Anda di halaman 1dari 38

REFERAT

ILMU KEPANITERAAN KLINIK MATA

PERKEMBANGAN PENGLIHATAN PADA ANAK

Disusun Oleh:

Nila Amalina Hanifah - 01073210135

Pembimbing:

dr. Josiah Irma, Sp. M

ILMU KEPANITERAAN KLINIK MATA

SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE - RUMAH SAKIT UMUM SILOAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

PERIODE 21 MARET - 23 APRIL 2022

TANGERANG
BAB I
PENDAHULUAN

Sistem penglihatan pada manusia berkembang secara progresif sejak lahir. Perkembangan /
embriologi mata dimulai pada saat embrio berusia 3 minggu sampai 10 minggu selama masa
intrauterin atau masa gestasi. Jaringan okular berasal dari lapisan mesodermal dan ektodermal.
Wilayah oksipital di otak manusia memiliki area khusus untuk menerima dan menafsirkan gambar
yang ditangkap oleh mata. Mielinisasi dari serat saraf optik akan mulai terjadi hingga selesai pada
minggu kesepuluh setelah kelahiran dan akibatnya dengan cepat meningkatkan kepadatan sinaptik
korteks visual sejak lahir hingga empat bulan kehidupan ekstrauterin, yang tercermin dalam
peningkatan dan perkembangan persepsi visual, fiksasi, dan koordinasi fungsional dari motivator yang
menyertai rangsangan visual. 1,2
Perkembangan fungsi penglihatan akan berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun pada fase awal kehidupan dari seorang anak. Perkembangan penglihatan segera dimulai setelah
lahir melalui rangsangan visual dan interaksi dengan lingkungan, yang seiring dengan perkembangan
global anak, yaitu perkembangan neuropsikomotor, koordinasi visual-motorik, kemampuan kognitif,
dan adaptasi perilaku, lingkungan, dan sosial budaya. Integritas anatomi dan neurofisiologis. Sistem
ini sangat penting untuk terjadinya proses perkembangan penglihatan, yang berkaitan dengan usia dan
juga dengan dari genetik, kognitif, dan lingkungan.2,3
Fungsi dan sensitivitas dari penglihatan yang tadinya belum sempurna menjelang lahir akan
semakin berkembang dalam jangka waktu yang berbeda untuk fungsi visual yang berbeda.
Perkembangan penglihatan yang lebih baik diperlukan saat anak mulai mengenali lingkungan, dan
terutama saat anak berada dalam usia sekolah. 4
Perkembangan penglihatan pada anak dapat dinilai dari bagaimana anak dapat berakomodasi
dan mengendalian fokus mata sesuai jarak benda, melihat benda dalam bidang 3 dimensi, dan
bagaimana mata dapat bergerak mengikuti target.4
Mengenali bentuk, warna, atau emosi orang lain dapat terjadi ketika perkembangan
penglihatan berlangsung dengan baik dan bekerja sama dengan benar dengan otak. Gangguan dalam
proses perkembangan penglijatan dapat menyebabkan beberapa konsekuensi negatif yang menjadi
masalah besar, terutama bagi anak-anak, karena dapat memperlambat proses kognitif dan juga
mempengaruhi hubungan psikososial anak di kehidupannya.5
Berdasarkan latar belakang di atas, referat ini akan membahas tentang perkembangan
penglihatan pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Embriologi Sistem Penglihatan


Embriologi mata dimulai pada saat embrio berusia 3 mimggu sampai 10 minggu masa gestasi.
Jaringan okular berasal dari lapisan mesodermal dan ektodermal. Retina, badan siliaris, saraf optik,
dan iris berasal dari neuroepithelium. Lensa, kelopak mata, dan epitel kornea terbentuk dari ektoderm
permukaan. Sklera, pembuluh darah, otot okular, vitreous, dan endotelium dan stroma kornea,
berkembang dari mesenkim ekstraseluler. Gen homeobox Pax6 sangat penting untuk inisiasi
perkembangan mata, yang dimulai dengan evaginasi alur optik.1

2.1.1 Cawan Optik dan Vesikula Lentis6


Mata mulai tampak saat usia janin 22 hari sebagai sepasang alur dangkal di samping otak
depan. Saat neural tube menutup, alur-alur ini membentuk kantong luar di otak depan yang
disebut sebagai vesikula optika (vesikel mata). Vesikel-vesikel ini kemudian akan melekat ke
ektoderm permukaan dan memicu perubahan di ektoderm yang diperlukan untuk membentuk
lensa. Segera setelahnya, vesikula optika akan mengalami invaginasi dan membentuk cawan
optik (optic cup) berdinding ganda. Lapisan dalam dan luar cawan optik ini dipisahkan oleh suatu
lumen (ruang intraretinal) yang akan segera lenyap, sehingga kedua lapisan tersebut akan
berhadapan satu sama lain. Invaginasi tidak terbatas pada bagian tengah cawan optik tetapi juga
melibatkan bagian inferior cawan optik yang membentuk fisura koroidea (tempat lewatnya
a.koroidea). Pembentukan fisura ini memungkinkan arteri hialoidea mencapai ruang dalam mata.
Selama minggu ketuhuh, bibir-bibir fisura koroidea menyatu, dan mulut dari cawan optik
menjadi lubang bundar, yaitu bakal pupil. 6
Gambar 1. Embrio pada Minggu Keempat Perkembangan6

Gambar 2. Tampak Venterolateral dari Cawan Optik pada Minggu Keenam


Perkembangan Embrio6

Selama proses ini berlangsung, sel-sel ectoderm permukaan yang pada awalnya
menempel dengan vesikula optika mulai memanjang dan membentuk plakoda lentis (lempeng
lensa). Plakoda ini kemudian akan mengalami invaginasi dan berkembang menjadi vesikula
lentis (vesikel lensa). Selama minggu kelima, vesikula lentis terlepas dari ektoderm dan berada di
cawan optik. 6
Gambar 3. Pembentukkan Lensa6

2.1.2 Retina, Iris, dan Korpus Siliaris6


Lapisan luar cawan optic yang ditandai oleh granula-granula pigmen kecil, dikenal
sebagai lapisan pigmen retina. Perkembangan lapisan saraf (Dalam) cawan optic lebih rumit.
Empat per lima bagian posterior (pars optika retinae) memiliki sel-sel yang berbatasan dengan
ruang intraretina yang berdiferensiasi menjadi elemen-elemen penyerap cahaya, yaitu sel batang
(rod) dan kerucut (cone). Di dekat lapisan fotoreseptif ini terdapat lapisan dengan neuron dan sel-
sel penunjangnya, termasuk lapisan inti luar, lapisan inti dalam, dan Iapisan sel ganglion. 6

Gambar 4. Perkembangan pada Perkembangan Embrio Minggu Ketujuh6


Gambar 5. Lapisan dari Pars Optica Retinae6

Dipermukaan terdapat lapisan fibrosa yang mengandung akson sel saraf dari lapisan
dibawahnya. Serabut-serabut saraf di zona ini berkumpul kea rah tangkai optic yang berkembang
menjadi nervus optikus. Karena itu, impuls cahaya berjalan melalui sebagian besar lapisan retina
sebelum mencapai sel batang dan kerucut. Seperlima anterior lapisan dalam (pars seka retinae)
memiliki ketebalan satu lapis sel. Bagian ini kemudian terbagi menjadi pars iridika retinae yang
membentuk lapisan dalam iris, dan pars siliaris retinae yang membentuk korpus siliare. 6
Sementara itu, di regio antara optic cup dan epitel permukaan di atasnya terisi oleh
mesenkim longgar. Di jaringan ini erbentuk M. Sfingter Pupilae dan M. Dilatorpupilae yang
berasal dari lapisan ektoderm di cawan optik. Pada orang dewasa, iris terbentuk oleh lapisan luar
yang mengandung pigmen, lapisan dalam tak-berpigmen cawan optik, dan suatu lapisan kaya
jaringan ikat bervaskular yang mengandung otot-otot pupil. 6
Gambar 6. Perkembangan Iris dan Badan Siliaris6

Pars siliaris retina sangat berlipat-lipat. Di sebelah luar, bagian ini ditutupi oleh suatu
lapisan mesenkim yang membentuk M. Siliaris; di sebelah dalam bagian ini berhubungan dengan
lensa melalui suatu jaringan serabut elastis, ligamentum suspensorium atau zonula. Kontraksi M.
Siliaris mengubah tegangan ligamentum dan mengatur kelengkungan lensa. 6

Gambar 7. Perkembangan Mata pada Minggu Ke-156

2.1.3 Lensa
Setelah vesikula lentis terbentuk, sel-sel dinding posterior mulai memanjang ke arah
anterior dan membentuk serabut-serabut panjang yang secara bertahap mengisi lumen vesikel.
Pada akhir minggu ketujuh, serabut lensa primer ini mencapai dinding anterior vesikula lentis.
Namun, pertumbuhan lensa belum selesai pada tahap ini, karena serabut-serabut lensa baru
(sekunder) terus ditambahkan ke inti sentral tersebut. 6

2.1.4 Koroid, Sklera, dan Kornea


Pada akhir minggu ke-5, primordium mata seluruhnya dikelilingi oleh mesenkim
longgar. Jaringan ini segera berdiferensiasi menjadi lapisan dalam yang setara dengan pia mater
otak dan lapisan luar yang setara dengan dura mater. lapisan dalam kemudian membentuk lapisan
pigmen kaya pembuluh darah yang dikenal sebagai koroid; lapisan luar berkembang menjadi
sklera dan bersambungan dengan dura mater di sekitar nervus optikus.6
Diferensiasi lapisan mesenkim di atas permukaan anterior mata berlangsung berbeda.
Bilik mata depan (kamera okuli anterior) terbentuk melalui vakuolisasi dan pemisahan mesenkim
menjadi lapisan dalam di depan lensa dan iris, membrana iridopupilaris, dan lapisan luar yang
bersambungan dengan sklera, substansia propria kornea. Bilik mata depan dilapisi oleh sel
mesenkim gepeng. Karena itu, kornea dibentuk oleh: 6
a) Lapisan epitel yang berasal dari ectoderm permukaan,
b) Substansia propria atau stroma yang bersambungan dengan sklera, dan
c) Lapisan epitel yang berbatasan dengan bilik mata depan.
Membrana iridopupilaris di depan lensa lenyap seluruhnya, membentuk hubungan antara
bilik mata depan dan belakang. 6

2.1.5 Korpus Vitreum6


Mesenkim juga menginvasi cawan optik bagian dalam melalui fisura koroidea.
Disini, mesenkim membentuk pembuluh darah hialoid, yang selama kehidupan
intrauterus mendarahi lensa dan membentuk lapisan vaskular di permukaan dalam retina.
Selain itu, struktur ini membentuk serabut halus antara lensa dan retina. Ruang
interstisium jalinan ini kemudian terisi oleh bahan gelatinosa transparan, yang
membentuk korpus vitreum. Pembuluh darah hialoid di regio ini mengalami obliterasi
dan hilang selama kehidupan janin, meninggalkan kanalis hialoideus.6

2.1.6 Nervus Optikus6


Cawan optik dihubungkan ke otak oleh tangkai optik, yang memiliki suatu alur, fisura
koroidea, di permukaan ventralnya. Di dalam alur ini terdapat pembuluh darah hialoid. Serabut
saraf retina yang kembali ke otak terletak di antara sel-sel dinding dalam tangkai. Selama minggu
ketujuh, fisura koroidea menutup, dan terbentuk suatu terowongan sempit di dalam tangkai optik.
Akibat peningkatan jumlah serabut saraf yang terus menerus, dinding dalam tangkai terus
tumbuh, dan dinding dalam dan luar tangkai menyatu.6

Gambar 8. Transformasi Nervus Optikus6

Sel-sel lapisan dalam menghasilkan jalinan neuroglia yang menunjang serabut nervus
optikus. Dengan demikian, tangkai optik berubah menjadi nervus optikus. Bagian tengahnya
mengandung sebagian dari arteri hialoidea, yang kemudian dinamai arteri sentralis retinae. Di
bagian luar, terdapat lapisan pia araknoid dan dura, yaitu kelanjutan dari koroid dan sklera yang
mengelilingi nervus optikus. 6
2.2 Anatomi Sistem Penglihatan
Mata merupakan indera penglihatan. Mata berfungsi untuk menerima rangsangan cahaya dan
diteruskan sampai ke bagian retina. Rangsangan cahaya kemudian akan diteruskan ke pusat
penglihatan pada otak.7

Gambar 9. Anatomi Sistem Penglihatan7

2.2.1 Adneksa Mata


Adneksa mata merupakan jaringan pendukung mata yang berfungsi untuk
melindungi mata. Adneksa mata terdiri dari alis mata dan bulu mata, palpebra (kelopak
mata), dan sistem lakrimal (saluran air mata).7
1. Alis Mata dan Bulu Mata
Bulu mata merupakan bagian yang menonjol dan berasal dari perbatasan setiap
kelopak mata. Alis mata merupakan bagian yang melengkung melintang di atas kelopak
mata bagian atas, membantu melindungi bola mata dari benda asing, keringat, dan sinar
matahari langsung.7

2. Palpebra
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra sangat mudah
digerakkan karena kulitnya paling tipis di antara kulit bagian tubuh lainnya. Di palpebra
terdapat rambut halus, yang hanya tampak dengan pembesaran. Di bawah kulit terdapat
jaringan areolar longgar yang bias mengembang pada edema masif. Musculus orbicularis
oculi melekat pada kulit, dipersarafi nervus facialis (VII), dan berfungsi untuk menutup
palpebra. Otot ini terbagi atas bagian orbital, praseptal, dan pratarsal. Bagian orbital
terutama berfungsi untuk menutup mata dengan kuat. Otot praseptal dan pratarsal
memiliki caput medial superfisial dan profunda yang berperan dalam pemompaan air
mata. 7,8
Tepian palpebra ditunjang oleh tarsus, yaitu lempeng fibrosa kaku yang dihubungkan
ke tepian orbita oleh tendon kantus medialis dan lateralis. Septum orbitale, yang berasal
dari tepian orbita, melekat pada aponeurosis levatoris, kemudian menyatu dengan tarsus.
Pada bagian palpebra inferior, septum bergabung dengan tepian bawah tarsus. 7,8
Terbenam di dalam lemak terdapat kompleks otot levator-retraktor utama palpebra
superior, fasia kapsulopalpebra di palpebra inferior. Otot levator berorigo di apeks orbita.
Saat memasuki palpebra, otot ini mmbentuk aponeurosis yang melekat pada sepertiga
bawah tarsus superior. Pada palpebra inferior, fasia kapsulopalpebra berasal dari
musculus rectus inferior membentuk lapisan berikutnya, yang melekat pada konjungtiva.
Otot-otot simpatis ini juga merupakan retractor palpebra. Konjungtiva melapisi
permukaan dalam palpebra, Konjungtiva palpebralis menyatu dengan konjungtiva yang
berasal dari bola mata yang mengandung kelenjar-kelenjar yang penting untuk lubrikasi
kornea. 7,8
Kantus lateralis terletak 1-2 mm lebih tinggi dari kantus medialis. Karena
longgarnya insersio tendon ke tepian orbita, kantus lateralis akan sedikit naik saat
melihat ke atas. 7,8
Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua nervus
trigeminus (V.1 dan V.2). Nervus lakrimalis, supraorbitalis, supratroklearis,
infratroklearis, dan nasalia eksterna adalah cabang-cabang divisi oftalmika nervus cranial
keima. Nervus infraorbitalis, zygomaticofacialis, dan zygomaticotemporalis merupakan
cabang-cabang divisi maksilaris (kedua) nervus trigeminus. 7,8
Pasokan darah palpebra datang dari arteri lakrimalis dan oftalmika melalui cabang-
cabang palpebra lateral dan medialnya. Anastomosis di antara arteri palpebralis lateralis
dan medialis membentuk cabang-cabang tarsal yang terletak di dalam jaringan areolar
submandibular. Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena oftalmika dan vena-
vena yang membawa darah dari dahi dan temporal. Vena-vena itu tersusun dalam pleksus
pra dan pascatarsal. Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan ke dalam kelenjar
getah bening preaurikular dan parotis. Pembuluh limfe dari sisi medial palpebra
mengalirkan isinya ke dalam kelenjar getah bening submandibular. 8
Gambar 10. Anatomi Palpebra9

3. Sistem Lakrimal
Aparatus lakrimalis merupakan sekelompok struktur yang menghasilkan dan
mengalirkan cairan atau air mata. Kelenjar lakrimal, masing-masing seukuran dan bentuk
almond, mengeluarkan cairan lakrimal, yang mengalir ke 6–12 saluran lakrimal
ekskretoris yang menguras air mata ke permukaan konjungiva kelopak mata bagian atas.
Air mata akan mengalir melewati permukaan anterior bola mata untuk memasuki dua
lubang kecil yang disebut puncta lakrimalis. Air mata kemudian mengalir ke dua saluran,
kanalis lakrimalis, yang mengarah ke kantung lakrimal dan kemudian ke saluran
nasolakrimal. Saluran ini membawa cairan lakrimal ke dalam rongga hidung yang lebih
rendah dari konka nasal inferior.7
Kelenjar lakrimal dipersarafi oleh saraf parasimpatis dari nervus fasialis (VII).
Cairan lakrimal yang diproduksi merupakan larutan yang encer yang mengandung
garam, mukus, dan lisosim (enzim bakterisida yang berfungsi sebagai pelindung). Cairan
melindungi, membersihkan, melumasi, dan melembabkan bola mata. Setelah dikeluarkan
dari kelenjar lakrimal, cairan lakrimal akan tersebar secara medial di atas permukaan
bola mata saat kelopak mata dikedipkan. Setiap kelenjar menghasilkan sekitar 1 mL
cairan lakrimal setiap hari.7
Gambar 11 . Anatomi Sistem Lakrimal7

Gambar 12. Jalur Air Mata7


2.2.2 Bola Mata
Bola mata orang dewasa memiliki ukuran diameter sekitar 2,5 cm. Bola mata terdiri dari
3 lapisan, yaitu lapisan luar (lapisan fibrosa), lapisan tengah (lapisan vaskular/jaringan uveal),
dan retina (lapisan saraf). 7
Gambar 13. Penampang Transversal dari Bola Mata7

1. Lapisan Fibrosa
Lapisan ini merupakan lapisan yang kuat dan berfungsi untuk melindungi isi
intraokular. Bagian 1/6 anterior dari lapisan fibrosa ini merupakan bagian transparan
yang disebut kornea. Bagian 5/6 posterior yang opak disebut sklera. Persimpangan
kornea dan sklera disebut limbus. Konjungtiva melekat kuat pada limbus.8

Gambar 14. Penampang Sagital dari Struktur Mata7

• Konjungtiva
Konjungtiva terdiri dari 2 bagian, yaitu konjungtiva palpebra dan konjungtiva
bulbaris. Konjungtiva berfungsi untuk membantu memproduksi air mata,
menyediakan kebutuhan oksigen untuk kornea, dan melindungi mata dengan
mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas
lakrimasi, dan menyuplai darah. 7,8
• Kornea
Kornea merupakan struktur yang transparan dan avaskular, membentuk 1/6
bagian anterior lapisan fibrosa bola mata. Ukuran diameter kornea orang
dewasa normal berkisar antara 11-12 mm dengan ketebalan di bagian sentral
adalah 0,5 mm, sedangkan di bagian perifer 0,7 mm. Kekuatan refraksi
kornea mencapai 45 dioptri, yaitu 3/4 kekuatan refraksi total bola mata (60
dioptri). 9,10
Kornea tersusun atas lapisan-lapisan berikut:9,10
- Lapisan epitel berlapis gepeng tanpa keratin, terdiri atas selapis sel
kolumnar basalis, dua atau tiga lapis sel sayap, dua lapis sel skuamosa
permukaan. Luas permukaan sel-sel terluar semakin diperluas dengan
adanya mikroplika dan mikrovili yang membantu menempelnya lapisan
air mata dan musin. Setelah beberapa hari, sel-sel ini akan lepas ke
lapisan air mata. Sel punca kornea (corneal stem cells) terletak pada
limbus korneoskleral, berperan dalam mencegah jaringan konjungtiva
tumbuh ke kornea (misalnya pada pterigium).
- Lapisan Bowman, merupakan lapisan superfisial stroma yang aselular
dan terbentuk dari serat kolagen.
- Stroma, merupakan lapisan yang membentuk 90% ketebalan kornea.
Stroma tersusun oleh lapisan-lapisan serat kolagen yang tersusun rapi dan
jaraknya diatur oleh zat proteoglikan (kondroitin sulfat dan keratan
sulfat) yang diselingi oleh keratosit. Susunan ini penting untuk menjaga
kejernihan kornea. Lapisan stroma dapat sembuh dan membentuk
jaringan parut, namun tidak dapat regenerasi bila terjadi kerusakan.
- Membran Descemet, merupakan lapisan halus yang terdiri dari anyaman
serat kolagen, dapat beregenerasi.
- Endotelium, terdiri atas selapis sel poligonal yang mempertahankan
deturgesensi kornea (keadaan dehidrasi relatif kornea) dengan memompa
cairan berlebih keluar dari stroma sehingga tidak terjadi edema kornea
dan kornea tetap jernih.
Kornea dipersarafi oleh nervus siliaris anterior yang merupakan cabang dari N. V3
(N. trigeminal pars oftalmika). 9,10

Gambar 15. Anatomi kornea9

2. Lapisan Vaskular
Tunika vaskular atau uvea merupakan lapisan tengah dari bola mata. Lapisan ini
berfungsi untuk memasok nutrisi ke berbagai struktur bola mata. Lapisan ini terdiri dari
tiga bagian yang dari anterior ke posterior adalah: iris, korpus siliaris dan koroid. 7,8

Koroid
Koroid merupakan bagian posterior dari tunika vaskular, melapisi sebagian
besar permukaan internal sklera. Koroid terdiri dari banyak vaskularisasi.
Sejumlah pembuluh darahnya memberikan nutrisi ke permukaan posterior
retina. Koroid juga mengandung melanosit yang menghasilkan pigmen
melanin, yang menyebabkan lapisan ini tampak berwarna coklat gelap.
Melanin di koroid menyerap sinar cahaya yang menyimpang, yang mencegah
pantulan dan hamburan cahaya di dalam bola mata. Akibatnya, gambar yang
dilemparkan ke retina oleh kornea dan lensa tetap tajam dan jelas. 7,8

Korpus Siliaris
Di bagian anterior dari tunika vaskular, terdapat koroid yang menjadi korpus
siliaris. Korpus siliaris memanjang dari ora serata, margin anterior retina yang
bergerigi, ke titik tepat di bagian posterior ke persimpangan sklera dan
kornea. Seperti koroid, badan siliaris berwarna coklat gelap karena
mengandung melanosit yang memproduksi melanin. Selain itu, korpus siliaris
terdiri dari prosesus siliaris dan otot siliaris. Prosesus siliaris merupakan
tonjolan atau lipatan pada permukaan internal dari korpus siliaris. Prosesus
siliaris mengandung kapiler darah yang mengeluarkan humor aqueus.
Perpanjangan dari prosesus siliaris merupakan serat zonular (ligamentum
suspensorium) yang menempel pada lensa. Serat terdiri dari serat tipis
berongga yang menyerupai serat jaringan ikat elastis. Otot siliaris merupakan
bagian otot polos seperti pita yang melingkar. Kontraksi atau relaksasi sari
otot siliaris akan berpengaruh pada serat zonular, yang akan mengubah bentuk
lensa, mengadaptasinya untuk penglihatan dekat atau jauh. 7

Iris
Iris merupakan bagian berwarna dari bola mata, berbentuk seperti donat yang
pipih. Iris terdiri dari melanosit dan serat otot polos yang melingkar. Jumlah
melanin di iris akan menentukan warna sari mata. 7
Fungsi utama iris adalah untuk mengatur jumlah cahaya yang memasuki bola
mata melalui pupil, yang merupakan lubang di bagian tengah iris. Pupil
tampak hitam karena pada pupil akan terlihat bagian belakang mata yang
sangat berpigmen (koroid dan retina). Namun, jika cahaya terang diarahkan
ke pupil, cahaya yang dipantulkan berwarna merah karena pembuluh darah di
permukaan retina. 7
Refleks otonom akan mengatur diameter pupil sebagai respons terhadap level
cahaya. Ketika cahaya terang merangsang mata, serat parasimpatis dari
nervus okulomotor (III) menstimulasi otot melingkar atau sfingter pupillae
dari iris untuk berkontraksi, menyebabkan pengecilan dari ukuran pupil.
Dalam cahaya redup, neuron simpatis merangsang otot radial atau pupil
dilator dari iris untuk berkontraksi, menyebabkan pembesaran dari ukuran
pupil (pelebaran). 7
Gambar 16. Refleks Pupil7

• Lensa
Di bagian posterios dari pupil dan iris, di dalam rongga bola mata, terdapat
lensa. Lensa terdiri dari protein yang disebut kristalin, tersusun seperti lapisan
bawang, membentuk media bias lensa, yang transparan sempurna dan tidak
memiliki pembuluh darah. Lensa tertutup oleh kapsul jaringan ikat yang
melingkari serat zonular, dan melekat pada prosesus siliaris. Lensa berfungsi
untuk membantu memfokuskan gambar pada retina untuk memfasilitasi jalur
penglihatan. 7
• Rongga Anterior dan Posterior
Lensa membagi bagian dalam bola mata menjadi dua rongga, yaitu: rongga
anterior dan ruang vitreous. Rongga anterior — ruang anterior ke lensa —
terdiri dari dua ruang. Ruang anterior terletak di antara kornea dan iris. Ruang
posterior terletak di belakang iris dan di depan serat zonular dan lensa. Kedua
ruang rongga anterior terdiri dari cairan aqueous humor, yang merupakan
cairan transparan yang memberi nutrisi pada lensa dan kornea. Cairan
aqueous humor yang berasal dari prosesus siliaris kemudian akan memasuki
ruang posterior dan mengalir ke depan antara iris dan lensa, melalui pupil, dan
ke ruang anterior. Dari ruang anterior, aqueous humor mengalir ke sinus vena
skleral (kanal Schlemm) dan kemudian ke dalam darah. 1
Rongga posterior bola mata yang lebih besar adalah ruang vitreous, yang
terletak di antara lensa dan retina. Di dalam ruang vitreous terdapat korpus
vitreus, zat transparan seperti jeli yang menahan retina pada koroid,
memberikan retina permukaan yang rata untuk penerimaan gambar yang jelas.
Ruang vitreus menempati 4/5 bagian bola mata. Korpus viterus terbentuk
selama masa embrionik dan sebagian besar terdiri dari air, serat kolagen, dan
asam hialuronat. Korpus vitreous juga mengandung sel-sel fagosit yang
berfungsi untuk menjaga kebersihan dari bagian mata untuk penglihatan.
Kanalis hialoid merupakan saluran sempit pada orang dewasa dan berjalan
melalui korpus vitreous dari diskus optik ke bagian posterior lensa. 7
Tekanan pada mata, yang disebut tekanan intraokular, dihasilkan oleh
aqueous humor dan sebagian oleh korpus vitreous; normalnya sekitar 16
mmHg (milimeter air raksa). Tekanan intraokular mempertahankan bentuk
bola mata. 7

3. Retina
Lapisan ketiga dan dalam bola mata, retina, melapisi 3/4 bagian posterior dari bola
mata dan merupakan awal dari jalur visual. Disk optikus merupakan bagian di mana
nervus optikus (II) keluar dari bola mata. Bersamaan dengan nervus optikus terdapat
arteri retina sentral, cabang arteri mata, dan vena retina sentral. Cabang-cabang dari arteri
retina sentral berfungsi untuk memberi nutrisi pada permukaan anterior dari retina; vena
retina sentral berfungsi untuk mengalirkan darah dari retina melalui cakram optik. 7

Gambar 17. Bagian Retina7

Retina terdiri dari lapisan berpigmen dan lapisan neural. Lapisan berpigmen
merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel epitel yang mengandung melanin yang
terletak di antara koroid dan bagian nervus dari retina. Melanin merupakan lapisan
berpigmen retina dan berfungsi untuk membantu penyerapan dari rangsangan sinar
cahaya yang menyimpang. Lapisan neural (sensorik) retina merupakan lapisan yang
berlapis-lapis yang berasal dari otak untuk memproses data visual secara luas sebelum
mengirim impuls saraf ke akson yang membentuk nervus optikus. Terdapat tiga lapisan
neural yang berbeda, yaitu lapisan fotoreseptor, lapisan sel bipolar, dan lapisan sel
ganglion yang dipisahkan oleh dua zona, yaitu lapisan sinaptik luar dan dalam, tempat
kontak sinapsis dibuat. Cahaya akan melewati lapisan sel ganglion dan bipolar dan kedua
lapisan sinaptik sebelum mencapai lapisan fotoreseptor. Dua jenis sel lain yang ada
dalam lapisan sel bipolar retina disebut sel horizontal dan sel amakrin. Sel-sel ini
membentuk sirkuit saraf diarahkan lateral yang memodifikasi sinyal yang ditransmisikan
di sepanjang jalur dari fotoreseptor ke sel bipolar ke sel ganglion. 7
Fotoreseptor merupakan sel-sel khusus yang memulai proses dimana sinar cahaya
pada akhirnya diubah menjadi impuls saraf. Terdapat dua jenis sel fotoreseptor, yaitu sel
batang dan sel kerucut. Setiap retina memiliki sekitar 6 juta sel kerucut dan 120 juta sel
batang. Sel batang berfungsi untuk melihat dalam cahaya redup, seperti cahaya bulan.
Karena sel batang tidak memberikan penglihatan warna, dalam cahaya redup manusia
hanya dapat melihat hitam, putih, dan semua warna abu-abu di antaranya. Lampu yang
lebih terang akan merangsang sel kerucut, yang menghasilkan penglihatan warna.
Terdapat tiga jenis sel kerucut dalam retina, yaitiu: (1) sel kerucut biru, yang sensitif
terhadap cahaya biru, (2) sel kerucut hijau, yang sensitif terhadap cahaya hijau, dan (3)
sel kerucut merah, yang sensitif terhadap cahaya merah. Penglihatan warna dihasilkan
dari stimulasi berbagai kombinasi dari ketiga jenis kerucut ini. 7
Dari lapisan sel fotoreseptor, informasi akan menuju lapisan sinaptik luar ke lapisan
sel bipolar dan kemudian dari lapisan sel bipolar melalui lapisan sinaptik bagian dalam
ke lapisan sel ganglion. Akson dari lapisan sel ganglion akan meluas ke bagian posterior
ke bagian diskus optik dan keluar dari bola mata sebagai nervus optikus (II). Diskus
optikus disebut juga sebagai titik buta. Karena tidak mengandung batang atau kerucut,
kita tidak dapat melihat gambar di bagian titik buta. 7
Makula lutea berada tepat di tengah posterior bagian dari retina, pada sumbu visual
dari mata. Fovea sentralis merupakan bagian yang tertekan ke bawah di tengah makula
lutea, dan hanya terdiri dari sel kerucut. Selain itu, lapisan sel bipolar dan ganglion, yang
menyebarkan cahaya sampai batas tertentu, tidak menutupi kerucut di bagian fovea
sentralis, sehingga fovea sentralis merupakan area yang memiliki ketajaman visual
tertinggi. 7
Gambar 18 . Struktur Mikroskopik dari Retina7

Gambar 19. Struktur Histologi dari Retina7

Secara singkat, retina memiliki lapisan-lapisan sebagai berikut: 7

1. Lapisan pigmen retina


2. Lapisan fotoreseptor
3. Membrana limitans eksterna
4. Lapisan nukleus luar
5. Lapisan pleksiformis luar
6. Lapisan nukleus dalam
7. Lapisan pleksiformis dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf
10. Membrana limitans interna

2.3 Perkembangan Penglihatan


Sistem penglihatan pada manusia berkembang secara progresif sejak lahir. Wilayah oksipital di
otak manusia memiliki area khusus untuk menerima dan menafsirkan gambar yang ditangkap oleh
mata. Mielinisasi dari serat saraf optik akan mulai terjadi hingga selesai pada minggu kesepuluh
setelah kelahiran dan akibatnya dengan cepat meningkatkan kepadatan sinaptik korteks visual sejak
lahir hingga empat bulan kehidupan ekstrauterin, yang tercermin dalam peningkatan dan
perkembangan persepsi visual, fiksasi, dan koordinasi fungsional dari motivator yang menyertai
rangsangan visual. 1,2
Perkembangan fungsi penglihatan akan berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun
pada fase awal kehidupan dari seorang anak. Perkembangan penglihatan segera dimulai setelah lahir
melalui rangsangan visual dan interaksi dengan lingkungan, yang seiring dengan perkembangan
global anak, yaitu perkembangan neuropsikomotor, koordinasi visual-motorik, kemampuan kognitif,
dan adaptasi perilaku, lingkungan, dan sosial budaya. Integritas anatomi dan neurofisiologis. Sistem
ini sangat penting untuk terjadinya proses perkembangan penglihatan, yang berkaitan dengan usia dan
juga dengan dari genetik, kognitif, dan lingkungan.2,3
Setelah lahir, sistem penglihatan mengalami proses pematangan secara terus menerus yang
melibatkan bola mata dan jalur dan jaringan saraf area kortikal dan area asosiasi kortikal yang
mengintegrasikan bagian-bagian yang berbeda. Pada fase awal dari kehidupan, perkembangan retina
yang masih imatur dipercepat oleh fovea dan makula, jalur optik sebagian bermielin, dan korteks
visual yang belum sempurna. Pematangan dan perkembangan mata dan jalur optik berhubungan
langsung dengan perkembangan visual dan neuromotorik anak.2
Kemampuan sistem penglihatan untuk menafsirkan gambar yang dirasakan dikembangkan
mengikuti perkembangan kognitif bersama dengan keterampilan lain yang terkait dengan
perkembangan anak, membentuk dan mengatur perbendaharaan visual. Stimuli, motivasi, dan
pengalaman visual penting untuk pematangan sistem visual dan fungsi perkembangannya. Setiap
fungsi visual memiliki profil spesifik tergantung pada potensi fungsional saat lahir, perkembangan
anak, dan kemampuan neuropersepsi visual anak.2
Perkembangan sistem visual pada anak terjadi seiring dengan perkembangan anak. Integritas
sistem visual serta struktur neurofisiologis memungkinkan penglihatan untuk berkembang dalam
langkah-langkah pematangan fungsionalnya setelah proses kelahiram.2
Evaluasi obyektif dan psikofisik penglihatan harus spesifik untuk anak-anak dan hasilnya
harus konsisten dengan usia anak. Sejak awal perkembangan ekstrauterin, anak harus menerima
rangsangan dan pengalaman visual yang terus menerus untuk mengembangkan sistem optik agar
dapat menghadirkan respons visual yang diharapkan pada setiap kelompok usia.2
Terdapat beberapa perubahan anatomis yang terjadi dalam proses perkembangan dan
pematangan penglihatan, seperti peningkatan densitas kerucut sentral dan segmen fotoreseptor luar
yang memanjang, yang berkembang secara perlahan hingga usia 7 tahun. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya peningkatan progresif dalam penglihatan dan perkembangan fungsional.2
Rangsangan cahaya yang diterima oleh retina ditransmisikan ke korteks oksipitalis sebagai
rangsang spesifik yang terbentuk dari reaksi fotokimia oleh retina setelah penangkapan cahaya.
Korteks oksipital mengintegrasikan rangsangan yang diterima dari kedua mata ke dalam persepsi
visual.2
Perkembangan penglihatan secara fungsional yang melibatkan mekanisme sensorineural dan
terjadi antara usia 5 dan 6 tahun ini disebut fusi binokular. Gambar yang dipersepsikan akan disatukan
dan dievaluasi terkait bentuk, warna, cahaya, dan lokasi relatifnya berdasarkan lingkungan,
meningkatkan kesadaran akan lokasi spasial objek.2
Berikut merupakan beberapa hal yang dapat dinilai dari perkembangan penglihatan pada
anak:5
- Ketepatan fiksasi: kemampuan untuk menjaga penglihatan pada stimulus visual
- Motilitas bola mata: kemampuan untuk melacak stimulus yang bergerak dengan
mata
- Ketajaman visual fungsional: jarak dari mana seorang anak dapat mengenali
karakter dengan ukuran tertentu,
- Sensitivitas kontras: dampak tingkat kontras dari suatu objek pada kemampuan
visual anak
- Bidang penglihatan: suatu area, di mana seorang anak dapat melihat objek yang
ada.
Mengenali bentuk, warna, atau emosi orang lain dapat terjadi ketika perkembangan
penglihatan berlangsung dengan baik dan bekerja sama dengan benar dengan otak. Gangguan dalam
proses perkembangan penglihatan dapat menyebabkan beberapa konsekuensi negatif yang menjadi
masalah besar, terutama bagi anak-anak, karena dapat memperlambat proses kognitif dan juga
mempengaruhi hubungan psikososial anak di kehidupannya.5
Pada 15 hari setelah lahir, ketajaman penglihatan diperkirakan sebesar 20/400. Pada tahap ini,
anak menunjukkan minat pada benda yang berdiameter >10 cm.2
Pada proses perkembangan penglihatan dan perkembangan kognitif yang normal, anak-anak
hingga usia 18 bulan akan memiliki fungsi penglihatan yang serupa dengan orang dewasa, dan sistem
visual yang berkembang sepenuhnya akan terjadi hingga anak berusia 10 tahun.2
2.4 Perkembangan Aksial Bola Mata
Panjang aksial bola mata sangat penting untuk menghitung kekuatan lensa intraokular.
Peningkatan panjang aksial bola mata yang paling signifikan terjadi selama 10 bulan pertama
kehidupan.11
Selama masa kanak-kanak terdapat penurunan kelengkungan kornea dan peningkatan panjang
aksial bola mata. Posisi efektif dari lensa intraokular dapat mempengaruhi hasil refraksi jangka
panjang.11

Gambar 20. Perkembangan Aksial Bola Mata sesuai Usia11


2.5 Emmetropisasi
Perkembangan normal dari mata secara tradisional merupakan proses emmetropisasi.12
Mata akan mengalami proses emmetropisasi dimana akan terjadi penurunan dalam jumlah rata-
rata dan varian dalam distribusi kelainan refraksi. Mekanisme yang mengoordinasikan perkembangan
optik dan struktural mata belum sepenuhnya dipahami. 12
Saat lahir, bayi menunjukkan berbagai kesalahan bias, yang ditunjukkan dengan pergeseran rata-
rata dan pengurangan standar deviasi. Pada tahap ini, terdapat perubahan pada kelengkungan kornea,
panjang aksial bola mata, dan kekuatan lensa. Pada periode ini, bayi mengalami penurunan kekuatan
lensa dan kornea, dan peningkatan panjang aksial yang merupakan proses yang dianggap sebagai
emmetropisasi pasif. 12
Gambar 21. Pergeseran refraksi antara usia 3 bulan dan 9 bulan.12

Emmetropisasi substansial terjadi antara usia 3 dan 9 bulan, dengan penurunan yang signifikan
pada jumlah gangguan refraksi dan variannya. Emmetropisasi merupakan fenomena yang cepat.
Model umpan balik visual dari emmetropisasi menyatakan bahwa defocus memodulasi perkembangan
aksial bola mata untuk mengurangi gangguan refraksi. Kornea dan lensa juga merupakan menjadi
kontributor penting untuk proses emmetropisasi. 12
Pada usia 1 tahun, terdapat pergeseran lebih lanjut ke arah emmetropisasi. Pada tahap ini, terdapat
penurunan yang signifikan dalam standar deviasi, karena penurunan variabilitas refraksi (yang
menghasilkan pergeseran distribusi leptokurtik).
Gambar 22. Penurunan Standar Deviasi karena Penurunan Variabilitas Refraksi antara Usia 1
dan 3 Tahun (Pergeseran Leptokurtik).12

Emmetropisasi berlanjut dengan tingkat yang lebih lambat setelah usia 3 sampai usia 6 tahun.
Sebagian besar anak-anak pada usia 6 akan, rata-rata, mengalami pergeseran ke arah hiperopia.
Menurut data yang ada, pada kelompok usia anak-anak pada usia 6 tahun, terjadi penurunan angka
sampai minimal dalam gangguan refraksi, astigmatisme, dan anisometropia. 12
2.6 Tahapan Perkembangan Penglihatan pada Anak
Tahapan perkembangan penglihatan pada anak dibagi menurut kelompok usia. 13 Terdapat
beberapa 5 milestones penting terutama pada usia satu tahun untuk menilai apakah
perkembangan penglihatan telah terjadi dengan sempurna. 14
Tabel 1. 5 Milestones Perkembangan Penglihatan pada Usia 1 tahun14

Berikut merupakan tahapan perkembangan penglihatan pada anak berdasarkan kelompok


usia:
2.6.1 Neonatus (Usia 0-28 hari)
Saat lahir, neonatus akan sangat sensitif terhadap cahaya terang. Neonatus akan memiliki
pupilnya yang berukuran kecil, membatasi seberapa banyak cahaya yang masuk ke mata mereka. Bayi
yang baru lahir dapat melihat sesuatu di sebelahnya dengan penglihatan tepi (samping), tetapi
penglihatan sentral yang dimiliki belum sempurna. Dalam beberapa minggu, saat retina mereka
berkembang, pupil bayi akan melebar. Mereka dapat melihat rentang dan pola terang dan gelap.
Bentuk besar dan warna cerah mungkin mulai menarik perhatian mereka. Bayi juga mungkin mulai
fokus pada objek tepat di depan mereka.13,14
Berikut merupakan perkembangan penglihatan yang terjadi pada neonatus:2
- Minggu pertama: Mata memiliki reaksi terdisosiasi sebagai respon terhadap
rangsangan cahaya.
- Minggu ke-2: Mata diarahkan pada rangsangan cahaya tetapi belum dapat
mempertahankan posisi.
- Minggu ke-3: Terdapat persepsi kontras.
- Minggu ke-4: Terdapat garis tetap untuk rangsangan visual dengan objek yang
lebih besar dengan diameter >10 cm. Anak dapat mengikuti rangsangan cahaya dan
objek dekat pada jarak 40 cm.
Pada usia 1 bulan, neonatus mungkin dapat memfokuskan pandangan pada suatu objek atau
manusia yang ada di depan mereka secara singkat, terutama pada objek yang berwarna cerah dan
berjarak 1 meter. Bayi dapat melihat ke seberang ruangan bahkan saat lahir, tetapi sebagian besar
akan tertarik pada objek yang sangat dekat dengan mereka.4
2.6.2 Usia 1-3 bulan
Terjadi proses mielinisasi serat saraf optik, pematangan fovea, reaksi pupil, respon visual
terhadap fokus cahaya, refleksi kelopak mata, merespon terhadap objek dengan kontras yang terang
dan gelap, terdapat kontak mata, perkembangan gerakan bola mata, fiksasi dan dapat mengikuti wajah
orang lain, pengenalan wajah, imitasi ekspresi wajah, dapat mengikuti objek visual dan hewan dengan
preferensi horizontal, melihat dan menggerakan kepala pada sudut 180°: vergency, refleksi kejar,
refleks fiksasi, dan refleks fusi, dan menggerakkan tangan ke arah objek yang menarik.2
Dalam 2 bulan pertama usia kehidupan, kedua mata bayi sering tidak bekerja sama dengan
baik. Pada tahap ini, mungkin akan ditemukan mata yang tampak juling atau mungkin tampak ke
samping. Dalam kebanyakan kasus, kondisi ini merupakan kondisi yang normal dan pada akhirnya
akan kembali normal secara spontan. Pada usia ini bayi biasanya dapat mengikuti objek yang bergerak
dengan matanya karena memiliki koordinasi visual yang membaik.13
Pada usia 3 bulan, bayi mungkin telah memiliki koordinasi mata dan lengan yang cukup
untuk memukul objek bergerak di dekatnya. Pada usia ini, kedua mata bayi dapat bekerja sama untuk
fokus dan melacak objek.13
2.6.3 Usia 3-6 bulan
Saraf optik bersama-sama dengan sinaps korteks visual akan menghasilkan kewaspadaan
penglihatan, fiksasi, dan koordinasi fungsional untuk rangsangan, refleksi kelopak mata, refleksi
visual-motorik, persepsi untuk membedakan warna, bermain dengan tangan di depan mata, fokus dan
mengikuti objek dengan mata, dan mengikuti dan mencari objek yang terlihat, mengenali bayangan
saat melihat ke cermin, mengenali dan mengikuti objek yang jauh dengan jarak 1,20 hingga 1,80
meter, dan menjawab senyuman, kemampuan untuk menggerakkan mata secara cepat untuk mencari
objek atau manusia, hewan, dan benda, mengikuti objek yang ada dalam arah vertikal, dan mulai
berkembangnya refleks akomodasi, penglihatan binokular, dan kontrol volunter gerakan mata.2
2.6.4 Usia 6-10 bulan
Pada usia sekitar 5 bulan, kemampuan bayi untuk melihat seberapa jauh suatu objek dari
mereka (disebut persepsi kedalaman) telah berkembang lebih lengkap. Mereka dapat melihat dunia
dalam 3 dimensi secara lebih baik. Mereka menjadi lebih baik dalam meraih objek baik yang dekat
maupun yang jauh. Mereka juga memiliki penglihatan warna yang baik pada saat ini, meskipun tidak
sepenuhnya berkembang seperti orang dewasa. Pada tahap ini, bayi juga dapat mengenali orang tua
mereka di seberang ruangan dan tersenyum pada mereka. Mereka dapat melihat benda-benda di luar
ketika melihat melalui jendela. Mereka bahkan mungkin dapat memiliki ingatan terkait objek tersebut
meskipun mereka hanya melihat sebagian saja.2,13
Bayi pada tahap ini dapat memiliki kedalaman dan penglihatan tridimensional, stereopsis
(penglihatan binokular yang berkembang dan kepekaan terhadap kontras), dapat berkeliling untuk
menghindari rintangan di depan, mencari, menangani, dan menjelajahi objek kecil secara visual,
mengamatinya dengan cermat, dan mengenali orang, menerima atau menolak mereka.2
Bayi umumnya mulai merangkak pada usia sekitar 8 bulan, dan akan semakin meningkatkan
koordinasi antara tangan-mata mereka. 13
Pada usia sekitar 9 bulan, bayi umumnya dapat menilai jarak dengan cukup baik. Hal ini akan
terlihat pada kapan mereka mulai menarik diri untuk berdiri.13
Pada usia sekitar 10 bulan, bayi biasanya dapat melihat dan menilai jarak dengan cukup baik
untuk menggenggam sesuatu di antara ibu jari dan jari telunjuk mereka.13
2.6.5 Usia 10 bulan-1 tahun 4 bulan
Proses mielinisasi dari saraf optik telah sempurna pada tahap ini. Pengendalian secara
volunter dari gerakan mata, fokus dan fiksasi pada objek dan orang-orang yang dekat dan menarik.
Persepsi dan diskriminasi terang, gelap, dan warna. Mempertahankan kontak mata yang baik dan
adanya interaksi sosial yang baik dengan orang, hewan, dan benda.2
2.6.6 Usia 1 tahun 4 bulan-usia 2 tahun
Memiliki pengendalian secara volunter dari gerakan mata, fokus dan fiksasi pada objek dan
orang-orang pada jarak yang berbeda. Persepsi dan diskriminasi terang, gelap, bentuk, warna,
berbagai ukuran benda, orang, dan hewan. Mempertahankan kontak mata yang baik, adanya interaksi
sosial yang baik dengan orang, hewan, benda, dan berbagai lingkungan. Mengenali dan menamai
orang, hewan, dan benda yang dikenalnya. Kemampuan untuk melacak orang, hewan, dan objek
dalam gerakan cepat. Memiliki wawasan tentang persamaan dan perbedaan. Berdiri dan bergerak ke
arah orang, hewan, dan objek yang menarik.2
2.6.7 Usia 2-4 tahun
Memiliki persepsi dan koordinasi visual-motorik yang baik, mengidentifikasi secara rinci
gambar dan objek dua dan tiga dimensi, dapat memahami simbol. Memiliki keanekaragaman aktivitas
sensorimotor. Memiliki kemampuan untuk mengikuti rangsangan visual secara cepat. Perkembangan
penuh dari akomodasi visual. Diskriminasi dan nominasi warna. Dapat memperhatikan persamaan dan
perbedaan, gambar, dan rincian dari simbol. Mengidentifikasi dan menamai tokoh.2
Pada tahap ini telah terjadi peningkatan pada koordinasi tangan-mata dan keterampilan
motorik halus, dapat terlihat ketika anak bermain teka-teki atau bangunan.4
Terjadi peningkatan memori visual untuk membantu anak-anak menyalin bentuk seperti
lingkaran saat menggambar. Mereka mungkin dapat mengingat kenangan tertentu untuk menceritakan
sebuah cerita secara visual.4
Pada periode ini, penglihatan anak mirip dengan orang dewasa, kecuali untuk proporsi
kognitif dan pengalaman visual.2
2.6.8 Usia 4-6 tahun
Perkembangan dari penglihatan binokular telah terjadi secara sempurna. Pemahaman yang
baik tentang gambar, kedalaman dan latar belakang dan pemahaman yang baik tentang simbol.
Mengamati secara rinci gambar yang berwarna, mengenalinya sebagai sama, mirip, atau berbeda.
Memiliki kemampuan untuk meniru orang dan hewan. Memiliki penglihatan yang diskriminatif.
Memiliki kemampuan untuk persepsi spasial dan lokasi dari diri sendiri dan orang lain, hewan, dan
objek yang ada pada jarak yang beragam. Memperoleh memori perbendaharaan visual.2
Anak mulai memiliki kemampuan membaca. Peningkatan konvergensi (kedua mata bergerak
secara bersamaan) untuk membantu anak mengikuti kata-kata dari kiri ke kanan melintasi halaman.4
Ketika kedua mata bekerja sama dengan baik, persepsi kedalaman berkembang sepenuhnya.
Hal ini akan membantu anak menilai jarak antara objek dan diri mereka sendiri. Seorang anak dengan
persepsi kedalaman yang baik akan merasa nyaman untuk bermain olahraga atau menjelajahi dunia
dengan percaya diri.4

2.7 Pemeriksaan Penglihatan pada Anak


Tajam penglihatan merupakan pengukuran secara angular yang berkaitan dengan jarak
pemeriksaan untuk melihat ukuran obyek minimal pada jarak tertentu. Hal ini merupakan kemampuan
untuk membedakan dua stimulus yang terpisah dalam ruang dengan latar belakang kontras yang
tinggi. Tajam penglihatan merupakan indikator primer kesehatan mata dan sistem visual.15,16
Pemeriksaan ketajaman visual mengukur seberapa tajam penglihatan anak di kejauhan.
Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak sulit dilakukan, karena mereka sering merasa takut dan sulit
untuk berkonsentrasi. Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak-anak memerlukan teknik, metode
tertentu, dan harus di sesuaikan dengan umur, kooperatif, kondisi neurologik, dan kemampuan
membaca pasien. 15,16
Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak dapat dibedakan berdasarkan usia, yaitu terbagi
menjadi preverbal dan verbal. Pemeriksaan tajam penglihatan anak pada usia preverbal yaitu pada
anak dengan usia kurang dari 2,5 tahun dan verbal pada anak dengan usia lebih dari 2,5 tahun.16
Pemeriksaan tajam penglihatan anak pada usia preverbal yaitu dapat dilakukan dengan observasi,
fiksasi, oftalmoskopi, refleks pupil, optokinetic nystagmus test (OKN), the prefential looking test, dan
visual evoked potential (VEP), sedangkan pemeriksaan tajam penglihatan pada anak usia verbal yaitu
dengan menggunakan optotype seperti Allen card, HOTV card, LEA symbol, E chart, dan Snellen
chart. 16
2.7.1 Usia Preverbal16
• Observasi
Pada metode ini kita dapat mengamati apakah anak tampak melihat atau peduli
terhadap lingkungan sekitarnya? Apakah anak respon terhadap lingkungan sosial
seperti mengenali wajah pemeriksa atau anggota keluarganya.? Apakah anak
melihat jari tangan dan kakinya sendiri? Adanya pengenalan dan perhatian anak
menunjukkan tajam penglihatannya baik. Metode ini sulit dinilai pada anak yang
keterbelakangan mental, karena mungkin anak tersebut melihat, tetapi tidak respon
terhadap sekitar.
• Fiksasi
Pada teknik, hal yang dinilai apakah mata anak tetap terfiksasi pada suatu objek
yang bergerak.
• Oftalmoskopi
Pemeriksaan oftalmoskopi dapat berupa oftalmoskopi langsung atau tidak
langsung. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui keadaan media mata dan
mempelajari karakteristik fisik dari retina dan nervus optikus. Terdapatnya media
yang jernih dan retina yang utuh dengan nervus optikus yang yang normal dapat
menunjukan bahwa tajam penglihatan baik.
• Refleks pupil
Refleks pupil dinilai dengan melihat reflek langsung dan tidak langsung pupil
terhadap cahaya. Refleks ini berkaitan dengan fungsi jalur aferen dan eferen.
• Optokinetic nystagmus test (OKN)
Optokinetic Nystagmus Test merupakan pemeriksaan yang menggunakan sebuah
silinder yang dapat berputar pada sumbunya dan pada dindingnya terdapat garis-
garis tegak yang mempunyai ketebalan tertentu. Pemeriksaan ini berfungsi untuk
mengetahui fungsi penglihatan pada anak. Dengan memutar alat ini di depan mata
anak akan terlihat nistagmus pada mata anak tersebut yang gerakannya berlawanan
dengan arah perputaran slinder. Semakin halus garis yang terdapat pada tabung
slinder yang memberikan respon nistagmus maka semakin baik pula visus anak
yang diperiksa.
Gambar 23. Optokinetic Nystagmus Tes16
• The prefential looking test
Preferential looking test dapat menilai ketajaman penglihatan dengan mengamati
respon anak terhadap stimulus visual. Pemeriksaan ini cukup detail untuk menilai
tajam penglihatan pada bayi dan anak yang belum bisa bicara. Preferential looking
test dapat dilakukan dengan menggunakan Teller Acuity Card II dan Cardiff
Acuity Test.

Gambar 24. Preferential looking test16


Teller Acuity Card II merupakan serangkaian kartu persegi panjang yang terdiri
dari 17 kartu yang berukuran masing-masing 25,5 cm x 55,5 cm dan terdapat garis-
garis hitam dan putih yang dicetak dengan latar belakang abu-abu. Kartu ini terbagi
menjadi dua sisi dengan lubang di bagian tengah yang mempunyai diameter 4mm
dan garis-garis tersebut hanya terdapat pada satu sisi kartu saja. Gerakan mata ke
arah sisi dengan garis menunjukkan bahwa anak mampu melihat garis-garis
tersebut. Lebar garis menurun secara berturut-turut. Semakin tipis garis yang bisa
terlihat maka semakin baik tajam penglihatan anak.
Tabel 2. Konversi Visus sesuai dengan Teller Acuity Test16

Pemeriksaan ini dilakukan secara monokular dengan menutup salah satu mata dan
secara binocular. Pada pemeriksaan visus dengan teller acuity test, jarak
pemeriksaan ditentukan berdasarkan usia anak. Pada bayi usia 0-6 bulan
pemeriksaan dilakukan pada jarak 38 cm, pada anak usia 7 bulan hingga 3 tahun
pemeriksaan dilakukan pada jarak 55 cm.
Pada anak dengan usia lebih dari 3 tahun pemeriksaan pada jarak 84 cm dan pada
anak dengan tajam penglihatan yang lebih buruk pemeriksaan dilakukan pada jarak
yang lebih dekat 9.5 cm dan 19 cm. Sebelum memulai pemeriksaan, pemeriksaan
harus memastikan jarak mana yang digunakan dan kemudian tajam penglihatan
dinilai dengan menggunakan tabel konversi visus berdasarkan pada level kartu
yang bisa dilihat (dalam cy/cm) dengan jarak pemeriksaan
• Visual evoked potential (VEP).
Pemeriksaan Visual Evoked Potential (VEP) merupakan pemeriksaan kualitatif
dari pemeriksaan tajam penglihatan. Pemeriksaan ini dapatmelihat ada atau
tidaknya kebutaan korteks. Pemeriksaan ini menggunakan elektroensefalogram
(EEG) dari lobus oksipital. VER ditentukan dengan menstimulasi mata dengan
cahaya terang, dengan mengunakan suatu alat perekam aktivitas listrik otak lewat
stimulasi cahaya pada retina.
2.7.2 Usia Verbal16
• Allen Card
Allen Card merupakan pemeriksaan yang menggunakan gambar yang sudah
dikenal oleh anak-anak, sepeti gambar mobil, pohon natal, boneka beruang, telepon
dan kue ulang tahun. Pemeriksaan dilakukan pada jarak 3 meter.

Gambar 25. Allen Card16

• The Stycard Test (HOTV card)


The Stycard Test (HOTV card) menggunakan satu set simbol dengan ukuran yang
bertingkat, dan satu set simbol yang masing-masing bertuliskan huruf H,O,T,V
yang nantinya anak akan diminta untuk menunjukan huruf yang sama dengan yang
ditunjuk oleh pemeriksa. HOTV card digunakan pada usia anak 30-54 bulan.
Pemeriksaan dilakukan dengan jarak 3 meter.
Gambar 26. HOTV Card16
• LEA symbol
Lea symbol terdiri atas 4 buah gambar, yaitu gambar apel, rumah, lingkaran, dan
persegi empat. LEA symbol digunakan pada anak usia 3-3,5 tahun. Anak diminta
untuk mengenal masing-masing gambar kemudian anak menunjukkan gambar
yang ada. Penilaian visus anak dilakukan dengan melihat angka yang berada di
samping LEA symbol.

Gambar 27. LEA Symbol16


• E Chart
Pemeriksaan dengan metode ini hampir sama dengan pemeriksaan kartu Snellen.
Pemeriksan ini hanya menggunakan satu huruf “E” dengan berbagai ukuran dan
posisi. Tanyakan kepada anak kemana arah dari kaki huruf ‘E’ apakah ke bawah,
ke atas, ke kiri atau ke kanan. E chart dapat digunakan pada usia di atas 4 tahun.

2.8 Gangguan Penglihatan yang Sering Terjadi pada Anak


Berikut beberapa contoh gangguan penglihatan yang sering terjadi pada anak, yaitu:
2.8.1 Gangguan Refraksi
Gangguan refraksi sangat umum terjadi. Gangguan refraksi akan menyebabkan penglihatan
kabur dan dapat dikoreksi dengan kacamata.8,10
Terdapat 3 jenis gangguan refraksi utama: 8,10
- Rabun dekat (hiperopia/hipermetropia). Objek yang memiliki jarak yang dekat
akan terlihat kabur bagi anak (seperti saat membaca), dan objek yang memiliki
jarak yang jauh akan terlihat lebih jelas.
- Rabun jauh (miopia). Seorang anak akan melihat benda yang memiliki jarak yang
dekat secara lebih jelas dibandingkan benda yang memiliki jarak yang jauh.
- Astigmatisme. Dengan astigmatisme, penglihatan dekat dan jauh akan terlihat
seperti kabur.
Gangguan-gangguan refraksi dapat terjadi secara bersamaan. Tanpa penanganan, kelainan
refraksi dapat menyebabkan masalah penglihatan yang lebih berat dan mengganggu kinerja sekolah.13

2.8.2 Strabismus
Strabismus merupakan gangguan penglihatan pada masa kanak-kanak yang umum.
Strabismus dikarakteristikkan dengan deviasi atau "mata juling", dan "mata dinding". Pada kondisi
normal, kedua mata akan memfiksasi objek secara bersamaan saat memfokuskan pada objek saat
kepala dipegang pada posisi utama. Pada kondisi strabismus, satu atau kedua mata menyimpang ke
dalam atau ke luar dan tampak tidak sejajar dengan arah objek yang difokuskan. Hal ini dapat
disebabkan oleh karena adanya gangguan refraksi atau kelainan fusi binokular atau anomali
neuromuskular gerakan bola mata. Jika didiagnosis dan diobati secara dini, strabismus memiliki
prognosis yang sangat baik. Pengobatan biasanya dilakukan dengan koreksi kesalahan refraksi, latihan
ortoptik, oklusif patching, obat topikal, dan operasi otot ekstraokular.17
Jika tidak diobati dapat mempengaruhi penglihatan secara permanen dan dapat memiliki efek
ireversibel pada kepribadian dan pola pikir anak.13,17
2.8.3 Ambliopia
Ambliopia merupakan salah satu dari gangguan perkembangan penglihatan. Ambliopia terjadi
karena kegagalan perkembangan visual kortikal di satu atau kedua mata sebagai konsekuensi dari
patologi okular di fase awal kehidupan. Ambliopia disebut juga sebagai "mata malas". Ambliopia
menyebabkan penurunan penglihatan permanen pada mata patologis jika tidak ditangani secara dini.
Ambliopia merupakan penyebab paling umum dari penurunan penglihatan pada satu mata di antara
anak-anak dan orang dewasa yang lebih muda.18
Ambliopia dapat disebabkan oleh kekeruhan media, katarak, strabismus, atau kelainan
refraksi anisometropik yang menempatkan satu mata pada gangguan perkembangan dibandingkan
mata lainnya. Ambliopia biasanya terjadi secara unilateral tetapi dapat terjadi secara bilateral dengan
katarak pada kedua mata atau kelainan refraksi yang tinggi. Pengalaman visual kita sebagai bayi dan
anak-anak menentukan bagaimana kita melihat sebagai orang dewasa. 18
Ambliopia didiagnosis dengan mengidentifikasi penurunan ketajaman visual pada satu atau
kedua mata yang tidak proporsional dengan kelainan struktural mata. Ambliopia dapat didefinisikan
sebagai perbedaan interokular dari dua garis atau lebih dalam ketajaman ketika kesalahan bias
dikoreksi. Pada anak kecil, ketajaman visual sulit diukur tetapi dapat diperkirakan dengan mengamati
reaksi anak ketika satu mata ditutup, termasuk mengamati kemampuan anak untuk mengikuti objek
dengan satu mata. 18
BAB III
PENUTUP

Sistem penglihatan pada manusia berkembang secara progresif sejak lahir. Perkembangan /
embriologi mata dimulai pada saat embrio berusia 3 minggu sampai 10 minggu selama masa
intrauterin atau masa gestasi. Mielinisasi dari serat saraf optik akan mulai terjadi hingga selesai pada
minggu kesepuluh setelah kelahiran.
Perkembangan penglihatan segera dimulai setelah lahir melalui rangsangan visual dan
interaksi dengan lingkungan, yang seiring dengan perkembangan global anak, yaitu perkembangan
neuropsikomotor, koordinasi visual-motorik, kemampuan kognitif, dan adaptasi perilaku, lingkungan,
dan sosial budaya. Integritas anatomi dan neurofisiologis.
Tahapan perkembangan penglihatan pada anak dibagi menurut kelompok usia.
Evaluasi obyektif dan psikofisik penglihatan harus spesifik untuk anak-anak dan hasilnya
harus konsisten dengan usia anak. Sejak awal perkembangan ekstrauterin, anak harus menerima
rangsangan dan pengalaman visual yang terus menerus untuk mengembangkan sistem optik agar
dapat menghadirkan respons visual yang diharapkan pada setiap kelompok usia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ludwig PE, Lopez MJ, Czyz CN. Embryology, Eye Malformations. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Mar 24].
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482496/
2. Zimmermann A, Carvalho KMM de, Atihe C, Zimmermann SMV, Ribeiro VL de M.
Visual development in children aged 0 to 6 years. Arq Bras Oftalmol. 2019;82:173–5.
3. Kiorpes L. The puzzle of visual development: behavior and neural limits. J Neurosci.
2016;36(45):11384–93.
4. Vision Development: Childhood [Internet]. American Academy of Ophthalmology.
2020 [cited 2022 Mar 24]. Available from: https://www.aao.org/eye-health/tips-
prevention/children-vision-development
5. Kasprowski P, Harezlak K. Vision diagnostics and treatment system for children with
disabilities. Journal of Healthcare Engineering. 2018;2018:e9481328.
6. Sadler TW. Langman’s Medical Embryology. 14th ed. United States: Wolters Kluwer;
2019
7. Tortora G, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 14th ed.. United
States:John Wiley and Sons; 2017ss
8. Kanski JJ, Bowling B. Kanski's Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 8th
ed. Australia: Elsevier; 2015.
9. Ng SK, Chan W, Marcet MM, Kakizaki H, Selva D. Levator palpebrae superioris: an
anatomical update: Orbit. 2013; 32(1): 76–84
10. Refractive Errors & Refractive Surgery PPP - 2017 - American Academy of Ophthalmology
[Internet]. [cited 2022 Mar 24]. Available from: https://www.aao.org/preferred-practice-
pattern/refractive-errors-refractive-surgery-ppp-2017
11. Bach A, Villegas VM, Gold AS, Shi W, Murray TG. Axial length development in
children. Int J Ophthalmol. 2019;12(5):815–9.
12. Refractive Development [Internet]. American Academy of Ophthalmology. 2018
[cited 2022 Mar 30]. Available from: https://www.aao.org/disease-review/refractive-
development
13. Vision Development: Newborn to 12 Months [Internet]. American Academy of
Ophthalmology. 2022 [cited 2022 Mar 24]. Available from: https://www.aao.org/eye-
health/tips-prevention/baby-vision-development-first-year
14. Hyvärinen L, Walthes R, Jacob N, Chaplin KN, Leonhardt M. Current understanding
of what infants see. Curr Ophthalmol Rep. 2014;2(4):142–9.
15. Visual Acuity [Internet]. American Academy of Ophthalmology. 2022 [cited 2022
Mar 31]. Available from: https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/visual-
acuity-3
16. Julita J. Pemeriksaan Tajam Penglihatan pada anak dan refraksi siklopegik: apa,
kenapa, siapa? Jurnal Kesehatan Andalas. 2018;7(0):51–4.
17. Kanukollu VM, Sood G. Strabismus. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Mar 24]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560782/
18. Blair K, Cibis G, Gulani AC. Amblyopia. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Mar 24]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430890/

Anda mungkin juga menyukai