Anda di halaman 1dari 6

RESUME MATERI ZAMAN PERUNGGU

NAMA : - Zaky Thursina (20027088)


- Wilyu Fauzan (20027149)
MATA KULIAH : SEJARAH SENI RUPA INDONESIA
DOSEN PENGAMPU : Dra. Jupriani, MDs

Sejarah Awal Zaman Perunggu


Sekitar 8.000 tahun lalu manusia menemukan cara mengolah logam. Mula-mula orang
membuat barang dari tembaga dan emas yang ditempa dengan batu keras. Tapi lambat laun
perajin belajar mengolah logam dengan cara memanaskannya sampai cair. Lalu logam cair itu
dituang ke cetakan. Keunggulan logam adalah bisa dibuat menjadi bentuk yang rumit, seperti
perkakas dan senjata. Jika patah, logam bisa dicairkan dan dibentuk lagi. Perunggu diperkirakan
ditemukan orang pertama kali secara tak sengaja ketika mencampurkan sedikit timah dengan
tembaga. Perunggu lalu diketahui lebih keras dan lebih tahan lama dibandingkan dengan logam
lain serta bisa dibuat tajam. Zaman perunggu dimulai ketika rakyat di desa dan di tempat kerja
mulai memakai perunggu. Salah satu daerah pertama yang membuat perunggu adalah Sumeria di
Mesopotamia, tempat kota pertama dibangun, yaitunya dataran subur di antara Sungai Tigris dan
Sungai Efrat.

Lahirnya Seni Rupa Pada Zaman Perunggu

Logam yang pertama adalah perunggu maka disebut pula zaman perunggu. Seni rupa
lahir pada zaman ini, karena dituntut adanya kebutuhan peralatan yang lebih tajam, lebih
modern, dan adanya kebutuhan keindahan, sehingga lahir seni rupa yang berfungsi untuk
perhiasan dan peralatan sehari-hari. Seperti senjata, piling, mangkok, perisai, topi,pakaian, dan
perhiasan seperti gelang, kalung, keroncong dan benda perhiasan lainnya Sejarah baru lahirnya
seni yang berfungsi sebagai benda untuk memenuhi kebutuhan, keindahan / ekspresi keindahan,
lahir pada zaman perunggu ini. Seni patung pun dengan bahan logam, maka dibuat patung-
patung logam. Pada zaman logam ini perkembangan seni lukis di gua mulai turun, sebab mereka
tidak lagi menggunakan ritual perburuan karena mereka tidak butuh berburu. Mereka telah
berternak, walaupun kebiasaan berburu itu tetap dilaksanakan. Gua tidak lagi dipakai sebagai
tempat tinggal, sebab mereka telah membuat rumah rakit, pohon dan rumah panggung. Mereka
mulai hidup disuatu tempat. Perkembangan seni rupa berdasarkan kebutuhan pada zaman
prasejarah di seluruh dunia hampir mengalami tahapan dan jenis seni rupa yang sama, sebab
didukung dari dua faktor dasar yaitu faktor psikologi dan faktor alam. Faktor psikologi bahwa
manusia pada perkembangan awalnya memiliki jiwa yang sama (kodrati) dan memiliki sifat yang
sama, sehingga mereka menciptakan karya seni yang relatif sama. Kedua adalah faktor alam.
Alam pertama yang mereka diami masih asli, ada hutan, gua, pohon, gunung, sungai dan
bebatuan. Alam ini sebagai media karya seni rupa tahap awal yang relatif seragam. Faktor
penting lainnya adalah kesamaan dalam perkembangan jenis kebutuhan. Diseluruh dunia
memiliki tahapan tingkat kebutuhan yang relatif sama, sehingga benda seni yang diciptakan
memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai benda untuk mengambil makanan, berburu dan
bercocok tanam, benda untuk upacara ritual pemujaan roh, dan benda kesuburan, pakaian, dan
perkembangan berikutnya lahir seni untuk memenuhi kebutuhan, keindahan atau ekspresi.

Zaman Perunggu di Indonesia dan Asia

Wilayah pertama di Asia yang memasuki zaman Perunggu adalah Asia Barat dan Timur
Dekat, dimulai dengan kemunculan peradaban yang berlokasi di salah satu daerah pertama yang
membuat dan menggunakan perunggu. Daerah tersebut adalah tempat dimana kota pertama
dibangun, yaitu tempat bangsa Sumeria di Mesopotamia pada pertengahan milenium tahun 4
SM. Budaya yang ada di Timur Dekat kuno sudah mempraktekkan pertanian yang intensif di
sepanjang tahun, sistem penulisan, roda tembikar, pemerintahan terpusat, kode hukum yang
tertulis, kerajaan, tingkatan sosial dan lain sebagainya hingga masyarakat di wilayah tersebut
menciptakan dasar bagi ilmu astronomi, matematika dan astrologi yang ada di dunia modern saat
ini dan dipelajari oleh banyak sekali orang di masa sekarang.
Penggunaan logam di kawasan Asia Tenggara sudah dimulai sekitar tahun 3000-2000 SM
sebagai bagian dari sejarah benua Asia dan masa penggunaan logam di kehidupan manusia purba
Indonesia disebut masa Perundagian. Disebut demikian karena pembuatan alat – alat dari logam
memerlukan teknik dan keterampilan khusus yang hanya dimiliki oleh sebagian anggota
masyarakat yang dinamakan Undagi. Manusia purba di Indonesia tidak mengalami zaman
tembaga, melainkan langsung memasuki zaman perunggu. Pada zaman logam perunggu telah
terbentuk sebuah perkampungan yang teratur dan dipimpin oleh kepala suku yang tinggal di
dalam rumah bertiang berukuran besar.
Kebudayaan perunggu adalah hasil percampuran dari masyarakat purba asli Indonesia (Proto
Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk ras bernama Deutro Melayu atau Melayu
Muda. Manusia purba jenis Deutro Melayu adalah nenek moyang dari suku Jawa, Bugis, Bali,
Madura dan lainnya. Pada zaman ini juga ada proses percampuran ras Deutro Melayu dengan
Melayu Mongoloid dan Asutra Melanesoid atau Papua Melanosoid. Bukti – bukti mengenai hal
ini berasal dari penemuan beberapa kerangka manusia di Jawa, Sumba, Sulawesi dan Timor yang
memiliki ciri –ciri Melayu.
Teknik Pembuatan Alat-Alat Perunggu Pada Zaman Prasejarah

1. Teknik Bivalve
Teknik Bivalve adalah teknik pembuatan alat dari bahan perunggu dengan menggunakan
cetakan yang dapat ditangkupkan atau dirapatkan. Dalam pembuatan cetakan, di bagian atas
diberi lubang. Jadi, setelah cetakan ditangkupkan atau disatukan maka langkah selanjutnya
adalah menungkan cairan logam yang telah dipanaskan ke dalam cetakan tersebut melalui
lubang bagian atas. Setelah perunggu dingin barulah cetakan dibuka. Maka hasil perunggu
sudah jadi. Apabila akan membuat benda yang memiliki lobang di dalamnya, maka dapat
menggunakan tanah liat sebagai intinya.
Cetakan Bivalve dapat digunakan berkali-kali, benda atau barang yang dihasilkan bisa
berlipat ganda sama persis bentuknya dengan cepat. Hal ini karena cetakan masih bisa
dipakai setelah sebelumnya digunakan.
Teknik pembuatan alat-alat perunggu pada zaman prasejarah ini biasanya digunakan untuk
membuat benda-benda yang tidak berongga atau bisa disebut beda pejal.

2. A Cire Perdue
Teknik A Cire Perdue adalah teknik mengolah atau membuat logam dengan model benda
dari lilin. Teknik ini biasanya digunakan untuk membuat benda dari bahan perunggu yang
berukuran kecil, seperti arca kecil dan nekara kecil (moko). Cara pembuatan alat-alat dengan
cetakan lilin : pertama membuat model beda dari bahan lilin. Setelah itu, lilin dibungkus
dengan tanah liat. Di bagian atas tanah liat diberi lubang. Langkah selanjutnya membakar
tanah tersebut agar lilin mencair.Maka rongga di dalam tanah telah terbentuk seperti benda
yang diinginkan. Kemudian logam cair yang telah dipanaskan dimasukkan kedalam tanah
tersebut. Setelah dingin, tanah pembungkus kemudian dihancurkan. Maka jadilah alat-alat
perunggu yang diinginkan.
Cetakan ini memiliki kelemahan, yaitu hanya bisa digunakan sekali saja. Berbeda dengan
teknik pembuatan alat-alat perunggu sebelumnya, yakni teknik Bivalve yang dapat
digunakan berkali-kali.
Peninggalan Pada Zaman Perunggu

1. Nekara

Nekara adalah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian


tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Nekara mirip dengan dandang (gendang) yang
ditelungkupkan. Nekara digunakan sebagai alat dalam kegiatan upacara yang berfungsi
sebagai genderang. Nekara banyak ditemukan di Indonesia khususnya Bali, Bima, Sumbawa,
Pulau Alor, Pulau Jawa, Flores, Maluku, dll.
2. Kapak Corong

Kapak corong adalah benda dari perunggu yang mempunyai pangkal seperti ekor burung
sriti dan bagian tengahnya berongga. Bagian tengah tersebut digunakan untuk menempatkan
gagang. Kapak corong banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, Flores, Banda,
dll.
3. Perhiasan Perunggu

Perhiasan perunggu adalah perhiasan yang sangat populer pada zaman perunggu, baik
dari golongan atas maupun bawah. Perhiasan tersebut berupa anting, giwang, kalung, gelang
kaki, dll.
4. Bejana Perunggu

Bejana perunggu hanya ditemukan dua buah di Indonesia yaitu di Sumatra dan Madura.
Bejana perunggu berbentuk bulat panjang. Bejana ini dibuat dari dua lempengan perunggu
yang cembung. Bejana yang ditemukan di Kerinci (Sumatra) berukuran panjang 50,8 cm
dengan lebar 37 cm. Sementara yang ditemukan di Asemjarang, Sampang (Madura)
mempunya ukuran tinggi 90 cm dan lebar 54 cm.
5. Arca Perunggu

Arca perunggu yang berkembang memiliki bentuk yang beraneka ragam, seperti bentuk
manusia dan binatang. Pada umumnya arca perunggu berukuran kecil dan dilengkapi cincin
di bagian atasnya yang berfungsi untuk menggantungkan arca. Arca ini biasa digunakan
sebagai liontin kalung. Arca perunggu banyak ditemukan di Riau, Palembang, Malang, dan
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai