Anda di halaman 1dari 4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Hewan

Tingkah laku hewan adalah ekspresi hewan yang ditimbulkan oleh

semua faktor yang mempengaruhi, baik faktor dari dalam maupun dari luar

yang berasal dari lingkungan. Intinya tingkah laku dapat diartikan sebagai

gerak-gerak organisme, sehingga perilaku merupakan perubahan gerak

termasuk perubahan dari bergerak menjadi tidak bergerak sama sekali atau

membeku, dan perilaku hewan merupakan gerak-gerak hewan sebagai respon

terhadap rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan kondisi

lingkungannya (Rumbiak, dkk., 2014).

Pola tingkah laku merupakan hasil interaksi kompleks antara stimulus

eksternal dan kondisi internal. Hewan bertingkah laku dalam usahanya untuk

berdaptasi dengan lingkungan, dimana faktor genetik dan lingkungan terlibat di

dalamnya. Lingkungan sekitar mendorong hewan bertingkah laku untuk

menyesuaikan diri dan bahkan terjadi pula penyesuaian hereditas.

Implikasinya, jenis atau spesies hewan mempengaruhi reaksi dalam berdaptasi

dengan lingkungan (Lambey, dkk., 2015).

B. Bekicot (Achatia fulica)

Bekicot (Achatia fulica) merupakan golongan hewan lunak (Mollusca)

yang termasuk dalam kelas gastropoda. Badannya lunak dan dilindungi oleh

cangkang yang keras. Jenis hewan ini tersebar di laut , daratan dan juga pada

daerah lembab. Bekicot termasuk keong darat yang pada umumnya mempunyai
kebiasaan hidup di tempat lembab dan aktif di malam hari (nocturnal). Sifat

nocturnal bekicot bukan semata-semata ditentukan oleh faktor gelap diwaktu

malam tetapi ditentukan oleh faktor suhu dan kelembapan lingkungannya.

Waktu siang setelah hujan, banyak ditemukan bekicot diberbagai tempat

(Sulisetyowati, 2015)

Bekicot (Achantia fulica) merupakan salah satu hewan gastropoda.

Kebanyakan gastropoda memiliki satu cangkang spiral tunggang yang menjadi

tempat persembunyian hewan apa bila terancam. Cangkang seringkali

berbentuk kerucut namun berbentuk pipih pada abalone dan limpet. Gastropoda

benar-benar bergerak selambat bekicot secara hafriah dengan gerakan kaki

yang bergelombang atau dengan silia, seringkali meninggalkan jejak lendir

ketika lewat (Neniati, 2016).

C. Home Range

Jarak edar merupakan perilaku aktif bekicot di habitatnya terutama saat

mereka mencari makan dan mencari pasangan. Bekicot (Achantia fulica)

cenderung memilih daerah-daerah tertentu untuk bersarang akan tetapi jarang

kembali ke tempat yang sama persis. Bekicot dewasa lebih cenderung

mempertahankan wilayah jelajah dan daerah istirahat yang tidak tetap

sedangkan yang belum dewasa cenderung berpindah tempat. Bekicot hidup

pada daerah lembap dan aktif pada malam hari (nocturnal). Sifat nokturnal ini

disebabkan oleh faktor suhu dan kelembapan lingkungan di malam hari,

bekicot tidak tahan terhadap sinar matahari langsung, sehingga, jarak edar

bekicot lebih besar pada malam hari dikarenakan kondisi lingkungan yang
basah yang memudahkan pergerakan bekicot sedangkan siang hari bekicot

mencari tempat berlindung yang lembab (Fitriani, 2015).


DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, F., 2015, Perilaku Harian dan Jarak Edar Achatina fulica, Skripsi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Lambey, L. J., Noor, R. R., Manalu, W. dan Duryadi, D., 2015, Tingkah Laku
Menetas Piyik Burung Weris (Gallirallus philipensis) dan Burung Dewasa
dalam Penangkaran, Jurnal Veteriner, 16(2): 274-282

Neniati, D. W., 2016, Preparasi dan Karakterisasi Limbah Biomaterial Cangkang


Bekicot (Achatina fulica) dari Desa Gunung Madu Sebagai Bahan Dasar
Biokeramik, Skripsi, Universitas lampung, Bandar Lampung.

Rumbiak, A., Tamanampo, J. F. W. S., dan Manu, G. D., 2014, Karakteristik


Morfometrik dan Faktor Kondisi Kerang Totok (polymesoda erosa) di
Hutan Mangrove Desa Nusajaya Kecamatan Waslei Selatan Kabupaten
Halmahera Timur Maluku Utara, Jurnal Ilmiah Platax, 2(3): 110-121

Sulisetyowati, S. D. dan Oktariani, M., 2015, Perbandingan Efektivitas Lendir


Bekicot (achatina fulica) dengan Kitosan Terhadap Penyembuhan Luka,
Jurnal Kesmasdaska, 1(1): 105-110

Anda mungkin juga menyukai