Anda di halaman 1dari 7

Berita Biologi, Volume 7, Nomor 1, April 2004 dan Nomor 2, Agustus 2004

Edisi Khusus: Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun (III)

EKOLOGI CAPUNG JARUM CALOPTERYGIDAE:


Neurobasis chinensis DAN Vestalis luctuosa DI SUNGAI CIKANIKI,
TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN
[Ecology of Dragonflies in Cikaniki River, Gunung Halimun National Park]

PudjiAswari
Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi - LIPI, Cibinong

ABSTRACT
Studies on ecological aspects of two species of damselflies, Neurobasis chinensis and Vestalis luctuosa (Odonata:Calopterygidae)
were conducted at Cikaniki stream, Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH). The two species of damselflies were selected from
26 species of dragonflies that have been collected in the study area. Selection was based on their appearance which is big in size,
metallic colour are conspicuous and also on the habitat specificity.

Kata kuncl/ Key words: Gunung Halimun, Neurobasis chinensis, Vestalis luctuosa.

PENDAHULUAN lamellae", bentuknya bervariasi tergantung jenisnya


Dalam urutan klasifikasinya bangsa capung (Gardner, 1983). Seperti dewasanya nimfa capung yang
dibedakan menjadi dua anak bangsa yaitu anak bangsa hidup diperairan tawar seperti kolam, danau, selokan
Anisoptera dan anak bangsa Zygoptera. Capung j arum ataupun sungai juga sebagai pemangsa fauna air
yang digolongkan dalam anak bangsa Zygoptera, lainnya yang berukuran lebih kecil, terutama jenis-jenis
mudah dikenal dari bentuk tubuhnya yang ramping serangga air. Pemangsaan nimfa capung terhadap
dan meruncing mirip jarum, dengan empat lembar jentik-jentik nyamuk di suatu habitat perairan dapat
sayap yang hampir sama baik bentuk maupun mengendalikan populasi nyamuk. Sebaliknya nimfa
ukurannya. Pada beberapa jenis terutama individu capung juga merupakan sumber makanan biota air
jantan warna tubuh dan sayapnya menyolok, sehingga lainnya seperti kumbang atau kepik air, katak dan ikan,
menarik unruk diperhatikan. Gerakan terbangnya sehingga sering dimanfaatkan oleh pemancing ikan
lambat, diperkirakanberkecepatan lOkm/jam (Brooks, sebagai umpan (Cafferty, 1981). Tubuh nimfa capung
1997), sehingga mudah ditangkap dan diamati dapat menimbunracun dari mangsanya, sehingga bisa
perilakunya. dijadikan sebagai indikator suatu perairan (Watson,
Seperti capung pada umumnya, di alam capung 1991).
jarum berperan sebagai pemangsa binatang kecil Jenis-jenis capung jarum cenderung menyukai
lainnya, terutama serangga. Kecepatan terbang yang habitat sungai di kawasan hutan (Orr, 2000: konsultasi
lebih lamban dibanding capung Anisoptera (capung pribadi). Dari 26 jenis capung yang ditemukan di TNGH
purba) membatasi gerakannya dalam memilih (Aswari, 2001), 10 jenis diantaranya adalah capung
mangsanya, sehingga capung jarum dewasa lebih jarum. Capung jarum di Taman Nasional Gunung
banyak memangsa serangga-serangga yang menempel Halimun (TNGH) tergolong dalam 4, suku salah satunya
pada tumbuhan atau tanaman tertentu misalnya wereng adalah Calopterygidae. Capung Calopterygidae mudah
coklat yang dikenal sebagai hama tanaman padi dibedakan dari capung jarum lainnya, karena ukuran
(Ariwibowo, 1991). Oleh karena itu meskipun potensi tubuhnya yang besar, panjang 55-60 mm dengan
pemangsaannya belum banyak diketahui, maka bentang sayap 70-80 mm, berwarna hijau atau biru
capung j arum ikut berperan sebagai musuh alami yang metalik. Daerah sebarannya mencakup kawasan tropis
dapat mengurangi populasi hama tanaman pangan. maupun subtropis. Dari wilayah Indo-Australia dicatat
Nimfa (pradewasa) ramping mirip capung 3 marga yaitu Neurobasis, Vestalis dan Echo (Lieftinck,
dewasa. Ujung abdomen dilengkapi 3 bangunan 1965). Dari 3 marga ini di Indonesia dapat ditemukan
tambahan semacam umbai yang dinamakan "caudal 13 jenis yang tersebar di Sumatra, Jawa, Bali,

57
Aswari - Ekologi Capung Jarum

Kalimantan, Sulawesi, dan Irian. Di TNGH ditemukan Lokasi 1: Ruas Sungai Cikaniki di Citalahab
2 jenis capung Calopterygidae yaitu Neurobasis Terletak berdekatan dengan pemukiman Kampung
chinensis dan Vestalis luctuosa. Capung jarum Sentral, yang umumnya penduduknya hidup dengan
Calopterygidae menyukai habitat perairan berupa bertani, sehingga ekosistem tepi sungai berupa sawah dan
selokan atau sungai berarus lambat hingga deras, kebun. Lokasi cukup terbuka, tepi sungai banyak ditumbuhi
yang mengalir di daerah terlindung atau di hutan renjmputanatauperdulainnya, yang menunjang keberadaan
dengan ketinggian maksimal 2000 m (Lieftinck, 1934). capung untuk meletakkan telur maupun sebagai tempat
Taman Nasional Gunung Halimun memiliki sungai- hinggap. Ketinggian tempat sekitar 1200 m.
sungai berarus deras yang selain menunjang
Lokasi 2: Ruas Sungai Cikaniki di Legok Batu
kehidupan fauna dan flora, juga dimanfaatkan
Terletak sekitar 2 km dari Citalahab. Lokasi ini
penduduk sekitar untuk memenuhi kebutuhan
juga tidak jauh dari pemukiman, hanya dibatasi oleh
sehari-hari. Tepian ruas-ruas sungai umumnya
tebing curam sehingga ketinggian tempatnya jauh
dimanfaatkan penduduk sebagai lahan pertanian.
berbeda yaitu ± 760 m. Tepi sungai berupa lahan
Degradasi tepian sungai maupun penggunaan
pertanian dan tanaman perdu lainnya.
pestisida akan berpengaruh terhadap kelestarian
Capung dewasa dikoleksi menggunakan jaring
jenis-jenis capung jarum yang pada umumnya
serangga kemudian dimatikan dengan aseton.
mempunyai pilihan habitat spesifik untuk hidupnya.
Selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi
Penelitian kehidupan kedua jenis capung ini
dan disimpan dalam koleksi kering. Nimfa diambil
dimaksudkan untuk mengetahui biologi terutama
dengan tangan atau pinset halus; karena tubuhnya
perilaku dan habitatnya dalam menunjang
sangat lunak maka harus pelan-pelan agar tidak rusak.
kelestariannya. Kiranya perlu juga diungkap Kemudian disimpan di dalam botol berisi cairan alkohol
informasi tentang capung jarum Calopterygidae di 70%. Pengambilan contoh dan pengamatan perilaku
Jawa khususnya di TNGH, yang sejak tahun 1934 dilakukan secara acak pada setiap 20 m dari ruas sungai
masih belum banyak dikemukakan. yang sudah ditentukan, yaitu pada jam9.00 -jam 15.00.
Pengamatan perilaku capung dewasa masih terbatas
MAIERIALDANMETODE pada perilaku hinggap, aktifitas terbang serta beberapa
Kegiatan ini merupakan rangkaian penelitian tahapan daur hidup. Dicatat waktu aktifitas tersebut
yang dilaksanakan sejak Desember 1995 sampai Juli dilakukan. Demikian pula untuk nimfa hanya terbatas
2004, secara periodik. Observasi dilakukan minimal 3- pada tingkatan yang ditemukan pada saat pengamatan.
6 bulan sekali selama 5 hari untuk pengamatan habitat
Selanjutnya dilakukan penghitungan indeks
maupun perilakunya yaitu pada awal tahun
keragaman jenis dankemerataan distribusi individu di
pengamatan; dan minimal 1 bulan sekali selama 5 hari
dalam jenis dengan menggunakan Shannon-Wiener
pada dua tahun terakhir untuk pengamatan lanjutan
(Krebs, 1989).
serta memonitor keberadaannya sepanjang tahun.
1. Menentukan indeks keragaman jenis:
Dari perolehan data awal (Aswari, 2001) dapat
H= - [ ( p l ) ( l o g 2 P l ) + (p2)(log2p2)]
ditentukan lokasi pengamatan terhadap perilaku 2 j enis
H= indeks keragaman jenis
capung jarum Neurobasis chinensis dan Vestalis
pi = perbandingan total individu jenis yang ke 1
luctuosa. Lokasi pengamatan adalah ruas Sungai
dengan individu seluruh jenis
Cikaniki yang terletak di Citalahab, Kampung Sentral,
p2 = perbandingan total individu jenis yang ke 2
Desa Malasari dan di Legok Batu, Kampung Garung,
dengan individu seluruh jenis
Desa Bantarkaret yang keduanya termasuk Kecamatan
2. Menentukan indeks kemerataan:
Nanggung. Ketinggian lokasi berkisar 760 -1200 mdi
ataspermukaanlaut(Gambar 1 danGambar2). Panjang H E = indeks kemerataan
E= H = indeks keragaman jenis
ruas sungai yang diamati pada masing-masing lokasi
H max.= log 2 S (S=jumlah seluruh
sekitar 200 m dengan lebar sungai ± 10 - 15 m. jenis).

58
Berita Biologi, Volume 7, Nomor I, April 2004 dan Nomor 2, Agustus 2004
Edisi Khusus: Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun (III)

HASIL terbang hanya sayap depan yang aktif bergerak, kepakan


Habitat dan Perilaku sayap depan ini mirip sekali dengan kupu-kupu
Dari pengamatan pada ruas S. Cikaniki di "skippers". Oleh karena itu kekuatan gerakan terbang
Citalahab maupun di Legok Batu, capung dewasa kedua hanyalah bertumpu pada pasangan sayap depan,
jenis menyukai hinggap pada tanaman atau batuan di sedangkan pasangan sayap belakang meskipun
tepi dan di tengah sungai. Dalam luasan lahan 5 x 10 m, posisinya merentang tidak bergerak, fungsinya hanya
ditemukan sekitar 5-10 individu dengan perbandingan sebagai penopang atau penyeimbang saja (Fraser, 1934).
jantan dan betina 3 : 1 . Kedua jenis capung tersebut bisa jangkauan terbang capung V. luctuosa lebih
ditemukan sepanjang tahun pada habitatnya. leluasa, baik di tempat terlindung maupun terbuka.
Capung jarum N. chinensis dan V. luctuosa Oleh karena itu jenis V. luctuosa sering juga dijumpai
tidak begitu aktif terbang, waktu hidupnya lebih di sekitar pemukiman penduduk atau masuk ke hutan,
banyak dihabiskan untuk hinggap. Aktivitas terbang terutama di tempat-tempat yang dekat dengan aliran
hanya dilakukan pada saat berpindah, hinggap dari air. Dari pengamatan di berbagai lokasi lain di TNGH
satu tempat ke tempat lain yang jaraknya tidak terlalu (Tabel 1), jenis N. chinensis hanya dijumpai pada
jauh, atau pada saat mempertahankan daerah ketinggian 760-1200 m, sedangkan jenis V. luctuosa
teritorialnya dari capung jantan lainnya. bisa ditemukan sampai pada ketinggian 1500 m yaitu
Dibanding capung betina, capung jantan tampak di G. Kendeng. Capung V. luctuosa bisa hidup hingga
lebih aktif terbang dengan arah gerakan ke atas dan ke ketinggian 2000 m (Lieftinck, 1934). Aktivitas
bawah menyusuri permukaan air. Ketika melewati arus terbangnya sering terlihat bergabung dengan capung
deras irama terbangnya terlihat mengikuti gelombang jarum jenis Euphaea variegata dan Rhinocypha
permukaan air. Capung betina kadang juga melakukan fenestrata. Adanya kesamaan jenis makanan atau
gerakan ini, hanya gerakannya tidak terarah. Ketika habitat yang diperlukan.

Tabel 1. Lokasi pengamatan dan pengambilan contoh

No. Lokasi Neurobasis chinensis Vestalis luctuosa

S. Cikaniki,Kampung Sentral, Citalahab


(1200 m dpi)

2. G. Kendeng (1500 m dpi)

S. Cikaniki, Kampung Garung, Legok Batu


3.
(760 m dpi)

4. S. Citarik, Leuwiwaluh (900 m dpi)

S. Cikaniki, Leuwikeukeup
5.
(700 m dpi)

6. S. Cibeurang, Leuwijamang (800 m dpi)

7. Kawasan hutan di sekitar lokasi yang dikunjungi

Keterangan: + = ditemukan = tidak ditemukan

59
Aswari - Ekologi Capung Jarum

Gambar 1. Peta Daerah Lokasi Pengamatan.

Gambar. 2. Lokasi pengamatan: (1). Kampung sentral, Citalahab


(2). Kampung Garung, Legok Batu

a. jantan b. betina b. betina a. jantan

Gambar 3. Capung dewasa N. Chinensis Gambar 4. Capung dewasa V. Luctuosa

60
Berita Biologi, Volume 7, Nomor 1, April 2004 dan Nomor 2, Agustus 2004
Edisi Khusus: Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun (III)

Stadium nimfa dari kedua jenis capung tersebut tembus pandang, sehingga di lapangan agak sulit
hidupnya pada batang atau akar rumput-rumputan dibedakan.
yang menggayut di tepian sungai (Aswari, 2001). Nimfa Nimfa:
biasanya menggerombol, jika diganggu tubuhnya Bentuk nimfa dari kedua jenis sangat rnirip,
akan melengkung berusaha untuk menyelamatkan diri. panjang dan ramping seperti belalang ranting (Gambar
Populasi tinggi dari nimfa terlihat pada pengamatan 5). Nimfa muda yang bara menetas panjangnya sekitar
bulan Januari, sedang bulan-bulan tertentu kadang 8 mm, berwarna kuning muda. Nimfa tua mencapai
tidak ditemukan kemungkinan masih pada tingkatan panjang sekitar 25 mm dengan warna agak gelap yaitu
instar muda. coklat kekuningan. Kepala kecil, dilengkapi mata yang
membulat di sisi kanan dan kiri, antena 7 ruas, ruas
Morphologi capung dewasa dan nimfa pertama lurus berukuran sama atau lebih panjang
1. Neurobasis chinensis (Gambar 3) dari gabungan keenam ruas lainnya. Toraks panjang
dan ramping, calon sayap seperti daun melekat erat di
Panjang tubuh sekitar 45-50 mm, denganrentang sayap
bagian dorsal tubuhnya. Abdomen silindris, ujungnya
75-80 mm; kedua matanya besar, tampak jelas pada
dilengkapi "caudal lamellae" berupa 3 lembarantipis
sisi kanan dan kiri kepala; kakinya panjang-panjang
dan halus berbentuk segitiga untuk yang di tengah
dan ramping, berwarna coklat terang dilengkapi duri-
dan "triquetral"(hampir segi empat) untuk yang 2 di
duri halus.
bagian sisi. Secara mikroskopis nimfa dari kedua jenis
Jantan: kepala, toraks, abdomen berwarna hijau
capung tersebut jelas dibedakan dari bentuk lekukan
metalik; sepasang sayap depan berwarna coklat,
tengah serta setae pada labium.
tembus pandang; sepasang sayap belakang berwarna
coklat gelap, dikombinasi warna biru metalik pada
sebagian permukaan sayap (2/3 dari pangkal sayap).
Betina: kepala dan toraks berwarna hijau metalik,
namun agak pucat. Sedang abdomen hijau metalik
kombinasi coklat gelap. Pasangan sayap depan
maupun sayap belakang berwarna coklat pucat dan
tembus pandang.

2. Vestalis luctuosa (Gambar 4)


Tubuhnya berukuran panjang sekitar 40-45 mm,
dengan rentang sayap 75-80 mm. Kedua mata baik
ukuran maupun posisinya sama dengan N. chinensis.
Sepasang kakinya sedikit pendek dibanding N.
chinensis, berwarna hitam legam pada yang jantan
dan coklat terang pada yang betina. b.
Jantan: kepala, toraks dan abdomen berwarna biru- Gambar5. Nimfa dari jenis a. N. chinensis dan b. V.
ungu metalik, keempat lembar sayap diwarnai luctuosa (digambarkembalidariLieftinck,
kombinasi coklat/ungu tua metalik dengan pangkal 1965)
sayap agak terang.
Betina: kepala dan toraks hijau metalik, sedang PEMBAHASAN
abdomennya berwarna coklat. Keempat lembar Jenis Neurobasis chinensis merupakan capung
sayapnya tembus pandang, berwarna coklat cerah. yang umum dijumpai di Asia Tenggara (Van Tol and
Capung betina N. chinensis maupun V. Rozendaal, 1995). Capung N. chinensis lebih menyukai
luctuosa sepintas sangat rnirip karena keempat lembar hinggap pada tempat-tempat terbuka di sekitar sungai
sayap pada kedua jenis capung tersebut sama yaitu yang banyak terkena sinar matahari, jangkauan

61
Aswari - Ekologi Capung Jarum

terbangnya hanya terbatas di sekitar sungai sehingga sungai tampak lebar dan terbuka.
bisa dikatakan mempunyai pola sebaran terbatas atau Selalu ditemukannya capung dewasa dari
"local distribution". Dewasa N. chinensis j ant an kedua jenis tersebut pada setiap kunjungan,
maupun betina hanya ditemukan di sepanjang tepi diperkirakan bahwa kedua jenis tersebut mempunyai
sungai, jarang masuk hutan (Fraser, 1934). daur hidup cepat. Dalam perkembangannya, nimfa
Umumnya ditemukan di daerah dataran rendah capung mengalami pergantian kulit 1 0 - 1 2 instar.
hingga ketinggian 1.300 m. Hal ini juga diungkapkan Setiap pergantian kulit memerlukan waktu 3 hari - 6
oleh Lieftinck (1934), bahwa meskipun daerah bulan tergantung jenisnya (Brooks, 1997). Perilaku
sebarannya luas namun jenis ini mempunyai pola kawin capung dewasa selama pengamatan tidak
sebaran setempat. Capung V. luctuosa mempunyai pernah terlihat. Hal yang sama terjadi pada jenis
jangkauan terbang lebih luas, baik di tempat terlindung Neurobasis longipes yang pernah diamati di
maupun terbuka. Jika dilihat dari ketinggian tempat Kalimantan (Orr, 2001).
jenis N. chinensis hanya dijumpai pada ketinggian Hasil perhitungan indeks keragaman jenis (H =
760 -1200 m, sedangkan jenis V. luctuosa bisa 0,777) menunjukkan bahwa kedua ruas S. Cikaniki
ditemukan sampai pada ketinggian 1500 m. Capung V. tersebut memiliki keragaman capung Calopterygidae
luctuosa bisa hidup hingga ketinggian 2000 m yang relatif rendah. Sedangkan kemerataan individu
(Lieftinck, 1934). Hal ini kemungkinan adanya di dalam jenis-jenis pada kedua lokasi yang diamati
perbedaan habitat dimana capung N. chinensis lebih tersebut cukup tinggi (E = 0,770).
menyukai tempat yang banyak terkena sinar, yang
lebih mendukung pada kelangsungan reproduksinya. KESEMFULAN
Suhu umumnya sangat berpengaruh terhadap - Di TNGH terdapat dua jenis capung jarum
munculnya stadium dewasa dari jenis-jenis capung Calopterygidae yaitu jenis N. chinensis dan V.
(Brooks, 1997). luctuosa.
Aktivitas terbang capung V. luctuosa sering - Dari pengamatan diketahui bahwa capung jenis//.
terlihat bergabung dengan capung jarum jenis chinensis ditemukan pada ketinggian 700 - 1200
Euphaea variegata dan Rhinocypha fenestrata. m, dengan habitat hanya pada ruas-ruas tertentu
Kemungkinan adanya kesamaan jenis makanan atau dari sungai dan cenderung di tempat-tempat
habitat yang diperlukan. terbuka. Capung jenis V. luctuosa bisa ditemukan
Pada saat istirahat atau di kala hari hujan/cuaca hingga ketinggian 1500 m, dan hampir pada
mendung, kedua jenis capung tersebut keseluruhan ruas sungai yang diamati baik pada
menggantungkan tubuhnya pada tumbuhan sekitar tempat-tempat terbuka maupun terlindung.
sungai sambil menggetarkan sayapnya. Untuk
menyesuaikan suhu tubuh terhadap suhu lingkungan UCAPANTERIMAKASm
yang rendah capung akan menggetarkan sayapnya Terima kasihkepada Biodiversity Conservation
sambil berjemur (Watanabe, 1991). Umumnya capung Project - JICA dan Puslit Biologi - LIPI yang telah
menyukai tumbuhan paku-pakuan untuk tempat mendanai penelitian ini. Juga kepada Rekan Staf Drs
hinggapnya. Di Legok Batu kedua jenis capung M Amir MSc, Dr Hari Sutrisno, dan Dr Djunijanti
tersebut sering dijumpai hinggap pada tanaman kaso Peggie yang telah memberikan masukan dalam
(Saecharum spontaneum) yang banyak ditanam oleh penulisan ini. Sdr Endang Cholik dan rekan-rekan
penduduk di tepian sungai. Jumlah individu di teknisi lainnya di laboratorium Entomologi, Puslit
Legokbatu lebih banyak dibanding di Citalahab. Biologi - LIPI yang membantu kegiatan baik di
Kemungkinan hal ini didukung oleh keadaan lapangan maupun di laboratorium. Terima kasih juga
habitatnya yang merupakan pertemuan S. Cikaniki kepada pembantu lapangan setempat, atas
dengan anak sungainya yaitu alur Citalahab sehingga kerjasamanya selama di lapangan.

62
Berita Biologi, Volume 7, Nomor 1, April 2004 dan Nomor 2. Agustus 2004
Edisi Khusus: Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun (III)

DAFTARPUSTAKA Lieftinck MA. 1940. Descriptions and records of south-


Ariwibowo D. 1991. Kajian biologik capung jarum, east Asiatic Odonata (II). Treubia 17(4), 337-341.
Agriocnemis pygmaea (Rambur) Selys Sebagai Lieftinck MA. 1965. The species group of Vestalis amoena
Musuh Alami Wereng Coklat, Nilaparvata lugens Selys, 1853, in Sundaland (Odonata,
Stal. TesisuntukgelarSarjanaPertanian. Institut Calopterygidae). Tijdschrift Voor Entomologie
Pertanian "SUPER" Yogyakarta. 108,325-364.
Aswan P. 2001. Keragaman serangga air di Taman Nasional Orr AG 2001. An annotated checklist of the Odonata of
Gunung Halimun. Berita Biologi 5 (6), 755-764. Brunei with ecologicalnotes and descriptions of
Aswari P. 1995. Capung: bioindikator perairan yang hitherto unknown males and larvae. International
terpolusi. Warta Konservasi Lahan Basah 4(3), Journal ofOdonatology 4(2), 167-220.
15. Ditjen PHPH dan AWB-Indonesia. Rachmatika 1.1998. Fauna Ikan di sungai Cikaniki, Taman
Brooks S. 1997. Field guide to the dragon/lies and Nasional Gunung Halimun. Berita Biologi 4(4),
damselflies of Great Britainand Ireland. British 219-220.
Wildlife Publishing. Van Tol J. 1990. Zoological Expeditions to the Krakatau
Cafferty WPM. 1981. Aquatic Entomology. Jones and Islands, 1984 and 1985: Odonata. Tijdschrift Voor
Bartlett. Boston, 125-147. Entomologie 133,273-279.
Fraser IMS. 1934. Odonata Vol. II. The Fauna of British Van Tol J and Rozendaal FJ. 1995. Records of
India. Taylor and Francis, London, 118-137. Calopterygoidea from Vietnam, with descriptions
Gardner AE. 1983. A Key to Larvae. The Dragonflies of of two new species (Zygoptera:
Great Britain and Ireland (c.o. Hammond ed.) Amphipterygidae, Calopterygidae, Euphaeidae).
Harley Books Colchester, Essex, 72-89. Odonatologica 24(1), 89-107.
Krebs CJ. 1978. Ecology: The Experimental Analysis of Watanabe M. 1991. Thermoregulation and habitat
Distribution and Abundance. Harper & Row, preference in two wing color forms of Mnais
Publisher, New York, 456-457. damselflies (Odonata: Calopterygidae).
Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology, HarperCollins Zoological Science 8 (5), 983-989.
Publisher, New York, 361-362 Watson JAL, et al. 1991. The Australian Dragonflies A
Lieftinck MA. 1934. An annotated list of the Odonata of Guide to the Identification, Distribution and
Java, with notes on their distribution, habits and Habitats of Australian Odonata. CSIRO Canberra
life-history. Treubia 14 (4), 383-384. and Melbourne.

63

Anda mungkin juga menyukai