Anda di halaman 1dari 7

K

E
L
O
M
P
O
K

4
NAMA :
1. IMELDA ELISABETH ZAI
2. JIHAN DWI SAPUTRI
3. DWI HANDAYANI
4. GIO ADITIA
KEHIDUPAN MANUSIA PURBA PADA MASA PERUNDAGIAN
Pengertian Masa Perundagian

Periode perundagian dimulai pada zaman logam, yaitu sekitar 10.000 tahun yang lalu. Pada masa
perundingan (undagi = tukang) atau yang lebih dikenal dengan masa mengolah logam ini,
manusia purba sudah mengenal bijih logam. Mereka sudah lebih berpengalaman sehingga dapat
mengenali bijih-bijih logam yang dijumpai meleleh di permukaan tanah. Bijih logam yang
ditemukan terutama berasal dari tembaga. Kemudian mereka membuat alat-alat yang diperlukan
dari bahan bijih logam yang ditemukan. Pada masa ini juga telah terjadi pembauran antara
manusia purba, ras mongoloid, dan ras austromelanesia. Kemampuan mengolah logam muncul
setelah alat-alat dari batu tidak dapat diandalkan dan cepat mengalami kerusakan. Teknologi
logam kuno yang berada di Indonesia juga dipengaruhi oleh Vietnam. Hasil teknologi ini dikenal
dengan budaya Dong Son. Selain itu, Thailand juga merupaka negara asal teknologi logam kuno.
Pengertian lain dari masa perundingan adalah tempat di mana orang-orang yang ahli dalam
membuat barang-barang atau alat-alat dari logam.

Masa perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal pengolahan logam. Hasil-
hasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah
berarti hilangnya penggunaan barang-barang dari batu. Pada masa perundagian, manusia juga
masih menggunakan barang-barang yang berasal dari batu.

Penggunaan bahan dari logam tidak begitu tersebar luas sebagaimana halnya bahan dari batu.
Persediaan logam sangat terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki barang-barang dari
logam. Kemungkinan hanya orang-orang yang mampu membeli bahan-bahan tersebut.
Keterbatasan persediaan tersebut memungkinkan barang-barang dari logam diperjualbelikan.
Adanya perdagangan tersebut dapat diperkirakan bahwa manusia pada zaman perundagian telah
mengadakan hubungan dengan luar.
a. Corak Kehidupan Masyarakat Perundagian
pengertian masa perundagian merupakan masa di mana manusia telah mengenal logam dan
terampil melakukan suatu jenis usaha tertentu.
Pada saat berlangsungnya proses pembauran antara pendatang Melayu Austronesia dari Yunan
Selatan dengan Australomelanesid pada sekitar tahun 300 SM, tibalah gelombang II emigran
Melayu Austronesia yang berasal dari Dong Son (Vietnam sekarang). Kebudayaan bangsa
Melayu Austronesia gelombang II ini setingkat lebih maju dari pada emigrant bangsa Melayu
Austronesia gelombang I mereka telah menguasai teknologi sebagai berikut:

 Teknologi pertanian basah, yaitu bersawah.Teknologi pertanian basah, dikembangkan


bersama dengan teknologi pengairan. Mereka belum mengenal usaha untuk
mempertahankan kesuburan tanah dengan cara penumpukan, tetapi dilakukan melalui
upacara magis (fertility cult). Teknologi metalurgi setidak-tidaknya mencangkup dua
teknik pokok, yaitu teknik pengambilan logam dan teknik pengolahan barang logam.

 Teknologi metalurgi/pengecoran logam.

Ciri-cirinya sebagai berikut :

1. Manusia telah mengenal teknologi dalam pembuatan gerabah, logam, dan perhiasan
meskipun metodenya masih sederhana.
2. Manusia telah melakukan perdagangan antardesa maupun antarpulau di Indonesia.
3. Terdapat berbagai upacara adat dan ritual untuk menghormati alam, nenek moyang, dan
kehidupan duniawi. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera.
Selain itu, pada masa perundagian penguburan mayat telah dilakukan, baik secara langsung
(primer) maupun tidak langsung (sekunder).
4. Terdapat benda seni, di antaranya berbagai perhiasan dan pola hiasan pada nekara
perunggu.

Permukiman atau desa yang mereka bangun menyebar di segala tempat. Permukiman itu
tersebar mulai dari tepi pantai sampai ke pedalaman di gunung-gunung. Pembangunannya
lebih teratur, dipagar dengan tempat penguburan di luar pemukiman.
B. budaya dan alat yang dihasilkan manusia purba masa perundagian

Adanya perkembangan teknologi yang semakin maju, mendorong manusia untuk melakukan hal
yang terbaik pada dirinya, diantaranya pengaturan tata air (irigasi). Perdagangan pun diperluas
hingga antarpualu yang sebelumnya hanya antardaerah domestik.

Dengan demikian, terjadilah sosialisasi antara manusia Indonesia dengan suku dan bangsa-
bangsa lain yang perkembangan budayanya telah lebih maju, seperti kebudayaan India dan Cina.
Melalui interaksi dengan orang India, masyarakat Indonesia mulai mengenal sistem kerajaan,
yang kemudian melahirkan kerajaan Hindu-Buddha seperti kutai, Tarumanegara, Sriwijaya,
Mataram dan lain-lain.

Kehidupan seperti ini menunjang terbentuknya kebudayaan yang lebih maju yang memerlukan
alat-alat pertanian dan perdagangan yang lebih baik dengan bahan-bahan dari logam. Hasil-hasil
peninggalan kebudayaannya antara lain neraka perunggu, moko, kapak perunggu, bejana
perunggu, arca perunggu, dan perhiasan.

Kapak Corong
Kapak Corong terbuat dari logam memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda dengan kapak
batu, yang membedakan adalah pada bagian tangkainya berbentuk corong. Kapak corong
disebut juga kapak sepatu karena bentuknya menyerupai sepatu.
Kapak Corong berfungsi sama dengan layaknya kapak pada umumnya, namun ada juga
yang digunakan sebagai alat upacara atau hiasan.
Candrasa
Candrasa merupakan Kapak Corong yang salah satu sisinya panjang dan memiliki bentuk
yang indah dilengkapi dengan hiasan. Kapak Corong ditemukan di daerah Sulawesi
Tengah, Bali, Jawa, Sumatera Selatan dan Irian.
Candrasa berfungsi sebagai tanda kebesaran kepala suku dan sebagai alat untuk upacara
keagamaan.

Nekara dan Moko


Nekara merupakan semacam berumbung yang dibuat dari perunggu, dibagian tengah
berpinggang dan pada sisi atasnya tertutup. Pada masa prasejarah, nekara dianggap
sebagai sesuatu yang suci.
Nekara digunakan pada waktu upacara penting saja, misalnya untuk memanggil hujan,
memanggil arwah nenek moyang dan dipakai sebagai genderang perang.
Moko adalah nekara yang memiliki bentuk yang lebih kecil dan ramping. Moko berfungsi
sebagai benda pusaka atau digunakan untuk mas kawin.
Di Indonesia nekara ditemukan di daerah Sumatera, Sumbawa, Pulau Rote, Jawa, Pulai
Kei, Bali serta pulau Selayar.

Nekara dan Arca Perunggu


Bejana Perunggu
Bejana Perunggu merupakan sebuah wadah yang bagian bawahnya membulat seperti
gitar. Bejana perunggu ditemukan di daerah Sumatera dan Madura.

Perhiasan
Perhiasan perunggu yang dibuat pada masa perundagian berupa gelang, kalung, gelang
kaki dan bandul kalung. Perhiasan logam ditemukan di daerah Malang, Bali dan Bogor.

Arca Perunggu
Selain beberapa benda di atas, peninggalan masa perundagian lainnya adalah arca
perunggu. Arca ini mempunyai bentuk yang beragam seperti bentuk manusia atau
binatang. Pada umumnya arca-arca ini berbentuk kecil dan diatasnya terdapat lubang
seperti cincin. Kemungkinan arca perunggu ini digunakan sebagai bandul kalung.
Arca perunggu ditemukan di daerah Pelambang, Lumajang, Bogor dan Bangkinang
c. Kepercayaan Manusia Purba Masa Perundagian
Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kelanjutan dari masa bercocok
tanam. Kepercayaan berkembang sesuai dengan pola pikir manusia yang merasa dirinya
memiliki keterbatasan dibandingkan dengan yang lainnya, anggapan seperti ini memunculkan
jenis kepercayaan: animisme dan dinamisme:
1. Animisme
Dalam kepercayaan animisme, manusia mempunyai anggapan bahwa suatu benda memiliki
kekuatan supranatural dalam bentuk roh. Roh ini bisa dipanggil dan diminta pertolongan pada
saat diperlukan. Mereka percaya akan hal-hal yang gaib atau kekuatan hebat. Kepercayaan
terhadap bermacam-macam roh dan makhluk halus yang menempati suatu tempat memunculkan
kegiatan menghormati atau memuja roh tersebut dengan cara berdoa dengan mantra dan
memberi sesajen atau persembahan.
2. Dinamisme
Kepercayaan dinamisme ini perpanjangan dari animisme. Roh atau makhluk halus yang
diyakini berasal dari jiwa manusia yang meninggal, kemudian mendiami berbagai tempat,
misalnya hutan belantara, lautan luas, gua-gua, sumur dalam, sumber mata air, persimpangan
jalan, pohon besar, batu-batu besar, dan lain-lain.
Timbulnya kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib yang dapat menambah kekuatan
seseorang yang masih hidup. Kekuatan yang timbul dari alam semesta inilah yang menimbulkan
kepercayaan dinamisme (dinamis berarti bergerak). Manusia purba percaya bahwa, misalnya,
pada batu akik, tombak, keris, belati, anak panah, bersemayan kekuatan halus, sehingga alat-alat
tersebut harus dirawat, diberi sesajen, dimandikan denga air kembang.
Di kemudian hari, kepercayaan-kepercayaan animisme dan dinamisme mendorong manusia
menemukan kekuatan yang lebih besar dari sekedar kekuatan roh dan makhluk halus dan alam.
Masyarakat lambat laun, dari generasi ke generasi, meyakini bahwa ada kekuatan tunggal yang
mendominasi kehidupan pribadi mereka maupun kehidupan alam semesta. Kekuatan gaib
tersebut diyakini memiliki keteraturan sendiri yang tak dapat di ganggu-gugat, yakni hukum
alam.
Kepercayaan terhadap "Kekuatan Tunggal" ini lantas dihayati sebagai kekayaan bati spiritual
sekaligus kekayaan kebudayaan. Kepercayaan animisme dan dinamisme ini kemudian
berkembang dan menyatu dengan kebudayaan Hindu-Buddha dan kemudian Islam.

Anda mungkin juga menyukai