rendah dari suhu
tubuh bayi.
88
Tentang kehilangan suhu tubuh
Tentang bertambah panas nya suhu tubuh
EDUKASI
Pengelolaan hipotermia
Pengelolaan hipertermia
Hipotermia ringan dan hipotermia sedang prognosis baik
Hipotermia berat prognosis kurang baik karena dapat berkembang
89
i
90