Anda di halaman 1dari 106

Materi Lomba Cerdas Cermat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah tIngkat

Nasional 2018

Nama :

Kelas :

Sekolah : Sekolah Menengah Pertama Negeri 255 Jakarta

Perwakilan : DKI Jakarta


Daftar Materi yang dipelajari

1. Periodisasi Zaman Berdasarkan Arkeologi ( Manusia Pendukung, Kebudayaan, Cara


hidup, dan Peninggalan )
2. Periodisasi Zaman Berdasarkan Cara Hidup ( Manusia Pendukung, Kebudayaan, Cara
hidup, dan Peninggalan )
3. Penyebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
4. Teori Masuknya Hindu Buddha
5. Kerajaan Hindu Buddha
6. Peninggalan Budaya Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia
7. Teori Masuknya Islam di Indonesia
8. Proses Masuknya Islam di Indonesia
9. Peninggalan Budaya Akulturasi Islam dan Hindu – Buddha di Indonesia
10. Kerajaan Islam di Indonesia
Periodisasi Zaman Berdasarkan Arkeologi ( Manusia Pendukung, Kebudayaan, Cara hidup,
dan Peninggalan )

 Pengertian Praaksara : Pra = Sebelum & Aksara = Tulisan / Nir = Tidak Ada & Leka =
Tulisan / Pre = Sebelum & History = Sejarah / Pra = Sebelum & Sejarah
 Pergertian Praaksara secara total diartikan sebagai Zaman dimana belum mengenal
tulisan / Zaman dimana belum dimulai sejarah
 Bukti yang menunjukan adanya kehidupan dimasa Praaksara adalah Fosil & Artefak
 Fosil adalah sisa-sisa tulang belulang jenis manusia, binatang, atau tumbuhan yang
telah membatu karena tertimbun tanah ribuan atau jutaan tahun
 Artefak adalah Alat yang digunakan oleh manusia pada masa Praaksara
 Zaman Praaksara secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu Zaman Batu & Zaman
Logam
 Zaman Batu terdiri atas 2 periodisasi, yaitu secara Geologis dan secara Arkeologis
 Periodisasi secara Geologis dibagi menjadi 4 zaman, yaitu Zaman Arkaikum, Zaman
Paleozoikum, Zaman Mesozoikum, dan Zaman Neozoikum/Kenozoikum ( Terdiri atas
Zaman Tertier dan Zaman Kuartier )
1. Zaman Arkaikum
 Zaman Arkaikum/Arkeozoikum/Azoikum berlangsung 2.500 juta tahun SM
 Pada waktu itu kulit bumi masih sangat panas, sehingga belum terdapat kehidupan
diatasnya
2. Zaman Paleozoikum
 Zaman Paleozoikum/Zaman Primer berlangsung 340 juta tahun SM
 Zaman ini sudah ditandai dengan munculnya tanda-tanda kehidupan, antara lain
munculnya binatang-binatang kecil yang tidak bertulang punggung, berbagai jenis
ikan, amfibi dan reptil
3. Zaman Mesozoikum
 Zaman Mesozoikum/Zaman Skunder berlangsung 140 juta tahun SM
 Pada zaman ini, muncul hewan reptil seperti Iguadon, Megasolaurus, Plesiosaurus
dan Pseudosuchia
4. Zaman Neozoikum
 Zaman Neozoikum/Kenozoikum berlangsung 60 juta tahun SM
 Zaman ini dibagi menjadi 2, yaitu Zaman Tertier & Kuartier
 Zaman Tertier berlangsung sekitar 60 juta – 3 juta tahun SM
 Pada zaman tertier jenis-jenis reptil besar mulai punah dan bumi umumnya dikuasai
oleh hewan-hewan besar yang menyusui
 Contohnya adalah jenis gajah purba (mammuthus) yang pernah hidup di Amerika
Utara dan Eropa Utara
 Zaman Kuartier berlangsung 3 juta tahun SM
 Zaman Kuartier dibagi menjadi 2, yaitu Zaman Kuartier
awal/Pleistosin/Pleistosen/Dilluvium/Glasial ( Berlangsung sekitar 2.588.000 –
11.500 tahun SM ) & Zaman Kuartier akhir/Holosin/Holsen/Es/Alluvium
 Pada zaman ini sudah ada/Awal Kehidupan manusia tetapi masih hidup secara
sederhana.Zaman ini dikatakan sebagai zaman Purba
 Periode secara Arkeologis dibagi menjadi 2, yaitu Zaman Batu & Zaman Logam
 Zaman Batu terbagi atas 4, yaitu Zaman Paleolithikum, Zaman Mesolithikum, Zaman
Neolithikum, dan Zaman Megalithikum
 Zaman Logam terbagi atas 3, yaitu Zaman Perunggu, Zaman Tembaga, dan Zaman
Besi
1) Zaman Paleolithikum
 Zaman Paleolithikum berlangsung 600.000 tahun SM
 Zaman Paleolithikum berasal dari kata Paleo = Tua & Lithos = Batu
 Paleolithikum secara keseluruhan berarti zaman batu tua
 Zaman Batu Tua (Palaeolithikum) ditandai dengan :
a) Penggunaan perkakas-perkakas yang terbuat dari batu
b) Penggunaan pekakas masih kasar, tak diasah, dan belum halus
c) Manusia masih hidup berpindah-pindah (nomaden)
d) Tergantung kepada alam atau masa mengumpulkan makanan ( Food Gathering )
e) Belum mengenal seni
f) Zaman ini berlangsung selama 600.000 tahun silam, selama Kala Pleistocen
 Hasil kebudayaan dari Zaman Paleolithikum adalah Kebudayaan Ngandong &
Kebudayaan Pacitan
 Alat peninggalan Zaman Paleolithikum antara lain
1. Kapak Perimbas
2. Alat Serpih
3. Kapak Genggam/Chopper
 Manusia dari Zaman Paleolithikum adalah Meganthropus Paleojavanicus,
Pithecanthropus ( P. Robustus & P. Erectus ) & Homo Sapiens (H. Soloensis, H.
Wajakensis & H. Floresiensis )
1) Meganthropus Paleojavanicus
 Meganthropus Paleojavanicus dikenal sebagai Manusia Raksasa Jawa
 M.Paleojavanicus ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald/Von
Koenigswald ( Ilmuwan asal Jerman – Belanda ) di Sangiran, Jawa Tengah pada tahun
1936 – 1941
 Ciri – ciri M.Paleojavanicus adalah memiliki badan besar, tulang pipi tebal, kening
menonjol, tidak memiliki dagu, dan tonjolan kepala belakang yang tajam
2) Pithecanthropus Robustus
 Pithecanthropus Robustus disebut juga Pithecanthropus Mojokertensis
 P.Robustus ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald/Von
Koenigswald dan Franz Weidenreich/Weidenreich ( Ilmuwan asal Yahudi – Jerman )
pada tahun 1936 di Mojokerto, Jawa Timur
 Ciri – ciri dari P.Robustus adalah badan tegap alat pengunyah kuat, kening tebal, dan
volume otak sekitar 750 – 1300 cc
3) Pithecanthropus Erectus
 Pithecanthropus Erectus berasal dari akar bahasa Yunani & Latin yang berarti
Manusia Kera yang Dapat Berdiri
 P.Erectus diperkiraakan hidup 1.500.000 – 500.000 tahun SM
 P.Erectus ditemukan oleh Eugene Dubois ( Ilmuwan asal Belanda ) pada tahun 1891
di Trinil, Jawa Timur
 Ciri – ciri P.Erectus adalah berjalan tegak, dahi menonjol, pipi tebal, kepala
meruncing, dan volume otaknya sekitar 900 cc
4) Homo Soloensis
 H.Soloensis ditemukan di Ngandong dan Sragen Pada tahun 1931 - 1934 oleh Gustav
Heinrich Ralph Von Koenigswald/Von Koenigswald ( Ilmuwan asal Jerman – Belanda )
& Franz Weidenreich/Weidenreich ( Ilmuwan asal Yahudi – Jerman ) serta Ter Haar
Oppenoorth
 Ciri – ciri H.Solensis antara lain :
I. Otak kecilnya lebih besar dari pada otak kecil Pithecanthropus Erectus
II. Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus
III. Tonjolan kening agak terputus di tengah (di atas hidung)
IV. Tinggi badan antara 130 – 210 cm
V. Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
VI. Otot tengkuk mengalami penyusutan
VII. Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
5) Homo Wajakensis
 H.Wajakensis ditemukan di Wajak, Jawa Timur pada tahun 1899 oleh Von
Reitschotten ( Ilmuwan asal Belanda ) dan diteliti oleh Eugene Dubois ( Ilmuwan asal
Belanda )
 Ciri – ciri H.Wajakensis antara lain :
I. Berbadan tegap
II. Mukanya tidak terlalu menonjol ke depan
III. Hidung lebar dan bagian mulutnya menonjol
IV. Tengkoraknya lebih besar dibanding Pithecanthropus
V. Dahinya agak miring dan di atas mata terdapat busur kening yang nyata
VI. Tenggorokannya sedang, agak lonjong, dan agak bersegi di tengah-tengah atap
tengkoraknya dari muka ke belakang
VII. Tingginya sekitar 180 cm
VIII. Memiliki volume otak kecil, yaitu sekitar 1000-2000 cc dengan rata-rata 1350-1450
cc.
IX. Tinggi badang antara 130-210 cm, berat badan antara 30-150 kg
X. Hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu
XI. Mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang yang masih sederhana
6) Homo Floresiensis
 H.Floresiensis ditemukan di Liang Bua, Flores oleh Pandji Sujono & Mike Morwood
( Ilmuwan asal Australia – Selandia Baru ) pada tahun 2001
 Ciri – ciri H.Floresiensis adalah badan sekitar 3 kaki/6 inci ( 15 – 91 cm ), berotak kecil,
dan gigi relatif besar
2) Zaman Mesolithikum
 Zaman Mesolithikum berlangsung sekitar 20.000 tahun SM
 Zaman Mesolithikum berasal dari kata Meso = Tengah & Lithos = Batu
 Mesolithikum secara keseluruhan berarti Zaman batu tengah/Zaman Batu Madya
 Zaman Batu Tengah (Mesolitikum) ditandai dengan :
a) Penggunaan perkakas-perkakas yang sudah agak halus
b) Orang sudah mulai bertempat tinggal/Hidup menetap tetapi masih melakukan
Nomaden
c) Muncul kebudayaan Kjokkenmoddinger & Abris Sous Roche
d) Berlangsung kurang lebih 20.000 silam
 Hasil kebudayaan dari Zaman Mesolithikum adalah Kebudayaan Kjokkenmoddinger
& Kebudayaan Abris Sous Roche
1. Kjokkenmoddinger
 Kjokkenmoddinger dikenal juga sebagai Midden/Sampah Dapur/Tumpukan Kerang
 Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, yaitu Kjokken = Dapur & Modding =
Sampah
 Kjokkenmoddinger secara keseluruhan berarti Sampah Dapur
 Kjokkenmoddinger adalah timbunan kulit kerang dan siput yang menggunung dan
sudah menjadi fosil
 Kjokkenmoddinger ditemukan di sepanjang pantai timur sumatera, yakni dari Langsa
& Medan
 Dari timbunan Kjokkenmoddinger itu, ditemukan fosil manusia, Kapak Genggam
Sumatra/Pebble & Batu Pipisan serta kapak pendek/Hache Courte yang bentuknya
sudah lebih baik dan mulai halus
 Alat – alat tersebut ditemukan & diteliti oleh Piter Vincent Van Stein Callenfels pada
tahun 1925
2. Abris Sous Roche
 Abris Sous Roche berasal dari bahasa denmark, yaitu Abris = Tinggal, Sous : Dalam &
Roche = Gua
 Abris Sous Roche adalah gua-gua yang dijadikan tempat tinggal manusia purba yang
berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas
 Abris Sous Roche diselidiki oleh Piter Vincent Stein Callenfels pada tahun 1928 –
1931 di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur
 Di Gua Lawa, banyak ditemukan alat – alat , seperti Flakes, Kapak, dan Batu
Penggilingan dan beberapa alat – alat dari tulang
 Karena di gua tersebut banyak ditemukan peralatan dari tulang, disebut Sampung
Bone Culture
 Selain di Sampug, Kebudayaan Abris Sous Roche juga banyak ditemukan di Besuki,
Jawa Timur ; Timor & Rote, NTT ; Sulawesi Selatan ; dll
3) Zaman Neolithikum
 Zaman Neolithikum berlangsung sekitar 4.000 – 2.000 tahun SM
 Zaman Neolithikum beasal dari kata Neo = Baru & Lithos = Batu
 Zaman Neolithikum secara keseluruhan diartikan sebagai Zaman Batu Baru/Zaman
Batu Muda
 Zaman Batu Baru (Neolitikum) ditandai dengan :
a) Pembuatan alat-alat batu yang sudah diasah dan diupam
b) Bertempat tinggal tetap/Sedenter
c) Telah bercocok tanam atau masa menghasilkan makanan ( Food Producing )
d) Telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme
e) Berlangsung selama 2.000 – 4.000 tahun silam
 Hasil kebudayaan dari Zaman Neolithikum adalah Kapak Persegi, Kapak Lonjong,
Gerabah, Perhiasan Batu & Pakaian
1) Kapak Persegi
 Nama Kapak persegi diberikan oleh Robert Van Heine Geldren/Van Heine Geldern
 Kapak persegi berbentuknya persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesium
 Kapak persegi ada yang berukuran besar ada pula yang kecil
 Kapak berukuran besar disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul
 Adapun yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat
pahat
 Serta Kapak lonjong yang terbuat dari Batu Api/Chalcedon yang umumnya sebagai
alat keagamaan, tanda kebesaran, azimat, dll
2) Kapak Lonjong
 Kapak Lonjong dapat disebut juga Kapak Neolithikum Papua
 Kapak lonjong umumnya berbentuk lonjong
 Pada ujung yang lancip ditempatkan tangkai dan pada bagian ujung yang lain diasah
sehingga tajam
 Kapak lonjong ada yang berukuran besar dan ada juga yang kecil
 Kapak lonjong berukuran besar disebut dengan Walzenbeil
 Kapak lonjong berukuran kecil disebut Kleinbeil
 Fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi
3) Gerabah, Perhiasan Batu & Pakaian
 Selain kapak persegi dan kapak lonjong, pada zaman Neolithikum juga terdapat
barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah, dan pakaian
 Gerabah umumnya terbuat dari tanah
 Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu dan kulit kerang
 Sedangkan pakaian umumnya terbuat dari kulit hewan/tumbuhan/pohon
4) Zaman Megalithikum
 Zaman Megalithikum berasal dari kata Mega = Besar & Lithos = Batu
 Zaman Megalithikum secara keseluruhan diartikan sebagai Zaman Batu Besar
 Tradisi Megalithik adalah pendirian bagunan dari batu yang berukuran besar
 Zaman Batu Besar (Megalithikum) ditandai dengan :
a) Membuat dan meninggalkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar
b) Berkembang sampai zaman perunggu
c) Sudah mengenal kepercayaan pada roh nenek moyang
d) Adanya Megalit ( Batu yang diletakan ditanah dan membentuk suatu monumen )
 Hasil kebudayaan dari Zaman Megalithikum antara lain Menhir, Dolmen/Pandhusa,
Kubur Peti Batu, Waruga, Sarkofagus, Punden Berundak, Patung/Arca
1. Menhir
 Menhir berasal dari Bahasa Keltik ( Indo – Eropa ), yaitu Men = Batu & Hir = Panjang
 Menhir secara keseluruhan diartikan sebagai Batu Panjang
 Menhir dapat juga disebut Statue Menhir/Arca Menhir
 Menhir adalah bangunan berupa batu tegak atau tugu yang berfungsi sebagai
tempat pemujaan roh nenek moyang atau tanda peringatan untuk orang yang telah
meninggal
 Menhir umumnya ditemukan di Sulawesi Selatan & Paseman, Sumatera Selatan serta
Sulawesi Tengah
2. Dolmen
 Dolmen adalah bangunan berupa meja batu, terdiri atas batu lebar yang ditopang
oleh beberapa batu yang lain
 Dolmen berfungsi sebagai tempat persembahan untuk memuja arwah leluhur
 Di samping sebagai tempat pemujaan, dolmen juga berfungsi sebagai pelinggih,
tempat duduk untuk kepala suku atau raja
 Dolmen umumnya ditemukan di Sumba Timur, Kuningan, Pasemah, Nanding,
Tanjungara, Tanjungsakti, Pager Dewa, dll
3. Kubur Peti Batu
 Kubur peti batu adalah tempat menyimpan mayat
 Kubur peti batu ini dibentuk dari enam buah papan batu, dan sebuah penutup peti
 Papan – papan batu itu disusun secara langsung dalam lubang yang telah disiapkan
terlebih dahulu, dan biasanya diletakkan membujur ke arah sungai atau gunung
 Kubur Peti Batu umumnya ditemukan di Wonosari, Daerah Istimewa Yogyakarta
4. Waruga
 Waruga merupakan peti kubur batu dalam ukuran yang kecil
 Waruga umumnya dipakai untuk pemakaman Suku Minahasa
 Waruga umumnya berbentuk kubus dan bulat
 Waruga banyak ditemukan di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara
5. Sarkofagus
 Sarkofagus berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Sarx = Daging & Phagein = Memakan
 Sarkofagus secara keseluruhan berarti Memakan Daging
 Sarkofagus adalah bangunan berupa kubur batu yang berbentuk seperti lesung dan
diberi tutup
 Sarkofagus mula – mula dilakukan oleh Orang Mesir Kuno
 Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali
6. Pandhusa
 Pandhusa dalam Bahasa Bondowoso yang berarti Keranda
 benda ini berupa meja batu yang kakinya tertutup rapat berfungsi sebagai kuburan.
 Pandhusa umumnya ditemukan di Bondowoso dan Besuki Jawa Timur
7. Punden Berundak
 Punden Berundak berasal dari Bahasa Jawa, yaitu Pundian/Pepunden yang berarti
Objek Pemujaan
 Punden berundak adalah bangunan bertingkat yang dihubungkan tanjakan kecil
 Punden berundak berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang
 Punden Berundak umumnya ditemukan di Lebak Sibedug, Banten
8. Patung/Arca
 benda ini berupa patung manusia dan binatang yang berfungsi sebagai bentuk
penghormatan terhadap tokoh yang disukai
 Patung/Arca umumnya ditemukan di daerah Pasemah, Jawa Tengah & Jawa Timur
5) Zaman Perunggu
 Disebut dengan zaman perunggu karena pada zaman ini dihasilkan peralatan
kehidupan yang dibuat dari perunggu
 Peralatan itu dibuat dengan dua macam teknik
 Ada yang dibuat dengan teknik Cetak Hilang/Cetakan Lilin ( A Cire Perdue/Candle
Mold )
 Ada alat yang dibuat dengan Cetak Ulang/Setangkup ( Bivalce/Symmetric )
 Peralatan kehidupan yang dibuat dari bahan perunggu ini meliputi Nekara, Moko,
Kapak Corong, Arca Perunggu, Bejana Perunggu, dan Perhiasan Perunggu
1. Nekara
 Nekara adalah genderang besar yang terbuat dari perunggu
 Nekara juga disebut Genderang Nobat/Genderang Ketel
 Biasanya digunakan sebagai alat upacara untuk mengundang hujan
 Nekara terbesar ditemukan di Bali dan masih disimpan di Pura Besakih
 Nekara ini disebut The Moon of Pejeng/Bulan Pejeng
 Nekara ini bergaris tengah 160 cm dan tingginya 198 cm
2. Moko
 Moko merupakan genderang kecil terbuat dari perunggu
 Biasanya digunakan sebagai alat upacara keagamaan atau sebagai mas kawin
 Moko umumnya banyak ditemukan di Pulau Alor
3. Kapak Corong
 Kapak corong disebut juga kapak sepatu/Cendrasa
 Kapak ini terdiri dari berbagai ukuran Ada yang bertangkai panjang, ada yang
melengkung ke dalam, dan ada yang cekung dipangkalnya
 Kapak Corong banyak ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi, Papua, dan K. Rote
4. Arca Perunggu
 Bentuk arca perunggu yang ditemukan bermacam-macam bentuk
 Umumnya berbentuk orang dan binatang
 Masing-masing dalam beragam sikap
 Arca Perunggu tersebut antara lain ditemukan di Bangkinang ( Riau ), Lumajang
( Jawa Timur ), dan Bogor ( Jawa Barat )
5. Bejana Perunggu
 Bentuk bejana perunggu mirip gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai
 Pola hiasannya menggunakan hiasan anyaman dan huruf J
 Bejana Perunggu umumnya banyak ditemukan di Kerinci ( Jambi ) & Madura ( Jawa
Timur )
6. Perhiasan Perunggu
 Bentuk perhiasan ini berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, dan kalung
 Sebagian besar perhiasan ditemukan sebagai bekal kubur
 Umumnya, Perhiasan Perunggu banyak ditemukan di Malang, Bali, dan Bogor
6) Zaman Tembaga
 Indonesia tidak mengalami zaman tembaga
 Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya peninggalan-peninggalan benda
tembaga purba di Indonesia
 Setelah zaman perunggu, bangsa Indonesia langsung memasuki zaman besi
7) Zaman Besi
 Temuan benda-benda prasejarah yang dibuat dari besi di Indonesia belum banyak
 Mungkin alat-alat tersebut telah hancur karena karat
 Pada umumnya alat dari besi ditemukan bersama alat dari perunggu
 Alat dari besi digunakan sebagai alat keperluan sehari-hari dan bekal kubur
 Jenis-jenis alat yang dibuat dari besi antara lain :
a) Mata kapak yang dikaitkan pada tangkai kayu yang dipergunakan untuk menaruh
kayu atau batu
b) Mata sabit untuk menyabit tumbuh-tumbuhan
c) Mata pisau
d) Mata tembilang
e) Mata pedang
f) Cangkul
g) Tongkat
Periodisasi Zaman Berdasarkan Cara Hidup ( Manusia Pendukung, Kebudayaan, Cara
hidup, dan Peninggalan )

 Nugroho Notosusanto & Sartono Kartodirdjo adalah tokoh yang membagi Zaman
Praaksara berdasarkan Cara Hidup
 Menurut mereka, Periodisasi berdasarkan cara hidup dibagi menjadi 4, yaitu Masa
Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana, Masa Berburu dan
Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut, Masa Bercocok Tanam, dan Masa
Perundagian
1) Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
 Masa berburu makanan tingkat sederhana diperkirakan semasa dengan zaman
paleolithikum
 Manusia yang hidup pada masa ini masih rendah tingkat peradabannya
 Mereka hidup mengembara, pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain
sebagai pemburu binatang dan penangkap ikan
 Di samping itu, mereka juga meramu, yakni mencari dan mengumpulkan makanan
 Jenis makanan yang dikumpulkan misalnya ubi-ubian, buah-buahan dan daun-
daunan
a) Kehidupan Ekonomi
 Kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana masih sangat bergantung pada alam
 Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara berburu hewan dan mengumpulkan
umbi-umbian, buah-buhan serta dedaunan yang ditemukan di sekitar lingkungan
mereka
 Jika sumber makanan di sekitar tempat mereka menipis atau sudah habis, mereka
berpindah ke tempat lain
b) Kehidupan Sosial
 Sesuai dengan cara memenuhi kebutuhan, manusia pada masa ini hidupnya tidak
menetap
 Mereka selalu berpindah-pindah tempat mencari tempat tinggal baru yang banyak
terdapat binatang buruan dan bahan makanan.Mereka juga mencari tempat-tempat
yang ada airnya
 Tempat yang mereka pilih ialah di padang-padang rumput diselingi semak belukar,
yang sering dilalui binatang buruan
 Kadang-kadang mereka memilih tempat tinggal di tepi pantai sebab di situ mereka
dapat mencari kerang dan binatang-binatang laut lainnya
 Manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana hidup
secara berkelompok yang tersusun dari keluargakeluarga kecil
 Anggota kelompok yang laki-laki melakukan perburuan dan yang perempuan
mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan serta hewan-hewan kecil
c) Kehidupan Budaya
 Pada masa ini, manusia sudah mampu membuat alat-alat sederhana dari batu atau
tulang dan kayu
 Alat-alat yang dibuat masih berbentuk kasar
 Alat-alat tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Alat-alat batu inti, terdiri kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, dan
kapak genggam
b. Alat serpih yang digunakan untuk pisau, peraut, gurdi, mata panah, dan untuk
menguliti umbi-umbian
c. Alat dari tulang dan kayu
2) Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
 Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut diperkirakan semasa
zaman mesolithikum
 Kehidupan manusia pada masa ini sudah mengalami perkembangan dibandingkan
dengan masa sebelumnya
 Manusia mulai hidup menetap walaupun hanya untuk sementara waktu dan mulai
mengenal cara bercocok tanam sederhana
 Selain itu, tampak kegiatan-kegiatan manusia yang menghasilkan sesuatu yang
belum dicapai pada masa sebelumnya seperti lukisan di dinding gua/dinding karang
 Masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan, dengan ciri-ciri antara lain :
a. Alat kehidupan manusia pada saat itu berupa kapak perimbas (sejenis kapak yang
digenggam, tidak bertangkai dan berbentuk masif), alat serpih, dan alat tulang
b. Hidup berkelompok-kelompok yang tersusun dari keluarga-keluarga kecil
c. Telah berkembang seni lukis yang dibuat pada dinding - dinding gua, seperti di gua
Leang-leang, Sulawesi Selatan
d. Belum melakukan kegiatan penguburan mayat
e. Telah ditemukan teknologi sederhana untuk mendatangkan api
f. Bahasa sebagai alat komunikasi mulai terbentuk melalui kata-kata dan tanda-tanda
dengan gerakan badan
g. Bertempat tinggal secara tidak tetap di dalam gua-gua alam, di tepi sungai, dan tepi
pantai
h. Kelompok manusia purba di pinggir pantai di antaranya meninggalkan
kjokkenmodinger (kebudayaan sampah dapur)
a) Kehidupan Ekonomi
 Manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut sudah
mengenal cara bercocok tanam dengan sistem berladang
 Caranya, yaitu menebang hutan, kemudian membersihkan dan menanaminya
 Beberapa kali tanah ladang itu dipergunakan, dan setelah dirasakan kesuburannya
berkurang, maka pindah ke tempat lain
 Selain berladang, mereka juga memelihara dan mengembangbiakkan binatang
b) Kehidupan Sosial
 Kehidupan manusia pada masa ini masih dipengaruhi oleh cara hidup pada masa
sebelumnya
 Mereka masih melakukan perburuan hewan, menangkap ikan, mencari kerang dan
mengumpulkan makanan dari lingkungan di sekitarnya
 Meskipun demikian, kehidupan manusia mengalami perubahan yang besar
 Manusia secara berkelompok mulai hidup menetap dengan memilih gua sebagai
tempat tinggalnya
 Biasanya gua yang dipilih adalah gua yang letaknya cukup tinggi, yaitu di lereng bukit
dan dekat dengan mata air
c) Kehidupan Budaya
 Selama bertempat tinggal di gua, mereka melukiskan sesuatu di dinding gua yang
menggambarkan suatu pengalaman, perjuangan, dan harapan hidup
 Lukisan-Lukisan ini dibuat dengan cara menggores pada dinding atau dengan
memberi warna merah, hitam, dan putih
 Bentuknya ada berupa gambar tangan, binatang, atau bentuk lainnya
 Lukisan dinding gua menandakan berkembangnya kepercayaan manusia pada masa
itu
 Misalnya lukisan cap tangan dengan latar belakang warna merah mengandung arti
kekuatan pelindung untuk mencegah roh jahat, dan cap-cap tangan yang jari-jarinya
tidak lengkap dianggap sebagai tanda berkabung
 Pada masa ini, kemampuan manusia membuat alat-alat atau perkakas mengalami
kemajuan
 Alat-alat-alat batu yang dibuat bentuknya lebih halus daripada masa sebelumnya
 Alat-alat tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Kapak sumatra, yaitu batu kerakal yang dibelah tengah sehingga satu sisinya
cembung halus dan sisi lainnya kasar
b. Alat tulang sampung, yaitu alat yang terbuat dari tulang dan tanduk digunakan
sebagai penggali umbi-umbian
3) Masa Bercocok Tanam
 Setelah tahap berburu dan mengumpulkan makanan telah dilampaui, manusia
memasuki suatu masa kehidupan yang disebut masa bercocok tanam
 Masa bercocok tanam diperkirakan semasa dengan zaman Neolithikum
 Pada masa ini, peradaban manusia sudah mencapai tingkatan yang cukup tinggi
 Manusia sudah memiliki kemampuan mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan
hidup dengan bercocok tanam dan mengembangbiakan binatang ternak
 Manusia sudah hidup menetap dan tidak lagi berpindah-pindah seperti halnya pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan
 Mereka hidup menetap karena persediaan makanan sudah tercukupi
 Masa bercocok tanam dan beternak, dengan ciri-ciri antara lain :
a. Alat-alat batu yang digunakan umumnya sudah diupam hingga halus. Alat batu yang
digunakan berupa kapak persegi, kapak lonjong, alat-alat obsidian, dan mata panah
b. Masyarakat mulai menunjukkan tanda-tanda menetap di suatu tempat
c. Telah terbentuk desa-desa kecil semacam pedukuhan
d. Kegiatan bercocok tanam telah menghasilkan keladi, sukun, pisang, durian, manggis,
rambutan, duku, salak dan sebagainya
e. Mengenal sistem barter (tukar menukar barang dengan barang)
f. Perahu bercadik dan rakit banyak digunakan sebagai sarana lalu lintas air
g. Alat komunikasi berupa bahasa dianggap sangat penting
h. Tumbuh kepercayaan animisme (pemujaan terhadap roh nenek moyang) dan
dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang mempunyai kekuatan gaib)
a) Kehidupan Ekonomi
 Pada bercocok tanam, manusia tidak lagi sepenuhnya bergantung pada alam
 Manusia sudah mampu mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidup
 Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara membabat hutan dan semak belukar
untuk ditanami berbagai jenis tanaman sehingga terciptalah ladang-ladang yang
memberikan hasil pertanian
 Selain bercocok tanam, mereka juga mengembangbiakan binatang ternak seperti
ayam, kerbau dan hewan ternak lainnya
 Meskipun sudah bercocok tanam dan memelihara hewan ternak, kegiatan berburu
dan mengumpulkan hasil hutan masih tetap dilakukan
 Manusia pada masa bercocok tanam diperkirakan sudah melakukan kegiatan
perdagangan yang bersifat barter
 Barang yang dipertukarkan pada waktu itu ialah hasil-hasil cocok tanam, hasil
kerajinan tangan seperti gerabah dan beliung, atau hasil laut berupa ikan yang
dikeringkan
 Ikan laut yang dihasilkan oleh penduduk pantai sangat diperlukan oleh mereka yang
bertempat tinggal di pedalaman
b) Kehidupan Sosial
 Hidup menetap pada masa bercocok tanam memberi kesempatan bagi manusia
untuk menata kehidupan secara teratur
 Mereka hidup menetap di suatu tempat secara berkelompok dan membentuk
masyarakat perkampungan
 Perkampungan pada masa bercocok tanam terdiri atas tempat tinggal sederhana
yang didiami oleh beberapa keluarga dan dipimpin oleh kepala kampung
 Biasanya kedudukan sebagai kepala kampung dijabat oleh orang yang paling tua dan
berwibawa
 Kepala kampung merupakan tokoh yang disegani, dihormati dan ditaati oleh
penduduk kampung yang dipimpinnya
 Kegiatan-kegiatan dalam kehidupan perkampungan yang bertujuan untuk
mencukupi kebutuhan bersama mulai diatur dan dibagi antar anggota masyarakat
 Kegiatan yang banyak menghabiskan tenaga seperti, membabat hutan, menyiapkan
ladang untuk ditanami, membangun rumah atau membuat perahu dilakukan oleh
laki-laki
 Adapun perempuan melakukan kegiatan menabur benih di ladang yang sudah
disiapkan, merawat rumah dan kegiatan lain yang tidak memerlukan tenaga besar
c) Kehidupan Budaya
 Pada masa bercocok tanam, manusia semakin mahir membuat berbagai alat-alat
atau perkakas
 Alat-alat yang dihasilkan sudah dibuat halus dan fungsinya beraneka ragam
 Ada yangberfungsi untuk kegiatan sehari-hari, ada yang berfungsi sebagai perhiasan,
ada pula yang berfungsisebagai alat upacara keagamaan
 Alat-alat tersebut antara lain sebagai berikut :
a) Kapak Persegi digunakan mengerjakan kayu, menggarap tanah dan alat upacara
keagamaan
b) Kapak Lonjong digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan sebagai
kapak biasa
c) Gerabah
d) Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul-mukul kulit kayu hingga halus
e) Perhiasan berupa gelang dari batu dan kulit kerang
 Pada masa bercocok tanam, berkembang kepercayaan bahwab roh seseorang tidak
lenyap pada saat meninggal dunia
 Roh dianggap mempunyai kehidupan dialamnya sendiri
 Oleh karena itu, diadakan upacara pada waktu penguburan
 Orang yang meninggal dibekali bermacam-macam barang keperluan sehari-hari,
seperti perhiasan dan periuk yang dikubur bersama-sama
 Hal ini dimaksudkan agar perjalanan orang yang meninggal menuju alam arwah dan
kehidupan selanjutnya terjamin sebaik-baiknya
 Pada masa ini, mulai berkembang pula tradisi pendirian bangunan – bangunan
megalitik (bangunan besar dari batu)
 Tradisi ini didasari oleh kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan
yang mati, terutama kepercayaan akan adanya pengaruh kuat dari orang yang telah
mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman
 Jasa seorang kerabat yang telah meninggal dunia diabadikan dengan mendirikan
bangunan batu besar
 Bangunan ini kemudian menjadi media penghormatan, tempat singgah, dan menjadi
lambang bagi orang yang meninggal tersebut
4) Masa Perundagian
 Masa perundagian merupakan akhir masa praaksara di Indonesia
 Kata perundagian berasal dari bahasa Bali, undagi = seseorang atau sekelompok
orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis
usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, pembuatan perhiasan, atau
pembuatan sampan
 Masa perundagian diperkirakan semasa dengan zaman perunggu
 Pada masa ini, peradaban manusia sudah maju tingkatannya
 Teknologi pembuatan alat-alat atau perkakas jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
masa sebelumnya
a) Kehidupan Ekonomi
 Masyarakat pada masa perundagian telah mampu mengatur kehidupannya
 Kegiatan kehidupan yang mereka lakukan tidak lagi sekedar untuk memenuhi
kebutuhan hidup, melainkan untuk meningkatkan kesejahteraan
 Kegiatan pertanian di ladang dan sawah masih tetap dilakukan
 Pengaturan air dilakukan agar kegiatan pertanian tidak sepenuhnya bergantung pada
hujan
 Hasil pertanian disimpan untuk masa kering dan mungkin juga untuk diperdagangkan
ke daerah lain
 Kegiatan peternakan juga turut berkembang, hewan ternak yang dipelihara lebih
beragam dari masa sebelumnya
 Masyarakat telah mampu beternak kuda dan berbagai jenis unggas
 Munculnya golongan masyarakat yang memiliki keterampilan tertentu menyebabkan
teknologi berkembang pesat
 Seiring kemajuan yang dicapai, terjadi peningkatan kegiatan perdagangan
 Pada masa ini perdagangan masih bersifat barter, namun telah menjangkau tempat
– tempat yang jauh, yakni antarpulau
 Barang-barang yang dipertukarkan semakin beragam, seperti alat pertanian,
perlengkapan upacara, dan hasil kerajinan
 Kegiatan perdagangan antarpulau pada masa perundagian dibuktikan dengan
ditemukannya nekara di Selayar dan kepulauan Kei yang dihiasi gambar-gambar
binatang seperti gajah, merak, dan harimau
 Binatang-binatang ini tidak ada di wilayah Indonesia bagian timur
 Hal ini menunjukkan bahwa nekara tersebut berasal dari daerah Indonesia bagian
barat
b) Kehidupan Sosial
 Masyarakat pada masa perundagian hidup menetap di perkampungan yang lebih
besar dan lebih teratur
 Perkampungan ini terbentuk dari bersatunya beberapa kampung hingga jumlah
kelompok penduduk bertambah banyak
 Masyarakat tersusun dalam kelompok yang beragam
 Ada kelompok petani, ada pedagang, ada pula kelompok undagi (pengrajin/tukang)
 Dalam tata kehidupan yang sudah teratur, berburu binatang liar seperti harimau dan
kijang masih tetap dilakukan
 Perburuan ini selain untuk menambah mata pencaharian, juga dimaksudkan untuk
menunjukkan tingkat keberanian & kegagahan dalam suatu lingkungan masyarakat
c) Kehidupan Budaya
 Pada masa perundagian, manusia sudah mahir membuat berbagai peralatan atau
perkakas
 Alat-alat yang dihasilkan terbuat dari logam digunakan untuk bertani, bertukang,
peralatan rumah tangga, perhiasan dan sebagai alat perlengkapan upacara dan
pemujaan
 Kepercayaan yang berkembang pada masa ini melanjutkan kepercayaan pada masa
sebelumnya
 Masyarakat meyakini bahwa arwah nenek moyang berpengaruh terhadap perjalanan
hidup manusia dan masyarakatnya
 Oleh karena itu, arwah nenek moyang harus selalu dihormati dengan melaksanakan
berbagai upacara
 Demikian pula kepada orang yang sudah meninggal,mereka diberi penghormatan
dengan diberi bekal kubur
 Terlebih lagi jika orang yang meninggal adalah orang yang terpandang atau
mempunyai kedudukan dalam masyarakat, maka diadakan upacara penguburan
dengan memberikan bekal kubur yang lengkap
 Pada masa ini, berbagai bidang seni seperti seni lukis, seni ukir/pahat, seni patung,
dan seni bangunan (arsitektur) mengalami perkembangan
 Hal yang menunjukkan perkembangan ini diantaranya adalah meningkatnya
pemahatan arca dan pendirian bangunan batu untuk pemujaan
Penyebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia

 Banyak pendapat yang menyatakan nenek moyang Indonesia berasal dari daerah
yang berbeda
 Namun hanya satu pendapat yang diterima oleh masyarakat, yaitu pendapat Paul &
Fritz Sarasin
 Berikut beberapa pendapat tentang Nenek Moyang Indonesia :
1. Pendapat Prof. Dr. H. Kern
 Prof. Dr. H. Kern berpendapat bila nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
daratan Asia
 Ilmuan asal Belanda ini menyebut jika hasil penelitiannya menunjukan bahwa
bahasa-bahasa yang dipakai oleh suku-suku di Indonesia, Mikronesia, Polinesia, dan
Melanesia, mempunyai akar yang sama, yaitu bahasa Austronesia
 Dengan fakta itu, ia menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia berasal dari satu daerah
yang sama dengan bangsa-bangsa lain di wilayah Austronesia
 Menurutnya, nenek-moyang bangsa Indonesia menggunakan perahu-perahu
bercadik menuju ke kepulauan Indonesia
 Pendapat Kern ini didukung oleh adanya persamaan nama dan bahasa yang
dipergunakan di daerah Campa dengan di Indonesia
 Selain nama geografis, istilah-istilah binatang dan alat perang pun banyak
kesamaannya
 Tetapi pendapat ini disangkal oleh K. Himly dan P.W. Schmidt berdasarkan
perbendaharaan bahasa Campa
2. Pendapat Willem Smith
 Untuk menentukan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia, Willem Smith
melakukan identifikasi terhadap bahasa yang digunakan oleh bangsa-bangsa di
sekitar Asia
 Berdasarkan penelitiannya, ia kemudian mengelompokan bahasa di sekitar Asia
menjadi 3 bagian yaitu, bahasa Togon, bahasa Jerman, dan bahasa Austria
 Nah, Indonesia sendiri bersama dengan Melanesia, dan Polinesia digolongkan ke
dalam penggunaan bahasa Austria
3. Pendapat Prof. Dr. Sangkot Marzuki
 Prof. Dr. Sangkot Marzuki menyebutkan jika nenek moyang bangsa Indonesia
memiliki asal usul dan keterkaitan dengan Austronesia dataran Sunda
 Ini didasari oleh penelusuran terkait DNA fosil-fosil manusia purba yang pernah
ditemukan di Indonesia
 Atas dasar itu, ia kemudian menyanggah pendapat Van Heine Geldern yang
menyebut jika nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan
 Menurutnya, Homo Erectus atau Phitecantropus Erectus yang ditemukan sebagai
manusia purba saat itu tidak memiliki signifikasi dengan DNA manusia Indonesia
zaman sekarang
 Menurutnya, mereka punah dan diganti oleh manusia species baru, yang berasal dari
Afrika
4. Pendapat Van Heine Geldern
 Pendapat Van Heine Geldern sebetulnya tak jauh beda dengan pendapat Kern
 Ia menganggap jika bahasa Indonesia adalah bahasa yang berasal dari Asia Tengah
 Kendati lebih baru dibanding dengan teori yang diajukan Kern, pendapat dan teori
Geldern lebih dapat dipercaya karena didukung oleh penemuan beberapa artefak,
dan benda-benda sejarah lainnya yang ditemukan di Indonesia memiliki kesamaan
dengan benda-benda sejarah yang ditemukan di daratan Asia.
5. Pendapat Prof. Mohammad Yamin
 Prof. Mohammad Yamin menentang semua teori-teori yang menyebut jika nenek
moyang bangsa Indonesia justru berasal dari luar Indonesia
 Menurut beliau, orang Indonesia saat ini benar-benar asli berasal dari wilayah
Indonesia sendiri
 Ia justru malah meyakini jika ada sebagian bangsa dan suku di luar negeri yang nenek
moyangnya berasal dari Indonesia
 Landasan pemikiran yang menjadi dasar Yamin adalah banyaknya temuan fosil dan
artefak di Indonesia yang lebih lengkap dibanding daerah lain di Asia
 Contohnya, temuan fosil Pithecanthropus soloensis dan wajakensis yang tidak
diketemukan di daerah-daerah lain di Asia termasuk Asia Tenggara (Indochina)
6. Pendapat Prof. Dr. Krom
 Prof. Dr. Krom mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia adalah keturunan asli
orang-orang China Tengah
 Hal ini didasari pemikiran sederhana, yaitu karena di Cina Tengah banyak sekali
terdapat sungai besar
 Sebagian dari mereka menyebar ke seluruh kawasan Indonesia pada zaman batu tua
(sekitar 2.000 SM sampai 1.500 SM)
7. Pendapat Dr. Brandes
 Dr. Brandes berpendapat jika suku-suku yang mendiami kepulauan Indonesia
mempunyai kesamaan secara etnik, fisik, maupun bahasa dengan beberapa bangsa
yang mendiami daerah-daerah yang melintang dari utara di Pulau Formosa (Taiwan),
barat di Pulau Malagasi (Madagaskar), selatan di Jawa dan Bali, serta timur di tepi
pantai barat Amerika
8. Pendapat Hogen
 Hogen berpendapat bahwa bangsa yang mendiami pesisir Melayu di Sumatera
beramilasi secara genetik dengan bangsa Mongol yang datang pada gelombang
pertama (Proto Melayu dan Deutro Melayu)
9. Pendapat Max Muller
 Max Muller berpendapat secara lebih spesifik. Ia menyebut jika asal usul nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari semenanjung Asia Tenggara
 Kendati begitu, alasan Muller ini tidak didukung alasan yang jelas dan terverifikasi
10. Pendapat Mayundar
 Mayundar berasumsi bahwa bangsa-bangsa Austronesia yang menjadi nenek
moyang bangsa Indonesia adalah berasal dari India
 Mereka menyebar ke beberapa wilayah di Indocina, ke Indonesia, dan akhirnya ke
Asia Pasifik
 Asumnsi Mayundar ini didukung hasil penelitiannya yang menyebut jika bahasa
Austria adalah bahasa Muda di kawasan India bagian timur
11. Pendapat Mens
 Mens berpendapat bangsa Indonesia berasal dariketurunan Mongol yang terdesak
akibat keberadaan bangsa bangsa lain yang lebih kuat.
 Mereka kemudian bermigrasi secara besar-besaram ke arah selatan termasuk ke
kawasan Indonesia
12. Pendapat Sultan Takdir Alisyahbana
 Sultan Takdir Alisyahbana mengemukakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang bernenekmoyangkan bangsa melayu
 Pendapatnya ini didasari oleh rumpun bahasa keduanya yang memiliki kesamaan
yang signifikan
13. Pendapat Gorys Kraf
 Gorys Kraf berpendapat bahwa bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang lebih
maju dibanding kebudayaan bangsa-bangsa lain di sekitarnya
 Ini berarti bahwa Indonesia adalah induk dari bangsa-bangsa lain yang ada di wilayah
Austronesia seperti Malaysia, Thailand, Madagaskar, dan Selatan Indochina
14. Pendapat Harry Truman Simandjutak
 Harry Truman Simandjutak mengemukakan bahwa bahasa yang banyak dipakai di
Indonesia adalaha generasi kedua dari Bahasa Austronesia
 Ini menunjukan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Pulau Formosa,
di Taiwan
15. Pendapat Paul dan Fritz Sarasin
 Paul & Fritz Sarasin ( Sarasin bersaudara ) mengemukakan bahwa penduduk asli
Indonesia adalah suatu ras yang berkulit gelap dan bertubuh kecil
 Ras ini pada awalnya mendiami Asia Bagian Tenggara yang saat itu masih bersatu
sebagai daratan pada zaman es atau periode glasial
 Namun, setelah periode es berakhir dan es mencair, maka dataran tersebut
kemudian terpisah oleh lautan yaitu laut China Selatan dan laut Jawa
 Akibatnya, daratan yang tadinya bersatu kemudian terpisah menjadi daratan utama
Asia dan Kepulauan Indonesia
 Penduduk asli tinggal di daerah pedalaman dan penduduk pendatang tinggal di
daerah pesisir
 Penduduk asli inilah yang disebut sebagai suku bangsa Vedda oleh Sarasin
 Orang Vedda kemudian menyebar ke timur dan mendiami wilayah Papua, Sulawesi
Selatan, Kai, Seram, Timor Barat, Flores Barat, dan terus ke timur sampai Kepulauan
Melanesia
 Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra
dan Toala di Sulawesi merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia
 Mereka diyakini mempunyai hubungan erat dengan dan orang Vedda
 Ras lain yang menghuni kepulauan Indonesia adalah Proto Melayu dan Deutro
Melayu
 Ciri-ciri fisik mereka adalah rambut lurus, kulit kuning kecoklatan-coklatan, dan
bermata sipit
 Proto Melayu dan Deutro Melayu tiba di kepualauan Indonesia dalam dua
gelombang kedatangan
 Gelombang kedatangan pertama adalah Proto Melayu (Melayu Tua), mereka
dianggap sebagai kelompok melayu Polinesia yang bermigrasi dari wilayah Cina
Selatan (sekarang menjadi Provinsi Yunnan)
 Proto Melayu bermigrasi ke wilayah Nusantara melalui dua jalur yaitu jalur barat dan
timur
 Jalur barat bermula dari Yunnan – Indochina – Siam/Thailand – Semenanjung Malaya
– Sumatera – Seluruh Indonesia
 Jalur timur bermula dari Yunnan – Kep. Ryukyu Jepang – Taiwan – Laut China Selatan
– Filipina – Kep. Sangir/Sangihe – Sulawesi – Seluruh Indonesia
 Proto Melayu membawa perkakas dari batu berupa kapak persegi dan kapak lonjong
 Kapak persegi dibawa oleh Proto Melayu yang bermigasi melalui jalur barat,
sedangkan kapak lonjong dibawa oleh Proto Melayu yang bermigasi melalui jalur
timur
 Suku bangsa Indonesia yang tergolong Proto Melayu ini, yaitu Mentawai, Dayak dan
Toraja
 Gelombang kedatangan ke Kepulauan Indonesia berikutnya adalah Deutro Melayu
(Melayu Muda) yang berasal dari Indochina bagian utara
 Deutro Melayu bermigrasi ke wilayah nusantara melalui Indochina Utara –
Assam/Birma/Myanmar Utara - Siam/Thailand – Semenanjung Malaya – Sumatera -
Seluruh Indonesia
 Kedatangan Deutro-Melayu mendesak keberadaan Proto Melayu ke arah pedalaman
 Mereka memperkenalkan perkakas dan senjata yang terbuat dari besi atau logam
 Mereka telah melakukan kegiatan bercocok tanam
 Padi yang banyak ditanam di Indonesia saat ini dibawa oleh Deutero Melayu dari
wilayah Assam Utara atau Birma Utara
 Bangsa Deutro Melayu mengembangkan peradaban dan kebudayaan yang lebih
maju
 Karena itu, mereka berkembang menjadi sebagian besar suku-suku yang ada di
Indonesia saat ini seperti Melayu, Minang, Jawa, Bugis, dan lain-lain
 Dalam perkembangan selanjutnya, Proto Melayu dan Deutero Melayu berbaur,
sehingga sulit dibedakan
 Ras lain yang juga terdapat di Kepulauan Indonesia adalah ras Melanesoid
 Mereka tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian
dan benua Australia
 Kedatangan ras Melanesoid diperkirakan pada saat zaman es terakhir
 Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni
 Ras Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hinggake Papua, selanjutnya ke
Benua Australia yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang terhubungan
dengan Papua
 Pada perkembangan selanjutnya, terjadi percampuran antara ras Melanesoid dan ras
Melayu yang menghasilkan keturunan Melanesoid- Melayu, saat ini mereka
merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku
Teori Masuknya Hindu Buddha

 Setelah Zaman Praaksara, Indonesia memasuki zaman baru, yaitu Zaman Hindu –
Buddha
 Beberapa Sejarahwan mengungkapkan pendapatnya tentang masuknya Hindu –
Buddha ke Nusantara
 Berikut Teori – Teori tentang masuknya Hindu – Buddha ke Nusantara
1. Teori Brahmana
 Teori Brahmana disebut juga Hipotesis Brahmana/Hipotesa Brahmana
 Teori ini diungkap oleh J.C. Van Leur
 Dia mengatakan bahwa kebudayaan Hindu-Budha India yang menyebar ke Indonesia
dibawa oleh golongan Brahmana
 Pendapatnya itu didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-
prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa
 Karena hanya golongan Brahmanalah yang menguasai bahasa dan huruf itu maka
sangat jelas di sini adanya peran Brahmana
2. Teori Ksatria
 Teori Ksatria disebut juga Hipotesis Ksatria/Hipotesa Ksatria/Teori Bangsawan
 Ada tiga pendapat mengenai proses penyebaran kebudayaan Hindu – Buddha yang
dilakukan oleh golongan ksatria, yaitu:
 Cornelis Chirstian Berg/C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria yang turut
menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
 Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di
Indonesia
 Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan
bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai
 Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang kemudian
dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya
 Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu –
Buddha kepada keluarga yang dinikahinya tadi
 Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu – Buddha dalam kerajaan di Indonesia
 Sama seperti yang diungkap oleh C.C. Berg, Mookerji juga mengatakan bahwa
golongan ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu –
Buddha ke Indonesia
 Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi
sebuah kerajaan
 J.L. Moens mencoba menghubungkan proses terbentuknya kerajaankerajaan di
Indonesia pada awal Abad ke 5 dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang
sama
 Ternyata sekitar Abad ke 5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan
melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran
 Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia
3. Teori Waisya
 Teori Waisya disebut juga Hipotesis Waisya/Hipotesa Waisya/Teori Pedagang
 Teori Waisya dikemukan oleh Nicholaas Johannes Krom/N.J. Krom
 Ia menyebutkan bahwa proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha dibawa oleh
pedagang India
 Para pedagang India yang berdagang di Indonesia menyesuaikan dengan angin
musim
 Sambil menunggu perubahan arah angin, mereka dalam waktu tertentu menetap di
Indonesia
 Selama para pedagang India tersebut menetap di Indonesia, memungkinkan
terjadinya perkawinan dengan perempuanperempuan pribumi
 Menurut NJ. krom, mulai dari sini pengaruh kebudayaan India menyebar dan
menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia
4. Teori Sudra
 Teori Sudra disebut juga Hipotesis Sudra/Hipotesa Sudra/Teori Budak
 Teori ini dikemukakan oleh Von Van Faber
 Teori ini menyebutkan bahwa peperangan yang terjadi di India menyebabkan
golongan sudra menjadi buangan
 Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum Waisya. Dengan
jumlah yang besar
 diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu-
Buddha ke Indonesia
5. Teori Arus Balik
 Teori Arus Balik diseubt juga Hipotesis Arus Balik/Hipotesa Arus Balik/Teori Pergi –
Pulang
 Pendapat ini menjelaskan peran aktif dari orang-orang Indonesia yang
mengembangkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
 Pendapat mengenai keaktifan orang-orang Indonesia ini diungkap oleh Frederik
David Kan Bosch/F.D.K Bosch yang dikenal dengan Teori Arus Balik
 Teori ini menyebutkan bahwa banyak pemuda Indonesia yang belajar agama Hindu-
Buddha ke India
 Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali ke Indonesia untuk
menyebarkannya
 Masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia telah membawa perubahandalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia
 Perubahanperubahan itu antara lain tampak dalam bidang-bidang berikut ini
a) Bidang Pemerintahan
 Sebelum unsur kebudayaan dan agama Hindu-Buddha masuk, masyarakat dipimpin
oleh seorang kepala suku yang dipilih oleh anggota masyarakatnya
 Seorang kepala suku merupakan orang pilihan yang mengetahui tentang adat
istiadat dan upacara pemujaan roh nenek moyangnya dengan baik
 Ia juga dianggap sebagai wakil nenek moyangnya
 Ia harus dapat melindungi keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya
 Karena itulah larangan dan perintahnya dipatuhi oleh warganya
 Setelah masuknya unsur kebudayaan dan agama Hindu – Buddha terjadi perubahan
 Kedudukan kepala suku digantikan oleh raja seperti halnya di India
 Raja memiliki kekuasaan yang sangat besar
 Kedudukan raja tidak lagi dipilih oleh rakyatnya, akan tetapi diturunkan secara turun
temurun
 Raja dianggap sebagai keturunan dewa dan dianggap sebagai puncak dari segala hal
dalam negara
b) Bidang Sosial
 Pengaruh Hindu-Buddha dalam bidang sosial ditandai dengan munculnya
pembedaan yang tegas antar kelompok masyarakat
 Dalam masyaakat Hindu, pembedaan ini disebut dengan sistem kasta
 Sistem ini membedakan masyarakat berdasarkan fungsinya
 Golongan Brahmana (pendeta) menduduki golongan pertama
 Ksatria (bangsawan, prajurit) menduduki golongan kedua
 Waisya (pedagang dan petani) menduduki golongan ketiga, sedangkan Sudra (rakyat
biasa) menduduki golongan terendah atau golongan keempat
 Adanya pembagian masyarakat berdasarkan kasta berdampak pada perbedaan hak-
hak antara golongan-golongan kasta yang berlainan, terutama dalam hal pewarisan
harta, pemberian sanksi dan kedudukan dalam pemerintahan
c) Bidang Ekonomi
 Sejak terbentuknya jalur perdagangan laut yang menghubungkan India dan Cina,
kegiatan perdagangan di Kepulauan Indonesia berkembang pesat
 Daerah pantai timur Sumatra menjadi jalur perdagangan yang ramai dikunjungi para
pedagang
 Kapal-kapal dagang dari India dan Cina banyak yang singgah untuk menambah
persediaan makanan dan minuman, menjual dan membeli barang dagangan, atau
menanti waktu yang baik untuk berlayar
 Kemudian, muncul pusat-pusat perdagangan yang berkembang menjadi pusat
kerajaan
d) Bidang Agama
 Hubungan antara Indonesia dan pusat Hindu-Buddha di Asia berawal dari hubungan
dagang antara Indonesia, India dan Cina
 Hal ini menyebabkan pusat-pusat perdagangan di Indonesia juga menjadi pusat-
pusat Hindu – Buddha
 Selanjutnya pusat-pusat ini berkembang menjadi pusat kerajaan dan pusat
penyebaran Hindu – Buddha ke berbagai wilayah sesuai dengan cakupan wilayah
kerajaan
 Dengan tersebarnya agama Hindu – Buddha, banyak masyarakat di Indonesia yang
menganut agama Hindu atau Buddha
 Meskipun demikian, sistem kepercayaan terhadap roh halus yang sudah berkembang
sejak masa praaksara tidak punah
e) Bidang Kebudayaan
 Sebelum masuknya unsur kebudayaan dan agama Hindu-Buddha, telah berkembang
kebudayaan asli Indonesia
 Kemudian, setelah masuknya unsur kebudayaan dan agama Hindu-Buddha terjadilah
proses perpaduan antara dua kebudayaan tersebut
 Pepaduan itu disebut akulturasi
 Hasilnya adalah kebudayaan baru yang memiliki ciri khas dari masing-masing
kebudayaan
 Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan asli
Indonesia antara lain sebagai berikut
a. Seni Bangunan
 Bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi
antara unsur budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya asli Indonesia
 Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagian-
bagian candi dan stupa adalah unsur dari India
 Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden berundak yang
merupakan unsur Indonesia asli
 Bangunan punden berundak sebenarnya sudah berkembang dari masa praaksara,
sebagai penggambaran dari alam semesta yang bertingkat – tingkat
 Tingkat paling atas adalah tempat persemayaman nenek moyang
 Punden berundak menjadi sarana khusus untuk pemujaan terhadap roh nenek
moyang
b. Seni Rupa dan Seni Ukir
 Masuknya pengaruh Hindu-Buddha membawa perkembangan dalam bidang seni
rupa, seni pahat dan seni ukir
 Hal ini dapat dilihat pada relief/seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi
 Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di Candi
Borubudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha
 Di sekitar Sang Buddha terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung
dan burung merpati
c. Sastra dan Aksara
 Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari Mahabrata dan
Ramayana, melahirkan seni pertunjukan wayang kulit
 Isi dan cerita pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat
mendidik
 Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya asli dari
Indonesia
 Selain itu ada pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia
 Misalnya tokoh-tokoh punakawan seperti Semar, Gareng, Bagong dan Petruk
 Tokoh – tokoh ini tidak ditemukan di India
 Perkembangan sastra ini didukung oleh penggunaan Bahasa Sansekerta dan huruf –
huruf India seperti Pallawa, Prenagari, dan Dewanagari
Kerajaan Hindu Buddha

 Pada Masa Hindu – Buddha, banyak kerajaan yang bercorak Hindu & Buddha
 Berikut beberapa Kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia :
I. Kerajaan Kutai
 Kerajaan Kutai bernama resmi Kerajaan Kutai Martadipura
 Kerajaan Kutai Martadipura adalah kerajaan yang :
a. Memiliki bukti tertua di Indonesia
b. Kerajaan tertua kedua di Indonesia
c. Kerajaan tertua di Pulau Kalimantan
 Kerajaan Kutai Martadipura berdiri pada :
a. Abad ke 4 ( 350 M ) menurut Wikipedia Indonesia
b. Abad ke 5 ( 400 M ) menurut Buku IPS terbirtan Kemendikbud
 Kerajaan Kutai Martadipura beribukota di Hulu Sungai Mahakam, Muara Kaman,
Kalimantan Timur
 Raja pertama Kerajaan Kutai Martadipura adalah Kudungga dan dipimpin terakhir
kali oleh Dharma Setia Warman
 Berikut daftar nama Raja – Raja Kutai Martadipura :
1) Maharaja Kudungga dengan gelar Anumerta Dewawarman ( Raja pertama Kutai )
2) Maharaja Asmawarman
3) Maharaja Mulawarman ( Raja terkenal Kutai )
4) Maharaja Marawijaya Warman
5) Maharaja Gajayana Warman
6) Maharaja Tungga Warman
7) Maharaja Jayanaga Warman
8) Maharaja Nalasinga Warman
9) Maharaja Nala Parana Tungga Warman
10) Maharaja Gadingga Warman Dewa
11) Maharaja Indra Warman Dewa
12) Maharaja Sangga Warman Dewa
13) Maharaja Candrawarman
14) Maharaja Sri Langka Dewa Warman
15) Maharaja Guna Parana Dewa Warman
16) Maharaja Wijaya Warman
17) Maharaja Sri Aji Dewa Warman
18) Maharaja Mulia Putera Warman
19) Maharaja Nala Pandita Warman
20) Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
21) Maharaja Dharma Setia Warman ( Raja terakhir Kutai )
 Selama Kepemimpinan Kudungga, Kerajaan Kutai Martadipura masih banyak yang
menganut Animisme & Dinamisme
1
 Setelah 4 abad memimpin Kudungga digantikan oleh anaknya, yaitu Aswawarman
 Selama Kepemimpinan Aswawarman, Kerajaan Kutai Martadipura sudah mulai
banyak yang menganut Agama Hindu
 Selama Kepemimpinanya, Kerajaan Kutai Martadipura masih belum banyak dikenal
oleh kerajaan lain
1
 Setelah memimpin selama 4 abad, Aswawarman digantikan oleh anak bungsunya,
yaitu Mulawarman Nala Dewa
 Selama Kepemimpinan Mulawarman Nala Dewa, Kerajaan Kutai Martadipura mulai
dikenal oleh Kerajaan – Kerajaan dalam negeri maupun luar negeri
 Ketenaran Kerajaan Kutai Martadipura & Mulawarman Nala Dewa pun melejit pada
saat Mulawarman Nala Dewa memberi 20.000 ekor sapi kepada Kaum Brahmana
 Selain itu, Mulawarman Nala Dewa juga membuat Yupa yang berisi tentang
kehidupan, silsilah, dan kebaikan Raja – Raja Kutai Martadipura
 Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Kutai adalah usaha peternakan
 Disamping peternakan, masyarakat Kutai melakukan pertanian
 Letak kerajaan Kutai di tepi sungai, sangat mendukung untuk pertanian
 Selain itu, masyarakat Kutai juga melakukan perdagangan
 Diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang dengan luar
 Jalur perdagangan internasional dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina
dan sampai di Cina
 Dalam pelayarannya dimungkinkan para pedagang itu singgah terlebih dahulu di
Kutai
 Kerajaan Kutai Martadipura hancur pada abad ke 17 ( 1605 M )
 Kerajaan Kutai Martadipura hancur karena adanya perebutan wilayah kekuasaan
antara Kerajaan Kutai Martadipura ( dipimpin oleh Raja Dharma Setia Warman ) dan
Kesultanan Kutai Kartanegara ( dipimpin oleh Pangeran Aji Anum Pendapa )
 Alhasil Kerajaan Kutai Martadipura diambil alih oleh Kesultanan Kutai Kartanegara
 Hal ini diakibatkan kalahanya tentara Kutai Martadipura serta tewasnya pemimpin
perang, yaitu Raja Dharma Setia Warman
 Berikut peninggalan – peninggalan Kerajaan Kutai Martadipura :
a) 7 buah Yupa
b) Meriam
c) Kalung Uncal
d) Kura – Kura Emas
e) Porselen Kuno Tiongkok
II. Kerajaan Tarumanagara
 Kerajaan Tarumanagara adalah :
a. Kerajaan Tertua ke 3 di Indonesia
b. Kerajaan dengan bukti sejarah Tertua di Pulau Jawa menurut Buku IPS terbitan
Kemendikbud
c. Kerajaan Tertua ke 2 di Pulau Jawa menurut Wikipedia Ensiklopedia Indonesia
 Nama Tarumanagara berasal dari dua kata, yaitu Tarum = Sungai/Nila & Nagara =
Kerajaan/Negara
 Arti Tarumanagara secara keseluruhan adalah Kerajaan yang berdiri ditepi sungai
 Kerajaan Tarumanagara berdiri pada Abad ke 4 ( 358 M ) dan pecah pada Abad ke 7
( 669 M )
 Kerajaan Tarumanagara beribukota di Sundapura ( sekarang Babelan, Bekasi Utara )
 Kerajaan Tarumanagara adalah kerajaan yang menganut Hindu aliran Wisnu
 Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanagara terletak pada prasasti – prasasti yang
ditinggalkan
 Selain itu, sumber lain tentang kerajaan Tarumanegara diperoleh dari catatan
seorang musafir Cina yang bernama Fa-Hien
 Dalam perjalanan ke Indiaia singgah di Ye-Po-Ti ( Pulau Jawa/Jawadipa )
 Berdasarkan sumber-sumber tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai
kehidupan masyarakat Tarumanegara
 Mata pencahariannya adalah bertani dan berdagang. Menurut berita yang ditulis Fa
– Hien barang yang diperdagangkan adalah cula badak, kulit penyu dan perak
 Fa – Hien juga menjelaskan di Tarumanegaa terdapat tiga agama, yakni Agama Hindu,
Agama Buddha dan Kepercayaan Animisme
 Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari
To-lo-mo ( Taruma ) yang terletak di sebelah selatan
 Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang
utusan dari To – lo – mo
 Raja Pertama Kerajaan Tarumanagara adalah Jayasingawarman dan dipimpin
terakhir kali oleh Linggawarman
 Berikut daftar nama Raja – Raja Kerajaan Tarumanagara Menurut Naskah
Wangsakerta :

Raja – Raja Tarumanagara


Masa
No. Nama Raja
pemerintahan
Jayasingawarman ( Raja pertama
1 358 M – 382 M
Tarumanagara )
2 Dharmayawarman 382 M – 395 M
3 Purnawarman ( Raja terkenal Tarumanagara ) 395 M – 434 M
4 Wisnuwarman 434M – 455 M
5 Indrawarman 455 M – 515 M
6 Candrawarman 515 M – 535 M
7 Suryawarman 535 M – 561 M
8 Kertawarman 561 M – 628 M
9 Sudhawarman 628 M – 639 M
10 Hariwangsawarman 639 M – 640 M
11 Nagajayawarman 640 M – 666 M
12 Linggawarman ( Raja terakhir Tarumanagara ) 666 M – 669 M
 Selama Kepemimpinan Jayasingawarman, Kerajaan Tarumanagara tidak berubah
signifikan
1
 Setelah kurang lebih 4 abad memimpin, Jayasingawarman digantikan oleh
Dharmayawarman
 Selama Kepemimpinan Dharmayawarman, Kerajaan Tarumanagara tidak juga
berubah signifikan
 Selama 15 tahun memimpin, Dharmayawarman digantikan oleh Purnawarman
 Purnawarman adalah raja yang gagah, berani, dan tegas
 Purnawarman juga dekat dengan Kaum Brahmana dan rakyatnya
 Selama Kepemimpinan Purnawarman, Kerajaan Tarumanagara berubah signifikan
 Purnawarman memerintahkan untuk membangun irigasi dengan cara menggali
saluran sepanjang 6112 Tumbak/11 KM
 Saluran itu diberi nama Sungai Gomati yang berfungsi untuk irigasi, dan mencegah
banjir
2
 Setelah 5 abad memerintah, Purnawarman digantikan oleh Wisnuwarman
 Selama Kepemimpinan Wisnuwarman, Kerajaan Tarumanagara mulai turun
kepopuleranya
 Kerajaan Tarumanagara pecah pada Abad ke 7 ( 669 M ) akibat serangan Sriwijaya

 Pada esoknya, Raja Tarumanagara terakhir, Linggawarman menyatakan pemecahan


kerajaan menjadi dua, yaitu :

I. Kerajaan Pasundan yang diperintah oleh Tarusbawa

II. Kerajaan Sunda Galuh yang diperintah oleh Wretikandayun

 Berikut peninggalan – peninggalan Kerajaan Tarumanagara :


a) Prasasti Ciaruteun
 Prasasti Ciaruteun adalah Prasasti Kerajaan Tarumanagara yang ditemukan di tepi
sungai Ciaruteun yang tidak jauh lokasinya dari sungai Cisadane
 Prasasti Ciaruteun berada di desa Ciaruteun Ilir yakni di kecamatan cibungbulang,
kabupaten bogor atau lebih tepatnya Kurang lebih 12 Km sebelah barat laut dari
pusat Kota Bogor sendiri
 Prasasti Ciaruteun dibuat dari batu alam atau batu kali
 Batu ini memiliki berat kurang lebih 8 kg serta berukuran 200 Cm x 150 Cm
 Pada tahun 1823 Prasasti Ciaruteun pernah hanyut beberapa meter yang disebabkan
oleh derasnya aliran sungai dan juga bagian batu yang bertulis terbalik posisinya ke
arah bawah
 Setelah hanyut pada tahun 1893 prasasti ini dikembalikan ke tempat semulanya.
Pada tahun 1903 Prasasti Ciaruteun awalnya dikenal dengan sebutan prasasti
Ciampea
 Prasasti ini sendiri memiliki daya tarik yang luar biasa dimana prasasti ini terdapat
lukisan laba-laba serta tapak kaki yang dipahatkan di sebelah atas hurufnya
 Prasasti ini memiliki empat baris aksara Pallawa yang disusun dalam bahasa
Sanskerta yang ditulis dalam bentuk Puisi India dengan Irama anustubh
b) Prasasti Tugu
 Prasasti Tugu isinya menceritakan tentang adanya penggalian Sungai Candrabaga
oleh Rajadirajaguru/Jayasingawarman serta penggalian Sungai Gomati oleh
Purnawarman
 Perlu kita ketahui penggalian sungai tersebut adalah gagasan Untuk menghindari
terjadinya bencana alam berupa banjir yang sering terjadi dan juga kekeringan yang
terjadi pada saat musim kemarau pada pemerintahan purnawarman

 Prasasti Tugu yang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Tarumanegara ini
ditemukan Kampung Batu tumbuh Desa tugu yang sekarang telah menjadi bagian
wilayah kelurahan Tugu selatan, kecamatan Koja, Jakarta Utara

 Untuk bahan nya sendiri batu Prasasti Tugu ini dipahatkan pada sebuah batu yang
berbentuk bulat telur berukuran kurang lebih 1 M
c) Prasasti Kebon Kopi I
 Prasasti Kebon Kopi I terletak di Kampung Muara yang termasuk wilayah Desa
Ciaruteun Ilir
 Prasasti ini pertama kali ditemukan pada Abad ke 19 M, yakni saat dilakukan
penebangan hutan untuk lahan perkebunan kopi Oleh sebab itu dinamailah prasasti
ini dengan Prasasti Kebon Kopi I
 Lokasi dari Prasasti ini merupakan kawasan dari pertemuan tiga sungai yaitu sungai
Cisadane di bagian timur, sungai Cianten di bagian Barat, serta Sungai Ciaruteun di
bagian Selatan dan juga Sungai Cianten yang bertemu dengan Sungai Cisadane di
bagian utara
 Lokasi ini memiliki jarak kurang lebih 19 Km ke arah barat barat laut dari pusat Kota
Bogor yang menuju arah Ciampea
 Untuk bahan pembuat dari Prasasti ini, Prasasti Kebon Kopi I dipahatkan pada batu
datar dibagian atasnya yang berasal dari bahan andesit berwarna kecoklatan yang
memiliki ukuran 164 Cm x 104 Cm x 62 Cm
 Pada permukaan batu dipahatkan bentuk sepasang telapak kaki gajah yang mengapit
sebaris tulisan dengan huruf pallawa serta bahasa yang digunakan menggunakan
bahasa sanskerta
d) Prasasti Kebon Kopi II
 Selain Prasasti Kebon Kopi I Kerajaan Tarumanegara juga meninggalkan peninggalan
sejarahnya berupa Prasasti Kebon Kopi II akan tetapi prasasti ini telah hilang dicuri
pada tahun 1940
 Menurut pakar F.D.K Bosch yang sempat meneliti prasasti ini, prasasti kebon kopi II
ditulis dalam bahasa melayu kuno yang isinya menyatakan “ Raja sunda menduduki
kembali tahtanya ”
 Prasasti Kebon Kopi II ditemukan tidak jauh dari Prasasti Kebon Kopi I dengan jarak
kira-kira 1 Km
 Prasasti ini ditemukan di Kampung Pasir Muara yang lebih tepatnya di desa
Ciaruteun Ilir yakni pada Abad ke 19
e) Prasasti Cidanghiyang/Munjul
 Prasasti Cidanghiyang pertama kali dilaporkan ke dinas purbakala pada tahun 1947
oleh Toebagus Roesjan, akan tetapi prasasti ini baru diteliti pada tahun 1954
 Prasasti cidanghiyang memiliki beberapa baris kalimat puisi yang ditulis dengan
huruf Pallawa yang dibuat dengan menggunakan bahasa Sansekerta, puisi tersebut
berisikan pujian serta pengagungan terhadap Raja Kerajaan Tarumanegara pada saat
itu yakni Raja Purnawarman
 Lokasi Prasasti Cidanghiyang yakni di tepi sungai Cidanghiyang yaitu di desa Lebak,
Kecamatan Munjul
 Perlu anda ketahui bahwa Prasati Cidanghiyang dibentuk atau dipahatkan pada batu
dengan bentuk alami dengan ukuran 3 M X 2 M X 2 M
f) Prasasti Muara Cianten/Pasir Muara
 Prasasti Muara Cianten adalah merupakan prasasti peninggalan Kerajaan
Tarumanegara yang ditemukan oleh N.W. Hoepermans yaitu pada tahun 1864
 Prasasti Ini pertama kali ditemukan di Pasir Muara persawahan yang letaknya di tepi
sungai Cisadane dengan lokasi berdekatan dengan Muara Cianten
 Prasati muara cianten dahulu dikenal dengan sebutan Prasasti Pasir Muara karena
lokasinya yang masuk ke wilayah Kampung Pasir Muara
 Prasasti ini berisikan pesan yaitu bahwa pada tahun 854 M pemerintahan negara
telah dikembalikan di Kerajaan Sunda
 Prasasti Muara Cianten dipahatkan pada suatu batu besar yang alami dengan ukuran
prasasti 2.70 X 1.40 X 1.40 M
g) Prasasti Jambu/Pasir Kolengkak
 Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara berikutnya adalah Prasasti Jambu atau
sering disebut juga Pasir Kolengkak
 Prasasti jambu ini ditemukan dilokasi perkebunan Jambu
 Prasasti Jambu Terletak di Pasir Sikolengkak yakni di wilayah Kampung Pasir Gintung,
Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor
 Perlu kita ketahui prasasti Ini pertama kali ditemukan pada tahun 1854 oleh Yoolion
Herdika Sava dan Tryan Martin dan dilaporkan kepada Dinas Purbakala pada tahun
1947 yang kemudian diteliti untuk pertama kalinya pada tahun 1954
 Prasasti Jambu dipahatkan pada batu dengan bentuk yang alami dari alam dengan
ukuran sisi-sisinya kurang lebih 2 – 3 M
h) Prasasti Pasir Awi
 Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang terakhir adalah prasasti pasir Awi
 Prasasti ini ditemukan pertama kalinya pada tahun 1864 oleh N.W. Hoepermans
 Prasasti ini terletak di lereng Selatan bukit Pasir Awi dengan ketinggian kurang lebih
559 mdpl, yakni di kawasan hutan Perbukitan cipamingkis
 Prasasti Awi pasir Awi sendiri berpahatkan gambar dahan dengan ranting serta
dedaunan dan juga buah-buahan serta berpahatkan gambar sepasang telapak kaki
yang dipahatkan pada batu alam
i) Percandian Batujaya
j) Percandian Cibuaya
k) Candi Cangkuang
III. Kerajaan Sriwijaya
 Kerajaan Sriwijaya dikenal juga Kadatuan Sriwijaya
 Kerajaan Sriwijaya berdiri pada Abad ke 7 ( 671 M ) dan pecah pada Abad ke 14
( 1377 M )
 Kerajaan Sriwijaya beribukota di Tepi Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan
 Kerajaan Sriwijaya dipimpin pertama kali oleh Dapunta Hyang/Sri Jayanasa dan
diperintah terakhir kali oleh Sangrama Vijayotunggawarman
 Berikut daftar nama Raja – Raja Kerajaan Sriwijaya :

Raja – Raja Sriwijaya

No. Nama Raja Masa Pemerintahan Dinasti/Wangsa


1 Dapunta Hyang/Sri Jayanasa ( Raja 671 M – 702 M -
pertama Sriwijaya )
2 Sri Indrawarman 702 M – 728 M -
3 Rudra Wikraman 728 M – 775 M -
4 Sri Maharaja Wisnu 775 M – 778 M Syailendra
5 Dharanindra/Rakai Panunggalan 778 M – 782 M Syailendra/Sanjaya
6 Samaragrawira/Rakai Warak 782 M – 792 M Syailendra/Sanjaya
7 Samaratungga/Rakai Garung 792 M – 840 M Syailendra/Sanjaya
8 Balaputradewa ( Raja terkenal 840 M – 960 M Syailendra
Sriwijaya )
9 Sri Udayaditya Warmadewa 960 M – 988 M Syailendra
10 Sri Cudamani Warmadewa 988 M – 1008 M Syailendra
11 Sri Mara Wijayotunggawarman 1008 M – 1017 M Syailendra
12 Sangrama Vijayotunggawarman ( Raja 1017 M – 1030 M Syailendra
terakhir Sriwijaya )
Raja – Raja Sriwijaya dibawah Kekuasaan Kerajaan Cholamandala

No. Nama Raja Masa Pemerintahan Dinasti/Wangsa


1 Rajendra Chola I 1030 M – 1044 M – Chola
1070 M
2 Kulothunga Chola I 1070 M – 1120 M – Chola
1183 M
3 Trailokyaraja 1183 Mauli
 Selama Kepemimpinan Dapunta Hyang, Kerajaan Sriwijyaya banyak berubah antara
lain :
A. Kerajaan Sriwijaya pernah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha
di Asia Tenggara
B. Pulau Bangka dan Jambi Hulu telah ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya
pada tahun 686 Masehi

 Pada masa itu, Kerajaan Sriwijaya didatangi oleh I – Tsing seorang Biksu Buddha yang
ingin belajar tata Bahasa Sansekerta sebelum ia ke India
 Saat I – Tsing belajar di Sriwijaya ia diajar oleh Sakyakirti
 Selama ia belajar, ia juga mendeskripsikan Kerajaan Sriwijaya
 Berikut kutipan I – Tsing di Sriwijaya

“.... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau pada Lautan Selatan percaya dan
mengagumi Buddha, dihati mereka telah tertanam perbuatan baik. Di dalam benteng kota
Sriwijaya dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan tekun dan
mengamalkannya dengan baik.... Jika seorang biarawan Cina ingin pergi ke India untuk
belajar Sabda, lebih baik ia tinggal dulu di sini selama satu atau dua tahun untuk mendalami
ilmunya sebelum dilanjutkan di India”.
 Setelah 31 tahun memimpin, Dapunta Hyang digantikan oleh Sri Indrawarman
 Selama Kepemimpinan Sri Indrawarman, tidak terlalu banyak perubahan di Sriwijaya
 Setelah kepemimpinannya, Sri Indrawarman digantikan oleh Rakai Wikraman dan
digantikan oleh Sri Maharaja Wisnu
 Selama Kepemimpinan Wisnu, Kerajaan Sriwijaya dipindah ibukotanya ke Jawa
 Setelah kepemimpinannya, Sri Maharaja Wisnu digantikan Dharanindra yang juga
memimpin Kerajaan Mataram Kuno Buddha
 Setelah kepemimpinannya, Dharanindra digantikan oleh Samaragrawira dan
digantikan oleh Samaratungga
 Selama Kepemimpinan Samaratungga, Kerajaan Sriwijaya – Medang membangun
suatu candi besar, yaitu Candi Borobudur
 Candi Borobudur dibangun pada Abad ke 7 – 8 ( 780 – 840 ) dengan arsitektur
Gunadarma
 Setelah kepemimpinan Samaratungga, Samaratungga digantikan oleh
Balaputradewa
 Selama Kepemimpinan Balaputradewa, Balaputradewa membuat kebijakan –
kebijakan yang menghantarkan Masa Emas Kerajaannya
 Berikut kebijakan – kebijakan Balaputradewa :
A. Mengembalikan ibukota Sriwijaya ke Sumatera
B. Membangun benteng – benteng di Jawadipa maupun Suwarnadipa
C. Memperkuat Armada Laut Sriwijaya
D. Memperkuat Ilmiah Agama Buddha di kalangan masyarakat
 Setelah Balaputradewa mangkat, ia digantikan oleh Sri Udayaditya
 Selama kepemimpinannya, Kerajaan Sriwijaya menurun kekuatan lautnya
 Kerajaan Sriwijaya dipimpin terakhir kali oleh Sangrama Vijayotunggawarman
 Selama Kepemimpinannya, Kerajaan Sriwijaya banyak mendapat serangan dari
Kerajaan Cholamandala dibawah pimpinan Rajendra Chola I
 Akhirnya Kerajaan Sriwijaya runtuh dibawah Kerajaan Cholamandala dan berganti
nama menjadi Dharmasraya pada abad ke 12 ( 1183 M ) dengan ibukota Hulu Sungai
Batang Hari, Jambi
 Pada Abad ke 14 ( 1377 M ) Kerajaan Dharmasraya runtuh dan digantikan oleh
Kerajaan Pagar Uyung ( Sekarang menjadi Kesultanan Pagar Uyung Darul Qarar )
 Berikut peningalan – peningalan Kerajaan Sriwijaya :
a) Prasasti Kedukan Bukit
 Ditemukan di dekat Kota Palembang dan berangka tahun 683 Masehi
 Berisi cerita tentang Raja Sriwijaya (Dapunta Hyang) yang mengadakan perjalanan
suci dari Minanga Tamwan untuk mendapatkan Siddhayatra dan keberhasilnya
memakmurkan Kerajaan Srwijaya
b) Prasasti Talang Tuo
 Louis Constant Westenenk yang merupakan seorang residen Palembang pada
tanggal 17 November 1920 menemukan sebuah prasasti di kaki Bukit Seguntang
tepian utara Sungai Musi
 Prasasti Talang Tuwo merupakan sebuah prasasti yang berisi doa-doa dedikasi
 Prasasti ini menggambarkan bahwa aliran Budha yang digunakan Sriwijaya pada
masa itu adalah aliran Mahayana
 Hal ini dibuktikan dari digunakannya kata-kata khas aliran Budha Mahayana seperti
bodhicitta, vajrasarira, annuttarabhisamyaksamvodhi, dan mahasattva
c) Prasasti Kerang Berahi
 Tokoh yang menemukan oleh Kontrolir L.M. Berkhout pada tahun 1904 di tepian
Batang Merangin Jambi
 Sama yang telah dijelaskan sebelumnya yakni prasasti Telaga Batu, Prasasti Palas
Pasemah, dan Prasasti Kota Kapur, Prasasti Karang Birahi menceritakan tentang
kutukan pada mereka yang berbuat jahat dan tidak setia pada sang Raja Sriwijaya
d) Prasasti Leiden
 Prasasti Leiden ditulis di pada lempeng tembaga dengan bahasa Sansekerta dan
Tamil
 Saat ini Prasasti Leiden berada di Museum Belanda
 Isinya menceritakan mengenai hubungan baik antara dinasti Chola dari India Selatan
dengan dinasti Sailendra dari Sriwijaya
e) Prasasti Palas Pasemah
 Prasasti Palas Pasemah merupakan sebuah prasasti yang berhasil ditemukan di
sebuah pinggiran rawa di desa Palas Pasemah, Lampung Selatan
 Prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno beraksara Pallawa ini tersusun
atas 13 baris kalimat
f) Prasasti Hujung Langit
 Prasasti Hujung Langit yakni prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan
di desa Haur Kuning, Lampung
 Sama dengan prasasti lainnya, prasasti Hujung Langit juga ditulis dengan bahasa
Melayu Kuno dan aksara Pallawa
 Susunan pesan dalam prasasti ini tidak cukup jelas karena tingkat keausan batunya
sangat tinggi
 Akan tetapi, setelah diidentifikasi prasasti ini diperkirakan berasal dari tahun 997 M
dan isinya menjelaskan tentang pemberian tanah sima
g) Prasasti Kota Kapur
 Prasasti Kota Kapur ditemukan di pesisir Pulau Bangka sebelah Barat
 Prasasti yang ditulis dengan bahasa Melayu Kuno beraksara Pallawa ini ditemukan
pada Desember 1892 oleh J.K. Van Der Meulen
 Isinya dari Prasasti Kota Kapur menjelaskan mengenai kutukan bagi siapa saja yang
membantah titah dari kekuasaan kemaharajaan Sriwijaya
h) Prasasti Telaga Batu
 Prasasti Telaga Batu merupakan sekumpulan prasasti yang ditemukan di sekitar
kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang
 Prasasti-prasasti ini berisi mengenai kutukan pada mereka yang melakukan
perbuatan jahat di kedatuan Sriwijaya
 Kini, prasasti-prasasti ini disimpan di Museum Nasional, Jakarta
i) Prasasti Ligor
 Ditemukan di Tanah Genting (Thailand) dan berangka tahun 775 Masehi
 Prasasti ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang
 Bagian depan bersisi tentang bangunan Trisamaya Caiya (bangunan suci yang terbuat
dari batu bata untuk Budha), Awalokiteswara, dan Wajrapani
 Bagian belakang berisi tentang Raja Wisnu dan keluarga Sri Maharaja Syailendra
j) Prasasti Katon
 Ditemukan di Kanton (China) dan berangka tahun 1079 M
 Berisi tentang bantuan Raja Sriwijaya dalam memperbaiki sebuh kuil agama Thao di
Kanton
k) Prasasti Nalanda
 Ditemukan di Benggala (India) dan berangka tahun 860 Masehi
 Prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa yang membangun tempat
tinggal untuk para pelajar dan sebuah biara di Benggala
l) Prasasti Srilanka
 Diperkirakan dibuat pada abad XII
 Dalam prasasti ini menyebutkan bahwa Suryanaraya dari wangsa Malayupura
dinobatkan sebagai maharaja di Suwarnapura
m) Prasasti Grahi
 Berangka tahun 1183 M dan menyebutkan nama seorang raja Srimat Trilokyaraja
 Maulibhusanawarmadewa memerintahkan Maha Senapati Jalanai yang memerintah
Grahi untuk membuat arca Budha
n) Prasasti Chaiya
 Ditemukan di Candra Bhanu (Malaysia Barat) dan berangka tahun 1230 M
 Menyebutkan tentang raja Tambralingga, Candra Bhanu, Sri Dharmaraja
menyamakan diri dengan raja Asoka, jasa-jasanya terhadap umat
manusia disamakan dengan bulan dan matahari
o) Prasasti Tanjore
 Ditemukan di India dan berangka tahun 1030 M
 Dibuat oleh raja Cola yang bernama Rajendracoladewa
 Disebutkan bahwa pada tahun 1017 M pasukannya menyerang kerajaan
Swarnabhumi (Sumatera)
 Serangan itu diulang kembali pada tahun 1025, rajanya yang bernama Sanggrama
Vijayatunggawarman berhasil ditawan oleh pasukan Cola, tetapi akhirnya Sanggrama
Vijaya dilepaskan
p) Candi Muara Takus
IV. Kerajaan Mataram Kuno – Kerajaan Medang – Kerajaan Kahuripan
 Kerajaan Mataram Kuno adalah Kerajaan pecahan dari Kerajaan Sunda Galuh
 Kerajaan Mataram Kuno resmi berdiri pada Abad ke 8 ( 752 M ) dan berganti nama
pada Abad 10 ( 929 M ) dan vakum pada 1016 dan berganti nama lagi pada Abad ke
11 ( 1019 ) dan akhirnya pecah pada 1045 M
 Sebenarnya Kerajaan Mataram Kuno sudah berdiri sekitar 716 M
 Kerajaan Mataram Kuno beribukota di Yogyakarta ( Mataram Kuno ) lalu berpindah
ke Jombang ( Medang ) lalu berpindah lagi ke Sidoarjo ( Kahuripan )
 Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya &
Syailendra
 Sedangkan Kerajaan Medang hanya dipimpin oleh satu dinasti, yaitu Dinasti Isyana
 Kerajaan Mataram Kuno – Kerajaan Medang – Kerajaan Kahuripan diperintah
pertama kali oleh Sri Sanjaya dan diperintah terakhir kali oleh Airlangga
 Khusus Kerajaan Mataram Kuno pertama kali diperintah oleh Sri Sanjaya dan
diperintah terakhir kali oleh Rakai Sumba Dyah Wawa dengan Pjs. – nya, Mpu Sindok
 Berikut daftar nama Raja – Raja Kerajaan Mataram Kuno – Kerajaan Medang –
Kerajaan Kahuripan :

Raja – Raja Mataram Kuno

No. Nama Raja Masa Pemerintahan Wangsa/Dinasti


1 Sri Sanjaya ( Raja pertama Mataram 716 M – 746 M Sanjaya
Kuno )
2 Rakai Panangkaran 746 M – 784 M Syailendra/Sanjaya
3 Rakai Panunggalan/Dharanindra 784 M – 803 M Syailendra/Sanjaya
4 Rakai Warak/Samaragrawira 803 M – 827 M Syailendra/Sanjaya
5 Rakai Garung/Samaratungga 827 M – 847 M Syailendra/Sanjaya
6 Rakai Pikatan 847 M – 855 M Sanjaya
7 Rakai Kayuwangi/Dyah Lokapala 855 M – 885 M Sanjaya
8 Rakai Watuhumalang 885 M – 898 M Sanjaya
9 Rakai Watukura Dyah Balitung ( Raja 898 M – 911 M Sanjaya
terkenal Mataram Kuno )
10 Sri Maharaja Daksottama/Mpu Daksa 910 M – 919 M Sanjaya
11 Rakai Layang Dyah Tuludong 919 M – 924 M Sanjaya
12 Rakai Sumba Dyah Wawa ( Raja 924 M – 929 M Sanjaya
terakhir Mataram Kuno )

Raja – Raja Medang – Kahuripan

No. Nama Raja Masa Pemerintahan Wangsa/Dinasti


1 Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana 929 M – 948 M Isyana
Wikrama Dharmatunggadewa/Mpu
Sindok ( Raja pertama Medang )
2 Sri Isyanatunggawijaya 948 M – 990 M Isyana
3 Sri Makutawang Swardhana 990 M – 991 M Isyana
4 Sri Dharmawangsa Teguh 991 M – 1016 M Isyana
Anantawikrama ( Raja terakhir
Medang )
5 Airlangga ( Raja pertama & terakhir 1019 M – 1045 M Isyana
Kahuripan )
 Selama Kepemimpinan Raja Sanjaya, Rakyat Kerajaan Mataram Kuno hidup damai
dan saling berdampingan antara Wangsa Sanjaya & Syailendra
 Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran
 Selama Kepemimpinan Rakai Panangkaran, Kerajaan Mataram Kuno mulai ada
perselisihan antara Wangsa Syailendra & Sanjaya
 Setelah Rakai Panangkaran digantikan oleh Dharanindra, Kerajaan Mataram Kuno
terbagi atas dua kepemimpinan, yaitu Kepemimpinan Sanjaya & Kepemimpinan
Syailendra ( berafiliasi dengan Sriwijaya )
 Setelah 19 tahun memerintah, Dharanindra digantikan oleh Rakai Warak, tetapi
hanya memrintah selama 24 tahun dan digantikan oleh Rakai Garung
 Selama Kepemimpinan Rakai Garung, Kerajaan Mataram Kuno meresmikan suatu
candi Buddha yang bernama Borobudur
 Setelah Rakai Garung digantikan oleh Rakai Pikatan, Wangsa Sanjaya & Wangsa
Syailendra bersatu kembali karena Rakai Pikatan menikahi Pramodhawardhani yang
berasal dari Wangsa Syailendra
 Akibat dari pernikahan tersebut, Kerajaan Mataram Kuno bertambah luas
wilayahnya
 Setelah Rakai Pikatan digantikan oleh Dyah Balitung, Kerajaan Mataram Kuno
mencapai masa emasnya
 Setelah Dyah Balitung digantikan oleh Mpu Daksa lalu digantikan lagi oleh Dyah
Tulodong, Kerajaan Mataram Kuno mengalami penurunan
 Setelah Dyah Tulodong digantikan oleh Rakai Sumba Dyah Wawa, Kerajaan Mataram
Kuno mendapat banyak masalah, antara lain :
A. Meletusnya Gunung Merapi
B. Serangan Kerajaan Sriwijaya
C. Perebutan kekuasaan antara Wangsa Sanjaya & Wangsa Syailendra
 Pada saat itu juga, Mpu Sindok sebagai Pjs.Kerajaan Mataram Kuno langsung
memindahkan Pusat Kerajaan Mataram Kuno ke arah Jawa Timur, tepatnya di
Jombang
 Disitulah akhir Kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno dan berganti menjadi Kerajaan
Medang
 Kerajaan Medang dipimpin pertama kali oleh Mpu Sindok dan dipimpin terakhir kali
oleh Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikrama
 Selama Kepemimpinan Mpu Sindok, Kerajaan Medang hanya memiliki satu wangsa,
yaitu Wangsa Isyana
 Setelah Kepemimpinan Mpu Sindok berakhir, Mpu Sindok digantikan oleh anaknya,
Sri Isyanatunggawijaya lalu digantikan oleh Sri Makutawang Swardhana
 Setelah Kekuasaan Sri Makutawang Swardhana berakhir, Sri Makutawang
Swardhana digantikan oleh Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikrama
 Pada masa kepemimpinannya, S. Dharmawangsa T.A. melancarkan serangan ke
Sriwijaya untuk mematahkan Monopoli Perdagangan Sriwijaya dan akhirnya bisa
menguasai Palembang
 Akan tetapi upaya ini gagal karena pertahanannya lemah dan dapat dipukul oleh
Pasukan Sriwijaya
 Padat tahun 1016 M, Raja Wurawari dari Kerajaan Lwaram yang didukung oleh
Sriwijaya menyerang Dharmawangsa
 Pada saat itu juga Dharmawangsa sedang menikahkan putrinya dengan Putra Raja
Udayana yang bernama Airlangga dan terjadilah Mahapralaya/Kematian Besar
terhadap seluruh Keluarga Dharmawangsa & Airlangga
 Akan tetapi Airlangga & Norotama ( pengikut Airlangga ) berhasil melarikan diri ke
Hutan Gunung di Wonogiri
 Disitulah akhir Kekuasaan Kerajaan Medang dan berganti menjadi Kerajaan
Kahuripan setelah vakum selama 3 tahun
 Pada tahun 1019 M, Airlangga dinobatkan menjadi Raja mengantikan
Dharmawangsa oleh para Biksu Buddha
 Pada tahun yang sama, ia mengadakan pemulihan hubungan dengan Sriwijaya
 Pada tahun 1037 M, Airlangga berhasil mempersatukan kembali daerah – daerah
yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa dan juga memindahkan ibukota Kahuripan
ke Sidoarjo
 Pada tahun 1042 M, Airlangga menyerahkan kekuasaannya kepada Sangrama Wijaya
Tunggadewi akan tetapi Sangrama menolak dan menjadi seorang petapa dengan
nama Ratu Giriputri
 Pada tahun 1045 M, Kerajaan Kahuripan dibuat ribut akibat perebutan antara kedua
putranya
 Akhirnya, Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan,
yaitu :
A. Kerajaan Kediri/Panjalu yang dipimpin oleh Sri Samarawijaya
B. Kerajaan Janggala yang dipimpin Mapanji Garasakan
 Berikut peningalan – peningalan Kerajaan Mataram Kuno – Medang – Kahuripan
a) Candi Borobudur
 Candi peninggalan Kerajaan Mataram Lama yang satu ini sudah terkenal ke seluruh
penjuru dunia sebagai candi Budha terbesar yang pernah ada
 Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah dan diperkirakan berasal dari ke
8 Masehi
b) Candi Mendut
 Candi Mendut merupakan candi peninggalan agama Buddha yang diperkirakan
dibangun sejak Mataram berada di bawah kepemimpinan Raja Indra dari Dinasti
Syailendra
 Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah
 Candi Sewu terletak di kawasan sekitar candi Prambanan, tepatnya di Desa Bugisan,
Kec. Prambanan, Kab. Klaten, Jawa Tengah
 Candi Sewu adalah candi Budha terbesar kedua setelah Borobudur
c) Prasasti Sojomerto
 Prasasti berbahasa Melayu Kuno yang ditemukan di desa Sojomerto, Kabupaten
Pekalongan
 Prasasti ini menjelaskan bahwa Syailendra adalah penganut agama Buddha
d) Prasasti Kalasan
 Prasasti ini berisi tentang kabar seorang raja Dinasti Syailendra yang membujuk
Rakai Panangkaran agar mendirikan bangunan suci untuk Dewi Tara dan sebuah
vihara bagi para pendeta Buddha
e) Prasasti Canggal
 Prasasti ini ditemukan di Gunung Wukir, Desa Canggal
 Isinya berupa peringatan pembuatan lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya
f) Prasasti Klurak
 Prasasti yang ditemukan di daerah Prambanan ini berisi tentang berita pembuatan
arca Manjusri sebagai wujud Sang Budha, Wisnu, dan Sanggha
 Prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini juga menyebut nama Raja Indra
sebagai raja yang berkuasa pada saat itu
g) Candi Dieng
h) Candi Gedongsongo
i) Candi Prambanan
j) Candi Belahan
k) Candi Tegawangi
l) Candi Pawon
m) Candi Sewu
n) Prasasti Kamalagyan
o) Arca Dewi Klisuci
p) Arca Airlangga
V. Kerajaan Kadiri
 Kerajaan Kadiri disebut juga Kerajaan Panjalu
 Kerajaan Kadiri merupakan Kerajaan pecahan Kerajaan Kahuripan sekaligus musuh
Kerajaan Janggala
 Kerajaan Kadiri berdiri pada Abad ke 11 ( 1042 M ) dan runtuh pada Abad ke 13
( 1222 M ) dan berada dibawah kekuasaan Singasari selama 70 tahun dan merdeka
tetapi runtuh pada tahun 1293 M
 Kerajaan Kadiri beribukota di Daha ( sekarang Kota Kediri, Jawa Timur )
 Kerajaan Kadiri dipimpin pertama kali oleh Sri Samarawijaya dan dipimpin terakhir
kali oleh Kertajaya
 Berikut daftar nama Raja – Raja Kerajaan Kadiri :

Raja – Raja Kadiri

No. Nama Raja Masa Pemerintahan Keterangan


1 Sri Samarawijaya 1042 M – 1104 M Raja petama Kadiri
2 Sri Jayawarsa 1104 M – 1117 M -
3 Sri Bameswara 1117 M – 1135 M -
4 Sri Jayabaya 1135 M – 1159 M Raja terkenal Kadiri
5 Sri Sarweswara 1159 M – 1171 M -
6 Sri Ayeswara 1171 M – 1181 M -
7 Sri Gandra 1181 M – 1182 M -
8 Sri Kameswara 1182 M – 1194 M -
9 Kertajaya 1194 M – 1222 M Raja terakhir Kadiri
10 Jayakatwang 1292 M – 1293 M Raja Kadiri setelah
lepas dari kekuasaan
Kerajaan Singasari
Raja – Raja Kadiri dibawah kekuasaan Kerajaan Singasari

No. Nama Raja Masa Pemerintahan Keterangan


1 Mahesa Wonga Teleng - Raja pertama Kadiri
dibawah kekuasaan
Singasari
2 Guningbhaya - -
3 Tohjaya - -
4 Kertanegara - Raja terakhir
Singasari & Kadiri
( dibawah kekuasaan
Singasari )
 Selama Kepemimpinan Samarawijaya, Kadiri selalu berperang dengan Janggala
 Tetapi akhirnya Kadiri menang dan Janggala harus tunduk kepada Kadiri
 Setelah 62 tahun memimpin, Samarawijaya digantikan oleh Jayawarsa akan tetapi
Jayawarsa hanya memerintah selama 13 tahun dan digantikan oleh Bameswara
 Setelah 18 tahun memerintah, Bameswara digantikan oleh Jayabaya
 Selama Awal Kepemimpinan Jayabaya, Kerajaan Kadiri harus berkonfrontasi dengan
Janggala, akan tetapi dengan taktik Jayabaya, Kerajaan Kadiri bisa memadamkan
konfrontasi tersebut
 Selama kepemimpinan Jayabaya, ia membuat sedikitnya 216 Ramalan yang dikenal
sebagai Ramalan Joyoboyo
 Setelah 24 tahun memimpin, Jayabaya digantikan oleh Sri Sarweswara, Kerajaan
Kadiri mulai turun eksistensinya
 Setelah 12 tahun memimpin, Sri Sarweswara digantikan oleh Sri Ayeswara
 Setelah 10 tahun Sri Ayeswara digantikan oleh Sri Gandra akan tetapi, Sri Gandra
hanya memimpin selama 1 tahun dan digantikan oleh Sri Kameswara
 Setelah Sri Kameswara memerintah sekitar 12 tahun, ia digantikan oleh Kertajaya
 Pada Kepemimpinan Kertajaya, Kerajaan Kadiri tidak didukung Kaum Brahmana
karena Kertajaya tidak mau bekerja sama dengan Kaum Brahmana
 Akhirnya Ken Arok dengan bantuan Kaum Brahmana memberontak dan runtuhlah
Kerajaan Kadiri
 Kerajaan Kadiri berdiri kembali pada tahun 1292 M dengan Raja Jakyakatwang
 Akan tetapi runtuh setahun kemudian akibat serangan Kerajaan Mongol & Majapahit
 Berikut peninggalan – peninggalan Kerajaan Kadiri :
a) Prasasti Kamulan
 Prasasti Kamulan ditemukan di Desa Kamulan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur
yang dibuat pada tahun 1194 M/1116 Saka yakni pada masa pemerintahan Raja
Kertajaya
 Prasasti Kamulan ini berisi tentang berdirinya Kabupaten Trenggalek pada Rabu
Kliwon tanggal 31 Agustus 1194
 Dalam prasasti ini tertulis nama Kediri yang diserang Raja Kerajaan sebelah Timur
dan pada tanggal yang tertulis dalam prasasti adalah tanggal 31 Agustus 1191
 Ukiran yang ada pada prasasti ini masih bisa terlihat dengan jelas dan bisa anda lihat
dengan mengunjungi langsung lokasi Prasasti Kamulan tersebut
b) Kitab Kakawin Bharatayudha
 Kitab Kakawin Bharatayudha dikarang oleh Mpu Sedah dan juga Mpu Panuluh
dengan isi Kitab yang menceritakan tentang perjuangan yang dilakukan oleh Raja
Jayabaya dan akhirnya berhasil menaklukan Janggala.
 Kisah perjuangan Raja Jayabaya ini dianalogikan menjadi kisah peperangan dari
Kurawa dan Pandawa di dalam kisah Mahabarata
 Prasasti ini mnurut perkiraan dibuat pada tahun 1079 Saka/1157 M di pemerintahan
Prabu Jayabaya dan selesai ditulis pada 6 November 1157
 Pada bagian awal kitab sampai ke kisah Prabu Salya ke medan perang merupakan
karya dari Mpu Sedah dan kemudian dilanjutkan oleh Mpu Panuluh
 Menurut cerita, saat Mpu Sedah ingin menulis tentang kecantikan dari Dewi
Setyawati permaisuri dari Prabu Salya, ia memerlukan contoh agar tulisannya bisa
berhasil sehingga putri Prabu Jayabaya diberikan, namun Mpu Sedah berbuat tidak
baik sehingga ia dihukum dan karyanya diberikan pada orang lain
 Namun, menurut Mpu Panuluh, sesudah karya dari Mpu Sedah hampir seleai yakni
saat menceritakan Prabu Salya yang berangkat ke medan perang maka ia tidak tega
untuk melanjutkan ceritanya tersebut sehingga meminta Mpu Panuluh untuk
meneruskan kitab tersebut dan cerita ini diungkap pada akhir kakawin
Bharatayuddha
c) Kitab Kakawin Kresnayana
 Peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab kresnayana
 Kitab Kresnayana dikarang oleh Mpu Triguna yang isinya menceritakan tentang
riwayat hidup Kresna yakni seorang anak yang mempunyai kekuatan besar akan
tetapi sangat senang menolong orang lain
 Dalam Kitab ini diceritakan tentang Kresna yang sangat disukai oleh rakyat dan ia
menikah dengan Dewi Rukmini
 Apabila diartikan secara harafiah, maka Kresnayana berarti perjalanan Krena ke
negeri Kundina tempat Sang Rukmini
 Dewi Rukmini, putri dari Prabu Bismaka di negeri Kundina tersebut sudah dijodohkan
dengan Suniti yang merupakan raja negeri Cedi
 Akan tetapi, ibu dari Rukmini yakni Dewi Pretukirti lebih ingin putrinya menikah
dengan Kresna
 Oleh sebab itu, pada hari besar yang semakin dekat, Suniti dan Jarasanda pamannya
datang ke Kundina dan Pretukirti serta Rukmini secara diam-diam memberitahu
Kresna untuk datang secepat mungkin dan Rukmini serta Krena melarikan diri
 Mereka kemudian dikejar oleh Suniti, Jarasanda serta Rukma adik dari Rukmini
sekaligus bersama dengan tentara mereka
 Kresna lalu berhasil semua dan hampir saja membunuh Rukma, akan tetapi Rukmini
mencegahnya lalu mereka berdua pergi ke Dwarwati lalu menggelar pesta
pernikahannya disana
d) Candi Panataran
 Candi Panataran terletak di lereng Gunung Kelud Barat Daya di Utara Kota Blitar
pada ketinggian 450 meter dari permukaan laut dan menjadi candi paling indah dan
besar di Jawa Timur
 Dari beberapa prasasti yang juga ditemukan di sekitar candi, maka diketahui jika
candi ini dibangun sekitar abad ke-12 sampai 14 Masehi pada masa pemerintahan
Raja Srengga sampai Raja Wikramawardhana
 Sistem Candi Panataran dan terasnya berundak memakai susunan batu andesit yang
saling mengunci
 Candi Panataran atau Candi Palah ini adalah sebuah candi bersifat keagamaan Hindu
Siwaitis dan pada Kitab Desawarnana atau Nagarakretagama yang dibuat pada tahun
1365, Candi ini dikatakan menjadi bangunan suci yang sudah dikunjungi Raja Hayam
Wuruk saat ia melakukan perjalanan keliling Jawa Timur
 Kompleks Candi Panataran ini terdiri dari beberapa bangunan yang pada bagian
candi utama di sisi Timur ada sebuah sungai dan kompleks candi disusun memakai
pola linear dengan beberapa candi perwara serta balai pendopo yang ada di bagian
depan candi utama
 Pola susun candi ini agak tidak beraturan dan menjadi ciri khas dari langgam Jawa
Timur yang berkembang di masa Kediri dan Majapahit
 Kompleks candi ini berdiri di area seluas 12.946 meter yang dibagi menjadi 3 bagian
kecuali untuk bagian tenggara dan dipisahkan oleh 2 buah dinding
 Relief yang ada pada candi ini berbentuk medalion serta kotak panel.
 Nama asli Candi Panataran yakni Candi Palah tertulis dalam Prasasti Palah yang
dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Syrenngra bergelar Sri Maharaja Sri
Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa dengan
masa pemerintahan Kediri dari tahun 1190 hingga 1200
 Candi gunung digunakan sebagai tempat upacara pemujaan untuk menghindari
bahaya yang disebabkan karena Gunung Kelud sering meletus
 Dalam Kitab Negarakretagama yang ditulis Mpu Prapanca diceritakan tentang
perjalanan yang dilakukan oleh Raja Hayam Wuruk yang memerintah dari tahun
1350 sampai dengan 1389 ke Candi Palah untuk melaksanakan pemujaan pada
Hyang Acalapat perwujudan Siwa sebagai Girindra
 Di masa pemerintahan Jayanegara, Candi Panataran mulai mendapat perhatian dan
dilanjutkan kembali oleh Tribuanatunggadewi dan Hayam Wuruk
6. Kerajaan Janggala
 Kerajaan Janggala merupakan pecahan Kerajaan Kahuripan
 Kerajaan Janggala berdiri pada Abad ke 11 ( 1042 M ) dan runtuh pada Abad ke 12
( 1136 M )
 Kerajaan Janggala diperintah pertama kali oleh Mapanji Garasakan dan diperintah
terakhir kali oleh Samarotsaha
 Berikut daftar nama Raja – Raja Kerajaan Janggala :

Raja – Raja Janggala

No. Nama Raja Masa Pemerintahan Keterangan


1 Mapanji Garasakan 1042 M – 1052 M Raja pertama
Janggala
2 Alanjung Ahyes 1052 M – 1059 M
3 Samarotsaha 1059 M – 1136 M Raja terakhir
Janggala
 Selama Kepemimpinan Mapanji Garasakan, Janggala selalu berperang dengan Kadiri
 Setelah Mapanji Garasakan memimpin selama 10 tahun, ia diganti oleh Alanjung
Ahyes
 Alanjung Ahyes hanya memimpin selama 7 tahun dan digantikan oleh Samarotsaha
 Selama Kepemimpinan Samarotsaha, Kerajaan Janggala berperang dengan Kadiri
 Akhirnya Kerajaan Janggala runtuh karena kalah berperang dengan Kadiri dan harus
bergabung dengan Kerajaan Kadiri
 Berikut peninggalan – peninggalan Kerajaan Janggala :
a) Candi Prada
 Candi Prada berada di dusun Reno Pencil kabupaten Sidoarjo, namun sayang sekali
chandi tersebut telah dirusak oleh penduduk di tahun 1965
 Hanya sedikit yang diketahui mengenai peninggalan situs kerajaan Jenggala, apalagi
ada yang sudah hancur seperti candi ini
 Sangat disayangkan peninggalan chandi Prada ini sudah tidak ada karena rusak
b) Prasasti Sirah Keting
 Prasasti ini diterbitkan oleh kerajaan jenggala dimana dalam prasasti tersebut
menceritakan tentang adanya peperangan antara kerajaan Jenggala dan Airlangga
 Selain itu kerajaan Jenggala juga ditulis dalam prasati Sirah Keting yang ditulis pada
tahun 1104
 Prasasti ini menceritakan mengenai kekalahan kerajaan Jengggala oleh kerajaan
Kadiri yang dipimpin Sri Jayabaya
c) Situs Tumpukan Batu Bata
 Tidak lama ini ditemukan sebuah situ bersejarah di area persawahan desa Urang
Agung, Sidoarjo yang di duga peninggalan Kerajaan Janggala
 Situs bersejarah yang ditemukan berupa tumpukan batu bata yang menyerupai
tangga dengan luas sekitar 4 M2
 Situs bersejarah peninggalan Kerajaan Janggala tersebut pertama kali ditemukan
oleh salah seorang penduduk desa di area sawah saat sedang menggali
7. Kerajaan Bali
 Nama Bali ternyata telah dikenal pada masa kekuasaan Dinasti Tang di Cina
 Mereka menyebut Bali dengan Po – li/Dwa – pa – tan, yakni sebuah negeri yang
terletak disebelah timur Kerajaan Ho – ling
 Masyarakat Dwa – pa – tan mempunyai adat istiadat yang hampir sama dengan Ho –
ling
 Pada saat itu penduduk telah pandai menulis di atas lontar
 Mereka telah dapat menanam padi dengan baik
 Setiap penduduk yang meninggal, mayatnya diberi perhiasan emas yang dimasukkan
ke dalam mulutnya, kemudian dibakar dengan wangi-wangian
 Berita tertua mengenai Bali sumbernya berasal dari Bali sendiri, yakni berupa
beberapa buah cap kecil dari tanah liat yang berukuran 2,5 Cm yang ditemukan di
Pejeng
 Cap-cap ini ditulisi mantra-mantra agama Buddha dalam bahasa Sansekerta yang
diduga dibuat sekitar Abad ke 8 M
 Adapun prasasti tertua Bali yang berangka tahun 882 M memberitakan perintah
membuat pertapaan dan pesanggrahan di Bukit Kintamani
 Di dalam prasasti tersebut tidak ditulis nama Raja yang memerintah pada waktu itu
 Demikian pula prasasti yang berangka tahun 911 M
 Hanya menjelaskan pemberitaan izin kepada penduduk Desa Turunan untuk
membangun tempat suci bagi pemujaan Batara da Tonta
 Munculnya kerajaan Bali dapat diketahui dari tiga prasasti yang ditemukan di
Belonjong (sanur), panempahan, dan Maletgede yang berangka tahun 913 M
 Prasasti-prasasti tersebut ditulis dengan huruf Nagari dan Kawi, sedangkan
bahasanya ialah Bali kuno dan Sansekerta
 Dari prasasti – prasasti tersebut tertulis Raja Bali yang bernama Kesariwarmadewa
 Ia bertakhta di Istana Singhadwala (pintu istana negara singha)
 Ia adalah Raja yang mendirikan Dinasti Warmadewa di Bali
 Dua tahun kemudian Kesariwarmadewa diganti oleh Ugrasena
 Raja Ugrasena yang bertakhta di istana Singhamandawa memerintah kerajaan
sampai tahun 942 M
 Masa pemerintahannya sezaman dengan pemerintahan Mpu Sindok di Kerajaan
Mataram
 Selama tujuh tahun berikutnya tidak diketahui raja penerus Ugrasena
 Setelah itu, muncul Raja Bali bernama Aji Tabenendra warmadewa ( 955 M – 967 M )
 Di tengah-tengah masa pemerintahan Tabenendra, pada tahun 960 muncul raja Bali
lain, yaitu Indra Jayasingha warmadewa (Candrabhayasingha warmadewa)
 Pengganti Candrabhayasingha , yaitu Janasadhu warmadewa ( 975 M – 983 M ),
kemudian Wijaya Mahadewi ( 983 M – 989 M )
 Setelah itu muncul raja Bali yang bernama Udayana ( 989 M – 1011 M ) dan bergelar
Sri Dharmodayana warmadewa
 Udayana memerintah Kerajaan Bali bersama-sama dengan permaisurinya, Gunapriya
Dharmapatni yang dikenal dengan nama Mahendradatta
 Dari hasil perkawinan Udayana dengan Mahendradatta lahir tiga orang putra yaitu
Airlangga, Marakatapangkaja dan Anak Wungsu
 Airlangga yang menjadi putra mahkota ternyata tidak pernah memerintah di Bali,
sebab ia pergi ke Jawa Timur dan menikah dengan putri Dharmawangsa, Raja
Mataram
 Oleh karena itu, pewaris kerajaan bali jatuh kepada Marakatapangkaja ( 1011 M –
1022 M )
 Ia dianggap sebagai kebenaran hukum yang selalu melindungi rakyatnya
 Ia juga memperhatikan kehidupan rakyat sehingga disegani dan di taati
 Masa pemerintahan Marakatapangkaja sezaman dengan Airlangga di Jawa Timur
 Dari tahun 1022 sampai tahun 1049 tidak dipaparkan berita mengenai raja yang
memerintah Bali
 Anak wungsu ( 1049 M – 1077 M ) kemudian melanjutkan kekuasaan
Marakatapangkaja
 Ia dikenal sebagai raja yang penuh belas kasihan terhadap rakyatnya
 Ia pun senantiasa memikirkan kesempurnaan dunia yang dikuasainya
 Selama masa pemerintahannya, ia berhasil mewujudkan negara yang aman, damai
dan sejahtera
 Penganut agama hindu dapat hidup berdampingan dengan agama Buddha
 Anak Wungsu sempat pula membangun sebuah kompleks percandian di gunung
Kawi (sebelah selatan Tampaksiring) yang merupakan peninggalan terbesar di Bali
 Atas perannya yang gemilang itu, Anak Wungsu kemudian dianggap rakyatnya
sebagai penjelmaan Dewa Hari (Dewa Kebaikan)
 Anak Wungsu tidak meninggalkan seorang putra pun
 Raja yang memerintah setelah Anak Wungsu adalah Walaprabhu dan Bhatara
Mahaguru Dharmotungga warmadewa
 Setelah itu tidak ada lagi raja yang berkuasa dari Dinasti Warmadewa
 Raja dari dinasti lain yang muncul ialah Sri Jayasakti ( 1133 M – 1150 M )
 Masa pemerintahan Jayasakti sezaman dengan Raja Jayabhaya di kerajaan Kediri
 Pada saat itu agama Buddha, Siwaisme dan Waisnawa berkembang dengan baik
 Sri Jayasakti disebut sebagai penjelmaan Dewa Wisnu
 Sebagai raja yang bijaksana, ia memerintah kerajaan berdasarkan pedoman hukum
yang didasari rasa keadilan dan kemanusiaan
 Kitab undang-undang yang berlaku ialah utara-widhi-balawan dan Rajawacana
 Raja Bali yang terkenal lainnya ialah Jayapangus ( 1177 M – 1181 M )
 Di dalam kitab Usana Bali disebutkan bahwa Jayapangus memerintah setelah
Jayakusunu
 Dari 43 prasasti yang ditinggalkannya, Jayapangus banyak menyebut dua orang
permaisurinya, yaitu Arkajalancana dan Sasangkajacihna
 Arkaja bermakna putri Matahari, sedangkan Sasangkaja berarti putri bulan
 Setelah Jayapangus meninggal, raja-raja Bali yang memerintah tidak begitu terkenal,
karena sumber sejarahnya tidak banyak diketahui
 Masyarakat kerajaan Bali menerima pengaruh budaya Hindu dan Buddha melalui
daerah Jawa Timur
 Hal ini dapat diketahui karena Bali pernah dikuasai oleh kerajaan-kerajaan di Jawa
Timur
 Yaitu pada Abad ke 10 oleh kerajaan Singhasari dan Abad ke 14 oleh kerajaan
Majapahit
 Selain itu, ketika Majapahit runtuh, banyak penduduk yang tidak mau beragama
Islam lantas menyeberang ke Bali
 Dalam perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali, ternyata jumlah Pedanda (pendeta)
agama siwa yang bergelar Dang Acaryya lebih banyak daripada pedanda Buddha
yang bergelar Dang Upadhyaya
 Hal ini menunjukkan bahwa agama hindu pengaruhnya lebih besar daripada agama
Budhha
 Namun, agama hindu yang berkembang di Bali telah tercampur dengan adat istiadat
setempat, sehingga Hindu khas di Bali saat ini disebut Hindu Dharma
8. Kerajaan Sunda
 Kerajaan Sunda disebut juga Kerajaan Pasundan
 Kerajaan Sunda berdiri pada Abad ke 7 ( 669 M ) dan runtuh pada Abad ke 16 ( 1579
M)
 Kerajaan Sunda beribukota di Pakuan Padjadjaran ( sekarang Bogor, Jawa Barat )
 Kerajaan Sunda diperintah pertama kali oleh Tarusbawa dan diperintah terakhir kali
oleh Prabu Suryakencana/Prabu Ragamulya
 Berikut daftar nama Raja – Raja Kerajaan Sunda :

Raja – Raja Sunda

No. Nama Raja Masa Pemerintahan Keterangan


1 Tarusbawa 669 M – 723 M Raja pertama Sunda
2 Harisdarma 723 M – 732 M -
3 Tamperan Baramawijaya 732 M – 739 M -
4 Rakeyan Banga 739 M – 766 M -
5 Rakeyan Medang/Prabu Hulukujang 766 M – 783 M -
6 Prabu Gilingwesi 783 M – 795 M -
7 Pucukbumi Darmeswara 795 M – 819 M -
8 Rakeyan Wuwus/Prabu Gajah Kulon 819 M – 891 M -
9 Prabu Darmaraksa 891 M – 895 M -
10 Windusakti/Prabu Wageng 895 M – 913 M -
11 Rakeyan Kemuning Gading/Prabu 913 M – 916 M -
Pucukwesi
12 Rakeyan Jayagiri 916 M – 942 M -
13 Atmayadarma Hariwangsa 942 M – 954 M -
14 Limbur Kencana 954 M – 964 M -
15 Munding Ganawirya 964 M – 973 M -
16 Rakeyan Wulung Gadung 973 M – 989 M -
17 Brajawisesa 989 M – 1012 M -
18 Dewa Sanghyang 1012 M – 1019 M -
19 Sanghyang Ageng 1019 M – 1030 M -
20 Sri Jayabupati 1030 M – 1042 M -
21 Darmajaya 1042 M – 1065 M -
22 Langlangbumi 1065 M – 1155 M -
23 Rakeyan Jayagiri/Prabu Menakluhur 1155 M – 1157 M Raja dengan
kepemimpinan
tersingkat
24 Darmakususma 1157 M – 1175 M -
25 Darmasiksa/Prabu Sanghyang Wisnu 1175 M – 1297 M Raja dengan
kepemimpinan
terlama
26 Ragasuci 1297 M – 1303 M -
27 Citraganda 1303 M – 1311 M -
28 Prabu Linggadewata 1311 M – 1333 M -
29 Prabu Ajiguna Linggawisesa 1333 M – 1340 M -
30 Prabu Ragamulya Luhurprabawa 1340 M – 1350 M -
31 Prabu Maharaja Linggabuanawisesa 1350 M – 1357 M -
32 Prabu Bunisora 1357 M – 1371 M -
33 Prabu Niskala Wastu 1371 M – 1425 M -
Kencana/Anggalarang
34 Prabu Susuktunggal 1425 M – 1482 M -
35 Prabu Siliwangi/Sri Baduga 1482 M – 1521 M Raja terkenal Sunda
Maharaja/Ratu Jayadewata
36 Prabu Surawisesa 1521 M – 1535 M -
37 Prabu dewatabuanawisesa 1535 M – 1543 M -
38 Prabu Sakti 1543 M – 1551 M -
39 Prabu Nilakendra 1551 M – 1567 M -
40 Prabu Suryakencana/Prabu Ragamulya 1567 M – 1579 M Raja terakhir Sunda

 Selama Kepemimpinan Tarusbawa, Kerajaan Sunda masih berperang dengan


Kerajaan Sunda Galuh yang dipimpin oleh Wretikandayun
 Masa Keemasan Kerajaan Sunda tercapai pada Kepemimpinan Prabu Siliwangi
 Pada Kepemimpinan Prabu Siliwangi, Kerajaan Sunda memperkuat armada
tentaranya
 Nama Prabu Siliwangi kini diabadikan menjadi nama Komando Daerah Militer
( Kodam ) di Jawa barat & Banten
 Masa Kehancuran Kerajaan Sunda terjadi ketika dipimpin oleh Prabu Suryakencana
akibat invasi Kesultanan Banten
 Akhirnya Kerajaan Sunda dipecah menjadi dua, yaitu :
I. Kesultanan Banten yang sudah berdiri
II. Kesultanan Sumedang Larang yang baru berdiri
 Berikut peninggalan – peninggalan Kerajaan Sunda
a) Prasasti Cikapundung
 Prasasti ini ditemukan warga di sekitar sungai Cikapundung, Bandung pada 8
Oktober 2010
 Batu prasasti bertuliskan huruf Sunda kuno tersebut diperkirakan berasal dari Abad
ke 14
 Selain huruf Sunda kuno, pada prasasti itu juga terdapat gambar telapak tangan,
telapak kaki, dan wajah
 Hingga kini para peneliti dari Balai Arkeologi masih meneliti batu prasasti tersebut
 Batu prasasti yang ditemukan tersebut berukuran 178 Cm x 80 Cm x 55 Cm
 Pada prasasti itu terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan dua baris
huruf Sunda kuno bertuliskan “unggal jagat jalmah hendap”, yang artinya semua
manusia di dunia akan mengalami sesuatu
 Peneliti utama Balai Arkeologi Bandung, Luthfi Yondri mengungkapkan, prasasti yang
ditemukan tersebut dinamakan Prasasti Cikapundung
b) Prasasti Pasir Datar
 Prasasti Pasir Datar ditemukan di Perkebunan Kopi di Pasir Datar, Cisande, Sukabumi
pada tahun 1872
 Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta
 Prasasti yang terbuat dari batu alah ini hingga kini belum ditranskripsi sehingga
belum diketahui isinya
c) Prasasti Huludayueh
 Prasasti Huludayeuh telah lama diketahui oleh penduduk setempat namun di
kalangan para ahli sejarah dan arkeologi baru diketahui pada bulan September 1991
 Prasasti ini diumumkan dalam media cetak Harian Pikiran Rakyat pada 11 September
1991 dan Harian Kompas pada 12 September 1991
 Prasasti Huludayeuh berisi 11 baris tulisan beraksa dan berbahasa Sunda Kuno,
tetapi sayang batu prasasti ketika ditemukan sudah tidak utuh lagi karena beberapa
batunya pecah sehingga aksaranya turut hilang
 Begitupun permukaan batu juga telah sangat rusak dan tulisannya banyak yang turut
aus sehingga sebagian besar isinya tidak dapat diketahui
 Fragmen prasasti tersebut secara garis besar mengemukakan tentang Sri Maharaja
Ratu Haji/Prabu Siliwangi di Pakuan yang berkaitan dengan usaha-usaha
memakmurkan negrinya
d) Prasasti Perjanjian Sunda – Portugis
 Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis adalah sebuah prasasti berbentuk tugu batu yang
ditemukan pada tahun 1918 di Jakarta
 Prasasti ini menandai perjanjian Kerajaan Sunda – Kerajaan Portugal yang dibuat
oleh utusan dagang Portugis dari Malaka yang dipimpin Enrique Leme dan
membawa barang-barang untuk Raja Samian/Raja Sanghyang
 Prasasti ini didirikan di atas tanah yang ditunjuk sebagai tempat untuk membangun
benteng dan gudang bagi orang Portugis
 Prasasti ini ditemukan kembali ketika dilakukan penggalian untuk membangun
fondasi gudang di sudut Prinsenstraat ( sekarang Jalan Cengkeh )
dan Groenestraat ( sekarang Jalan Kali Besar Timur I ), sekarang termasuk wilayah
Jakarta Barat
 Prasasti tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia,
sementara sebuah replikanya dipamerkan di Museum Sejarah Jakarta
9. Kerajaan Singasari
 Kerajaan Singasari disebut juga Kerajaan Tumapel
 Kerajaan Singasari adalah lanjutan dari Kerajaan Kadiri
 Kerajaan Singasari didirikan pada Abad ke 13 ( 1222 M ) dan runtuh pada Abad ke 13
( 1292 M )
 Kerajaan Singasari beribukota di Kutaraja ( sekarang Malang, Jawa Timur )
 Kerajaan Singasari dipimpin pertama kali oleh Ken Arok dan dipimpin terakhir kali
oleh Kertanegara
 Berikut daftar nama Raja – Raja Kerajaan Singasari :

Raja – Raja Singasari menurut Pararaton

No. Nama Raja Masa Pemerintahan Keterangan


1 Rajasa Sang Amurwabhumi/Ken Arok 1222 M – 1247 M Raja pertama
Singasari
2 Anusapati 1247 M – 1249 M
3 Tohjaya 1249 M – 1250 M
4 Ranggawuni/Wisnuwardhana 1250 M – 1272 M
5 Kertanegara 1272 M – 1292 M Raja terakhir
Singasari
Raja – Raja Singasari menurut Nagarakretagama/Kakawin Desawarnana

No. Nama Raja Masa Pemerintahan Keterangan


1 Rajasa Sang Amurwabhumi/Ken Arok 1222 M – 1227 M Raja pertama
Singasari
2 Anusapati 1227 M – 1248 M
3 Ranggawuni/Wisnuwardhana 1248 M – 1254 M
4 Kertanegara 1254 M – 1292 M Raja terakhir
Singasari
 Kerajaan Singasari berdiri akibat dari ketidak harmonisan antara Brahmana dan
Kertajaya
 Akhirnya Brahmana berpihak kepada Ken Arok dan diadakanlah pemberontakan
kepada Kertajaya dan runtuhlah Kerajaan Kadiri
 Setelah Kerajaan Kadiri runtuh, Ken Arok diberi kepercayaan oleh Brahmana untuk
menjadi Raja Singasari Pertama
 Pada ahkir Kepemimpinan Ken Arok, Ken Arok dibunuh oleh Anusapati ( Anak
Tunggul Ametung & Ken Dedes ) menggunakan Keris buatan Mpu Gandring
 Setelah Ken Arok turun Taktha, Kerajaan Singasari dipimpin oleh Anusapati
 Selama Kepemimpinan Anusapati, Anusapati hobi sekali Menyabung Ayam sehingga
menjadi cara Tohjaya untuk membunuh Anusapati
 Akhir Kepemimpinan Anusapati terjadi ketika Anusapati dibunuh oleh Tohjaya
menggunakan Keris buatan Mpu Gandring
 Ketika Tohjaya naik taktha, Tohjaya memerintahkan Lembu Ampal untuk membunuh
Ranggawuni/Wisnuwardhana & Mahisa Campaka
 Akan tetapi, Lembu Ampal malah mendukung Ranggawuni/Wisnuwardhana &
Mahisa Campaka untuk menggalang kekuatan dari Angkatan Perang
Tumapel/Angkatan Perang Singasari
 Setelah mendapat dukungan dari Angkatan Perang Tumapel/Angkatan Perang
Singasari, diadakanlah pemberontakan terhadap Tohjaya
 Pemberontakan ini berakibat dengan tewasnya Tohjaya yang melarikan diri dengan
tombak yang tertancap ditubuhnya
 Akhirnya Wisnuwardhana/Ranggawuni naik taktha menggantikan Tohjaya
 Kepemimpinan Wisnuwardhana diibaratkan “ Dua ular dalam satu liang “ yang
berarti Kepemimpinan Wisnuwardhana ingin menciptakan perdamaian antara
Keturunanan Ken Arok & Keturunan Tunggul Ametung
 Setelah Kepemimpinan Wisnuwardhana berakhir, ia digantikan oleh Kertanegara
 Selama Kepemimpinan Kertanegara, ia berambisi ingin menyatukan Wilayah
Nusantara
 Selain itu ia dikenal satu - satunya Raja dari Jawa yang tidak sudi mengakui
wilayahnya sebagai wilayah Kubilai Khan ( Raja Mongol )
 Pada tahun 1289 datang utusan Kubilai Khan yang bernama Meng Khi, meminta agar
Kertanagara tunduk kepada kekuasaan Mongol dan menyerahkan upeti setiap
tahunnya
 Kertanagara menolak permintaan itu, bahkan melukai wajah Meng Khi
 Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Kertanegara bahkan sampai memotong
salah-satu telinga Meng Khi
 Untuk membalas hal itu, beberapa tahun kemudian Kubilai Khan mengirim pasukan
yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Singhasari
 Pasukan tersebut mendarat di Jawa tahun 1293 di mana saat itu Kertanagara telah
lebih dulu meninggal akibat pemberontakan Jayakatwang
 Berikut peninggalan – peninggalan Kerajaan Singasari :
a) Candi Singasari
 Candi ini berlokasi di Kecamatan Singosari,Kabupaten Malang yang terletak pada
lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna
 Berdasarkan penyebutannya pada Kitab Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada
yang bertanggal 1351 M di halaman komplek candi, candi ini merupakan tempat
“pendharmaan” bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang
mangkat/meninggal pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara Gelang-gelang
yang dipimpin oleh Jayakatwang
 Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai dibangun
b) Candi Kidal
 Candi Kidal adalah salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari
 Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja
kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun ( 1227 M – 1248 M )
 Kematian Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan
kekuasaan Singhasari, juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring
c) Candi Jago
 Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak
 Candi ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut
cerita setempat karena tersambar petir
 Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini
 Dengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit
d) Candi Sumberawan
 Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur
 Dengan jarak sekitar 6 Km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan peninggalan
Kerajaan Singasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu
 Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah telaga
yang sangat bening airnya
 Keadaan inilah yang memberi nama Candi Rawan
e) Prasasti Wurare
 Prasasti Wurare adalah sebuah prasasti yang isinya memperingati penobatan arca
Mahaksobhya di sebuah tempat bernama Wurare
 Prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta, dan bertarikh 1211 Saka atau 21 November
1289
 Arca tersebut sebagai penghormatan dan perlambang bagi Raja Kertanegara dari
kerajaan Singhasari, yang dianggap oleh keturunannya telah mencapai derajat Jina
(Buddha Agung)
 Sedangkan tulisan prasastinya ditulis melingkar pada bagian bawahnya
10. Kerajaan Majapahit
 Kerajaan Majapahit disebut juga Kemaharajaan Majapahit
 Kerajaan Majapahit berdiri pada 10 November 1293 M ( Abad ke 13 ) dan mengakhiri
pemerintahan pada Abad ke 16 ( 1518 M ) serta runtuh total pada Abad ke 16 ( 1527
M)
 Kerajaan Majapahit berasal dari kata :
A. Maja = Buah dari Hutan Tarik yang diberikan oleh Jayakatwang kepada Raden Wijaya
B. Pahit = Perasaan ketika Raden Wijaya memakan buah Maja
 Kerajaan Majapahit beribukota di :
A. Desa Canggu, Kabupaten Mojokerto pada masa Kepemimpinan Raden Wijaya
B. Trowulan, Mojokerto pada masa Pemerintahan Jayanegara hingga Brawijaya V
C. Daha (sekarang Kadiri, Jawa Timur ) pada masa Pemerintahan Girindrawardhana
hingga Patih Udara
 Kerajaan Majapahit dipimpin pertama kali oleh Kertarajasa Wardhana/Raden Wijaya
dan diperintah terakhir kali oleh Patih Udara
 Berikut daftar nama Raja – Raja Kerajaan Majapahit :

Raja – Raja Majapahit

No. Nama Raja Masa Pemerintahan Keterangan


1 Kertarajasa Jayawardhana/Raden 1293 M – 1309 M Raja pertama
Wijaya Majapahit
2 Sri Jayanegara/Kalagamet 1309 M – 1328 M -
3 Tribhuawana Wijayatunggadewi/Sri 1328 M – 1350 M -
Gitarja
4 Sri Rajasanegara/Hayam Wuruk 1350 M – 1389 M Raja terkenal
Majapahit
- Patih Gajah Mada 1334 M – 1364 M Mahapatih
Majapahit
5 Wikramawardhana 1389 M – 1429 M -
6 Dyah Ayu Kencana Wungu/Suhita 1429 M – 1447 M -
7 Brawijaya I/Kertawijaya 1447 M – 1451 M -
8 Brawijaya II/Rajasawardhana 1451 M – 1456 M -
9 Brawijaya 1456 M – 1466 M -
III/Purwawisesa/Girishawardhana
10 Brawijaya IV/Bhre 1466 M – 1468 M -
Pandansalas/Suraprabhawa
11 Brawijaya V/Bhre Kertabumi 1468 M – 1478 M Raja terakhir
Majapahit menurut
Babad Tanah Jawi
12 Brawijaya VI/Girindrawardhana 1478 M – 1498 M -
13 Brawijaya VII/Patih Udara 1498 M – 1518 M Raja terakhir
Majapahit
 Selama Kepemimpinan Raden Wijaya, Kerajaan Majapahit mulai bertambah wilayah
kekuasaannya akibat dari kehancuran Pemerintahan Jayakatwang
 Setelah Raden Wijaya mangkat, ia digantikan oleh Sri Jayanegara yang bergelar Sri
Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara
 Pemerintahan Sri Jayanegara dikenal sebagai masa pergolakan dalam sejarah awal
Kerajaan Majapahit
 Pemerintahan Sri Jayanegara berakhir ketika Sri Jayanegara dibunuh oleh tabib
istananya
 Setelah Sri Jayanegara mangkat, ia digantikan oleh Tribhuwana Wijayatunggadewi
yang bergelar Sri Tribhuwanottunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani

 Menurut Nagarakretagama, Tribhuwana memerintah didampingi suaminya,


Kertawardhana
 Pada tahun 1331, ia menumpas pemberontakan daerah Sadeng dan Keta
 Menurut Pararaton terjadi persaingan antara Gajah Mada dan Ra Kembar dalam
memperebutkan posisi panglima penumpasan Sadeng
 Maka, Tribhuwana pun berangkat sendiri sebagai panglima menyerang Sadeng,
didampingi sepupunya, Adityawarman
 Peristiwa penting berikutnya dalam Pararaton adalah Sumpah Palapa yang
diucapkan Gajah Mada saat dilantik sebagai rakryan patih Majapahit tahun 1334 M
 Gajah Mada bersumpah tidak akan menikmati makanan enak (rempah-rempah)
sebelum berhasil menaklukkan wilayah kepulauan Nusantara di bawah Majapahit
 Sumpah Gajah Madapun dikenal hingga sekarang sebagai Sumpah Palapa
 Pemerintahan Tribhuwana terkenal sebagai masa perluasan wilayah Majapahit ke
segala arah sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa
 Tahun 1343 Majapahit mengalahkan raja Kerajaan Pejeng (Bali), Dalem Bedahulu,
dan kemudian seluruh Bali
 Tahun 1347 Adityawarman yang masih keturunan Melayu dikirim untuk
menaklukkan sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Malayu
 Ia kemudian menjadi uparaja/raja bawahan Majapahit di wilayah Sumatera
 Perluasan Majapahit dilanjutkan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, di mana
wilayahnya hingga mencapai Lamuri di ujung barat sampai Wanin di ujung timur
 Nagarakretagama menyebutkan akhir pemerintahan Tribhuwana adalah tahun 1350,
bersamaan dengan meninggalnya Gayatri
 Berita ini kurang tepat karena menurut prasasti Singasari, pada tahun 1351
Tribhuwana masih menjadi ratu Majapahit
 Setelah Tribhuwana Wijayatunggadewi mangkat, ia digantikan oleh Hayam Wuruk
yang bergelar Sri Rajasanegara
 Selama kepemimpinan Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit mencapai masa
keemasannya
 Hampir seluruh Wilayah Nuasantara dikuasai oleh Majapahit, bahkan hingga meliputi
Singapura, Malaya, Thailand dan Filipina bagian selatan
 Pada tahun 1364 M, Gajah Mada mangkat dari Mahapatih Majapahit, disitulah masa
kemunduran Majapahit
 Setelah Pemerintahan Hayam Wuruk berakhir, Hayam Wuruk digantikan oleh
Wikramawardhana
 Selama Pemerintahan Wikramawardhana, Majapahit terbagi menjadi dua, yaitu
Majapahit Barat yang dipimpin oleh Wikramawardhana dan Majapahit Timur yang
dipimpin oleh Bhre Wirabhumi
 Pada 1404 M, Majapahit Timur berperang dengan Majapahit Barat, perperangan ini
dikenal dengan nama Perang Saudara Parareg/Perang Parareg
 Pada 1406 M, Majapahit Timur kalah dalam perperangan melawan Majapahit Barat
 Akibat dari perperangan ini adalah Majapahit Timur kembali bersatu dengan
Majapahit Barat
 Akan tetapi, daerah-daerah bawahan di luar Jawa banyak yang lepas tanpa bisa
dicegah
 Misalnya, tahun 1405 daerah Kalimantan Barat direbut kerajaan Cina
 Lalu disusul lepasnya Palembang, Melayu, dan Malaka yang tumbuh sebagai bandar-
bandar perdagangan ramai, yang merdeka dari Majapahit
 Kemudian lepas pula daerah Brunei yang terletak di Pulau Kalimantan sebelah utara
 Selain itu Wikramawardhana juga berhutang ganti rugi pada Dinasti
Ming penguasa Cina
 Sebagaimana disebutkan di atas, pihak Cina mengetahui kalau di Jawa ada dua buah
kerajaan, Majapahit Barat dan Majapahit Timur
 Laksamana Ceng Ho dikirim sebagai duta besar mengunjungi kedua istana
 Pada saat kematian Bhre Wirabhumi, rombongan Ceng Ho sedang berada di istana
timur
 Dalam Perang Parareg tersebut meliputi 173 orang Cina menjadi korbanya
 Atas kecelakaan itu, Wikramawardhana didenda ganti rugi 60.000 tahil
 Sampai tahun 1408 ia baru bisa mengangsur 10.000 tahil saja
 Akhirnya, Kaisar Yung Lo membebaskan denda tersebut karena kasihan
 Peristiwa ini dicatat Ma Huan (sekretaris Ceng Ho) dalam bukunya, Ying-ya-sheng-lan
 Setelah Perang Paregreg, Wikramawardhana memboyong Bhre Daha putri Bhre
Wirabhumi sebagai selir
 Setelah Pemerintahan Wikramawardhana berakhir, Wikrama digantikan oleh Suhita
yang bergelar Dyah Ayu Kencana Wungu
 Selama Kepemimpinan Suhita, Suhita memerintah berdampingan dengan
Ratnapangkaja bergelar Bhatara Parameswara
 Pada tahun 1433 Suhita membalas kematian Bhre Wirabhumi dengan cara
menghukum mati Raden Gajah alias Bhra Narapati
 Dari berita ini terasa masuk akal kalau hubungan Bhre Wirabhumi dan Suhita adalah
kakek dan cucu, meskipun tidak disebut secara tegas dalam Pararaton
 Pada tahun 1437 Bhatara Parameswara Ratnapangkaja meninggal dunia
 Sepuluh tahun kemudian, yaitu tahun 1447 Suhita meninggal pula
 Karena tidak memiliki putra mahkota, Suhita digantikan adiknya, yaitu Dyah
Kertawijaya yang dikenal sebagai Brawijaya I
 Setelah Brawijaya I mangkat, Brawijaya II diangkat sebagai pengganti Brawijaya I
 Setelah Brawijaya II mangkat, Brawijaya III diangkat sebagai pengganti Brawijaya II
 Setelah Brawijaya III mangkat, Brawijaya IV diangkat sebagai pengganti Brawijaya III
 Setelah Brawijaya IV mangkat, Brawijaya V diangkat sebagai pengganti Brawijaya IV
 Menurut Babad Tanah Jawi, ia dikatakan sebagai Raja Majapahit terakhir akan tetapi,
masih ada penerusnya jadi, Babad Tanah Jawi dianggap memalsukan Silsilah
Majapahit
 Setelah Brawijaya V mangkat, Brawijaya VI diangkat sebagai pengganti Brawijaya V
 Selama Brawijaya VI memerintah, Kerajaan Majapahit mulai goyah akibat invansi
dari Kesultanan Islam di Nusantara
 Setelah Brawijaya VI mangkat, Brawijaya VII diangkat sebagai pengganti Brawijaya VI
 Selama Kepemimpinan Brawijaya VII, Kerajaan Majapahit kehilangan banyak
koloninya
 Setelah Brawijaya VII mangkat, ia tidak digantikan oleh siapapun sehingga
kekosongan Jabatan Raja
 Pada 1527 Majapahit hancur dan semua wilayah Majapahit diambil alih oleh
Kesultantan Demak
 Berikut peninggalan – peninggalan Kerajaan Majapahit :
a) Candi Brahu
 Candi Brahu terletak di kawasan situs arkeologi Trowulan di Dukuh Jambu Mente,
Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur
 Prasasti ini dibuat oleh Mpu Sendok dan berguna sebagai tempat pembakaran
jenazah dari raja-raja Majapahit
 Nama Brahu ini menurut perkiraan berasal dari kata Wanaru atau Warahu yang
didapatkan dari sebutan bangunan suci dan terdapat pada prasasti Alasantan,
Prasasti tersebut ditemukan pada lokasi yang tidak jauh dari candi tersebut
 Candi ini dibangun dengan memakai gaya kultur Budha menghadap ke Utara dan
memakai batu bata merah dengan panjang 22.5 M X 18 M X 20 M
 Candi Brahu ini diperkirakan dibangun pada Abad 15 M, meski banyak ahli yang juga
memiliki perbedaan pendapat tentang hal tersebut
 Ada sebagian ahli yang mengatakan jika candi ini berusia lebih tua dibandingkan
dengan candi yang lain yang ada di Komplek Trowulan
 Di dalam Prasasti, Candi Brahu disebut sebagai tempat pembakaran jenazah para
raja-raja Majapahit, akan tetapi pada penelitian yang sudah dilakukan tidak bisa
ditemukan bekas abu dari mayat pada candi tersebut
 Struktur Bangunan Candi Brahu – Candi Brahu dibangun dengan menggunakan batu
bata merah menghadap ke Barat dengan ukuran 22.5 M X 18 M X 20 M yang
dibangun memakai kultur Buddha
 Pada prasasti yang ditulis oleh Mpu Sindok 9 September 939, candi ini adalah tempat
pembakaran jenazah Raja-Raja Majapahit
 Menurut dugaan para ahli, ada banyak candi berukuran kecil di sekeliling Candi
Brahu ini akan tetapi sudah runtuh dan hanya tertinggal sisa reruntuhannya saja
yakni Candi Gedung, Candi Muteran, Candi Tengah dan juga Candi Gentong
 Saat dilakukan penggalian, banyak ditemuka benda kuno seperti alat upacara
keagaan yang terbuat dari logam, arca, perhiasan emas dan berbagai benda lainnya
b) Candi Tikus
 Seperti pada Candi Brahu, Candi Tikus juga sama-sama berada di situs arkeologi
Trowulan di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto,
Jawa Timur
 Candi ini masih terdapat di dalam bawah tanah sebelum akhirnya ditemukan dan
digali pada tahun 1914 dan kemudian dilakukan pemugaran pada tahun 1984 – 1985
 Candi ini mendapat nama candi tikus sebab disaat penemuannya, banyak warga
melihat bangunan tersebut menjadi sarang tikus
 Belum ada yang bisa memastikan siapa yang membangun Candi Tikus ini, akan tetapi
dengan adanya sebuah menara kecil, maka diperkirakan dibangun pada Abad 13 M –
14 M sebab miniatur menara tersebut merupakan ciri khas dari bangunan pada abad
tersebut
 Candi Tikus ini bentuknya seperti sebuah petirtaan dan membuat banyak arkeoloG
berbeda pendapat
 Sebagian arkeolog berpendapat jika candi ini adalah tempat pemandian keluarga
kerajaan dan sebagian lagi berpendapat jika bangunan ini adalah tempat
menampung air untuk keperluan masyarakat Trowulan
 Sementara karena adanya menara, maka beberapa ahli juga menduga tempat
tersebut adalah tempat pemujaan
 Pada bagian kiri dan kanan tangga ada sebuah kolam berbentuk segi empat
berukuran 3.5 M X 2 M serta kedalaman mencapai 1.5 M, sedangkan pada dinding
luar setiap kolam ada 3 buah pancuran berbentuk teratai atau padma yang dibuat
dari batu andesit
 Sedangkan pada bagian anak tangga yang agak ke Selatan terdapat sebuah bagunan
berbentuk persegi empat dengan ukuran 7.65 M X 7.65 M dan diatas banguan
tersebut juga terdapat sebuah menara dengan ketinggian 2 meter dan atap
berbentuk meru dengan puncak yang datar
 Menara ini dikelilingi dengan 8 buah menara serupa namun ukurannya lebih kecil
dan di sekitar dinding kaki bangunan ada 17 pancuran atau jaladwara dengan bentuk
makara serta teratai
c) Candi Suwarna
 Candi Surawana terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur di 25
Km Timur Laut Kota Kediri
 Candi ini memiliki nama asli Candi Wishnubhawanapura yang dibangun pada abad 14
M
 Candi ini dibangun untuk memuliakan Bhre Wengker yang merupakan seorang raja
Kerajaan Wengker yang ada dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit
 Candi ini dibangun dengan corak Hindu yang keadaannya sudah tidak utuh lagi
sekarang ini, bagian dasarnya sudah mengalami rekonstruksi sedangkan untuk
bagian badan serta atap candi sudah hancur dan tak bersisa dan hanya kaki Candi
dengan tinggi 3 M saja yang masih berdiri dengan tegak
 Struktur Bangunan Candi Surawana – Candi Surawana berukuran 8 M X 8 M yang
dibangun dengan material batu andesit dan merupakan candi Siwa
 Semua bagian tubuh candi ini sekarang sudah hancur dan hanya tertinggal kaki candi
dengan tinggi 3 M
 Untuk naik ke selasar atas kaki candi ada sebuah tangga berukuran sempit yang ada
di bagian barat
d) Candi Wringin Branjang
 Candi Wringin Branjang terdapat di Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari,
Kabupaten Blitar, Jawa Timur
 Candi ini memiliki bentuk yang terlihat sederhana dan tidak dilengkapi dengan kaki
candi namun hanya atap dan badan candi saja
 Candi ini berukuran 4 M X 3 M X 5 M, sedangkan lebar pintu masuk adalah 1 M dan
ketinggian mencapai 2 M
 Pada bagian dinding juga tidak dilengkapi dengan relief seperti pada candi umumnya,
namun terdapat lubang ventilasi pada candi ini
 Candi ini diperkirakan digunakan sebagai tempat penyimpanan alat untuk upacara
dan sejenisnya
Peninggalan Budaya Kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia

 Peninggalan Budaya Hindu – Buddha tidak lepas dari peranan Akulturasi antara
Prasejarah dengan Hindu – Buddha
 Peranan Akulturasi di Indonesia masih lekat dimasyarakat hingga sekarang
 Berikut Akulturasi Prasejarah – Hindu – Buddha di Indonesia :

No. Unsur Akulturasi Wujud Akulturasi

1 Bahasa  Dikenalnya Bahasa Sansekerta


 Yang kemudian menambah perbendaharaan Bahasa
Melayu & Bahasa Indonesia
 Dikenalnya Huruf Pallawa yang akhirnya berkembang
menjadi Huruf Jawa Kuno, Bali dan Bugis

2 Religi  Dikenalnya Agama Hindu & Agama Buddha yang sudah


mengalami Sinkritisme ( Perpaduan ) dengan
Kepercayaan Animisme & Dinamisme

3 Pemerintahan &  Dikenal sistem pemerintahan kerajaan yang dipimpin


Sosial seorang raja yang dikultuskan ( dihormati secara
agama ) menjadi seorang dewa
 Pemilihan raja tidak selalu turun temurun tetapi ada
yang menggunakan prinsip musyawarah
 Dikenalnya Sistem Kasta yang memiliki peranan dan
fungsi yang berbeda

4 Pengetahuan  Dikenalnya Sistem Kalender berdasarkan Tahun Saka


dan penulisan Tahun Saka dengan menggunakan
Candrasangkala ( Tanda atau penulisan tentang tahun
dalam bentuk sandi )

5 Peralatan Hidup  Dikenal teknologi pembuatan Candi dan bangunan


dasar Punden Beundak dan berfungsi sebagai tempat
pemujaan roh nenek moyang atau dihubungkan
dengan raja yang sudah mangkat

6 Kesenian  Adanya Relief Candi yang mengambil kisah Ramayana


( Hindu ) atau Lalitawistara ( Buddha ) dengan suasana
kehidupan di Indonesia
 Kisah Ramayana & Lalitawistara yang sudah disadur
( dilebur tanpa menghilangkan garis besar ) kedalam
Bahasa Jawa Kuno dan ada penambahan tokoh
Punakawan
 Kisah tersebut menjadi sumber cerita/lakon
pertunjukan wayang dengan perubahan karakter dari
tokoh cerita
 Berikut Peninggalan – Peninggalan Budaya Hindu Buddha di Indonesia :
1. Candi/Stupa
 Bangunan candi dan stupa ada yang didirikan sebagai tempat pemujaan dan ada pula
yang didirikan sebagai makam
 Berikut tabel perbedaan Candi Hindu dan Candi Buddha :
No. Perbedaan Candi Hindu Candi Buddha
1 Fungsi Sebagai Makam Raja – Raja Sebagai Tempat Ibadah
2 Bagian Bangunan A. Kaki Candi ( Bhurloka ) A. Kaki Candi
B. Tubuh Candi ( Kamadhatu )
( Paradakshina ) B. Tubuh Candi
C. Atap Candi ( Svarloka ) ( Rupadhatu )
C. Atap Candi
( Arupadhatu )
3 Arca yang Terdapat Arca Trimurti Arca Buddha
( Brahma, Wisnu, Siwa )
4 Arah Pintu Utama Mengarah ke barat Mengarah ke timur
5 Bentuk Bangunan Ramping Tambun/Besar
6 Bentuk Atap Piramida bertingkat Bertingkat – tingkat
7 Bentuk Puncak Berbentuk kubus Bebentuk Ratna/Stupa
8 Letak Candi Di bagian belakang halaman Di tengah halaman
9 Bahan Pembuatan Batu bata Batu Andesit
10 Daerah Penemuan Jawa Timur Jawa Tengah
2. Gapura
 Gapura adalah bangunan berupa pintu gerbang
 Gapura ada yang beratap dan berdaun pintu dan ada yang menyerupai candi
terbelah dua
 Gapura yang beratap disebut Paduraksa dan yang terbelah dua disebut Bentar
 Contoh bangunan gapura diantaranya adalah Gapura Wringin Lawang di Trowulan
peninggalan Kerajaan Majapahit
3. Petirtaan
 Petirtaan adalah pemandian suci di kalangan istana
 Misalnya, petirtaan Tirtha Empul dan Jolotondo
4. Relief
 Relief adalah seni pahat pada dinding suatu bangunan atau candi.Relief itu
melukiskan suatu cerita
 Contohnya adalah cerita Ramayana yang dipahat pada dinding candi Prambanan
5. Prasasti
 Prasasti merupakan tulisan pada batu yang memuat berbagai informasi tentang
sejarah, dan peringatan atau catatan suatu peristiwa
 Berikut beberapa prasasti yang ditemukan di Indonesia :
A. Prasasti Yupa (Kutai)
 Yupa adalah tugu peringatan
 Isinya memuat berita tentang pelaksanaan upacara kurban karena keberhasilan Raja
Mulawarman dan pemerintahannya
B. Prasasti Ciaruteun (Tarumanegara)
 Isinya memuat keperkasaan dan kebijaksanaan pemerintahan seorang Raja
Purnawarman
C. Prasasti Canggal (Mataram Lama)
 Isinya memuat pendirian Kerajaan Mataram Lama oleh Raja Sanjaya
D. Prasasti Ratu Boko (Syailendra)
 Isinya memuat pelarian Raja Balaputra Dewa ke Sriwijaya setelah kalah perang
menghadapi kakaknya Pramodhawardani
E. Prasasti Kedukan Bukit
 Isinya antara lain menerangkan bahwa Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci
(siddhayatra) dengan menggunakan perahu
 Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara 20.000 personel
6. Kitab
 Kitab merupakan karangan berupa kisah, catatan, laporan tentang suatu peristiwa
atau sejarah
 Isi kitab tidak berupa kalimat langung melainkan rangkaian puisi indah dalam
sejumlah bait
 Ungkapan dalam bentuk puisi ini biasa disebut Kakawin
 Kitab-kitab peninggalan masa Hindu-Buddha antara lain adalah Kakawin Bharatayuda
karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, Kitab Negarakretagama karya Mpu Prapanca,
dan Sutasoma karya Mpu Prapanca
7. Patung/Arca
 Bentuk patung Hindu tidak sama dengan bentuk patung Buddha
 Patung Hindu umumnya berbentuk dewa-dewi, tokoh, dan makhluk mistik. Misalnya,
patung Raja Airlangga berbentuk patung dewa Wisnu sedang menunggang garuda,
dan patung Ken Dedes dalam wujud Dewi Prajnaparamita
 Adapun patung Buddha, bentuknya mewujudkan Sang Buddha Gautama sendiri
 Patung Buddha tampil dalam berbagai posisi
 Misalnya, sikap dhyana-mudra yaitu sikap tangan sedang bersemadi atau sikap
wara-mudra yaitu sikap tangan sedang memberi anugerah
Teori Masuknya Islam di Indonesia

Banyak teori – teori mengungkapkan masuknya Islam ke Indonesia bukan hanya


kebetulan
Banyak sejarahwan berlomba – lomba untuk mengetahui masuknya Islam ke
Indonesia
Berikut teori – teori yang mengungkapkan masuknya Islam ke Indonesia :
1. Teori Gujarat
Tokoh yang berpendapat : Christian Snouck Hurgronje & J.Pijnapel serta Mouquette
Bukti yang digunakan : Batu Nisan Malik Al –Saleh & Catatan Marcopolo
Pendapat yang diungkapkan :
Bahwa Islam masuk ke Indonesia pada Abad ke 13 M oleh pedagang asal Gujarat,
India
Munurut Mouquette, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 – 14 M
Penentuan waktu itu berdasarkan tulisan pada batu nisan Sultan Malik al-Saleh yang
berangka tahun 698 H atau 1297 M
Mouquette melihat ada kesamaan batu nisan Malik al-Saleh dengan batu nisan yang
ada di Cambay, Gujarat
Bukti lain tentang masuknya Islam pada abad ke-13 M adalah catatan Marcopolo
(pedagang Venesia) yang singgah di Sumatera dalam perjalanan pulangnya dari Cina
pada tahun 1292
Di sana disebutkan bahwa Perlak merupakan kota Islam
2. Teori Persia
Tokoh yang berpendapat : Husein Djajadiningrat & Umar Amir Husein
Bukti yang digunakan : Tanggal 10 Muharam
Pendapat yang diungkapkan :
Husein mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dibwa oleh Kaum Syiah Persia
Pendapatnya didasarkan pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang
antara masyarakat Persia dan Indonesia
Tradisi tersebut antara lain adalah perayaan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari
suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, seperti yang berkembang dalam tradisi
Tabot di Pariaman, Sumatra Barat dan Bengkulu
3. Teori Arab/Mekkah
Tokoh yang berpendapat : Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah ( Buya Hamka ), Thomas
Walker Arnold, J. C. Van Leur & Anthony Hearle Jhons
Bukti yang digunakan : Catatan Dinasti Tang berjudul “ Hsin – Tangsu “ & Mashab Syafi’i
Pendapat yang diungkapkan :
Buya Hamka mengatakan bahwa Islam berasal dari tanah kelahirannya, yaitu Arab
atau Mesir
Proses ini berlangsung pada abad-abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi
Hal ini berdasarkan bukti bahwa bangsa Indonesia sejak awal telah menganut
mazhab Syafi’i yang sama dengan mazhab yang dianut di Mekkah
Senada dengan pendapat Hamka, teori yang mengatakan bahwa Islam berasal dari
Mekkah dikemukakan oleh Anthony Hearle Johns
Menurutnya, proses Islamisasi dilakukan oleh para musafir ( kaum pengembara )
yang datang ke kepulauan Indonesia
Bukti lain tentang masuknya Islam pada abad ke-7 Masehi adalah catatan dari
Dinasti Tang yang berjudul Hsin – Tangshu (Sejarah Dinasti Tang) menyebutkan
bahwa pada 674 M telah ada pemukiman pedagang Arab di Polu-shih (Barus, Pantai
Barat Sumatra)
4. Teori Tiongkok/China
Tokoh yang berpendapat : Slamet Mulyana & Sumanto Al Quturby
Bukti yang digunakan : Catatan Musafir China
Pendapat yang diungkapkan :
Slamet Mulyana mengatakan Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para musafir
cina
Teori ini didasari pada beberapa bukti yaitu fakta adanya perpindahan orang-orang
muslim China dari Canton ke Asia Tenggara, khususnya Palembang pada abad ke 879
M
Adanya masjid tua beraksitektur China di Jawa
Raja pertama Demak yang berasal dari keturunan China (Raden Patah)
Gelar Raja-Eaja Demak yang ditulis menggunakan istilah China
Serta catatan China yang menyatakan bahwa pelabuhan-pelabuhan di Nusantara
pertama kali diduduki oleh para pedagang China
5. Teori Maritim
Tokoh yang berpendapat : Nabi Bakhsh Khan Baloch/N. A. Baloch
Bukti yang digunakan : Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai
Pendapat yang diungkapkan :
N.A. Baloch sejarahwan berpendapat masuknya Islam ke Nusantara akibat umat
Islam memiliki navigator ulung dalam penguasaan maritim / kelautan dan pasar
Yang kemudian melalui aktivitas ini penyebaran Islam berlangsung di sepanjang jaln
laut niaga di pantai pantai persinggahan pada Abad ke 1 H/Abad ke 7 M
Dijelaskan pula rentang waktunya, terjadi pada Abad ke 1 H/7 M, yang proses
penyebaran dan perkembangan dakwah ajaran Islam ini berlangsung selama lima
abad dari 1 H – 5 H/7 M – 12 M
N.A. Baloch juga menjelaskan mulai Abad ke 6 H/13 M terjadi pengembangan
Dakwah Islam hingga ke pedalaman oleh masyarakat pribumi
Selain itu Aceh pada Abad ke 9 M yang diikuti di wilayah lainnya di Nusantara
Proses Masuknya Islam di Indonesia

 Masuknya Islam di Indonesia tidak lepas dari Proses persebaran Islam atau yang kita
kenal dengan nama Saluran Islamisasi
 Berikut cara – cara para pendakwah menyebarakan Islam di Indonesia :
1. Perdagangan
 Kondisi geografis sebagai jalur pelayaran dan perdagangan membuat wilayah
Kepulauan Indonesia menjadi daerah pertemuan para pedagang yang tidak hanya
orang-orang lokal, tetapi juga bangsa lain seperti Arab, Persia, Cina, dan India
 Mereka berdagang sambil juga menyebarkan agama Islam
 Para pedagang tersebut biasanya bermukim atau bertempat tinggal sementara di
daerah-daerah sekitar pelabuhan
 Hal ini disebabkan mereka harus menunggu perubahan angin pada bulan-bulan
tertentu yang memungkinkan mereka kembali ke negeri asalnya
 Pada saat bermukim sementara inilah kemudian mereka menyebarkan agama Islam
2. Pernikahan
 Selain perdagangan, penyebaran Islam dilakukan melalui pernikahan
 Para pedagang muslim yang menetap di sekitar pelabuhan banyak yang melakukan
pernikahan dengan penduduk setempat
 Dari pernikahan ini terbentuklah ikatan kekerabatan yang besar antara pihak laki-laki
dan keluarga pihak wanita
 Dalam babad dan hikayat, ditemukan cerita mengenai pernikahan antara seorang
pedagang atau golongan Islam lainnya dengan anak bangswan pribumi
 Contohnya dapat kita temukan dalam Babad Tanah Jawi, tentang pernikahan puteri
Campa dengan raja Brawijaya dan melahirkan seorang putera yang kelak menjadi
raja Demak bernama Raden Patah
 Demikian juga dalam Babad Cirebon disebutkan seorang ulama terkenal bernama
Maulana Ishak yang berhasil menyembuhkan raja Blambangan, menikah dengan
puteri Blambangan dan melahirkan putra bernama Raden Paku yang kemudian
dikenal dengan sebutan Sunan Giri
3. Pendidikan
 Penyebaran Islam di Nusantara dilakukan juga melalui pendidikan
 Para ulama dan guru-guru agama Islam mendirikan lembaga-lembaga pendidikan
Islam
 Lembaga pendidikan Islam yang dikenal pada waktu itu adalah Surau, Dayah, dan
Pesantren
 Di tempat-tempat inilah para ulama mendidik para santri tentang agama Islam
 Bila telah selesai, para santri pulang ke kampung halamannya untuk berdakwah
menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekelilingnya
 Contoh pesantren pada masa dahulu pesantren yang dibangun oleh Sunan Ampel
dekat Gresik, dan pesantren yang dibangun oleh Sunan Giri di Gresik
4. Kesenian
 Penyebaran Islam juga dilakukan melalui pertunjukan seni, seperti pertunjukan
wayang kulit
 Disebutkan dalam cerita tutur bahwa Sunan Kalijaga adalah seorang Dalang yang
sangat mahir dan sangat disukai rakyat
 Beliau secara perlahan-lahan memasukan unsur-unsur agama Islam dalam cerita dan
pertunjukkan wayang sehingga akhirnya dapat menarik rakyat masuk agama Islam
5. Tasawuf
 Yaitu menyampaikan islam berdasarkan pendekatan kehidupan sehari-hari dan
mengantarkan untuk mengenal Islam berdasrkan logika dan pemikiran, sehingga
pemeluknya merasakan langsung relevansinya
6. Politik
 Salah satu proses masuk islam yaitu dengan politik, pada masa Hindu – Buddha
politik dipimpin oleh Kerajaan tetapi pada masa Islam politik Kerajaan digantikan
oleh politik Kesultanan
Peninggalan Budaya Akulturasi Islam dan Hindu – Buddha di Indonesia

 Peninggalan – peninggalan Islam di Indonesia erat kaitannya dengan Hindu – Buddha


di Indonesia
 Bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam, berkembang pula
kebudayaan Islam di Indonesia
 Unsur kebudayaan Islam itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan
Indonesia tanpa menghilangkan kepribadian Indonesia, sehingga lahirlah
kebudayaan baru yang merupakan akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam
 Akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam itu juga mencakup unsur kebudayaan
Hindu – Buddha
 Perpaduan kebudayaan Indonesia dan Islam, antara lain dapat dilihat sebagai
berikut:
I. Seni Bangunan
 Misalnya bangunan makam. Makam sebagai hasil kebudayaan zaman Islam
mempunyai ciri-ciri perpaduan antara unsur budaya Islam dan unsur budaya
sebelumnya, seperti berikut ini :
a) Fisik Bangunan
 Pada makam Islam sering kita jumpai bangunan kijing atau jirat ( bangunan makam
yang terbuat dari tembok batu bata ) yang kadang-kadang disertai bangunan rumah
( cungkup ) di atasnya
 Dalam ajaran Islam tidak ada aturan tentang adanya kijing atau cungkup
 Adanya bangunan tersebut merupakan ciri bangunan candi dalam ajaran Hindu-
Buddha
 Tidak berbeda dengan candi, makam Islam, terutama makam para raja, biasanya
dibuat dengan megah dan lengkap dengan keluarga dan para pengiringnya
 Setiap keluarga dipisahkan oleh tembok dengan gapura ( pintu gerbang ) sebagai
penghubungnya
 Gapura itu belanggam seni zaman pra-Islam, misalnya ada yang berbentuk kori
agung ( beratap dan berpintu ) dan ada yang berbentuk candi
b) Tata Upacara Pemakaman
 Pada tata cara upacara pemakaman terlihat jelas dalam bentuk upacara dan
selamatan sesudah acara pemakaman
 Tradisi memasukkan jenazah dalam peti merupakan unsur tradisi zaman purba
(kebudayaan megalithikum yang mengenal kubur batu) yang hidup terus menerus
sampai sekarang
 Demikian pula, tradisi penaburan bunga di makam dan upacara selamatan tiga hari,
tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, dan seribu hari untuk memperingati orang
yang telah meninggal merupakan unsur Islam dan juga unsur agama Hindu-Buddha
 Dan hingga saat ini tetap dilaksanakan oleh sebagian masyarakat Islam
c) Penempatan Makam
 Dalam penempatan makampun terjadi akulturasi antara kebudayaan lokal, Hindu-
Budha dan Islam
 Misalnya, makam terletak di tempat yang lebih tinggi dan dekat dengan masjid
 Contohnya, makam raja-raja Mataram yang terletak di bukit Imogiri dan makam para
wali yang berdekatan dengan masjid
 Dalam agama Hindu-Buddha makam dalam candi
d) Bangunan Masjid
 Bangunan masjid merupakan salah satu wujud budaya Islam yang berfungsi sebagai
tempat ibadah
 Dalam sejarah Islam, masjid memiliki perkembangan yang beragam sesuai dengan
daerah tempat berkembangnya
 Di Indonesia, masjid mempunyai bentuk khusus yang merupakan perpaduan budaya
Islam dengan budaya setempat
 Perpaduan budaya pada bangunan masjid terlihat pada;
i. Bentuk Bangunan
 Bentuk masjid di Indonesia, terutama di pulau Jawa, bentuknya seperti pendopo
(balai atau ruang besar tempat rapat) dengan komposisi ruang yang berbentuk
persegi dan beratap tumpang
 Ciri khusus bangunan masjid di Timur Tengah biasanya bagian atapnya berbentuk
kubah, tetapi di Jawa diganti dengan atap tumpang dengan jumlah susunan
bertingkat dua, tiga, dan lima
ii. Menara
 Menara merupakan bangunan kelengkapan masjid yang dibangun menjulang tinggi
dan berfungsi sebagai tempat menyerukan azan, yaitu tanda datangnya waktu shalat
 Di Jawa terdapat bentuk menara yang dibuat seperti candi dengan susunan bata
merah dan beratap tumpang, seperti menara masjid Kudus, Jawa Tengah
iii. Letak Bangunan
 Dalam ajaran Islam, letak bangunan masjid tidak diatur secara khusus
 Namun, di Indonesia, penempatan masjid khususnya masjid agung, diatur
sedemikian rupa sesuai dengan komposisi mocopat, yaitu masjid ditempatkan di
sebelah barat alun-alun, dan dekat dengan istana/keraton yang merupakan simbol
tempat bersatunya rakyat dengan raja di bawah pimpinan imam
 Selain itu, adanya kentongan atau bedug yang dibunyikan di masjid Indonesia
sebagai pertanda masuknya waktu shalat
 Hal itu juga menunjukkan adanya unsur Indonesia asli
 Bedug atau kentongan tidak ditemukan pada masjid di Timur Tengah
II. Seni Rupa
 Wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dan islam pada seni rupa dapat dilihat
pada ukiran bangunan makam
 Hiasan pada jirat (batu kubur) yang berupa susunan bingkai meniru bingkai candi
 Pada dinding rumah, makam dan gapura terdapat corak dan hiasan yang mirip
dengan corak dan hiasan yang terdapat pada Pura Ulu Watu dan Pura Sakenan
Duwur di Tuban (Jawa Timur)
 Salah satu cabang seni rupa yang berkembang pada awal penyebaran agama
Islam di Indonesia adalah seni kaligrafi. Kaligrafi tersebut biasanya digunakan
untuk menghias bangunan makam atau masjid
III. Aksara
 Akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam dalam hal aksara diwujudkan dengan
berkembangnya tulisan Arab Melayu di Indonesia, yaitu tulisan Arab yang dipakai
untuk menulis dalam bahasa Melayu
 Tulisan Arab Melayu tidak menggunakan tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan
Arab. Tulisan Arab Melayu disebut dengan istilah Arab Gundul
IV. Seni Sastra
 Kesusastraan pada zaman Islam banyak berkembang di daerah sekitar selat
Malaka ( sekarang Malaysia – Singapura – Indonesia ) dan Jawa
 Pengaruh yang kuat dalam karya sastra pada zaman Islam berasal dari Persia
 Misalnya, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, dan Cerita 1001 Malam
 Di samping itu, pengaruh budaya Hindu-Budha juga terlihat dalam karya sastra
Indonesia. Misalnya, Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sri Rama, Hikayat Kuda
Semirang, dan Syair Panji Semirang
 Cara penulisan karya sastra pada zaman Islam dilakukan dalam bentuk gancaran
dan tembang
 Di Jawa, tembang merupakan suatu bentuk yang lazim, tetapi di daerah Melayu,
tembang dan gancaran ada semua
 Cerita yang ditulis dalam bentuk gancaran disebut hikayat, sedangkan cerita yang
ditulis dalam bentuk tembang disebut syair
 Di daerah Melayu, karya sastra itu ditulis dengan menggunakan huruf Arab,
sedangkan di Jawa, naskah itu ditulis dengan menggunakan huruf Jawa dan Arab
(terutama yang membahas soal keagamaan)
V. Sistem Pemerintahan
 Pengaruh agama Islam di Indonesia juga terjadi dalam bidang pemerintahan
sehingga terjadi akulturasi antara kebudayaan Islam dan kebudyaan pra – Islam
 Sebelum masuknya agama Islam, di Indonesia telah berkembang sistem
pemerintahan dalam bentuk kerajaan
 Raja mempunyai kekuasaan besar dan bersifat turun-temurun
 Masuknya pengaruh Islam mengakibatkan perubahan struktur pemerintahan
dalam penyebutan raja
 Raja tidak lagi dipanggil maharaja, tetapi diganti dengan julukan sultan atau
sunan ( susuhunan ), panembahan, dan maulana
 Pada umumnya nama raja pun disesuaikan dengan nama Islam ( Arab )
 Akulturasi dalam penyebutan nama raja di Jawa lebih kelihatan karena raja tetap
memakai nama Jawa dibelakang gelar sultan, sunan, atau panembahan, seperti
Sultan Trenggono
 Di samping itu, juga muncul tradisi baru di Jawa, yaitu pemakaian gelar raja
secara turun-temurun, sedangkan untuk membedakan raja yang satu dengan
yang lainnya ditentukan dengan menambah angka urutan di belakang gelar,
seperti Hamengkubuwono I, II, III, dan seterusnya
 Begitu pula, dengan sistem pengangkatan raja pada masa berdirinya kerajaan
Islam di Nusantara tetap tidak mengabaikan cara-cara pengangkatan raja pada
masa sebelumnya
 Di Kerajaan Aceh, tata cara pengangkatan raja diatur dalam permufakatan hukum
adat
 Tata cara pengangkatan raja di Kerajaan Aceh adalah raja berdiri di atas tabal
( tabuh/beduk yang dipalu pada ketika meresmikan penobatan raja,
mengumumkan penobatan raja ), kemudian disertai ulama sambil membawa Al-
Qur’an berdiri di sebelah kanan dan perdana menteri memegang pedang di
sebelah kiri
 Di Jawa, pengangkatan raja dilakukan oleh para wali
 Raden Fatah menjadi Sultan Demak dengan permufakatan para wali dan
dilakukan di masjid Demak
 Pengangkatan Sultan Hadiwijaya dari Kesultanan Pajang dan Penembahan
Senopati dari Mataram juga tidak terlepas dari peran Wali Sanga
 Perbedaan tata cara pengangkatan raja di setiap daerah menunjukkan bahwa
tradisi lokal tetap digunakan
VI. Sistem Kalender
 Wujud akulturasi budaya Indonesia dan Islam dalam sistem kalender dapat dilihat
dengan berkembagnnya sistem kalender Jawa atau Tarikh Jawa
 Sistem kalender tersebut diciptakan oleh Sultan Agung dari Mataram pada tahun
1043 H atau 1643 M
 Sebelum masuknya budaya Islam, masyarakat Jawa telah menggunakan kalender
Saka yang dimulai tahun 7/8 M
 Dalam kalender Jawa, nama bulan adalah Sura, Safar, Mulud, Bakda Mulud,
Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Ruwah, Pasa, Syawal, Zulkaidah, dan Besar
 Nama harinya adalah Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Ahad yang
dilengkapi hari pasaran, seperti Legi, Pahing, Pon, Wege, dan Kliwon
VII. Filsafat
 Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha menjawab masalah-masalah yang
tidak terjawab oleh disiplin ilmu yang lain
 Filsafat akan mencari suatu kebenaran yang hakiki
 Dalam mencari kebenaran, umat Islam menggunakan pendekatan tasawuf
 Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari tentang orang-orang yang langsung
mencari Tuhan karena terdorong oleh cinta dan rindu terhadap Tuhan
 Mereka meninggalkan masyarakat ramai dan kemewahan dunia serta
mendekatkan diri kepada Tuhan dengan seluruh jiwa dan raga mereka
 Para pencari Tuhan itu mengembara ke mana-mana
 Mereka dinamakan sufi dan alirannya dinamakan tasawuf
 Bersamaan dengan perkembangan tasawuf, muncul tarekat di Indonesia, seperti
tarekat qadariyah
 Tarekat adalah jalan atau cara yang ditempuh oleh kaum sufi untuk mendekatkan
dirinya kepada Allah
 Bentuk akulturasi ilmu tasawuf dengan budaya pra – Islam tampak dalam hal-hal
sebagai berikut :
a) Aliran Kebatinan
 Dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, muncul usaha mencari Tuhan dari
kalangan sufi
 Seperti ajaran manunggaling kawulo gusti yang diajarkan oleh Syeikh Siti Jenar
 Ajaran Syeikh Siti Jenar banyak dipengaruhi oleh unsur budaya pra – Islam
 Akibatnya, ia dihukum oleh para wali, karena dianggap menyesatkan
b) Filsafat Jawa
 Filsafat Jawa sangat erat sekali hubungannya dengan dunia pewayangan
 Oleh karena itu, dalam penyebaran Islam di pulau Jawa para walimenggunakan
wayang sebagai medianya
 Tokoh yang terkenal adalah Sunan Kalijaga
Kerajaan Islam di Indonesia

 Pada masa Islam masuk ke Indonesia, banyak Kerajaan Hindu – Buddha berganti
aliran menjadi Islam
 Berikut kerajaan – kerajaan Islam di Indonesia :
1. Kesultanan Samudera Pasai
 Kesultanan Samudera Pasai merupakan Kesultanan bercorak Islam pertama di
Indonesia
 Kesultanan Samudera Pasai didirikan pada Abad ke 13 ( 1267 M ) dan runtuh pada
Abad ke 16 ( 1521 M )
 Kesultanan Samudera Pasai beribukota di Pasai, Kota Lhoksumawe ( sekarang Pantai
Timur Sumatera )
 Kesultanan Samudera Pasai dipimpin pertama kali oleh Sultan Malik As – Saleh dan
diperintah terakhir kali oleh Sultan Zainal Abidin IV
 Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Samudera Pasai :

Sultan – Sultan Samudera Pasai

No. Nama Sultan Masa Pemerintahan Keterangan/Catatan


Penting pada masa
pemerintahan
1 Sultan Malik As – Saleh 1267 M – 1297 M Sultan pertama
Samudera Pasai
2 Sultan Al – Malik Az – Zahir 1297 M – 1326 M Memperkenalkan
I/Muhammad I koin emas sebagai
mata uang Samudera
Pasai
3 Sultan Ahmad I 1326 M – 1336 M Menyerang ke
Kerajaan Karang
Baru
4 Sultan Al – Malik Az – Zahir 1336 M – 1349 M Dikunjungi Ibnu
II/Muhammad II Batutah
5 Sultan Zainal Abidin I 1349 M – 1406 M Diserang Kerajaan
Majapahit
6 Sultanah/Ratu Nahrasyiyah 1406 M – 1428 M Pimpinan paling
terkenal dan berjaya
7 Sultan Zainal Abidin II 1428 M – 1438 M -
8 Sultan Salahhudin 1438 M – 1462 M -
9 Sultan Ahmad II 1462 M – 1464 M -
10 Sultan Ahmad III 1464 M – 1466 M -
11 Sultan Ahmad IV 1466 M -
12 Sultan Mahmud 1466 M – 1468 M -
13 Sultan Zainal Abidin III 1468 M – 1474 M Dikudeta oleh
saudaranya
14 Sultan Muhammad Syah II 1474 M – 1495 M -
15 Sultan Al – Kamil 1495 M – 1495 M -
16 Sultan Adlullah 1495 M – 1506 M -
17 Sultan Muhammad Syah III 1506 M – 1507 M -
18 Sultan Abdullah 1507 M – 1509 M -
19 Sultan Ahmad V 1509 M – 1514 M Malaka jatuh ke
tangan Portugis
20 Sultan Zainal Abidin IV 1514 M – 1517 M Sultan terakhir
Samudera Pasai
 Kesultanan Samudera Pasai pertama kali dipimpin oleh Malik As – Saleh
 Malik As – Saleh merupakan keturunan Kerajaan Champa yang mendirikan Kerajaan
Pra Islam
 Selama Kepemimpinan As – Saleh, perdagangan Samudera Pasai masih sebatas
Perdagangan Barter
 Setelah As – Saleh mangkat, As – Saleh digantikan oleh Malik Az – Zahir yang
bergelar Sultan Al – Malik Az – Zahir I/Muhammad I
 Selama Kepemimpinan Az – Zahir I, Kesultanan Samudera Pasai mulai mengunakan
koin emas sebagai mata uang perdagangannya
 Setelah Az – Zahir mangkat, Az – Zahir digantikan oleh Sultan Ahmad I
 Selama Kepemimpinan Ahmad I, Samudera Pasai menyerang Kerajaan Karang Baru
( sekarang Kab.Aceh Tamiang, Aceh )
 Setelah Ahmad I mangkat, Ahmad I digantikan oleh Malik Az – Zahir II yang bergelar
Sultan Al – Malik Az – Zahir II/Muhammad II
 Selama Kepemimpinan Az – Zahir II, Samudera Pasai kedatangan penjelajah laut asal
Maroko, yaitu Ibnu Batutah
 Setelah Pemerintahan Az –Zahir II berakhir, ia digantikan oleh Sultan Zainal Abidin I
 Selama Pemerintahan Zainal Abidin I, Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan
Majapahit akan tetapi Samudera Pasai masih bertahan dari serangan
 Setelah Kepemimpinan Zainal Abidin I berakhir, ia digantikan oleh Ratu Nahrasyiyah
 Pada masa kepemimpinannya, Samudera Pasai memasuki era emasnya walaupun
keterkenalannya & kejayaannya kalah dengan Kesultanan Malaka
 Setelah Ratu Nahrasyiyah mangkat, ia digantikan oleh Sultan Zainal Abidin II dan
turunlah kepamoran Samudera Pasai
 Samudera Pasai mengalami kenhancuran pada masa Sultan Zainal Abidin IV, pada
saat itu Malaka sudah dibawah jajahan Portugis
 Setelah Zainal Abidin IV mangkat, Samudera Pasai kekosongan jabatan akibat perang
melawan Portugis
 Pada 1521 M, Samudra Pasai jatuh ketangan Portugis akan tetapi, 1524 M Samudra
Pasai diambil alih oleh Kesultanan Aceh Darussalam
 Berikut peninggalan – peninggalan Kesultanan Samudera Pasai :
a) Cakra Donya
 Cakra Donya Adalah sebuah lonceng yang berbentuk stupa buatan negeri Cina pada
tahun 1409 M
 Ukurannya tinggi 125 Cm sedangkan lebarnya 75 Cm
 Pada bagian luar Cakra Donya terdapat beberapa hiasan serta simbol-simbol
kombinasi aksara Cina dan Arab
 Aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo, sedangkan aksara Arab
sudah tidak terbaca lagi
 Adalah sebuah lonceng yang berbentuk stupa buatan negeri Cina pada tahun 1409 M
 Ukurannya tinggi 125cm sedangkan lebarnya 75cm. Pada bagian luar Cakra Donya
terdapat beberapa hiasan serta simbol-simbol kombinasi aksara Cina dan Arab
 Aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo, sedangkan aksara Arab
sudah tidak terbaca lagi
b) Makam Teungku Peuet Ploh Peuet
 Di komplek terdapat makam 44 orang ulama dari Kesultanan Samudera Pasai yang
dibunuh karena mengharamkan pernikahan raja dengan putri kandungnya
 Makam ini terletak di Gampong Beuringen Kec. Samudera
 Pada nisan tersebut juga bertuliskan kaligrafi surat Ali Imran ayat 18
c) Naskah Surat Zainal Abidin IV
 Naskah surat Sultan Zainal Abidin merupakan surat yang ditulis oleh Sultan Zainal
Abidin sebelum meninggal pada tahun 1518 Masehi atau 923 Hijriah
 Surat ini ditujukan kepada Kapitan Moran yang bertindak atas nama wakil Raja
Portugis di India
 Surat ini ditulis menggunakan bahasa arab, isinya menjelaskan mengenai keadaan
Kesultanan Samudera Pasai pada abad ke 16 M
 Selain itu, dalam surat ini juga menggambarkan tentang keadaan terakhir yang
dialami Kesultanan Samudera Pasai setelah bangsa Portugis berhasil menaklukkan
Malaka pada tahun 1511 M
 Nama-nama kerajaan atau negeri yang memiliki hubungan erat dengan Kesultanan
Samudera pasai juga tertulis di dalamnya
 Sehingga bisa diketahui pengejaan serta dan nama-nama kerajaan atau negeri
tersebut
 Adapun kerajaan atau negeri yang tertera dalam surat tersebut antara lain Negeri
Mulaqat ( Malaka ) dan Fariyaman ( Pariaman )
d) Makam Sultan Malik Al – Saleh
 Sultan Malik As Saleh memiliki nama asli yaitu Meurah Silu beliau adalah pendiri
kerajaan Samudra pasai pertama
 Sultan Muhammad Malik Al-Zahir adalah anak laki-laki dari Sultan Malik Al-Shaleh
dengan Putri Ganggang Sari
 Beliau memiliki gelar yang bernama As-Syahid sahida marhum 1 Sultan Bin Maliku’z-
Zahir Syamsu’dunia wa’ddin Muhammad Bin Maliku’s Saleh
 Gelar tersebut memiliki arti sebagai berikut :
 Aritnya: “kubur ini kepunyaan tuan yang mulia Sultan Malik Al-Zahir cahaya dunia
dan sinar agama muhammad bina Malik As Saleh wafat pada makam ahad dua belas
hari bulan Zulhijjah tahun 726 Hijriah”
e) Mata Uang Dirham Emas
 Pada jaman dahulu transaksi tidak memakai uang kertas
 Tetapi memaki uang dirham yaitu uang yang berbentuk seperti coin dengan warna
kuning
 Uang ini terbuat dari 70% emas asli tanpa campuran bahan-bahan kimia lainya
 Ukuran dari uang koin ini kurang lebih 10 Mm dan memiliki berat sebesar 0,6 Gram
 Pada jaman kerajaan samudra pasai uang ini ada dua macam. Pertama satu dirham
sedangkan yang satunya bernama setengah dirham
 Pada dua uang koin tersebut terdapat tulisan Muhammad Malik Al-Zahir
 Satunya lagi tertera nama Al-sultan Al-Adil
 Alat ini pertama kali di gunakan pada tahun 1268 M
 Mata uang ini digunakan oleh sebagian penduduk aceh untuk kegiatan jual beli
 Banyak orang yang sekarang sudah melupakan adanya uang ini
 Tetapi pada jaman dahulu terjadi tradisi mencetak dirham
 Perlahan demi perlahan muali menyebar sampai tahun 1524 M
2. Kesultanan Malaka
 Kesultanan Malaka berdiri pada Abad ke 15 ( 1405 M ) dan runtuh pada Abad ke 16
( 1511 M )
 Kesultanan Malaka beribukota di Malaka ( sekarang Negara Bagian Malaka,
Malaysia )
 Kesultanan Malaka diperintah pertama kali oleh Parameswara dan dipimpin terakhir
kali oleh Sultan Mahmud Syah
 Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Malaka :

Sultan – Sultan Malaka

No. Nama Sultan Masa Pemerintahan Catatan/Peristiwa


Penting pada saat
memerintah

1  Pai – li – mi – sul – la 1405 M – 1414 M Berkunjung ke


 Parameswara Nanjing untuk
 Raja Iskandar Syah meminta pengakuan
 Paramicura Kaisar Cina

2  Mu – kan – sa – yu – ti – er – 1414 M – 1424 M  Sultan terkenal


sha Malaka
 Megat Iskandar Syah  Berkunjung ke
 Raja Kecil Besar Nanjing untuk
 Raja Besar Muda mengabarkan
 Chaquem Daraxa kematian
ayahnya

3  Hsi – li – ma – ha – la – che 1424 M – 1444 M -


 Sri Maharaja
 Sultan Muhammad Syah
 Raja Tengah

4  Hsi – li – pa – mi – hsi – wa – er 1444 M – 1445 M -


– tiu – pa – sha
 Sri Parameswara Dewa
Syah/Sultan Ibrahim
 Sultan Abu Syahid
 Sultan Muhammad Syah

5  Su – lu – tan – wu – ta – fo – na 1446 M – 1459 M -


– sha
 Sultan Mudzzafar Syah
 Sultan Modafaixa

6 Sultan Mansyur Syah 1459 M – 1477 M Sultan terkenal


Malaka

7 Sultan Alaudin Riayat Syah 1477 M – 1488 M -

8 Sultan Mahmud Syah 1488 M – 1511 M Sultan terakhir


Malaka

 Selama Kepemimpinan Iskandar Syah, Kesultanan Malaka berkembang menjadi


Kesultanan Islam terbesar dan disegani
 Setelah Iskandar Syah meninggal, ia digantikan oleh anaknya, Megat Iskandar Syah
 Selama Kepemimpinan Megat Iskandar, Kesultanan Malaka berhasil memajukan
perekonomian dengan menguasai jalur perdagangan dan pelayaran
 Setelah Megat Iskandar Syah mangkat, ia digantikan oleh Sultan Muhammad Syah
 Selama Kepemimpinan Muhammad Syah, Kesultanan Malaka tidak terlalu
berkembang pesat
 Setelah Muhammad Syah mengundurkan diri, ia digantikan oleh Sultan Ibrahim
 Selama Kepemimpinan Sultan Ibrahim, Kesultanan Malaka makin menurun
perkembangannya akibat kemelut politk Malaka
 Setelah Sultan Ibrahim dikudeta dari Kesultanan, ia digantikan oleh Sultan Mudzzafar
Syah
 Selama Kepemimpinan Mudzzafar Syah, Kesultanan Malaka mendapat serangan dari
Kerajaan Siam, namun selalu berhasil digagalkan
 Pada kurun pemerintahannya, Sultan Mudzzafar Syah juga berhasil memperluas
daerah kekuasaannya hingga ke Pahang, Indragiri, dan Kampar
 Setelah Sultan Mudzzafar Syah wafat, ia digantikan oleh anaknya, Sultan Mansyur
Syah
 Selama Kepemimpinan Mansyur Syah, Kesultanan Malaka berhasil menguasai
kerajaan Siam sebagai taktik memperluas wilayah kekuasaannya
 Namun demikian, Sultan Mansyur Syah tidak menyerang Kerajaan Samudra Pasai
 Hal ini merupakan kebijakan politik Sultan Mansyur Syah untuk menjalin hubungan
dengan kerajaan Islam lainnya
 Setelah Mansyur Syah wafat, ia digantikan oleh anaknya, Sultan Alaudin Riayat Syah
 Selama Kepemimpinanan Alaudin, Kesultanan Malaka secara perekonomian stabil,
namun secara politis mengalami kemunduran
 Banyak daerah taklukan melepaskan diri, perang dan pemberontakan terjadi di
banyak daerah kekuasaannya
 Setelah Sultan Alaudin Riayat Syah wafat, ia digantikan oleh anaknya, Sultan
Mahmud Syah
 Selama Kepemimpinan Mahmud Syah, Kesultanan Malaka mengalami kemunduran
baik secara ekonomi maupun politis
 Secara politis, kekuasaan Kesultanan Malaka hanya tinggal mencakup wilayah utama
Semenanjung Malaka
 Dalam kondisi yang makin lemah, pada tahun 1511 M, armada perang Portugis yang
dipimpin oleh Alfonso d'Albuquerque akhirnya berhasil menguasai dan menaklukkan
Kesultanan Malaka
 Kehidupan ekonomi diambil alih oleh Kerajaan Banten yang memiliki pelabuhan di
tepi Selat Sunda, karena Portugis menerapkan pajak yang sangat tinggi
 Berikut peninggalan – peninggalan Kesultanan Malaka :
a) Masjid Agung Deli/Masjid Raya Medan
 Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai
pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 ( 1 Rajab 1324
H)
 Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10 September 1909 ( 25 Sya‘ban
1329 H ) sekaligus digunakan yang ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at
pertama di masjid ini
 Keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden. Sultan
memang sengaja membangun masjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut
prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana
Maimun
 Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, namun konon
Tjong A Fie, tokoh kota Medan dari etnis Tionghoa yang sezaman dengan Sultan
Ma’mun Al Rasyid turut berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini
b) Masjid Kubro Kampar Timur
 Sekitar abad 15, Kerajaan malaka diserang oleh Portugis dan Raja Malaka beserta
pengikutnya melarikan diri
 Dalam pelariannya Sutan Mahmud Raja Malaka melakukan pelarian ke Penyengat,
kemudian menelusuri Sungai Kampar hingga akhirnya ia menetap dan tinggal di
kampar serta memerintah dan meninggal di kampar, beliau membentuk Kerajaan
baru yang disebut Kerajaan Kampar
 Ada 2 versi yang menyatakan makam sultan Mahmud malaka
 Lokasi yang terdapat dalam kitab sulatus salatin itu berada di Kampar, ada yang
menyatakan makam beliau ada di pekantua pelalawan
 Namun perlu kita ketahui bahwa dulunya Pelalawan merupakan bagian dari kampar
 Menurut versi Kerajaan Pelalawan Sultan mahmud merupakan Raja dari Kerajaan
Pekantua Kampar
3. Kesultanan Aceh Darussalam
 Kesultanan Aceh Darussalam berdiri pada Abad ke 15 ( 1514 M ) dan runtuh pada
Abad ke 20 ( 1903 M )
 Kesultanan Aceh Darussalam beribukota di Banda Aceh ( 1514 M – 1873 M ) &
Keumala ( sekarang Pidie, Aceh ) pada 1873 M – 1903 M
 Kesultanan Aceh Darussalam diperintah pertama kali oleh Sultan Ali Munghayat Syah
dan diperintah terakhir kali oleh Sultan Muhammad Daud Syah
 Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Aceh Darussalam :
Sultan – Sultan Aceh Darussalam
No. Nama Sultan Masa Pemerintahan Keterangan
1 Sultan Ali Munghayat Syah 1514 M – 1530 M Sultan pertama
Aceh Darussalam
2 Sultan Salahuddin 1530 M – 1537/9 M Sultan Aceh
Darussalam dari
Dinasti Meukuta
Alam
3 Sultan Alauddin Al – Qahhar 1537/9 M – 1568 M Sultan Aceh
Darussalam dari
Dinasti Meukuta
Alam
4 Sultan Husein Ali Riayat Syah 1568 M – 1571 M Sultan Aceh
Darussalam dari
Dinasti Meukuta
Alam
5 Sultan Muda 1571 M – 1575 M Sultan Aceh
Darussalam dari
Dinasti Meukuta
Alam
6 Sultan Sri Alam 1575 M – 1576 M Sultan Aceh
Darussalam dari
Dinasti Meukuta
Alam
7 Sultan Zainal Abidin 1576 M – 1577/9 M Sultan Aceh
Darussalam dari
Dinasti Meukuta
Alam
8 Sultan Alauddin Mansur Syah 1577/9 M - 1585 M Sultan Aceh
Darussalam
Keturunan Perak
9 Sultan Buyung/Ali Riayat Syah II 1585 M – 1589 M Sultan Aceh
Darussalam
Keturunan
Inderapura
10 Sultan Alauddin Riayat Syah Sayyid Al 1589 M – 1604 M Sultan Aceh dari
– Mukammil Dinasti Darul Kamal
11 Sultan Ali Riayat Syah III 1604 M – 1607 M Sultan Aceh dari
Dinasti Darul Kamal
12 Sultan Iskandar Muda 1607 M – 1636 M  Sultan
terkenal
Aceh
Darussalam
 Sultan Aceh
Darussalam
dari dinasti
Mahkota
Alam &
Darul Kamal
13 Sultan Iskandar Thani 1636 M – 1641 M Sultan Aceh
Darussalam
keturunan Pahang
14 Sultanah/Ratu Safiatuddin 1641 M – 1675 M Sultanah Aceh
Darussalam
keturunan Bugis
15 Sultanah/Ratu Naqiatuddin Nurul 1675 M – 1678 M Sultanah Aceh
Alam Darussalam
keturunan Bugis
16 Sultanah/Ratu Zaqiatuddin Inayat 1678 M – 1688 M Sultanah Aceh
Syah Darussalam
keturunan Bugis
17 Sultanah/Ratu Zainatuddin Kamalat 1688 M – 1699 M Sultanah Aceh
Syah Darussalam
keturunan Bugis
18 Sultan Badrul Alam Syarif Hasyim 1699 M – 1702 M Sultan Aceh
Jamaluddin Darussalam dari
Dinasti Syarif
( Maulana )
19 Sultan Perkasa Alam Syarif 1702 M – 1703 M Sultan Aceh
Lamtui/Sultan Badrul Alam Syarif Darussalam dari
Lamtui al-Mutaawi Jamalul Lail Dinasti Syarif
( Maulana )
20 Sultan Jamalul Alam Badrul Munir 1703 M – 1726 M Sultan Aceh
Darussalam dari
Dinasti Syarif
( Maulana )
21 Sultan Jauharul Alam Aminuddin 1726 M Sultan Aceh
Darussalam dari
Dinasti Syarif
( Maulana )
22 Sultan Syamsul Alam 1726 M – 1727 M Sultan Aceh
Darussalam dari
Dinasti Syarif
( Maulana )
23 Sultan Alauddin Ahmad Syah 1727 M – 1735 M Sultan Aceh
Darussalam dari
Dinasti Syarif
( Maulana )
24 Sultan Alauddin Johan Syah 1735 M – 1760 M Sultan Aceh
Darussalam
keturunan Bugis
25 Sultan Alauddin Mahmud Syah I 1760 M – 1781 M Sultan Aceh
Darussalam
keturunan Bugis
26 Sultan Badruddin Johan Syah/Sultan 1764 M – 1765 M Sultan Aceh
Badrul Alam Syah Darussalam
keturunan Bugis
27 Sultan Sulaiman Syah 1773 M Sultan Aceh
Darussalam
keturunan Bugis
28 Sultan Alauddin Muhammad Syah 1781 M – 1795 M Sultan Aceh
Darussalam
keturunan Bugis
29 Sultan Syarif Saif Al – Alam 1795 M – 1815 M Sultan Aceh
Darussalam
keturunan Bugis
30 Sultan Alauddin Jauharul Alam 1819 M – 1823 M Sultan Aceh
Syah/Sultan Alauddin Jauhar Al – Darussalam
Alam keturunan Bugis
31 Sultan Muhammad Syah/Sultan 1823 M – 1838 M Sultan Aceh
Alauddin Muhammad Daud Syah I Darussalam
keturunan Bugis
32 Sultan Alauddin Sulaiman Ali Iskandar 1838 M – 1857 M Sultan Aceh
Syah Darussalam
keturunan Bugis
33 Sultan Alauddin Ibrahim Mansyur 1857 M – 1870 M Sultan Aceh
Syah Darussalam
keturunan Bugis
34 Sultan Alauddin Mahmud Syah 1870 M – 1874 M Sultan Aceh
Darussalam
keturunan Bugis
35 Sultan Muhammad Daud Syah 1874 M – 1903 M Sultan terakhir
Aceh Darussalam
 Pada saat Kepemimpinan Ali Munghayat Syah, perkembangan Islam di Aceh belum
meningkat pesat
 Setelah Ali Munghayat Syah mangkat, ia digantikan oleh Sultan Salahuddin
 Pada Kepemimpinan Salahudin, Kerajaan Aceh melemah kekuatannya akibat
dipimpin oleh sultan lemah menurut Sultan Alauddin Al – Qahhar
 Setelah Salahudin dikuedeta, ia digantikan oleh Sultan Alauddin Al – Qahhar
 Masa keemasan Aceh Darussalam tercapai pada Pemerintahan Iskandar Muda
 Pada saat itu, Kesultanan Aceh berhasil menguasai daerah-daerah di pesisir timur
dan barat Sumatra, serta pesisir barat Semenanjung Melayu, seperti Johor dan
Pahang
 Pada tahun 1629 M, Sultan Iskandar Muda berupaya merebut Malaka dari Portugis
 Namun upayanya gagal karena kekuatan Portugis lebih unggul
 Setelah Iskandar Muda wafat, ia digantikan oleh Iskandar Tsani, disitulah masa
kemunduran Aceh Darussalam
 Masa kehancuran Aceh Darussalam terjadi ketika dipimpin oleh Sultan Muhammad
Daud Syah
 Saat itu Kesultanan Aceh berperang melawan Belanda pahlawan – pahlawan yang
ikut berperang antara lain Tueku Umar, Cut Nyak Dien, Panglima Polim, dll
 Pada 1903 M, Aceh Darussalam kalah dengan Belanda akibat mata – mata Belanda
yang bernama Snouck Hurgronje yang memberi siasat untuk mengalakhkan Rakyat
Aceh
 Akhirnya Kesultanan Aceh Darussalam menyerah dan dibubarkan oleh Belanda
 Berikut peninggalan – peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam :
a) Masjid Raya Baiturahman
 Peninggalan Kerajaan Aceh yang pertama serta yang paling terkenal yaitu Masjid
Raya Baiturrahman
 Masjid yang dibangun Sultan Iskandar Muda pada sekitar tahun 1612 M ini terletak
di pusat Kota Banda Aceh
 Ketika agresi militer Belanda II, masjid ini pernah dibakar
 Tetapi pada selang 4 tahun setelahnya, Belanda membangunnya kembali untuk
meredam amarah rakyat Aceh yang akan berperang merebut syahid
 Ketika bencana Tsunami menimpa Aceh pada 2004 lalu, masjid peninggalan sejarah
Islam di Indonesia satu ini jadi pelindung untuk sebagian masyarakat Aceh
 Kekokohan bangunannya tidak dapat digentarkan oleh sapuan ombak laut yang saat
itu meluluhlantahkan kota Banda Aceh
b) Taman Sari Gunongan
 Taman Sari Gunongan yaitu salah satu peninggalan Kerajaan Aceh
 Taman ini dibangun pada saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang
memerintah tahun 1607 M – 1636 M
 Sultan Iskandar Muda berhasil menaklukkan Kerajaan Pahang serta Kerajaan Johor di
Semenanjung Malaka
 Sultan Iskandar Muda jatuh cinta pada Putri Boyongan dari Pahang karena
akhlakhnya yang sangat mempesona serta cantik parasnya, sampai pada akhirnya
menjadikannya sebagai permaisuri
 Karena cintanya yang sangat besar, Sultan Iskandar Muda bersedia untuk memenuhi
keinginan Putri Boyongan untuk membangun sebuah taman sari yang indah yang
dilengkapi dengan Gunongan
c) Masjid Tua Indrapuri
 Masjid Indrapuri adalah bangunan tua berbentuk segi empat sama sisi
 Mempunyai bentuk yang khas seperti candi, karena di masa lalu bangunan ini bekas
benteng sekaligus candi Kerajaan Hindu yang lebih dulu menguasai Aceh
 Pada tahun 1300 M, diperkirakan pengaruh Islam di Aceh mulai menyebar dan
perlahan-lahan penduduknya telah mengenal Islam
 Pada akhirnya bangunan yang awalnya candi ini berubah fungsi menjadi masjid
 Bangunan bekas candi ini dirubah jadi masjid pada masa Sultan Iskandar Muda yang
berkuasa dari tahun 1607 M – 1637 M
d) Pintho Khop
 Pinto Khop berada di Kel. Sukaramai, Kec. Baiturahman, Kota Banda Aceh
 Tempat ini adalah sejarah Aceh jaman dulu yang dibangun pada saat pemerintahan
Sultan Iskandar Muda
 Selain itu, tempat ini juga adalah pintu penghubung antara istana serta taman
putroe phang
 Pinto khop ini merupakan pintu gerbang yang berbentuk kubah
 Pinto khop ini juga adalah tempat beristirahat putri pahang jika telah selesai
berenang, posisinya tak jauh dari gunongan
 Nah, disanalah dayang-dayang membersihkan rambut permaisuri
 Selain itu, di sana juga ada sebuah kolam yang dipakai permaisuri untuk mandi
bunga
e) Meriam Kesultanan Aceh
 Pada masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani, dikirimkan beberapa pembuat senjata
serta teknisi dari Turki ke Aceh
 Lalu Aceh menyerap kemampuan ini serta dapat memproduksi meriam sendiri dari
kuningan
 Perlu anda ketahui, meriam ini digunakan untuk mempertahankan Aceh dari
serangan penjajah
f) Hikayat Parang Sabi
 Hikayat Prang Sabi merupakan suatu karya sastra dalam sastra Aceh yang berupa
hikayat
 Adapun isi dari hikayat ini yaitu membicarakan mengenai jihad
 Karya sastra ini ditulis oleh para ulama yang berisi ajakan, nasehat, serta seruan
untuk terjun ke medan jihad untuk menegakkan agama Allah dari serangan kaum
kafir
 Bisa jadi, mungkin saja hikayat inilah yang menghidupkan semangat juang rakyat
Aceh dahulu untuk mengusir penjajah
g) Makam Sultan Iskandar Muda
 Peninggalan Kerajaan Aceh yang selanjutnya yaitu Makam dari Raja Kerajaan Aceh
yang paling terkenal, Sultan Iskandar Muda
 Makam yang terdapat di Kel. Peuniti, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh ini sangat
kental dengan nuansa Islami
 Ukiran serta pahatan kaligrafi pada batu nisannya sangat indah serta menjadi salah
satu bukti sejarah masuknya Islam ke Indonesia
h) Uang Emas Kesultanan Aceh
 Aceh ada di jalur perdagangan serta pelayaran yang sangat strategis
 Berbagai komoditas yang datang dari penjuru Asia berkumpul di sana pada saat itu
 Hal semacam ini membuat kerajaan Aceh tertarik untuk membuat mata uangnya
sendiri
 Uang logam yang terbuat dari 70% emas murni inilalu dicetak lengkap dengan nama-
nama raja yang memerintah Aceh
 Koin ini masih sering ditemukan serta menjadi harta karun yang sangat diburu oleh
beberapa orang
 Koin ini dapat juga dianggap sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Aceh yang
pernah berjaya pada masanya
4. Kesultanan Demak
 Kesultanan Demak merupakan kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa
 Kesultanan Demak berdiri pada Abad ke 15 ( 1475 M ) dan runtuh pada Abad ke 16
( 1549 M )
 Kesultanan Demak beribukota di Bintoro, Demak, Jawa Tengah
 Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Fatah dan dipimpin terakhir kali oleh Arya
Penangsang
 Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Demak :

Sultan – Sultan Demak


No. Nama Sultan Masa Pemerintahan Keterangan

1 Sultan Raden Fatah/Jin Bun 1475 M – 1518 M Sultan pertama


Demak

2 Sultan Adipati Unus/Yat Sun 1518 M – 1521 M Sultan tersohor


Demak

3 Sultan Trenggana/Tung Ka Lo 1521 M – 1546 M Sultan tersohor


Demak

4 Sultan Sunan Prawoto/Raden 1546 M – 1547 M -


Mukmin/Muk Ming

5 Sultan Arya Penangsang/Adipati 1547 M – 1549 M Sultan terakhir


Jipang/Arya Jipang/Ji Pang Kang Demak

 Selama Kepemimpinan Raden Fatah, Kesultanan Demak mulai berkembang pesat


sebab jasa Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Demak
 Setelah Raden Fatah mangkat, ia digantikan oleh Adipati Unus
 Selama Kepemimpinanan Adipati Unus, Kesultanan Demak mengirim untuk
membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis dan menguasai perdagangan di Selat
Malaka
 Namun upaya ini gagal karena kekuatan Portugis lebih unggul
 Setelah Adipati Unus mangkat, ia digantikan oleh Sultan Trenggana
 Selama Kepemimpinan Sultan Trenggana, kekuasaan Kesultanan Demak meliputi
sebagian Jawa Barat, Jayakarta, Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur
 Penaklukkan pesisir utara Jawa Barat dilakukan oleh Fatahillah yang turut merintis
berdirinya kesultanan Banten dan Cirebon
 Setelah Sultan Trenggana wafat, ia digantikan oleh Sultan Sunan Prawoto disitulah
mulai masa kemunduran Kesultanan Demak
 Setelah Sunan Prawoto wafat, ia digantikan oleh Arya Penangsang
 Selama Kepemimpinan Arya Penangsang, Kesultanan Demak mengalami
kemunduran
 Salah satu penyebabnyaadalah konflik dalam keluarga kesultanan yang
memperebutkan tahta Demak
 Konflik berakhir setelah Jaka Tingkir ( Adipati Pajang sekaligus menantu Sultan
Trenggono ) meredam pemberontakan Aria Panangsang yang menginginkan tahta
Demak
 Jaka Tingkir kemudian memindahkan pusat pemerintahan Demak ke daerah Pajang
 Pada 1554 M, Kesultanan Demak berganti nama Kesultanan Pajang
 Berikut peninggalan – peninggalan Kesultanan Demak :
a) Pintu Bledek
 Pintu Bledek/Pintu Petir merupakan pintu yang dilengkapi dengan pahatan yang
dibuat tahun 1466 oleh Ki Ageng Selo
 Dari cerita yang beredar, Pintu Bledek ini dibuat oleh Ki Ageng Selo dengan petir
yang tersambar memakai kekuatan supranatural yang dimilikinya yang ia tangkap
saat ada di tengah sawah
 Pintu tersebut lalu dibawa pulang dan dibawa ke Raden Patah kemudian pintu ini
dipakai untuk pintu masuk utama Masjid Agung Demak yang keadaannya sudah
mulai rusak sehingga di simpan dalam Museum dalam Masjid Agung Demak
tersebut
b) Masjid Agung Demak
 Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Masjid Agung Demak
 Masjid Agung Demak ini didirikan tahun 1479 M yang kini sudah berumur sekitar 6
abad tetapi masih berdiri dengan kokoh sebab sudah dilakukan renovasi sebanyak
beberapa kali
 Masjid Agung Demak ini tidak hanya sebagai peninggalan sejarah Kerajaan Demak
saja, akan tetapi dulunya merupakan pusat dari pengajaran serta syiar Islam
 Masjid ini dikatakan sebagai asal mula pemikiran dari kehadiran Kesultanan Demak
Bintoro
 Secara geografis, Masjid Agung Demak terletak di Des. Kauman, Kec. Demak Kota,
Kab. Demak Kota, Jawa Tengah
 Arsitektur masjid ini terlihat berbeda dari arsitektur masjid yang ada di jaman
sekarang
 Masjid Agung Demak mengguanakn kombinasi gaya budata Jawa Tengah yang
sangat kental dan ornamen yang terdapat di Masjid Agung Demak ini juga
melukiskan tentang hubungan antara Jawa dengan Islam
 Masjid Agung Demak ini memiliki ukuran luas sebesar 31 x 31 M2 yang di bagian sisi
Masjid Agung Demak ini juga terdapat serambi berukuran 31 x 15 M2 dengan
panjang keliling 35 M x 3 M
 Serambi masjid ini terbuka dan bangunan masjid di topang dengan total 128 soko
 4 diantara soko ini adalah soko guru sebagai penyangga utama, sementara tiang
penyangga bangunan total ada 50 buah dan tiang penyangga serambi berjumlah 28
serta tiang keliling sebanyak 16 buah
 Bentuk Masjid Demak memakai material kayu dengan bentuk bulat lengkap dengan
beberapa lengkungan
 Bagian interior masjid juga memakai material kayu lengkap dengan ukiran yang juga
terlihat sangat artistik dan cantik
c) Soko Guru/Soko Tatal
 Soko Guru atau Soko Tatal merupakan tiang penyangga dari Masjid Agung Demak
yang terbuat dari material kayu dengan diameter 1 M dan berjumlah sebanyak 4
buah
 Semua Soko Guru ini dibuat oleh Sunan Kalijogo dan menurut cerita Sunan Kalijogo
baru menyelesaikan 3 buah soko guru dan Masjid Agung Demak sudah dibangun
serta sudah mulai masuk dalam tahapan pemasangan atap
 Sehingga karena dikejar waktu, Sunan kalijogo kemudian mengumpulkan tatal atau
kulit kayu yang berasal dari sisa pahatan dari 3 soko guru untuk dibuat menjadi 1
soko guru baru memakai kekuatan spiritual yang dimiliki Sunan Kalijogo dan inilah
yang menyebabkan soko guru diberi istilah soko tatal
d) Bedug & Kentongan
 Bedug dan juga kentongan, dulunya dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan
rakyat sekitar Masjid untuk menandai masuknya waktu sholat
 Kedua benda ini ditemukan dalam Masjid Agung Demak dengan bentuk seperti tapal
kuda dengan folosofi saat dibunyikan atau dipukul maka rakyat sekitar masjid harus
datang untuk menunaikan sholat
 Bedug dan kentongan ini menjadi peninggalan sejarah Kerajaan Demak yang juga
masih bisa dilihat hingga sekarang
e) Situs Kolam Wudhu
 Kolam wudhu ada di halaman Masjid Agung Demak dan dulu di pakai untuk tempat
wudhu para musyafir dan juga santri yang akan melaksanakan sholat, akan tetapi
sekarang kolam wudhu ini tidak lagi dipergunakan sebagai tempat berwudhu pada
saat ingin melaksanakan sholat
f) Makam Sunan Kalijaga
 Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu dari 9 Sunan WaliSanga yang berdakwah
di sekitar wilayah Jawa
 Sunan Kalijaga wafat tahun 1520 lalu dikebumikan di Desa Kadilangu berdekatan
dengan Kota Demak
 Makam Sunan Kalijogo ini sekarang menjadi sebuah situs yang sering didatangi
peziarah dan juga wisatawan dari berbagai wilayah di tanah air dan juga menjadi
salah satu peninggalan dari Kerajaan Demak
 Banyak orang yang berkunjung untuk tujuan berziarah dan juga berdoa, semoga
diberikan kemudahan dan juga keberkahan lewat berdoa ini
 Situs ini sangat dijaga baik oleh pengelolanya, agar pengunjung atau peziarah
nyaman saat berdoa dan bersholawat
g) Maksura
 Maksurah merupakan ukiran kaligrafi ayat Al – Quran yang digunakan sebagai
interior dinding Masjid Agung Demak
 Maksurah ini dibangun saat kekuasaan Aryo Purbaningrat yang merupakan adipati
Demak tahun 1866 dan kaligrafi ini menceritakan mengenai ke Esaan Allah
h) Dampar Kencana
 Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Dampar Kencana
 Dampar Kencana merupakan singgasana untuk para Sultan Demak yang kemudian
digunakan sebagai mimbar khotbah pada Masjid Agung Demak
 Mimbar ini akan tetapi tidak lagi digunakan dan disimpan pada museum Masjid
Agung Demak agar terhindar dari kerusakan
i) Piring Champa
 Piring Campa merupakan piring porselen sebanyak 65 buah yang saat ini dipasang
pada interior dinding Masjid Agung Demak
 Seperti namanya, piring ini merupakan hadiah dari putri Campa yakni ibu dari Raden
Patah, pendiri Kerajaan Demak
j) Mihrab
 Mihrab yang merupakan pengimaman juga merupakan peninggalan dari Kerajaan
Demak yang didalamnya terdapat gambar hewan bulus prasasti Condro Sengkolo
 Prasasti Condro Sengkolo ini mempunyai arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti tahun 1401
Saka atau 1479 Masehi
 Ini membuat kesimpulan jika di masa Kerajaan Demak juga sudah mengenal Mihrab
atau pengimaman yang berlukiskan hiasan tertentu yang adalah akulturasi budaya
Islam dan juga Jawa
k) Pawestren
 Dari sejarah Kerajaan Demak dikatakan jika faham Islam sudah maju pada saat
tersebut dan jamaah sholat laki-laki serta perempuan sudah dipisahkan
 Tempat sholat berjamaah perempuan ini dinamakan pawestren
 Pawestren ini merupakan bangunan dengan 8 tiang penyangga yang 4 tiang uatam di
topang belandar balok bersusun tiga lengkap dengan ukiran motif Majapahit
 Motif maksurah tahun 1866 Masehi ini diperkirakan dibuat pada masa Arya
Purbaningrat
5. Kesultanan Pajang

 Kesultanan Pajang merupakan kelanjutan dari Kesultanan Demak

 Kesultanan Pajang berdiri pada abad ke 16 ( 1549 M ) dan runtuh pada abad 16
( 1587 M )Kesultanan Pajang beribukota di Pajang, Laweyan, Surakarta

 Kesultanan Pajang didirikan oleh Sultan Hadiwijaya dan diperintah terakhir kali oleh
Sultan Sutawijaya

 Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Pajang :

Sultan – Sultan Pajang

No. Nama Sultan Masa Pemerintahan Keterangan

1  Hadiwijaya 1549 M – 1582 M Sultan pertama


Pajang
 Jaka Tingkir

 Mas Karebet

 Peng King Kang

2 Arya Pangiri/Sultan Ngawantipura 1582 M – 1586 M -

3 Pangeran Benawa/Prabuwijaya 1586 M – 1587 M Sultan terakhir


Pajang

 Selama Kepemimpinan Hadiwijaya, Kesultanan Pajang juga berhasil melakukan


ekspansi ke daerah Blora pada tahun 1554 M dan daerah Kediri tahun 1577 M

 Pada tahun 1581 M, Jaka Tingkir berhasil mendapatkan pengakuan dari seluruh
adipati di Jawa Tengah dan Jawa Timur
 Setelah Hadiwijaya wafat, ia digantikan oleh Arya Pangiri yang bergelar
Ngawantipura

 Selama Kepemimpininan Arya, Arya hanya peduli pada usaha untuk menaklukkan
Mataram daripada menciptakan kesejahteraan rakyatnya

 Dia melanggar wasiat mertuanya (Hadiwijaya) supaya tidak membenci Sutawijaya

 Ia bahkan membentuk pasukan yang terdiri atas orang-orang bayaran dari Bali, Bugis,
dan Makassar untuk menyerbu Mataram

 Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang

 Ia mendatangkan orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat


Pajang

 Bahkan, rakyat Pajang juga tersisih oleh kedatangan penduduk Demak

 Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah menjadi perampok karena kehilangan
mata pencaharianSebagian lagi pindah ke Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa

 Setelah Arya Pangiri kalah, ia digantikan oleh Pangeran Benawa yang bergelar
Prabuwijaya

 Selama Kepemimpinan Benawa, kerajaan Pajang menjadi negara yang tunduk


sepenuhnya terhadap Mataram

 Hal ini disebabkan tidak adanya pengganti yang cukup cakap untuk memegang
kendali Pemerintahan PajangPada 1587 M, Kesultanan Pajang berganti nama
menjadi Kesultanan Mataram

 Berikut peninggalan – peninggalan Kerajaan Pajang :

a) Masjid Laweyan

 Masjid Laweyan merupakan masjid peninggalan kerajaan Pajang yang hanya bisa
ditemukan di Kampung Batik, Laweyan, Solo

 Masjid itu dibangun pada tahun 1546 oleh Sultan Pajang pertama

 Menurut beragam sumber, masjid ini mulanya adalah sebuah pura tempat ibadah
kaum Hindu di Pajang

 Karena keakraban Ki Ageng Henis dengan raja Hindu setempat, pura Laweyan itu
kemudian dirubah menjadi masjid untuk melayani peribadahan umat Islam Laweyan

 Maka dari itu, masjid Laweyan juga sering disebut masjid Ki Ageng Henis

b) Pasar Laweyan

 Tidak jauh dari Bandar Kabanaran ada sebuah pasar yang di namai Pasar Laweyan
 Pasar itu dahulu kala merupakan pendorong utama kegiatan perdagangan di Bandar
Kabanaran

 Hingga sampai kini, pasar Laweyan masih di pakai masyarakat untuk melakukan
transaksi perdagangan

 Namun demikian, tidak ada sisa benda bersejarah yang menceritakan bagaimana
sejarah peradaban bangunan pasar itu di bangun

c) Bandar Kabanaran

 Bandar Kabanaran adalah tempat perdagangan yang terletak di tepi sungai Begawan
Solo

 Pada zaman kekuasaan Kerajaan Pajang, bandar ini di pakai sebagai jalur
penghubung lalu lintas perdagangan dari Jawa ke bandar besar Nusupan

 Beberapa para ahli megatakan bahwa selain untuk tempat perdagangan, bandar itu
juga di gunakan sebagai tempat dakwah dan penyebaran Islam sekitar pajang

 Namun demikian, bandar itu sekarang tidak begitu menjadi pusat perhatian
dikarenakan sedikitnya hal-hal yang unik

6. Kesultanan Banten
 Kesultanan Banten berdiri pada Abad ke 16 ( 1526 M ) dan runtuh pada Abad ke 19
( 1813 M )
 Kesultanan Banten beribukota di Surosowan, Banten Lama, Serang
 Sebelum menjadi sebuah kesultanan, Banten sudah berkembang menjadi kota
pelabuhan penting di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda
 Pada tahun 1526 M, Fatahillah dari kesultanan Demak berhasil merebut Banten dari
kerajaan Sunda
 Perebutan kekuasaan ini terjadi disebabkan oleh adanya kerjasama politik dan
ekonomi antara kerajaan Sunda dan Portugis
 Hal ini dianggap membahayakan kedudukaan kesultanan Demak setelah kegagalan
Adipati Unus mengusir Portugis dari Malaka
 Fatahillah kemudian mendirikan benteng pertahanan yang bernama Surosowan yang
kelak menjadi pusat pemerintahan kesultanan Banten
 Kesultanan Banten didirikan oleh Sunan Gunung Jati & Fatahilah dengan diperintah
pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin serta diperintah terakhir kali oleh
Sultan Maulana Muhammad Shaifuddin
 Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Banten :
Sultan – Sultan Banten
No. Nama Sultan Masa Pemerintahan Keterangan
1  Sultan Maulana Hasanuddin 1552 M – 1570 M Sultan pertama
 Pangeran Sabakingkin banten
2  Sultan Maulana Yusuf 1570 M – 1585 M -
 Pangeran Pasareyan
3  Sultan Maulana Muhammad 1585 M – 1596 M -
 Pangeran Sedangrana
 Prabu Seda Ing Palembang
4  Sultan Abdul Mafakhir Mahmud 1596 M – 1647 M -
Abdulkadir
 Pangeran Ratu
 Sultan Agung
5  Sultan Abu Al – Ma’ali Ahmad 1647 M – 1651 M -
 Pangeran Anom
 Sultan Klien
6  Sultan Ageng Tirtayasa 1651 M – 1683 M Sultan terkenal
 Abu Al – Fath Abdulfattah banten
 Pangeran Dipati
 Pangeran Surya
7  Sultan Abu Nashar Abdul Qahar 1683 M – 1687 M -
 Sultan Haji
 Pangeran Dakar
8 Sultan Abu Al – Fadhl Muhammad 1687 M – 1690 M -
Yahya
9  Sultan Abu Al – Mahasin 1690 M – 1733 M -
Muhammad Zainulabidin
 Pangeran Adipadi
 Kang Sinihun Ing Nagari Banten
10  Sultan Abdullah Muhammad 1733 M – 1750 M -
Syifa Zainularifin
 Pangeran Abdullah
11  Sultan Abu Al - Ma'ali 1752 M – 1753 M -
Muhammad Wasi
 Pangeran Arya Adisantika
12  Sultan Abu Al – Nasr 1753 M – 1773 M -
Muhammad Arif Zainulasyiqin
 Pangeran Gusti
13  Sultan Aliyuddin I 1773 M – 1799 M -
 Sultan Abdul Al – Mafakhir
Muhammmad Aliyuddin I
14 Sultan Muhammad Muhyiddin 1799 M – 1801 M -
Zainussalihin
15 Sultan Muhammad Ishaq 1801 M – 1802 M -
Zainulmuttaqin
16  Sultan Aliyuddin II 1803 M – 1808 M -
 Sultan Abdul Al – Mafakhir
Muhammmad Aliyuddin II
17  Sultan Maulana Muhammad 1809 M – 1813 M Sultan terakhir
Shaifuddin Banten
 Muhammad bin Muhammad
Muhyiddin Zainussalihin
Pelaksana Tugas Kesultanan Banten
No. Nama Pelaksana Tugas Masa Pemerintahan Keterangan
1 Syarif Hidayatullah - Pendiri Kesultanan
Banten
2 Maulana Hasanuddin 1526 M – 1552 M Pelaksana tugas
Kadipaten Banten
3 Sultan Syarifuddin Ratu Wakil 1750 M – 1752 M Dalam pengaruh
Ratu Syarifah
Fatimah
4 Sultan Wakil Pangeran Natawijaya 1802 M – 1803 M Caretaker ( Penjaga
Banten )
5 Sultan Wakil Pangeran Suramenggala 1808 M – 1809 M Caretaker ( Penjaga
Banten )
 Selama Kepemimpinan Maulana Hasanuddin, Kesultanan Banten memperluas
kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung
 Ia berperan dalam penyebaran Islam di kawasan tersebut, selain itu Maulana
Hasanuddin juga telah melakukan kontak dagang dengan Raja Malangkabu dari
Kerajaan Inderapura
 Setelah Maulana Hasanuddin wafat, ia digantikan oleh anaknya yang bernama
Maulana Yusuf
 Selama Kepemimpinan Maluana Yusuf, Kesultanan Banten melanjutkan ekspansi ke
kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan Kerajaaan Pasundan tahun 1579
 Setelah Maulana Yusuf wafat, ia digantikan oleh anaknya yang bernama Maulana
Muhammad
 Selama Kepemimpinan Maulana Muhammad, Kesultanan Banten mencoba
menguasai Palembang tahun 1596 sebagai bagian dari usaha Banten dalam
mempersempit gerakan Portugal di nusantara, namun gagal karena Maulana
Muhammad meninggal dalam penaklukkan tersebut
 Setelah Maulana Muhammad wafat, ia digantikan oleh anaknya, Sultan Abdul
Mafakhir Mahmud Abdulkadir
 Selama Kepemimpinan Abdul Makfakhir, Kesultanan Banten telah mulai secara
intensif melakukan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain yang ada pada waktu
itu, salah satu diketahui surat Sultan Banten kepada Raja Inggris, James I tahun 1605
dan tahun 1629 kepada Charles I
 Setelah Sultan Abdul Mafakhir wafat, ia digantikan oleh Sultan Abu Al – Ma’ali
Ahmad
 Selama Kepemimpinan Abu Al – Ma’ali Ahmad, tidak ada perubahan signifikan di
Kesultanan Banten
 Setelah Abu Al – Ma’ali Ahmad wafat, ia digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa
 Selama Kepemimpinan Sultan Agen Tirtayasa, Kesultanan Banten memiliki armada
yang mengesankan, dibangun atas contoh Eropa, serta juga telah mengupah orang
Eropa bekerja pada Kesultanan Banten
 Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya
ke Sukadana/Kerajaan Tanjungpura dan menaklukkannya tahun 1661
 Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC, yang
sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal – kapal dagang menuju Banten
 Setelah Sultan Ageng tertangkap oleh VOC, ia digantikan oleh Sultan Abu Nashar
Abdul Qahar alias Sultan Haji
 Selama Kepemimpinan Sultan Haji, banyak daerah kekuasaan Banten lepas dan
diberikan kepada VOC
 Setelah Sultan Haji wafat, ia digantikan oleh Sultan Abu Al – Fadhl Muhammad Yahya
 Masa kehancuran Kesultanan Banten terjadi pada Kepemimpinan Sultan Maulana
Muhammad Shaifuddin
 Wilayah Kesultanan Banten sudah banyak diotak-atik penjajah Asing dengan
pembagian-pembagian wilayah yang meminimalisir kekuatan pengaruh Kesultanan
Banten dan untuk memperlemah perlawanan Rakyat Banten yang seringkali terus
melawan
 Pada 1813 M, menyerahlah Kesultanan Banten kepada Belanda dan akhirnya
Kesultanan Banten dihapuskan oleh belanda dan diganti menjadi Daerah Kekuasaan
Hindia Belanda bagian Banten
 Berikut peninggalan – peninggalan Kesultanan Banten :
a) Masjid Agung Banten
 Masjid Agung Banten adalah salah satu bangunan peninggalan Kerajaan Banten yang
hingga kini masih berdiri kokoh
 Masjid ini terletak di Desa Banten Lama, 10 km utara Kota Serang
 Dibangun pada tahun 1652 tepat di masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin,
putera pertama Sunan Gunung Jati, masjid ini memiliki beberapa keunikan corak
 Keunikan corak masjid Agung Banten di antaranya menaranya berbentuk mirip
mercusuar, atapnya menyerupai atap dari pagoda khas gaya arsitektur China, ada
serambi di kiri kanan bangunan, serta kompleks pemakaman sultan Banten beserta
keluarganya di sekitar kompleks masjid
b) Istana Keraton Kaibon Banten
 Peninggalan Kerajaan Banten selanjutnya adalah bangunan Istana Kaibon
 Istana ini dulunya adalah tempat tinggal ibunda Sultan Syaifudin, yakni Bunda Ratu
Aisyah
 Akan tetapi, saat ini bangunan istana tersebut sudah hancur dan hanya dapat dilihat
reruntuhannya saja
 Pada saat kerajaan Banten bentrok dengan pemerintah kolonial Belanda pada 1832,
Daendels –Gubernur Hindia Belanda, meruntuhkan bangunan bersejarah ini
c) Istana Keraton Surosowan Banten
 Selain istana Keraton Kaibon, Kesultanan Banten di masa silam juga meninggalkan
bangunan istana lainnya, yaitu istana Keraton Surosawan
 Istana ini adalah tempat tinggal dari Sultan Banten dan menjadi kantor pusat
kepemerintahan
 Nasib istana Keraton Surosawan juga sama dengan Keraton Banten, hancur luluh
 Saat ini tinggal kepingan-kepingan reruntuhannya saja yang dapat kita lihat bersama
bangunan kolam pemandiaan para putri
d) Benteng Speelwijk
 Sebagai poros utama maritim nusantara di masa silam, Kesultanan Banten juga
meninggalkan bangunan berupa benteng dan mercusuar
 Benteng dengan tembok setinggi 3 M ini bernama Benteng Speelwijk
 Dibangun tahun 1585, benteng peninggalan Kesultanan Banten ini berfungsi selain
sebagai pertahanan kerajaan dari serangan laut juga berfungsi untuk mengawasi
aktifitas pelayaran di sekitar Selat Sunda
 Di dalam benteng ini terdapat beberapa meriam kuni dan sebuah terowongan yang
menghubungkan antara benteng dan keraton Surosowan
e) Danau Tasikardi
 Di sekirar istana Kaibon, kita juga dapat menemukan sebuah danau buatan
 Danau tersebut bernama Tasikardi
 Danau ini dibuat saat masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf, yakni antara tahun
1570 – 1580
 Dahulunya, dasar danau seluas 5 hektar ini dilapisi dengan ubin dan batu bata
 Kendati begitu, sekarang luas danau tersebut telah menyusut dan lapisan batu bata
di dasarnya telah tertimbuh tanah sedimen yang terbawa arus sungai
 Danau Tasikardi pada masa silam berfungsi sebagai sumber utama pasokan air bagi
keluarga kerajaan yang tinggal di istana Kaibon serta sebagai saluran irigasi untuk
persawahan di sekitar Banten
7. Kesultanan Mataram Islam
 Kesultanan Mataram berdiri pada Abad ke 16 ( 1588 M ) dan runtuh pada Abad ke 17
( 1681 M )
 Kesultanan Mataram beribukota di :
A. Kota Gede, Yogyakarta pada tahun 1588 M – 1613 M
B. Kerto, Yogyakarta pada tahun 1613 M – 1647 M
C. Pleret, Yogyakarta pada tahun 1647 M – 1681 M
 Kesultanan Mataram didirikan oleh Sutawijaya dan diperintah terakhir kali oleh
Amungkurat I
 Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Mataram :

Sultan – Sultan Mataram

No. Nama Sultan Masa Pemerintahan Keterangan


1  Danang Sutawijaya 1588 M – 1601 M Sultan pertama
 Panembahan Senopati Mataram
 Panembahan Senopati ing
Alaga Sayidin Panatagama
Khalifatullah Tanah Jawa
2  Hanyakrawati 1601 M – 1613 M -
 Raden Mas Jolang
 Sri Susuhunan Adi Prabu
Hanyakrawati Senapati
 Panembahan Seda Krapyak
3 Pangeran Adipati Martapura 1613 M -
4  Sultan Agung 1613 M – 1645 M Sultan terkenal
 Raden Mas Rangsang Mataram
 Prabu Hanyakrawati
5  Amungkurat I 1645 M – 1677 M Sultan terakhir
 Sinuhun Tegal Arum Mataram
 Sri Susuhunan Amangkurat
Agung

 Selama Kepemimpinan Sutawijaya, Kerajaan Mataram memperluas kekuasaannya


mulai dari Pajang, Demak serta menguasai daerah-daerah penting lainnya seperti
Tuban, Madiun, Pasuruan dan sebagian besar wilayah Surabaya
 Setelah Sutawijaya wafat, ia digantikan oleh Hanyakrawati
 Selama Kepemimpinan Hanyakrawati, banyak daerah-daerah kekuasaan Mataram
yang memberontak sehingga banyak terjadi peperangan
 Selain perang untuk mempertahankan kekuasaan juga perang menambah daerah
kekuasaan
 Setelah Hanyakrawati wafat, ia digantikan oleh Pangeran Adipati Martapura
 Selama Kepemimpinannya, ia hanya memerintah selama 1 hari saja karena ia hanya
dianggap sebagai pejabat sementara sebelum Sultan Agung dilantik sebagai sultan
 Setelah Adipati Martapura selesai menjabat, ia digantikan oleh Sultan Agung
 Selama Kepemimpinan Sultan Agung, Kesultanan Mataram menguasai hampir
seluruh Tanah Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian daerah di Jawa
Barat
 Selain berperang dengan raja di Jawa, Sultan Agung juga melakukan peperangan
melawan VOC yang ingin merebut Jawa dan Batavia
 Setelah Sultan Agung wafat, ia digantikan oleh Amungkurat I
 Selama Kepemimpinan Amungkurat I, Amangkurat I memindahkan pusat Kerajinan
dari Kota Gede ke Kraton Plered
 Sifat Amangkurat I sangat bertolak belakang dengan ayahnya, dimana dia menjadi
teman VOC
 Sifat inilah yang menimbulkan perpecahan pada Kesultanan Mataram Islam
 Akhirnya pada 1681 M, Mataram Islam runtuh dan digantikan oleh Kasunanan
Surakarta
 Berikut peninggalan – peninggalan Kesultanan Mataram :
a) Masjid Kotagede
 Sebagai kerajaan bercorak Islam, Mataram Islam tentu memiliki sebuah masjid
utama sebagai pusat penyebaran Islam dan sarana ibadah masyarakatnya
 Masjid tersebut hingga kini masih dapat ditemukan di Kotagede
 Masjid Kotagede adalah masjid peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang didirikan
pada tahun 1640
 Karena akulturasi budaya, corak Hindu Budha masih terdapat pada desain arsitektur
bangunannya
 Hingga kini masjid ini masih sering digunakan untuk kegiatan dakwah masyarakat
sekitarnya
b) Meriam Segara Wana & Syuh Brata
 Segara Wana dan Syuh Brata adalah nama dari 2 buah meriam berukuran besar
pemberian J.P. Coen, pimpinan militer Belanda kepada Sultan Agung
 Meriam ini diberikan sebagai hadiah kepada Kerajaan Mataram Islam karena Sultan
Agung telah berjanji untuk tidak menyerang Batavia lagi
 Kedua meriam peninggalan Kerajaan Mataram Islam tersebut kini diletakan di depan
Keraton Surakarta sebagai hiasan bersejarah
c) Pertapaan Kembang Lampir
 Kembang Lampir adalah sebuah tempat yang biasa digunakan Ki Ageng Pemanahan
untuk bertapa dan mencari wahyu bagi kemajuan Keraton Mataram
 Petilasan ini terletak Desa Giri Sekar, Kec. Panggang, Gunung Kidul
 Letaknya tidak jauh dari Jalan Raya Panggang-Baron
 Di sana, Anda dapat menemukan patung para pendiri Dinasti Mataram Islam, yaitu
Panembahan Senapati, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Juru Mertani
d) Kitab Sastragending
 Selain meninggalkan beberapa benda bersejarah, Kesultanan Mataram Islam juga
meninggalkan sebuah karya sastra bernama Kitab Sastra Gending
 Kitab yang ditulis Sultan Agung ini berisi tentang ajaran filsafat tentang bagaimana
cara menjadi manusia berakhlak
 Konon, kitab Sastra Gending ditulis ketika Sultan Agung selesai melakukan
penyerangan ke Batavia
e) Pasar Legi Kota Gede
 Pasar Legi Kotagede adalah sebuah pasar yang telah ada sejak awal berdirinya
Kerajaan Mataram Islam
 Pasar peninggalan Kerajaan Mataram Islam ini sebetulnya telah mengalami beberapa
kali renovasi, hanya saja terdapat bagian bangunan yang hingga kini masih
dipertahankan keasliannya
 Bila ditinjau dari tata wilayah, Pasar Legi adalah bagian dari konsep Catur Gatra
Tunggal
 Konsep ini berarti adanya 4 wahana berbeda yang saling berkaitan satu sama lain
dalam mendorong kehidupan sosial masyarakat Jawa
 Keempat wahana tersebut yaitu Keraton sebagai pusat pemerintahan, masjid
sebagai pusat peribadatan, alun-alun sebagai pusat budaya, dan pasar sebagai pusat
ekonomi
8. Kesultanan Banjar
 Kesultanan Banjar didirikan pada Abad ke 16 ( 1520 M ) dan runtuh pada Abad ke 20
( 1905 M )
 Kesultanan Banjar beribukota di :
A. Kuin ( sekarang Kel. Kuin Utara, Kec. Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin ) pada
1520 M – 1612 M
B. Pemakuan ( sekarang Des. Pemakuan, Kec. Sungai Tabuk, Kab. Banjar ) pada 1612 M
– 1622 M
C. Tambangan ( sekarang Kec. Martapura Barat, Kab. Banjar ) atau Batang Banyu
Mangapan ( sekarang Des. Teluk Selong Ulu, Kec. Martapura Barat, Kab. Banjar )
pada 1622 M – 1632 M
D. Martapura ( sekarang Kec. Martapura, Kab. Banjar ) pada 1632 M – 1663 M
E. Sungai Pangeran Banjarmasin ( sekarang Kel. Pangeran, Kec. Banjarmasin Utara, Kota
Banjarmasin ) pada 1663 M – 1680 M
F. Kayu Tangi, Kab. Banjar pada 1680 M – 1771 M
G. Bumi Kencana ( sekarang Kel. Keraton, Kec. Martapura, Kab. Banjar ) pada 1771 M –
1806 M
H. Bumi Selamat ( sekarang Kel. Keraton, Kec. Martapura, Kab. Banjar ) pada 1806 M –
1857 M
I. Sungai Mesa Banjarmasin ( sekarang Kel. Seberang Mesjid, Kec. Banjarmasin Tengah,
Kota Banjarmasin pada 1857 M
J. Karang Intan
K. Amuntai, Banua Lima
L. Baras Kuning ( sekarang Kab. Murung Raya ) pada 1865 M – 1905 M
 Kesultanan Banjar pertama kali dipimpin oleh Sultan Suriansyah dan diperintah
terakhir kali oleh Sultan Muhammad Seman
 Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Banjar :

Sultan – Sultan Banjar

No. Nama Sultan Masa Pemerintahan Keterangan


1  Sultan Suriansyah 1526 M – 1550 M Sultan petama Banjar
 Sultan Suryanullah
 Sultan Suria Angsa
 Raden Samudera
 Panembahan Batu Habang
2  Sultan Rahmatullah 1550 M – 1570 M -
3  Sultan Hidayatullah I 1570 M – 1595 M -
4  Sultan Mustain Billah 1595 M – 1642 M -
5  Sultan Inayatullah 1642 M – 1644 M -
6  Sultan Saidullah 1644 M – 1660 M -
7  Sultan Ri’ayatullah 1660 M – 1663 M Pelaksana Tugas dari
Sultan Amrullah Bagus
Kasuma
8  Sultan Amrullah Bagus 1663 M – 1679 M  Periode pertama
Kasuma  Pemerintahan
yang sah tetapi
digulingkan
9  Sultan Agung 1663 M – 1679 M Sultan yang mengkudeta
Sultan Amrullah
10  Sultan Amrullah Bagus 1679 M – 1700 M Peridode kedua
Kasuma
11  Sultan Tahmidullah I 1700 M – 1717 M -
12  Sultan Panembahan Kasuma 1717 M – 1730 M -
Dilaga
13  Sultan Tahmidullah II 1730 M – 1734 M -
14  Sultan Tamjidullah I 1734 M – 1759 M -
15  Sultan Muhammadillah 1759 M – 1761 M -
16  Sultan Nata Alam 1761 M – 1801 M -
17  Sultan Sulaiman Al – 1801 M – 1825 M -
Mutmaidullah
18  Sultan Adam Al –Wasiq 1825 M – 1857 M -
Billah
19  Sultan Tamjidullah II 1857 M – 1859 M -
20  Sultan Hidayatullah II 1859 M – 1862 M -
21  Pangeran Antasari 1862 M Sultan terkenal Banjar
22  Sultan Muhammad Seman 1862 M – 1905 M Sultan terakhir Banjar
 Pada awal abad ke-16 di Kalimantan Selatan terdapat tiga kerajaan, yaitu Nagara
Dipa, Nagara Daha, dan Banjar
 Sultan Kesultanan Banjar bernama Raden Samudra
 Ketika Nagara Daha menyerang Kerajaan Banjar, Raden Samudra meminta bantuan
militer kepada Kesultanan Demak
 Raden Samudra berjanji jika Kesultanan Demak membantu berperang melawan
Nagara Daha, ia bersama seluruh rakyatnya akan masuk Islam
 Demak memenuhi permintaan itu
 Dengan bantuan Demak, Kerajaan Banjar menang melawan Nagara Daha
 Sesuai dengan perjanjian, seluruh rakyat Banjar masuk Islam
 Kemudian Raden Samudra dinobatkan oleh Sunan Kudus menjadi Sultan Banjar yang
pertama dengan gelar Sultan Suryanullah atau Sultan Suryansyah
 Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan pada awal Abad ke 17 M
 Dalam bidang politik, kesultanan Banjar berhasil menghimpun kekuatan militer yang
kuat hingga mampu membendung pengaruh politik dari Tuban, Arosbaya (Madura),
dan Mataram
 Dalam bidang ekonomi, perdagangan kesultanan Banjar menjadi maju dengan lada
sebagai komoditas utama Selain itu, kesultanan Banjar juga memperoleh
penghasilan dari cukai perdagangan karena letaknya yang strategis untuk jalur
perdagangan
 Kesultanan Banjar mengalami kemunduran setelah masa pemerintahan Sultan Adam
Al Wasik Billah tahun 1857 M
 kemunduran ini disebabkan oleh campur tangan Belanda dalam pergantian sultan –
sultan Banjar
 Pada saat Kepemimpinan Hidayatullah II, Banjar menyatakan perang kepada Belanda
 Perang ini dikenal sebagai Perang Banjar
 Setelah Hidayatullah II tertangkap, ia digantikan oleh Pangeran Antasari
 Selama Kepemimpinan Antasari, ia gencar bertempur dengan belanda dan
mengakibatkan ia tertangkap dan diasingkan ke Ceylon ( sekarang Sri Lanka )
 Setelah Antasari tertangkap, ia digantikan oleh Sultan Muhammad Seman
 Selama Kepemimpinan Muhammad Seman, kekuatan Banjar melemah dan akhirnya
kalah dari belanda
 Pada 1905 M, Belanda menang dalam Perang Banjar dan Kesultanan Banjar harus
diruntuhkan
 Berikut peninggalan – peninggalan Kesultanan Banjar :
a) Masjid Sultan Suriansyah
 Masjid ini merupakan masjid yang menyimpan sejuta sejarah yang juga sekaligus
merupakan masjid yang tertua yang ada di daerah Kalimantan Selatan, masjid ini jika
di lihat dalam sejaran ada dan di bangun saat pemerintahan Sultan Suriansyah yaitu
tepatnya pada tahun ke 1526 – 1550 M
 Ia merupakan raja banjar yang pertama dan juga pemeluk agama islam yang kuat
 Masjid ini berada di daerah Kelurahan Kuin Utara yang tidak lain adalah ibukota
Kesultanan Banjar yang pertama kalinya ada
 Di banjarmasin utara lah tepatnya adanya masjid ini dan tempat ini juga di kenal
dengan sebut Banjar Lama
 Masjid sultan ini merupakan Masjid bersejarah yang juga di buat dengan arsitektur
yang unik dan menarik di padu dengan konstruksi panggung dan juga beratap
Tumpang, masjid ini bergaya tradisional Banjar
 Masjid ini di dirikan di sebuah tepi Sungai Kuin
 Ada yang mengatakan bahwa masjid sultan ini merupakan salah satu pola yang
terdapat pada arsitektur Masjid Agung Demak, yang di bawa juga dari nya agama
islam ke daerah banjar ini oleh sang Khatib Dayan
 Sedangkan masjid demak juga di pengaruhi oleh arsitektur jawa kuno yang ada pada
masa kerajaan hindu, makanya tidak aneh jika masjid ini terlihat unik juga dan
banyak sekali terlihat percampuran arsitekturnya
9. Kesultanan Gowa Tallo ( Makassar )
 Kesultanan Makassar merupakan gabungan antara Kesultanan Gowa dan Kerajaan
Tallo
 Kesultanan Makassar berdiri pada Abad ke 16 ( 1591 M ) dan runtuh pada Abad ke
17 ( 1669 M )
 Kesultanan Makassar beribukota di Makassar, Sulawesi Selatan
 Kesultanan Makassar diperintah pertama kali oleh Sultan Alaudin dan diperintah
terakhir kali oleh Sultan Hasanuddin
 Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Makassar :
Sultan – Sultan Makassar
No. Nama Sultan Masa Pemerintahan Keterangan
1 Sutan Alauddin/Karaeng Matoaya 1591 M – 1639 M Sultan pertama
Tumanega Ri Agamanna Makassar
2 Sultan Muhammad Said 1639 M – 1653 M -
3 Sultan Hasanuddin 1653 M – 1669 M Sultan terkenal &
terakhir Makassar
 Selama Kepemimpinan Karaeng Matoaya, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam
dunia pelayaran dan perdagangan
 Setelah Karaeng Matoaya wafat, ia digantikan oleh Sultan Muhammad Said
 Selama Kepemimpinan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat sebab
Bandar transit, bahkan Sultan Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan
ke Maluku untuk membantu rakyat Maluku berperang melawan Belanda
 Setelah Muhammad Said wafat, ia digantikan oleh Sultan Hasanuddin
 Selama Kepemimpinan Hasanuddin, Makassar mencapai masa kejayaan
 Makassar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan
memperluas wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa & sebagian Flores)
 Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur, karena keberaniannya dan
semangat perjuangannya untuk Makassar menjadi besar
 Keruntuhan Kesultanan Makassar terjadi ketika Sultan Hasanuddin kalah dalam
perang melawan belanda dan mengakibatkan Hasanuddin harus menandatangani
Perajanjian Bongaya yang sangat merugikan Rakyat Indonesia
 Berikut peninggalan – peninggalan Kesultanan Makassar :
a) Benteng Ford Rotterdam
 Benteng Fort Rotterdam adalah sebuah bangunan benteng peninggalan masa
kejayaan kerajaan Gowa Tallo yang terletak di pesisir barat pantai kota Makassar
 Benteng ini dibangun oleh Raja Gowa ke 9, yakni I Manrigau Daeng Bonto Karaeng
Lakiung Tumapa risi Kallonna pada tahun 1545. Karena awalnya berbahan tanah liat,
Raja Gowa ke 14, yakni Sultan Alauddin kemudian memugar bangunan benteng
dengan bahan batu padas yang diperoleh dari pegunungan Karst di Maros
 Orang Makassar menyebut benteng Fort Rotterdam dengan sebutan benteng
panyyua atau benteng penyu
 Pasalnya, jika dilihat dari atas, benteng ini memiliki bentuk seperti penyu
 Bentuk ini memiliki filosofi bahwa Kerajaan Gowa Tallo adalah kerajaan yang berjaya
di laut dan daratan, sama seperti penyu yang hidup di dua alam
 Pada masa silam, benteng Fort Rotterdam menjadi markas pasukan katak kerajaan.
selain itu, ia juga berfungsi sebagai pusat pertahanan Kerajaan Gowa Tallo dari
serangan laut
 Pada masa kepemimpinan Cornelis Speelman atas distrik Sulawesi benteng ini
pernah beralih fungsi menjadi tempat penyimpanan rempah-rempah dari seluruh
wilayah di Indonesia Timur
 Selain itu, nama benteng yang sebetulnya adalah benteng Ujung Pandang, olehnya
kemudian diubah pula menjadi Benteng Rotterdam untuk mengenang tanah
kelahirannya di kota Rotterdam, Belanda
b) Masjid Katangka
 Masjid Katangka atau kini disebut masjid Al-Hilal adalah masjid peninggalan Kerajaan
Gowa Tallo yang diperkirakan dibangun pada tahun 1603
 Masjid ini secara administratif kini terletak di Desa Katangka, Kec. Somba Opu, Gowa,
tak jauh dari kompleks pemakaman Sultan Hassanudin
 Nama Katangka diyakni berasal dari nama bahan pembuatannya yaitu kayu Katangka
10. Kesultanan Ternate – Tidore
 Kesultanan Ternate – Tidore adalah kesultanan yang terdapat di Pulau Maluku
a) Kesultanan Ternate
 Kesultanan Ternate berdiri pada Abad ke 13 ( 1257 M ) dan vakum pada Abad ke 20
( 1915 M )
 Kesultanan Ternate beribukota di Ternate, Maluku Utara
 Kesultanan Ternate dipimpin pertama kali oleh Sultan Baab Mahshur Malamo dan
diperintah terakhir kali sebelum vakum adalah Sultan Haji Usman Syah
 Berikut daftar nama Sultan – Sultan Ternate :
Sultan – Sultan Ternate
No. Nama Sultan Masa Pemerintahan Keterangan
1 Sultan Baab Mashur Malamo 1257 M – 1277 M Sultan pertama
Ternate
2 Sultan Jamin Qadrat 1277 M – 1284 M -
3 Sultan Komala Abu Said 1284 M – 1298 M -
4  Sultan Bakuku 1298 M – 1304 M -
 Sultan Kalabata
5  Sultan Ngara Malamo 1304 M – 1317 M -
 Sultan Komala
6 Sultan Patsaranga Malamo 1317 M – 1322 M -
7  Sultan Cili Aiya 1322 M – 1331 M -
 Sultan Sidang Arif Malamo
8 Sultan Panji Malamo 1331 M – 1332 M -
9 Sultan Syah Alam 1332 M – 1343 M -
10 Sultan Tulu Malamo 1343 M – 1347 M -
11  Sultan Abu Hayat I 1347 M – 1350 M -
 Sultan Kie Mabiji
12 Sultan Ngolo Macahaya 1350 M – 1357 M -
13 Sultan Momole 1357 M – 1359 M -
14 Sultan Gapi Malamo I 1359 M – 1372 M -
15 Sultan Gapi Baguna I 1372 M – 1377 M -
16 Sultan Komala Pulu 1377 M – 1432 M -
17  Sultan Gapi Baguna II 1432 M – 1486 M -
 Sultan Mahrum
18 Sultan Zainal Abidin 1486 M – 1500 M -
19 Sultan Bayanullah 1500 M – 1522 M -
20 Sultan Hidayatullah 1522 M – 1529 M -
21 Sultan Abu Hayat II 1529 M – 1533 M -
22 Sultan Tabariji 1533 M – 1535 M -
23 Sultan Khairun Jamil 1535 M – 1570 M -
24 Sultan Babullah Datu Syah 1570 M – 1583 M Sultan terkenal
Ternate
25 Sultan Said Barakat Syah 1583 M – 1607 M -
26 Sultan Mudaffar Syah I 1607 M – 1627 M -
27 Sultan Hamzah 1627 M – 1648 M -
28 Sultan Mandarsyah 1648 M – 1650 M Periode pertama
29 Sultan Manila 1650 M – 1655 M -
30 Sultan Mandarsyah 1655 M – 1675 M Periode kedua
31 Sultan Sibori 1675 M – 1689 M -
32 Sultan Said Fatahullah 1689 M – 1714 M -
33 Sultan Amir Iskandar Zulkarnain 1714 M – 1751 M -
Syaifuddin
34 Sultan Ayan Syah 1751 M – 1755 M -
35 Sultan Syah Mardan 1755 M – 1763 M -
36 Sultan Jalaluddin 1763 M – 1774 M -
37 Sultan Harunnsyah 1774 M – 1781 M -
38 Sultan Achral 1781 M – 1796 M -
39 Sultan Muhammad Yasin 1796 M – 1807 M -
40 Sultan Muhammad Ali 1807 M – 1821 M -
41 Sultan Muhammad Sarmoli 1821 M – 1823 M -
42 Sultan Muhammad Zain 1823 M – 1859 M -
43 Sultan Muhammad Arsyad 1859 M – 1879 M -
44 Sultan Ayanhar 1879 M – 1900 M -
45 Sultan Muhammad Ilham 1900 M – 1902 M -
46 Sultan Haji Muhammad Usman Syah 1902 M – 1915 M Sultan terakhir
Ternate
 Selama Kepemimpinan Baab Mahshur Malamo, Kesultanan Ternate mulai
berkembang menjadi kota pelabuhan
 Pada masa pemerintahan Sultan Bayanullah, Ternate semakin berkembang,
rakyatnya diwajibkan berpakaian secara islami, teknik
pembuatan perahu dan senjatayang diperoleh dari orang Arab dan Turki digunakan
untuk memperkuat pasukan Ternate
 Pada masa ini pula datang orang Eropa pertama di Maluku, Loedwijk de Bartomo
( Ludovico Varthema ) tahun 1506 M
 Tahun 1512 Portugal untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Ternate dibawah
pimpinan Fransisco Serrao, atas persetujuan sultan, Portugal diizinkan mendirikan
pos dagang di Ternate
 Portugal datang bukan semata–mata untuk berdagang melainkan untuk menguasai
perdagangan rempah–rempah, pala dan cengkih di Maluku. Untuk itu terlebih dulu
mereka harus menaklukkan Ternate
 Sultan Bayanullah wafat meninggalkan pewaris-pewaris yang masih sangat belia
 Janda sultan, permaisuri Nukila dan Pangeran Taruwese, adik almarhum sultan
bertindak sebagai wali
 Permaisuri Nukila yang asal Tidore bermaksud menyatukan Ternate dan Tidore
dibawah satu mahkota yakni salah satu dari kedua puteranya, Pangeran Hidayat
( kelak Sultan Dayalu) dan pangeran Abu Hayat ( kelak Sultan Abu Hayat II )
 Sementara pangeran Tarruwese menginginkan tahta bagi dirinya sendiri
 Portugal memanfaatkan kesempatan ini dan mengadu domba keduanya hingga
pecah perang saudara
 Kubu permaisuri Nukila didukung Tidore sedangkan pangeran Taruwese didukung
Portugal
 Setelah meraih kemenangan Pangeran Taruwese justru dikhianati dan dibunuh
Portugal
 Gubernur Portugal bertindak sebagai penasihat kerajaan dan dengan pengaruh yang
dimiliki berhasil membujuk dewan kerajaan untuk mengangkat pangeran Tabariji
sebagai sultan
 Tetapi ketika Sultan Tabariji mulai menunjukkan sikap bermusuhan, ia difitnah dan
dibuang ke Goa, India
 Di sana ia dipaksa Portugal untuk menandatangani perjanjian menjadikan Ternate
sebagai kerajaan Kristen dan vasalkerajaan Portugal, namun perjanjian itu ditolak
mentah-mentah oleh Sultan Khairun
 Perlakuan Portugal terhadap saudara–saudaranya membuat Sultan Khairun geram
dan bertekad mengusir Portugal dari Maluku
 Tindak–tanduk bangsa Barat yang satu ini juga menimbulkan kemarahan rakyat yang
akhirnya berdiri di belakang Sultan Khairun
 Sejak masa sultan Bayanullah, Ternate telah menjadi salah satu dari
tiga kesultanan terkuat dan pusat Islam utama di Nusantara Abad ke 16
selain Aceh dan Demak setelah kejatuhan Malaka pada tahun 1511
 Ketiganya membentuk Aliansi Tiga untuk membendung sepak terjang Portugal di
Nusantara
 Tak ingin menjadi Malaka kedua, sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran
Portugal
 Kedudukan Portugal kala itu sudah sangat kuat, selain memiliki benteng dan kantong
kekuatan di seluruh Maluku mereka juga memiliki sekutu–sekutu suku pribumi yang
bisa dikerahkan untuk menghadang Ternate
 Dengan adanya Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugal di
Malaka, Portugal di Maluku kesulitan mendapat bala bantuan hingga terpaksa
memohon damai kepada Sultan Khairun
 Secara licik gubernur Portugal, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Khairun ke
meja perundingan dan akhirnya dengan kejam membunuh sultan yang datang tanpa
pengawalnya
 Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk
menyingkirkan Portugal, bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan dan
perjuangan Sultan Baabullah, pos-pos Portugal di seluruh Maluku dan wilayah timur
Indonesia digempur
 Setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan Maluku untuk
selamanya pada tahun 1575
 Di bawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah
membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian barat hingga Kepulauan
Marshall di bagian timur, dari Filipina Selatan di bagian utara hingga kepulauan Nusa
Tenggara di bagian selatan
 Sultan Baabullah dijuluki penguasa 72 pulau yang semuanya berpenghuni hingga
menjadikan Kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia timur,
di samping Aceh dan Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah Nusantara
kala itu
 Periode keemasaan tiga kesultanan ini selama Abad 14 dan 15 entah sengaja atau
tidak dikesampingkan dalam sejarah bangsa ini padahal mereka adalah pilar pertama
yang membendung kolonialisme Barat
 Sepeninggal Sultan Baabullah, Ternate mulai melemah, Kerajaan Spanyol yang telah
bersatu dengan Portugal pada tahun 1580 M mencoba menguasai kembali Maluku
dengan menyerang Ternate
 Dengan kekuatan baru Spanyol memperkuat kedudukannya di Filipina, Ternate pun
menjalin aliansi dengan Mindanao untuk menghalau Spanyol namun gagal,
bahkan Sultan Said Barakati berhasil ditawan Spanyol dan dibuang ke Manila
 Kekalahan demi kekalahan yang diderita memaksa Ternate meminta
bantuan Belanda pada tahun 1603
 Ternate akhirnya berhasil menahan Spanyol namun dengan imbalan yang amat
mahal
 Belanda akhirnya secara perlahan-lahan menguasai Ternate
 Pada tanggal 26 Juni 1607, Sultan Ternate menandatangani kontrak monopoli VOC di
Maluku sebagai imbalan bantuan Belanda melawan Spanyol
 Pada tahun 1607 pula Belanda membangun benteng Oranje di Ternate yang
merupakan benteng pertama mereka di nusantara
 Sejak awal hubungan yang tidak sehat dan tidak seimbang antara Belanda dan
Ternate menimbulkan ketidakpuasan para penguasa dan bangsawan Ternate
 Diantaranya adalah Pangeran Hidayat, raja muda Ambon yang juga merupakan
mantan wali raja Ternate ini memimpin oposisi yang menentang kedudukan sultan
dan Belanda
 Ia mengabaikan perjanjian monopoli dagang Belanda dengan menjual rempah –
rempah kepada pedagang Jawa dan Makassar
 Semakin lama cengkeraman dan pengaruh Belanda pada Ternate semakin kuat
 Belanda dengan leluasa mengeluarkan peraturan yang merugikan rakyat lewat
perintah sultan
 Sikap Belanda yang kurang ajar dan sikap sultan yang cenderung manut
menimbulkan kekecewaan semua kalangan
 Sepanjang abad ke-17, setidaknya ada 4 pemberontakan yang dikobarkan
bangsawan Ternate dan rakyat Maluku
 Tahun 1635, demi memudahkan pengawasan dan mengatrol harga rempah yang
merosot Belanda memutuskan melakukan penebangan besar – besaran
pohon cengkeh dan pala di seluruh Maluku atau yang lebih dikenal sebagai Hongi
Tochten yang menyebabkan rakyat mengobarkan perlawanan
 Pada tahun 1641, dipimpin oleh raja muda Ambon, Salahakan Luhu, puluhan ribu
pasukan gabungan Ternate, Hitu dan Makassar menggempur berbagai kedudukan
Belanda di Maluku Tengah
 Salahakan Luhu kemudian berhasil ditangkap dan dieksekusi mati bersama seluruh
keluarganya pada tanggal 16 Juni 1643
 Perjuangan lalu dilanjutkan oleh saudara ipar Luhu, Kapita Hitu Kakiali dan
Tolukabessi hingga 1646
 Tahun 1650, para bangsawan Ternate mengobarkan perlawanan di Ternate dan
Ambon, pemberontakan ini dipicu sikap Sultan Mandarsyah yang terlampau akrab
dan dianggap cenderung menuruti kemauan Belanda
 Para bangsawan berkomplot untuk menurunkan sultan
 Tiga di antara pemberontak yang utama adalah Pangeran Saidi, Majira dan Kalamata
 Pangeran Saidi adalah seorang kapita laut atau panglima tertinggi pasukan Ternate,
Pangeran Majira adalah raja muda Ambon sementara Pangeran Kalamata adalah
adik sultan Mandarsyah
 Saidi dan Majira memimpin pemberontakan di Maluku Tengah sementara Pangeran
Kalamata bergabung dengan raja Kesultanan Gowa, Sultan Hasanuddin
 Mereka bahkan sempat berhasil menurunkan Sultan Mandarsyah dari tahta dan
mengangkat Sultan Manilha, namun berkat bantuan Belanda kedudukan
Mandarsyah kembali dipulihkan
 Setelah 5 tahun pemberontakan Saidi dkk berhasil dipadamkan
 Pangeran Saidi disiksa secara kejam hingga mati sementara Pangeran Majira dan
Kalamata menerima pengampunan sultan dan hidup dalam pengasingan
 Sultan Muhammad Nurul Islam atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan
Sibori merasa gerah dengan tindak–tanduk Belanda yang semena-mena
 Ia kemudian menjalin persekutuan dengan Datuk Abdulrahman penguasa Mindanao,
namun upayanya untuk menggalang kekuatan kurang maksimal karena daerah –
daerah strategis yang bisa diandalkan untuk basis perlawanan terlanjur jatuh ke
tangan Belanda oleh berbagai perjanjian yang dibuat para pendahulunya
 Ia kalah dan terpaksa menyingkir ke Jailolo
 Tanggal 7 Juli 1683 Sultan Sibori terpaksa menandatangani perjanjian yang intinya
menjadikan Ternate sebagai kerajaan dependen Belanda
 Perjanjian ini mengakhiri masa Ternate sebagai negara berdaulat
 Meski telah kehilangan kekuasaan mereka, beberapa sultan Ternate berikutnya
tetap berjuang mengeluarkan Ternate dari cengkeraman Belanda
 Dengan kemampuan yang terbatas karena selalu diawasi mereka hanya mampu
menyokong perjuangan rakyatnya secara diam–diam
 Yang terakhir tahun 1914 Sultan Haji Muhammad Usman Syah menggerakkan
perlawanan rakyat di wilayah–wilayah kekuasaannya, bermula di
wilayah Banggai dibawah pimpinan Hairuddin Tomagola namun gagal
 Pada 1915 Kesultanan Ternate vakum karena diambil alih oleh belanda
 Berikut peninggalan – peninggalan Kesultanan Ternate :
a) Benteng Tolukko
 Benteng Tolukko adalah benteng peninggalan Portugis yang berada di Kel.
Sangadji, Kec. Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara
 Benteng Tolukko dibangun oleh seorang panglima Portugis yang bernama Fransisco
Serao, pada tahun 1540
 Benteng ini dibangun Portugis sebagai pertahanannya dalam menguasai cengkih dan
juga menguasai dominasinya di antara bangsa Eropa yang lain
 Benteng ini diambil alih oleh Belanda pada tahun 1610 dan direnovasi oleh Pieter
Both
 Pada tahun 1864, oleh Residen P. Van Der Crab, benteng Tolukko dikosongkan
karena sebagian bangunannya telah rusak. Pemerintah Republik Indonesia memugar
benteng ini pada tahun 1996-1997
b) Masjid Sultan Ternate
 Masjid Sultan Ternate adalah sebuah masjid yang terletak di kawasan Jalan Sultan
Khairun, Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Maluku Utara
 Masjid ini menjadi bukti keberadaan Kesultanan Islam pertama di kawasan timur
Nusantara ini
 Kesultanan Ternate mulai menganut Islam sejak raja ke-18, yaitu Kolano Marhum
yang bertahta sekitar 1465-1486M
 Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin yang makin
memantapkan Ternate sebagai Kesultanan Islam dengan mengganti
gelar Kolano menjadi Sultan
 Ia juga menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan, memberlakukan syariat
Islam, serta membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan
para ulama

c) Benteng Oranje
 Benteng Oranje didirikan pada tanggal 26 Mei 1607 oleh Cornelis Matclief de Jonge
dan diberi nama Benteng Oranje oleh Francois Wiltlentt pada tahun 1609 pada masa
Pemerintahan Sultan Mudaffar Syah I
 Benteng oranje ini semula berasal dari bekas sebuah benteng tua yang dibangun
oleh Bangsa Portugis dan dihuni oleh orang Melayu sehingga dberi nama Benteng
Melayu
 Terletak dipusat Kota Ternate tepatnya di Kelurahan Gamalama yang beralamat di
Jalan Hasan Boesoeri, Ternate Tengah, Ternate, Maluku Utara
 Dengan letak yang strategis tersebut menjadikan benteng ini semakin mudah untuk
dikunjungi para wisatawan
 Kini Benteng Oranje telah beralih fungsi menjadi lokasi wisata benteng di Ternate
 Dulu yang lokasinya berada tepat disamping laut kini telah berada di tengah kota
karena adanya reklamasi dan bagian depan benteng ini dibuat taman kota serta
lokasi pertokoan
B. Kesultanan Tidore
 Kesultanan Tidore berdiri pada Abad ke 11 ( 1081 M ) dan vakum pada Abad ke 20
( 1906 M )
 Kesultanan Tidore beribukota di Tidore, Maluku Utara
 Kesultanan Tidore diperintah pertama kali oleh Kolano Syahjati dan diperintah
terakhir kali sebelum vakum adalah Sultan Achmad Kawiyuddin
 Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Tidore :
Sultan – Sultan Tidore

No. Nama Sultan/Kolano Masa Pemerintahan Keterangan

1  Kolano Syahjati 1081 M – TK ( Tidak Sultan pertama


diKetahui ) Tidore
 Sultan Muhammad Naqil bin
Jaffar Assidiq

2 Kolano Bosamawange TK ( Tidak diKetahui ) -

3  Kolano Syuhud TK( Tidak diKetahui ) -


 Sultan Subu

4 Kolano Balibunga TK ( Tidak diKetahui ) -

5 Kolano Duko Adoya TK ( Tidak diKetahui ) -

6 Kolano Kie Matiti TK ( Tidak diKetahui ) -

7 Kolano Seli TK ( Tidak diKetahui ) -

8 Kolano Matagena TK ( Tidak diKetahui ) -

9 Kolano Nuruddin 1334 M – 1372 M -


10 Kolano Hasan Syah 1372 M – 1405 M -

11  Sultan Ciriliyati 1495 M – 1512 M Sultan pertama yang


menggunakan gelar
 Sultan Djamaluddin
Islam

12 Sultan Al – Mansur 1512 M – 1526 M -

13 Sultan Amiruddin Iskandar Zulkarnain 1526 M – 1535 M -

14 Sultan Kyai Mansur 1535 M – 1569 M -

15 Sultan Iskandar Sani 1569 M – 1596 M -

16 Sultan Gapi Baguna 1596 M – 1600 M -

17  Sultan Mole Majimo 1600 M – 1626 M -


 Sultan Zainuddin

18  Sultan Ngora Malamo 1626 M – 1631 M -


 Sultan Alauddin Syah

19  Sultan Gorontalo 1631 M – 1642 M -


 Sultan Saiduddin

20 Sultan Saidi 1642 M – 1653 M -

21  Sultan Mole Maginyau 1653 M – 1657 M -


 Sultan Malikiddin

22  Sultan Saifuddin 1657 M – 1674 M


 Sultan Jou Kota

23 Sultan Hamzah Fahruddin 1674 M – 1705 M -

24 Sultan Abdul Fahdhlil Mansur 1705 M – 1708 M -

25 Sultan Hasanuddin Kaicil Garcia 1708 M – 1728 M -

26 Sultan Amir Bifodlil Aziz Muhiddin 1728 M – 1757 M -


Malikul Manan

27 Sultan Muhammad Mashud 1757 M – 1779 M -


Jamaluddin

28 Sultan Patra Alam 1780 M – 1784 M -


29 Sultan Hairul Alam Kamaluddin Asgar 1784 M – 1797 M -

30  Sultan Syaidul Jehad Amiruddin 1797 M – 1805 M Sultan terkenal


Syaifuddin Syah Muhammad El Tidore
– Mab’us Kaicil Paparangan Jou
Barakati Nuku
 Sultan Muhammad Amiruddin
 Sultan Nuku

31 Sultan Zainal Abidin 1805 M – 1810 M -

32 Sultan Motahuddin Muhammad Tahir 1810 M – 1821 M -

33 Sultan Achmadul Mansur Sirajuddin 1821 M – 1856 M -


Syah

34 Sultan Achmad Syaifuddin Alting 1856 M – 1892 M -

35 Sultan Achmad Fatahuddin Alting 1892 M – 1894 M -

36  Sultan Achmad Kawiyuddin 1894 M – 1906 M Sultan terakhir


Alting Tidore sebelum
Vakum
 Sultan Syah Juan

 Menurut silsilah Sultan - Sultan Tidore, Sultan Tidore pertama adalah Muhammad
Naqil yang naik tahta pada tahun 1081
 Baru pada akhir Abad ke 15, agama Islam dijadikan agama resmi Kesultanan Tidore
oleh Sultan Tidore ke 11, Sultan Djamaluddin, yang bersedia masuk Islam berkat
dakwah Syekh Mansur dari Arab
 Kesultanan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku
 Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama
melawan Belanda yang dibantu Inggris
 Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate
 Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa
 Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada
 Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu oleh negara lain sehingga
kemakmuran rakyatnya terus meningkat
 Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram,
sebagian Halmahera, Raja Ampat, dan sebagian Papua
 Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Sultan Zainal Abidin
 Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali Kepulauan Maluku
 Kemunduran Kesultanan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kesultanan
Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing (Spanyol dan Portugis) yang bertujuan
untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut
 Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu Domba
oleh Portugal dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugal dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku
 Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang
dibentuk Belandauntuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat
 Pada 1906 M, Kesultanan Tidore vakum akibat dari pengambilalihan kekuasaaan oleh
Belanda
 Berikut peninggalan – peninggalan Kesultanan Tidore :
a) Istana Kesultanan Tidore/Kadato Kie
b) Benteng Tore

Anda mungkin juga menyukai