Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Mengatasi kebutaan pediatrik dipertimbangkan menjadi prioritas penting oleh

World Health Organizations (WHOs) VISION The Right to Sight programme.


Prevalensi gangguan penglihatan anak-anak yatu survey pemeriksaan kesehatan 19631965 pada 7.119 anak. Usia sekitar 6-12 tahun ditemukan paling banyak mengalami
ketidakseimbangan otot mata 9.2%, stabismus konstan 2.4%, heteroforia 4.3%, dan
penyakit mata lain sebanyak 1%, konjungtivitis 0,7%, dan blefaritis 0,3%. 9
Terdapat beberapa alasan untuk hal ini. Pertama, anak yang terlahir buta atau
menjadi buta seumur hidup berdampak pada emosional, sosial, dan ekonomi baik
terhadap anak itu sendiri, keluarga, dan lingkungan. Perkembangan kemampuan
melihat sangat tergantung pada perkembangan anak secara keseluruhan Ketajaman
penglihatan anak baru dapat diukur secara kuantitatif pada usia 2 tahun Perkembangan
penglihatan berkembang cepat sampai usia 2 tahun dan mencapai penglihatan normal
pada usia 5 tahun. Buta menurut WHO yaitu visus dengan koreksi terbaik pada mata
yang lebih baik adalah 3/60 atau kurang. Sampai saat ini, menurut UNICEF batasan
bahwa masih dianggap anak kalau umurnya kurang dari 16 tahun. 9
Pemeriksaan dan membuat diagnosis tentang penglihatan pada anak memiliki
kesulitan tersendiri, yang membutuhkan waktu dan pengalaman dari pemeriksa. Lebih
jauh lagi, mata anak tidak dapat disamakan dengan versi kecil dari mata orang dewasa,
karena memiliki respon yang berbeda terhadap pengobatan medis dan operasi.8,9
Pada anak, mulai dari baru lahir sampai usia 6 tahun, visusnya sangat
tergantung pada: (1) perkembangan uvea dan fovea centralis, dan (2) lintasan saraf.
Karena itu gangguan penglihatan pada anak harus segera dikoreksi sebelum umur 6
tahun, jika tidak dikoreksi akan timbul gangguan menetap. Pemeriksaan objektif mata
anak sulit, mengingat pemeriksaan seringkali perlu menggunakan senter yang
menyilaukan mata, menatap langsung ke matanya tentu menakutkan anak dengan
sendirinya menangis dan matanya menutup dengan spontan. Seringkali pemeriksaan
harus dengan paksaan atau jika diperlukan dengan pembiusan. Maka cara pemeriksaan
baik dengan pendekatan yang memadai yang tentu diketahu dari anak, mengamati

gerakan bola mata, memeriksa refleksi, fundus dan keadaan media media kadang masih
bisa dengan anak dalam gendongan sebelum anak nangsis. Deteksi dini dan pengobatan
yang tepat pada gangguan mata anak dapat menghindari gangguan penglihatan
permanen seumur hidup . 8,9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mata
Mata merupakan organ penglihatan yang dimiliki manusia. Mata dilindungi
oleh area orbit tengkorak yang disusun oleh berbagai tulang seperti tulang frontal,
sphenoid, maxilla, zygomatic, greater wing of sphenoid, lacrimal, dan ethmoid.
Sebagai struktur tambahan mata, dikenal berbagai struktur aksesori yang terdiri dari
alis mata, kelopak mata, bulu mata, konjungtiva, aparatus lakrimal, dan otot-otot mata
ekstrinsik. Alis mata dapat mengurangi masuknya cahaya dan mencegah masuknya
keringat, yang dapat menimbulkan iritasi, ke dalam mata. Kelopak mata dan bulu
mata mencegah masuknya benda asing ke dalam mata. Konjungtiva merupakan suatu
membran mukosa yang tipis dan transparan. Konjungtiva palpebra melapisi bagian
dalam kelopak mata dan konjuntiva bulbar melapisi bagian anterior permukaan mata
yang berwarna putih. Titik pertemuan antara konjungtiva palpebra dan bulbar disebut
sebagai Konjuntival fornices. 7,8,9

Gamb Struktur Aksesori Mata


Untuk menggerakkan bola mata, mata dilengkapi dengan enam otot ekstrinsik.
Otot-otot tersebut yaitu superior rectus muscle, inferior rectus muscle, medial rectus
muscle, lateral rectus muscle, superior oblique muscle, dan inferior oblique muscle.
Pergerakan bola mata dapat digambarkan secara grafik menyerupai huruf H sehingga
uji klinis yang digunakan untuk menguji gerakan bola mata disebut sebagai H test.
Superior oblique muscle diinervasi oleh nervus troklearis. Lateral rectus muscle
diinervasi oleh nervus abdusen. Keempat otot mata lainnya diinervasi oleh nervus

okulomotorius. 7,8,9 Otot-otot ekstrinsik bola mata dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.2. Otot-otot Ekstrinsik Bola Mata


Mata mempunyai diameter sekitar 24 mm dan tersusun atas tiga lapisan utama,
yaitu outer fibrous layer, middle vascular layer dan inner layer. Outer fibrous layer
(tunica fibrosa) dibagi menjadi dua bagian yakni sclera dan cornea. Sclera (bagian
putih dari mata) menutupi sebagian besar permukaan mata dan terdiri dari jaringan
ikat kolagen padat yang ditembus oleh pembuluh darah dan saraf. Kornea merupakan
bagian transparan dari sclera yang telah dimodifikasi sehingga dapat ditembus
cahaya.Tunica vasculosa disebut juga uvea. 7,8,9

Lapisan ini terdiri dari tiga bagian yaitu koroid, badan siliaris, dan iris.
Choroid merupakan lapisan yang sangat kaya akan pembuluh darah dan sangat
terpigmentasi. Lapisan ini terletak di belakang retina. Badan siliaris merupakan
ekstensi choroid yang menebal serta membentuk suatu cincin muskular disekitar lensa
dan berfungsi menyokong iris dan lensa serta mensekresi cairan yang disebut sebagai
aqueous humor. Iris merupakan suatu diafragma yang dapat diatur ukurannya dan
lubang yang dibentuk oleh iris ini disebut sebagai pupil. Iris memiliki dua lapisan
berpigmen yaitu posterior pigment epithelium yang berfungsi menahan cahaya yang
tidak teratur mencapai retina dan anterior border layer yang mengandung sel-sel
berpigmen yang disebut sebagai chromatophores. 7,8,9
Konsentrasi melanin yang tinggi pada chromatophores inilah yang memberi
warna gelap pada mata seseorang seperti hitam dan coklat. Konsentrasi melanin yang
rendah memberi warna biru, hijau, atau abu-abu. Inner layer (tunica interna) terdiri
dari retina dan nervus optikus. Struktur anatomi yang telah dijelaskan sebelumnya
dapat dilihat pada gambar berikut. 7,8,9

Gambar 2.3. Anatomi Bola Mata


2.2 Proses Visual Mata
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan
menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal,
pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika
sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen
kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan
papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epithelial kontraktil yang telah
termodifikasi.Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan
melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. 7,8,9
Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya
berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang
dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan
bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata. Beberapa media
refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humor (n=1.33), dan lensa (n=1.40).
Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi
untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang
dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai
retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi
aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi
pada retina. 7,8,9
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory
retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin
yang bersama-sama dengan pigmen pada choroid membentuk suatu matriks hitam
yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan
mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga
lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari setiap
neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan
bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan ganglionik

sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionik. 7,8,9
Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang
terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral
geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri. Gambaran jaras
penglihatan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat pada gambar berikut. 7,8,9

Gambar 2.4. Jaras Penglihatan


2.3 Perkembangan Ketajaman Penglihatan pada Anak
Ketajaman penglihatan merupakan kemampuan sistem penglihatan untuk
membedakan berbagai bentuk. Penglihatan yang optimal hanya dapat dicapai bila
terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, stuktur mata yang sehat serta kemampuan
fokus mata yang tepat. Perkembangan kemampuan melihat sangat bergantung pada
perkembangan tumbuh anak pada keseluruhan, mulai dari daya membedakan sampai
pada kemampuan menilai pengertian melihat. Walaupun perkembangan bola mata
sudah lengkap waktu lahir, mielinisasi berjalan terus sesudah lahir. Berikut adalah
tabel perkembangan penglihatan normal. 1,2,3
(Sumber: Pediatric eye examination textbook; Ann U Stout)3

Secara
klinis,
derajat

ketajaman anak-anak mencapai nilai yang mendekati 6/6 saat mencapai usia 5 tahun.
Hal ini dikarenakan pemeriksaan visus pada anak-anak secara subjektif maupun
objektif tidak dapat menghasilkan data yang valid. Ketajaman penglihatan dapat
dibagi lagi menjadi recognition acuity dan resolution acuity. Recognition acuity
adalah ketajaman penglihatan yang berhubungan dengan detail dari huruf terkecil,
angka ataupun bentuk lainnya yang dapat dikenali. Resolution acuity adalah
kemampuan mata untuk mengenali dua titik ataupun benda yang mempunyai jarak
sebagai dua objek yang terpisah.1,3,4
Hubungan antara jenis ketajaman penglihatan tersebut dengan usia dimana
kondisi tersebut dapat dicapai dapat dilihat pada Tabel 2.1. berikut 2

Studi Ketajaman Penglihatan pada Anak Usia Lima Tahun Keatas

2.4 Pemeriksaan Visus Pada anak


Kelainan refraksi dapat dicurigai misalnya berdasarkan kebiasaan cara
menonton TV, posisi duduk saat belajar di kelas, dan membaca terlalu dekat. Apabila
disertai posisi agak miring, maka kemungkinan ada kelainan makula atau ada
strabismus. Apabila anak sudah bisa diperiksa dengan kacamata maka pemeriksaan
akan lebih mudah dengan menggunakan metode coba-coba, secara subjektif. Untuk
mengetahui secara pasti refraksi pada anak sebaiknya dilakukan pemeriksaan dengan
streak retinoscopy. Dalam pemeriksaan ini mata anak atau bayi sebelumnya ditetesi
midriatika untuk melebarkan pupil dan melumpuhkan otot silier sehingga tidak
dipengaruhi faktor akomodasi.9

Tabel 2.1 Visus bayi dan anak (Ilyas, 2009)

Baru lahir
6 Minggu
3 bulan
4 bulan
6 bulan

Menggerakkan kepala ke sumber


cahaya besar
Melakukan Fiksasi, gerakan mata
tidak teratur ke arah sinar
Dapat menggerakan mata ke arah
benda bergerak
dapat melihat dan mengambil obejk

9 bulan

Dapat melihat
objek
20/200

1 tahun

20/100

2 tahun

20/40

3 tahun

20/30

5 tahun

20/20

dan

mengambil

Pemeriksaan refraksi menjadi sangat penting apabila ternyata bayi atau anak
mengalami strabismus, dengan demikian bayi akan sulit diperiksa. Untuk
pemeriksaan seperti ini sebaiknya dilakukan anestesia umum, sehingga pemeriksaan
fundus, retinoskopi, serta tonometri bisa sekaligus dilakukan. 1,3,8
Metode kuantitatif untuk menguji ketajaman visual mencakup pengukuran
ketajaman deteksi, ketajaman resolusi, dan ketajaman pengenalan. Semua
pemeriksaan dilakukan pada mata kanan terlebih dahulu. Ketajaman deteksi
mendeteksi adanya stimulus terhadap latar belakang standar (uji Bock Candy Bead),
sedangkan ketajaman resolusi mengukur kemampuan membedakan pola hitam dan
putih secara tipikal. 1,3,8
Tiga metode dasar untuk menguji ketajaman resolusi pada bayi adalah sebagai
berikut. Pertama, melihat mana yang lebih disukai tergantung kebiasaan melihat
saat mengenali stimulus berpola. Kedua, bangkitan nistagmus optokinetik. Saat bayi
melihat drum bergaris berputar dari kiri ke kanan, matanya mengikuti putaran drum
bergaris tersebut secara lambat dari kiri ke kanan juga. Ketika garis menjadi objek
fiksasinya yang tadi di kiri sekarang menjadi di kanan lalu hilang, matanya
bergerak secara cepat kembali ke kiri untuk memfiksasi objek garis yang baru.
Ketiga adalah dengan mengukur visual evoked potential (VEP) yang merupakan
suatu sinyal listrik yang dibangkitkan oleh korteks visual sebagai respon terhadap
stimulasi retina baik dengan cahaya senter atau pola papan catur. 1,3,8

Respon terhadap stimulus tersebut direkam. VEP terutama sebagai metode


menilai fungsi makula karena korteks visual menggambarkan penglihatan area
makula. VEP juga menggambarkan proses akhir penglihatan, sehingga bisa
merefleksikan abnormalitas dimanapun pada retina sampai ke korteks.
Penggunaan klinis VEP antara lain untuk konfirmasi diagnosis neuropati dan
penyakit demyelinisasi, menilai kesalahan proyeksi serabut N II seperti pada
albinisme, menilai ketajaman penglihatan pada bayi dan anak yang belum bisa
membaca dengan memakai stimulus pola garis yang makin halus, mendeteksi lokasi
defek lapang pandang dengan membandingkan respon terhadap stimuli dengan
lokasi yang berbeda, mengevaluasi potensial ketajaman penglihatan pada subjek
dengan opasitas lensa, dan untuk mendeteksi kepura-puraan atau malingering. 1,3,8
2.5 Cara Pemeriksaan Pemeriksaan Visus pada Anak
2.5.1 Bayi Baru Lahir Sampai Umur 2 Bulan
Pemeriksaan pada usia ini biasa dilakukan dengan objek yang menarik
misalnya lampu senter. Pada bayi baru lahir hanya bisa membedakan gelap dan
terang. Kalau pada saat disinari lampu senter, bayi memejamkan matanya, berarti
visusnya baik. Selain itu pemeriksaan bisa juga dilakukan dengan mainan dengan
warna yang mencolok dan bersuara. Pada bayi umur 2 bulan matanya diarahkan
pada mainan. Untuk memancing perhatiannya bisa disertai suara.3,7
Ketika matanya sudah terfokus pada mainan, hilangkan suaranya. Lalu mainan
digerakkan pelan-pelan. Jika mata bayi masih bisa mengikuti gerakan mainan,
berarti visusnya baik. Selain itu bisa juga dengan uji tutup mata untuk gangguan
mata unilateral. Apabila mata yang penglihatannya lebih buruk ditutup, bayi
biasanya akan tenang saja. Namun apabila mata yang sehat yang ditutup, maka bayi
akan rewel. 3,7
2.5.2 Umur 6 Bulan
Pemeriksaan pada umur ini bisa dilakukan dengan drum yang berputar. Drum
diberi garis hitam putih yang lebar bervariasi. Apabila mata bayi mengikuti putaran
drum, maka akan timbul jerky nistagmus dan ini berarti visusnya baik. Visus dinilai
dari lebar garis drum terakhir yang masih bisa diikuti bayi putarannya tanpa
nistagmus. 3,7
Cara lain adalah dengan papan panil dengan 2 lubang. Lubang 1: panil
bergaris dan lubang 2: panil kelabu. Panil bergaris dari lubang 1 dipindah ke lubang
2 dan yang panil kelabu pindah ke lubang 1. Garis panil makin lama makin halus.
Jika bayi sudah melihat panil bergaris seperti panil kelabu, dan bayi tidak mengikuti
gerak panil lagi itulah nilai visusnya. 3,7

2.5.3 Umur 2,5 Hingga 3 Tahun


Anak memegang huruf T, H, dan V. Bandingkan dengan huruf pada lampu
senter yang dinyalakan. Selain itu bisa juga dengan uji kelereng. Empat kelereng
ditambah dengan papan kayu yang berlubang. Empat kelereng dengan ukuran
berbeda dan 4 lubang pada papan dengan ukuran sesuai dengan ukuran kelereng.
Anak disuruh mencocokkan kelereng dengan lubangnya. Kalau bisa berarti
visusnya baik. 3,7
2.5.4 Umur 3 Hingga 4 Tahun
Menggunakan uji E. Uji ini menggunakan optotip Snellen dengan huruf E
yang dibolak-balik. Huruf E jungkir balik ini makin ke bawah makin kecil.

Sumber: Gerhard K.Lang Opthalmology textbook short edition.4

2.5.5 Umur Lebih dari 5 Tahun


Dengan optotip huruf E yang dibolak-balik atau dengan optotip angka. 3,7
2.6 Prosedur Kartu Ketajaman
Prosedur ini dikembangkan untuk memperpendek waktu yang diperlukan
untuk mendapat dan memperkirakan ketajaman pada bayi secara individual,
sehingga memungkinkan prosedur looking preferential dikombinasikan di dalam
klinis dan LEA simbol, pada pemeriksaan LEA symbol diharapkan anak dapat
melihat sampai lebih dari 20/100. Looking preferential adalah pada bayi
diperlihatkan gambar-gambar, ada yang warnanya kontras (colourful) ada yang

warnanya homogen. Bayi akan lebih menyukai gambar kontras. Berikut merupakan
metode-metode pemeriksaan yang bisa kita lakukan ataupun alat-alat yang bisa
gunakan dalam pemeriksaan visus pada anak: 3,7
Gambar 2.4 Preferential looking test

Sumber:
Pediatric eye examination textbook; Ann U Stout3,7

Sumber: pediatric eye evaluation textbook2

Allen Test card,


pediatric eye
evaluation textbook

Kartu-kartu dari Allen seperti kartu bridge baik digunakan pada anak usia
sekitar 3 tahun. Kartu ini masing-masing bergambar tunggal yang berguna untuk
memusatkan perhatian dan juga dipegang dan dijauh dekatkan jarak pemeriksaannya.
Jarak yang umum digunakan adalah 3 meter, dengan kemungkinan tidak menemukan
miopia sebanyak hanya 1/3 dioptri,hal yang bisa diabaikan mungkin ambliopia ringan
tak ditemukan. Kecuali kurangnya visus, perlu menjadi perhatian pula perbedaab
visusantara kedua mata, karena terdapat tendensi pemakaian sebelah mata saja yang
memiliki visual yang baik dan mensupresi bayangan dari mata yang kabur sehingga
menimbulkan sindrom monofiksasi. 3,4,7
2.7 Penilaian Fungsi Visual
Penilaian fungsi visual selain visus juga mencakup lapang pandangan,
penglihatan warna, serta pengujian fungsi retina secara elektrofisiologik. Lapang
pandangan digambarkan sebagai sebuah pulau penglihatan yang dikelilingi oleh suatu
lautan kegelapan. Normalnya adalah 50 superior, 60 nasal, 70 inferior, 90
temporal. Ada suatu titik gelap 15 sebelah temporal fiksasi yang disebut bintik buta.
Ada 3 populasi sel konus retina dengan sensitivitas yang spesifik yaitu biru (tritan)
414-424 nm, hijau (deutan) 522-539 nm, dan merah (protan) 549-570 nm. 2,3,6
Penglihatan normal membutuhkan ketiga jenis sel ini untuk melihat suatu
spektrum warna. Kalau ada defisiensi misalnya kekurangan sel konus merah, maka
disebut protonomali; dan jika absen sama sekali disebut protonopsia. Tes penglihatan
warna bisa dimulai pada usia 8-12 tahun. Uji penglihatan warna diantaranya uji
Ishihara, terutama untuk penapisan defek protan dan deutran kongenital. Uji City
university, dimana ada 10 plat, tiap plat ada 1 bulatan warna sentral dikelilingi 4
bulatan warna perifer. Subjek disuruh mencocokkan mana diantara 4 warna perifer
yang paling menyerupai warna sentral. Uji-uji yang lain adalah uji Hardy-Rand-Ritler,
sama seperti Ishihara, tapi bisa mendeteksi ketiga defek kongenital,dengan alat
elektroretinogram (ERG). Elektroretinogram menghasilkan suatu rekaman potensial
aksi yang diproduksi retina ketika distimuli dengan cahaya dengan intensitas
adekuat.3,6
Tabel 1.5 Penilaian penglihatan berdasarkan umur dan metode pemeriksaan

Sumber: Pediatric eye examination textbook; Ann U Stout 3


2.8 Penilaian Gerakan
Penilaian gerakan bisa dilakukan dengan uji tutup (cover test). Intinya
pemeriksaan ini masih merupakan penilaian deviasi yang paling akurat. Uji ini bisa
membedakan tropia dengan foria, menilai derajat kontrol suatu deviasi, dan melihat
kekuatan fiksasi pada tiap mata. Tes ini berdasarkan kemampuan pasien untuk
memfiksasi, jadi syaratnya pasien harus kooperatif.9,10
Selain itu pemeriksaan juga bisa diarahkan pada posisi kardinal tatapan. Ada 6
posisi kardinal tatapan: (1) dextroversi, akibat aksi m.rektus lateral dextra dan
m.rektus medial sinistra;(2) levoversi, akibat aksi m.rektus lateral sinistra dan
m.rektus medial dextra; (3) dextroelevasi, akibat aksi m.rektus superior dextra dan
m.oblik inferior sinistra;(4) levoelevasi, akibat aksi m.rektus superior sinistra dan
m.oblik inferior dextra;(5) dextrodepresi akibat aksi m.rektus inferior dextra dan
m.oblik superior sinistra; serta (6) levodepresi, akibat aksi m.rektus inferior sinistra
dan m.oblik superior dextra. 9,10
Pemeriksaan versi dan duksi juga bisa dilakukan untuk menilai gerakan. Duksi
adalah rotasi monokular pada mata (adduksi, abduksi, elevasi, depresi, intorsi, dan
extorsi). Versi adalah konjugasi gerakan mata binokular (kedua mata melirik
bersamaan). 9,10
2.9 Pemeriksaan Segmen anterior
Pemeriksaan segmen anterior meliputi pemeriksaan kelopak mata, bulu mata,
kornea, bilik mata depan, iris dan pupil, dan lensa. Alat-alat yang bisa digunakan

antara lain senter, kaca pembesar. Untuk mengetahui secara lebih rinci dapat
menggunakan slit lamp. Slit lamp yang dipakai bisa yang tegak apabila anak sudah
kooperatif atau dengan flying baby (anak diangkat ibunya). Bisa juga dengan
menggunakan hand slit lamp. 9,10
2.10

Pemeriksaan Refraksi Pada Bayi dan Anak


Kelainan refraksi dapat dicurigai dari kebiasaan cara melihat televisi (suka

nonton dalam jarak dekat), saat belajar di sekolah (biasanya anak suka duduk di
depan, karena tidak jelas kalau duduk di belakang), membaca terlalu dekat, dan posisi
agak miring (kelainan makula atau strabismus). Anak yang mempunyai pusat fiksasi
penglihatan di luar fovea sentralis akan selalu berusaha mensejajarkan posisi aksis
visual atau menjatuhkan fokus sinar di bagian retina yang berfungsi sebagai fovea
dengan cara memiringkan kepalanya. Fiksasi eksentrik timbul karena mata secara
terus-menerus menggunakan area ekstrafovea untuk memfiksasi suatu objek. Fiksasi
jenis ini dapat diperiksa dengan visuskop atau refleks pada kornea dengan metode
corneal light reflect. 3,4,7

(pemeriksaan corneal light reflect pada pupil anak tampak white crescent yang menunjukkan
kelainan refraksi) yang menunjukkan bahwa anak tersebut mengalami strabismic amblyopia atau
penurunan penglihatan yang disebabkan oleh penyakit makular sekunder.

Sumber: Pediatric eye examination textbook; Ann U Stout


Pemeriksaan Red Reflex merupakan pemeriksaan dengan menggunakan
opthalmoskop yang didekatkan pada mata, dimana pemeriksaan ini dilakukan pada
ruangan yang gelap untuk menilai perbedaan ukuran pupil, perbedaan 1ml pada pupil
bisa menunjukkan suatu kelainan klinis. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan

metode lubang jarum (pinhole) cukup sederhana dan bermanfaat. Bila ditemukan
perbaikan dengan pemeriksaan ini, berarti ada kelainan refraksi. Untuk mengetahui
status refraksi secara pasti bisa dilakukan dengan pemeriksaan streak retinoscopy.
Untuk anak yang sudah besar, pemeriksaan visus dilakukan dengan menggunakan
kartu snellen yang bergambar atau berisi huruf E yang dibolak balik dengan jarak
pemeriksaan 6m, hal ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan huruf ataupun
angka. 3,4,7
Bila dalam pemeriksaan obyek terbesar tidak dapat dikenali anak, maka anak
didekatkan ke arak kartu uji sampai anak dapat melihat atau mengenali obyek terbesar
tersebut. Misalnya anak dapt melihat atau mengenali objek terbesar tersebut dengan
jarak 2m, maka 2m merupakan pembilang sedangkan jarak pada obyek terbesar yang
semestinya (60m) bisa dilihat, maka dapat diinterpretasiakn bahwa hasil pemeriksaan
tersebut adalah 2/60. 3,4,7
Apabila melihat obyek terbesar terbesar tidak bisa dengan jark 6m maka
dilanjutkan pemerikasan dengan menggunakan teknik hitung jari, hal ini dapat
dilakukan dengan catatan anak sudah pandai berhitung. Kemudian interpretasi
pemeriksaan dapat dilakukan sesuai dengan jarak pemeriksaan anak saat menghitung
jari. Misalnya anak hanya dapat menghitung jari dengan jarak 2m maka hasil
pemeriksaan tersebut adalah 2/60. 3,4,7
Setelah dilakukan pemeriksaan dengan cara menghitung jari dengan jarak paling
dekat dengan mata anak tetapi anak tidak dapat menghitung jari pemeriksa, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan denagan
pemeriksaan lamabian tangan. Apabila anak dapat menentukan arah pergerakan
tangan maka dapat diiterpretasinya adalah 1/300. 3,4,7
Untuk tahap akhir pemeriksaan ini adalah dengan menggunakan cahaya.
Pemeriksaan ini dilakukan apabila anak tidak dapat menilai arah dari pemeriksaan
lambaian tangan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai apakah anak dapat
mengetahui dari mana arah datangnya cahaya yang diberikan oleh pemeriksa. Apabila
anak mengetahui arah datangnya cahanya maka interpetasinya adalah 1/ tak
terhingga.visus nol apabila tidak ada sama sekali persepsi cahaya. 3,4,7
Penggunaan mata yang tidak simultan pada akhirnya akan mengganggu visi
binokuler sehingga kemungkinan dapat menyebabkan ambliopia apabila memilki

perbedaan yang cukup tinggi. Ada kemungkinan saat itu telah terdapat ambliopia atu
terdapat kelainan organik pada mata yang visusnya kurang baik. 3,4,7
Sebagai contohnya pada miopia derajat sedang unulateral, satu mata mungkin
digunakan untuk melihat jauh sedangkan mata yang satunya digunakan untuk melihat
yang dekat saja, hal ini kemungkinan tidak terjadi ambliopia tetapi terdapat gangguan
visi binokuler. Sedangkan pada pada miopia tinggi unilateral kemungkinan terjadi
ambliopia anisometropik besar, sebab satu mata digunakan untuk melihat jauh
maupun dekat. Selain pemeriksaan diatas juga diperhatikan gerak dari kedua
matanya.3,4,7
Pada anak yang berusia <3 tahun, penggunaan pemeriksaan subjektif dengan
menggunakan kartu snellen ataupun kartu allen seperti diatas belum dapat digunakan,
namun pemeriksaan dilakukan hanya dengan mengamati tingkah laku penggunaan
indera matanya saja, misalnya :9,10
1. Bayi baru lahir seharusnya sudah memiliki rasa silau dan menghindar atau
menutup matanya dengan cepat dan rapat bila diberi rangsangan sinar.
Selainitu pupil sudah menunjukkan reaksi khususnya pada bayi yang
dilahirkan cukup bulan.
2. Bayi 1 minggu mengenali atau mengarahkan pandangannya ke arah ibunya
atau orang yang berada disekitarnya dengan gerak kasar meskipun mungkin
matanya tidak mengarah sama (juling fisiologik)
3. Bayi 3-4 minggu memiliki kemampuan yang sama dengan bayi usia 1
minggu, akan tetapi kedua mata seharusnya sejajar menuju objek yang
diperhatikannya (tidak juling lagi) jika masih terdapat juling perlu dicurigai
adanya kelainan organik, kelainan refraksi (misalnya hipermetrop dapat
menyebabkan esotropia), kelainan inervasi, ataupun kelainan anatomi.
4. Bayi 1 bulan seharusnya sudah dapat menggerakkan matanya vertikal keatas
ataupun melirik ke arah bawah.
5. Bayi berusia5-6 minngu seharusnya memiliki kemampuan untuk mengikuti
pergerakan benda/ senter dengan pandangannya sampai beberapa derajat dan
kembali keposisi semula dengan lambat bila senter dimatikan.
6. Bayi 1,5- 2 bulan sudah bisa melakukan konvergensi bila objek didekatkan.
7. Bayi 3 bulan seharunya sudah dapat mengikuti senter atau objek dengan
tarikan yang lebih mantap, dan dapat mempertahankan pandangannya
dengan area yang lebih luas lagi ke pinggir dan kembali keposisi semula
dengan lebih cepat apabila senter dimatikan.

8. Bayi 4 bulan memiliki kemampuan yang sama dengan bayi 3 bulan tetapi
memiliki kelebihan untuk memegang atau mengapai objek yang dilihatnya
dan berusaha memasukkan kemulutnya. Dan sudah mengenali jauh dan
dekat. 9,10
Apabila bayi tidak memiliki kemampuan diatas hingga usia 6 bulan
maka perlu dicurigai adanya anomali motorik karena pada usia 6 bulan reflekreflek seharusnya sudah relatif baik. Sehingga perlu diperhatiakan juga pada
anak yang sudah besar 9,10
a. apakah menatap benda dengan sangat dekat? hal ini dapat etrjadi pada
miopia tinggi ataupun usaha anak agar brnda tersebut terlihat lebih besar.
b. apakah menatap dengan memiringkan kepala? Hal ini dapat terjadi
kemungkinan torticolis oculi akibat parase salah satu otot mata, selain itu
jika menggunakan kedua mata untuk memiringkan kepala adalah sebagai
bentuk kompensasi pengarahan kedua mata supaya tidak diplopia.
c. Apakah menatap suatu benda dengan memicingkan sebelah atau kedua
mata? Hal ini terjadi kemungkinan mata yang dipincingkan silau akibat
radang kornea, selain itu juga dapat dilakukan untuk menghindari diplopia
dan membuat pandangannya lebih jelas.
d. Apakah dapat mennemukan dengan segera mainan yang dijatuhkan atau
melihat kearah benda yang menarik disampingnya? Dan apakah ada
kesukaran untuk mencari arah ? hal ini digunakan untuk menilai apakah ada
kelainan lapang pandang.
e. Apakah matanya sering berkedip- kedip atau menggosok- gosok matanya?
Hal ini dapat digunakan untuk menilai kemungkinan sebagai suatu
menifestasi anomali refraksi.
f. Apakah ada nistagmus ? hal ini dapat diketahui apakah terdapat nistagmus
kongenital atau gangguan lainnya dengan visus relatif baik pada posisi
tertentu dan posisi yang memperburuknya.
Selain mengamati perilaku berdasarkan usia dan cara mengamati objek
dapat dilakukan pemeriksaan visus pada anak dengan menggunakan alat-alat
khusus. 9,10
1. Pemeriksaan dengan menggunakan prinsip nistagmus optokinetik (OKN)
yaitu gerakan otomatis mengikuti gerakan objek yang bergerak kesuatu
arah. Alat yang digunakan adalah benda yang bercorak vertikal berwarna
hitam dan putih atu menggunakan pita yang bercorak sama kemudian

digerakkan kearah tertentu. Kemudian menilai dengan gerakan tersebut


apakah anak dapat mereson gerakan alat tersebut.
2. Menggunakan prinsip preferensi menatap/ mengambil objek bercorak hutam
putih dibandingkan objek berwarna ungu. Apabila corakannya lebih rapat
makan akan dilahat berwana ungu sedangkan anak akan memilik objek yang
memiliki corak yang lebih besar.
3. Mengukur perubahan potensial listrik di daerah occiput. Apabila
mataterlihat ada perubahan intensitas dalam suatu bidang maka akan terjadi
perubahan potensial listrik VEP (visual evoked potential). Pada anak
diperlihatkan media bercorak hitam putih berbentuk bidang catur dengan
corakan bergantian, apabila anak dapat melihat corakan pada bidang tersebut
makan akan terjadi perubahan potensial pada kortek visual. Dan apabila
anak hanya melihat corakkan tersebut kecil bagi matanya hanya terlihat
bidang kelabu dan tidak menimbulkan perubahan potensial.

2.11 Prosedur pemeriksaan penglihatan pada anak


Saat melakukan pemeriksaan lakukan lah pemeriksaan pada mata kanan
terlebih dahulu, setelah itu baru mata kiri pasien. Jika anak menggunkan kaca mata,
tetap suruh anak tersebut menggunakan kacamata nya dalam melakukan
pemeriksaan, perintah anak untuk tetap membuka kedua mata nya selama
dilakukan pemeriksaan. 9,10

BAB III
KESIMPULAN
Terdapat 1,4 juta anak buta di dunia. Penyebab Kebutaan pediatrik
bervariasi menurut daerah dan perkembangan sosioekonomi. Namun sekitar
40% kebutaan pediatrik dapat dihindari. Pemeriksaan fungsi dan organik mata
ana perlu untuk pencegahan hal-hal yang sulit diatasi bila sudah besar seperti
ambliopia. Karena beberapa kesulitan yang akan dihadapi, teknik pemeriksaan
sesederhana mungkin yang mudah dilakukan yaitu dengan penlight untuk
menilai reflek kornea pada mata.9
Beberapa cara penilaian yang lebih mendekati dan gampang untuk
dilakukan yaitu dengan prinsip nistagmus optokinetik, preferensi test, kartu
allen atau snellen chart. Untuk pemeriksaan yang lebih terbaru dan canggih
bisa dilakukan dengan teknik VEP atau modifikasi elektro ensefalogram.9

DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophtalmology; Pediatric ophtalmology. In: Basic and
clinical sciences course. Section 6. Chapter: Mosby;2008-2009.p. 285-7
2. Coleman A,MD,Phd. Pediatric Eye Evaluations. American Academy of
ophtalmology; 2012.
3. Lang G. Eye examination.Textbook of ophtalmology Atlas.2nd Edition 2006.
4. Ann Stout. Pediatric eye examination. Textbook of ophtalmology 2nd edition
2008. Page 128-142
5. Anatomy of Eye. 2010. www.medscape.com
6. http;//www.aapos.org//client data/files/2012/502 refractions in children.pdf.
Accessed April 28, 2016.
7. Chou R, Dana T, Bougatsos C. Screening for visual impairment in children ages
15 years: update for the USPSTF. Pediatrics.2011;127(2):e442 e479
8. Wijana N, Dr. Ilmu Penyakit Mata edisi 5; 1989. Hal; 1-30
9. Ilyas. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Ed-3. Balai
Penerbit FK UI. Jakarta. 2009
10. Ibrahim S, Marianas M. Pemeriksaan Mata Anak, Khususnya Fungsi Penglihatan;
1998. Padang; Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Anda mungkin juga menyukai