Disusun Oleh:
Pembimbing:
TANGERANG
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem penglihatan pada manusia berkembang secara progresif sejak lahir. Perkembangan /
embriologi mata dimulai pada saat embrio berusia 3 minggu sampai 10 minggu selama masa
intrauterin atau masa gestasi. Jaringan okular berasal dari lapisan mesodermal dan ektodermal.
Wilayah oksipital di otak manusia memiliki area khusus untuk menerima dan menafsirkan gambar
yang ditangkap oleh mata. Mielinisasi dari serat saraf optik akan mulai terjadi hingga selesai pada
minggu kesepuluh setelah kelahiran dan akibatnya dengan cepat meningkatkan kepadatan sinaptik
korteks visual sejak lahir hingga empat bulan kehidupan ekstrauterin, yang tercermin dalam
peningkatan dan perkembangan persepsi visual, fiksasi, dan koordinasi fungsional dari motivator yang
menyertai rangsangan visual. 1,2
Perkembangan fungsi penglihatan akan berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun pada fase awal kehidupan dari seorang anak. Perkembangan penglihatan segera dimulai setelah
lahir melalui rangsangan visual dan interaksi dengan lingkungan, yang seiring dengan perkembangan
global anak, yaitu perkembangan neuropsikomotor, koordinasi visual-motorik, kemampuan kognitif,
dan adaptasi perilaku, lingkungan, dan sosial budaya. Integritas anatomi dan neurofisiologis. Sistem
ini sangat penting untuk terjadinya proses perkembangan penglihatan, yang berkaitan dengan usia dan
juga dengan dari genetik, kognitif, dan lingkungan.2,3
Fungsi dan sensitivitas dari penglihatan yang tadinya belum sempurna menjelang lahir akan
semakin berkembang dalam jangka waktu yang berbeda untuk fungsi visual yang berbeda.
Perkembangan penglihatan yang lebih baik diperlukan saat anak mulai mengenali lingkungan, dan
terutama saat anak berada dalam usia sekolah. 4
Perkembangan penglihatan pada anak dapat dinilai dari bagaimana anak dapat berakomodasi
dan mengendalian fokus mata sesuai jarak benda, melihat benda dalam bidang 3 dimensi, dan
bagaimana mata dapat bergerak mengikuti target.4
Mengenali bentuk, warna, atau emosi orang lain dapat terjadi ketika perkembangan
penglihatan berlangsung dengan baik dan bekerja sama dengan benar dengan otak. Gangguan dalam
proses perkembangan penglijatan dapat menyebabkan beberapa konsekuensi negatif yang menjadi
masalah besar, terutama bagi anak-anak, karena dapat memperlambat proses kognitif dan juga
mempengaruhi hubungan psikososial anak di kehidupannya.5
Berdasarkan latar belakang di atas, referat ini akan membahas tentang perkembangan
penglihatan pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Selama proses ini berlangsung, sel-sel ectoderm permukaan yang pada awalnya
menempel dengan vesikula optika mulai memanjang dan membentuk plakoda lentis (lempeng
lensa). Plakoda ini kemudian akan mengalami invaginasi dan berkembang menjadi vesikula
lentis (vesikel lensa). Selama minggu kelima, vesikula lentis terlepas dari ektoderm dan berada di
cawan optik. 6
Gambar 3. Pembentukkan Lensa6
Dipermukaan terdapat lapisan fibrosa yang mengandung akson sel saraf dari lapisan
dibawahnya. Serabut-serabut saraf di zona ini berkumpul kea rah tangkai optic yang berkembang
menjadi nervus optikus. Karena itu, impuls cahaya berjalan melalui sebagian besar lapisan retina
sebelum mencapai sel batang dan kerucut. Seperlima anterior lapisan dalam (pars seka retinae)
memiliki ketebalan satu lapis sel. Bagian ini kemudian terbagi menjadi pars iridika retinae yang
membentuk lapisan dalam iris, dan pars siliaris retinae yang membentuk korpus siliare. 6
Sementara itu, di regio antara optic cup dan epitel permukaan di atasnya terisi oleh
mesenkim longgar. Di jaringan ini erbentuk M. Sfingter Pupilae dan M. Dilatorpupilae yang
berasal dari lapisan ektoderm di cawan optik. Pada orang dewasa, iris terbentuk oleh lapisan luar
yang mengandung pigmen, lapisan dalam tak-berpigmen cawan optik, dan suatu lapisan kaya
jaringan ikat bervaskular yang mengandung otot-otot pupil. 6
Gambar 6. Perkembangan Iris dan Badan Siliaris6
Pars siliaris retina sangat berlipat-lipat. Di sebelah luar, bagian ini ditutupi oleh suatu
lapisan mesenkim yang membentuk M. Siliaris; di sebelah dalam bagian ini berhubungan dengan
lensa melalui suatu jaringan serabut elastis, ligamentum suspensorium atau zonula. Kontraksi M.
Siliaris mengubah tegangan ligamentum dan mengatur kelengkungan lensa. 6
2.1.3 Lensa
Setelah vesikula lentis terbentuk, sel-sel dinding posterior mulai memanjang ke arah
anterior dan membentuk serabut-serabut panjang yang secara bertahap mengisi lumen vesikel.
Pada akhir minggu ketujuh, serabut lensa primer ini mencapai dinding anterior vesikula lentis.
Namun, pertumbuhan lensa belum selesai pada tahap ini, karena serabut-serabut lensa baru
(sekunder) terus ditambahkan ke inti sentral tersebut. 6
Sel-sel lapisan dalam menghasilkan jalinan neuroglia yang menunjang serabut nervus
optikus. Dengan demikian, tangkai optik berubah menjadi nervus optikus. Bagian tengahnya
mengandung sebagian dari arteri hialoidea, yang kemudian dinamai arteri sentralis retinae. Di
bagian luar, terdapat lapisan pia araknoid dan dura, yaitu kelanjutan dari koroid dan sklera yang
mengelilingi nervus optikus. 6
2.2 Anatomi Sistem Penglihatan
Mata merupakan indera penglihatan. Mata berfungsi untuk menerima rangsangan cahaya dan
diteruskan sampai ke bagian retina. Rangsangan cahaya kemudian akan diteruskan ke pusat
penglihatan pada otak.7
2. Palpebra
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra sangat mudah
digerakkan karena kulitnya paling tipis di antara kulit bagian tubuh lainnya. Di palpebra
terdapat rambut halus, yang hanya tampak dengan pembesaran. Di bawah kulit terdapat
jaringan areolar longgar yang bias mengembang pada edema masif. Musculus orbicularis
oculi melekat pada kulit, dipersarafi nervus facialis (VII), dan berfungsi untuk menutup
palpebra. Otot ini terbagi atas bagian orbital, praseptal, dan pratarsal. Bagian orbital
terutama berfungsi untuk menutup mata dengan kuat. Otot praseptal dan pratarsal
memiliki caput medial superfisial dan profunda yang berperan dalam pemompaan air
mata. 7,8
Tepian palpebra ditunjang oleh tarsus, yaitu lempeng fibrosa kaku yang dihubungkan
ke tepian orbita oleh tendon kantus medialis dan lateralis. Septum orbitale, yang berasal
dari tepian orbita, melekat pada aponeurosis levatoris, kemudian menyatu dengan tarsus.
Pada bagian palpebra inferior, septum bergabung dengan tepian bawah tarsus. 7,8
Terbenam di dalam lemak terdapat kompleks otot levator-retraktor utama palpebra
superior, fasia kapsulopalpebra di palpebra inferior. Otot levator berorigo di apeks orbita.
Saat memasuki palpebra, otot ini mmbentuk aponeurosis yang melekat pada sepertiga
bawah tarsus superior. Pada palpebra inferior, fasia kapsulopalpebra berasal dari
musculus rectus inferior membentuk lapisan berikutnya, yang melekat pada konjungtiva.
Otot-otot simpatis ini juga merupakan retractor palpebra. Konjungtiva melapisi
permukaan dalam palpebra, Konjungtiva palpebralis menyatu dengan konjungtiva yang
berasal dari bola mata yang mengandung kelenjar-kelenjar yang penting untuk lubrikasi
kornea. 7,8
Kantus lateralis terletak 1-2 mm lebih tinggi dari kantus medialis. Karena
longgarnya insersio tendon ke tepian orbita, kantus lateralis akan sedikit naik saat
melihat ke atas. 7,8
Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua nervus
trigeminus (V.1 dan V.2). Nervus lakrimalis, supraorbitalis, supratroklearis,
infratroklearis, dan nasalia eksterna adalah cabang-cabang divisi oftalmika nervus cranial
keima. Nervus infraorbitalis, zygomaticofacialis, dan zygomaticotemporalis merupakan
cabang-cabang divisi maksilaris (kedua) nervus trigeminus. 7,8
Pasokan darah palpebra datang dari arteri lakrimalis dan oftalmika melalui cabang-
cabang palpebra lateral dan medialnya. Anastomosis di antara arteri palpebralis lateralis
dan medialis membentuk cabang-cabang tarsal yang terletak di dalam jaringan areolar
submandibular. Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena oftalmika dan vena-
vena yang membawa darah dari dahi dan temporal. Vena-vena itu tersusun dalam pleksus
pra dan pascatarsal. Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan ke dalam kelenjar
getah bening preaurikular dan parotis. Pembuluh limfe dari sisi medial palpebra
mengalirkan isinya ke dalam kelenjar getah bening submandibular. 8
Gambar 10. Anatomi Palpebra9
3. Sistem Lakrimal
Aparatus lakrimalis merupakan sekelompok struktur yang menghasilkan dan
mengalirkan cairan atau air mata. Kelenjar lakrimal, masing-masing seukuran dan bentuk
almond, mengeluarkan cairan lakrimal, yang mengalir ke 6–12 saluran lakrimal
ekskretoris yang menguras air mata ke permukaan konjungiva kelopak mata bagian atas.
Air mata akan mengalir melewati permukaan anterior bola mata untuk memasuki dua
lubang kecil yang disebut puncta lakrimalis. Air mata kemudian mengalir ke dua saluran,
kanalis lakrimalis, yang mengarah ke kantung lakrimal dan kemudian ke saluran
nasolakrimal. Saluran ini membawa cairan lakrimal ke dalam rongga hidung yang lebih
rendah dari konka nasal inferior.7
Kelenjar lakrimal dipersarafi oleh saraf parasimpatis dari nervus fasialis (VII).
Cairan lakrimal yang diproduksi merupakan larutan yang encer yang mengandung
garam, mukus, dan lisosim (enzim bakterisida yang berfungsi sebagai pelindung). Cairan
melindungi, membersihkan, melumasi, dan melembabkan bola mata. Setelah dikeluarkan
dari kelenjar lakrimal, cairan lakrimal akan tersebar secara medial di atas permukaan
bola mata saat kelopak mata dikedipkan. Setiap kelenjar menghasilkan sekitar 1 mL
cairan lakrimal setiap hari.7
Gambar 11 . Anatomi Sistem Lakrimal7
1. Lapisan Fibrosa
Lapisan ini merupakan lapisan yang kuat dan berfungsi untuk melindungi isi
intraokular. Bagian 1/6 anterior dari lapisan fibrosa ini merupakan bagian transparan
yang disebut kornea. Bagian 5/6 posterior yang opak disebut sklera. Persimpangan
kornea dan sklera disebut limbus. Konjungtiva melekat kuat pada limbus.8
• Konjungtiva
Konjungtiva terdiri dari 2 bagian, yaitu konjungtiva palpebra dan konjungtiva
bulbaris. Konjungtiva berfungsi untuk membantu memproduksi air mata,
menyediakan kebutuhan oksigen untuk kornea, dan melindungi mata dengan
mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas
lakrimasi, dan menyuplai darah. 7,8
• Kornea
Kornea merupakan struktur yang transparan dan avaskular, membentuk 1/6
bagian anterior lapisan fibrosa bola mata. Ukuran diameter kornea orang
dewasa normal berkisar antara 11-12 mm dengan ketebalan di bagian sentral
adalah 0,5 mm, sedangkan di bagian perifer 0,7 mm. Kekuatan refraksi
kornea mencapai 45 dioptri, yaitu 3/4 kekuatan refraksi total bola mata (60
dioptri). 9,10
Kornea tersusun atas lapisan-lapisan berikut:9,10
- Lapisan epitel berlapis gepeng tanpa keratin, terdiri atas selapis sel
kolumnar basalis, dua atau tiga lapis sel sayap, dua lapis sel skuamosa
permukaan. Luas permukaan sel-sel terluar semakin diperluas dengan
adanya mikroplika dan mikrovili yang membantu menempelnya lapisan
air mata dan musin. Setelah beberapa hari, sel-sel ini akan lepas ke
lapisan air mata. Sel punca kornea (corneal stem cells) terletak pada
limbus korneoskleral, berperan dalam mencegah jaringan konjungtiva
tumbuh ke kornea (misalnya pada pterigium).
- Lapisan Bowman, merupakan lapisan superfisial stroma yang aselular
dan terbentuk dari serat kolagen.
- Stroma, merupakan lapisan yang membentuk 90% ketebalan kornea.
Stroma tersusun oleh lapisan-lapisan serat kolagen yang tersusun rapi dan
jaraknya diatur oleh zat proteoglikan (kondroitin sulfat dan keratan
sulfat) yang diselingi oleh keratosit. Susunan ini penting untuk menjaga
kejernihan kornea. Lapisan stroma dapat sembuh dan membentuk
jaringan parut, namun tidak dapat regenerasi bila terjadi kerusakan.
- Membran Descemet, merupakan lapisan halus yang terdiri dari anyaman
serat kolagen, dapat beregenerasi.
- Endotelium, terdiri atas selapis sel poligonal yang mempertahankan
deturgesensi kornea (keadaan dehidrasi relatif kornea) dengan memompa
cairan berlebih keluar dari stroma sehingga tidak terjadi edema kornea
dan kornea tetap jernih.
Kornea dipersarafi oleh nervus siliaris anterior yang merupakan cabang dari N. V3
(N. trigeminal pars oftalmika). 9,10
2. Lapisan Vaskular
Tunika vaskular atau uvea merupakan lapisan tengah dari bola mata. Lapisan ini
berfungsi untuk memasok nutrisi ke berbagai struktur bola mata. Lapisan ini terdiri dari
tiga bagian yang dari anterior ke posterior adalah: iris, korpus siliaris dan koroid. 7,8
•
Koroid
Koroid merupakan bagian posterior dari tunika vaskular, melapisi sebagian
besar permukaan internal sklera. Koroid terdiri dari banyak vaskularisasi.
Sejumlah pembuluh darahnya memberikan nutrisi ke permukaan posterior
retina. Koroid juga mengandung melanosit yang menghasilkan pigmen
melanin, yang menyebabkan lapisan ini tampak berwarna coklat gelap.
Melanin di koroid menyerap sinar cahaya yang menyimpang, yang mencegah
pantulan dan hamburan cahaya di dalam bola mata. Akibatnya, gambar yang
dilemparkan ke retina oleh kornea dan lensa tetap tajam dan jelas. 7,8
•
Korpus Siliaris
Di bagian anterior dari tunika vaskular, terdapat koroid yang menjadi korpus
siliaris. Korpus siliaris memanjang dari ora serata, margin anterior retina yang
bergerigi, ke titik tepat di bagian posterior ke persimpangan sklera dan
kornea. Seperti koroid, badan siliaris berwarna coklat gelap karena
mengandung melanosit yang memproduksi melanin. Selain itu, korpus siliaris
terdiri dari prosesus siliaris dan otot siliaris. Prosesus siliaris merupakan
tonjolan atau lipatan pada permukaan internal dari korpus siliaris. Prosesus
siliaris mengandung kapiler darah yang mengeluarkan humor aqueus.
Perpanjangan dari prosesus siliaris merupakan serat zonular (ligamentum
suspensorium) yang menempel pada lensa. Serat terdiri dari serat tipis
berongga yang menyerupai serat jaringan ikat elastis. Otot siliaris merupakan
bagian otot polos seperti pita yang melingkar. Kontraksi atau relaksasi sari
otot siliaris akan berpengaruh pada serat zonular, yang akan mengubah bentuk
lensa, mengadaptasinya untuk penglihatan dekat atau jauh. 7
•
Iris
Iris merupakan bagian berwarna dari bola mata, berbentuk seperti donat yang
pipih. Iris terdiri dari melanosit dan serat otot polos yang melingkar. Jumlah
melanin di iris akan menentukan warna sari mata. 7
Fungsi utama iris adalah untuk mengatur jumlah cahaya yang memasuki bola
mata melalui pupil, yang merupakan lubang di bagian tengah iris. Pupil
tampak hitam karena pada pupil akan terlihat bagian belakang mata yang
sangat berpigmen (koroid dan retina). Namun, jika cahaya terang diarahkan
ke pupil, cahaya yang dipantulkan berwarna merah karena pembuluh darah di
permukaan retina. 7
Refleks otonom akan mengatur diameter pupil sebagai respons terhadap level
cahaya. Ketika cahaya terang merangsang mata, serat parasimpatis dari
nervus okulomotor (III) menstimulasi otot melingkar atau sfingter pupillae
dari iris untuk berkontraksi, menyebabkan pengecilan dari ukuran pupil.
Dalam cahaya redup, neuron simpatis merangsang otot radial atau pupil
dilator dari iris untuk berkontraksi, menyebabkan pembesaran dari ukuran
pupil (pelebaran). 7
Gambar 16. Refleks Pupil7
• Lensa
Di bagian posterios dari pupil dan iris, di dalam rongga bola mata, terdapat
lensa. Lensa terdiri dari protein yang disebut kristalin, tersusun seperti lapisan
bawang, membentuk media bias lensa, yang transparan sempurna dan tidak
memiliki pembuluh darah. Lensa tertutup oleh kapsul jaringan ikat yang
melingkari serat zonular, dan melekat pada prosesus siliaris. Lensa berfungsi
untuk membantu memfokuskan gambar pada retina untuk memfasilitasi jalur
penglihatan. 7
• Rongga Anterior dan Posterior
Lensa membagi bagian dalam bola mata menjadi dua rongga, yaitu: rongga
anterior dan ruang vitreous. Rongga anterior — ruang anterior ke lensa —
terdiri dari dua ruang. Ruang anterior terletak di antara kornea dan iris. Ruang
posterior terletak di belakang iris dan di depan serat zonular dan lensa. Kedua
ruang rongga anterior terdiri dari cairan aqueous humor, yang merupakan
cairan transparan yang memberi nutrisi pada lensa dan kornea. Cairan
aqueous humor yang berasal dari prosesus siliaris kemudian akan memasuki
ruang posterior dan mengalir ke depan antara iris dan lensa, melalui pupil, dan
ke ruang anterior. Dari ruang anterior, aqueous humor mengalir ke sinus vena
skleral (kanal Schlemm) dan kemudian ke dalam darah. 1
Rongga posterior bola mata yang lebih besar adalah ruang vitreous, yang
terletak di antara lensa dan retina. Di dalam ruang vitreous terdapat korpus
vitreus, zat transparan seperti jeli yang menahan retina pada koroid,
memberikan retina permukaan yang rata untuk penerimaan gambar yang jelas.
Ruang vitreus menempati 4/5 bagian bola mata. Korpus viterus terbentuk
selama masa embrionik dan sebagian besar terdiri dari air, serat kolagen, dan
asam hialuronat. Korpus vitreous juga mengandung sel-sel fagosit yang
berfungsi untuk menjaga kebersihan dari bagian mata untuk penglihatan.
Kanalis hialoid merupakan saluran sempit pada orang dewasa dan berjalan
melalui korpus vitreous dari diskus optik ke bagian posterior lensa. 7
Tekanan pada mata, yang disebut tekanan intraokular, dihasilkan oleh
aqueous humor dan sebagian oleh korpus vitreous; normalnya sekitar 16
mmHg (milimeter air raksa). Tekanan intraokular mempertahankan bentuk
bola mata. 7
3. Retina
Lapisan ketiga dan dalam bola mata, retina, melapisi 3/4 bagian posterior dari bola
mata dan merupakan awal dari jalur visual. Disk optikus merupakan bagian di mana
nervus optikus (II) keluar dari bola mata. Bersamaan dengan nervus optikus terdapat
arteri retina sentral, cabang arteri mata, dan vena retina sentral. Cabang-cabang dari arteri
retina sentral berfungsi untuk memberi nutrisi pada permukaan anterior dari retina; vena
retina sentral berfungsi untuk mengalirkan darah dari retina melalui cakram optik. 7
Retina terdiri dari lapisan berpigmen dan lapisan neural. Lapisan berpigmen
merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel epitel yang mengandung melanin yang
terletak di antara koroid dan bagian nervus dari retina. Melanin merupakan lapisan
berpigmen retina dan berfungsi untuk membantu penyerapan dari rangsangan sinar
cahaya yang menyimpang. Lapisan neural (sensorik) retina merupakan lapisan yang
berlapis-lapis yang berasal dari otak untuk memproses data visual secara luas sebelum
mengirim impuls saraf ke akson yang membentuk nervus optikus. Terdapat tiga lapisan
neural yang berbeda, yaitu lapisan fotoreseptor, lapisan sel bipolar, dan lapisan sel
ganglion yang dipisahkan oleh dua zona, yaitu lapisan sinaptik luar dan dalam, tempat
kontak sinapsis dibuat. Cahaya akan melewati lapisan sel ganglion dan bipolar dan kedua
lapisan sinaptik sebelum mencapai lapisan fotoreseptor. Dua jenis sel lain yang ada
dalam lapisan sel bipolar retina disebut sel horizontal dan sel amakrin. Sel-sel ini
membentuk sirkuit saraf diarahkan lateral yang memodifikasi sinyal yang ditransmisikan
di sepanjang jalur dari fotoreseptor ke sel bipolar ke sel ganglion. 7
Fotoreseptor merupakan sel-sel khusus yang memulai proses dimana sinar cahaya
pada akhirnya diubah menjadi impuls saraf. Terdapat dua jenis sel fotoreseptor, yaitu sel
batang dan sel kerucut. Setiap retina memiliki sekitar 6 juta sel kerucut dan 120 juta sel
batang. Sel batang berfungsi untuk melihat dalam cahaya redup, seperti cahaya bulan.
Karena sel batang tidak memberikan penglihatan warna, dalam cahaya redup manusia
hanya dapat melihat hitam, putih, dan semua warna abu-abu di antaranya. Lampu yang
lebih terang akan merangsang sel kerucut, yang menghasilkan penglihatan warna.
Terdapat tiga jenis sel kerucut dalam retina, yaitiu: (1) sel kerucut biru, yang sensitif
terhadap cahaya biru, (2) sel kerucut hijau, yang sensitif terhadap cahaya hijau, dan (3)
sel kerucut merah, yang sensitif terhadap cahaya merah. Penglihatan warna dihasilkan
dari stimulasi berbagai kombinasi dari ketiga jenis kerucut ini. 7
Dari lapisan sel fotoreseptor, informasi akan menuju lapisan sinaptik luar ke lapisan
sel bipolar dan kemudian dari lapisan sel bipolar melalui lapisan sinaptik bagian dalam
ke lapisan sel ganglion. Akson dari lapisan sel ganglion akan meluas ke bagian posterior
ke bagian diskus optik dan keluar dari bola mata sebagai nervus optikus (II). Diskus
optikus disebut juga sebagai titik buta. Karena tidak mengandung batang atau kerucut,
kita tidak dapat melihat gambar di bagian titik buta. 7
Makula lutea berada tepat di tengah posterior bagian dari retina, pada sumbu visual
dari mata. Fovea sentralis merupakan bagian yang tertekan ke bawah di tengah makula
lutea, dan hanya terdiri dari sel kerucut. Selain itu, lapisan sel bipolar dan ganglion, yang
menyebarkan cahaya sampai batas tertentu, tidak menutupi kerucut di bagian fovea
sentralis, sehingga fovea sentralis merupakan area yang memiliki ketajaman visual
tertinggi. 7
Gambar 18 . Struktur Mikroskopik dari Retina7
Emmetropisasi substansial terjadi antara usia 3 dan 9 bulan, dengan penurunan yang signifikan
pada jumlah gangguan refraksi dan variannya. Emmetropisasi merupakan fenomena yang cepat.
Model umpan balik visual dari emmetropisasi menyatakan bahwa defocus memodulasi perkembangan
aksial bola mata untuk mengurangi gangguan refraksi. Kornea dan lensa juga merupakan menjadi
kontributor penting untuk proses emmetropisasi. 12
Pada usia 1 tahun, terdapat pergeseran lebih lanjut ke arah emmetropisasi. Pada tahap ini, terdapat
penurunan yang signifikan dalam standar deviasi, karena penurunan variabilitas refraksi (yang
menghasilkan pergeseran distribusi leptokurtik).
Gambar 22. Penurunan Standar Deviasi karena Penurunan Variabilitas Refraksi antara Usia 1
dan 3 Tahun (Pergeseran Leptokurtik).12
Emmetropisasi berlanjut dengan tingkat yang lebih lambat setelah usia 3 sampai usia 6 tahun.
Sebagian besar anak-anak pada usia 6 akan, rata-rata, mengalami pergeseran ke arah hiperopia.
Menurut data yang ada, pada kelompok usia anak-anak pada usia 6 tahun, terjadi penurunan angka
sampai minimal dalam gangguan refraksi, astigmatisme, dan anisometropia. 12
2.6 Tahapan Perkembangan Penglihatan pada Anak
Tahapan perkembangan penglihatan pada anak dibagi menurut kelompok usia. 13 Terdapat
beberapa 5 milestones penting terutama pada usia satu tahun untuk menilai apakah
perkembangan penglihatan telah terjadi dengan sempurna. 14
Tabel 1. 5 Milestones Perkembangan Penglihatan pada Usia 1 tahun14
Pemeriksaan ini dilakukan secara monokular dengan menutup salah satu mata dan
secara binocular. Pada pemeriksaan visus dengan teller acuity test, jarak
pemeriksaan ditentukan berdasarkan usia anak. Pada bayi usia 0-6 bulan
pemeriksaan dilakukan pada jarak 38 cm, pada anak usia 7 bulan hingga 3 tahun
pemeriksaan dilakukan pada jarak 55 cm.
Pada anak dengan usia lebih dari 3 tahun pemeriksaan pada jarak 84 cm dan pada
anak dengan tajam penglihatan yang lebih buruk pemeriksaan dilakukan pada jarak
yang lebih dekat 9.5 cm dan 19 cm. Sebelum memulai pemeriksaan, pemeriksaan
harus memastikan jarak mana yang digunakan dan kemudian tajam penglihatan
dinilai dengan menggunakan tabel konversi visus berdasarkan pada level kartu
yang bisa dilihat (dalam cy/cm) dengan jarak pemeriksaan
• Visual evoked potential (VEP).
Pemeriksaan Visual Evoked Potential (VEP) merupakan pemeriksaan kualitatif
dari pemeriksaan tajam penglihatan. Pemeriksaan ini dapatmelihat ada atau
tidaknya kebutaan korteks. Pemeriksaan ini menggunakan elektroensefalogram
(EEG) dari lobus oksipital. VER ditentukan dengan menstimulasi mata dengan
cahaya terang, dengan mengunakan suatu alat perekam aktivitas listrik otak lewat
stimulasi cahaya pada retina.
2.7.2 Usia Verbal16
• Allen Card
Allen Card merupakan pemeriksaan yang menggunakan gambar yang sudah
dikenal oleh anak-anak, sepeti gambar mobil, pohon natal, boneka beruang, telepon
dan kue ulang tahun. Pemeriksaan dilakukan pada jarak 3 meter.
2.8.2 Strabismus
Strabismus merupakan gangguan penglihatan pada masa kanak-kanak yang umum.
Strabismus dikarakteristikkan dengan deviasi atau "mata juling", dan "mata dinding". Pada kondisi
normal, kedua mata akan memfiksasi objek secara bersamaan saat memfokuskan pada objek saat
kepala dipegang pada posisi utama. Pada kondisi strabismus, satu atau kedua mata menyimpang ke
dalam atau ke luar dan tampak tidak sejajar dengan arah objek yang difokuskan. Hal ini dapat
disebabkan oleh karena adanya gangguan refraksi atau kelainan fusi binokular atau anomali
neuromuskular gerakan bola mata. Jika didiagnosis dan diobati secara dini, strabismus memiliki
prognosis yang sangat baik. Pengobatan biasanya dilakukan dengan koreksi kesalahan refraksi, latihan
ortoptik, oklusif patching, obat topikal, dan operasi otot ekstraokular.17
Jika tidak diobati dapat mempengaruhi penglihatan secara permanen dan dapat memiliki efek
ireversibel pada kepribadian dan pola pikir anak.13,17
2.8.3 Ambliopia
Ambliopia merupakan salah satu dari gangguan perkembangan penglihatan. Ambliopia terjadi
karena kegagalan perkembangan visual kortikal di satu atau kedua mata sebagai konsekuensi dari
patologi okular di fase awal kehidupan. Ambliopia disebut juga sebagai "mata malas". Ambliopia
menyebabkan penurunan penglihatan permanen pada mata patologis jika tidak ditangani secara dini.
Ambliopia merupakan penyebab paling umum dari penurunan penglihatan pada satu mata di antara
anak-anak dan orang dewasa yang lebih muda.18
Ambliopia dapat disebabkan oleh kekeruhan media, katarak, strabismus, atau kelainan
refraksi anisometropik yang menempatkan satu mata pada gangguan perkembangan dibandingkan
mata lainnya. Ambliopia biasanya terjadi secara unilateral tetapi dapat terjadi secara bilateral dengan
katarak pada kedua mata atau kelainan refraksi yang tinggi. Pengalaman visual kita sebagai bayi dan
anak-anak menentukan bagaimana kita melihat sebagai orang dewasa. 18
Ambliopia didiagnosis dengan mengidentifikasi penurunan ketajaman visual pada satu atau
kedua mata yang tidak proporsional dengan kelainan struktural mata. Ambliopia dapat didefinisikan
sebagai perbedaan interokular dari dua garis atau lebih dalam ketajaman ketika kesalahan bias
dikoreksi. Pada anak kecil, ketajaman visual sulit diukur tetapi dapat diperkirakan dengan mengamati
reaksi anak ketika satu mata ditutup, termasuk mengamati kemampuan anak untuk mengikuti objek
dengan satu mata. 18
BAB III
PENUTUP
Sistem penglihatan pada manusia berkembang secara progresif sejak lahir. Perkembangan /
embriologi mata dimulai pada saat embrio berusia 3 minggu sampai 10 minggu selama masa
intrauterin atau masa gestasi. Mielinisasi dari serat saraf optik akan mulai terjadi hingga selesai pada
minggu kesepuluh setelah kelahiran.
Perkembangan penglihatan segera dimulai setelah lahir melalui rangsangan visual dan
interaksi dengan lingkungan, yang seiring dengan perkembangan global anak, yaitu perkembangan
neuropsikomotor, koordinasi visual-motorik, kemampuan kognitif, dan adaptasi perilaku, lingkungan,
dan sosial budaya. Integritas anatomi dan neurofisiologis.
Tahapan perkembangan penglihatan pada anak dibagi menurut kelompok usia.
Evaluasi obyektif dan psikofisik penglihatan harus spesifik untuk anak-anak dan hasilnya
harus konsisten dengan usia anak. Sejak awal perkembangan ekstrauterin, anak harus menerima
rangsangan dan pengalaman visual yang terus menerus untuk mengembangkan sistem optik agar
dapat menghadirkan respons visual yang diharapkan pada setiap kelompok usia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ludwig PE, Lopez MJ, Czyz CN. Embryology, Eye Malformations. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Mar 24].
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482496/
2. Zimmermann A, Carvalho KMM de, Atihe C, Zimmermann SMV, Ribeiro VL de M.
Visual development in children aged 0 to 6 years. Arq Bras Oftalmol. 2019;82:173–5.
3. Kiorpes L. The puzzle of visual development: behavior and neural limits. J Neurosci.
2016;36(45):11384–93.
4. Vision Development: Childhood [Internet]. American Academy of Ophthalmology.
2020 [cited 2022 Mar 24]. Available from: https://www.aao.org/eye-health/tips-
prevention/children-vision-development
5. Kasprowski P, Harezlak K. Vision diagnostics and treatment system for children with
disabilities. Journal of Healthcare Engineering. 2018;2018:e9481328.
6. Sadler TW. Langman’s Medical Embryology. 14th ed. United States: Wolters Kluwer;
2019
7. Tortora G, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 14th ed.. United
States:John Wiley and Sons; 2017ss
8. Kanski JJ, Bowling B. Kanski's Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 8th
ed. Australia: Elsevier; 2015.
9. Ng SK, Chan W, Marcet MM, Kakizaki H, Selva D. Levator palpebrae superioris: an
anatomical update: Orbit. 2013; 32(1): 76–84
10. Refractive Errors & Refractive Surgery PPP - 2017 - American Academy of Ophthalmology
[Internet]. [cited 2022 Mar 24]. Available from: https://www.aao.org/preferred-practice-
pattern/refractive-errors-refractive-surgery-ppp-2017
11. Bach A, Villegas VM, Gold AS, Shi W, Murray TG. Axial length development in
children. Int J Ophthalmol. 2019;12(5):815–9.
12. Refractive Development [Internet]. American Academy of Ophthalmology. 2018
[cited 2022 Mar 30]. Available from: https://www.aao.org/disease-review/refractive-
development
13. Vision Development: Newborn to 12 Months [Internet]. American Academy of
Ophthalmology. 2022 [cited 2022 Mar 24]. Available from: https://www.aao.org/eye-
health/tips-prevention/baby-vision-development-first-year
14. Hyvärinen L, Walthes R, Jacob N, Chaplin KN, Leonhardt M. Current understanding
of what infants see. Curr Ophthalmol Rep. 2014;2(4):142–9.
15. Visual Acuity [Internet]. American Academy of Ophthalmology. 2022 [cited 2022
Mar 31]. Available from: https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/visual-
acuity-3
16. Julita J. Pemeriksaan Tajam Penglihatan pada anak dan refraksi siklopegik: apa,
kenapa, siapa? Jurnal Kesehatan Andalas. 2018;7(0):51–4.
17. Kanukollu VM, Sood G. Strabismus. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Mar 24]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560782/
18. Blair K, Cibis G, Gulani AC. Amblyopia. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Mar 24]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430890/