Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI HEWAN

PERCOBAAN VIII
PREPARAT APUSAN DARAH, MUKOSA MULUT DAN JARINGAN
OTOT

OLEH :

NAMA : WA ODE SITTI MARDHIYAH


STAMBUK : F1D1 18 015
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : WAHYUNI NURUL SURACHMA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Preparat apus (Smear preparation) merupakan salah satu metode dalam

mikroteknik yang diubakan dalam pembuatan sediaan amatan. Proses pembuatan

peparat apus dilakukan dengan cara mengapuskan atau membuat lapisan tipis atau

film suatu bahan yang berupa cairan atau bukan cairan diatas kaca objek yang

bersih dan bebas lemak. Sediaan yang dibuat dengan metode ini biasanya diberi

pewarnaan sebelum ditutup dengan kaca objek agar bagian yang diamati dibawah

mikroskop dapat dilihat dan dibedakan dengan jelas. Preparat apus merupakan

jenis preparat temporer atau preparat sederhana yang bersifat sementara ataupun

bahkan hanya sekali pakai.

Preparat supravital merupakan sediaan amatan dalam mikroteknik.

Preparat supravital merupakan jenis preparat sederhana yang bersifat temporer

atau sementara. Pembuatan preparat ini dilakukan tanpa melalui proses pengirisan

maupun embedding. Metode sediaan preparat supravital dilakukan dengan

membuat irisan tipis dari sepotong kecil jaringan yang telah difiksasi, kemudian

dipulas, dilekatkan dalam medium dengan indeks refraksi yang sesuai di atas

sebuah kaca objek kemudian ditutup dengan suatu kaca tutup.

Jaringan terbentuk dari kumpulan sel yang membentuk struktur tertentu

dengan fungsi khusus. Jaringan otot merupakan salah satu jaringan penting

penyusun tubuh makhluk hidup. Jaringan otot tidak hanya sebagai komponen

penting yang memberi bentuk makhluk hidup tetapi juga berperan penting dalam

proses bergerak. Jaringan otot hanya dimiliki makhluk hidup dari kelompok

Animalia multiseluler. Jaringan otot dibedakan menjadi tiga, yaitu otot polos, otot
jantung dan otot lurik. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan

praktikum Preparat Apus, Preparat Supravital dan Jaringan Otot.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu :

1. Bagaimana cara membuat preparat apusan darah?

2. Bagaimana cara membuat preparat mukosa mulut?

3. Bagaimana cara membuat preparat jaringan otot?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini yaitu :

1. Untuk mengetahui cara membuat preparat apusan darah.

2. Untuk mengetahui cara membuat preparat mukosa mulut.

3. Untuk mengetahui cara membuat preparat jaringan otot.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini yaitu :

1. Dapat mengetahui cara membuat preparat apusan darah.

2. Dapat mengetahui cara membuat preparat mukosa mulut.

3. Dapat mengetahui cara membuat preparat jaringan otot.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Preparat Apus

Metode apus adalah suatu metode dalam mikroteknik yang digunakan

untuk membuat preparat dengan cara mengapus atau mengoleskan bahan berupa

cairan atau bukan cairan diatas kaca objek untuk mendapatkan lapisan yang tipis

sehingga dapat diamati dibawah mikroskop. Jenis jaringan yang dapat dibuat

dengan metode apus adalah darah, limfa, cairan sumsum tulang belakang, semen

jantan dan sediaan air seni. Ketebalan film yang dihasilkan dalam pembuatan

preparat apusan darah penting untuk diperhatikan untuk memberikan gambaran

yang jelas akan morfologi sel darah. Film darah yang dibuat diusahakan setipis

mungkin, kemudian difiksasi dengan metanol dan dilakukan pewarnaan

(Afriansyah, 2016).

Darah di dalam tubuh manusia memiliki fungsi yang sangat penting sebagai alat

untuk transportasi oksigen dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Darah merupakan

cairan tubuh yang berwarna merah, warna merah ini merupakan protein pernafasan yang

mengandung besi, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen yang

disebabkan oleh hemoglobin. Dalam darah juga terdapat kandungan seperti air, protein,

mineral dan garam. Selain itu darah juga dibedakan menjadi beberapa jenis. Masing-

masing jenis darah juga memiliki peranan penting dalam tubuh. Jenis-jenis darah manusia

yakni sel darah merah, sel darah putih dan trombosit darah (Khasanah, 2016).

darah putih serta kepingan darah Sediaan apus darah berarti mengapus

(spread) darah di atas kaca objek. Preparat apusan darah digunakan untuk

mendeteksi penyakit malaria akibat parasit Plasmodium vivax. Pembuatan

preparat apusan darah tepi secara manual, teknisi pemula sulit untuk mengatur

volume darah yang akan dibuat apusan darah tepi. Proses membuat apusan darah
diawali proses fiksasi dengan methanol dan proses pewarnaan dengan pewarna

giemsa. Proses pewarnaan yang menggunakan konsentrasi giemsa yang kurang

tepat dapat menyebabkan apusan darah yang diperoleh kurang bagus (Yuniastutik,

2019).

Pembuatan sediaan apusan darah dilakukan dengan mengambil darah dari

vena menggunakan syringe1 mL. Pengamatan sediaan karakteristik sel darah

melalui tahapan pengamatan preparat dibawah mikroskop dengan menggunakan

aplikasi dari mirkoskop sehingga terlihat bagian bentuk sel, ukuran sel darah dan

cytoplasma. Objek sel yang akan diamati berupa sel eritrosit, trombosit dan

diferensiasi leukosit (limfosit, monosit, eosinophil, basophil dan heterophil)

kemudian dicatat dan didokumentasikan (Hidayaturrahmah, 2015).

Pewarnaan dalam pembuatan preparat apusan digunakan untuk

memperjelas morfologi preparat yang diamati. Metode pewarnaan yang digunakan

dalam pembuatan preparat diantaranya pewarnaan Romanowsky yaitu pewarnaan

Wright, Giemsa, Wright-Giemsa, Leishman, May-Grundwald dan pewarnaan

Jenner. Pewarna Romanowsky mengandung pewarna kationik atau basa seperti

azure B yang dapat memberikan warna biru-ungu atau biru pada inti sel,

nukleoprotein, granula basofil dan granula neutrofil, dan pewarna anion atau asam

menggunakan eosin Y dapat memberikan warna merah atau oranye pada eritrosit

dan granula eosinofil serta mewarnai inti sel (Ardina, 2018).

B. Preparat Supravital
Rongga mulut dilapisi oleh mukosa yang terdiri atas epitel dan lamina

propria, serta jaringan ikat pada submukosa. Berbagai tipe leukosit terdapat di

lapisan submukosa yang dapat bermigrasi ke mukosa dan dapat ditemui di dalam

saliva. Epitel rongga mulut terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk

sebagai pelindung. Epitel terdiri atas sel basal, parabasal, intermediet dan

superfisial, sel epitel ini secara berkala mengalami proliferasi, maturasi dan

eksfoliasi. Secara fisiologis, sel-sel permukaan terus menerus terdeskuamasi

karena jaringan tubuh terus mengalami pembaruan. JJenis leukosit yang paling

dominan adalah netrofil segmen dengan kepadatan leukosit bervariasi dan sel

epitel yang paling dominan adalah sel intermediet (Rahmawati, 2018).

Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi seluruh permukaan

tubuh. Jaringan epitel membatasi antara organ-organ tubuh dengan rongga tubuh.

Sel sel penyusun jaringan epitel sangat erat satu sama lainnya. Struktur yang

sangat erat ini berhubungan dengan fungsi jaringan epitel sebagai alat pertahanan

dari benturan atau luka, mikroorganisme, dan hilangnya cairan. Contoh jaringan

epitel yaitu pada kulit, saluran pernapasan, pembuluh darah, dan rongga perut.

Terdapat dua pengelompokan jaringan epitel, yaitu berdasarkan jumlah lapisan

selnya dan berdasarkan bentuk selnya. Berdasarkan jumlah lapisan selnya,

jaringan epitel dibagi menjadi jaringan epitel selapis (sederhana) dan jaringan

epitel berlapis. Adapun berdasarkan bentuk selnya, jaringan epitel dibedakan

menjadi epitel pipih, epitel kubus, dan epitel silindris (Muliani, 2014).

Sel-sel dapat terdeskuamasi dengan dua cara, yaitu secara alami dan secara

buatan (biopsi permukaan/surface biopsy). Sel yang terdeskuamasi secara


fisiologis atau mengalami turnover akan memperlihatkan gambaran normal dari

penuaan dan memperlihatkan perubahan patologis jika terjadi penyakit. Sampel

dari sel yang terdeskuamasi secara fisiologis dapat ditemukan pada cairan tubuh

dan dikeluarkan melalui aspirasi, misalnya sel mesotelial pada efusi pleura yang

diambil dari cairan pleura, yang biasanya diambil sampelnya dengan metode

pencucian (wash). Sel epitel rongga mulut yang terdeskuamasi secara fisiologis

pun dapat ditemukan di permukaan gigi (Sabirin, 2015).

Metode pewarnaan supravital diperkenalkan oleh Lasley, Easley, dan Mc

Kenzie untuk pemisahan spermatozoa mati dan hidup dalam semen. Pewarnaan

supravital digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan dan pertumbuhan

abnormal dari jaringan yang dapat berpotensi sebagai tumor bahkan kanker.

Larutan TB diterapkan selama 20 detik dengan menggunakan kapas yang

diusapkan pada mukosa atau diberikan sebagai bilas ketika tidak ada lesi yang

terdeteksi. Pembilasan kedua dilakukan dengan menggunakan 1% asam asetat

untuk mengurangi luasnya noda yang dipertahankan secara mekanis (Hedge,

2006).

Pewarnaan supravital dengan menggunakan giemsa membantu untuk

mendapatkan seluler yang cukup pada lesi seluler yang lebih sedikit. Ini juga

digunakan untuk menilai kecukupan sampel terutama untuk duduk dalam lesi dan

meminimalkan hasil negatif palsu. Kemampuan pewarnaan giemsa sama baiknya

dengan Pewarnaan hematoksilin. Intensitas pewarnaan juga setara untuk kedua

prosedur pewarnaan. Detail seluler dan nuklir baik untuk giemsa sementara sangat

baik untuk pewarnaan hematoksilin. Teknik pewarnaan giemsa mengurangi biaya.


Selain itu hasil yang didapatkan juga sebanding dengan hematoksilin dan

meningkatkan pergantian laboratorium serta hasil diagnosti hingga 100%.

Temuan ini sebanding dengan yang lain studi (Saba, 2015).

C. Jaringan Otot

Jaringan otot termasuk sebagai salah satu jaringan dasar penyusun tubuh

hewan tingkat tinggi dan manusia. Jaringan otot terdiri dari tiga jenis, yaitu: otot

lurik (skeletal muscle), otot jantung (cardiac muscle), dan otot polos (smooth

muscle). Otot bekerja dengan cara mengubah energi kimia menjadi tenaga

mekanik kontraksi dan pergerakan. Kemampuan berkontraksi pada otot terjadi

karena adanya interaksi protein khusus, aktin, miosin dan troponin, dengan

reticulum sarcoplasmic otot (Kalangi, 2014).

Otot tersusun dari serabut-serabut otot yang berbeda untuk masing-masing

otot jantung, otot lurik dan polos. Jaringan otot jantung merupakan jaringan

pembentuk organ jantung. Jaringan otot lurik adalah jaringan otot yang menempel

langsung pada tulang, yang menimbulkan suatu gerakan atau memberikan bentuk

pada tubuh. Jaringan otot halus merupakan jaringan yang banyak ditemukan pada

saluran pencernaan dan reproduksi. Otot digunakan sebagai penggerak dan

sumber kekuatan, jadi semakin sering jaringan otot digerakkan jaringan otot akan

semakin membersar. Ini menyebabkan bagian daging seperti betis memiliki

tingkat kekenyalan yang tinggi (Wangko, 2014).

Otot polos tersusun atas serat myofibril yang berukuran lebih kecil dari

serabuut penyusun otot lurik dan jantung. Serat otot polos berbentuk gelendong

dan kedua ujungnya runcing. Nukleus hanya satu dan terletak ditengah sel. Otot
polos idak memiliki garis melintang seperti yang ada pada otot lurik. Otot polos

mampu berkontraksi tanpa dipengaruhi pleh kesadaran karena merupakan otot tak

sadar (Kristanti, 2014).

Otot lurik atau otot skelet, juga di biasanya disebut otot bergaris atau otot

lurik. Sebutan ini didasarkan pada morfologi otot lurik yang sangat jelas

menunjukan daerah gelap yang disusun oleh protein myosin dan daerah gelap

yang disusun oleh protein aktin. Fungsi utama dari otot lurik adalah mengadakan

kontraksi yang dapat menyebabkan terjadinya pergerakan sampai dengan

perubahan posisi. Otot lurik berkontraksi dengan dipengaruhi oleh kemauan.

Kontraksi otot lurik terjadi karena inervasi yang dilakukan oleh saraf motorik

somatik tipe Aα yang mengirimkan sinyal berupa rangsangan untuk bergerak

(Sarifin, 2010).

Morfologi serat lintang otot jantung hampir menyerupai otot lurik. Sel otot

jantung banyak mengandung mitokondria yang berdekatan dengan fibril-fibril

otot. Serat-serat otot bercabang dan saling berikatan (interdigitate), tetapi masing-

masing merupakan unit lengkap yang dikelilingi oleh membran sel. Perbatasan

ujung suatu serat otot dengan unung serat otot yang lain disebut diskus

interkalatus. Membran kedua serat otot tersusun paralel satu sama lain menyerupai

serangkaian lipatan yang luas. Ukuran sel otot jantung lebih kecil dibanding sel

otot lurik, terdapat nukleus pada bagian tengah serat otot, terdapat cabang diantara

sel-sel dan memiliki interkalatus (Kurniawan, 2009).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 15 November 2019 pada

pukul 07.00-Selesai, bertempat di Laboratorium Biologi unit Zoologi, Jurusan


Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan kegunaan

No. Nama Bahan Kegunaan


1 2 3
1 Darah Sebagai objek pengamatan
2 Daging sapi Sebagai objek pengamatan
3 Mukosa mulut Sebagai objek pengamatan
4 Alkohol 70% Sebagai larutan pensteril dan fiksasi
5 Giemsa Sebagai pewarna
6 Cotton bud Sebagai alat untuk mengambi mukosa
mulut

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan kegunaan

No. Nama Alat Kegunaa


1 2 3
1 Mikroskop Untuk mengamati preparat objek pengamatan
2 Kamera Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan
3 Pisau bedah Untuk mengiris daging
4 Pinset Untuk menjepit daging
5 Kaca Objek Sebagai wadah objek pengamatan
6 Pen dan blood lancet Untuk menusuk jari probandus
7 Pipet tetes Untuk mengambil larutan

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini sebagai berikut:

a. Pembuatan Preparat Apusan darah


1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Membasahi kapas dengan larutan alkohol 70%, lalu membersihkan

jari yang akan ditusuk menggunakan jarum frankle.

3. Meneteskan 2-3 tetes dan mengusap dengan tissue.

4. Meneteskan darah berikutnya di atas kaca objek

5. Mendorongkan benda yang kedua mundur kebelakang dengan

kekuataan dan kecepatan yang sama rata agar mendapat film darah

yang tipis sama rata.

6. Film darah kering kemudian diberi larutan alkohol 70% sebanyak 2-3

tetes selama 30 menit.

7. Memberi larutan giemsa 3% sebanyak 3-5 tetes selama 30 menit.

8. Mencuci kaca objek dengan air mengalir lalu mengeringkannya.

9. Mengamati dibawah mikroskop dan mendokumentasikan hasil

pengamatan.

b. Pembuatan Preparat Jaringan Mukosa

1. Membersihkan ujung skalpel dan kaca objek menggunakan alkohol

70%.

2. Mengeruk selaput lendir mulut yang berada pada bagian dalam rongga

mulut menggunakan ujung skalpel yang telah disterilkan sebelumnya.

3. Mengoleskan selaput lendir mulut pada kaca objek yang telah

disterilkan.

4. Meneteskan giemsa 3% atau 20% pada kaca objek yang telah

dioleskan lendir.
5. Menunggu selama 3 menit.

6. Mengamati dibawah mikroskop.

c. Pembuatan Preparat Jaringan Otot

1. Mengambil mikroskop dan meletakkannya di tempat yang cukup

mendapat cahaya matahari.

2. Mengatur pencahayaan pada mikroskop tersebut.

3. Meletakkan bahan praktikum pada meja preparat.

4. Menyanyat setipis mungkin preparat bahan praktikum, amati dan

uraikan sehingga dapat diamati sel tunggal

5. Mengamati penampang preparat yang terlihat di mikroskop.

6. Mendokumentasikan hasil pengamatan yang di peroleh

7. Memberi keterangan pada bagian-bagian otot yang tampak.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Apusan Darah
No. Gambar pengamatan Gambar litertur Keterangan
1.
1 1. Eritrosit
2. Neutrofil
2 3. Limfosit
3

Preparat merupakan salah satu faktor penting yang mendukung kegiatan

pengamatan dilaboratorium. Preparat sendiri merupakan bahan penting dalam

pengamatan histologi. Pembuatan sediaan amatan atau preparat dipelajari dalam

cabang ilmu mikroteknik. Mikroteknik adalah teknik, keterampilan atau seni

dalam membuat preparat agar dapat diamati dibawah mikroskop. Preparat dibagi

menjadi preparat sederhana (sementara), semi-permanen dan permanen. Preparat

temporer contohnya pada teknik pembuatan preparat apus, supravital dan preparat

rentang untuk pengamatan jaringan otot. Ketiga metode tersebut tidak

membutuhkan proses fiksasi dan penanaman (embedding) sehingga bersifat

sementara.

Pengamatan preparat apusan darah dilakukan dengan menggunakan

apusan darah yang diambil dari jari manusia. Jari terlebih dahulu disterilkan

menggunakan alkohol untuk menghindari infeksi bakteri. Jari ditusuk

menggunakan jarum frankel diteteskan di kaca objek diratakan dan dikeringkan

lalu diberi pewarnaan dan diamati. Pengamatan tersebut terlihat eritrosit atau sel

darah merah yang berbentuk seperti cakram dan memiliki pigmen. Sel darah

merah berwarna merah karena mengandung hemoglobin. Hemoglobin berperan


mengikat oksigen sehingga membentuk oksihemoglobin, leukosit atau sel darah

putih memiliki satu inti sel dan memiliki bentuk yang tidak tetap serta trombosit

atau keping-keping darah yaitu fragmen sel-sel yang dihasilkan oleh sel-sel besar.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Mukosa Mulut


No. Gambar pengamatan Gambar literatur Keterangan
1
1. Inti
1 2. Sitoplasma
3. Dinding sel
2 4. Sel epitel

3
4

Pengamatan dibawah mikroskop sel-sel epitel mukosa mulut berwarna

biru agak keunguan, nucleus berwarna biru tua karena nucleus bersifat asam

dengan pewarnaan giemsa yang bersifat basa, tidak terjadi plasmolisis atau

krenasi karena menggunakan zat warna netral yaitu pada kosentrasi setara dengan

kosentrasi cairan tubuh 0,9% larutan. Mukosa mulut dapat dikelompokkan

menjadi tiga tipe yaitu mukosa pengunyahan, mukosa penutup dan mukosa

khusus. Mukosa pengunyahan terdapat di rongga mulut yang menerima tekanan

kunyah seperti gusi dan palatum durum. Mukosa penutup terdapat pada dasar

mulut, permukaan inferior lidah, permukaan dalam bibir dan pipi, palatum molle

dan mukosa alveolaris kecuali gusi. Mukosa khusus terdapat pada dorsum lidah,

tipe epitelnya ortokeratinised (memiliki lapisan keratin yang tebal yang terdiri

dari sel-sel yang sudah tidak berinti).

Tabel 5. Hasil Pengamatan Otot Lurik


No. Gambar pengamatan Gambar literatur Keterangan
1.
1. Inti sel
3
2. Serat otot
2 3. Dinding sel

Pengamatan irisan melintang daging sapi sebagai otot lurik dibawah

mikroskop menunjukan gambaran serat otot dengan nucleus yang tersebar

meskipun tidak terlihat jelas saat pengamatan. Bentuk dari otot lurik ini sama

dengan otot jantung hanya saja otot lurik berbentuk silindris dan intinya sangat

banyak yang terdapat ditepi. Protein kontraktil aktin dan myosin menyebabkan

adanya daerah gelap terang pada otot lurik. Cara kerja otot lurik ini berlawanan

dengan otot polos dan otot jantung ia bekerja atas kehendak atau kesadaran

sendiri. Otot lurik biasa atau dapat ditemukan pada otot yang melekat di rangka

seperti daging sapi. Fungsi dari otot lurik yakni sebagai penggerak ketika kita

sedang beraktivitas misalnya pada saat berjalan, megambil sesuatu dan lain lain.

Serat otot lurik yang terlihat cukup jelas berbentuk serabut serabut panjang.

V. PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pembuatan apusan darah dilakukan dengan mensterilkan jari dengan alkohol,

menggunakan jarum frangkel darah pertama dibuang dan tetesan darah

berikutnya diteteskan dikaca objek, diratakan atau diapus diatas kaca objek,

diberi pewarnaan dan dikeringkan.

2. Preparat sementara epitelium mukosa mulut dapat dibuat dengan metode

supravital, pewarna giemsa. Sel epitel yang diambil dari rongga mulut

diratakan diatas kaca objek, diberi pewarnaan lalu diamati dibawah

mikroskop.

3. Pengamatan preparat otot dilakukan dengan cara mengiris daging setipis

mungkin, lalu diletakkan dikaca objek untuk diamati dibawah mikroskop.

B. Saran

Saran yang diajukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk praktikan sebaiknya tidak ribut saat praktikum berlangsung.

2. Untuk asisten agar lebih dipertahankan cara membimbingnya.

3. Untuk laboratorium perlu memperhatikan masalah ketersediaan dan kelayakan

alat-alat dilaboratorium karena hal ini sangat berpengaruh terhadap jalannya

praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Afriansyah, A. M., 2016, Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Preparat Apusan
Darah Tepi Terhadap Hasil Makroskopis dan Morfologi Sel Darah Merah
(Erythrocite), Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan.
Universitas Muhamadiyah, Semarang.

Ardina, R. dan Rosalinda, S., 2018, Morfologi Eosinofil pada Apusan Darah Tepi
Menggunakan Pewarnaan Giemsa, Wright dan Kombinasi Wright-Giemsa,
Jurnal Surya Medika, 3(2): 1-2

Hedge, M. C. Pnaduranga, M. K. dan Sunja, S., 2006, Supravital Staining: It’s


Role In Detecting Early Malignancies, Indian Journal of Otolaryngology
and Head and Neck Surgery, 58(1): 31

Hidayaturrahmah, 2015, Karakteristik Bentuk dan Ukuran Sel Darah Ikan Betok,
EnviroScienteae, 11(1): 89

Khasanah, M. N., Agus, H. dan Ika, C., 2016, Klasifikasi Sel Darah Putih
Berdasarkan Ciri Warna dan Bentuk dengan Metode K-Nearest Neighbor
(K-NN), IJEIS, 6(2): 152

Kalangi. R. J. S., 2014, Perubahan Otot lurik pada Olahraga, Jurnal Biomedik
(JBM), 6(3): 172

Kristanti, R. A., 2014, Pengaruh Oksitosin Terhadap Kontraksi Otot Polos Uterus,
Jurnal El-Hidayah, 5(1): 17

Kurniawan, N. P., Dian, S. dan Kusuma, A., 2009, Kualitas Daging Sapi di
Tempat Pemotongan Hewan di Bandar Lampung, Skripsi, Fakultas
Pertanian, Universital Lampung, Lampung.

Muliani, H. dan Kasiyati, 2014, Perubahan Tinggi Sel Epitelium Villi Ventrikulus
Marmut (Cavia porcellus L.) Aetelah Pemberian The Hijau, Buletin
Anatomi dan Fisiologi, 22(1): 30

Rahmawati, A., Tofrizal, Yenita, dan Nurhajjah, S., 2018, Gambaran Sitologi
Eksfoliatif pada Apusan Mukosa Mulut Murid SD Negeri 13 Sungai Buluh
Batang Anai Padang Pariaman, Jurnal Kesehatan Andalas, 7(2): 247

Saba, K., Shahida, N., Mulazim, H. B. dan Sardar, F. I., 2015, Use Of Supravital
Toluidine Blue Staining to Improve The Efficiency Of Fine-Needle
Aspiration Cytologi Reporting In Comparrison To Papanicolau Satin,
Jurnal Medical Science, 31(5): 1146

Sabirin, I. P. R., 2015, Sitopatologi Eksfoliatif Mukosa Oral sebagai Pemeriksaan


Penunjang di Kedokteran Gigi, Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 2(1):
157
Sarifin, G,, 2010. Kontraksi Otot dan Kelelahan, Jurnal ILARA, 1(2): 58

Wangko, S., 2014, Jaringan Otot Rangka, Jurnal Biomedik, 6(3): 27

Yuniastutik, T., 2019, Penentuan Konsentrasi Pewarna Giemsa, Waktu dan Suhu
Inkubasi pada Aktifitas Fagositosis Ikan Lele (Clarias Sp.) yang Diinfeksi
Bakteri Aeromomonas Hydrophila dan Vibrio Harveyi, Jurnal Teknologi
dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela), 2(1): 53

Anda mungkin juga menyukai