Anda di halaman 1dari 24

ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA

Oleh :

Ahmad Ashraf Amalius

DEPARTEMEN HISTOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

1
DAFTAR ISI

I. Pendahuluan……………………………………………………………………….. 1

II. Embriologi………………………………………………………………………….. 1

Serat lensa primer dan nucleus embrionik………………………………. 2

Serat lensa sekunder,nucleus fetal dan sutura lentis…………………… 3

Tunica vasculosa lentis…………………………………………………….. 5

III. Anantomi……………………………………………………………………………. 6

Kapsul Lensa………………………………………………………………... 8

Epitel lensa………………………………………………………………….. 9

Nukleus dan Korteks……………………………………………………….. 10

Zonula zinnii……………………………………………………………..…. 11

IV. Biokimia……………………………………………………………………….…. 12

V. Fisiologi…………………………………………………………………..………. 15

Pemeliharaan Keseimbangan air dan Kation Lensa.............................. 15

Akomodasi............................................................................................. 17

Mekanisme Proteksi.............................................................................. 20

VI. Penutup………………………………………………………………………….. 21

VII. Daftar Pustaka………………………………………………………………….. 22

2
I. PENDAHULUAN

Lensa yang diketahui juga sebagai aquula dalam bahasa latin berarti sungai kecil
adalah suatu struktur yang bikonveks, transparan dan avaskuler yang terletak di belakang
pupil didalam bilik mata belakang. Di anterior berbatasan dengan dengan humor akuous dan
di posterior berbatasan dengan corpus vitreus. Di belakang iris, lensa tergantung pada
zonula zinnii yang merupakan serat kuat yang menyokong dan melekat erat pada korpus
siliaris. Fungsi lensa adalah untuk membiaskan cahaya, memelihara kejernihannya dan
untuk proses akomodasi. (1)

Lensa bersifat avaskuler dan noninnervasi setelah perkembangan fetal, sehingga


bergantung pada humor aquous untuk keperluan metabolisme. Lensa dapat merefraksikan
cahaya karena mempunyai indeks refraksi, normalnya sekitar 1,4 di sentral dan 1,36 di
perifer. Pada saat nonakomodasi, lensa menyumbangkan 15 – 20 diopters (D), yaitu sekitar
1/3 dari kira-kira 60 D kekuatan refraksi total mata manusia. (1,2)

Dengan akomodasi fiksasi visual pada jarak dekat dapat dilakukan, seiring dengan
pertambahan usia maka kemampuan akomodasi lensa perlahan-lahan berkurang.
Pengerasan lensa akibat pertambahan umur adalah penyebab utama hilangnya akomodasi,
proses ini disebut dengan presbiopia. (1,2)

Untuk mengenal dan memahami lensa lebih jauh, maka dalam sari pustaka ini
akan dibahas mengenai embriologi, anatomi, biokimiawi dan fisiologi lensa.

II. EMBRIOLOGI
Secara embriologi, mata di bentuk dari 3 lapisan embrionik primitive, yaitu
ectoderm permukaan, ectoderm neural dan mesoderm. Lensa sendiri berasal dari bagian
ectoderm permukaan, hari ke-25 masa gestasi 2 tonjolan lateral disebut vesikel optic
terbentuk dari otak bagian depan, saat vesikel optic membesar dan berkembang ke lateral,
vesikel akan semakin mendekati ectoderm permukaan yang terdiri dari selapis sel kuboid.
Pada hari ke-27 masa gestasi, sel-sel ectoderm permukaan yang melapisi vesikel optic akan
berubah menjadi bentuk kolumnar dan menebal, area ini disebut dengan lens plate / lens
placode. (1)

3
Gambar 1: Embriologi Lensa

Lens pit atau fovea lentis muncul pada hari ke-29 masa gestasi sebagai suatu
penonjolan kecil yang terletak di sisi inferior dari pusat lens plate. Lens pit ini menjadi semakin
dalam melalui proses multiplikasi dan invaginasi seluler, seiring dengan itu tangkai sel-sel
yang menghubungkan lens pit dengan permukaan ectoderm akan mengalami konstriksi dan
menghilang, menghasilkan sebuah bulatan terdiri atas selapis sel kuboid yang terbungkus di
dalam suatu membrane basement disebut lens vesicle. Pada usia 33 hari masa gestasi,
diameter vesikel lensa berukuran kira-kira 0,2 mm. (1,3)

A. Serat lensa primer dan nucleus embrionik


Pada tahap perkembangan selanjutnya terjadi pada sel-sel posterior vesikel lensa
menjadi lebih kolumner dan mulai tumbuh memanjang ke arah anterior sehingga secara
progresif menutup lubang vesikel lensa. Pada proses yang akan membuat lensa menjadi

4
transparan, disertai inti serat lensa akan berpindah dekat lamina basal posterior ke posisi
lebih anterior serat lensa, seiring proses ini organel intraseluler akan menjadi tidak nyata.
Kumpulan sel yang memanjang ini di ketahui sebagai serat lensa primer yang akan
membentuk nucleus embrionik dan akan menempati area tengah lensa pada masa dewasa.
Penutupan lubang vesikel lensa ini akan komplit pada hari ke-40 masa gestasi. (1,3)

A B

C D
Gambar 2: Embrionik Lensa (serat lensa primer)(3)

Sel-sel anterior vesikel lensa tidak mengalami perubahan, selapis sel-sel kuboid dikenal juga
sebagai epitel lensa. Diferensiasi dan pertumbuhan lensa selanjutnya berasal dari epitel
lensa. Kapsul lensa merupakan perkembangan membrane basalis epitel lensa bagian
anterior dan serat lensa di posterior. (1)

B. Serat lensa sekunder,nucleus fetal dan sutura lentis


Sekitar usia 7 minggu masa gestasi, sel-sel epitel lensa di daerah ekuator mulai
mitosis dengan cepat dan memanjang untuk membentuk serat lensa sekunder. Bagian
anterior setiap serat lensa yang berkembang akan tumbuh ke anterior kearah polus anterior
lensa dan menyusup di bawah epitel lensa, begitu pula di bagian posterior, serat lensa akan

5
tumbuh kearah posterior dan tetap berada dalam kapsul lensa. Serat lensa yang terbentuk
sejak bulan ke-2 hingga bulan ke-8 masa gestasi ini disebut sebagai nucleus fetal. (1)

E F G
Gambar 3: Embrionik Lensa (serat lensa sekunder) (3)

Hanya serat lensa sekunder bagian luar saja yang mengandung nucleus dan
organel seluler. Seiring dengan bertambahnya serat lensa, maka akan dihasilkan protein
sitoplasmik yang disebut cristallin, proses ini diikuti dengan kehilangan nucleus serta organel
seluler seperti badan golgi, reticulum endoplasma dan mitokondria. (3)

Selama pertumbuhan serat-serat lensa ke anterior dan posterior, sebuah pola


muncul pada tempat serat-serat tersebut bertemu dan berinterdigitasi di bagian anterior dan
posterior lensa. Pola ini dikenal sebagai sutura. Sutura berbentuk Y dapat dikenali sekitar
minggu ke-8 masa gestasi, sutura Y tegak tampak di sisi anterior dan sutura Y terbalik di sisi
posterior, sutura Y dibentuk hanya selama kehidupan fetal. (1,4,5)

Gambar 4 : Y-shaped Suture(1)

Pada saat lahir berat lensa kira-kira 90 mg, semakin meningkat massanya sekitar
2 mg tiap tahun sepanjang pembentukan serat lensa baru. Setelah 20 tahun, serat lensa

6
menjadi lebih lunak dan nucleus lensa menjadi lebih kaku. Umur 40 tahun kekakuan nucleus
lensa secara klinis menurunkan akomodasi dan umur 60 tahun sklerosis nuclear atau
perubahan warna pada lensa sering membuat sutura lensa sulit untuk dilihat dengan jelas.
(1)

Pertumbuhan lensa manusia berlangsung sepanjang hidup. Faktor-faktor yang


mengatur pertumbuhan lensa manusia masih belum jelas, namun dari percobaan in vitro
yang dilakukan ditemukan ada beberapa growth factor yang dapat menstimulasi proliferasi
sel epitel lensa, growth factor tersebut meliputi : fibroblast growth factor (FGF), insulin-like
growth factor (IGF), epidermal growth factor (EGF), platelet-derived growth factor (PDGF),
hepatocyte growth factor, dan vascular endothelial growth factor (VEGF). (5)

C. Tunica vasculosa lentis


Tunica vasculosa lentis adalah suatu struktur pendukung nutrisi perkembangan
lensa, dibentuk pada 1 bulan masa gestasi, dimana arteri hyaloids membentuk sebuah
jaringan anastomosis menutupi bagian posterior lensa yang disebut posterior vascular
capsule. Posterior vascular capsule ini bercabang menjadi kapiler-kapiler kecil kemudian
tumbuh kearah equator dari lensa, beranastomose dengan vena choroidal dan membentuk
capsulopupillary portion dari tunica vasculosa lentis. Cabang arteri ciliary longus lalu
beranastomose dengan cabang capsulopupillary portion untuk membentuk anterior vascular
capsule, yang di sebut pupillary membrane, yang tampak menutupi permukaan anterior
lensa. (1)

Tunica vasculosa lentis ini menghilang menjelang kelahiran. Penurunan kadar


plasma VEGF dan adanya makrofag yang berasal dari korpus vitreus diduga memegang
peranan dalam proses regresi tunica vasculosa lentis ini. (1)

7
Gambar 5: Komponen tunica Vasculosa lentis (1)

III. ANATOMI
Lensa berbentuk bikonveks, transparans, avaskuler dan noninnervasi, terletak di
posterior iris dan anterior korpus vitreus. Lensa bergantung pada posisinya oleh zonula zinnii,
yang terdiri dari serat lembut sampai kuat untuk menyokong lensa dan melekat pada korpus
siliaris. (1,4)

Permukaan posterior lensa lebih cembung dari permukaan anterior, dimana titik pusat
pada permukaan anterior dan posterior disebut sebagai polus anterior dan polus posterior.
Polus anterior dan posterior dari lensa dihubungkan oleh sebuah garis khayal yang disebut
Aksis. Meridian adalah garis-garis yang melewati tengah permukaan lensa baik pada
permukaan anterior maupun permukaan posterior lensa. Garis yang mengelilingi lensa dan
tegak lurus terhadap aksis dinamakan Ekuator. (1,4,6)

Gambar 6: Struktur lensa dewasa

8
Gambar 7: Anatomi Lensa (1)

Pada saat lahir diameter ekuator kurang lebih 6,4 mm, tebal lensa anteroposterior
3,5 mm dengan berat sekitar 90 mg. Lensa berkembang dengan bertambahnya ukuran dan
berat, diperkirakan ketebalan dari lensa meningkat kira-kira 0,02 mm per tahunnya. Saat
dewasa diameter ekuator bertambah menjadi 9 mm, tebal lensa anteroposterior 5 mm
dengan berat sekitar 225 mg. Ketebalan korteks lensa meningkat dengan bertambahnya
usia, demikian halnya pada kurva lensa yang menyebabkan kekuatan refraksi bertambah.
Namun indeks refraksi lensa berkurang dengan bertambahnya usia, kemungkinannya
sebagai dampak dari meningkatnya partikel proten insoluble hingga mata bisa menjadi lebih
hiperopia ataupun miopia dengan bertambahnya usia, tergantung dari keseimbangan
pertukaran partikel-partikel yang ada. Lensa mampu membiaskan cahaya karena memiliki
indeks bias refraksi, normalnya kira-kira 1,4 dibagian sentral dan 1,36 dibagian perifer. Bila
dalam keadaan tidak berakomodasi, lensa memiliki kemampuan sebesar 15-20 D dari 60 D
kekuatan refraksi konvergen yang ada. (1,6)

Pada foetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa lensanya
lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai
pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan

9
setelah ini proses bertambah cepat dimana nucleus menjadi lebih besar dan korteks
bertambah tipis.(15)
Lensa terdiri dari : - Kapsul lensa
- Epitel lensa
- Korteks lensa
- Nukleus lensa

USIA AKSIS USIA BERAT


˂ 2o tahun 3,5-4 mm Lahir 65 mg
20-50 tahun 4-4,14 mm 1 tahun 130 mg
20-30 tahun 174 mg
50-60 tahun 4,77 mm
40-50 tahun 204 mg
80-90 tahun 5 mm
80-90 tahun 266 mg

Tabel 1 : Dimensi Lensa berdasarkan usia

A. Kapsul Lensa
Merupakan suatu membrane yang membungkus seluruh lensa bersifat transparan
dan halus. Kapsul lensa sangat elastik dan bentuknya dapat menjadi lebih bulat ketika tidak
dipengaruhi tegangan dari zonula zinnii. Lapisan paling luar kapsul lensa adalah lamella
zonula yang menjadi tempat perlekatan untuk zonular fibers. Ketebalan kapsul berkisar 2-28
mikrometer dimana paling tebal pada permukaan anterior dan posterior dekat equator, paling
tipis pada polus posterior, sekitar 2-4 μm. (1,4,7)

Gambar 8: Kapsul lensa (1)

10
Kapsul lensa terutama di polus anterior sedikit lebih tebal di banding kapsul
posterior oleh karena sel-sel epitelnya terus menerus mensekresi bahan-bahan kapsular
sepanjang hidup. Sedangkan pada polus posterior tidak terdapat epitel sehingga serat-
seratnya memiliki kemampuan terbatas untuk mensekresi bahan-bahan kapsular. Oleh
karena itu bagian anterior relatif lebih konstan. (1,6)

Kapsul lensa tampak homogen terdiri dari 40 lamella, setiap lamella mirip sebuah
unit lamina basal dan berukuran 40 nm. Selain elastik, kapsul lensa bersifat nonseluler,
dengan komponen utamanya terdiri dari kolagen tipe IV dan sejumlah kecil kolagen lain serta
komponen matriks ekstraseluler meliputi glycosaminoglikan, laminin, fibronectin dan heparin
sulfate proteoglycan. (1,4,8)

Fungsi utama kapsul lensa adalah memberi bentuk pada lensa sebagai respon
terhadap tarikan serat zonuler selama akomodasi. Kapsul lensa juga berperan sebagai
membrane semipermeabel yang memungkinkan molekul kecil dapat melewatinya dan
menahan partikel yang besar. Menurut penelitian elastisitas kapsul dapat diregangkan
sampai kira-kira 60 persen dari bentuk sirkumferensialnya tanpa terjadi robekan. (4)

B. Epitel Lensa
Epitel lensa terletak di bagian anterior lensa sampai ekuator antara kapsul lensa
dan serat lensa tetapi tidak terdapat pada kapsul posterior. Epitel lensa terdiri atas satu lapis
sel epitel dimana apical sel menghadap ke dalam lensa dan bagian basal sel berbatasan
dengan kapsul lensa tanpa tempat perlekatan yang khusus, batas lateral berinterdigitasi
dengan hampir tidak ada ruang interseluler dan setiap sel mengandung sebuah penonjolan
nucleus tapi relatif sedikit organel sitoplasmik(8)

Perbedaan regional epitel lensa sangat penting. Zona sentral merupakan tempat
yang stabil dimana jumlah sel menurun sesuai umur. Zona intermediat terdiri dari sel-sel kecil
yang menunjukkan proses mitosis yang jarang. Di bagian perifer terdapat deretan sel-sel
kuboid yang membentuk zona germinatif. Pada daerah ini sel-sel mengalami mitosis,
memanjang ke arah anterior dan posterior membentuk serat-serat lensa. (8)

Perubahan bentuk lensa yang dramatis terjadi ketika sel epitel memanjang untuk
membentuk sel serat lensa, perubahan ini berkaitan dengan peningkatan massa protein

11
seluler di dalam membran setiap sel serat lensa. Pada waktu yang sama, organel seluler
meliputi nukleus, mitokondria dan ribosom menghilang dari serat lensa, hilangnya organel
seluler ini secara optis bermanfaat karena cahaya yang melalui lensa tidak lagi di absorbsi
atau dihamburkan oleh organel seluler tersebut. Serat lensa yang baru terbentuk fungsi
metaboliknya tidak lagi diperankan oleh organel seluler, melainkan tergantung pada proses
glikolisis untuk menghasilkan energi. (1)

Epitel lensa berperan dalam proses metabolisme aktif dan dapat melakukan
semua aktifitas sel normal, termasuk biosintesa DNA, RNA, protein dan lipid. Epitel lensa
juga dapat menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. (1)

C. Nukleus dan korteks lensa


Nukleus dan korteks lensa terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.
Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan
mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa di dekat ekuator dan bersambung dengan
lapisan epitel subkapsul.(2)

Garis-garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamellae ini


ujung-ke-ujung berbentuk Y, bentuk Y ini tegak di anterior dan terbalik di posterior. Sutura
lensa dibentuk oleh penyusunan interdigitasi prosessus sel apical (sutura anterior) dan
prosessus sel basalis (sutura posterior). Garis-garis persambungan Sutura Y terletak
didalam nukleus lensa. (1,2)

Serat lensa yang terbentuk paling awal dan terletak di sentral disebut nukleus dan
serat lensa yang terbentuk selanjutnya dan terletak dilapisan luar dinamakan korteks. Di
dalam lensa terdapat beberapa jenis nukleus yang dibedakan berdasarkan usia dari serat-
serat lensa yang membentuknya. Nukleus lensa terdiri dari nukleus embrional, fetal, infantil
dan dewasa. (4)

12
Gambar 9: Nukleus Lensa(1)

Nukleus embrional adalah massa serat lensa yang paling awal terbentuk dan
terletak di sentral lensa dan diikuti oleh nukleus fetal dengan bentuk Y sutura, kedua nukleus
tersebut sebagai hasil produksi terus menerus dari serat lensa yang terbentuk pada masa
embryogenesis.Serat yang terbentuk setelah lahir dan menyusun bagian awal dari massa
serat dikenal sebagai nukleus dewasa. Ukuran dari nukleus embrionik dan fetal tetap konstan
sementara ukuran dari nukleus dewasa selalu meningkat. Daerah yang mengelilingi nukleus
dewasa dan mengandung serat nukleus yang baru terbentuk disebut korteks lensa. (4)

D. Zonula zinnii
Zonula zinnii adalah ligamentum yang menahan lensa di tempatnya, tersusun dari
banyak fibril dari permukaan lamina basal epitel non pigmen pars plana dan pars plikata
korpus siliaris yang menyisip ke dalam ekuator lensa. Serabut-serabut zonula ini diinsersikan
pada kapsul lensa di daerah ekuator secara kontinyu di anterior 1,5 mm pada kapsul lensa
anterior dan 1,25 mm pada posterior. (1,4,8)

Gambar 10:
Insersi serat zonula(9)

13
Tiap serat zonula dibentuk oleh berlapis-lapis filament dari fibrilin, serat ini bersatu
untuk membentuk 140 ikatan. Ikatan terbesar yang lurus menjangkau kapsul lensa di daerah
depan lensa membentuk anterior zonular sheet dan serat yang lebih kecil berada dibelakang
dan melekat pada permukaan posterior lensa untuk membentuk posterior zonular sheet.
Serat-serat zonula dalam satu kelompok mempunyai diameter 60 mikrometer, sedangkan
diameter masing-masing serat 0,35–1 mikrometer. Ketebalan diameter berbeda-beda
tergantung tempat melekatnya, pada anterior dan posterior lensa ketebalan diameternya
adalah yang terbesar, sedangkan yang terletak di ekuator ketebalan diameternya paling
kecil. (4,8)

Gambar 11: Zonula Zinni (10)

Dengan pertambahan usia, terjadi penurunan serat zonula di equator,


menyebabkan terpisahnya lapisan anterior dan posterior, ini dapat dilihat dalam sebuah
bentuk segitiga pada persilangan cincin zonula. Posisi insersi zonula bergeser ke arah
anterior, hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan relatif sintesa bahan kapsular di
daerah ekuator, dengan pergeseran insersi ke arah anterior maka akan merubah efisiensi
hubungan mekanis antara lensa dan korpus siliaris dalam proses akomodasi.(1,5,6)

IV. BIOKIMIA
Jumlah protein lensa manusia sekitar 33% dari beratnya. Konsentrasi protein yang
tinggi diperlukan untuk memperoleh indeks bias dimana berguna dalam pembiasan sinar dan
transparansi lensa. Protein lensa dibagi menjadi dua bagian yaitu yang larut dalam air dan

14
yang tidak larut dalam air. Protein yang larut dalam air jumlahnya sekitar 80% dari protein
lensa yang disebut crystallin. (2)
Crystallin adalah protein intraseluler yang berada di epitel dan membran plasma
sel serat lensa. Terdapat tiga protein utama, yaitu alfa,beta dan gamma crystallin. Alfa
crystallin sekitar 32%, Beta crystallin 55% dan gamma crystallin 1,5%, alfa crystallin
merupakan molekul protein lensa yang paling besar, dengan berat molekul bervariasi dari
600 sampai 4000 kDa. Alfa crystalin terlibat secara spesifik pada transformasi sel epitel
menjadi serat lensa dan sintesis alfa crystalin tujuh kali lebih tinggi pada sel epitel
dibandingkan pada serat-serat korteks lensa. Gamma crystallin adalah crystallin yang paling
kecil dengan berat molekul 20 kDa. (2)

Gambar 12: Protein Lensa (1)

Fraksi protein yang tidak larut dalam air dibagi menjadi dua yaitu yang larut dalam
urea dan yang tidak larut dalam urea. Protein yang larut dalam urea mengandung protein
sitoskeletal yang memberikan bentuk struktural pada sel-sel lensa, sedangkan yang tidak
larut dalam urea mengandung protein membran plasma yang disebut mayor intrinsic protein
(MIP). MIP berjumlah sekitar 50% dari total protein serat lensa. Protein ini berat molekulnya
28 kDa, menurun dengan pertambahan umur menjadi 20kDa, MIP pertama kali kelihatan
pada lensa hanya sebagai serat yang mulai memanjang dan dapat di deteksi pada seluruh
membran lensa. MIP ditemukan juga terkonsentrasi di gap junction. (1,6)

Perubahan protein yang larut dalam air menjadi tidak larut merupakan proses
alami pada maturasi serat lensa. Pada lensa yang transparan protein larut dalam air sekitar
81% sedangkan pada lensa katarak 51,4%. Hilangnya protein ini mungkin dikarenakan

15
keluarnya crystalin utuh melalui kapsul lensa. Pada katarak peningkatan sejumlah protein
yang tidak larut dalam air berhubungan dengan derajat kekeruhan lensa. (1)

Dalam menjalankan fungsinya lensa memerlukan energi yang cukup, energi yang
diproduksi dalam lensa sangat besar tergantung pada metabolisme glukosa. Glukosa masuk
ke lensa melalui humor akuous baik secara difusi sederhana maupun melalui suatu proses
transport yang disebut sebagai facilitated diffution. Paling banyak glukosa diangkut ke dalam
lensa difosforilasi menjadi glukosa-6 fosfat (G6P) oleh enzim hexokinase. G6P ini kemudian
akan memasuki dua jalur metabolisme yaitu glikolisis anaerob dan hexose mono phosphate
(HMP) shunt. (1)

Gambar 13: Metabolisme glukosa pada lensa (1)

Jalur glikolisis anaerob lebih aktif, dimana hasil akhir metabolismenya adalah
asam laktat,karbohidrat dan air. Jalur ini kurang efisien dibanding dengan glikolisis aerob,
dimana hanya dihasilkan 2 molekul ATP untuk tiap molekul glukosa. (1)
Jalur yang kurang aktif yaitu HMP shunt yang dikenal juga sebagai pentose
phosphate pathway, kira-kira 5% metabolisme glukosa melalui jalur tersebut. Aktifitas HMP
shunt ini lebih tinggi pada lensa dibandingkan pada jaringan lain, namun hal ini belum dapat
dijelaskan. Jalur ini menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak, aktifitas gluthation

16
reduktase dan aldose reduktase serta ribose untuk biosintesis nukleotida. Produk karbohidrat
dari jalur HMP akan masuk di jalur glikolitik dan kemudian di metabolisme menjadi laktat. (1,8)

Jalur lain yaitu melalui jalur sorbitol yang mengubah glukosa menjadi fruktosa.
Enzim yang berperan disini yaitu aldose reduktase. Pada keadaaan hiperglikemia, terjadi
peningkatan kadar glukosa di lensa maka jalur sorbitol relatif lebih diaktifkan daripada
glikolisis. Sorbitol dimetabolisme menjadi fruktosa oleh enzim polyol dehidrogenase, namun
afinitas enzim tersebut lebih rendah sehingga sorbitol akan berakumulasi sebelum
dimetabolisme. Selain itu, permeabilitas lensa terhadap sorbitol kurang baik sehingga
mengakibatkan retensi sorbitol di dalam lensa. (1,8)

V. FISIOLOGI
Lensa merupakan media refrakta, bersama dengan kornea membantu
membiaskan cahaya yang akan difokuskan ke retina. Dalam melakukan fungsi ini,maka
lensa harus transparan, mempunyai indeks refraktif yang lebih tinggi dibandingkan dengan
medium di sekitarnya dan mempunyai permukaan refraksi dengan kurvatur yang tepat. (1,4,8)

Sepanjang hidup, sel epitel pada daerah equator berkembang menjadi serat lensa
yang mengakibatkan pertumbuhan terus-menerus dari lensa, epitel merupakan tempat di
dalam lensa dengan metabolisme paling tinggi. Oksigen dan glukosa di gunakan oleh epitel
lensa untuk mensintesa protein dan melakukan transport aktif elektrolit, karbohidrat, dan
asam amino masuk ke dalam lensa. Energi kimia ini dibutuhkan untuk memelihara
pertumbuhan sel-sel dan kejernihan lensa. (1)

A. Pemeliharaan Keseimbangan air dan Kation Lensa


Aspek yang terpenting dari fisiologi lensa adalah mekanisme yang mengontrol
keseimbangan air dan elektrolit yang akan memelihara transparansi lensa. Transparansi
lensa sangat tergantung pada komponen struktural dan makromolekul, oleh karena itu jika
ada gangguan pada hidrasi sel maka dapat mengakibatkan kekeruhan lensa. (1)

Lensa normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein, dan kadarnya sedikit
berubah dengan pertambahan umur. Korteks lensa lebih terhidrasi dibanding nukleus lensa.
Konsentrasi sodium dalam lensa dipertahankan sekitar 20 mM, dan konsentrasi potassium
sekitar 120 mM. Kadar sodium dan potassium yang terdapat di sekitar humor akuous dan

17
humor vitreus sangat berbeda, dimana kadar sodium sekitar 150 mM dan kadar potassium
sekitar 5 mM. (1)

Epitel lensa merupakan tempat aktifitas transport aktif dalam lensa. Keseimbangan
kation yang masuk dan keluar dari lensa dihasilkan oleh permeabilitas membran sel dan
aktifitas pompa sodium (NA+K+ATPase). Secara fungsional sodium pump didapatkan
dipermukaan anterior lensa, khususnya di epitel lensa. (1,5)

Kombinasi antara transport aktif dan permeabilitas membran sering disebut


sebagai sistem pump-leak lensa. Berdasarkan teori ini, potassium dan beberapa molekul lain
seperti asam amino ditransport secara aktif ke dalam lensa anterior melalui epitel, kemudian
akan keluar secara difusi ke bagian posterior lensa karena adanya perbedaan gradient
konsentrasi, di bagian posterior tidak terdapat transport aktif lensa, sebaliknya aliran sodium
masuk di posterior lensa dengan gradient konsentrasi dan kemudian terjadi pertukaran
potassium secara aktif oleh epitel lensa. Hal yang mendukung teori ini adalah terdapatnya
perbedaan konsentrasi anteroposterior untuk kedua jenis ion ini, yaitu potassium
terkonsentrasi pada lensa di anterior dan sodium terkonsentrasi di bagian posterior. (1,5)

Mekanisme transport aktif tidak akan terjadi jika kapsul dan epitel lensa
dikeluarkan dari lensa,tetapi tidak hilang jika hanya kapsul saja yang hilang akibat degradasi
enzimatis oleh kolagenase. Penemuan ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa
epitel merupakan tempat utama terjadinya transport aktif pada lensa. Oleh karenanya,
sodium akan dipompa melalui bagian anterior lensa ke humor akuous dan potassium
berpindah dari humor akuous ke dalam lensa. (1)

Gambar 14: Teori Pump-Leak (1)

18
Homeostasis kalsium juga berpengaruh pada lensa. Kadar kalsium intraseluler
yang normal sekitar 30 mM, sementara kadar kalsium ekstraseluler sekitar 2 mM. Gradien
kalsium transmembran yang besar ini secara primer dipertahankan oleh Ca-Pump. Membran
sel lensa secara relatif tidak permeabel terhadap kalsium. Hilangnya homeostasis kalsium
dapat menganggu metabolisme lensa. Peningkatan kadar kalsium dapat menyebabkan
metabolisme lensa. Peningkatan kadar kalsium dapat menyebabkan beberapa perubahan,
termasuk penurunan metabolisme glukosa, pembentukan agregasi protein dengan berat
molekul yang lebih besar dan aktifasi destruksi protease. (1,5)
Transport membran dan permeabilitas membran juga merupakan pertimbangan
yang penting untuk nutrisi lensa. Transpor aktif asam amino berlangsung di epitel lensa
melalui mekanisme yang bergantung pada perbedaan konsentrasi sodium yang dilakukan
oleh pompa natrium. Glukosa memasuki lensa melalui proses difusi terfasilitasi yang secara
langsung dikaitkan ke sistem transport aktif. Produk sisa metabolisme lensa meninggalkan
lensa melalui proses difusi sederhana. (1)

B. Akomodasi
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh,otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat
zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil;
dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel akan terfokus
ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang.Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa
menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik antara
korpus siliaris,zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi.(2)

Akomodasi adalah suatu mekanisme perubahan fokus mata dari penglihatan jauh
ke dekat, dihasilkan oleh perubahan bentuk lensa karena aksi muskulus siliaris pada serat
zonula. Dengan akomodasi maka bayangan yang kabur pada retina akan menjadi lebih jelas
atau fiksasi visual pada jarak dekat dapat dilakukan. Proses akomodasi juga melibatkan
konvergensi aksis visual dari mata dan konstriksi pupil, kemampuan akomodasi ini semakin
menurun dengan bertambahnya usia, yaitu sebesar 8 dioptri pada usia 40 tahun menjadi 1-
2 dioptri pada usia 60 tahun. (1,5,11)

19
Menurut Helmholtz, akomodasi paling banyak merubah bentuk lensa pada
permukaan lensa anterior bagian sentral dikarenakan kapsul perifernya lebih jelas dan serat
zonula anterior insersinya lebih dekat ke visual aksis dari pada serat zonula posterior,
akibatnya anterior sentral lebih menonjol dengan akomodasi, sedangkan kurvatur
permukaan posterior lensa sangat sedikit perubahannya pada akomodasi. (11)

Pada keadaan istirahat dimana mata fokus ke benda yang jauh, serat zonula
anterior berada pada keadaan resting tension. Resting tension ini di teruskan keluar pada
daerah ekuator lensa sampai ke kapsul. Keadaan ini membuat lensa menjadi datar dan
berada pada keadaan tidak berakomodasi. Ketika muskulus siliaris berkontraksi, apeks
dalam dari korpus siliaris terdorong ke arah depan sehingga bagian posterior korpus siliaris
yang melekat pada koroid dan serat zonula posterior ikut meregang. Pergerakan dari otot
siliaris ini melepaskan resting tension pada seluruh serat zonula yang berinsersi pada kapsul
lensa yang elastis, sehingga mengubah bentuk lensa menjadi lebih cembung. Proses ini
menghasilkan kekuatan dioptri yang lebih besar pada lensa. (11)

Gambar 15: Perubahan kurvatur lensa saat akomodasi (14)

20
Modifikasi teori Helmholtz dikemukakan oleh Gullstrand, yang berpendapat bahwa
kapsul lensa ikut berperan dalam proses akomodasi, menurutnya, kapsul lensa memberi
dorongan yang cukup besar untuk lensa berakomodasi, sementara substansi melemahkan
pergerakan kapsul lensa. Pada percobaan yang dilakukan pada hewan,substansi lensa
dikeluarkan dan tersisa hanya capsular bag yang tetap tergantung oleh serat zonula.
Ternyata capsular bag yang elastis dan tidak terdapat substansi lensa tersebut mampu
menarik prosessus siliaris lebih kuat selama akomodasi. (11)

Pada saat mata beristirahat, radius kurvatur permukaan anterior lensa sekitar 10
mm sedangkan selama akomodasi maksimum radius kurvatur menjadi 6 mm. Kurvatur
posterior hanya sedikit mengalami perubahan pada saat akomodasi. Akomodasi di
perantarai oleh serabut-serabut parasimpatis nervus kranialis III (oculomotor). Pada saat
akomodasi muskulus sfingter pupil berkontraksi menghasilkan diameter pupil yang kecil
sehingga cahaya tepat masuk di retina. (1)

Tabel 2 : Perubahan lensa akibat akomodasi (12)

Amplitude of accomodation adalah jumlah perubahan dalam kekuatan refraksi


mata yang dihasilkan dengan akomodasi. Ini berkurang dengan pertambahan umur dan
mungkin dipengaruhi oleh beberapa penyakit dan obat-obatan. Anak remaja umumnya
mempunyai 12 – 16 D saat akomodasi, sedangkan orang dewasa pada umur 40 tahun
mempunyai akomodasi 4-8 D, setelah umur 50 tahun akomodasi menurun kurang lebih 2 D.
Pengerasan lensa akibat pertambahan umur adalah penyebab utama hilangnya akomodasi,
proses ini disebut dengan presbiopia. (1)

21
C. Mekanisme Proteksi
Radikal bebas dihasilkan dari aktifitas metabolisme sel normal dan radiasi energi,
tingginya reaksi radiasi bebas dapat merusak serat lensa. Peroksidase plasma dan lipid
membran plasma serat lensa telah menjadi sebuah faktor penyebab kekeruhan lensa. (1,13)

Proses peroksidase lipid menghasilkan radikal asam lemak diperoleh dari


pemindahan sebuah atom hydrogen asam lemak poliunsaturasi oleh zat oksidasi,
selanjutnya merusak molekul oksigen. Reaksi ini mengarah ke pembentukan peroksidase
lipid (LOOH), yang akhirnya membentuk malondialdehyde (MDA). Reaksi MDA dengan
protein dan lipid membran dapat menganggu fungsi normal dari sel. (1,13)

Reaksi radikal bebas tidak melibatkan molekul oksigen karena kadar oksigen lensa
sangat rendah, DNA mudah di rusak oleh radikal bebas, kerusakan ini dapat bersifat
permanen. Radikal bebas juga merusak lipid dan protein membran korteks. Kerusakan serat
lensa mengarah pada polimerisasi, gangguan pada lipid dan protein yang menghasilkan
sebuah peningkatan protein yang tidak larut dalam air. (1,13)

Lensa dilengkapi dengan beberapa enzim pelindung dari radikal bebas dan
oksigen yang dapat merusak. Terdiri atas glutathione peroksidase, catalase dan superoxide
dismutase. Superoxide dismutase mengkatalis kerusakan O2 dan menghasilkan hydrogen
peroxide : 2O2 - + 2H → H2O2 + O2. Catalase merusak perokxidase dengan reaksi : 2H2O2
→ 2H2O + O2. Glutathione peroxidase mengkatalis reaksi : 2 GSH + LOOH → GSSG + LOH
+ H2O. Glutathione disulfide (GSSG) kemudian dirubah kembali menjadi glutathione (GSH)
dengan glutathione reductase, pyridine nucleotide nicotinamide-adenine dinucleotide
phosphate (NADPH) dihasilkan oleh HMP shunt selama mereduksikan : GSSG + NADPH +
H → 2GSH + NADP+,glutathione dalam lensa beraksi sebagai radikal bebas. Vitamin E dan
asam ascorbat juga terdapat dalam lensa, kedua vitamin ini berfungsi sebagai perusak
radikal bebas dan oksidasi. (1)

22
PENUTUP

Lensa adalah suatu struktur berbentuk bikonveks, avaskuler, transparans, terletak di


belakang iris dan di depan corpus vitreous. Lensa terdiri dari kapsul, epitel, korteks dan nukleus.
Lensa digantung oleh zonula zinnii yang terdiri dari serat lembut sampai kuat untuk menyokong
lensa dan melekat pada korpus siliaris untuk mempertahankan posisinya. Lensa berfungsi untuk
refraksi dan akomodasi. Lensa tidak memiliki suplai darah setelah perkembangan embriologi,
lensa bergantung seluruhnya terhadap humor akuous dan korpus vitreus untuk kebutuhan
metabolisme.

Lensa memiliki tiga komponen protein utama yaitu alfa,beta dan gamma crystallin. Alfa
Crystallin sangat penting dalam transformasi sel-sel epitel menjadi serat lensa yang terjadi
sepanjang hidup seseorang. Energi yang dibutuhkan lensa berasal dari metabolisme karbohidrat
yang dapat melalui dua jalur utama yaitu glikolisis anaerob dan jalur HMP shunt.

Dalam fungsi akomodasi, dimana terjadi suatu mekanisme perubahan fokus mata dari
penglihatan jauh ke dekat, disebabkan oleh karena perubahan bentuk lensa karena aksi
muskulus siliaris pada serat zonula dan seiring dengan pertambahan usia maka kemampuan
akomodasi dari lensa akan semakin menurun karena terjadi pengerasan lensa, dikenal sebagai
presbiopia.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Liesegang TJ,Deutsch TA.Lens and Cataract. Basic and Clinical Science Course, Section
11, American Academy of Ophthalmology. San Fransisco: 2011-2012. P: 5 – 32.
2. Riordan P and Eva. Anatomi dan Embriologi mata. Dalam Ophthalmologi Umum,Edisi 14
oleh Daniel Vaughan, Widya medika, Jakarta; 2000. P: 9 – 11, 29, 175.
3. Kuszak JR and Costello MJ.Embryology and Anatomy of Human Lens. Duanne’s Clinical
Ophthalmology On CD Room.Lippincot Williams & Wilkins Publisher, Philadelphia. 2003.
4. Snell Richard S. And Lemp MA.Clinical Anatomy of the Eye.2nd ed, Blackwell Science:
Washington DC. 1998. P: 7 – 11,197-207
5. Beebe CD, The Lens. In: Adler’s Physiology of the eye. Tenth ed.Mosby : Missouri.2003.P:
117 – 49
6. Young RW.The Lens and the vitreous. In : The Human Eye, Structure and Function.
Sinauer Associates Inc: Massachutes. P; 491 – 525.
7. Shock JP. And Harper RA. Lensa dalam Ophthalmologi Umum. Edisi 14. Widyamedika,
Jakarta.2000. P : 175 – 7
8. Liesegang TJ, Deutsch TA. Fundamentals and Principles of Ophthalmology. Basic and
Clinical Science Course,Section 2, American Academy of Ophthalmology. San
Fransisco.2011 – 2012. P:73–6, 323–330.
9. Oyster CW. The Human Eye, Sinauer Associates, USA, 1999.P: 523
10. Whitehead N. Alfred. Anatomi dan Fisiologi Lensa. Dalam Transisi menuju
Fakoemulsifikasi oleh Istiantoro Soekardi dan johan A. Hutauruk, Granit kelompok
yayasan obor Indonesia. Jakarta : 2004. P: 8-12.
11. Glasser A,Kaufman P.Accomodation and Presbyopia. In : Adler’s Physiology of the Eye.
Tenth Edition. Mosby : Missouri.2003. P.197-231.
12. Lens (Anatomy). Available from : Wikipedia.org/wiki.Acceptable on 18 Desember 2009.
13. Robert EJ.Photobiology of the Human Lens, Department of Natural Sciences,Fordham
University. New York City. 2009
14. Spalton DJ. Atlas of clinical ophthalmology, Elsevier mosby, USA: 2005.P:337
15. Ophthalmology paper, Anatomi Lensa, Thursday, June 23, 2005
16. Kanski J. Lens. In:Clinical Ophthalmology a systematic approach. Seventh edition.
Elsevier: China. 2011. P: 269-308

24

Anda mungkin juga menyukai