Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PERKEMBANGAN HEWAN

TOPIK PEMBENTUKAN MATA PADA HEWAN VERTEBRATA

Disusun untuk memenuhi

Tugas Mata Kuliah: Perkembangan Hewan

Dosen Pengampu:

1. Prof. Dr. Agus Haryono, M.Si


2. Drs. Bejo Basuki, M.Si
3. Ririn Fahrina, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Maria Elbrigita Yohana (193010209004)


2. Bella Rutari (193010209007)
3. Siti Latifah (193010209014)

KELAS A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan atas Rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembentukan Mata Pada Hewan Vertebrata”.
Makalah ini penulis ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Perkembangan Hewan”
Penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah
“Perkembangan Hewan” Prof. Dr. Agus Haryono, M.Si, Drs. Bejo Basuki, M.Si dan Ririn
Fahrina, S.Pd, M.Pd, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan,
baik materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun, sehingga makalah ini bisa mencapai kesempurnaan sebagaimana
mestinya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca khususnya
terhadappenulis. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis ucapkan terimakasih.

Palangkaraya, 02 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
A. Bagian-Bagian Tunika Fibrosa............................................................................. 3-5
B. Bagian-Bagian Tunika Vaskularis ........................................................................ 5-8
C. Bagian-Bagian Tunika Neuralis ........................................................................... 8-12
D. Organ Tambahan Mata ........................................................................................ 12-
13
E. Perkembangan Mata ............................................................................................ 14-
16
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima rangsangan
cahaya. Cahaya masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa struktur refraksi di dalam
orbita. Cahaya kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang sensitif
terhadap cahaya yaitu retina. Retina mengandung sel-sel batang dan kerucut yang akan
mengubah impuls cahaya menjadi impuls saraf. Setelah melintasi suatu rangkaian lapisan
sel saraf dan sel-sel penyokong informasi penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak
untuk diproses.
Perkembangan mata mulai tampak pada mudigah 22 hari sebagai sepasang
lekukan dangkal pada sisi kanan dan kiri otak depan. Dengan menutupnya tabung saraf,
lekukan-lekukan ini membentuk kantong-kantong keluar pada otak depan yaitu
gelembung mata. Gelembung ini selanjutnya menempel pada ectoderm permukaan dan
menginduksi perubahan ectoderm yang diperlukan untuk pembentukan lensa. Setelah itu,
gelembung mata mulai tumbuh melakukan invaginasi dan membentuk piala mata yang
berdinding rangkap.
Lapisan dalam dan luar piala mata ini mula-mula dipisahkan oleh suatu rongga,
yaitu ruangan intraretina, tetapi segera rongga ini menghilang dan kemudian kedua
lapisan tersebut saling berlekatan satu sama lain. Invaginasi tidak hanya terbatas pada
bagian tengah piala, tetapi juga meliputi sebagian permukaan inferiornya yang
membentuk fissura koroidea. Pada minggu ke-7, bibir-bibir fissura koroidea bersatu, dan
mulut piala mata kemudian menjadi lubang bulat yang kelak menjadi pupil.
Sementara peristiwa ini berlangsung, sel-sel ectoderm permukaan yang semula
menempel pada gelembung mata, mulai memanjang dan membentuk plakode lensa .
Plakode ini selanjutnya melakukan invaginasi dan berkembang menjadi gelembung
lensa. Pada minggu ke-5, gelembung lensa terlepas dari ectoderm permukaan dan
selanjutnya terletak di dalam mulut piala mata.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bagian-bagian dari tunika fibrosa?
2. Apa saja bagian-bagian dari tunika vaskularis?
3. Apa saja bagian-bagian dari tunika neuralis?
4. Apa saja organ tambahan pada mata?
5. Bagaimana perkembangan mata?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagian-bagian dari tunika fibrosa.
2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari tunika vaskularis.
3. Untuk mengetahui bagian-bagian dari tunika neuralis.
4. Untuk mengetahui organ tambahan pada mata.
5. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan mata.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bagian-Bagian Tunika Fibrosa


Secara embriologis proses pembentukan mata dimulai pada minggu ke 4 masa
embrio. Proses pembentukan mata berasal dari 3 sumber, yaitu:
1. Penonjolan forebrain yang akan membentuk retina dan saraf optik
2. Permukaan ektoderm yang akan diinduksi menjadi lensa dan beberapa struktur
pelengkap di bagian depan mata.
3. Jaringan mesenkim yang mengumpul membentuk tunika dan struktur-struktur yang
berkaitan dengan orbita.

Tunika fibrosa membentuk sebuah kapsula fibroelastik yang kokoh penyokong


bola mata. Lapis fibrosa ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sclera dan kornea. Sklera
merupakan bagian yang putih melingkupi lima-perenam bagian bola mata dan terletak di
sebelah belakang, sementara kornea merupakan bagian yang jernih dan transparan
melingkupi seperenam depan bola mata. Tempat sambungan sklera dan kornea dikenal
dengan nama limbus.
1. Sklera
Sklera merupakan bagian bola mata yang putih seolah-olah tidak mengandung
pembuluh darah. Sklera disusun oleh serat-serat kolagen tipe 1 yang diselang-selingi
oleh jala-jala serat elastin. Susunan seperti ini membentuk struktur bola mata yang
kokoh, disokong oleh tekanan intraokular yang berasal dari humor akwaeus yang
terletak di sebelah depan lensa dan badan vitreus yang terletak di belakang lensa. Di
bagian belakang sklera ditembus oleh serat-serat saraf optik pada lamina kribrosa.
Sklera mengandung pembuluh darah terutama pada limbus (tempat pertautan sklera
dan kornea).

2. Kornea
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak mengandung
pembuluh darah, dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea berasal dari
penonjolan tunika fibrosa ke sebelah depan bola mata. Secara histologik kornea terdiri
atas 5 lapisan yaitu:
 Epitel kornea
Merupakan lanjutan dari konjungtiva disusun oleh epitel gepeng berlapis

3
tanpa lapisan tanduk. Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung
kontak dengan dunia luar dan terdiri atas 7 lapis sel. Epitel kornea ini mengandung
banyak ujung-ujung serat saraf bebas. Sel-sel yang terletak di permukaan cepat
menjadi aus dan digantikan oleh sel-sel yang terletak di bawahnya yang bermigrasi
dengan cepat.
 Membran Bowman
Merupakan lapisan fibrosa yang terletak di bawah epitel tersusun dari serat
kolagen tipe 1.
 Stroma kornea
Merupakan lapisan kornea yang paling tebal tersusun dari serat-serat kolagen
tipe 1 yang berjalan secara paralel membentuk lamel kolagen. Sel-sel fibroblas
terletak diantara serat-serat kolagen.
 Membran Descemet
Merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-serat kolagen.
 Endotel kornea
Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam tersusun dari epitel
selapis gepeng atau kuboid rendah. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin
diperlukan untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini mempunyai banyak
vesikel dan dinding selnya mempunyai pompa natrium yang akan mengeluarkan
kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion klorida dan air
akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di dalam stroma akan diserap oleh
endotel sehingga stroma tetap dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi
(kurang cairan), suatu faktor yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas
refraksi kornea. Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh darah) sehingga
nutrisi didapatkan dengan cara difusi dari pembuluh darah perifer di dalam limbus
dan dari humor akweus di bagian tengah. Kornea menjadi buram bila endotel
kornea gagal mengeluarkan kelebihan cairan di stroma.

3. Limbus
Limbus merupakan tempat pertemuan antara tepian kornea dengan sklera.
Pada tempat ini terdapat lekukan atau sudut akibat perbedaan kelengkungan kornea
dan sklera. Bagian luarnya diliputi epitel konjungtiva bulbi yang merupakan epitel
berlapis silindris dengan lamina propria di bawahnya. Stromanya merupakan tepian
sklera yang menyatu dengan kornea. Stroma ini tersusun dari jaringan ikat fibrosa. Di

4
bagian dalam stroma ini membentuk taji sklera (scleral spur). Pada bagian anterior taji
ini terdapat jaringan trabekula (trabecula sheet) dengan jalinan ruang-ruang di
antaranya dikenal sebagai ruang trabekula (trabecular spaces/ space of Fontana). Di
atas trabekula terdapat suatu saluran lebar dan panjang disebut kanal Schlemm.

4. Kanal Schlemm
Merupakan suatu pembuluh berbentuk cincin yang melingkari mata tepat
anterior dan eksternal skleral spur. Di sebelah luar dibatasi oleh jaringan sklera dan di
dalam oleh lapisan jaringan trabekula yang lebih dalam. Lumen kanal ini di batasi
oleh selapis sel endotel. Kanal ini akan meneruskan diri ke dalam pleksus sklera dan
akhirnya bermuara pada pleksus vena sklera. Di bagian posterior taji sklera, pada
korpus siliaris terdapat otot polos, muskulus siliaris yang berfungsi untuk mengatur
akomodasi mata.

B. Bagian-Bagian Tunika Vaskularis


Tunika vaskulosa terdiri atas 3 bagian yaitu khoroid, badan siliaris dan iris.
1. Khoroid (Choroid)
Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah dan
sel-sel pigmen sehingga tampak bewarna hitam. Lapisan ini tersusun dari jaringan
penyambung jarang yang mengandung serat-serat kolagen dan elastin, sel-sel
fibroblas, pembuluh darah dan melanosit. Khoroid terdiri atas 4 lapisan yaitu :
 Epikhoroid merupakan lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat kolagen dan
elastin.
 Lapisan pembuluh merupakan lapisan yang paling tebal tersusun dari pembuluh
darah dan melanosit.
 Lapisan koriokapiler, merupakan lapisan yang terdiri atas pleksus kapiler, jaring0-
jaring halus serat elastin dan kolagen, fibroblas dan melanosit. Kapiler-kapiler ini
berasal dari arteri khoroidalis Pleksus ini mensuplai nutrisi untuk bagian luar
retina.
 Lamina elastika, merupakan lapisan khoroid yang berbatasan dengan epitel pigmen
retina. Lapisan ini tersusun dari jarring-jaring elastik padat dan suatu lapisan dalam
lamina basal yang homogen.

5
2. Badan Siliaris (Korpus siliaris)
Korpus siliaris (badan siliaris) adalah struktur melingkar yang menonjol ke
dalam mata terletak di antara ora serrata dan limbus. Struktur ini merupakan perluasan
lapisan khoroid ke arah depan. Korpus siliar disusun oleh jaringan penyambung jarang
yang mengandung serat-serat elastin, pembuluh darah dan melanosit.
Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek seperti jari yang dikenal
sebagai prosessus siliaris. Dari prosessus siliaris muncul benang-benang fibrillin yang
akan berinsersi pada kapsula lensa yang dikenal sebagai zonula zinii. Korpus siliaris
dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid. Lapisan luar kaya akan pigmen dan merupakan
lanjutan lapisan epitel pigmen retina. Lapisan dalam yang tidak berpigmen merupakan
lanjutan lapisan reseptor retina, tetapi tidak sensitif terhadap cahaya. Sel-sel di lapisan
ini akan mengeluarkan cairan filtrasi plasma yang rendah protein ke dalam bilik mata
belakang (kamera okuli posterior). Humor akweus mengalir dari bilik mata belakang
(kamera okuli posterior) ke bilik mata depan (kamera okuli anterior) melewati celah
pupil (celah di antara iris dan lensa), lalu masuk ke dalam jaringan trabekula di dekat
limbus dan akhirnya masuk ke dalam kanal Schlemm. Dari kanal Schlemm humor
akweus masuk ke pleksus sklera dan akhirnya bermuara ke sistem vena.
Korpus siliar mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai muskulus
siliaris. Satu berkas karena orientasinya akan menarik khoroid sehingga membuka
kanal Schlemm untuk aliran humor akweus. Dua berkas lain yang menempel pada
skleral spur berfungsi untuk mengurangi tekanan pada zonula Zinii sehingga lensa
menjadi lebih tebal dan konveks. Fungsi ini disebut akomodasi. Glaukoma merupakan
suatu keadaan klinis yang ditandai oleh peningkatan tekanan intraokuler yang tinggi
dalam waktu lama akibat kegagalan penyaluran humor akweus dari bilik mata depan.
Bila keadaan ini dibiarkan dapat menyebabkan kebutaan.
3. Iris (Iris, pelangi)
Iris merupakan bagian yang paling depan dari lapisan uvea. Struktur ini
muncul dari badan siliar dan membentuk sebuah diafragma di depan lensa. Iris juga
memisahkan bilik mata depan dan belakang. Celah di antara iris kiri dan kanan
dikenal sebagai pupil (pupil, gadis kecil). Iris disusun oleh jaringan ikat longgar yang
mengandung pigmen dan kaya akan pembuluh darah. Permukaan depan iris yang
menghadap bilik mata depan (kamera okuli anterior) berbentuk tak teratur dengan
lapisan pigmen yang tak lengkap dan sel-sel fibroblas. Permukaan posterior iris
tampak halus dan ditutupi oleh lanjutan 2 lapisan epitel yang menutupi permukaan

6
korpus siliaris. Permukaan yang menghadap ke arah lensa mengandung banyak sel-sel
pigmen yang akan mencegah cahaya melintas melewati iris. Dengan demikian cahaya
akan terfokus masuk melalui pupil.
Pada iris terdapat 2 jenis otot polos yaitu otot dilatator pupil dan otot
sfingter/konstriktor pupil. Kedua otot ini akan merubah diameter pupil. Otot dilatator
pupil yang dipersarafi oleh persarafan simpatis akan melebarkan pupil, sementara otot
sfingter pupil yang dipersarafi oleh persarafan parasimpatis (N. III) akan memperkecil
diameter pupil.
Jumlah sel-sel melanosit yang terdapat pada epitel dan stroma iris akan
mempengaruhi warna mata. Bila jumlah melanosit banyak mata tampak hitam,
sebaliknya bila melanosit sedikit mata tampak bewarna biru.
a. Lensa Mata
Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul dan serat-serat
lensa. Kapsul lensa merupakan lamina basal yang umumnya disusun oleh serat-serat
kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul ini elastik, jernih dan kompak. Epitel
subkapsul hanya terdapat pada permukaan anterior lensa tepat di bawah kapsul lensa.
Epitelnya terdiri atas selapis sel kuboid. Di sebelah dalam dari epitel subkapsul
terdapat serat-serat lensa yang di bentuk dari sel-sel yang kehilangan inti dan organel
sel lainnya. Serat-serat ini kemudian diisi dengan protein lensa kristalin (crystallins).
Adanya kristalin ini akan meningkatkan index refraksi lensa.
Lensa sama sekali tidak mengandung pembuluh darah. Nutrisi untuk lensa
diperoleh dari humor akweus dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, tetapi
dapat ditembus cahaya dengan mudah. Pada orang tua sering dijumpai kekeruhan
pada lensa yang menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melihat. Keadaan ini
dikenal sebagai katarak. Kondisi mungkin disebabkan oleh bertumpuknya pigmen
atau substansi lain dan keterpaparan sinar ultra violet secara berlebihan. Di samping
itu pada orang tua terjadi suatu keadaan yang dikenal sebagai presbiopia yaitu
ketidakmampuan mata untuk melihat benda-benda dalam jarak dekat yang disebabkan
karena menurunnya elastisitas lensa akibat proses penuaan. Sebagai akibatnya lensa
tidak dapat mencembung guna memfokuskan bayangan benda secara tepat pada
retina. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemakaian kaca mata. Lensa digantung ke
korpus siliaris oleh penggantung lensa yang dikenal sebagai zonula Zinii.
b. Korpus Vitreus
Korpus vitreus merupakan suatu agar-agar jernih yang mengisi ruang vitreus

7
(ruang antara lensa dan retina). Korpus vitreus disusun hampir seluruhnya oleh air
(99%) dan mengandung elektrolit, serat-serat kolagen dan asam hialuronat. Korpus
vitreus melekat pada seluruh permukaan retina. Di tengah korpus vitreus berjalan sisa
suatu saluran yang berisi cairan dikenal sebagai kanal hialoidea, yang semula
mengandung arteri hialodea pada masa janin. Badan vitreus berfungsi untuk
memelihara bentuk dan kekenyalan bola mata.
c. Ruang-Ruang Mata
Ada 2 ruang mata yaitu kamera okuli anterior dan posterior. Kamera okuli
anterior merupakan suatu ruangan yang dibatasi di sebelah depan oleh sisi belakang
kornea dan di sebelah belakang dibatasi oleh lensa, iris dan permukaan depan badan
siliar. Batas lateralnya adalah sudut iris atau limbus yang ditempati oleh trabekula
yang merupakan tempat penyaluran humor akweus ke kanal schlemm.
Kamera okuli posterior adalah ruangan yang dibatasi di sebelah depan oleh iris
dan disebelah belakang oleh permukaan depan lensa dan zonula Zinii serta diperifer
oleh prosessus siliaris. Kedua ruangan mata ini terisi oleh humor akweus, yaitu suatu
cairan encer yang disekresi sebagian oleh epitel siliar dan oleh difusi dari kapiler
dalam prosessus siliaris. Cairan ini mengandung materi yang dapat berdifusi dari
plasma darah, tetapi mengandung kadar protein yang rendah. Humor akweus disekresi
secara kontinu ke dalam kamera okuli posterior, mengalir ke ruang kamera okuli
anterior melalui pupil dan disalurkan melalui jaringan trabekula ke dalam kanal
Schlemm. Dalam kondisi normal jumlah cairan yang disekresi dan dikeluarkan
berimbang sehingga tekanan di dalam ruang mata ini berkisar kira-kira 23 mmHg.
Bila terjadi sumbatan dalam pengeluaran cairan sementara sekresi berlangsung terus,
maka tekanan dalam bola mata akan meningkat. Keadaan ini disebut glaukoma dan
dapat mengakibatkan kerusakan retina dan kebutaan bila dibiarkan.

C. Bagian-Bagian Tunika Neuralis


Retina merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel-sel fotoreseptor
yaitu sel-sel batang dan kerucut. Retina berkembang dari cangkir optik (optic cup), suatu
struktur berbentuk cangkir yang terbentuk sebagai hasil proses invaginasi (penonjolan ke
arah dalam) gelembung optik primer (primary optic vesicle). Gelembung optik primer ini
berkembang dari penonjolan keluar prosencephalon (otak depan). Tangkai dari cangkir
optik (optic stalk) akan berkembang menjadi saraf optikus (optic nerve). Dinding luar

8
cangkir optik (optic cup) berkembang menjadi lapisan pigmen luar sementara bagian
saraf retina (neural retina) berkembang dari lapisan dalam cangkir optik.
Lempeng optik (optik disk) yang terletak di dinding belakang bola mata
merupakan tempat keluarnya nervus optikus. Serat-serat saraf di daerah ini akan
bertumpuk membentuk suatu tonjolan yang disebut papila nervus optikus. Daerah ini
tidak mengandung sel-sel fotoreseptor, tidak peka terhadap cahaya, sehingga di sebut
juga sebagai bintik buta (blind spot).
Pada papila nervus optikus terdapat arteri dan vena sentralis. Pada umumnya
arteri sentralis merupakan satu-satunya arteri bagi retina. Sumbatan pada arteri ini dapat
mengakibatkan kebutaan yang menetap. Pada beberapa individu sebagian kebutuhan
darah untuk retina juga disuplai dari arteri silioretina untuk makula. Penyumbatan arteri
sentralis pada individu ini mengakibatkan kehilangan penglihatan perifer, karena makula
tak terganggu.
Saraf optik bukan merupakan saraf perifer tetapi suatu traktus sistem saraf pusat
antara sel ganglion retina dan otak tengah (midbrain). Saraf ini berjalan ke posterior ke
kiasma optikus dan mengandung lebih dari seribu berkas serat saraf bermielin yang
disokong oleh neuroglia (astrosit) dan bukan endoneurium. Selaput otak dan ruang
subarakhnoid melanjutkan diri dari otak sebagai sarung pembungkus saraf optik. Kira-
kira 2,5 mm lateral dari bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning yang dikenal
sebagai Makula lutea (bintik kuning). Bagian tengah makula lutea dikenal sebagai fovea
sentralis yang merupakan daerah penglihatan yang paling peka. Fovea sentralis
merupakan suatu sumur dangkal berbentuk bulat terletak 4 mm ke arah temporal dari
lempeng optik dan sekitar 0,8 mm di bawah meridian meridian horizontal. Cekungan ini
disebabkan tidak adanya lapisan dalam retina, pada retina di daerah ini. Sel penglihat
pada lantai fovea terdiri dari hanya kerucut yang tersusun rapat dan berukuran lebih
panjang di bandingkan dengan yang dibagian perifer retina.
Retina optikal atau neural melapisi khoroid mulai dari papila saraf optik di bagian
posterior hingga ora serrata di anterior. Pada irisan histologik terdapat 10 lapisan retina
dari luar ke dalam yaitu: Epitel pigmen, Lapisan batang dan kerucut, Membran limitans
luar, Lapisan inti luar, Lapisan pleksiform luar, Lapisan inti dalam, Lapisan pleksiform
dalam, Lapisan sel ganglion, Lapisan serat saraf, dan Membran limitans dalam.
Epitel pigmen adalah suatu lapisan sel poligonal yang teratur, ke arah ora serrata
bentuk selnya menjadi lebih gepeng. Inti sel berbentuk kuboid dengan sitoplasmanya
kaya akan butir-butir melanin. Fungsi epitel pigmen adalah:

9
1. Menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan.
2. Berperan dalam nutrisi fotoreseptor.
3. Penimbunan dan dan pelepasan vitamin A.
4. Berperan dalam proses pembentukan rhodopsin.

Lapisan batang dan kerucut mengandung 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel batang
dan sel kerucut yang merupakan modifikasi sel saraf. Lapisan ini mengandung badan sel
batang dan kerucut. Sel batang merupakan sel khusus yang ramping dengan segmen luar
berbentuk silindris dengan panjang 28 mikrometer mengandung fotopigmen rhodopsin
dan suatu segmen dalam yang sedikit lebih panjang yaitu sekitar 32 mikrometer.
Keduanya mempunyai ketebalan 1,5 mikrometer. Inti selnya terletak di dalam lapisan
inti luar. Ujung segmen luar tertanam dalam epitel pigmen. Segmen luar dan dalam
dihubungkan oleh suatu leher yang sempit. Dengan mikroskop electron segmen luar
tampak mengandung banyak lamel-lamel membran dengan diameter yang seragam dan
tersusun seperti tumpukan kue dadar. Sel batang ini di sebelah dalam membentuk suatu
simpul akhir yang mengecil pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar yang
disebut sferul batang (rod spherule). Sel batang yang hanya teraktivasi dalam keadaan
cahaya redup (dim light) sangat sensitive terhadap cahaya. Sel ini dapat menghasilkan
suatu sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak dapat menghasilkan sinyal
dalam cahaya terang (bright light) dan juga tidak peka terhadap warna.
Cahaya yang masuk ke dalam retina diserap oleh rhodopsin, suatu protein yang
tersusun dari opsin (protein transmembran) yang terikat pada aldehida vitamin A.
Penyerapan cahaya ini akan menyebabkan isomerisasi rhodopsin dan memisahkan opsin
dari ikatannya dengan aldehida vitamin A menjadi opsin bentuk aktif. Opsin bentuk aktif
kemudian memfasilitasi pengikatan guanosin triphosphate (GTP) dengan protein
transducin. Kompleks GTP-transducin ini kemudian mengaktifkan ensim cyclic guanosin
monophosphate phosphodiesterase suatu ensim yang berperan dalam pembentukan
senyawaan cyclic guanosin monophosphate (cGMP). Siklik guanosin monophosphate
(cGMP) ini berperan dalam pembukaan kanal natrium di dalam plasmalema sel batang
dan menyebabkan masuknya natrium dari segmen luar sel batang menuju ke segmen
dalam sel batang. Keadaan ini akan menyebabkan hiperpolarisasi di segmen dalam sel
batang dan merangsang dilepaskannya neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel
bipolar. Oleh sel bipolar rangsang kimiawi ini dirubah menjadi impuls listrik yang akan
diteruskan menuju ke sel ganglion untuk selanjutnya dikirim ke otak.

10
Sel kerucut mempunyai struktur yang mirip dengan sel batang tetapi segmen luar
yang mengecil dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga berbentuk seperti botol.
Inti sel kerucut lebih besar dibandingkan dengan sel batang. Sel kerucut di sebelah dalam
melebar pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar membentuk kaki kerucut
(cone pedicle). Sel kerucut teraktivasi dengan cahaya terang (bright light) dan
menghasilkan aktivitas visual yang lebih besar di bandingkan sel batang. Sel kerucut
merupakan sel fotoreseptor yang peka terhadap warna. Ada 3 jenis sel kerucut yang
masing-masing mengandung pigmen iodopsin yang berbeda. Setiap jenis iodopsin
mempunyai sensitivitas tertentu terhadap warna merah, biru dan hijau.
Membran limitans luar merupakan rangkaian kompleks tautan antara sel batang,
sel kerucut, dan sel Muller. Dengan mikroskop cahaya tampak sebagai garis. Lapisan inti
luar merupakan lapisan yang terdiri atas inti-inti sel batang dan kerucut bersama badan
selnya. Lapisan pleksiform luar dibentuk oleh akson sel batang dan kerucut bersama
dendrit sel bipolar dan sel horizontal yang saling bersinaps.
Lapisan inti dalam dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel horizontal, sel
amakrin, dan sel Muller. Sel bipolar dapat mempunyai dendrit yang panjang atau pendek.
Aksonnya lurus dan berjalan vertikal ke dalam lapisan pleksiform dalam disini
berhubungan dengan dendrit sel ganglion. Sel horizontal mempunyai badan sel yang
lebih besar daripada sel bipolar. Dendritnya berakhir dalam keranjang berbentuk cangkir
disekeliling sejumlah besar kaki kerucut. Sel amakrin terletak pada baris kedua atau
ketiga sebelah dalam lapisan inti dalam. Bentuknya seperti buah pir dengan sebuah
tonjolan yang berjalan ke arah dalam untuk berakhir pada lapisan pleksiform dalam. Di
lapisan ini tonjolan sel ini bercabang secara luas dan bersinaps dengan beberapa sel
ganglion. Sel Muller disebut juga gliosit retina, berukuran raksasa dengan intinya terletak
pada lapisan inti dalam. Dari badan sel, juluran sitoplasma yang panjang dan tipis meluas
ke membran limitans luar dan dalam. Lapisan pleksiform dalam dibentuk oleh sinaps
antara sel bipolar, amakirn, dan sel ganglion. Lapisan ganglion dibentuk oleh badan dan
inti sel ganglion. Sel ganglion merupakan sel yang besar, sangat mirip dengan neuron
pada otak dengan suatu massa terdiri dari materi kromofil (badan Nissl) dalam badan sel.
Akson sel ganglion membentuk serat saraf optik. Aksonnya tak pernah bercabang.
Lapisan serat saraf optikus dibentuk oleh akson sel ganglion. Membran limitans dalam
sebenarnya adalah membrana basalis sel Muller yang memisahkan retina dari korpus
vitreum.

11
Media Refraksi
Media refraksi merupakan bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya
untuk mencapai retina. Komponen media refraksi adalah:
1. Kornea
2. Kamera okuli anterior
3. Kamera okuli posterior
4. Lensa
5. Badan vitreus.

D. Orgam Tambahan Mata


Bola mata terletak di dalam rongga tulang yang membuka ke anterior. Celah ini
ditutup oleh kelopak mata atas dan bawah yang bila saling mendekat akan bertemu di
fissura palpebra. Konjungtiva akan melipat dari bagian tepi kornea untuk melapisi
permukaan dalam kelopak mata. Lipatan ini disebut forniks superior dan inferior.
Organ-organ tambahan mata terdiri atas :
1. Kelopak Mata
Kelopak mata terdiri atas lempeng penyokong di bagian tengah yang terdiri
dari jaringan ikat dan otot rangka yang diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran
mukosa di dalam. Kulit di bagian depan merupakan kulit tipis dengan rambut kecil,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan suatu dermis yang terdiri dari jaringan ikat
halus yang banyak serat elastin. Dermis lebih padat pada tepi kelopak mata dan disini
mengandung tiga atau empat baris rambut panjang yang kaku disebut bulu mata, yang
menembus dalam ke dermis. Di antara dan sebelah belakang bulu mata terdapat
kelenjar apokrin yang saluran keluarnya bermuara pada folikel bulu mata disebut
kelenjar Moll.
Di bawah kulit terdapat lapisan otot lingkar mata (muskulus orbikularis okuli)
yang merupakan otot rangka. Bagian atau berkas serat otot ini yang berada di
belakang saluran keluar kelenjar Meibom disebut muskulus siliaris Riolani. Di bagian
tengah palpebra terdapat jaringan ikat fibrosa yang menjadi kerangka kelopak mata
yang disebut tarsus. Tarsus ini tebal pada pangkal kelopak mata dan makin ke ujung
makin semakin sempit. Di dalam tarsus terdapat untaian kelenjar sebasea yang disebut
kelenjar Meibom yang bermuara bersama ke dalam satu saluran keluar dan tidak

12
berhubungan dengan folikel rambut. Epitel konjungtiva makin ke pangkal makin
tinggi dan di dalam forniks terdapat lipatan mukosa.
2. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam
kelopak mata (konjungtiva palpebra) dan menutupi permukaan sklera pada bagian
depan bola mata (konjungtiva bulbi). Konjungtiva di susun oleh epitel berlapis
silindris yang mengandung sel goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan
lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Sekret sel-sel goblet ikut
menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai pelumas dan pelindung epitel mata
bagian depan. Pada corneoscleral junction, tempat berawalnya kornea, konjungtiva
melanjutkan diri sebagai epitel kornea berlapis gepeng kornea dan tidak mengandung
sel goblet. Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang biasanya ditandai oleh
konjungtiva yang hiperemis (merah) dan sekret yang banyak. Hal ini mungkin
disebabkan oleh bakteri, virus, alergen atau parasit-parasit lainnya.
3. Kelenjar Lakrimal
Kelenjar lakrimal utama terletak pada sudut superolateral rongga mata.
Ukurannya sebesar kenari, tubuloasinar dan serosa, dengan sel mioepitel yang
menyolok. Lobus kelenjar yang terpisah mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran
keluar ke dalam bagian lateral forniks superior konjungtiva. Juga ditemukan banyak
kelenjar lakrimal tambahan/ assesoris dalam lamina propria kelopak mata atas dan
bawah. Air mata mengandung banyak air dan lisosim suatu zat anti bakteri. Air mata
berfungsi untuk memelihara agar epitel konjungtiva tetap lembab, kedipan kelopak
mata akan menyebabkan air mata tersebar di atas kornea seperti wiper pada kaca
mobil dan berguna untuk mengeluarkan benda asing seperti partikel debu.
Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film mukus
(dari sel goblet konjungtiva tarsal) di atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom).
Air mata disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta lakrimal
(lacrimal puncta) yang terletak disetiap sudut medial palpebra superior dan inferior.
Dari sini air mata kemudian masuk ke kanalikuli lakrimal (lacrimal canaliculi), dan
akhirnya masuk sakus lakrimal. Dinding kanalikuli lakrimal tersusun oleh epitel
bertingkat silindris bersilia. Sakus lakrimalis merupakan bagian superior duktus
nasolakrimalis yang melebar. Air mata kemudian masuk ke duktus nasolakrimal yang
juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia. Dari sini air mata kemudian
dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar rongga hidung.

13
E. Perkembangan Mata
Perkembangan Mata Vertebrata
Mata pada vertebarata merupakan organ yang sangat kompleks, dibentuk dari
sumber primordial yang berbeda, yaitu ektoderem dan mesoderem pada daerah chepalik
atau kepala embrio. Perkembangan awal komponen-komponen mata tergantung pada
interaksi induktif antara satu komponen dengan komponen lain. Induksi ini diikuti
dengan differensiasi intraseluler, dimulai dengan mitosis, kemudian sintesis RNA utama
untuk pembentukan protein intraseluler spesifik, serabut-serabut ekstraseluler, dan
matriks. Bahan-bahan ekstraseluler dan migrasi sel memainkan peranan yang penting
dalam perkembangan mata.
1. Pembentukan Vesikula Optik
Sejarah perkembangan optik diawali pada dinding diencephalon. Pada
manusia, perkembangan mata dimulai pada waktu dinding diencephalon
embrioberumur 22 hari menggelembung keluar secara lateral dari tabung neural.
Pertumbuhan differensial ini menghasilkan vesikula optik yang berhubungan dengan
diencephalon melalui tangkai optik. Pada pembentukan vesikula optik gen-gen khusus
pada bakal vesikula optik diaktifkan untuk membentuk pesan khusus yang mengkode
proteinvesikula, sehingga evaginasi terjadi (Oppenheimer, 1976). Vesikula optik
tumbuh terus dan mencapai sel-sel mesenkim kepala hingga bersentuhan dengan
ektoderem kepala.Akibat induksi mesoderem kepala, maka ektoderem membentuk
plakoda lensa. Sewaktu vesikula optik menginduksi pembentukan plakoda
lensa,plakoda lensa juga menginduksi vesikula optik dan menyebabkan perubahan-
perubahan pada vesikula optik.
Vesikula optik berinvaginasi membentuk cawan optik yang berdinding
rangkap. Ketika invaginasi berlanjut, hubungan antara cawan optik dan otak direduksi
menjadi celah yang sempit. Pada waktu yang sama kedua lapisan cawan optik mulai
berdifferensiasi dengan arah yang berbeda. Bagian luar menjadi lebih tipis dan
berkembang selsel granula-granula yang mengandung melanin dan akhirnya menjadi
retina berpigmen. Sel-sel lapisan dalam berkembang menjadi sel-sel batangdan
kerucut yang peka terhadap cahaya. Lapisan ini menjadi saraf retina. Akson-akson
dari retina saraf bertemu pada dasar mata dan berjalan melalui tangkai optik. Tangkai
optik ini kemudian disebut saraf optik (Gilbert, 1985). Plakoda lensa tumbuh terus,
kemudian berinvaginasi dan melepaskan diri dari ektoderem kepala membentuk lensa
mata.

14
2. Differensiasi Retina Saraf
Retina saraf berkembang menjadi lapisan yang disusun atas beberapa tipe sel
saraf yang berbeda, yaitu sel-sel yang peka terhadap cahaya dan warna, badan-badan
sel dari akson saraf optik, dan neuron-neuron bipolar yangmentransmisikan stimulus
elektrik dari sel-sel sensoris ke badan sel saraf optik. Selain itu sejumlah sel-sel yang
berperan dalam memelihara integritas retina. Pada stadium awal perkembangan retina,
pembelahan sel terutama berlangsungpada tepi cawan optik (berlawanan dengan
pembelahan sel-sel tabung saraf). Pembelahan berlangsung pada permukaan luar
lapisan saraf sambil bermigrasi menuju daerah yang lebih dalam dari cawan optik dan
akhirnya cawan optik terisi dengan sel-sel neuroblast. Differensiasi neuroblas dimulai
pada bagian lapisan paling dalam dariretina. Hasil differensiasi berupa terbentuknya,
sel-sel ganglion dari saraf mata, sel-selsaraf bipolar dan apparatus sensori berupa sel
batang dan kerucut (Gilbert, 1985).
Akson-akson sel-sel ganglion membentuk saraf optik. Sementara itu dendruit-
dendritdari saraf tersebut bergabung dengan neuroblast dari lapisan dalam nuklei,
menyebabkan mereka berdifferensiasi menjadi neuron bipolar retina. Lapisan nuklei
luar yang mengandung nuklei dari neuron fotoresptik berdifferensiasi belakangan.
Akson-akson sel-sel fotoreseptor tersebut bersinapsis dengan dendrit-dendrit neuron
bipolar. Pada saat mereka berdifferensiasi, badan-badan sel dari neuron luar
berdifferensiasi membentuk juluran-juluran sitoplasma yang mengandung beberapa
organel terspealisasi yang memperpanjang tunas dan mengatur ukuran bentuk daerah
fotoreaktif. Membran sel tersebut melipat dengan sendirinya membentuk kantung-
kantung yang berisi pigmen-pigmen fotoreseptif. Cahaya menginduksi pigmen ini
untukmelangsungkan perubahan-perubahan kimia yang menghasilkan pelepasan
elektron dan impuls eletrik yang dihasilkan dan ditransmisikan ke otak melalui saraf
mata.
3. Differensiasi Lensa dan Kornea
Selama berlangsungnya perkembangan lensa, plakoda lensa menyentuh
ektoderem yang ada di atasnya. Plakoda lensa kemudian menginduksi ektoderem
diatasnya membentuk kornea yang transparan. Differensiasi dari jaringan lensa
menjadi suatu membran transparan yang mampu mengarahkan cahaya menuju retina
meliputi perubahan-perubahan dalam struktur dan bentuk, juga sintesis-sintesis
protein spesifik lensa yang disebut crsitallin. Cristallin ini disintesis pada saat
perubahan-perubahan bentuk sel terjadi dan menyebabkan vesikula lensa menjadi

15
lensa yang definitif. Sel-sel pada bagian dalam vesikula lensa memanjang, dan
dibawah pengaruh saraf retina, menghasilkan serabut-serabut lensa. Pada saat serabut
ini terus tumbuh mereka mensintesis cristallin yang pada akhirnya mengisi sel dan
menyebabkan inti sel terdesak.
Serabut-serabut yang mensintesis cristallin terus bertumbuh dan pada
akhirtnya mengisi ruang vesikula lensa. Sel-sel yang membelah tersebut bergerak
kearah ekuator vesikula dan pada saat melintasi ekuatorial, mereka mulai memanjang.
Jadi lensa terdiri atas tiga daerah yaitu zona dari sel-sel yang sedang membelah,
daerah ekuatorial dan pemanjangan seluler, dan zona posterior dan pusat dari sel-
selserabut yang mengandung cristallin.Di bawah pengaruh dari jaringan lenas,
ektoderem di atasnya menjadi kolumnardan berisi dengan granula-granula sekretori.
Granula-granula ini bermigrasi ke dasarsel-sel dan mensekresikan stroma primer yang
mengandung kurang lebih 20 lapiskolagen tipe pertama dan kedua. Sel-sel endotelium
kapiler bermigrasi ke daerah ini dan mensekresikan asam hyaluronat kedalam matriks.
Ini menyebabkan matriks bergerak dan merupakan subtrat yang baik untuk migrasi
sel-sel mesenkim turunan neural crest.
Sel mesenkim mensekresikan kolagen tipe 1 dan enzim-enzim hyaluronidase
yang mencerna asam hyaluronat. Hal ini menyebabkan stroma menyusut. Di bawah
pengaruh dari tiroksin, stroma primer berkembang menjadi stromasekunder dengan
cara dehidrasi, dan matriks yang kaya akan kolagen dari epitel beserta jaringan
mesenkim berkembang menjadi kornea yang transparan (Gilbert,1985).

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Tunika fibrosa (lapis sklera-kornea) merupakan lapisan luar bola mata terdiri atas
sklera dan kornea.
2. Tunika vaskularis (lapis uvea) merupakan lapisan tengah bola mata terdiri atas
khoroid, badan siliaris dan iris.
3. Tunika neuralis (lapis retina) merupakan lapisan dalam bola mata terdiri atas retina.
4. Organ-organ tambahan mata terdiri atas kelopak mata, konjungtiva, kelenjar lakrimal.
5. Mata pada vertebarata merupakan organ yang sangat kompleks, dibentuk darisumber
primordial yang berbeda, yaitu ektoderem dan mesoderem pada daerahchepalik atau
kepala embrio. Perkembangan awal komponen-komponen matatergantung pada
interaksi induktif antara satu komponen dengan komponen lain.Induksi ini diikuti
dengan differensiasi intraseluler, dimulai dengan mitosis, kemudiansintesis RNA
utama untuk pembentukan protein intraseluler spesifik, serabut-serabutekstraseluler,
dan matriks. Bahan-bahan ekstraseluler dan migrasi sel memainkanperanan yang
penting dalam perkembangan mata.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisanmakalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari Dosen Pembimbing Perkembangan Hewan serta
teman-teman sekalian yang sifatnya membangun sangat kamiharapkan demi perbaikan
dan kesempurnaan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Triyadi, Ade. 2019. Ocular Development. Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadran Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Cicendo
Bandung.

Swahiyumi. (2014). Proses Pembentukan Mata Pada Hewan Vertebrata. (online)


https://swahiyuni.wordpress.com/2014/02/25/proses-pembentukan-mata-pada-hewan-
vertebrata/ Di akses pada tanggal 2 Oktober 2021

18

Anda mungkin juga menyukai