b. Dilluvium Tengah
Jenis manusia purba dan yang Iebih muda diketemukan oleh Dr. Eugene Dubois. OIeh beliau manusia
tersebut dmam akan Pithecanthropus Erectus, artinya : manusia kera yang berjalan tegak.
c. Dilluvium Atas
Jenis manusia purba yang termuda dan jaman dilluvium, diketemukan di Ngandong dan dinamakan
Homo Soloensis. Sedangkan jenis yang sama dengan yang diketemukan di Wajak (Tulungagung)
dinamakan Homo Wajakensis.
Purbakala Cipari Kuningan
Dari informasi yang aku baca di lokasi situs itu terdapat taman purbakala dan museum juga. Terbayang
dalam pikiranku bahwa aku akan menemukan satu lokasi yang luas dimana aku bisa melihat
peninggalan-peninggalan jaman purba dibeberapa lokasi, sehingga tempat tersebut kemudian
dinamakan taman Purbakala, dan ternyata aku kecewa (nanti aku ceritakan sebabnya)
Situs Cipari terdapat di kaki Gunung Ciremai di Kampung Cipari, Desa Cigugur Kecamatan Cigugur,
Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Jaraknya sekitar empat kilometer dari Kota Kuningan.
Mencari lokasi ini kalau dibilang sulit ya gak juga, tetapi karena minimnya rambu-rambu penunjuk arah
ke lokasi yang menjadi salah satu obyek wisata di Kabupaten Kuningan ini membuat kami harus
bertanya berulangkali (tapi memang seperti itu adanya, di hampir semua tempat yang pernah aku
kunjungi, jarang sekali papan penunjuk arah berwarna coklat terpampang di jalan yang memandu
wisatawan menuju ke lokasi tujuan wisata), tapi akhirnya sampai juga kami di lokasi yang ada di tengah
pemukiman. Tanah lapang yang digunakan sebagai tempat parker cukup untuk menampung beberapa
mobil, areanya bersih. Terdapat sebuah pohon beringin besar di bagian luar sebelah kanan taman.
Bermula dengan ditemukannya batu peti kubur oleh Wijaya pada tahun 1971, akhirnya tempat ini
dinyatakan sebagai situs purba dan kemudian didirikan taman dan museum yang diresmikan pada tahun
1978 oleh Prof. Dr Syarif Thayeb, Menteri Pendidikan Kebudayaan pada masa itu. Prasasti batu yang
ditandatangani oleh Bapak Syarif Thayeb terlihat di areal pintu masuk, tulisannya sudah mulai sulit
terbaca.
Jaman prasejarah
Prasejarah/Prakasara merupakan suatu kurun waktu yang terpanjang dalam sejarah umat manusia,
yaitu sejak hadirnya manusia di bumi hingga ditemukannya pengetahuan tentang tulisan atau aksara
yang menandai era sejarah. Penelitian di bidang prasejarah berupaya menjelaskan kehidupan manusia.
Pembabakan masa prasejarah Indonesia telah dimulai sejak 1920an oleh beberapa penliti asing seperti
P.V. van Stein Callefels, A.N.J. Van Der Hoop, dan H.R. Van Heekern. Oleh para ahli, pembabakan masa
prasejarah Indonesia didasarkan pada penemuan-penemuan alat-alat yang digunakan manusia
prasejarah (teknologi) dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pada umumnya, alat-alat yang ditemukan
terbuat dari batu dan logam. Oleh karena itu, para hali arkeologi dan paleontologi membagi masa
prasejarah Indonesia ke dalam dua zaman, yaitu zaman batu dan zaman logam. Pada pembahasan kali
ini Zona Siswa menghadirkan penjelasan kehidupan manusia prasejarah pada zaman batu (paleolitikum,
mesolitikum, neolitikum, dan megalitikum) dan zaman logam. Semoga bermanfaat. Check this out!!!
Manusia Purba di Indonesia
Di Indonesia sendiri penemuan manusia purba pertama sekali didapati di wilayah Jawa, khususnya di
daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Manusia purba di Indonesia telah ada sejak zaman quartair atau
dapat dikatakan telah hidup sejak 600 ribu tahun yang lalu. Zaman quartair terbagi menjadi 2 bagian,
yang pertama disebut zaman Dilluvium (pleistocen), sedang zaman kedua disebut zaman alluvium
(Holocen). Di Indonesia zaman Dilluvium menurut Dr. Von Koenigswald terbagi menjadi 3 lapisan, yaitu
lapisan bawah, lapisan tengah, dan lapisan atas. Yang mana masing-masing lapisan tersebut memiliki
fosil manusia purba tersendiri.
1. Dilluvium Bawah
Lapisan ini merupakan lapisan tertua, terdapat 3 jenis fosil manusia purba di dalamnya, yaitu:
Meganthropus Palaeojavanicus, adalah fosil tertua atau banyak yang menyebutnya sebagai manusia
purba pertama, fosil ini ditemukan di daerah Sangiran.
Pithecanthropus Dubius, adalah fosil yang belum jelas apakah fosil manusia atau kera, oleh sebab itu
fosil ini diberi nama Pithecanthropus Dubius yang berarti manusia kera yang meragukan. Fosil ini didapati
di daerah Sangiran juga.
Pithecanthropus Robustus atau Plthecanthropus Mojokertensis adalah fosil yang juga di temukan di
daerah Sangiran. Seorang sarjana Weidenreich memberi nama fosil tersebut Pithecanthropus Robustus,
sedangkan seorang penemu bernama Von Koenigswald menamai fosil tersebut Plthecanthropus
Mojokertensis sebab ia mengatakan bahwa ia pertama kali menemukan fosil tersebut di dataran
Mojokerto.
2. Dilluvium Tengah
Dr. Eugene Dubois merupakan tokoh yang menemukan fosil jenis ini, ia mengatakan bahwa pada masa
ini manusia purba telah mampu berdiri dengan tegak, oleh karena itu ia menamainya Pithecanthropus
Erectus yang berarti manusia kera yang berjalan dengan tegak.
3. Dilluvium Atas
Di lapisan ini ditemukan fosil manusia purba termuda yang ditemukan di Ngandong, kemudian diberi
nama Homo Soloensis. Sedangkan fosil manusia purba yang ditemukan di Wajak (Tulungagung) dalam
jenis yang sama diberi nama Homo Wajakensis.
Zaman Batu adalah masa zaman prasejarah yang luas, ketika manusia menciptakan alat dari batu
(karena tak memiliki teknologi yang lebih baik). Kayu, tulang, dan bahan lain juga digunakan, tetapi
batu (terutama flint) dibentuk untuk dimanfaatkan sebagai alat memotong dan senjata. Istilah ini
berasal sistem tiga zaman.Zaman Batu sekarang dipilah lagi menjadi masa Paleolitikum,
Mesolitikum, dan Neolitikum, yang masing-masing dipilah-pilah lagi lebih jauh. Zaman Batu terjadi
sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan
tulang.
Zaman logam di Indonesia