PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
sebagai suatu keadaan bilamana suatu obat dipengaruhi oleh penambahan obat lain dan
tetapi terkadang pula terjadi perubahan yang menguntungkan. Obat yang memengaruhi
disebut sebagai precipitant drug, sedangkan obat yang dipengaruhi disebut sebagai object
drug.
Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh
obat lain yang diberikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat
lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang aktif. Menurut Piscitelli dan
Rodvold (2005), Sebuah interaksi obat terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika
obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi.Obat yang
diberikan dapat bersaing satu dengan yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir
bersama satu dengan yang lainnya sehingga interaksi obat menjadi penting untuk
Beberapa studi menyebutkan proporsi interaksi obat dengan obat lain (antar obat)
berkisar antara 2,2% sampai 30% terjadi pada pasien rawat-inap dan 9,2%sampai 70,3%
tersebut memasukkan pula interaksi secara teoritik selain interaksi obat sesungguhnya yang
1
mengakibatkan reaksi efek samping sebanyak 7,3% terjadi di rumah sakit lebih dari 88%
terjadi pada pasien geriatrik di rumah sakit. Orang mengalami resiko efek samping karena
interaksi obat, dan seberapa jauh risiko efek samping dapat dikurangi diperlukan jika akan
mengganti obat yang berinteraksi dengan obat alternatif. Dengan mengetahui bagaimana
mekanisme interaksi antar obat yang terjadi karena interaksi tersebut (Gitawati 2008)
1.2.Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
2
BAB II
ISI
Interaksi obat yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama
Interaksi obat antagonis merupakan interaksi yang bersifat saling manurunkan bahkan
meniadakan khasiat dari masing-masing obat. Kegiatan obat pertama dikurangi atau
bahkan ditiadakan sama sekali oleh obat kedua yang memiliki khasiat farmakologis yang
bertentangan. Penurunan efek satu obat oleh obat yang lain atau antagonis antar obat pada
umumnya tidak diinginkan, tetapi kadang-kadang juga diinginkan. Pada kasus penurunan efek
obat yang tidak diinginkan, kombinasi obat dikatakan tidak sesuai (incompatible). Bila
efek agonis atau efek sampingnya,maka disebut efek kuratif, misal untuk pengobatan
keracunan obat, senyawa antagonis berfungsi sebagai antidotum (Stockley 2008). Beberapa
obat yang memberikan interaksi antagonis antara lain obat yang bersifat beta agonis yaitu
Salbutamol untuk pengobatan asma dengan obat yang bersifat pemblok beta yaitu propanolol
Efek obat sinergisme adalah interaksi antara 2 atau lebih bahan yangmenghasilkan
suatu peningkatan kuantitatif dari efeknya dibandingkan bila diberikanbahan secara sendiri
3
(Tatro 2006). Efek obat sinergis dapat bermanfaat tapi dapat pula merugikan bagi tubuh. Efek
sinergis bermanfaat, jika penggunaan obat tunggal tidak memberikan efek terapi yang
memadai, perlu penggunaan kombinasi obat yang memiliki efek terapi yang sinergis
sehingga efek terapi lebih kuat dan memberikan efek bagi penderita sedangkan efek sinergis
yang merugikan dimana penggunaan dua obat atau lebih dengan efek yang sama dapat
menimbulkan efek yang berlebihan sehingga membahayakan bagi pasien. Contoh kombinasi
Kadang-kadang efek sinergis suatu obat terhadap obat yang lain lebih besar daripada
efek gabungan dua obat dari golongan yang sama (Kee dan Hayes 1996). Kerja sama saling
memperkuat yang secara matematis terjadi efek melebihi jumlah a+ b disebut potensiasi atau
peningkatan potensi (Tjay dan Rahardja 2007). Jika obat adan b dikombinasi misalnya, maka
obat a yang dibutuhkan akan menjadi lebih sedikitdengan kekuatan akhir yang sama (Kee dan
Hayes 1996).
salahsatu kadar obat dalam darah. Interaksi dalam proses farmakokinetik yaitu
ataupunmenurunkan kadar plasma obat (May 1997). Interaksi obat secara farmakokinetikyang
terjadi pada suatu obat tidak dapat diekstrapolasikan untuk obat lainnyameskipun
cakupannya masih dalam satu kelas terapi. Hal ini disebabkan karena adanya
4
adalah interaksi farmakokinetik yang terjadi pada simetidin tidak dimiliki oleh H2 blocker
lainnya. Selain itu interaksi oleh terfenadin yang tidak dimiliki oleh antihistamin non-sedatif
Interaksi pada proses absorpsi dapat terjadi akibat perubahan harga pH obat pertama.
Misalnya,apabila bersamaan dengan antasidadiberikan obat yang asam atau basa maka jumlah
absorpsi berubah akibat kenaikan harga pH dalam saluran lambung usus bagian atas
selanjutnya pengaruh absorbs suatu obat kedua mungkin terjadi akibat perpanjangan atau
pengurangan waktu huni dalam saluran cerna atau akibat pembentukan kompleks .
metoklopramida ,maka khusus senyawa-senyawa yang sukar diabsorpsi tidak lagi diabsorpsi
dalam jumlah yang normal karena senyawa-senyawa ini tidak lagi cukup lama berkontak
dengan permukaan absorpsi. Pengurangan absorpsi tersebut elah dibuktikan antara lain
digoksin.Efek yang sebaliknya yang dapat ditarik adalah pada perlambatan pelewatan melalui
Senyawa-senyawa kompleks terbentuk pada pemakaian dalam waktu sama tetrasiklin dan
garam besi . Gagalnya terapi dengan sediaan besi pada waktu bersamaan sebagian disebabkan
Sebagai dammar penukar anion yang berguna untuk menurunkan lipids misalnya,kolestiramin
atau kolestipol ,absorpsi obat lain dapat dikurangi atau dicegah sama sekali karena
pembentukan garam . berikut interaksi yang telah diamati yaitu menurunnya kerja hormone
memperkecil garam absorpsi garam besi .pada dasarnya, setelah pemberian dammar penukar
5
ion maka obat kedua baru diberikan minimum satu jam kemudian akibat kerusakan flora usus
dikonjugasi dalam hati dan didekonjugasi lagi dalam usus oleh flora usus .
Obat yang melalui membran mukosa dengan difusi pasif tergantung apakah Obat tersebut
dalam bentuk terlarut lemak yang terionisasi. Absorbsi ditentukan dengan nilai pKa obat,
kelarutannya dalam lemak, pH isi usus dan beberapaparameter terkait dengan formulasi obat.
Sebagai contoh adalah asam salisilat oleh lambung lebih optimal pada pH rendah daripada pH
bersifat basa sehingga akan meningkatkan daya kelarutanaspirin yang sukar larut dalam
saluran cerna. Dengan meningkatnya kelarutan aspirin maka kemampuan absorbsi Aspirin
juga meningkat.
Mekanisme kerja Tetrasiklin : Menghambat proses sintesis protein dari bakteri yang
menyerang tubuh.
6
Mekanisme interaksi: Suasana alkalis yang terjadi pada saluranpencernaanakan
untukmenghambatdemetilasilanosterolmenjadiergosterol yang
pentinguntukmembranjamur.
suasana lumen yang asam untuk melarutkan sejumlah obatyang dibutuhkan sehingga tidak
(A)
pump inhibitor
blocker, proton
(basa lemah)
pump inhibitor
meningkatkan pH
Sefrodoksim proksetil
cairan saluran cerna
(butuh deesterifikasi pd
diabsorpsi)
Note: H2 blocker, misalnya simetidin, ranitidin; proton pump inhibitor misalnya, omeprazol
Arang aktif (C) bertindak sebagai agen penyerap di dalam usus untukpengobatan
overdosis obat atau untuk menghilangkan bahan beracun lainnya, tetapidapat mempengaruhi
penyerapan obat yang diberikan dalam dosis terapeutik.Antasida juga dapat menyerap
1. Tetrasiklin (Cetacycline) dengan ion logam divalen dan trivalen (Ca, Bi,Al dan Fe).
8
Mekanisme interaksi: Antibiotik ini akan membentuk kelasi dengan ionlogam tersebut. Hal
ini terjadi karena dengan ikatan ion tersebut akanmembentuk ikatan ion kompleks yang
2. Fluorokuinolon (ciprofloxasin) dengan ion-ion bivalen dan trivalen (Ca,Mg, dal Al)
dan efek terapetik obat. Ikatan tersebut akan membentukion kompleks yang kurang diserap
Efek interaksi dari kedua contoh diatas dapat secara signifikandikurangi dengan
memberikan antasida beberapa jam sebelum atau setelahpemberian obat. Jika antasida benar-
benar dibutuhkan, penyesuaian terapi, misalnya penggantian dengan obat - obat antagonis
absorpsiobat, yaknidapatmeningkatataumenurun.
metoklopramid) akanmempercepatabsorpsiobatlain
9
- Obat yang memperlambat/memperpanjangwaktupengosonganlambung (misalnya,
akanmemperlambatabsorpsiobatlain
diabsorpsimakinmeningkat.
kecualiuntuk:
- Obat yang diabsorpsi secara aktif hanya di satu segmen intestine saja: missal Fe
dan riboflavin (di segmen intestin bagian atas); vitamin B12 (di ileum)
Berikut adalah contoh interaksi obat yang dipengaruhi oleh perubahan waktu pengosongan
Tabel 3. Beberapa Contoh Interaksi Obat yang dipengaruhi oleh perubahan waktu
10
antidepresan trisiklik pengosongan lambung
(B)
pengosongan lambung
Mg(OH)2 digoksin,
prednison,
Idem
dikumarol
11
Umumnya obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di usus jauh lebih cepat
dibandinkan di lambung. Oleh karena itu makin cepat obat sampai ke usus maka makin cepat
mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan dan begitu juga sebaliknya
obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung akan memperlambat absorpsi obat
lain.
Mekanisme interaksi: Akibat sebagian besar obat diserap di bagian atasusus kecil, obat-
(Stockley, 2008).
dengan merintangi
neurotransmisidarictzkepusatmuntahdenganmemblokadereseptordopamin.
absorbsi Parasetamol.
Ketersediaan hayati beberapa obat dibatasi oleh aksi protein transporter obat. Saat ini,
transporter obat yang terkarakteristik paling baik adalah P-glikoprotein. Digoksin adalah
substrat P-glikoprotein, dan obat-obatan yang menginduksi protein ini, seperti rifampisin,
12
Mekanisme kerja rifampisin : Membentuk kompleks yang stabil dengan DNA
RNA.
Mekanisme kerja digoksin : penghambatan Na+K+ ATPase dan peningkatan arus masuk
adanya Rifampicin yang bekerja mengaktifkan enzim P-glikoprotein sebagai substrat digoxin
menarik kembali digoxin dari plasma kembali ke usus menyebabkan penurunan kadar digoxin
dalam plasma sehingga efek terapi digoxin yang di inginkan tidak tercapai.
Transporter di saluran cerna protein yang berperan dalam transpor aktif (up-take dan efflux)
- P-glikoprotein (P-gp)
Adanya hambatan pada transporter OATP, OCT oleh suatu zat/obat berakibat
13
- Siklosporin (inhibitor OATP) jika diberikan bersama atorvastatin (substrat
digoksin (= substrat P-gp) maka akan terjadi peningkatan absorpsi dan kadar
plasma digoksin, terjadi penurunan ekskresi empedu dan penurunan sekresi tubular
Distribusi obat menuju ke otak, dan beberapa organ reproduksi seperti testis,dibatasi
aksi protein transporttasi obat seperti P-glikoprotein. Protein ini secara aktifmembawa obat
keluar dari sel-sel ketika obat berdifusi secara pasif.Obat yangtermasuk inhibitor
obat ini, kadar fenitoin tak terikat akanmeningkat secara signifikan, menyebabkan efek
samping yang lebih besar.Sebaliknya, fenitoin dapat menurunkan kadar plasma asam
valproat. Terapikombinasi kedua obat ini harus diawasi dengan ketat dan
14
Neomisinmenyebabkansindrommalabsorpsidandapatmengganggupenyerapansejumlah
15
DAFTAR PUSTAKA
Seto: Jakarta.
Rev. 50(3):387-411.
th
16
reactions and interactions.101-116.
28:1203-1253.
Piscitelli SC, Rodvold KA. 2005. Drug Interaction in Infection Disease. Edisi kedua.
Rahmawati Min et al. 2013. Diktat Kuliah Farmakologi Veteriner II. Fakultas
Kesehatan.18(4):175-184.
Stockley Ivan and B. Pharm. 1974. Drug Interactions and their mechanisms.
Phannaceutical Journal.
Stockley IH. 2008. Stockleys Drug Interaction. Edisi kedelapan. Great Britain (UK):
Pharmaceutical Press.
Tjay Tan Hoan, Rahardja Kirana. 2007. Obat-obat Penting: Kasiat, Penggunaan dan
17
Efek-efek Sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Walsky RL dan Obach RS. 2004. Validated assays for human Cytochrome P450
18