Dosen Pembimbing:
Dra. Raden Teti Rostikawati, M.Si
Disusun Oleh :
2.1 Klasifikasi
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Amphibia
Ordo: Anura
Famili: Bufonidae
Genus: Bufo
2.2 Morfologi
Morfologi umum dari katak dalam genus Bufo meliputi beberapa ciri-ciri khas
yang dapat diidentifikasi, meskipun terdapat variasi antara spesies yang berbeda.
Berikut adalah beberapa ciri morfologi umum dari katak Bufo:
1. Ukuran tubuh: Katak dalam genus Bufo umumnya memiliki tubuh yang
gemuk dan pendek. Ukuran tubuh mereka bervariasi tergantung pada
spesiesnya, mulai dari yang kecil dengan panjang sekitar beberapa
sentimeter hingga yang besar dengan panjang melebihi 20 cm.
2. Kulit: Kulit katak Bufo kasar dan berpori. Permukaan kulitnya dapat terasa
kasar ketika disentuh. Kulit katak Bufo juga cenderung berwarna cokelat,
abu-abu, atau hijau keabu-abuan, dengan variasi bercak-bercak gelap di
tubuhnya. Beberapa spesies Bufo juga memiliki kemampuan untuk
mengubah warna kulit mereka sesuai dengan lingkungan sekitar.
3. Kepala: Kepala katak Bufo umumnya lebar dengan bentuk yang cenderung
membulat. Mereka memiliki mata yang menonjol dengan pupil yang
memanjang secara horizontal. Mulutnya lebar dengan lidah yang panjang
dan lengket yang digunakan untuk menangkap mangsa.
4. Kaki: Katak Bufo memiliki empat kaki yang kuat. Kaki belakang mereka
panjang dan kuat, membantu mereka dalam melompat jauh. Kaki-kaki ini
memiliki cakar yang berguna untuk menggali dan memanjat.
5. Kelenjar bertoksik: Salah satu ciri khas katak Bufo adalah adanya kelenjar
bertoksik di kulit mereka. Kelenjar ini menghasilkan racun yang
digunakan sebagai pertahanan diri terhadap predator. Racun pada kulit
mereka dapat menyebabkan iritasi atau bahkan racun bagi predator yang
mencoba memangsa mereka.
6. Sistem pernapasan: Katak Bufo memiliki paru-paru internal dan juga dapat
bernapas melalui kulit mereka. Mereka dapat menyerap oksigen langsung
melalui permukaan kulit yang lembap.
7. Reproduksi: Katak Bufo memiliki siklus hidup yang melibatkan
perkembangbiakan di air. Betina meletakkan telur-telurnya di air, yang
kemudian menetas menjadi kecebong (larva). Kecebong akan mengalami
tahap metamorfosis menjadi katak dewasa.
2.3 Anatomi
Anatomi katak dalam genus Bufo mencakup berbagai struktur dan organ yang
penting dalam fungsi tubuh mereka. Berikut adalah beberapa komponen anatomi
utama katak Bufo:
1. Kulit: Kulit katak Bufo memiliki peran penting dalam melindungi tubuh
mereka. Kulit mereka kasar dan berpori, dan kaya akan kelenjar lendir
yang membantu menjaga kelembapan dan perlindungan dari cedera serta
infeksi. Beberapa spesies Bufo juga memiliki kelenjar racun di kulit yang
digunakan sebagai pertahanan diri.
2. Sistem Skeletal: Sistem tulang katak Bufo terdiri dari kerangka yang
terdiri dari tulang rawan dan beberapa elemen tulang sejati. Tulang-tulang
ini memberikan dukungan struktural dan membantu dalam gerakan tubuh.
3. Kepala: Bagian kepala katak Bufo mencakup berbagai struktur penting,
seperti mulut, hidung, mata, dan telinga. Mata mereka memiliki pupil
horizontal yang memungkinkan penyesuaian penglihatan mereka terhadap
perubahan cahaya. Katak Bufo memiliki lidah yang panjang dan lengket
yang digunakan untuk menangkap mangsa.
4. Sistem Pernapasan: Katak Bufo memiliki sistem pernapasan yang
menggabungkan beberapa organ. Mereka memiliki paru-paru internal yang
memungkinkan pertukaran gas terjadi. Selain itu, kulit mereka juga
berperan dalam pertukaran gas, dengan oksigen diserap langsung melalui
permukaan kulit yang lembap.
5. Sistem Pencernaan: Sistem pencernaan katak Bufo mencakup mulut,
kerongkongan, perut, usus, dan anus. Mereka adalah pemakan serangga
dan memiliki lidah yang lengket untuk menangkap mangsa. Makanan
dicerna dalam perut, dan sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus.
6. Sistem Reproduksi: Katak Bufo mengalami reproduksi secara seksual.
Pada musim kawin, betina meletakkan sejumlah besar telur dalam air,
yang kemudian dibuahi oleh sperma jantan. Telur-telur tersebut menetas
menjadi kecebong (larva), yang kemudian mengalami metamorfosis
menjadi katak dewasa.
7. Sistem Saraf: Katak Bufo memiliki sistem saraf yang kompleks dengan
otak, sumsum tulang belakang, dan jaringan saraf yang melintasi seluruh
tubuh. Sistem saraf mengendalikan fungsi tubuh dan memberikan
koordinasi dalam gerakan dan persepsi.
2.4 Habitat
Katak dalam genus Bufo dapat ditemukan di berbagai habitat di seluruh dunia.
Mereka memiliki penyebaran yang luas dan memiliki adaptasi yang
memungkinkan mereka hidup di berbagai kondisi lingkungan. Beberapa
habitat yang umum dihuni oleh katak Bufo meliputi:
1. Hutan: Banyak spesies Bufo yang dapat ditemukan di hutan-hutan,
baik hutan hujan tropis maupun hutan berdaun lebar. Mereka sering
menghuni lantai hutan dan daerah yang lembap di sekitar sungai,
danau, atau kolam.
2. Padang Rumput: Beberapa spesies Bufo dapat ditemukan di habitat
padang rumput atau savana. Mereka sering bersembunyi di antara
rumput atau di sekitar genangan air yang ada di daerah tersebut.
3. Lembah dan Pegunungan: Habitat lembah dan pegunungan juga sering
dihuni oleh katak Bufo. Mereka dapat ditemukan di sungai-sungai
yang mengalir di lembah atau di danau-danau pegunungan yang berair
dingin.
4. Rawa dan Daerah Berawa: Katak Bufo juga dapat hidup di habitat
rawa-rawa, daerah berawa, atau wilayah berawa-rawa. Mereka
menghuni daerah yang lembap dan berair, seperti di sekitar rawa,
kolam, atau saluran air.
5. Gurun dan Padang Pasir: Beberapa spesies Bufo juga dapat ditemukan
di habitat gurun atau padang pasir. Mereka memiliki adaptasi untuk
bertahan dalam kondisi yang kering, dan sering mencari perlindungan
di tempat-tempat yang lembap, seperti di dalam lubang-lubang atau di
dekat oasis.
6. Lingkungan Urban: Beberapa spesies Bufo telah berhasil beradaptasi
dengan lingkungan perkotaan dan dapat ditemukan di sekitar taman,
kolam, atau saluran air yang ada di kota atau desa.
2.5 Siklus Hidup
Siklus hidup katak dalam genus Bufo melibatkan serangkaian
tahapan perkembangan yang meliputi metamorfosis dari telur ke kecebong
(larva), dan akhirnya menjadi katak dewasa. Siklus hidup katak Bufo dapat
bervariasi dalam hal durasi dan tahap perkembangan tergantung pada
spesies dan kondisi lingkungan. Beberapa spesies dapat menyelesaikan
siklus hidup mereka dalam beberapa bulan, sementara yang lain
membutuhkan beberapa tahun untuk mencapai tahap dewasa.
2.6 Manfaat
Katak Bufo adalah predator alami yang efektif dalam mengendalikan
populasi serangga. Mereka memakan berbagai serangga seperti nyamuk, lalat,
capung, dan serangga lainnya yang dianggap sebagai hama pertanian atau
mengganggu manusia. Dengan memangsa serangga, katak Bufo membantu
menjaga keseimbangan ekosistem dan membantu mengurangi populasi serangga
yang berpotensi merusak tanaman atau menyebabkan masalah Kesehatan, dan
juga Katak Bufo memiliki sensitivitas terhadap perubahan lingkungan dan polusi.
Mereka sering digunakan sebagai indikator kualitas lingkungan karena responsnya
terhadap perubahan suhu, pH air, keberadaan polutan, dan kondisi habitat. Jika
populasi katak Bufo menurun atau terdapat kelainan dalam perkembangan
mereka, hal itu dapat menjadi tanda adanya masalah lingkungan yang perlu
diperhatikan.
BAB III
PENUTUP
Aapun Kesimpulan dari makalah tentang Bufo ini , yaitu genus katak,
adalah sebagai berikut:
1. Bufo adalah genus katak yang memiliki distribusi luas di berbagai
habitat di seluruh dunia.
2. Anatomi katak Bufo meliputi kulit yang kasar dan berpori, sistem
skeletal, kepala dengan mulut, hidung, mata, dan telinga, sistem
pernapasan yang melibatkan paru-paru dan kulit, sistem
pencernaan dengan mulut, kerongkongan, perut, usus, dan anus,
sistem reproduksi yang melibatkan reproduksi seksual, dan sistem
saraf yang mengendalikan fungsi tubuh.
3. Habitat Bufo dapat ditemukan di hutan, padang rumput, lembah
dan pegunungan, rawa dan daerah berawa, serta lingkungan
perkotaan.
4. Siklus hidup Bufo melibatkan tahap-tahap seperti telur, kecebong
(larva), tahap metamorfosis, katak muda, dan katak dewasa. Durasi
dan tahap perkembangan dapat bervariasi antara spesies dan
kondisi lingkungan.
5. Manfaat Bufo termasuk pengendali hama alami, indikator kualitas
lingkungan, sumber makanan bagi predator, dan nilai dalam
penelitian ilmiah.