2. PITHECANTROPUS MOJOKERTENSIS
1. Homo Mojokertensis
Kaum Homo Mojokertensis (manusia kera dari
Mojokerto)
Fosilnya ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur
tahun
1936 - 1941.Fosil kaum homo yang ini ditemukan Von
Koenigswald..
2. Homo Robustus
Ardipithecus
ras manusia yang hidup enam juta tahun lalu di kawasan Afar, Ethiopia. 'Ardi',
demikian nama yang diberikan oleh para peneliti, dikumpulkan dari berbagai
tulang manusia yang ditemukan di wilayah itu selama lima belas tahun terakhir.
Manusia ini tingginya 1, 20 meter dan beratnya 50 kilogram. Bentuk tangan, kaki,
dan badan menunjukkan bahwa ia merangkak dan
memanjat pohon, tapi juga terkadang berjalan di atas
kedua kaki. Dari bentuk
rahang, para ilmuwan menyimpulkan cara hidup Ardi
tidaklah agresif. Menurut ilmuwan, penemuan ini
mengubah teori yang berlaku selama ini mengenai
asal usul manusia.
Homo antecessor
A. Zaman Batu
1. Zaman Paleotikum (zaman batu tua)
Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan
manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat
dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu
makanan tingkat sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus yang
terdiri.
Megalit adalah batu besar yang digunakan untuk membangun struktur atau
monumen. Megalitik adalah struktur yang dibuat oleh batu besar. Megalit berasal
dari kata dalam bahasa Yunani μέγας megas berarti besar, dan λίθος lithos berarti
batu. Kebudayaan Megalitikum bukanlah suatu zaman yang berkembang
tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolitikum dan
berkembang pesat pada zaman logam. Setiap bangunan yang diciptakan oleh
masyarakat tentu memiliki fungsi.
Contohnya hasil kebudayaan zaman megalitikum: kapak persegi, kapak
lonjong,
Menhir , Dolmen, Kubur batu, Waruga, Sarkofagus, Punden Berundak
B. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping
alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya
menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam,
yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin
yang disebut acire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam
masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan.
Zaman logam ini dibagi atas:
1. Zaman Tembaga
Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini
hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk
Indonesia) tidak dikenal istilah zaman tembaga.
2. Zaman Perunggu
Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan
perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
3. Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang
menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik
peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas
yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga
zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada
zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab
kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.
Antara zaman neolithicum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan
megalithicum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar
sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalithicum justru pada zaman
logam.
2. Dolmen
3. Sarkofagus
Sarkofagus adalah suatu tempat untuk
menyimpan jenazah. Sarkofagus umumnya
dibuat dari batu. Kata "sarkofaus" berasal
dari bahasa Yunani σάρξ (sarx, "daging")
dan φαγεῖνειν (phagein,"memakan"), dengan
demikian sarkofagus bermakna "memakan
daging".
Sarkofagus sering disimpan di atas tanah
oleh karena itu sarkofagus seringkali diukir,
dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa
dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai
bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara beberapa yang lain
dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah. Di Mesir kuno, sarkofagus
merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan kadang-kadang
dipahat dengan alabaster
Sarkofagus - kadang-kadang dari logam atau batu kapur – juga digunakan oleh
orang Romawi kuno sampai datangnya agama Kristen yang mengharuskan mayat
untuk dikubur di dalam tanah
4. Kubur batu
Berupa peti-peti kubur yang terbuat dari batu dan tidak
ditanam dalam tanah, tapi diletakkan di atas tanah lapang.
Bentuknya bisa persegi panjang atau kubus, dengan ketinggian
berkisar 150 cm di atas tanah. Pada bagian atapnya dipahat aneka
ragam hias yang menggambarkan wajah pria, dewa-dewa
maupun atap rumah.
Menurut kepercayaan setempat di masa itu, orang wafat
harus ‘dipulangkan' ke alam baka sebagaimana posisinya dalam
rahim. Hingga mereka tidak berbaring telentang, tapi dibuat
dalam kondisi seperti janin, yaitu meringkuk atau disebut foetal
position.
5. Waruga
Waruga adalah kubur atau makam leluhur
orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri
dari dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga
seperti bubungan rumah dan bagian bawah
berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang.
6. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah beberapa
balok batu yang disusun secara berundak-undak.
Satu buah balok batu berukuran 40 x 40 cm.
Panjangnya sekitara enam meter. Pada lapisan
bawah disusunlah balok sebanyak delapan buah.
Pada lapisan kedua disusun pula balok batu
sebanyak tujuh buah, pada lapisan ketiga disusun
enam buah, pada lapisan ke empat disusun
sebanyak lima buah dan seterusnya. Hingga pada
puncaknya diletakkan sebuah balok.
Punden berundak-undak berfungsi sebagai tempat mengadakan saji-sajian bagi
masyarakat purba yang masih beragama animisme dan dinamisme. Dengan tujuan
untuk menolak bahaya atau semacam bencana seperti gempa bumi, angin rebut,
penyakit menular dan sebagainya. Dan juga bisa sebagai meminta rahmat dari sang
ESA. Seperti minta hujan, minta kesuburan tanah dan sebagainya
7. Arca
Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media
keagamaan dalam memuja tuhan atau dewadewinya. Arca berbeda dengan patung
pada umumnya, yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah
keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca tidaklah sesederhana membuat
sebuah patung.Dalam agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti
(Dewanagari):, atau murthi, yang merujuk kepada citra yang menggambarkan Roh
atau Jiwa Ketuhanan (murta). Berarti "penubuhan", murti adalah perwujudan aspek
ketuhanan (dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu,
atau logam, yang berfungsi sebagai sarana dan sasaran
konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan. Menurut
kepercayaan Hindu, murti pantas dipuja sebagai fokus
pemujaan kepada Tuhan setelah roh suci dipanggil dan
bersemayam didalamnya dengan tujuan memberikan
persembahan atau sesaji. Perwujudan dewa atau dewi, baik
sikap tubuh, atribut, atau proporsinya harus mengacu kepada
tradisi keagamaan yang bersangkutan