Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem penglihatan pada manusia berkembang secara progresif sejak lahir.


Perkembangan / embriologi mata dimulai pada saat embrio berusia 3 minggu
sampai 10 minggu selama masa intrauterin atau masa gestasi. Jaringan okular
berasal dari lapisan mesodermal dan ektodermal. Wilayah oksipital di otak
manusia memiliki area khusus untuk menerima dan menafsirkan gambar yang
ditangkap oleh mata. Mielinisasi dari serat saraf optik akan mulai terjadi hingga
selesai pada minggu kesepuluh setelah kelahiran dan akibatnya dengan cepat
meningkatkan kepadatan sinaptik korteks visual sejak lahir hingga empat bulan
kehidupan ekstrauterin, yang tercermin dalam peningkatan dan perkembangan
persepsi visual, fiksasi, dan koordinasi fungsional dari motivator yang menyertai
rangsangan visual. 1,2
Perkembangan fungsi penglihatan akan berlangsung selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun pada fase awal kehidupan dari seorang anak.
Perkembangan penglihatan segera dimulai setelah lahir melalui rangsangan visual
dan interaksi dengan lingkungan, yang seiring dengan perkembangan global anak,
yaitu perkembangan neuropsikomotor, koordinasi visual-motorik, kemampuan
kognitif, dan adaptasi perilaku, lingkungan, dan sosial budaya. Integritas anatomi
dan neurofisiologis. Sistem ini sangat penting untuk terjadinya proses
perkembangan penglihatan, yang berkaitan dengan usia dan juga dengan dari
genetik, kognitif, dan lingkungan.2,3
Fungsi dan sensitivitas dari penglihatan yang tadinya belum sempurna
menjelang lahir akan semakin berkembang dalam jangka waktu yang berbeda
untuk fungsi visual yang berbeda. Perkembangan penglihatan yang lebih baik
diperlukan saat anak mulai mengenali lingkungan, dan terutama saat anak berada
dalam usia sekolah. 4
Perkembangan penglihatan pada anak dapat dinilai dari bagaimana anak
dapat berakomodasi dan mengendalian fokus mata sesuai jarak benda, melihat
benda dalam bidang 3 dimensi, dan bagaimana mata dapat bergerak mengikuti
target.4
Mengenali bentuk, warna, atau emosi orang lain dapat terjadi ketika
perkembangan penglihatan berlangsung dengan baik dan bekerja sama dengan
benar dengan otak. Gangguan dalam proses perkembangan penglijatan dapat
menyebabkan beberapa konsekuensi negatif yang menjadi masalah besar,
terutama bagi anak-anak, karena dapat memperlambat proses kognitif dan juga
mempengaruhi hubungan psikososial anak di kehidupannya.5
Berdasarkan latar belakang di atas, referat ini akan membahas tentang
perkembangan penglihatan pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Embriologi Sistem Penglihatan


Embriologi mata dimulai pada saat embrio berusia 3 mimggu sampai 10
minggu masa gestasi. Jaringan okular berasal dari lapisan mesodermal dan
ektodermal. Retina, badan siliaris, saraf optik, dan iris berasal dari
neuroepithelium. Lensa, kelopak mata, dan epitel kornea terbentuk dari ektoderm
permukaan. Sklera, pembuluh darah, otot okular, vitreous, dan endotelium dan
stroma kornea, berkembang dari mesenkim ekstraseluler. Gen homeobox Pax6
sangat penting untuk inisiasi perkembangan mata, yang dimulai dengan evaginasi
alur optik.1

2.1.1 Cawan Optik dan Vesikula Lentis6


Mata mulai tampak saat usia janin 22 hari sebagai sepasang alur
dangkal di samping otak depan. Saat neural tube menutup, alur-alur ini
membentuk kantong luar di otak depan yang disebut sebagai vesikula optika
(vesikel mata). Vesikel-vesikel ini kemudian akan melekat ke ektoderm
permukaan dan memicu perubahan di ektoderm yang diperlukan untuk
membentuk lensa. Segera setelahnya, vesikula optika akan mengalami
invaginasi dan membentuk cawan optik (optic cup) berdinding ganda.
Lapisan dalam dan luar cawan optik ini dipisahkan oleh suatu lumen (ruang
intraretinal) yang akan segera lenyap, sehingga kedua lapisan tersebut akan
berhadapan satu sama lain. Invaginasi tidak terbatas pada bagian tengah
cawan optik tetapi juga melibatkan bagian inferior cawan optik yang
membentuk fisura koroidea (tempat lewatnya a.koroidea). Pembentukan
fisura ini memungkinkan arteri hialoidea mencapai ruang dalam mata. Selama
minggu ketuhuh, bibir-bibir fisura koroidea menyatu, dan mulut dari cawan
optik menjadi lubang bundar, yaitu bakal pupil. 6
Gambar 1. Embrio pada Minggu Keempat Perkembangan6

Gambar 2. Tampak Venterolateral dari Cawan Optik pada Minggu


Keenam Perkembangan Embrio6

Selama proses ini berlangsung, sel-sel ectoderm permukaan yang pada


awalnya menempel dengan vesikula optika mulai memanjang dan
membentuk plakoda lentis (lempeng lensa). Plakoda ini kemudian akan
mengalami invaginasi dan berkembang menjadi vesikula lentis (vesikel
lensa). Selama minggu kelima, vesikula lentis terlepas dari ektoderm dan
berada di cawan optik. 6
Gambar 3. Pembentukkan Lensa6

2.1.2 Retina, Iris, dan Korpus Siliaris6


Lapisan luar cawan optic yang ditandai oleh granula-granula pigmen
kecil, dikenal sebagai lapisan pigmen retina. Perkembangan lapisan saraf
(Dalam) cawan optic lebih rumit. Empat per lima bagian posterior (pars
optika retinae) memiliki sel-sel yang berbatasan dengan ruang intraretina
yang berdiferensiasi menjadi elemen-elemen penyerap cahaya, yaitu sel
batang (rod) dan kerucut (cone). Di dekat lapisan fotoreseptif ini terdapat
lapisan dengan neuron dan sel- sel penunjangnya, termasuk lapisan inti luar,
lapisan inti dalam, dan Iapisan sel ganglion. 6

Gambar 4. Perkembangan pada Perkembangan Embrio Minggu


Ketujuh6
Gambar 5. Lapisan dari Pars Optica Retinae6

Dipermukaan terdapat lapisan fibrosa yang mengandung akson sel


saraf dari lapisan dibawahnya. Serabut-serabut saraf di zona ini berkumpul
kea rah tangkai optic yang berkembang menjadi nervus optikus. Karena itu,
impuls cahaya berjalan melalui sebagian besar lapisan retina sebelum
mencapai sel batang dan kerucut. Seperlima anterior lapisan dalam (pars seka
retinae) memiliki ketebalan satu lapis sel. Bagian ini kemudian terbagi
menjadi pars iridika retinae yang membentuk lapisan dalam iris, dan pars
siliaris retinae yang membentuk korpus siliare. 6
Sementara itu, di regio antara optic cup dan epitel permukaan di
atasnya terisi oleh mesenkim longgar. Di jaringan ini erbentuk M. Sfingter
Pupilae dan M. Dilatorpupilae yang berasal dari lapisan ektoderm di cawan
optik. Pada orang dewasa, iris terbentuk oleh lapisan luar yang mengandung
pigmen, lapisan dalam tak-berpigmen cawan optik, dan suatu lapisan kaya
jaringan ikat bervaskular yang mengandung otot-otot pupil. 6
Gambar 6. Perkembangan Iris dan Badan Siliaris6

Pars siliaris retina sangat berlipat-lipat. Di sebelah luar, bagian ini


ditutupi oleh suatu lapisan mesenkim yang membentuk M. Siliaris; di sebelah
dalam bagian ini berhubungan dengan lensa melalui suatu jaringan serabut
elastis, ligamentum suspensorium atau zonula. Kontraksi M. Siliaris
mengubah tegangan ligamentum dan mengatur kelengkungan lensa. 6

Gambar 7. Perkembangan Mata pada Minggu Ke-156

2.1.3 Lensa
Setelah vesikula lentis terbentuk, sel-sel dinding posterior mulai
memanjang ke arah anterior dan membentuk serabut-serabut panjang yang
secara bertahap mengisi lumen vesikel. Pada akhir minggu ketujuh, serabut
lensa primer ini mencapai dinding anterior vesikula lentis. Namun,
pertumbuhan lensa belum selesai pada tahap ini, karena serabut-serabut lensa
baru (sekunder) terus ditambahkan ke inti sentral tersebut. 6

2.1.4 Koroid, Sklera, dan Kornea


Pada akhir minggu ke-5, primordium mata seluruhnya dikelilingi oleh
mesenkim longgar. Jaringan ini segera berdiferensiasi menjadi lapisan dalam
yang setara dengan pia mater otak dan lapisan luar yang setara dengan dura
mater. lapisan dalam kemudian membentuk lapisan pigmen kaya pembuluh
darah yang dikenal sebagai koroid; lapisan luar berkembang menjadi sklera
dan bersambungan dengan dura mater di sekitar nervus optikus.6
Diferensiasi lapisan mesenkim di atas permukaan anterior mata
berlangsung berbeda. Bilik mata depan (kamera okuli anterior) terbentuk
melalui vakuolisasi dan pemisahan mesenkim menjadi lapisan dalam di depan
lensa dan iris, membrana iridopupilaris, dan lapisan luar yang bersambungan
dengan sklera, substansia propria kornea. Bilik mata depan dilapisi oleh sel
mesenkim gepeng. Karena itu, kornea dibentuk oleh: 6
a) Lapisan epitel yang berasal dari ectoderm permukaan,
b) Substansia propria atau stroma yang bersambungan dengan
sklera, dan
c) Lapisan epitel yang berbatasan dengan bilik mata depan.
Membrana iridopupilaris di depan lensa lenyap seluruhnya,
membentuk hubungan antara bilik mata depan dan belakang. 6

2.1.5 Korpus Vitreum6


Mesenkim juga menginvasi cawan optik bagian dalam melalui fisura
koroidea. Disini, mesenkim membentuk pembuluh darah hialoid, yang selama
kehidupan intrauterus mendarahi lensa dan membentuk lapisan vaskular di
permukaan dalam retina. Selain itu, struktur ini membentuk serabut halus
antara lensa dan retina. Ruang interstisium jalinan ini kemudian terisi oleh
bahan gelatinosa transparan, yang membentuk korpus vitreum. Pembuluh
darah hialoid di regio ini mengalami obliterasi dan hilang selama kehidupan
janin, meninggalkan kanalis hialoideus.6

2.1.6 Nervus Optikus6


Cawan optik dihubungkan ke otak oleh tangkai optik, yang memiliki
suatu alur, fisura koroidea, di permukaan ventralnya. Di dalam alur ini
terdapat pembuluh darah hialoid. Serabut saraf retina yang kembali ke otak
terletak di antara sel-sel dinding dalam tangkai. Selama minggu ketujuh,
fisura koroidea menutup, dan terbentuk suatu terowongan sempit di dalam
tangkai optik. Akibat peningkatan jumlah serabut saraf yang terus menerus,
dinding dalam tangkai terus tumbuh, dan dinding dalam dan luar tangkai
menyatu.6

Gambar 8. Transformasi Nervus Optikus6

Sel-sel lapisan dalam menghasilkan jalinan neuroglia yang menunjang


serabut nervus optikus. Dengan demikian, tangkai optik berubah menjadi
nervus optikus. Bagian tengahnya mengandung sebagian dari arteri hialoidea,
yang kemudian dinamai arteri sentralis retinae. Di bagian luar, terdapat
lapisan pia araknoid dan dura, yaitu kelanjutan dari koroid dan sklera yang
mengelilingi nervus optikus. 6

2.2 Anatomi Sistem Penglihatan


Mata merupakan indera penglihatan. Mata berfungsi untuk menerima
rangsangan cahaya dan diteruskan sampai ke bagian retina. Rangsangan cahaya
kemudian akan diteruskan ke pusat penglihatan pada otak.7
Gambar 9. Anatomi Sistem Penglihatan7

2.2.1 Adneksa Mata


Adneksa mata merupakan jaringan pendukung mata yang berfungsi
untuk melindungi mata. Adneksa mata terdiri dari alis mata dan bulu mata,
palpebra (kelopak mata), dan sistem lakrimal (saluran air mata).7
1. Alis Mata dan Bulu Mata
Bulu mata merupakan bagian yang menonjol dan berasal dari
perbatasan setiap kelopak mata. Alis mata merupakan bagian yang
melengkung melintang di atas kelopak mata bagian atas, membantu
melindungi bola mata dari benda asing, keringat, dan sinar matahari
langsung.7

2. Palpebra
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot, dan
jaringan fibrosa yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata
yang rentan. Palpebra sangat mudah digerakkan karena kulitnya
paling tipis di antara kulit bagian tubuh lainnya. Di palpebra terdapat
rambut halus, yang hanya tampak dengan pembesaran. Di bawah kulit
terdapat jaringan areolar longgar yang bias mengembang pada edema
masif. Musculus orbicularis oculi melekat pada kulit, dipersarafi
nervus facialis (VII), dan berfungsi untuk menutup palpebra. Otot ini
terbagi atas bagian orbital, praseptal, dan pratarsal. Bagian orbital
terutama berfungsi untuk menutup mata dengan kuat. Otot praseptal
dan pratarsal memiliki caput medial superfisial dan profunda yang
berperan dalam pemompaan air mata. 7,8
Tepian palpebra ditunjang oleh tarsus, yaitu lempeng fibrosa kaku
yang dihubungkan ke tepian orbita oleh tendon kantus medialis dan
lateralis. Septum orbitale, yang berasal dari tepian orbita, melekat
pada aponeurosis levatoris, kemudian menyatu dengan tarsus. Pada
bagian palpebra inferior, septum bergabung dengan tepian bawah
tarsus. 7,8
Terbenam di dalam lemak terdapat kompleks otot levator-
retraktor utama palpebra superior, fasia kapsulopalpebra di palpebra
inferior. Otot levator berorigo di apeks orbita. Saat memasuki
palpebra, otot ini mmbentuk aponeurosis yang melekat pada sepertiga
bawah tarsus superior. Pada palpebra inferior, fasia kapsulopalpebra
berasal dari musculus rectus inferior membentuk lapisan berikutnya,
yang melekat pada konjungtiva. Otot-otot simpatis ini juga merupakan
retractor palpebra. Konjungtiva melapisi permukaan dalam palpebra,
Konjungtiva palpebralis menyatu dengan konjungtiva yang berasal
dari bola mata yang mengandung kelenjar-kelenjar yang penting untuk
lubrikasi kornea. 7,8
Kantus lateralis terletak 1-2 mm lebih tinggi dari kantus medialis.
Karena longgarnya insersio tendon ke tepian orbita, kantus lateralis
akan sedikit naik saat melihat ke atas. 7,8
Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua
nervus trigeminus (V.1 dan V.2). Nervus lakrimalis, supraorbitalis,
supratroklearis, infratroklearis, dan nasalia eksterna adalah cabang-
cabang divisi oftalmika nervus cranial keima. Nervus infraorbitalis,
zygomaticofacialis, dan zygomaticotemporalis merupakan cabang-
cabang divisi maksilaris (kedua) nervus trigeminus. 7,8
Pasokan darah palpebra datang dari arteri lakrimalis dan
oftalmika melalui cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya.
Anastomosis di antara arteri palpebralis lateralis dan medialis
membentuk cabang-cabang tarsal yang terletak di dalam jaringan
areolar submandibular. Drainase vena dari palpebra mengalir ke
dalam vena oftalmika dan vena-vena yang membawa darah dari dahi
dan temporal. Vena-vena itu tersusun dalam pleksus pra dan
pascatarsal. Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan ke
dalam kelenjar getah bening preaurikular dan parotis. Pembuluh limfe
dari sisi medial palpebra mengalirkan isinya ke dalam kelenjar getah
bening submandibular. 8

Gambar 10. Anatomi Palpebra9

3. Sistem Lakrimal
Aparatus lakrimalis merupakan sekelompok struktur yang
menghasilkan dan mengalirkan cairan atau air mata. Kelenjar
lakrimal, masing-masing seukuran dan bentuk almond, mengeluarkan
cairan lakrimal, yang mengalir ke 6–12 saluran lakrimal ekskretoris
yang menguras air mata ke permukaan konjungiva kelopak mata
bagian atas. Air mata akan mengalir melewati permukaan anterior
bola mata untuk memasuki dua lubang kecil yang disebut puncta
lakrimalis. Air mata kemudian mengalir ke dua saluran, kanalis
lakrimalis, yang mengarah ke kantung lakrimal dan kemudian ke
saluran nasolakrimal. Saluran ini membawa cairan lakrimal ke dalam
rongga hidung yang lebih rendah dari konka nasal inferior.7
Kelenjar lakrimal dipersarafi oleh saraf parasimpatis dari nervus
fasialis (VII). Cairan lakrimal yang diproduksi merupakan larutan
yang encer yang mengandung garam, mukus, dan lisosim (enzim
bakterisida yang berfungsi sebagai pelindung). Cairan melindungi,
membersihkan, melumasi, dan melembabkan bola mata. Setelah
dikeluarkan dari kelenjar lakrimal, cairan lakrimal akan tersebar
secara medial di atas permukaan bola mata saat kelopak mata
dikedipkan. Setiap kelenjar menghasilkan sekitar 1 mL cairan lakrimal
setiap hari.7

Gambar 11 . Anatomi Sistem Lakrimal7


Gambar 12. Jalur Air Mata7
2.2.2 Bola Mata
Bola mata orang dewasa memiliki ukuran diameter sekitar 2,5 cm.
Bola mata terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan luar (lapisan fibrosa), lapisan
tengah (lapisan vaskular/jaringan uveal), dan retina (lapisan saraf). 7

Gambar 13. Penampang Transversal dari Bola Mata7

1. Lapisan Fibrosa
Lapisan ini merupakan lapisan yang kuat dan berfungsi untuk
melindungi isi intraokular. Bagian 1/6 anterior dari lapisan fibrosa ini
merupakan bagian transparan yang disebut kornea. Bagian 5/6
posterior yang opak disebut sklera. Persimpangan kornea dan sklera
disebut limbus. Konjungtiva melekat kuat pada limbus.8

Gambar 14. Penampang Sagital dari Struktur Mata7

 Konjungtiva
Konjungtiva terdiri dari 2 bagian, yaitu konjungtiva palpebra dan
konjungtiva bulbaris. Konjungtiva berfungsi untuk membantu
memproduksi air mata, menyediakan kebutuhan oksigen untuk
kornea, dan melindungi mata dengan mekanisme pertahanan
nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas lakrimasi, dan
menyuplai darah. 7,8
 Kornea
Kornea merupakan struktur yang transparan dan avaskular,
membentuk 1/6 bagian anterior lapisan fibrosa bola mata. Ukuran
diameter kornea orang dewasa normal berkisar antara 11-12 mm
dengan ketebalan di bagian sentral adalah 0,5 mm, sedangkan di
bagian perifer 0,7 mm. Kekuatan refraksi kornea mencapai 45
dioptri, yaitu 3/4 kekuatan refraksi total bola mata (60 dioptri). 9,10
Kornea tersusun atas lapisan-lapisan berikut:9,10
- Lapisan epitel berlapis gepeng tanpa keratin, terdiri atas
selapis sel kolumnar basalis, dua atau tiga lapis sel sayap, dua
lapis sel skuamosa permukaan. Luas permukaan sel-sel terluar
semakin diperluas dengan adanya mikroplika dan mikrovili
yang membantu menempelnya lapisan air mata dan musin.
Setelah beberapa hari, sel-sel ini akan lepas ke lapisan air
mata. Sel punca kornea (corneal stem cells) terletak pada
limbus korneoskleral, berperan dalam mencegah jaringan
konjungtiva tumbuh ke kornea (misalnya pada pterigium).
- Lapisan Bowman, merupakan lapisan superfisial stroma
yang aselular dan terbentuk dari serat kolagen.
- Stroma, merupakan lapisan yang membentuk 90% ketebalan
kornea. Stroma tersusun oleh lapisan-lapisan serat kolagen
yang tersusun rapi dan jaraknya diatur oleh zat proteoglikan
(kondroitin sulfat dan keratan sulfat) yang diselingi oleh
keratosit. Susunan ini penting untuk menjaga kejernihan
kornea. Lapisan stroma dapat sembuh dan membentuk
jaringan parut, namun tidak dapat regenerasi bila terjadi
kerusakan.
- Membran Descemet, merupakan lapisan halus yang terdiri
dari anyaman serat kolagen, dapat beregenerasi.
- Endotelium, terdiri atas selapis sel poligonal yang
mempertahankan deturgesensi kornea (keadaan dehidrasi
relatif kornea) dengan memompa cairan berlebih keluar dari
stroma sehingga tidak terjadi edema kornea dan kornea tetap
jernih.
Kornea dipersarafi oleh nervus siliaris anterior yang merupakan
cabang dari N. V3 (N. trigeminal pars oftalmika). 9,10
Gambar 15. Anatomi kornea9

2. Lapisan Vaskular
Tunika vaskular atau uvea merupakan lapisan tengah dari bola
mata. Lapisan ini berfungsi untuk memasok nutrisi ke berbagai
struktur bola mata. Lapisan ini terdiri dari tiga bagian yang dari
anterior ke posterior adalah: iris, korpus siliaris dan koroid. 7,8
 Koroid
Koroid merupakan bagian posterior dari tunika vaskular, melapisi
sebagian besar permukaan internal sklera. Koroid terdiri dari
banyak vaskularisasi. Sejumlah pembuluh darahnya memberikan
nutrisi ke permukaan posterior retina. Koroid juga mengandung
melanosit yang menghasilkan pigmen melanin, yang
menyebabkan lapisan ini tampak berwarna coklat gelap. Melanin
di koroid menyerap sinar cahaya yang menyimpang, yang
mencegah pantulan dan hamburan cahaya di dalam bola mata.
Akibatnya, gambar yang dilemparkan ke retina oleh kornea dan
lensa tetap tajam dan jelas. 7,8
 Korpus Siliaris
Di bagian anterior dari tunika vaskular, terdapat koroid yang
menjadi korpus siliaris. Korpus siliaris memanjang dari ora serata,
margin anterior retina yang bergerigi, ke titik tepat di bagian
posterior ke persimpangan sklera dan kornea. Seperti koroid,
badan siliaris berwarna coklat gelap karena mengandung
melanosit yang memproduksi melanin. Selain itu, korpus siliaris
terdiri dari prosesus siliaris dan otot siliaris. Prosesus siliaris
merupakan tonjolan atau lipatan pada permukaan internal dari
korpus siliaris. Prosesus siliaris mengandung kapiler darah yang
mengeluarkan humor aqueus. Perpanjangan dari prosesus siliaris
merupakan serat zonular (ligamentum suspensorium) yang
menempel pada lensa. Serat terdiri dari serat tipis berongga yang
menyerupai serat jaringan ikat elastis. Otot siliaris merupakan
bagian otot polos seperti pita yang melingkar. Kontraksi atau
relaksasi sari otot siliaris akan berpengaruh pada serat zonular,
yang akan mengubah bentuk lensa, mengadaptasinya untuk
penglihatan dekat atau jauh. 7
 Iris
Iris merupakan bagian berwarna dari bola mata, berbentuk seperti
donat yang pipih. Iris terdiri dari melanosit dan serat otot polos
yang melingkar. Jumlah melanin di iris akan menentukan warna
sari mata. 7
Fungsi utama iris adalah untuk mengatur jumlah cahaya yang
memasuki bola mata melalui pupil, yang merupakan lubang di
bagian tengah iris. Pupil tampak hitam karena pada pupil akan
terlihat bagian belakang mata yang sangat berpigmen (koroid dan
retina). Namun, jika cahaya terang diarahkan ke pupil, cahaya
yang dipantulkan berwarna merah karena pembuluh darah di
permukaan retina. 7
Refleks otonom akan mengatur diameter pupil sebagai respons
terhadap level cahaya. Ketika cahaya terang merangsang mata,
serat parasimpatis dari nervus okulomotor (III) menstimulasi otot
melingkar atau sfingter pupillae dari iris untuk berkontraksi,
menyebabkan pengecilan dari ukuran pupil. Dalam cahaya redup,
neuron simpatis merangsang otot radial atau pupil dilator dari iris
untuk berkontraksi, menyebabkan pembesaran dari ukuran pupil
(pelebaran). 7

Gambar 16. Refleks Pupil7

 Lensa
Di bagian posterios dari pupil dan iris, di dalam rongga bola mata,
terdapat lensa. Lensa terdiri dari protein yang disebut kristalin,
tersusun seperti lapisan bawang, membentuk media bias lensa,
yang transparan sempurna dan tidak memiliki pembuluh darah.
Lensa tertutup oleh kapsul jaringan ikat yang melingkari serat
zonular, dan melekat pada prosesus siliaris. Lensa berfungsi untuk
membantu memfokuskan gambar pada retina untuk memfasilitasi
jalur penglihatan. 7
 Rongga Anterior dan Posterior
Lensa membagi bagian dalam bola mata menjadi dua rongga,
yaitu: rongga anterior dan ruang vitreous. Rongga anterior —
ruang anterior ke lensa — terdiri dari dua ruang. Ruang anterior
terletak di antara kornea dan iris. Ruang posterior terletak di
belakang iris dan di depan serat zonular dan lensa. Kedua ruang
rongga anterior terdiri dari cairan aqueous humor, yang
merupakan cairan transparan yang memberi nutrisi pada lensa dan
kornea. Cairan aqueous humor yang berasal dari prosesus siliaris
kemudian akan memasuki ruang posterior dan mengalir ke depan
antara iris dan lensa, melalui pupil, dan ke ruang anterior. Dari
ruang anterior, aqueous humor mengalir ke sinus vena skleral
(kanal Schlemm) dan kemudian ke dalam darah. 1
Rongga posterior bola mata yang lebih besar adalah ruang
vitreous, yang terletak di antara lensa dan retina. Di dalam ruang
vitreous terdapat korpus vitreus, zat transparan seperti jeli yang
menahan retina pada koroid, memberikan retina permukaan yang
rata untuk penerimaan gambar yang jelas. Ruang vitreus
menempati 4/5 bagian bola mata. Korpus viterus terbentuk selama
masa embrionik dan sebagian besar terdiri dari air, serat kolagen,
dan asam hialuronat. Korpus vitreous juga mengandung sel-sel
fagosit yang berfungsi untuk menjaga kebersihan dari bagian mata
untuk penglihatan. Kanalis hialoid merupakan saluran sempit pada
orang dewasa dan berjalan melalui korpus vitreous dari diskus
optik ke bagian posterior lensa. 7
Tekanan pada mata, yang disebut tekanan intraokular, dihasilkan
oleh aqueous humor dan sebagian oleh korpus vitreous; normalnya
sekitar 16 mmHg (milimeter air raksa). Tekanan intraokular
mempertahankan bentuk bola mata. 7

3. Retina
Lapisan ketiga dan dalam bola mata, retina, melapisi 3/4 bagian
posterior dari bola mata dan merupakan awal dari jalur visual. Disk
optikus merupakan bagian di mana nervus optikus (II) keluar dari bola
mata. Bersamaan dengan nervus optikus terdapat arteri retina sentral,
cabang arteri mata, dan vena retina sentral. Cabang-cabang dari arteri
retina sentral berfungsi untuk memberi nutrisi pada permukaan
anterior dari retina; vena retina sentral berfungsi untuk mengalirkan
darah dari retina melalui cakram optik. 7

Gambar 17. Bagian Retina7

Retina terdiri dari lapisan berpigmen dan lapisan neural. Lapisan


berpigmen merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel epitel yang
mengandung melanin yang terletak di antara koroid dan bagian nervus
dari retina. Melanin merupakan lapisan berpigmen retina dan
berfungsi untuk membantu penyerapan dari rangsangan sinar cahaya
yang menyimpang. Lapisan neural (sensorik) retina merupakan
lapisan yang berlapis-lapis yang berasal dari otak untuk memproses
data visual secara luas sebelum mengirim impuls saraf ke akson yang
membentuk nervus optikus. Terdapat tiga lapisan neural yang berbeda,
yaitu lapisan fotoreseptor, lapisan sel bipolar, dan lapisan sel ganglion
yang dipisahkan oleh dua zona, yaitu lapisan sinaptik luar dan dalam,
tempat kontak sinapsis dibuat. Cahaya akan melewati lapisan sel
ganglion dan bipolar dan kedua lapisan sinaptik sebelum mencapai
lapisan fotoreseptor. Dua jenis sel lain yang ada dalam lapisan sel
bipolar retina disebut sel horizontal dan sel amakrin. Sel-sel ini
membentuk sirkuit saraf diarahkan lateral yang memodifikasi sinyal
yang ditransmisikan di sepanjang jalur dari fotoreseptor ke sel bipolar
ke sel ganglion. 7
Fotoreseptor merupakan sel-sel khusus yang memulai proses
dimana sinar cahaya pada akhirnya diubah menjadi impuls saraf.
Terdapat dua jenis sel fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut.
Setiap retina memiliki sekitar 6 juta sel kerucut dan 120 juta sel
batang. Sel batang berfungsi untuk melihat dalam cahaya redup,
seperti cahaya bulan. Karena sel batang tidak memberikan penglihatan
warna, dalam cahaya redup manusia hanya dapat melihat hitam, putih,
dan semua warna abu-abu di antaranya. Lampu yang lebih terang akan
merangsang sel kerucut, yang menghasilkan penglihatan warna.
Terdapat tiga jenis sel kerucut dalam retina, yaitiu: (1) sel kerucut
biru, yang sensitif terhadap cahaya biru, (2) sel kerucut hijau, yang
sensitif terhadap cahaya hijau, dan (3) sel kerucut merah, yang sensitif
terhadap cahaya merah. Penglihatan warna dihasilkan dari stimulasi
berbagai kombinasi dari ketiga jenis kerucut ini. 7
Dari lapisan sel fotoreseptor, informasi akan menuju lapisan
sinaptik luar ke lapisan sel bipolar dan kemudian dari lapisan sel
bipolar melalui lapisan sinaptik bagian dalam ke lapisan sel ganglion.
Akson dari lapisan sel ganglion akan meluas ke bagian posterior ke
bagian diskus optik dan keluar dari bola mata sebagai nervus optikus
(II). Diskus optikus disebut juga sebagai titik buta. Karena tidak
mengandung batang atau kerucut, kita tidak dapat melihat gambar di
bagian titik buta. 7
Makula lutea berada tepat di tengah posterior bagian dari retina,
pada sumbu visual dari mata. Fovea sentralis merupakan bagian yang
tertekan ke bawah di tengah makula lutea, dan hanya terdiri dari sel
kerucut. Selain itu, lapisan sel bipolar dan ganglion, yang
menyebarkan cahaya sampai batas tertentu, tidak menutupi kerucut di
bagian fovea sentralis, sehingga fovea sentralis merupakan area yang
memiliki ketajaman visual tertinggi. 7
Gambar 18 . Struktur Mikroskopik dari Retina7

Gambar 19. Struktur Histologi dari Retina7

Secara singkat, retina memiliki lapisan-lapisan sebagai berikut: 7

1. Lapisan pigmen retina


2. Lapisan fotoreseptor
3. Membrana limitans eksterna
4. Lapisan nukleus luar
5. Lapisan pleksiformis luar
6. Lapisan nukleus dalam
7. Lapisan pleksiformis dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf
10. Membrana limitans interna

2.3 Perkembangan Penglihatan


Sistem penglihatan pada manusia berkembang secara progresif sejak lahir.
Wilayah oksipital di otak manusia memiliki area khusus untuk menerima dan
menafsirkan gambar yang ditangkap oleh mata. Mielinisasi dari serat saraf optik
akan mulai terjadi hingga selesai pada minggu kesepuluh setelah kelahiran dan
akibatnya dengan cepat meningkatkan kepadatan sinaptik korteks visual sejak
lahir hingga empat bulan kehidupan ekstrauterin, yang tercermin dalam
peningkatan dan perkembangan persepsi visual, fiksasi, dan koordinasi fungsional
dari motivator yang menyertai rangsangan visual. 1,2
Perkembangan fungsi penglihatan akan berlangsung selama berbulan-bulan
atau bertahun-tahun pada fase awal kehidupan dari seorang anak. Perkembangan
penglihatan segera dimulai setelah lahir melalui rangsangan visual dan interaksi
dengan lingkungan, yang seiring dengan perkembangan global anak, yaitu
perkembangan neuropsikomotor, koordinasi visual-motorik, kemampuan kognitif,
dan adaptasi perilaku, lingkungan, dan sosial budaya. Integritas anatomi dan
neurofisiologis. Sistem ini sangat penting untuk terjadinya proses perkembangan
penglihatan, yang berkaitan dengan usia dan juga dengan dari genetik, kognitif,
dan lingkungan.2,3
Setelah lahir, sistem penglihatan mengalami proses pematangan secara
terus menerus yang melibatkan bola mata dan jalur dan jaringan saraf area
kortikal dan area asosiasi kortikal yang mengintegrasikan bagian-bagian yang
berbeda. Pada fase awal dari kehidupan, perkembangan retina yang masih imatur
dipercepat oleh fovea dan makula, jalur optik sebagian bermielin, dan korteks
visual yang belum sempurna. Pematangan dan perkembangan mata dan jalur optik
berhubungan langsung dengan perkembangan visual dan neuromotorik anak.2
Kemampuan sistem penglihatan untuk menafsirkan gambar yang
dirasakan dikembangkan mengikuti perkembangan kognitif bersama dengan
keterampilan lain yang terkait dengan perkembangan anak, membentuk dan
mengatur perbendaharaan visual. Stimuli, motivasi, dan pengalaman visual
penting untuk pematangan sistem visual dan fungsi perkembangannya. Setiap
fungsi visual memiliki profil spesifik tergantung pada potensi fungsional saat
lahir, perkembangan anak, dan kemampuan neuropersepsi visual anak.2
Perkembangan sistem visual pada anak terjadi seiring dengan
perkembangan anak. Integritas sistem visual serta struktur neurofisiologis
memungkinkan penglihatan untuk berkembang dalam langkah-langkah
pematangan fungsionalnya setelah proses kelahiram.2
Evaluasi obyektif dan psikofisik penglihatan harus spesifik untuk anak-
anak dan hasilnya harus konsisten dengan usia anak. Sejak awal perkembangan
ekstrauterin, anak harus menerima rangsangan dan pengalaman visual yang terus
menerus untuk mengembangkan sistem optik agar dapat menghadirkan respons
visual yang diharapkan pada setiap kelompok usia.2
Terdapat beberapa perubahan anatomis yang terjadi dalam proses
perkembangan dan pematangan penglihatan, seperti peningkatan densitas kerucut
sentral dan segmen fotoreseptor luar yang memanjang, yang berkembang secara
perlahan hingga usia 7 tahun. Hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan
progresif dalam penglihatan dan perkembangan fungsional.2
Rangsangan cahaya yang diterima oleh retina ditransmisikan ke korteks
oksipitalis sebagai rangsang spesifik yang terbentuk dari reaksi fotokimia oleh
retina setelah penangkapan cahaya. Korteks oksipital mengintegrasikan
rangsangan yang diterima dari kedua mata ke dalam persepsi visual.2
Perkembangan penglihatan secara fungsional yang melibatkan mekanisme
sensorineural dan terjadi antara usia 5 dan 6 tahun ini disebut fusi binokular.
Gambar yang dipersepsikan akan disatukan dan dievaluasi terkait bentuk, warna,
cahaya, dan lokasi relatifnya berdasarkan lingkungan, meningkatkan kesadaran
akan lokasi spasial objek.2
Berikut merupakan beberapa hal yang dapat dinilai dari perkembangan
penglihatan pada anak:5
- Ketepatan fiksasi: kemampuan untuk menjaga penglihatan pada
stimulus visual
- Motilitas bola mata: kemampuan untuk melacak stimulus yang bergerak
dengan mata
- Ketajaman visual fungsional: jarak dari mana seorang anak dapat
mengenali karakter dengan ukuran tertentu,
- Sensitivitas kontras: dampak tingkat kontras dari suatu objek pada
kemampuan visual anak
- Bidang penglihatan: suatu area, di mana seorang anak dapat melihat
objek yang ada.
Mengenali bentuk, warna, atau emosi orang lain dapat terjadi ketika
perkembangan penglihatan berlangsung dengan baik dan bekerja sama dengan
benar dengan otak. Gangguan dalam proses perkembangan penglihatan dapat
menyebabkan beberapa konsekuensi negatif yang menjadi masalah besar,
terutama bagi anak-anak, karena dapat memperlambat proses kognitif dan juga
mempengaruhi hubungan psikososial anak di kehidupannya.5
Pada 15 hari setelah lahir, ketajaman penglihatan diperkirakan sebesar
20/400. Pada tahap ini, anak menunjukkan minat pada benda yang berdiameter
>10 cm.2
Pada proses perkembangan penglihatan dan perkembangan kognitif yang
normal, anak-anak hingga usia 18 bulan akan memiliki fungsi penglihatan yang
serupa dengan orang dewasa, dan sistem visual yang berkembang sepenuhnya
akan terjadi hingga anak berusia 10 tahun.2

2.4 Tahapan Perkembangan Penglihatan pada Anak


Tahapan perkembangan penglihatan pada anak dibagi menurut kelompok
usia.11 Terdapat beberapa 5 milestones penting terutama pada usia satu tahun
untuk menilai apakah perkembangan penglihatan telah terjadi dengan sempurna. 12

Tabel 1. 5 Milestones Perkembangan Penglihatan pada Usia 1 tahun12


Berikut merupakan tahapan perkembangan penglihatan pada anak berdasarkan
kelompok usia:
2.4.1 Neonatus (Usia 0-28 hari)
Saat lahir, neonatus akan sangat sensitif terhadap cahaya terang. Neonatus
akan memiliki pupilnya yang berukuran kecil, membatasi seberapa banyak cahaya
yang masuk ke mata mereka. Bayi yang baru lahir dapat melihat sesuatu di
sebelahnya dengan penglihatan tepi (samping), tetapi penglihatan sentral yang
dimiliki belum sempurna. Dalam beberapa minggu, saat retina mereka
berkembang, pupil bayi akan melebar. Mereka dapat melihat rentang dan pola
terang dan gelap. Bentuk besar dan warna cerah mungkin mulai menarik perhatian
mereka. Bayi juga mungkin mulai fokus pada objek tepat di depan mereka.11,12
Berikut merupakan perkembangan penglihatan yang terjadi pada
neonatus:2
- Minggu pertama: Mata memiliki reaksi terdisosiasi sebagai respon
terhadap rangsangan cahaya.
- Minggu ke-2: Mata diarahkan pada rangsangan cahaya tetapi belum
dapat mempertahankan posisi.
- Minggu ke-3: Terdapat persepsi kontras.
- Minggu ke-4: Terdapat garis tetap untuk rangsangan visual dengan
objek yang lebih besar dengan diameter >10 cm. Anak dapat mengikuti
rangsangan cahaya dan objek dekat pada jarak 40 cm.
Pada usia 1 bulan, neonatus mungkin dapat memfokuskan pandangan pada
suatu objek atau manusia yang ada di depan mereka secara singkat, terutama pada
objek yang berwarna cerah dan berjarak 1 meter. Bayi dapat melihat ke seberang
ruangan bahkan saat lahir, tetapi sebagian besar akan tertarik pada objek yang
sangat dekat dengan mereka.4
2.4.2 Usia 1-3 bulan
Terjadi proses mielinisasi serat saraf optik, pematangan fovea, reaksi
pupil, respon visual terhadap fokus cahaya, refleksi kelopak mata, merespon
terhadap objek dengan kontras yang terang dan gelap, terdapat kontak mata,
perkembangan gerakan bola mata, fiksasi dan dapat mengikuti wajah orang lain,
pengenalan wajah, imitasi ekspresi wajah, dapat mengikuti objek visual dan
hewan dengan preferensi horizontal, melihat dan menggerakan kepala pada sudut
180°: vergency, refleksi kejar, refleks fiksasi, dan refleks fusi, dan menggerakkan
tangan ke arah objek yang menarik.2
Dalam 2 bulan pertama usia kehidupan, kedua mata bayi sering tidak
bekerja sama dengan baik. Pada tahap ini, mungkin akan ditemukan mata yang
tampak juling atau mungkin tampak ke samping. Dalam kebanyakan kasus,
kondisi ini merupakan kondisi yang normal dan pada akhirnya akan kembali
normal secara spontan. Pada usia ini bayi biasanya dapat mengikuti objek yang
bergerak dengan matanya karena memiliki koordinasi visual yang membaik.11
Pada usia 3 bulan, bayi mungkin telah memiliki koordinasi mata dan
lengan yang cukup untuk memukul objek bergerak di dekatnya. Pada usia ini,
kedua mata bayi dapat bekerja sama untuk fokus dan melacak objek.11
2.4.3 Usia 3-6 bulan
Saraf optik bersama-sama dengan sinaps korteks visual akan menghasilkan
kewaspadaan penglihatan, fiksasi, dan koordinasi fungsional untuk rangsangan,
refleksi kelopak mata, refleksi visual-motorik, persepsi untuk membedakan
warna, bermain dengan tangan di depan mata, fokus dan mengikuti objek dengan
mata, dan mengikuti dan mencari objek yang terlihat, mengenali bayangan saat
melihat ke cermin, mengenali dan mengikuti objek yang jauh dengan jarak 1,20
hingga 1,80 meter, dan menjawab senyuman, kemampuan untuk menggerakkan
mata secara cepat untuk mencari objek atau manusia, hewan, dan benda,
mengikuti objek yang ada dalam arah vertikal, dan mulai berkembangnya refleks
akomodasi, penglihatan binokular, dan kontrol volunter gerakan mata.2
2.4.4 Usia 6-10 bulan
Pada usia sekitar 5 bulan, kemampuan bayi untuk melihat seberapa jauh
suatu objek dari mereka (disebut persepsi kedalaman) telah berkembang lebih
lengkap. Mereka dapat melihat dunia dalam 3 dimensi secara lebih baik. Mereka
menjadi lebih baik dalam meraih objek baik yang dekat maupun yang jauh.
Mereka juga memiliki penglihatan warna yang baik pada saat ini, meskipun tidak
sepenuhnya berkembang seperti orang dewasa. Pada tahap ini, bayi juga dapat
mengenali orang tua mereka di seberang ruangan dan tersenyum pada mereka.
Mereka dapat melihat benda-benda di luar ketika melihat melalui jendela. Mereka
bahkan mungkin dapat memiliki ingatan terkait objek tersebut meskipun mereka
hanya melihat sebagian saja.2,11
Bayi pada tahap ini dapat memiliki kedalaman dan penglihatan
tridimensional, stereopsis (penglihatan binokular yang berkembang dan kepekaan
terhadap kontras), dapat berkeliling untuk menghindari rintangan di depan,
mencari, menangani, dan menjelajahi objek kecil secara visual, mengamatinya
dengan cermat, dan mengenali orang, menerima atau menolak mereka.2
Bayi umumnya mulai merangkak pada usia sekitar 8 bulan, dan akan
semakin meningkatkan koordinasi antara tangan-mata mereka. 11
Pada usia sekitar 9 bulan, bayi umumnya dapat menilai jarak dengan
cukup baik. Hal ini akan terlihat pada kapan mereka mulai menarik diri untuk
berdiri.11
Pada usia sekitar 10 bulan, bayi biasanya dapat melihat dan menilai jarak
dengan cukup baik untuk menggenggam sesuatu di antara ibu jari dan jari telunjuk
mereka.11
2.4.5 Usia 10 bulan-1 tahun 4 bulan
Proses mielinisasi dari saraf optik telah sempurna pada tahap ini.
Pengendalian secara volunter dari gerakan mata, fokus dan fiksasi pada objek dan
orang-orang yang dekat dan menarik. Persepsi dan diskriminasi terang, gelap, dan
warna. Mempertahankan kontak mata yang baik dan adanya interaksi sosial yang
baik dengan orang, hewan, dan benda.2
2.4.6 Usia 1 tahun 4 bulan-usia 2 tahun
Memiliki pengendalian secara volunter dari gerakan mata, fokus dan
fiksasi pada objek dan orang-orang pada jarak yang berbeda. Persepsi dan
diskriminasi terang, gelap, bentuk, warna, berbagai ukuran benda, orang, dan
hewan. Mempertahankan kontak mata yang baik, adanya interaksi sosial yang
baik dengan orang, hewan, benda, dan berbagai lingkungan. Mengenali dan
menamai orang, hewan, dan benda yang dikenalnya. Kemampuan untuk melacak
orang, hewan, dan objek dalam gerakan cepat. Memiliki wawasan tentang
persamaan dan perbedaan. Berdiri dan bergerak ke arah orang, hewan, dan objek
yang menarik.2
2.4.7 Usia 2-4 tahun
Memiliki persepsi dan koordinasi visual-motorik yang baik,
mengidentifikasi secara rinci gambar dan objek dua dan tiga dimensi, dapat
memahami simbol. Memiliki keanekaragaman aktivitas sensorimotor. Memiliki
kemampuan untuk mengikuti rangsangan visual secara cepat. Perkembangan
penuh dari akomodasi visual. Diskriminasi dan nominasi warna. Dapat
memperhatikan persamaan dan perbedaan, gambar, dan rincian dari simbol.
Mengidentifikasi dan menamai tokoh.2
Pada tahap ini telah terjadi peningkatan pada koordinasi tangan-mata dan
keterampilan motorik halus, dapat terlihat ketika anak bermain teka-teki atau
bangunan.4
Terjadi peningkatan memori visual untuk membantu anak-anak menyalin
bentuk seperti lingkaran saat menggambar. Mereka mungkin dapat mengingat
kenangan tertentu untuk menceritakan sebuah cerita secara visual.4
Pada periode ini, penglihatan anak mirip dengan orang dewasa, kecuali
untuk proporsi kognitif dan pengalaman visual.2
2.4.8 Usia 4-6 tahun
Perkembangan dari penglihatan binokular telah terjadi secara sempurna.
Pemahaman yang baik tentang gambar, kedalaman dan latar belakang dan
pemahaman yang baik tentang simbol. Mengamati secara rinci gambar yang
berwarna, mengenalinya sebagai sama, mirip, atau berbeda. Memiliki kemampuan
untuk meniru orang dan hewan. Memiliki penglihatan yang diskriminatif.
Memiliki kemampuan untuk persepsi spasial dan lokasi dari diri sendiri dan orang
lain, hewan, dan objek yang ada pada jarak yang beragam. Memperoleh memori
perbendaharaan visual.2
Anak mulai memiliki kemampuan membaca. Peningkatan konvergensi
(kedua mata bergerak secara bersamaan) untuk membantu anak mengikuti kata-
kata dari kiri ke kanan melintasi halaman.4
Ketika kedua mata bekerja sama dengan baik, persepsi kedalaman
berkembang sepenuhnya. Hal ini akan membantu anak menilai jarak antara objek
dan diri mereka sendiri. Seorang anak dengan persepsi kedalaman yang baik akan
merasa nyaman untuk bermain olahraga atau menjelajahi dunia dengan percaya
diri.4

2.5 Gangguan Penglihatan yang Sering Terjadi pada Anak


Berikut beberapa contoh gangguan penglihatan yang sering terjadi pada anak,
yaitu:
2.5.1 Gangguan Refraksi
Gangguan refraksi sangat umum terjadi. Gangguan refraksi akan
menyebabkan penglihatan kabur dan dapat dikoreksi dengan kacamata.8,10
Terdapat 3 jenis gangguan refraksi utama: 8,10
- Rabun dekat (hiperopia/hipermetropia). Objek yang memiliki jarak
yang dekat akan terlihat kabur bagi anak (seperti saat membaca), dan
objek yang memiliki jarak yang jauh akan terlihat lebih jelas.
- Rabun jauh (miopia). Seorang anak akan melihat benda yang memiliki
jarak yang dekat secara lebih jelas dibandingkan benda yang memiliki
jarak yang jauh.
- Astigmatisme. Dengan astigmatisme, penglihatan dekat dan jauh akan
terlihat seperti kabur.
Gangguan-gangguan refraksi dapat terjadi secara bersamaan. Tanpa
penanganan, kelainan refraksi dapat menyebabkan masalah penglihatan yang lebih
berat dan mengganggu kinerja sekolah.11

2.5.2 Strabismus
Strabismus merupakan gangguan penglihatan pada masa kanak-kanak
yang umum. Strabismus dikarakteristikkan dengan deviasi atau "mata juling", dan
"mata dinding". Pada kondisi normal, kedua mata akan memfiksasi objek secara
bersamaan saat memfokuskan pada objek saat kepala dipegang pada posisi utama.
Pada kondisi strabismus, satu atau kedua mata menyimpang ke dalam atau ke luar
dan tampak tidak sejajar dengan arah objek yang difokuskan. Hal ini dapat
disebabkan oleh karena adanya gangguan refraksi atau kelainan fusi binokular
atau anomali neuromuskular gerakan bola mata. Jika didiagnosis dan diobati
secara dini, strabismus memiliki prognosis yang sangat baik. Pengobatan biasanya
dilakukan dengan koreksi kesalahan refraksi, latihan ortoptik, oklusif patching,
obat topikal, dan operasi otot ekstraokular.13
Jika tidak diobati dapat mempengaruhi penglihatan secara permanen dan
dapat memiliki efek ireversibel pada kepribadian dan pola pikir anak.11,13
2.5.3 Ambliopia
Ambliopia merupakan salah satu dari gangguan perkembangan
penglihatan. Ambliopia terjadi karena kegagalan perkembangan visual kortikal di
satu atau kedua mata sebagai konsekuensi dari patologi okular di fase awal
kehidupan. Ambliopia disebut juga sebagai "mata malas". Ambliopia
menyebabkan penurunan penglihatan permanen pada mata patologis jika tidak
ditangani secara dini. Ambliopia merupakan penyebab paling umum dari
penurunan penglihatan pada satu mata di antara anak-anak dan orang dewasa yang
lebih muda.14
Ambliopia dapat disebabkan oleh kekeruhan media, katarak, strabismus,
atau kelainan refraksi anisometropik yang menempatkan satu mata pada gangguan
perkembangan dibandingkan mata lainnya. Ambliopia biasanya terjadi secara
unilateral tetapi dapat terjadi secara bilateral dengan katarak pada kedua mata atau
kelainan refraksi yang tinggi. Pengalaman visual kita sebagai bayi dan anak-anak
menentukan bagaimana kita melihat sebagai orang dewasa. 14
Ambliopia didiagnosis dengan mengidentifikasi penurunan ketajaman
visual pada satu atau kedua mata yang tidak proporsional dengan kelainan
struktural mata. Ambliopia dapat didefinisikan sebagai perbedaan interokular dari
dua garis atau lebih dalam ketajaman ketika kesalahan bias dikoreksi. Pada anak
kecil, ketajaman visual sulit diukur tetapi dapat diperkirakan dengan mengamati
reaksi anak ketika satu mata ditutup, termasuk mengamati kemampuan anak untuk
mengikuti objek dengan satu mata. 14
BAB III
PENUTUP

Sistem penglihatan pada manusia berkembang secara progresif sejak lahir.


Perkembangan / embriologi mata dimulai pada saat embrio berusia 3 minggu
sampai 10 minggu selama masa intrauterin atau masa gestasi. Mielinisasi dari
serat saraf optik akan mulai terjadi hingga selesai pada minggu kesepuluh setelah
kelahiran.
Perkembangan penglihatan segera dimulai setelah lahir melalui
rangsangan visual dan interaksi dengan lingkungan, yang seiring dengan
perkembangan global anak, yaitu perkembangan neuropsikomotor, koordinasi
visual-motorik, kemampuan kognitif, dan adaptasi perilaku, lingkungan, dan
sosial budaya. Integritas anatomi dan neurofisiologis.
Tahapan perkembangan penglihatan pada anak dibagi menurut kelompok usia.
Evaluasi obyektif dan psikofisik penglihatan harus spesifik untuk anak-
anak dan hasilnya harus konsisten dengan usia anak. Sejak awal perkembangan
ekstrauterin, anak harus menerima rangsangan dan pengalaman visual yang terus
menerus untuk mengembangkan sistem optik agar dapat menghadirkan respons
visual yang diharapkan pada setiap kelompok usia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ludwig PE, Lopez MJ, Czyz CN. Embryology, Eye Malformations. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
[cited 2022 Mar 24]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482496/
2. Zimmermann A, Carvalho KMM de, Atihe C, Zimmermann SMV, Ribeiro
VL de M. Visual development in children aged 0 to 6 years. Arq Bras
Oftalmol. 2019;82:173–5.
3. Kiorpes L. The puzzle of visual development: behavior and neural limits. J
Neurosci. 2016;36(45):11384–93.
4. Vision Development: Childhood [Internet]. American Academy of
Ophthalmology. 2020 [cited 2022 Mar 24]. Available from:
https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/children-vision-
development
5. Kasprowski P, Harezlak K. Vision diagnostics and treatment system for
children with disabilities. Journal of Healthcare Engineering.
2018;2018:e9481328.

6. Sadler TW. Langman’s Medical Embryology. 14th ed. United States:


Wolters Kluwer; 2019
7. Tortora G, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 14 th ed..
United States:John Wiley and Sons; 2017ss
8. Kanski JJ, Bowling B. Kanski's Clinical Ophthalmology: A Systematic
Approach. 8th ed. Australia: Elsevier; 2015.
9. Ng SK, Chan W, Marcet MM, Kakizaki H, Selva D. Levator palpebrae
superioris: an anatomical update: Orbit. 2013; 32(1): 76–84
10. Refractive Errors & Refractive Surgery PPP - 2017 - American Academy
of Ophthalmology [Internet]. [cited 2022 Mar 24]. Available from:
https://www.aao.org/preferred-practice-pattern/refractive-errors-refractive-
surgery-ppp-2017
11. Vision Development: Newborn to 12 Months [Internet]. American
Academy of Ophthalmology. 2022 [cited 2022 Mar 24]. Available from:
https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/baby-vision-development-
first-year
12. Hyvärinen L, Walthes R, Jacob N, Chaplin KN, Leonhardt M. Current
understanding of what infants see. Curr Ophthalmol Rep. 2014;2(4):142–
9.
13. Kanukollu VM, Sood G. Strabismus. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Mar 24]. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560782/
14. Blair K, Cibis G, Gulani AC. Amblyopia. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Mar 24].
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430890/

Anda mungkin juga menyukai