Nomor :
NOMOR :
TENTANG
Menetapkan :
Kotawaringin Barat
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Kabupaten Kotawaringin Barat
Pada tanggal :
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih dan Pemurah karena atas
rahmat dan pertolongan-Nya Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
( PONEK ) dapat diselesaikan penyusunannya. Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif ( PONEK ) merupakan regulasi yang terintegrasi dengan kegiatan penjaminan mutu
layanan rumah sakit dengan standar akreditasi khususnya berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
Hal ini sesuai dengan amanat Undang – Undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang
didalamnya mewajibkan seluruh rumah sakit untuk mengikuti akreditasi rumah sakit sebagai bentuk
peningkatan mutu layanan yang berorientasi pada keselamatan pasien.
Pedoman ini akan dievaluasi kembali dan dilakukan perbaikan bila dalam perjalanan
implementasi Pedoman Pelayanan obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif ( PONEK ) tidak sesuai
dengan kondisi rumah sakit yang berorientasi pada keselamatan pasien terkini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi – tingginya
kepada semua pihak yang telah membantu dengan segala upaya demi tersusunnya Pedoman
pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK ) di Rumah Sakit Umum Daerah
Sultan Imanuddin ini.
Pangkalan Bun,
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita semua mengetahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di indonesia masih tinggi yaitu AKI : 228 / 100.000 kelahiran
hidup (KH) dan AKB : 34 / 1000 kelahiran hidup (SDKI 2007 ). Sedangkan target
RPJMN Depkes 2004 – 2009 AKI : 226 / 100.000 KH dan AKB : 26 / 1000 KH. Dalam
Konfrensi Tingkat Tinggi PBB (2000) telah disepakati berbagai komitmen tentang
Tujuan Pembangunan Milenium ( Milenium Development Goals ) pada tahun 2015,
ada dua sasaran dan indikator secara khusus terkait dengan kesehatan ibi, bayi dan
anak yaitu :
1. Mengurangi Angka Kematian Bayi dan Balita sebesar 213 dari angka pada tahun
1990 menjadi ( 20 dan 25 / 1000 KH ).
2. Mengurangi Angka Kematian Ibu menjadi sebesar ¾ dari AKI pada tahun 1990
menjadi ( 125 / 100.000 KH ).
Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 menyebutkan bahwa kematian ibu
terbanyak di indonesia adalah perdarahan (285). Eklamsia (24%), infeksi
(11%) ,partus macet / lama (8%) dan aborsi (5%) sedangkan penyabab kematian
Bayi Baru Lahir yang terbanyak adalah karena BBLR (29%), Asfiksia (27%), Infeksi
dan Tetanus (15%), masalah pemberian minum (10%),gangguan hematologi (6%)
dan lain-lain (13%). Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan
pengambilan keputusan, merujuk dan mengobati . sedangkan kematian ibu
umumnya disebabkan perdarahan (25%), ifeksi (15%), pre eklamsi / eklamsi
(15%), persalinan macet dan abortus. Mengingat kematian ibu mempunyai
hubungan erat dengan mutu penanganan ibu, maka proses persalinan dan
perawatan bayi harus dilakukan terpadu di tingkat nasional dan regional.
Pelayanan obstetri dan neonatal merupakan upaya penyediaan pelayanan
bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit dan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) ditingkat puskesmas.
Rumah Sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam
pelayanan kegawatdaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat
berperan dalam angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan
PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai dengan kompetensi,
prasarana, sarana dan manajemen yang handal. Untuk mencapai dalam bidang
tertentu, tenaga kesehatan memerlukan pelatihan – pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan ketrampilan dan perubahan perilaku dalam
pelayanan kepada pasien. Komplikasi obstetrik tidak selalu dapat diramalkan
sebelumnya dan mungkin saja terjadi pada ibu hamil yang diidentifikasi normal.
Oleh karena itu kebijakan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun adalah
mendekatkan pelayanan obstetrik dan neonatal sedekat mungkin kepada setiap
ibu hamil sesuai dengan pendekatan making pregnancy safer (MPS) yang
mempunya 3 pesan kunci yaitu :
1. Persalinan bersih dan aman oleh tenaga terampil
2. Penanganankomplikasi kehamilan dan persalinan secara adekuat.
3. Setiap kehamilan harus diinginkan dan tersedianya akses bagi penangan
komplikasi abortus tidak aman.
Penyebab kematian pada masa prenatal / neonatal pada umumnya
berkaitan dengan kesehatan ibu selama kehamilan , kesehatan janin selama
dalam kandungan, dan proses pertolongan persalinan yang bermasalah.
Oleh karena itu perlu adanya strategi penurunan kematian / kesakitan
maternal , perinatal dengan Sistem Pelayanan Maternal Perinatal Regional
yaitu dukungan bagi MPS di indonesia dengan upaya :
1. Menyiapkan pelayanan yang siap siaga 24 jam
2. Meningkatkan mutu SDM dengan pelatihan berkala mengenai
pelayanan kegawatdaruratan.
3. Bertanggung jawab atas semua kasus rujukan
4. Bekerjasama dengan dengan dinas dalam surveilance / audit ibu dan
bayi.
Selanjutnya diharapkan pedoman penyelenggaraan PONEK di RSUD
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun sehingga dapat dipergunakan untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKB) di wilayah kerjanya.
B. Dasar Hukum
1. Undang – Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
( Lembaran Negara RI tahun 1992 nomor 100, tambahan lembaran negara RI nomor
2495)
2. Undang _ Undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 Praktek Kedokteran
( Lembaga Negara RI tahun 2004 nomor 116, tambahan negara negara RI nomor 4431 )
3. Undang – Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah ( lembaran negara RI tahun 2004 nomor 125. Tambahan lembaran negara RI
nomor 4437 )
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1596 / menkes / SK / per / II / 1988 tentang RS
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1333 / menkes / SK / VII / 1999 tentang standar
pelayanan RS
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 131 / menkes / SK / II / 2004 tentang Sistem
Kesehatan Nasional diatur dalam upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1575 / menkes / per / XI / 2000 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1045 / menkes / per / IX / 2006 / tentang
Pedoman Organisasi RS di Lingkungan Departemen Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 512 / menkes / per / VI / 2007 / tentang Ijin
Praktek dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
2. Misi
a. Mewujudkan pengelolaan rumah sakit yang profesional dengan prinsip sosio-
ekonomi secara efektif dan efisien serta mampu berdaya saing ;
b. Menjaga kualitas sumber daya rumah sakit yang profesional , produktif dan
berkomitmen sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran / kesehatan ;
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada semua lapisan masyarakat secara
cepat, tepat, nyaman, dan terjangkau dengan dilandasi etika profesi ;
d. Mewujudkan pelayanan yang pro-aktif dan perluasan jangkauan pelayanan kepada
masyarakat ;
D. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan Pelayanan Maternal dan Perinatal yang bermutu dalam upaya penurunan
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
2. Khusus
a. Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan penuh manajemen dalam Pelayanan
PONEK
b. Terbentuknya tim PONEK RS
c. Tercapainya kemampuan tim PONEK sesuai standar
d. Adanya koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola dan penanggung jawab pada
tingkat kabupaten / kota , provinsi dan pusat dalam manajemen program PONEK
E. Sasaran
1. Pimpinan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
2. Seluruh petugas yang terlibat ( dokter, bidan, perawat, ) ruang maternal dan neonatal
serta IGD
3. Pengelola program kesehatan ibu dan anak di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
F. Pengertian
1. Regionalisasi Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Adalah suatu sistem pembagian wilayah kerja rumah sakit dengan cakupan area
pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat dalam waktu kurang dari 1 jam, agar
dapat memberikan tindakan darurat sesuai standar. Regionalisasi menjamin agar sistem
rujukan kesehatan berjalan optimal.
2. Rujukan
Adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik dua arah dari sarana pelayanan primer
kepada sarana kesehatan sekunder dan tersier.
3. Rumah Sakit PONEK 24 jam
Adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal secara komprehensif dan terintregrasi 24 jam.
G. Ruang Lingkup
Upaya Pelayanan PONEK :
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitive
2. Penangan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan sectio caesaria
4. Pelayanan intensif ibu dan bayi
5. Pelayanan asuhan antenatal resiko tinggi
Ruang lingkup pelayanan kesehatan maternal dan neonatal pada PONEK terbagi atas 2
kelas yaitu Rumah Sakit kelas C dan B.
Rumah Sakit Sultan Imanuddin adalah Rumah Sakit tipe C
1. PONEK RUMAH SAKIT KELAS B
a. Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis
1) Pelayanan Kehamilan
2) Perlayanan persalinan normal dan persalinan dengan tindakan operatif
3) Pelayanan nifas
b. Pelayann Kesehatan Neonatal Fisiologis
1) Asuhan Bayi Baru Lahir ( Level I – Asuhan Dasar Neonatal / Asuhan Neonatal
Normal. Fungsi unit ini adalah :
a) Resusitasi neonatus
b) Rawat gabung bayi sehat – ibu
c) Asuhan evaluasi pasca lahir neonatal sehat
d) Stabilisasi dan pemberian asuhan bayi baru lahir usia kehamilan 35-37
minggu yang stabil secara fisiologis
e) Perawatan neonatal usia kehamilan < 35 minggu atau neonatus sakit
sampai dapat pindah ke fasilitas asuhan neonatal spesialistik
f) Stabilisasi neonatus sakit sampai pindah ke fasilitas asuhan neonatal
spesialistik
g) Level II
BAB III
KRITERIA RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM
B. Kriteria khusus
1. Sumber Daya Manusia
Memiliki tim PONEK yang terdiri dari :
a. 1 dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
b. 1 dokter Spesialis Anak
c. 1 dokter di Unit Gawat Darurat
d. 3 orang bidan ( 1 koordinator dan 2 penyelia )
e. 2 orang perawat
STANDAR KETENAGAAN
B. Kaulifikasi SDM
C. .Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan Ketenagaan di Ruang Maternal / Perinatal yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi
Petugas yang ada berjumlah 5 orang dengan katagori :
1 orang Karu, 2 orang Ka. Tim, 2 orang Pelaksana, 1 orang pos
2. Untuk Dinas Sore
Petugas yang ada berjumlah 4 orang dengan kategori :
1 orang PJ Shift , 2 orang pelaksana, 1 orang POS
3. Untuk Dinas Malam
Petugas yang ada berjumlah 3 orang dengan kategori :
1 orang PJ Shift, 2 orang pelaksan
D. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan jaga dinas bidan / perawat dibuat dan dipertanngung jawabkan
oleh Kepala Ruang ( Ka Ru ) dan disetujui oleh Manajer Keperawatan
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksan
3. Untuk tenaga bidan / perawat yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka bidan / perawat tersebut dapat mengajukan permintaan
dinas pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga yang ada ( apabila tenaga mencukupi dan berimbang
serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui )
4. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift (PJ Shift )
dengan syarat pendidikan D3 Keperawatan / Kebidanan pengalaman
minimal 2 tahun serta memiliki sertifikat
5. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam , lepas dinas,
libur, cuti
6. Apabila ada tenaga bidan / perawat jaga karena ada sesuatu dan lain hal
sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal yang ditetapkan
( terencana ), maka bidan / perawat yang bersangkutan harus memberitahu
Ka Ru : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore, dan dinas
malam. Sebelum memberitahu Ka Ru , diharapkan bidan / perawat yang
bersangkutan sudah mencari pengganti. Apabila bidan / perawat yang
bersangkutan tidak mendapatkan bidan / perawat pengganti maka Ka ru
akan mencari tenaga bidan / perawat pengganti yaitu perawat yang pada
hari itu libur.
E. Pelatihan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, keterampilan dan pengetahuan perawat /
bidan yang bekerja di ruang perinatal, maka diperlukan pelatihan – pelatihan
yang mendukung profesionalisme agar senantiasa dapat memberikan pelayanan
yang bermutu seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran dan
keperawatan. Pelatihan yang diperlukan yaitu :
1. Pengenalan tanda kegawat daruratan neonatal :
a. Penatalaksanaan pada bayi asfiksia
b. Penatalaksanaan pada bayi dengan sepsis
c. Penatalaksanaan pada bayi BBLR
d. Resusitasi Neonatus
2. Pelatihan Kebidanan :
a. APN
b. PONEK
c. PPGDN
3. Pelayanan perawatan sesuai dengan kebutuhan pasien ;
Manjemen laktasi
4. Program pengendalian infeksi
a. Penyegaran SPO mencuci tangan
b. Penyegaran SPO tindakan invasive
5. Program keselamatan dan kesehatan kerja ;
Penggunaan alat pelindung diri
6. Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman ;
Penyegaran SPO penggunaan alat medik : monitor, syringe pump. Infuse
pump, incubator
7. Pelayanan prima
Komunikasi
BAB V
STANDAR FASILITAS
7. Ruang Bersalin / VK
12 . Ruang Linen
1. Tujuan :
a. Agar perlatan yang ada dapat digunakan sesuai fungsi dan
tujuan
b. Agar nilai yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan nilai
yang diinginkan
c. Agar peralatan yang ada dapat tetap terpelihara dan siap
digunakan
d. Sebagai bahan informasi untuk perencanaan peremajaan
peralatan medis yang diperlukan
2. Prosedur
a. Untuk perbaikan peralatan yang rusak mengisi buku permintaan
perbaikan dan diantar ke bagian teknisi beserta alat yang rusak
b. Setelah alat diperbaiki, alat dikembalikan ke ruangan
c. Bila alat tidak dapat dapat diperbaiki oleh teknisi internal, maka
alat diperbaiki oleh teknisi luar ( melalui bagian pembelian )
BAB VI
STANDAR PELAYANAN
Kamar Operasi
Kamar Bersalin
- Bank Darah
- Pemeriksaan Penunjang
- farmasi
2. Tujuan
a. Memperhatikan kondisi bayi baru lahir dalam keadaan sehat secara optimal
b. Melakukan perawatan terhadap bayi baru lahir sesuai dengan tingkat pelayanan
( tingkat level I dan II )
3. Pembagian Tingkat Pelayanan
a. Pelayanan Tingkat I ( ruang rawat gabung )
Merupakan pelayanan keperawatan dasar neonatus normal meliputi
1) Neonatus normal, stabil, cukup bulan dengan berat badan ≥ 2500 gr
2) Neonatus hampir cukup bulan ( masa kehamilan 35-37 mgg )
Saat rawat gabung dengan bantuan tenaga paramedik, ibu merawat bayinya,
mulai dari memandikan bayi, merawat tali pusat dan menyusui bayinya
Pelayanan difokuskan pada :
a) Resusitasi neonatus
b) Asuhan dan perawatan neonatus
c) Evaluasi pasca lahir untuk neonatus yang sehat
d) Stabilisasi dan pemberian asuhan untuk bayi yang lahir pada usia 35-37
mgg yang tetap dalam keadaan stabil secara fisiologis
e) Perawatan neonatus dengan usia kehamilan < 35 mgg atau sakit sampai
neonatus dipindahkan ke fasilitas yang menyediakan asuhan neonatal
spesialistik ( level II-III )
f) Therapi sinar
b. Pelayanan Tingkat II ( unit Perawatan Khusus Neonatus )
Merupakan pelayanan keperawatan neonatus dengan ketergantungan tinggi.
Pelayanan tingkat II dibagi 2 kategori yaitu II A dan II B yang dibedakan berdasarkan
kemampuan memberikan ventilasi dengan alat bantu termasuk CPAP ( Continous
Positive Airway presure ). Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat II A
diantaranya :
1) Bayi prematur dan atau sakit yang memerlukan resusitasi stabilisasi sebelum
dipindahkan ke fasilitas asuhan keperawatan intensif neonatus
2) Bayi yang lahir dengan usia kehamilan > 32 mgg dan memiliki berat badan lahir >
1500 gr yang tidak memiliki ketidakmatangan fisiologis seperti apnoe ,
prematuritas, ketidakmampuan menerima asupan oral atau menderita sakit
yang tidak diantisipasi sebelumnya
3) Bayi yamg memerlukan oksigen nasal dengan pemantauan saturasi oksigen
4) Bayi yang memerlukan infuse intravena ferifer dan mungkin nutrisi prematur
untuk jangka waktu terbatas
Pelayanan kepererawatan neonatus pada tingkat II B sebagai berikut :
Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat ini sama dengan pelayanan
perawatan II A ditambah dengan pelayanan keperawatan pada bayi dengan
penggunaan ventilasi mekanik selama jangka waktu yang singkat ( < 24 jam )
a) Pelayanan dengan pengawasan paling ketat, dari segi penyakitnya dan
kemampuan dokter dan paramedik serta peralatannya
b) Setiap bayi yang tidak dapat dirawat di tingkat II merupakan kandidat untuk
pelayanan tingkat III
c) Indikasi perawatan tingkat III : bayi dengan apnoe berulang yang tidak dapat
diatasi dengan taktil dan obat, bayi dengan gawat nafas berat yang
memerlukan bantuan ventilator ( misal sindrom aspirasi mekoneum,
pneumothoraks, penyakit membran hialin, gagal nafas. Hernia diafragma ),
bayi yang memerlukan tranfusi tukar, bayi sebelum dan sesudah operasi
sebelum dinyatakan layak dirawat di tingkat II, semua bayi dengan berat
lahir < 1500 gr, sebelum diputuskan dapat dirawat di tingkat II
E. Bayi Sakit
1. Bayi baru lahir yang tampak tidak bugar dan atau disertai tanda klinis yang tidak normal
2. Bayi dalam kelompok ini mungkinsaja sebelumnya termasuk kelompok bayi sehat atau
bayi dengan resiko tinggi
Bayi dengan kriteria tersebut di atas dapat dirawat pada pelayanan tingkat II atau III.
Setiap keputusan merawat bayi baru lahir ditentukan oleh dokter spesialis anak.
A. Latar belakang
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk ditransfer. Prinsip dalam
melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat
menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar
rumah sakit.
Transfet pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transformasi
pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien menyiapkan peralatan yang
disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer . Transfer pasien hanya
boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperwatan yang kompeten serta petugas
profesional lainnya yang sudah terlatih.
B. Pengertian Transfer
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan ke ruang perawatan / ruang
tindakan lain di dalam rumah sakit ( internal rumah sakit ) atau memindahkan pasien dari
satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya ( eksternal rumah sakit )
D. Ruang Lingkup
Transfer pasien di dalam rumah sakit terdiri dari :
4. Transfer pasien dari IGD ,ke IRNA,ICU, kamar
operasi
5. Transfer pasien dari IRJ ke IRNA,ICU, kamar operasi
6. Tranfer pasien dari IRNA ke ICU, kamar operasi
7. Transfer pasien dari ICU, ke IRNA, kamar operasi
8. Transfer pasien dari kamar operasi ke icu,
9. Transfer pasien dari IGD, IRNA, ICU