Anda di halaman 1dari 4

ZAMAN LOGAM

Zaman Logam adalah periode praaksara yang dimulai sekitar 5.000 tahun yang lalu. Pada masa ini,
manusia mulai menggunakan logam, seperti tembaga, perunggu, dan besi untuk membuat alat dan
senjata. Zaman Logam adalah periode praaksara yang ditandai dengan penggunaan logam dalam
pembuatan alat dan senjata. Periode ini merupakan titik tolak kemajuan teknologi dan peradaban
manusia. Penemuan logam memungkinkan manusia untuk membuat alat-alat yang lebih kuat dan tajam,
yang meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja. Selain itu, penggunaan logam juga mendorong
perkembangan perdagangan dan pertukaran antar wilayah, yang meningkatkan kemakmuran
masyarakat. Zaman logam dibagi menjadi 3 zaman yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman
besi.

1. ZAMAN TEMBAGA

Zaman tembaga sendiri merupakan masa transisi antara zaman neolitikum dan zaman perunggu, yang
terjadi antara 4500 SM - 3500 SM. Zaman tembaga disebut juga dengan khalkolhitik dalam bahasa
Yunani. Zaman Tembaga atau Khalkolitik adalah periode ketika manusia purba di beberapa belahan
dunia baru saja mengenal logam sebagai bahan dasar membuat peralatan sehari-hari. Beberapa
sejarawan juga mendefinisikannya sebagai periode transisi antara Neolitikum dan Zaman Perunggu.
Pada masa Khalkolitik, tembaga menjadi bahan yang mendominasi teknologi pengerjaan logam. Hal ini
karena masyarakatnya belum mengenal bahwa tembaga dapat dicampur dengan timah untuk
menghasilkan perunggu, yang notabene lebih keras dan kuat. Tembaga juga termasuk logam yang
sangat mudah untuk dilebur karena titik leburnya tidak begitu tinggi. Tembaga yang mula-mula
ditemukan, kemudian dibuat menjadi berbagai macam bentuk yang hanya membutuhkan sedikit
pengetahuan dalam pengerjaan logam.

Menurut para ahli, Indonesia tidak mengalami Zaman Tembaga karena tidak ditemukan peninggalan
sejarah berbahan tembaga di nusantara. Temuan yang ada di Indonesia hanya berupa alat-alat yang
dibuat dari perunggu, besi, dan perhiasan dari emas. Penggunaan logam memang tidak seketika
menyeluruh terjadi di berbagai belahan dunia. Di Eropa, Zaman Tembaga dimulai pada sekitar 7000 SM,
disusul dengan Amerika yang mengenal tembaga pada sekitar 4000 SM. Sedangkan di Asia, tidak
diketahui secara pasti kapan dimulainya Zaman Tembaga. Bahkan hanya wilayah Asia Selatan dan Asia
Timur saja yang mengenal alat-alat berbahan tembaga. Sementara di Asia Tenggara, termasuk juga
Indonesia, tidak mengalami zaman ini. Peninggalan dari Zaman Besi pun jumlahnya sangat sedikit
dibandingkan dengan alat-alat yang terbuat dari perunggu. Oleh karena itu, Zaman Logam di Indonesia
sering disebut sebagai Zaman Perunggu.

2. ZAMAN PERUNGGU
Zaman Perunggu disebut juga dengan kebudayaan Dongson karena masyarakat pendukung
kebudayaan ini diperkirakan berasal dari daerah Dongson-Tonkin, Cina. Kebudayaan ini identik dengan
masa logam dan menyebar di Indonesia sekitar tahun 500 SM. Zaman Perunggu dikenal juga dengan
Masa Perundagian. Istilah perundagian berasal dari bahasa Bali undagi yang memiliki arti seseorang atau
sekelompok orang yang memiliki kepandaian atau keterampilan jenis usaha tersebut. Masa Perundagian
secara sederhana dimaknai sebagai zaman yang di dalamnya terdapat orang-orang yang memiliki
keahlian dalam mengolah logam, khususnya perunggu. Ciri-ciri kehidupan pada Zaman Perunggu antara
lain manusia sudah menetap, sudah mengenal teknologi perundagian, mengenal perdagangan barter,
mengenal status kekayaan, serta mengenal sistem pembagian kerja. Kebudayaan Zaman Logam,
termasuk Zaman Perunggu, yang berpengaruh ialah bivalve dan a cire perdue. Bivalve ialah teknik
percetakan logam dengan bahan baku teknologi batu. Sementara a cire perdua adalah cetakan logam
yang memiliki bahan dasar tanah liat dan lilin. Pada zaman ini, manusia membuat alat dengan bahan
dasar perunggu. Peninggalan zaman praaksara dari zaman perunggu di Indonesia, antara lain:

– Candrasa: sejenis senjata, ditemukan di Bandung dan diperkirakan digunakan untuk keperluan
upacara.

– Kapak Corong (Kapak Sepatu): alat kebesaran dan upacara adat yang berbentuk seperti corong,
ditemukan di Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.

– Nekara: Genderang besar atau tambur yang berbentuk seperti dandang terbalik, digunakan untuk
upacara ritual, khususnya sebagai pengiring upacara kematian, upacara memanggil hujan, dan sebagai
genderang perang. Daerah penemuannya yaitu di wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Pulau Roti,
Selayar, dan Kepulauan Kei. Nekara “The Moon of Pejeng” yang merupakan nekara terbesar di Indonesia
terdapat di Bali.

– Moko: sejenis nekara yang ukurannya lebih kecil, berfungsi sebagai benda pusaka seorang kepala suku,
benda yang diwariskan kepada anak laki-laki kepala suku dan juga mas kawin. Moko lebih banyak
ditemukan di Pulau Alor dan Manggarai ( Pulau Flores).

– Bejana Perunggu: memiliki bentuk seperti periuk namun langsing dan gepeng. Di Indonesia, bejana
perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura. Kedua bejana yang sudah ditemukan
memiliki hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar – gambar geometri dan pilin – pilin yang
mirip huruf J.

– Arca Perunggu: ada yang berbentuk manusia dan ada juga yang berbentuk binatang. Umumnya kecil
dan terdapat cincin pada bagian atasnya. Cincin tersebut digunakan untuk menggantungkan arca itu
karena arca tersebut juga digunakan sebagai liontin. Arca perunggu ditemukan di Bangkinang (Riau),
Palembang (Sulawesi Selatan), dan Limbangan (Bogor).

3. ZAMAN BESI
Zaman Besi berlangsung sejak 1.200-550 SM, di mana manusia purba sudah sanggup membuat alat-alat
berbahan dasar besi. Kehidupan manusia (manusia purba) pada Zaman Besi dapat dikatakan telah
beragam karena banyak terdapat perubahan baik dari sistem ekonomi, sosial, maupun religi. Maka dari
itu, terdapat ciri-ciri Zaman Besi yang di antaranya adalah sebagai berikut:

• Adanya pemimpin dan kelompok sosial.

•Manusia sudah hidup bermasyarakat dan menetap. •Manusia sudah memiliki teknik membuat alat-
alat, dari kayu, batu, maupun logam.

•Manusia sudah mampu mengolah besi.

•Manusia sudah dapat mengembangkan sistem pertanian sederhana dan memproduksi pangan.

Hasil kebudayaan pada Zaman Besi di antaranya adalah terbentuknya komunitas atau masyarakat,
munculnya kepercayaan, kemampuan bercocok tanam, hingga kebisaan mengolah besi menjadi
peralatan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan atau peradaban manusia pada
Zaman Besi juga mewariskan sejumlah barang-barang peninggalan, khususnya yang terbuat dari logam
atau besi. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Mata Panah

Mata panah yang terbuat dari besi biasanya digunakan untuk berburu. Mata Pisau Mata pisau dari
Zaman Besi merupakan pengembangan alat serupa dari masa sebelumnya yang terbuat dari batu atau
kayu. Mata pisau dari Zaman Besi terbuat dari besi dan biasanya digunakan sebagai peralatan sehari-
haru ataupun sebagai alat untuk mempertahankan diri.

b. Mata Sabit

Mata sabit sebenarnya hampir mirip dengan mata pisau. Namun, ada perbedaan dari sisi bentuk dan
kegunaannya secara khusus. Mata sabit biasanya digunakan sebagai alat bercocok tanam, atau untuk
mencari rumput pakan ternak.

c. Cangkul

Cangkul sederhana yang terbuat dari paduan kayu sebagai gagang dan besi sebagai ujungnya sudah
dikenal sejak Zaman Besi. Sama seperti mata sabit, cangkul juga digunakan untuk kepentingan bertani,
berkebun, alias bercocok-tanam.

d. Pedang

Pedang pada Zaman Besi diciptakan sebagai alat mempertahankan diri, baik dari ancaman binatang
buas maupun sebagai senjata ketika terjadi pertikaian dengan komunitas manusia lainnya.

e. Perhiasan
Besi juga bisa dijadikan sebagai bahan membuat perhiasan. Manusia pada Zaman Besi sudah mengenal
perhiasan sehingga logam, termasuk besi, bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat gelang, kalung,
cincin, atau jenis perhiasan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai