Anda di halaman 1dari 5

Diisi Panitia Semnas ULM

Amalia Rezeki & Zainudin, Jarak Jelajah Harian dan Aktivitas Bekantan di Pulau Bakut

JARAK JELAJAH HARIAN DAN AKTIVITAS PERGERAKAN


BEKANTAN (Nasalis larvatus Wurmb) DI PULAU BAKUT
KABUPATEN BARITO KUALA
Day Range and Movement Activity of Proboscis Monkey (Nasalis larvatus
Wurmb) in Bakut Island Barito Kuala Recident

Amalia Rezeki1*, Zainudin2


1
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat, JL. Brigjen H. Hasan Basri, Banjarmasin
2
Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas Indonesia) Universitas Lambung Mangkurat, JL.
Brigjen H. Hasan Basri, Banjarmasin
* amaliarezeki@unlam.ac.id

Abstract. One of the daily activity of proboscis monkey (Nasalis larvatus Wurmb) is the movement and migrate to find
feeding and rest area. Information about the movement activities of proboscis monkey is very important for conservation
management at Bakut Island that is a habitat of proboscis monkeys for increasing population and sustainability of the
proboscis monkey. This research using focal animal sampling method that is combined with the concentration counting
techniques. The result of movement activity shows increased at 06:00, 13:00, and 16:00 for feeding and rest. Day range of
proboscis monkey between 490-1095m with an average 831m. Factors that affecting the variations of day range is
availability of feeding resources and social interaction.

Keywords: Proboscis monkey, Day range, Movement Activity

1. PENDAHULUAN berhabitat di hutan keranggas. Bekantan merupakan


Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) merupakan primata dari famili cercopithecidae yang termasuk
salah satu primata endemik Kalimantan yang telah kedalam keluarga monyet dunia lama (old world
terdaftar sebagai satwa yang dilindungi oleh monkey) (Vaughan, 1986).
peraturan perundang-undangan Indonesia, maupun Bekantan merupakan primata arboreal
dunia. Di Indonesia, bekantan dilindungi oleh (beraktivitas di pepohonan). Oleh karenanya habitat
berbagai peraturan. Salah satunya adalah PP. No. 07 dengan vegetasi yang baik sangat berperan bagi
tahun 1999. Sedangkan dunia internasional telah kelangsungan hidup bekantan. Kerusakan dan
melindungi bekantan dengan memasukkannya ke fragmentasi habitat berdampak sangat besar terhadap
dalam kategori genting (endangered) melalui IUCN populasi bekantan di alam liar. Guna mencegah
(International Union for Concervation of Nature and bekantan memasuki jurang kepunahan, perbaikan
Natural Resources) dan tergolong Apendix I oleh habitat sangat diperlukan. Sejalan dengan hal tersebut
CITES (Convention on International in Endangered diperlukan informasi mengenai karakteristik
Species of Wild Fauna and Flora). bekantan berkaitan dengan daya jelajah dan aktivitas
Bekantan telah mengalami penurunan populasi pergerakan guna menyediakan habitat yang sesuai
sebanyak 50-80% dalam kurun waktu 36-40 tahun dengan karakteristik bekantan sebagai primata
terakhir (Gron, 2009; Atmoko, 2012). Kegiatan alih endemik lahan basah.
fungsi habitat, kebakaran hutan, dan perburuan satwa
liar yang tidak terkendali menjadi penyebab utama 2. METODE
hal tersebut. Supriatna & Wahyono (2000) Penelitian mengenai jarak jelajah harian dan
berpendapat setidaknya 47% habitat bekantan telah aktivitas harian bekantan dilakukan selama 5 hari
menghilang. Usaha perlindungan terhadap satwa berturut-turut di Taman Wisata Alam (TWA) Pulau
maskot dari Provinsi Kalsel ini terkesan sulit untuk Bakut Kabupaten Barito Kuala. Kelompok sampel
direalisasikan, mengingat kebanyakan habitatnya yang diamati adalah kelompok Alfa. Jarak jelajah
berada di luar kawasan konservasi. harian/ Day Range (DR) diukur menggunakan roll
Pada tahun 2000, Meijaard & Nijman meter disetiap hari pengamatan, dengan mengikuti
menyatakan bahwa di Kalimantan terdapat 153 titik tanda yang telah diletakkan dimana bekantan
sebaran habitat bekantan, dan diperkirakan masih beraktivitas. Perhitungan DR dilakukan dengan
banyak lagi habitat bekantan yang tidak teramati mengikuti pergerakan kelompok Alfa, sehingga data
bahkan hilang sebelum diamati. Payne et.al (2000) yang diperoleh merupakan data aktivitas kelompok,
menyatakan habitat bekantan terbatas pada daerah bukan data yang menunjukkan aktivitas individu
seperti rawa gambut, bakau dan sangat tergantung maupun jantan. Pengukuran DR dilakukan ketika
pada sungai meski beberapa diantaranya juga

Seminar Nasional 2016 Lahan Basah ULM 1


Amalia Rezeki & Zainudin, Jarak Jelajah Harian dan Aktivitas Bekantan di Pulau Bakut

kelompok bekantan meninggalkan titik yang telah anggota kelompok yang lebih dulu memulai
ditandai. pergerakan, diikuti pejantan muda sedang
Aktivitas pergerakan diamati dengan pejantan pemimpin kelompok mengawasi dari
menggunakan metode focal animal sampling. belakang. Berdasarkan data yang tercantum
Fachrul (2012) berpendapat bahwa metode tersebut
pada Tabel 1 diketahui bahwa kelompok Alfa
umunya digunakan untuk mengamati pola aktivitas
primata, seperti monyet ekor panjang (Macaca menempuh jarak yang berbeda-beda pada setiap
fascicularis) dengan berfokus pada satu objek utama harinya. Rata-rata jarak penjelajahan yang
seperti pejantan dominan yang memimpin kelompok. ditempuh oleh kelompok ini adalah 831 ml,
Altman (1974) menyatakan bahwa pengamatan dengan rentang kemampuan jelajah 490-1095 m.
dengan metode tersebut dapat dilakukan pada satu
hingga dua individu yang menjadi anggota kelompok Tabel 1. Jarak jelajah harian (Day Range/ DR)
sampel. Oleh karenanya pengamatan aktivitas kelompok Alfa selama lima hari
pergerakan bekantan difokuskan pada dua individu berturut-turut
jantan dan betina dewasa, sehingga hasil yang
didapat bersifat representatif menggambarkan
No. Hari ke- Day Range/ DR (m)
keseluruhan aktivitas pergerakan kelompok.
1. 1 900
Pengamatan dilakukan dari jam 06.00-18.00
2. 2 490
WITA, dengan periode pengamatan sebagai berikut:
a. Periode pengamatan pagi (06.00-10.00 WITA), 3. 3 1095
b. Periode pengamatan siang (10.00-14.00 WITA), 4. 4 820
dan 5. 5 850
c. Periode pengamatan sore (14.00-18.00 WITA). Jumlah (∑) 4155
Setiap periode pengamatan memiliki interval Rata-rata 831
waktu pengamatan selama 10 menit. Pada interval Rentang 490-1095
tersebut dilakukan pengamatan secara seksama dan
cermat terhadap kriteria aktivitas pergerakan yang Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
dilakukan oleh individu sampel. Adapun kriteria dari bekantan di TWA Pulau Bakut mempunyai jarak
aktivitas pergerakan yang diamati mengacu pada jelajah tidak lebih dari 1,95 km. Francis (2013)
Alikodra et.al (2015), meliputi: berpindah dari satu menyebutkan bahwa bekantan mampu untuk
tempat ke tempat lain dalam satu pohon maupun ke menjelajah sejauh lebih dari 2 km dalam sehari.
pohon lain, melompat, berjalan, bergelantungan, Sedang Supriatna & Wahyono (2000) menyatakan
berlari, memanjat, berayun, dan berenang. pergerakan kelompok bekantan disetiap harinya
Hasil yang diperoleh akan dianalisa secara dapat menjapai 1,5 km dengan luas area ajelajah
deskriptif. Data DR akan diolah dengan berkisar antara 50-270 Ha. Berdasarkan data BKSDA
mengkalkulasikan total jarak tempuh kelompok Kalsel TWA Pulau Bakut mempunyai luas total
dalam setiap harinya, guna mengetahui rata-rata jarak 18,70 Ha, luas yang jauh dibawah area penelitian
jelajah harian hingga rentang jarak jelajah kelompok. yang dilakukan oleh Supriatna & Wahyono. Hal
Sedangkan data aktivitas pergerakan akan dianalisa tersebut mengindikasikan bahwa sebenarnya
dan diolah menjadi persentase aktivitas harian, kelompok Alfa mengelami keterbatasan ruang gerak.
dengan mengadopsi rumus persentase aktivitas harian Kelompok Alfa bukan satu-satunya kelompok
oleh Wirdateti et.al (2009), sebagai berikut: bekantan yang ada di TWA Pulau Bakut. Setidaknya
terdapat 2 kelompok lagi yang juga mendiami habitat
yang sama dan menyebabkan terjadinya tumpang
tindih area jelajah. Namun kondisi tersebut tidak
Keterangan: menunjukkan adanya konflik antar tiap kelompok,
A = Rata-rata aktivitas yang diamati dalam perlakuan sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok bekantan
B = Total semua, aktivitas yang diamati umumnya mempunyai sistem toleransi dpada wilayah
kekuasaannya. Isbell & Vuren (1996) menyatakan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa bekantan juga umumnya mengalami peristiwa
tumpang tindih habitat dengan primata jenis lain
3.1 Jarak Jelajah Harian/ Day Range (DR) yang menunjukkan adanya toleransi diantara para
pelakunya.
Tidak seperti primata lainnya, bekantan
Bekantan adalah primata yang hidup dalam umumnya tidak melakukan persaingan untuk
sistem kelompok (Supriatna & Wahyono, 2000). mendapatkan atau mempertaruhkan wilayahnya.
Dari hasil obervasi, kelompok Alfa sebagai Isbell (1991) berpendapat bahwa persaingan antar
kelompok sampel berjumlah 15-23 individu. grup primata ditentukan oleh nilai kemelimpahan
Pergerakan bekantan selalu dilakukan dalam pakan, sedangkan persaingan dalam tiap kelompok
kelompok. Betina dewasa dan anakan adalah akan dipengaruhi oleh distribusi tumbuhan pakan.

2 Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan
Amalia Rezeki & Zainudin, Jarak Jelajah Harian dan Aktivitas Bekantan di Pulau Bakut

Berarti dalam hal ini ketersedian pakan yang terbatas makan dan kemudian dilanjutkan aktivitas
pada habitat dengan ruang lingkup kecil, dapat pergerakan.
berimbas pada peningkatan nilai DR. Keperluan akan
pakan dapat menyebabkan bekantan berjalan jauh
untuk mendapatkannya (Boonratana, 2000).
Alikodra (1997) berpendapat bahwa sebaran
vegetasi yang terbatas juga berpengaruh pada
pergerakan bekantan. Pada Tabel 1 diketahui bahwa
jarak jelajah harian yang paling jauh terjadi pada hari
ketiga, kontak dengan manusia merupakan penyebab
dari hal tersebut. Kelompok bekantan kerap
mendatangi titik yang sama pada hari selanjutnya
untuk mendapatkan tumbuhan pakan. Sedangkan
kemampuan tumbuhan pakan menghasilkan tunas
baru berbanding terbalik dengan frekuensi
pengunjungan oleh bekantan. Aktivitas yang Gambar 1. Persentase aktivitas pergerakan bekantan
demikian dapat menyebabkan tumbuhan pakan
menjadi gundul (Atmoko, 2012). Peningkatan aktivitas di periode pagi dan siang
Bismark (2009) berpendapat bahwa bekantan hari berbeda. Peningkatan aktivitas disiang hari
dapat melakukan perjalanan harian sejauh 200-1100 diperuntukkan bagi aktivitas istirahat. Bekantan akan
m dan sangat dipengaruhi oleh keberadaan sumber mencari pohon dengan kanopi yang lebat, dan
pakan. Selain ketersediaan pakan, keberadaan sumber beristirahat diantaranya. Suradijono (2004); Kombi
air pada habitat berkorelasi positif dan nyata dengan & Abdullah (2013) berpendapat bahwa pada siang
kehadiran bekantan (Soendjoto et.al, 2005). hari pergerakan bekantan ditujukan pada vegetasi
Sebastian (1988) dalam Bismark (2009) menyatakan yang lebih lebat, guna mencari perlindungan dari
bahwa bekantan yang berhabitat di hutan mangrove terik matahari. Selain mencari tempat peristirahat
mempunyai pergerakan harian yang berkisar antara bekantan juga masih melakukan aktivitas lain sperti
300-590 m. aktivitas makan.
Perbedaan DR diantara jenis colobinae seperti Peningkatan aktivitas pergerakan terakhir
jenis Presbytis melalophos dan Presbytis thomasi terjadi pada pukul 16.00-17.00. Individu jantan
dipengaruhi oleh habitat dan keanekaragaman jenis maupun betina aktiv untuk melakukan pergerakan
pakan (Kunkun, 1986). Secara garis besar aktivitas guna mencari pohon yang sesuai untuk beristirahat
jelajah primata dipengaruhi oleh faktor persebaran dimalam hari. Pohon yang dipilih umumnya adalah
pakan, fenologi, ukuran tubuh, lokasi pohon tempat pohon yang mempunyai karakteristik lebih tinggi
tidur, daerah teritoreal, perbedaan strata vegetasi dari vegetasi disekitarnya dan berupa pohon pakan
(Boonratana, 2000), ukuran kelompok (Olupot et.al, bagi bekantan. Penelitian Alikodra (1997) di Kuala
1994; Isbell, 1991), kelembapan, curah hujan, Samboja menunjukkan pada jam pukul 17.00
komflik pejantan dalam grup (Isbell, 1983), dan bekantan mulai mencari pohon yang sesuai sebagai
waktu (Clutton-Brock, 1975). pohon tempat tidur.
Sebagai hewan arboreal (Supriatna &
3.2 Aktivitas Pergerakan Wahyono, 2000), pergerakan bekantan sangat
tergantung dengan keberadaan vegetasi. Hal tersebut
Bekantan jantan maupun betina mengalamu dapat dilihat dari teknik-teknik bekantan dalam
peningkatan aktivitas pergerakan pada pukul 06.00- melakukan pergerakan. Adapun teknik-teknik
08.00, 13.00-14.00, dan 16.00-17.00 (Gambar 1). tersebut adalah sebagai berikut:
Peningkatan aktivitas pergerakan pada bekantan 1. Berjalan diantara batang atau ranting pepohonan,
ditujukan pada aktivitas kain seperti aktivitas 2. Melompat dari satu pohon ke pohon lain,
mencari makan dan mencari tempat beristirahat. 3. Bergelantungan dari satu dahan ke dalam lain,
Bismark (2009) dalam penelitiannya mengenai 4. Memanjat sulur tanaman,
aktivitas bekantan di htan mangrove juga mengalami 5. Berjalan dengan kaki dan tangan (quadrapetal),
peningkatan aktivitas pergerakan pada jam 06.30, dan
08.30, dan 12.30. peningkatan aktivitas pergerakan 6. Berjalan di permukaan tanah dengan dua kaki.
diperiode pagi berkaitan dengan aktivitas makan. Teknik ke 5-6 dilakukan bekantan ketika
Payne et.al (2000) menyatakan bahwa aktivitas vegetasi tumbuhan berkurang, bekantan akan
bekantan dimulai pada waktu subuh dan diakhiri menelusuri lantai hutan untuk berpindah dari satu
menjelang sore. Secara lebih spesifik Alikodra et.al tempat ke tempat lain. Kombi & Abdullah (2013)
(2015) berpendapat bahwa bekantan memulai menyatakan bahwa bekantan mampu berjalan bahkan
aktivitasnya sepagi mungkin, dimulai pada pukul berlari dengan kedua kakinya ketika berada pada
05.00-06.30, aktivitas pertama yang dilakukan areal terbuka. Pendapat tersebut didukung oleh
bukanlah aktivitas pergerakan melainkan aktivitas Alikodra et.al (2015), bahwa jika jarak antar tiap

Seminar Nasional 2016 Lahan Basah ULM 3


Amalia Rezeki & Zainudin, Jarak Jelajah Harian dan Aktivitas Bekantan di Pulau Bakut

pohon berjauhan karena banyaknya pohon yang mati beristirahat, dan dipengaruhi oleh kerapatan
terbakar, untuk mendapatkan daun kesukaannya vegetasi dan keadaan cuaca.
bekantan sering di jumpai pada lantai hutan yang
ditumbuhi semak.
5. UCAPAN TERIMAKSIH
Hal di atas menunjukkan bahwa pergerakan Penelitian ini di dukung oleh Pusat Studi dan
bekantan tidak hanya dipengaruhi untuk pemenuhan Konservasi Keanekaragaman Hayati Universitas
akan pakan dan keperluan beristirahat, melainkan Lambung Mangkurat, Sahabat Bekantan Indonesia
juga oleh kerapatan vegetasi. Fleagle (1980) dalam dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Bismark (2009) menyatakan bahwa pemanfaatan Kalimantan Selatan. Kami sangat berterimkasih atas
strata vegetasi oleh primata berkorelasi dengan dukungan yang telah diberikan oleh rekan kami di
Biodiversitas ULM, SBI dan BKSDA Kalsel.
strategi mencari makan. Sifat bekantan sebagai Berbagai macam bantuan dan sumbangsih ilmu serta
primata arboreal sangat berkebalikan dengan sarana prasana data penunjang yang sangat
aktivitas pergerakan dengan menelusuri lantai hutan, membantu dalam proses penelitian, meski hasil
kegiatan tersebut menunjukkan betapa pentingnya penelitian ini masih jauh dari apa yang mereka
kerapatan vegetasi bagi aktivitas hidup bekantan inginkan.
seperti aktivitas melompat (leaping). Jika jarak antar Kami juga sangat berterimakasih kepada bapak
pohon melebihi 5 meter, sering kali bekantan akan Ferry F. Hoesain, MBA selaku pembina Sahabat
Bekantan Indonesia dan bapak Zainal Abidin, SE.
mengalami kegagalan dalam melompat dan terjatuh selaku ketua divisi evakuasi satwa SBI atas saran/
ke lantai hutan, kondisi tersebut merupakan keadaan masukan maupun kritik serta sumbangsih berupa
yang mampu membuat bekantan stres (Alikodra et.al, dokumentasi-dokumentasi penelitian yang sangat
2015). membantu dalam meningkatkan kualitas naskah ini.
Bekantan pada umumnya memiliki
kecenderungan untuk menurunkan aktivitas
6. DAFTAR PUSTAKA
pergerakan pada siang hari. Hal tersebut berkaitan
dengan keadaan lingkungan seperti peningkatan suhu Alikodra, H.S. 1997. Population adn Behavior of
lingkungan. Bekantan harus beristirahat sebagai Proboscis Monkey (Nasalis larvatus) in Samboja
reaksi dari suhu udara yang semakin panas (Alikodra, Koala, East Kalimantan. Media Konservasi Vol.
1997). V, 2: 67-72.
Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa puncak
aktivitas betina pada beberapa waktu persentasenya Alikodra, H.S., M. Bismark, M.A. Soendjoto, R.
Srimulyaningsih, T. Atmoko, Devis R., Antonius,
dapat melebihi individu jantan. Seperti yang terjadi A. Tjiu, C. Saleh, Ian H., S. Wulffraat, S.
pada pukul 09.00-11.00, 13.00-16.00, dan 18.00. Hendratno, M. Thohari, Jojo O., dan M. Ruhimat.
pergerakan kelompok umumnya di dominasi oleh 2015. Bekantan Perjuangan Melawan
betina, hal ini dilihat ketika betina dan kelompok Kepunahan. IPB Press, Bogor.
anggota muda selalu sampai lebih dulu di tempat/
padang/ pohon pakan. Keperluan akan pakan yang Altman, J. 1974. Observational Study of Behavior
Sampling Methods. Behavior 69: 227-265.
lebih sehat menjadi alasan mengapa hal tersebut
dapat terjadi. Menurut Bismark (2009), hal tersebut Atmoko, Tri. 2012. Bekantan Kuala Sambojo
terjadi dikarenakan individu betina memerlukan Bertahan dalam Keterbatasan. Balai penelitian
kualitas pakan yang lebih baik bagi anak-anaknya, teknologi konservasi sumber daya alam,
dibandingkan dengan anggota kelompok lain. Balikpapan.
Dengan mecapai lebih dahulu lokasi dengan pakan
yang baik, individu betina dan anaknya akan Bismark, M. 2009. Biologi Konservasi Bekantan
(Nasalis larvatus). Pusat Penelitian dan
mendapatkan pakan yang lebih berkualitas. pengembangan Hutan dan Konservasi Alam,
Bogor.
4. SIMPULAN
Bonratana, R. 2000. Ranging Behavior of Proboscis
Berdasarkan hasil obervasi yang telah dilakukan Monkey (Nasalis larvatus Wurmb) in the Lower
terhadap kelompk alfa, maka dapat ditarik Kinabatangan, Nortern Borneo. International
kesimpulan sebagai berikut: Journal of Primatology 21 (3): 497-518.
a. Jarak jelajah harian/ Day Range (DR) berkisar
antara 490-1095 m, dengan rata-rata jarak jelajah Clutton-Brock, T.H. 1975. Ranging behavior of red
perhari 831 m. colobus (Colobus badius tephrosceles) in the
b. Jarak jelajah harian umumnya dipengaruhi oleh, Gombe National Park. Animal Behavior 23: 706-
luas habitat jelajah, kemerataan sebaran pakan, 722.
kontak dengan predator dan cuaca.
c. Aktivitas pergerakan bekantan baik jantan dan Fachrul, M. F. 2012. Metode Sampling Bioekologi.
betina menunjukkan pola keteraturan, dilihat dari Bumi Aksara, Jakarta.
terjadinya pola pemuncakan aktivitas yang sama
pada pukul 06.00-08.00, 13.00-14.00, dan 16.00- Francis, C. M. 2013. A photographic guide to
17.00 WITA. Mammals of Saouth-East Asia. Times offset,
d. Aktivitas pergerakan umumnya diperuntukkan Malaysia.
untuk memperoleh pakan dan pohon tempat

2 Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan
Amalia Rezeki & Zainudin, Jarak Jelajah Harian dan Aktivitas Bekantan di Pulau Bakut

Isbell, L.,A. 1983. Daily Ranging Behavior of Red


Colobus (Colobus badius tephrosceles) in Kibale
forest, Uganda, Folia Primatology. 41: 34-48.
-------------. 1991. Contest and Secramble
Competition Patterns of Females Aggresion and
Ranging Behavior Among Primates. Behavioral
Ecology Vol. 2 No. 2: 143-155.
Isbell, L.A. dan D.D. Vuren. 1996. Differential Costs
of Locational and Social Dispersal and Thei
Consequences for Female Group-Living Primates.
Behavior 133: 1-36.

Kombi M. dan M. T. Abdullah. 2013. Ethogram of


The Free Ranging Nasalis larvatus in Bako
National Park, Serawak. Malayan Nature Journal
65 (2&3): 1-21.

Kunkun, J. G. 1986. Ecology and Behavior of


Presbytis thomasi In Northern Sumatera.
Primates, 27 (2): 151-172.

Meijaard, E. dan Nijman, V. 2000. Distribution and


Conservation of the Proboscis Monkey (Nasalis
larvatus) in Kalimantan, Indonesia. Biological
Conservation 92: 15-24.

Olupot, W. Chapman, C, A., Brown, C. H., and


Waser, P.M. (1994). Mangabey (Cercocebus
albigena) Population density, group size, and
ranging: A twenty year comparation. American
Journal of Primatology. 32: 197-205.

Payne, Junaidi, C. M. Francis, Karen P., dan Sri


Nurani Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan
Mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak &
Brunei darusalam. WCS, Bogor.

Soendjoto, M. A, Hadi S. Alikodra, Bismark dan


Heru Setijanto. 2005. Vegetasi Tepi Baruh Pada
Habitat Bekantan (Nasalis larvatus) di Hutan
Karet Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
Biodiversitas. 6 (1): 40-44.

Supriatna, Jatna dan Edy H. Wahyono. 2000.


Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta.

Suradijono, Rina Dwiasih. 2004. Perilaku dan


Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus ) di
Hutan Karet, Desa Simpung Layung, Kabupaten
Tabalong, Kalimantan Selatan. FKH-IPB, Bogor.
Vaughan, T. A. 1986. Mammalogy. Third Edition.
Saunder College, Tokyo.

Wirdateti, Ai Nuri Pratiwi, Didit Diapari dan Anita S.


Tjakradidjaja. 2009. Perilaku Harian Lutung
(Trachypithecus cristata, Raffles 1821) di
Penangkaran Pusat Penyelamatan Satwa Godog,
Ciawi, Bogor. Zoo Indonesia 2009. 18 (1): 33-40.

Seminar Nasional 2016 Lahan Basah ULM 5

Anda mungkin juga menyukai