Anda di halaman 1dari 10

ZAMAN LOGAM

PENGERTIAN ZAMAN LOGAM

Zaman logam merupakan masa di mana peradaban sudah berkembang dan masyarakatnya sudah
berpikir maju. Disebut zaman logam karena pada masa ini masyarakat sudah mulai mengenal
logam dan memanfaatkannya untuk membuat berbagai macam alat untuk kebutuhan sehari.

Hal ini juga dipicu oleh kebutuhan manusia yang semakin kompleks, sehingga membutuhkan
keterampilan pada masing-masing bidang kehidupan

Zaman ini juga disebut dengan zaman perundagian karena banyak undagi atau orang terampil
yang berkarya mengolah logam. Teknik pengolahan logam itu sendiri sebenarnya lebih mudah
daripada pengolahan batu.

Caranya yaitu dengan meleburkan logam menjadi cairan lalu dimasukkan ke dalam cetakan.

Ciri-ciri Zaman Logam


untuk lebih mengenal masa-masa peradaban masyarakat pengrajin logam atau zaman logam,
berikut ini ciri-cirinya, antara lain:
1. Berkembangnya Pengrajin Logam

Sesuai dengan namanya, zaman logam merupakan masa kejayaan dan perkembangan teknik
pengolahan logam. Banyak sekali peninggalan-peninggalan dari masa ini yang menggunakan
bahan dasar logam.

Misalnya cincin, kalung, gelang, anting-anting, candrasa, kapak corong, arca perunggu, nekara
dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan peralatan tersebut digunakan oleh masyarakat di zaman
ini.

2. Kegiatan Perdagangan dengan Sistem Barter

Sistem dan kegiatan perdagangan pada zaman logam sudah berkembang pesat mulai dari antar
pulau di Indonesia hingga ke negara-negara Asia Tenggara.

Perdagangan umumnya dilakukan dengan sistem barter, yaitu pertukaran barang satu dengan
barang lain yang dianggap seimbang melalui kesepakatan kedua belah pihak.

Beberapa contoh barang yang digunakan pada sistem barter masa itu adalah nekara perunggu,
rempah-rempah, manik-manik, kayu, timah dan moko.

3. Bidang Pertanian Semakin Maju

Dalam bidang pertanian, masyarakat zaman logam sudah sangat maju, dibuktikan dengan
penggunaan sistem persawahan yang lebih efektif dan efisien daripada sistem ladang.

4. Budaya Penguburan Mayat

Pada zaman logam, budaya penguburan mayat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung
dan tidak langsung. Berikut ini penjelasan keduanya, antara lain:

 Budaya Penguburan Mayat Secara Langsung, dilakukan dengan memasukkan mayat


ke dalam peti lalu dikuburkan ke dalam tanah atau tanpa menggunakan peti.
 Budaya Penguburan Mayat Secara Tidak Langsung, dilakukan dengan dua tahap.
Pertama, dilakukan seperti penguburan secara langsung dengan memasukkan mayat ke
dalam peti kayu berbentuk perahu dan menguburkannya ke dalam tanah atau tanpa
menggunakan peti. Kemudian, setelah mayat menjadi rangka maka rangka atau tulang
belulang tersebut akan diambil dan dikuburkan kembali ke dalam kuburan batu atau
disebut tempayan.

Pembagian Zaman Logam


Zaman logam itu sendiri sebenarnya dibagi menjadi tiga masa atau zaman, yaitu zaman tembaga,
perunggu dan besi. Di Indonesia, zaman logam hanya terjadi pada masa kejayaan zaman
perunggu dan besi.
Sedangkan zaman tembaga tidak terjadi di Indonesia, hal ini didasarkan oleh teori dari beberapa
ahli. Nah, untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dibahas satu per satu mengenai tiga pembagian
zaman logam, antara lain:

1. Masa Kejayaan Zaman Tembaga

Beberapa ahli mengatakan bahwa Indonesia tidak terpengaruh atau tidak mengalami zaman
tembaga. Hal ini juga dibuktikan dengan tidak ditemukannya peninggalan sejarah dari zaman
tembaga.

Zaman ini terjadi di beberapa negara di sekitar Indonesia seperti Malaysia, Thailand, Kamboja
dan juga Vietnam. Masa kejayaan zaman tembaga itu sendiri merupakan masa-masa awal
masyarakat mengenal logam atau masa awal zaman logam.

Pada masa zaman tembaga ini, manusia mulai menggunakan tembaga untuk membuat berbagai
peralatan. Peralatan tersebut bermacam-macam dan digunakan untuk kegiatan sehari-hari.

2. Masa Kejayaan Zaman Perunggu

Jika di negara-negara tetangga Indonesia mengalami zaman tembaga sebagai masa awal zaman
logam, maka di Indonesia sendiri zaman logam diawali dengan zaman perunggu. Saat itu,
masyarakat di Indonesia mulai menggunakan perunggu untuk membuat berbagai macam
peralatan.

3. Masa Kejayaan Zaman Besi

Zaman besi bisa dikatakan sebagai puncak kejayaan zaman logam karena peralatan dari bahan
besi dianggap lebih sempurna dari tembaga/perunggu.

Cara atau teknik yang digunakan adalah dengan meleburkan bijih besi menjadi cairan dan
menuangkannya pada cetakan.  Peninggalan zaman besi di Indonesia seperti mata sabit, mata
pedang, mata pisau, mata kapak, cangkul dan lain sebagainya.

Peninggalan tersebut ditemukan di Gunung Kidul Yogyakarta, Bogor, serta di daerah Jawa
Timur di Besuki dan Punung. Mata sabit fungsinya untuk menyabit tumbuhan dan mata kapak
digunakan untuk membelah kayu.

Hasil Kebudayaan Zaman Logam/Peninggalan Zaman


Logam
Peninggalan atau hasil kebudayaan zaman logam yang ditemukan pada masa itu adalah sebagai
berikut:

1. Kapak Corong atau Kapak Sepatu


Kapak Corong atau disebut juga dengan kapak sepatu adalah alat kebesaran dan digunakan pada
upacara-upacara adat. Kapak ini berbentuk seperti corong, oleh sebab itu disebut dengan nama
kapak corong. Lokasi penemuan kapak corong atau kapak sepatu ini berada di Bali, Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Selatan.

2. Arca Perunggu

Arca adalah semacam patung, dalam hal ini terbuat dari perunggu. Pada zaman ini, arca
perunggu ada yang berbentuk manusia maupun binatang. Biasanya memiliki bentuk yang kecil
dan terdapat cincin di bagian atasnya yang berfungsi untuk menggantungkan arca tersebut.

Di Indonesia, arca perunggu ditemukan di Limbangan (Bogor), Bangkinang (Riau) dan


Palembang (Sumatera Selatan).

3. Bejana Perunggu

Bejana perunggu di Indonesia banyak ditemukan di tepian Danau Kerinci (Sumatera) dan
Madura. Bejana-bejana yang sudah ditemukan tersebut memiliki hiasan yang mirip atau serupa
dan sangat indah yaitu berupa gambar geometri dan pilin-pilin mirip huruf J.

Bejana perunggu itu sendiri adalah semacam periuk tetapi bentuknya lebih langsing dan gepeng.

4. Candrasa

Candrasa merupakan alat semacam senjata yang berbentuk seperti kapak, tetapi alat ini tidak
digunakan untuk perang atau bertani. Hal ini dikarenakan candrasa tidak terlalu kokoh dan kuat.

Alat yang disebut candrasa ini ditemukan di Bandung dan diperkirakan memiliki fungsi untuk
keperluan upacara.

5. Nekara

Nekara merupakan genderang berukuran besar yang biasanya digunakan pada kegiatan upacara
ritual, terutama sebagai pengiring pada upacara ritual kematian atau upacara pemanggil hujan.

Selain itu, nekara ini juga digunakan sebagai genderang perang yang sempit di bagian
pinggangnya. Nekara terbesar yang ada di Indonesia ditemukan di Bali dan dinamakan nekara
‘The Moon of Pejeng’.

6. Moko

Moko merupakan alat sejenis nekara yang ukurannya lebih kecil dan fungsinya sebagai benda
pusaka kepala suku. Moko ini akan diwariskan kepada anak laki-laki dari kepala suku dan juga
digunakan sebagai mas kawin.

Peninggalan berupa moko lebih bayak ditemukan di Pulau Alor dan Pulau Flores atau Manggarai
7. Benda Lainnya

Masih ada benda-benda lainnya yang ditemukan seperti perhiasan misalnya kalung, gelang,
manik-manik untuk penguburan mayat dan benda lain semacam senjata. Beberapa ditemukan di
pulau Flores dan Jawa Timur.

Manusia Zaman Logam

Masyarakat yang hidup pada zaman ini merupakan adalah masyarakat Melayu Muda dan Deutro
Melayu. Masyarakat ini kebanyakan merupakan pendatang dari daratan asia tenggara dan
menyebarkan kebudayaan yang mereka kuasai.

Selain menguasai teknik pembuatan alat dari perunggu, masyarakat tersebut juga menguasai
teknik persawahan basah. Masyarakat atau manusia pendukung zaman logam ini berasal dari
pendatang Dong Son atau sekarang disebut vietnam.

Masyarakat Deutro Melayu merupakan nenek moyang dari suku Jawa, Bali, Bugis, Madura dan
lain sebagainya. Pada masa ini, masyarakat Deutro Melayu juga berbaur dengan Melayu
Mongoloid yaitu Proto dan Deutro Melayu dan penduduk Austro Melanesoid.

Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya rangka manusia berciri-ciri Melayu Mongoloid
dan Austro Melanesoid di Jawa, Sulawesi, Sumba dan Timor.
Sebagai gambaran, berikut ini ciri-ciri masyarakat Proto Melayu, antara lain:

 Masyarakat Proto Melayu ini berasal dari Cina atau Tiongkok Selatan yaitu dari daerah
Yunan
 Masyarakat ini mulai masuk ke Indonesia antara tahun 1500 hingga 500 sebelum masehi
 Masyarakat ini singgah di beberapa daerah di Indonesia Timur seperti Papua, Dayak,
Nias, Mentawai dan Toraja
 Kebudayaannya meliputi neolitikum atau zaman batu muda
 Ciri-ciri fisiknya meliputi: kulit berwarna kuning kecokelatan, mata sipit dan rambut
lurus

Sedangkan ciri-ciri masyarakat Deutro Melayu, antara lain:

 Masyarakat Deutro Melayu berasal dari daerah Indochina bagian utara seperti Kamboja,
Laos dan Vietnam
 Masyarakat ini masuk ke wilayah Indonesia di tahun 500 sebelum masehi
 Keturunannya meliputi suku-suku berikut ini: Bugis, Jawa, Sunda, Minang dan makassar
 Masyarakat Deutro Melayu sudah menguasai kebudayaan logam dan dapat membuat alat-
alat dari perunggu maupun besi

Teknologi Zaman Logam

Kapak corong merupakan peninggalan zaman logam yang paling terkenal di antara yang lainnya.
Pada zaman ini terdapat dua macam teknik pembuatan kapak corong atau kapak sepatu, yaitu:

1. Teknik Bivalve atau Teknik Setangkup


Teknik bivalve ini disebut juga teknik setangkup dikarenakan pembuatannya dilakukan dengan
cara menangkupkan dua bagian batu kemudian diisi cairan logam.

Cetakan tersebut terdiri dari dua bagian dan biasanya berbahan dasar batu. Sedangkan langkah-
langkahnya seperti di bawah ini:

 Cetakan tersebut diikat terlebih dahulu lalu dituang cairan perunggu ke dalam rongga
cetakan
 Kemudian tunggu hingga cetakan dingin dan menjadi beku
 Setelah itu, cetakan akan dapat dilepas dan terbentuklah hasil cetakan berupa kapak
corong 

2. Teknik A Cire Perdue atau Teknik Cetak Lilin

Teknik yang kedua adalah teknik a cire perdue atau disebut juga teknik cetak lilin karena bahan
dasarnya dari tanah liat dan lilin. Langkah pembuatannya seperti berikut ini:

 Pertama-tama, membuat model benda atau alat yang ingin dibuat dengan menggunakan
lilin atau sejenisnya
 Setelah itu, benda tersebut dibungkus dengan tanah liat yang diberi lubang
 Kemudian melalui proses pembakaran sehingga lilin pun meleleh dan bungkusan tanah
liat menjadi kosong tak berisi
 Nah, hasil pembakaran tanah liat yang isinya kosong inilah yang dijadikan sebagai
cetakan
 Isilah cetakan tanah liat dengan cairan perunggu
 Setelah cairan tersebut dingin dan menjadi beku, barulah tanah liat dibersihkan atau
dibuang dan akan dihasilkan benda/alat perunggu sesuai dengan cetakan

Kehidupan Masyarakat Zaman Logam


Kehidupan masyarakat zaman logam ini tidak lepas dari kedatangan bangsa Melayu Austranesia
yang berasal dari Yuanan Selatan tahun 300 tahun sebelum masehi.

Selain itu, juga dipengaruhi oleh pendatang gelombang kedua yaitu pendatang Melayu dari Dong
Son atau Vietnam yang lebih maju.

sistem kepercayaan masyarakat zaman logam


sebelum masuknya kepercayaan Budha dan Hindu . masyarakat Indonesia sudah mulai
menyadari adanya kekuatan di luar kehidupan mereka . kesadaran tersebut muncul bersamaan
dengan perkembangan kehidupan mereka yang mulai bercocok tanam . kepercayaan yang
kemudian muncul , yaitu animisme , dinamisme , dan totemisme

1. animisme adalah kepercayaan yang menyakini bahwa benda ( baik yang hidup maupun yang
mati ) mempunyai roh atau jiwa.
2. dinamisme adalah kepercayaan yang menyakini bahwa benda-benda tertentu, termasuk benda
buatan manusia itu sendiri , mempunyai kekuatan gain yang dianggap bersifat suci.

3. totemisme adalah kepercayaan yang menyatakan bahwa binatang - binatang tertentu juga
mempunyai roh sehingga layak dihormati dan dipuji oleh sekelompok manusia.

Corak Kehidupan Zaman Logam Perundagian

1. Aspek Sosial Kehidupan Zaman Logam


Tanda pada zaman perundagian adalah muncul sistem sosial yang lebih kompleks, sehingga muncul
beberapa desa besar yang merupakan gabungan dari kelompok kecil untuk membentuk tata kehidupan
yang semakin terpimpin dan teratur.

2. Ciri Zaman Perundagian


Para ahli meyakini, bahwa corak kehidupan zaman logam perundagian dimulai kurang lebih
pada 10.000 tahun lalu. Berikut ini adalah ciri-cirinya:

 Memiliki kemampuan untuk membentuk suatu kelompok kerja dalam bidang


pertukangan.
 Mampu membuat berbagai perkakas dari logam untuk alat-alat upacara, senjata, dan
berbagai peralatan lainnya.
 Sudah mahir menguasai teknik bersawah yang baik pada masa bercocok tanam.
 Kemakmuran pada waktu itu, salah satunya disebabkan oleh perkembangan teknik
pertanian, khususnya alat-alat besi seperti cangkul.
 Membuat dan menggunakan perhiasan dari emas.
 Memiliki kepercayaan Animisme dan Dinamisme.

3. Zaman perunggu
Zaman perunggu disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin China. Pada masa ini,
manusia sudah bisa mencampurkan tembaga dengan timah sehingga menghasilkan logam yang
lebih keras.
Beberapa peninggalan zaman perunggu yang telah ditemukan adalah:

 Kapak Corong (Disebut juga kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas)
ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, dan Papua.
 Nekara perunggu (Moko), sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin.
Peninggalan ini ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, dan Leti.
 Bejana perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
 Arca perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor
(Jawa Barat).
4. Zaman Besi
Hal ini ditandai dengan periode yang lebih maju. Manusia sudah dapat meleburkan besi dari
bijinya untuk dituang menjadi peralatan yang diperlukan.
Teknik peleburan besi lebih sulit dari peleburan tembaga atau perunggu. Sebab, meleburkan besi
membutuhkan suhu panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan adalah:

 Mata kapak bertungkai kayu


 Mata pisau
 Mata sabit
 Mata pedang
 Cangkul

Indonesia tidak mengalami zaman tembaga, tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara
bersamaan. Hasil kebudayaan yang banyak ditemukan adalah alat-alat dari perunggu, sehingga zaman
logam juga disebut sebagai zaman perunggu.
MATERI ZAMAN LOGAM

OLEH:

FAIKHAH ATIFA WAHYU

AURA YUSTI RAMADANI

ANDI NURUL DWI ALIFA

NAILAH MAULIDINA MUHLIS

NUR FADILLAH

ELZA ZABRINA

MUH.FAJHRUL AN UMILLAH

Anda mungkin juga menyukai