Zaman logam merupakan masa di mana peradaban sudah berkembang dan masyarakatnya sudah
berpikir maju. Disebut zaman logam karena pada masa ini masyarakat sudah mulai mengenal
logam dan memanfaatkannya untuk membuat berbagai macam alat untuk kebutuhan sehari.
Hal ini juga dipicu oleh kebutuhan manusia yang semakin kompleks, sehingga membutuhkan
keterampilan pada masing-masing bidang kehidupan
Zaman ini juga disebut dengan zaman perundagian karena banyak undagi atau orang terampil
yang berkarya mengolah logam. Teknik pengolahan logam itu sendiri sebenarnya lebih mudah
daripada pengolahan batu.
Caranya yaitu dengan meleburkan logam menjadi cairan lalu dimasukkan ke dalam cetakan.
Sesuai dengan namanya, zaman logam merupakan masa kejayaan dan perkembangan teknik
pengolahan logam. Banyak sekali peninggalan-peninggalan dari masa ini yang menggunakan
bahan dasar logam.
Misalnya cincin, kalung, gelang, anting-anting, candrasa, kapak corong, arca perunggu, nekara
dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan peralatan tersebut digunakan oleh masyarakat di zaman
ini.
Sistem dan kegiatan perdagangan pada zaman logam sudah berkembang pesat mulai dari antar
pulau di Indonesia hingga ke negara-negara Asia Tenggara.
Perdagangan umumnya dilakukan dengan sistem barter, yaitu pertukaran barang satu dengan
barang lain yang dianggap seimbang melalui kesepakatan kedua belah pihak.
Beberapa contoh barang yang digunakan pada sistem barter masa itu adalah nekara perunggu,
rempah-rempah, manik-manik, kayu, timah dan moko.
Dalam bidang pertanian, masyarakat zaman logam sudah sangat maju, dibuktikan dengan
penggunaan sistem persawahan yang lebih efektif dan efisien daripada sistem ladang.
Pada zaman logam, budaya penguburan mayat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung
dan tidak langsung. Berikut ini penjelasan keduanya, antara lain:
Beberapa ahli mengatakan bahwa Indonesia tidak terpengaruh atau tidak mengalami zaman
tembaga. Hal ini juga dibuktikan dengan tidak ditemukannya peninggalan sejarah dari zaman
tembaga.
Zaman ini terjadi di beberapa negara di sekitar Indonesia seperti Malaysia, Thailand, Kamboja
dan juga Vietnam. Masa kejayaan zaman tembaga itu sendiri merupakan masa-masa awal
masyarakat mengenal logam atau masa awal zaman logam.
Pada masa zaman tembaga ini, manusia mulai menggunakan tembaga untuk membuat berbagai
peralatan. Peralatan tersebut bermacam-macam dan digunakan untuk kegiatan sehari-hari.
Jika di negara-negara tetangga Indonesia mengalami zaman tembaga sebagai masa awal zaman
logam, maka di Indonesia sendiri zaman logam diawali dengan zaman perunggu. Saat itu,
masyarakat di Indonesia mulai menggunakan perunggu untuk membuat berbagai macam
peralatan.
Zaman besi bisa dikatakan sebagai puncak kejayaan zaman logam karena peralatan dari bahan
besi dianggap lebih sempurna dari tembaga/perunggu.
Cara atau teknik yang digunakan adalah dengan meleburkan bijih besi menjadi cairan dan
menuangkannya pada cetakan. Peninggalan zaman besi di Indonesia seperti mata sabit, mata
pedang, mata pisau, mata kapak, cangkul dan lain sebagainya.
Peninggalan tersebut ditemukan di Gunung Kidul Yogyakarta, Bogor, serta di daerah Jawa
Timur di Besuki dan Punung. Mata sabit fungsinya untuk menyabit tumbuhan dan mata kapak
digunakan untuk membelah kayu.
2. Arca Perunggu
Arca adalah semacam patung, dalam hal ini terbuat dari perunggu. Pada zaman ini, arca
perunggu ada yang berbentuk manusia maupun binatang. Biasanya memiliki bentuk yang kecil
dan terdapat cincin di bagian atasnya yang berfungsi untuk menggantungkan arca tersebut.
3. Bejana Perunggu
Bejana perunggu di Indonesia banyak ditemukan di tepian Danau Kerinci (Sumatera) dan
Madura. Bejana-bejana yang sudah ditemukan tersebut memiliki hiasan yang mirip atau serupa
dan sangat indah yaitu berupa gambar geometri dan pilin-pilin mirip huruf J.
Bejana perunggu itu sendiri adalah semacam periuk tetapi bentuknya lebih langsing dan gepeng.
4. Candrasa
Candrasa merupakan alat semacam senjata yang berbentuk seperti kapak, tetapi alat ini tidak
digunakan untuk perang atau bertani. Hal ini dikarenakan candrasa tidak terlalu kokoh dan kuat.
Alat yang disebut candrasa ini ditemukan di Bandung dan diperkirakan memiliki fungsi untuk
keperluan upacara.
5. Nekara
Nekara merupakan genderang berukuran besar yang biasanya digunakan pada kegiatan upacara
ritual, terutama sebagai pengiring pada upacara ritual kematian atau upacara pemanggil hujan.
Selain itu, nekara ini juga digunakan sebagai genderang perang yang sempit di bagian
pinggangnya. Nekara terbesar yang ada di Indonesia ditemukan di Bali dan dinamakan nekara
‘The Moon of Pejeng’.
6. Moko
Moko merupakan alat sejenis nekara yang ukurannya lebih kecil dan fungsinya sebagai benda
pusaka kepala suku. Moko ini akan diwariskan kepada anak laki-laki dari kepala suku dan juga
digunakan sebagai mas kawin.
Peninggalan berupa moko lebih bayak ditemukan di Pulau Alor dan Pulau Flores atau Manggarai
7. Benda Lainnya
Masih ada benda-benda lainnya yang ditemukan seperti perhiasan misalnya kalung, gelang,
manik-manik untuk penguburan mayat dan benda lain semacam senjata. Beberapa ditemukan di
pulau Flores dan Jawa Timur.
Masyarakat yang hidup pada zaman ini merupakan adalah masyarakat Melayu Muda dan Deutro
Melayu. Masyarakat ini kebanyakan merupakan pendatang dari daratan asia tenggara dan
menyebarkan kebudayaan yang mereka kuasai.
Selain menguasai teknik pembuatan alat dari perunggu, masyarakat tersebut juga menguasai
teknik persawahan basah. Masyarakat atau manusia pendukung zaman logam ini berasal dari
pendatang Dong Son atau sekarang disebut vietnam.
Masyarakat Deutro Melayu merupakan nenek moyang dari suku Jawa, Bali, Bugis, Madura dan
lain sebagainya. Pada masa ini, masyarakat Deutro Melayu juga berbaur dengan Melayu
Mongoloid yaitu Proto dan Deutro Melayu dan penduduk Austro Melanesoid.
Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya rangka manusia berciri-ciri Melayu Mongoloid
dan Austro Melanesoid di Jawa, Sulawesi, Sumba dan Timor.
Sebagai gambaran, berikut ini ciri-ciri masyarakat Proto Melayu, antara lain:
Masyarakat Proto Melayu ini berasal dari Cina atau Tiongkok Selatan yaitu dari daerah
Yunan
Masyarakat ini mulai masuk ke Indonesia antara tahun 1500 hingga 500 sebelum masehi
Masyarakat ini singgah di beberapa daerah di Indonesia Timur seperti Papua, Dayak,
Nias, Mentawai dan Toraja
Kebudayaannya meliputi neolitikum atau zaman batu muda
Ciri-ciri fisiknya meliputi: kulit berwarna kuning kecokelatan, mata sipit dan rambut
lurus
Masyarakat Deutro Melayu berasal dari daerah Indochina bagian utara seperti Kamboja,
Laos dan Vietnam
Masyarakat ini masuk ke wilayah Indonesia di tahun 500 sebelum masehi
Keturunannya meliputi suku-suku berikut ini: Bugis, Jawa, Sunda, Minang dan makassar
Masyarakat Deutro Melayu sudah menguasai kebudayaan logam dan dapat membuat alat-
alat dari perunggu maupun besi
Kapak corong merupakan peninggalan zaman logam yang paling terkenal di antara yang lainnya.
Pada zaman ini terdapat dua macam teknik pembuatan kapak corong atau kapak sepatu, yaitu:
Cetakan tersebut terdiri dari dua bagian dan biasanya berbahan dasar batu. Sedangkan langkah-
langkahnya seperti di bawah ini:
Cetakan tersebut diikat terlebih dahulu lalu dituang cairan perunggu ke dalam rongga
cetakan
Kemudian tunggu hingga cetakan dingin dan menjadi beku
Setelah itu, cetakan akan dapat dilepas dan terbentuklah hasil cetakan berupa kapak
corong
Teknik yang kedua adalah teknik a cire perdue atau disebut juga teknik cetak lilin karena bahan
dasarnya dari tanah liat dan lilin. Langkah pembuatannya seperti berikut ini:
Pertama-tama, membuat model benda atau alat yang ingin dibuat dengan menggunakan
lilin atau sejenisnya
Setelah itu, benda tersebut dibungkus dengan tanah liat yang diberi lubang
Kemudian melalui proses pembakaran sehingga lilin pun meleleh dan bungkusan tanah
liat menjadi kosong tak berisi
Nah, hasil pembakaran tanah liat yang isinya kosong inilah yang dijadikan sebagai
cetakan
Isilah cetakan tanah liat dengan cairan perunggu
Setelah cairan tersebut dingin dan menjadi beku, barulah tanah liat dibersihkan atau
dibuang dan akan dihasilkan benda/alat perunggu sesuai dengan cetakan
Selain itu, juga dipengaruhi oleh pendatang gelombang kedua yaitu pendatang Melayu dari Dong
Son atau Vietnam yang lebih maju.
1. animisme adalah kepercayaan yang menyakini bahwa benda ( baik yang hidup maupun yang
mati ) mempunyai roh atau jiwa.
2. dinamisme adalah kepercayaan yang menyakini bahwa benda-benda tertentu, termasuk benda
buatan manusia itu sendiri , mempunyai kekuatan gain yang dianggap bersifat suci.
3. totemisme adalah kepercayaan yang menyatakan bahwa binatang - binatang tertentu juga
mempunyai roh sehingga layak dihormati dan dipuji oleh sekelompok manusia.
3. Zaman perunggu
Zaman perunggu disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin China. Pada masa ini,
manusia sudah bisa mencampurkan tembaga dengan timah sehingga menghasilkan logam yang
lebih keras.
Beberapa peninggalan zaman perunggu yang telah ditemukan adalah:
Kapak Corong (Disebut juga kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas)
ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, dan Papua.
Nekara perunggu (Moko), sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin.
Peninggalan ini ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, dan Leti.
Bejana perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
Arca perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor
(Jawa Barat).
4. Zaman Besi
Hal ini ditandai dengan periode yang lebih maju. Manusia sudah dapat meleburkan besi dari
bijinya untuk dituang menjadi peralatan yang diperlukan.
Teknik peleburan besi lebih sulit dari peleburan tembaga atau perunggu. Sebab, meleburkan besi
membutuhkan suhu panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan adalah:
Indonesia tidak mengalami zaman tembaga, tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara
bersamaan. Hasil kebudayaan yang banyak ditemukan adalah alat-alat dari perunggu, sehingga zaman
logam juga disebut sebagai zaman perunggu.
MATERI ZAMAN LOGAM
OLEH:
NUR FADILLAH
ELZA ZABRINA
MUH.FAJHRUL AN UMILLAH