Anda di halaman 1dari 25

SEJARAH INDONESIA

OLYVIA PRISKILLA
SHERLY
VANIA HALIM

MASA PERUNDAGIAN : BUDAYA


MEGALITHIK DAN BUDAYA LOGAM
a.Asal usul manusia
Sekitar tahun 300 SM, gelombang kedua dari bangsa Melayu
Austronesia dari ras Mongoloid tiba di Nunsantara. Mereka lazim
juga disebut bangsa Deutero Melayu atau Melayu Muda.
Bangsa Deutero Melayu ini hidup bersama dan bahkan kawin
mawin dengan penduduk asli dari bangsa dan ras yang sama
jauh lebih dulu tiba di Nusantara (pada masa bercocok tanam),
yang biasa disebut bangsa Proto Melayu. Selain melalui aktivitas
perdagangan yang semakin intens pada masa ini, pembaruan
ini diduga mempermudah serta mempercepat penyebaran serta
pertukaran hasil-hasil budaya.

Bangunan-bangunan Megalithik seperti punden


berundak, menhir (batu tegak), sarkofagus
(keranda batu), dolmen, dan kubur batu, misalnya
semakin berkembang pada masa ini. Secara
khusus, pendatang baru ini memperkanalkan
benda-benda dari logam. Karena itu pula,
kebudayaan masa perundagian diketahui pernah
hidup di Anyer Lor (Jawa Barat), Puger (Jawa
Timur), Gilimanuk (Bali), dan Melolo (Sumba)

b. Corak kehidupan sosial-ekonomis


Masa ini disebut masa perundagian, dari kata undagi yang berarti
terampil, karena pada masa ini muncul golongan undagi atau
golongan yang terampil melakukan suatu jenis usaha tertentu
seperti membuat alat-alat dari logam, rumah kayu, gerabah,
perhiasan, dsb. Kendati demikian, dalam arti khusus, golongan
undagi mengacu pada orang-orang yang ahli membuat alat-alat
dari logam. Karena itu, dikenalnya logam menandai awal masa
perundagian. Karena membutuhkan keahlian khusus, barang
logam ini, terutama di awal masa perundagian dan kemungkinan
besar selama periode pertengahan, termasuk barang mahal dan
langka.

Kendati demikian, alat-alat dari logam ini tidak


menggatikan gerabah. Gerabah tetap memainkan
peran penting. Dapat dikatakan, munculnya alatalat dari logam hanya mengganti alat-alat dari
batu dan tulang, dan tidak menggatikan gerabah.

Pembuatan gerabah bahkan mengalami kemajuan yang pesat :


tidak lagi menggunakan tangan dan tatap abtu, tetapi juga
menggunakan roda pemutar. Selain itu, munculnya kemampuan
membuat alat-alat dari logam tidak meggantikan mata
pencarian pokok, yaitu bercocok tanam. Dalam
perkembangannya, alat-alat dari logam itu juga dipakai untuk
tujuan ritual keagamaan, seiring dengan semakin
berkembangnya sistem kepercayaan mereka dalam bentuk
animisme dan dinamisme. Sementara itu, penduduk Nusantara
hidup secara menetap di desa-desa di daerah pegunungan,
dataran rendah dan di tepi pantai.

Perdagangan dilakukan di antar-pulau di Indonesia


dan antara kepulauan Indonesia dan daratan Asia
Tenggara. Perahu Bercadik memainkan peranan
yang besar dalam hubungan perdagangan ini.
Perdagangan dilakukan dengan cara barter yang
diperlukan tiap-tiap pihak.

Ada 2 teknik utama mebuat barang-barang dari logam, yaitu a cire


pardue (teknik cetak uang) dan bivalve (teknik 2 setangkup).
Berikut ini langkah-langkah membuat benda logam dengan terknik cetak
uang :
1. Bentuk model benda logam yang diinginkan dengan bahan dasar dari
lilin terlebih dahulu
2. Model lilin dilapisi dengan tanah liat ; setelah mengeras, tanah liat
tersebut dipanaskan dengan api, sehingga lilin mencair melalui lubang
yang telah disiapkan di bagian bawah model.
3. Dari lubang bagian atas model yang sudah disiapkan, masukkan logam
cair dan biarkan sampai cairan logam mendingin.
4. Setelah dingin, model dari tanah liat tadi dipecahkan, dan benda logam
yang kita inginkan pun sudah jadi.
Keuntungan dari teknik a cire pardue adalah benda yang diinginkan
dapat mempunyai detail yang sempurna ; kelemahannya adalah
cetakan model hanya dapat digunakan sekali saja.

Keuntungan dari teknik dua setangkup adalah


cetakan dapat digunakan berulang kali ;
kelemahannya adalah terdapat rongga dalam
benda logam yang sudah jadi sehingga kurang
kuat.

Adapun cara pengolahan logam dengan teknik 2


setangkup (bivalve) dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Buat cetakan model dari benda yang dikehendaki dengan
bentuk yang dapat saling ditangkupkan.
2. Kemudian tuangkan logam cair ke dalam cetakan tersebut.
3. Kedua cetakan kemudian saling ditangkupkan
4. Biarkan sampai logam dingin dan cetakan dapat dibuka
5. Benda logam yang diinginkan sudah dapat digunakan.

Teknik penuangan perunggu tidak hanya menghasilkan


benda-benda sederhana, seperti kapak perunggu, gelang,
dan mata tombak, tetapi juga benda-benda lain berupa
patung, moko, dan benda-benda upacara lain yang
diperindah. Cetakan-cetakan benda perunggu di Indonesia
ditemukan di Jawa Barat berupa cetakan tangkup kapak
perunggu dan gelang perunggu yang dibuat dari terakota
dan cetakan nekara tipe Pejeng dari batu padas di Manuaba
(Bali). Pada masa ini, kehadiran pemimpin semakin penting
untuk menyikapi perkembangan masyarakat yang semakin
dinamis.

Pemimpin diperlukan untuk memfasilitasi kerja sama


serta menegakkan/mengawasi pelaksanaan aturan
dan nilai norma bersama itu. Hal yang sama berlaku
juga hubungan-hubungan sosial yang lain termasuk
misalnya dalam hal upacar keagamaan.
Dalam masyarakat ini, mulai tampak pembedaan
golongan-golongan tertentu seperti golongan pengatur
upacara-upacara/yang berhubungan dengan
kepercayaan, petani, pedagang, serta pembuat bendabenda logam atau gerabah.

HASIL-HASIL BUDAYA
1) . Alat-alat dari logam perunggu
Berdasarkan temuan- temuan arkeologis
Indonesia hanya mengenal alat-alat dari
perunggu dan besi. Contohnya: nekara
perunggu, kapak perunggu, bejana
perunggu,arca-arca perunggu; sedangkan
alat-alat dari besi diantaranya mata
kapak, mata sabit,mata pisau,mata
pedang,cangkul dan tongkat.

A. Nekara dan Moko

Nekara berbentuk seperti dandang terbalik


dengan bagian atas datar dan bagian bawah
yang terbuka. Bentuk nekara umumnya tersusun
atas tiga bagian: bagian atas terdiri dari bidang
pukul yang datar dan bagian bahu dengan
pegangan; bagian tengah berbentuk silinder, dan
bagian bawah atau kaki yang melebar.
Mula-mula dari wilayah Dong Son, Vietnam
(antara 3000-2000 SM), persebaran nekara
perunggu meluas ke seluruh wilayah Asia
Tenggara seperti Thailand, Kamboja, Myanmar,
Laos, Malaysia dan Indonesia.

Nekara memiliki beragam fungsi: alat


upacara keagamaan, sebagai ganderang
perang, alat memanggil hujan, benda
tukar, wadah atau bekal kubur,penanda
status, atau mas kawin. Setiap wilayah
umumnya mengambil salah satu atau dua
fungsi tersebut. Di Alor, Flores, dan
Rote(ketiganya di NTT), misalnya fungsi
nekara lebih kompleks: sebagai sarana
upacara,lambang status sosial,dan sebagai
mas kawin. Di Bali, nekara berfungsi
sebagai benda pujaan (sakral) dan wadah
kubur.

Nekara buatan Indonesia: Nekara


tipe Pejeng
Nekara produk Indonesia sendiri adalah nekara
tipe Pejeng(Bali); yang berukuran kecil disebut
moko atau mako. Nekara dari Pejeng berukuran
besar memilki tinggi 1,98m. Pendapat bahwa
nekara tipe Pejeng merupakan produk asli Indonesia
didasarkan pada temuan berupa cetakan dari batu,
yang diduga sebagai cetakan untuk membuat
nekara di Desa Manuaba (Gianyar-Bali).

Moko
Moko banyak beredar di bagian timur Indonesia.
Orang Alor menyebutnya moko atau mako,
sedangkan penduduk Pulau Pentar menamakan
benda ini kendang perunggu. Bentuk moko ini
masuk dalam nekara tipe Pejeng, tetapi dengan
ukuran kecil dengan hiasan yang lebih sederhana

B. Kapak Perunggu
Berdasarkan tipenya, kapak perunggu dibagi
dalam dua golongan , yaitu kapak corong (kapak
sepatu) dan kapak upacara. H.R . Van Heekeren
menambahkan satu tipe lagi : yaitu tembilang atau
tajak.
Ada dua fungsi kapak perunggu yaitu: sebagai
alat upacara atau benda pusaka, dan sebagai
perkakas atau alat untuk bekerja.

C. Bejana Perunggu
Bejana Perunggu, ditemukan di Indonesia hanya
dua buah , yaitu di Sumatra dan Madura. Bejana
perunggu berbentuk bulat panjang
sepertikepisiatau keranjang untuk tempat ikan
yang diikatkan di pinggang ketika orang sedang
mencari ikan. Bejana ini dibuat dari dua lempengan
perunggu yang cembung, yang diletakan dengan
pacuk besi pada sisi-sisinya.

D. Patung Perunggu
Patung Perunggu yang ditemukan di Indonesia
mempunyai bentuk yang bermacam-macam,
seperti bentuk orang atau binatang. Patung
berbentuk orang antara lain berupa penari-penari
yang bergaya dinamis. Patung- patung ini
ditemukan di Bangkinang(Riau). Sementara patung
perunggu berbentuk kerbau ditemukan di
Limbangan (Bogor)

E.Gelang dan Cincin Perunggu


Gelang dan cincin perunggu umumnya tanpa
hiasan, Namun ada juga yang dihias dengan pola
geometris atau pola binatang.

2) Alat-alat dari besi


Sering ditemukan sebagai bekal kubur,misalnya di kuburkubur di Wonosari (Jawa Tengah) dan Besuki (Jawa Timur)

3)Gerabah
Tradisi gerabah Nusantara pada masa perundagian
mendapat pengaruh dari dua tradisi gerabah di Asia Tenggara,
yaitu Tradisi Gerabah Sa-Huynh-Kalany dan Tradisi Gerabah
Bau-Malayu.
Umumnya Gerabah dibuat untuk kepentingan rumah
tangga sehari hari,misalnya tempat air, alat untuk memasak
makanan, dan tempat untuk menyimpan makanan dan barnag
lain. Dan dalam upacara-upacara keagamaan gerabah
digunakan pula sebagai tempayan kubur dan sebagai bekal
kubur.

Bentuk Kepercayaan
Kepercayaan kepada pengaruh arwah nenek moyang
terhadap perjalanan hidup manusia serta upacara-upacara
religius yang menyertainya semakin berkembang pada masa
perundagian. Hasil budayanya berupa bangunan-bangunan
besar atau megalithik(mega berarti besar, dan lithikum atau
lithos berarti batu) yang berfungsi sebagai sarana pemujaan
kepada roh nenek moyang, seperti menhir, batu berundak,
dolmen , kubur batu, sarkofagus, waruga, serta berbagai
jenis arca berukuran besar,
1) Menhir
Menhir adalah tugu atau batu yang tegak, yang sengaja
ditempatkan di suatu tempat untuk memperingati orang
yang sudah meninggal., waruga, serta berbagai jenis arca
berukuran besar,

2) Punden Berundak
Punden berundak merupakan bangunan yang disusun
secara bertingkat-tingkat yang dimaksudkan untuk
melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang.
3) Kubur Batu
Bentuknya mirip seperti bangunan kuburan seperti yang
dapat kita lihat saat ini : umumnya tersusun dari batu yang
terdiri dari dua sisi panjang dan dua sisi lebar.
Waruga adalah kubur batu yang tidak memiliki tutup ;
waruga banyak ditemukan di situs Gilimanuk, Bali
Sarkofagus adalah sejenis kubur batu tetapi memiliki tutup
diatasnya; biasanya antara wadah dan tutup berukuran
sama.

4) Dolmen
Dolmen merupakan bangunan megalithik yang memiliki
banyak bentuk dan fungsi ; sebagai pelinggih roh atau
tempat sesaji pada saat upacara.
5) Arca Batu
Bentuknya fapat menyerupai binatang, atau manusia
dengan ciri
negrito. Suatu tempat yang khusus dimaksudkan untuk
keperluan pemujaan semacam itu adalah Pasir Angin,
sebuah bukit yang terletak di dekat Leuwiliang(Jawa
Barat). Selain itu, orang yang telah meninggal diberikan
penghormatan dan sesajian selengkap mungkin dengan
maksdu mengantar arwah dengan sebaik-baiknya ke
tempat tujuannya, yaitu dunia arwah.
Pada penguburan langsung (primer), mayat langsung
dikuburkan di tanah atau diletakkan dalam suatu wadah
di dalam tanah. Penguburan ini biasa dilakukan di sekitar
tempat kediaman dan seringkali mayat diletakkan
mengarah ke yempat yang dipandang sebagai asal-usul

TERIMA KASIH !

Anda mungkin juga menyukai