Nasional 2018
Nama :
Kelas :
Pengertian Praaksara : Pra = Sebelum & Aksara = Tulisan / Nir = Tidak Ada & Leka =
Tulisan / Pre = Sebelum & History = Sejarah / Pra = Sebelum & Sejarah
Pergertian Praaksara secara total diartikan sebagai Zaman dimana belum mengenal
tulisan / Zaman dimana belum dimulai sejarah
Bukti yang menunjukan adanya kehidupan dimasa Praaksara adalah Fosil & Artefak
Fosil adalah sisa-sisa tulang belulang jenis manusia, binatang, atau tumbuhan yang
telah membatu karena tertimbun tanah ribuan atau jutaan tahun
Artefak adalah Alat yang digunakan oleh manusia pada masa Praaksara
Zaman Praaksara secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu Zaman Batu & Zaman
Logam
Zaman Batu terdiri atas 2 periodisasi, yaitu secara Geologis dan secara Arkeologis
Periodisasi secara Geologis dibagi menjadi 4 zaman, yaitu Zaman Arkaikum, Zaman
Paleozoikum, Zaman Mesozoikum, dan Zaman Neozoikum/Kenozoikum ( Terdiri atas
Zaman Tertier dan Zaman Kuartier )
1. Zaman Arkaikum
Zaman Arkaikum/Arkeozoikum/Azoikum berlangsung 2.500 juta tahun SM
Pada waktu itu kulit bumi masih sangat panas, sehingga belum terdapat kehidupan
diatasnya
2. Zaman Paleozoikum
Zaman Paleozoikum/Zaman Primer berlangsung 340 juta tahun SM
Zaman ini sudah ditandai dengan munculnya tanda-tanda kehidupan, antara lain
munculnya binatang-binatang kecil yang tidak bertulang punggung, berbagai jenis
ikan, amfibi dan reptil
3. Zaman Mesozoikum
Zaman Mesozoikum/Zaman Skunder berlangsung 140 juta tahun SM
Pada zaman ini, muncul hewan reptil seperti Iguadon, Megasolaurus, Plesiosaurus
dan Pseudosuchia
4. Zaman Neozoikum
Zaman Neozoikum/Kenozoikum berlangsung 60 juta tahun SM
Zaman ini dibagi menjadi 2, yaitu Zaman Tertier & Kuartier
Zaman Tertier berlangsung sekitar 60 juta – 3 juta tahun SM
Pada zaman tertier jenis-jenis reptil besar mulai punah dan bumi umumnya dikuasai
oleh hewan-hewan besar yang menyusui
Contohnya adalah jenis gajah purba (mammuthus) yang pernah hidup di Amerika
Utara dan Eropa Utara
Zaman Kuartier berlangsung 3 juta tahun SM
Zaman Kuartier dibagi menjadi 2, yaitu Zaman Kuartier
awal/Pleistosin/Pleistosen/Dilluvium/Glasial ( Berlangsung sekitar 2.588.000 –
11.500 tahun SM ) & Zaman Kuartier akhir/Holosin/Holsen/Es/Alluvium
Pada zaman ini sudah ada/Awal Kehidupan manusia tetapi masih hidup secara
sederhana.Zaman ini dikatakan sebagai zaman Purba
Periode secara Arkeologis dibagi menjadi 2, yaitu Zaman Batu & Zaman Logam
Zaman Batu terbagi atas 4, yaitu Zaman Paleolithikum, Zaman Mesolithikum, Zaman
Neolithikum, dan Zaman Megalithikum
Zaman Logam terbagi atas 3, yaitu Zaman Perunggu, Zaman Tembaga, dan Zaman
Besi
1) Zaman Paleolithikum
Zaman Paleolithikum berlangsung 600.000 tahun SM
Zaman Paleolithikum berasal dari kata Paleo = Tua & Lithos = Batu
Paleolithikum secara keseluruhan berarti zaman batu tua
Zaman Batu Tua (Palaeolithikum) ditandai dengan :
a) Penggunaan perkakas-perkakas yang terbuat dari batu
b) Penggunaan pekakas masih kasar, tak diasah, dan belum halus
c) Manusia masih hidup berpindah-pindah (nomaden)
d) Tergantung kepada alam atau masa mengumpulkan makanan ( Food Gathering )
e) Belum mengenal seni
f) Zaman ini berlangsung selama 600.000 tahun silam, selama Kala Pleistocen
Hasil kebudayaan dari Zaman Paleolithikum adalah Kebudayaan Ngandong &
Kebudayaan Pacitan
Alat peninggalan Zaman Paleolithikum antara lain
1. Kapak Perimbas
2. Alat Serpih
3. Kapak Genggam/Chopper
Manusia dari Zaman Paleolithikum adalah Meganthropus Paleojavanicus,
Pithecanthropus ( P. Robustus & P. Erectus ) & Homo Sapiens (H. Soloensis, H.
Wajakensis & H. Floresiensis )
1) Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus Paleojavanicus dikenal sebagai Manusia Raksasa Jawa
M.Paleojavanicus ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald/Von
Koenigswald ( Ilmuwan asal Jerman – Belanda ) di Sangiran, Jawa Tengah pada tahun
1936 – 1941
Ciri – ciri M.Paleojavanicus adalah memiliki badan besar, tulang pipi tebal, kening
menonjol, tidak memiliki dagu, dan tonjolan kepala belakang yang tajam
2) Pithecanthropus Robustus
Pithecanthropus Robustus disebut juga Pithecanthropus Mojokertensis
P.Robustus ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald/Von
Koenigswald dan Franz Weidenreich/Weidenreich ( Ilmuwan asal Yahudi – Jerman )
pada tahun 1936 di Mojokerto, Jawa Timur
Ciri – ciri dari P.Robustus adalah badan tegap alat pengunyah kuat, kening tebal, dan
volume otak sekitar 750 – 1300 cc
3) Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus Erectus berasal dari akar bahasa Yunani & Latin yang berarti
Manusia Kera yang Dapat Berdiri
P.Erectus diperkiraakan hidup 1.500.000 – 500.000 tahun SM
P.Erectus ditemukan oleh Eugene Dubois ( Ilmuwan asal Belanda ) pada tahun 1891
di Trinil, Jawa Timur
Ciri – ciri P.Erectus adalah berjalan tegak, dahi menonjol, pipi tebal, kepala
meruncing, dan volume otaknya sekitar 900 cc
4) Homo Soloensis
H.Soloensis ditemukan di Ngandong dan Sragen Pada tahun 1931 - 1934 oleh Gustav
Heinrich Ralph Von Koenigswald/Von Koenigswald ( Ilmuwan asal Jerman – Belanda )
& Franz Weidenreich/Weidenreich ( Ilmuwan asal Yahudi – Jerman ) serta Ter Haar
Oppenoorth
Ciri – ciri H.Solensis antara lain :
I. Otak kecilnya lebih besar dari pada otak kecil Pithecanthropus Erectus
II. Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus
III. Tonjolan kening agak terputus di tengah (di atas hidung)
IV. Tinggi badan antara 130 – 210 cm
V. Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
VI. Otot tengkuk mengalami penyusutan
VII. Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
5) Homo Wajakensis
H.Wajakensis ditemukan di Wajak, Jawa Timur pada tahun 1899 oleh Von
Reitschotten ( Ilmuwan asal Belanda ) dan diteliti oleh Eugene Dubois ( Ilmuwan asal
Belanda )
Ciri – ciri H.Wajakensis antara lain :
I. Berbadan tegap
II. Mukanya tidak terlalu menonjol ke depan
III. Hidung lebar dan bagian mulutnya menonjol
IV. Tengkoraknya lebih besar dibanding Pithecanthropus
V. Dahinya agak miring dan di atas mata terdapat busur kening yang nyata
VI. Tenggorokannya sedang, agak lonjong, dan agak bersegi di tengah-tengah atap
tengkoraknya dari muka ke belakang
VII. Tingginya sekitar 180 cm
VIII. Memiliki volume otak kecil, yaitu sekitar 1000-2000 cc dengan rata-rata 1350-1450
cc.
IX. Tinggi badang antara 130-210 cm, berat badan antara 30-150 kg
X. Hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu
XI. Mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang yang masih sederhana
6) Homo Floresiensis
H.Floresiensis ditemukan di Liang Bua, Flores oleh Pandji Sujono & Mike Morwood
( Ilmuwan asal Australia – Selandia Baru ) pada tahun 2001
Ciri – ciri H.Floresiensis adalah badan sekitar 3 kaki/6 inci ( 15 – 91 cm ), berotak kecil,
dan gigi relatif besar
2) Zaman Mesolithikum
Zaman Mesolithikum berlangsung sekitar 20.000 tahun SM
Zaman Mesolithikum berasal dari kata Meso = Tengah & Lithos = Batu
Mesolithikum secara keseluruhan berarti Zaman batu tengah/Zaman Batu Madya
Zaman Batu Tengah (Mesolitikum) ditandai dengan :
a) Penggunaan perkakas-perkakas yang sudah agak halus
b) Orang sudah mulai bertempat tinggal/Hidup menetap tetapi masih melakukan
Nomaden
c) Muncul kebudayaan Kjokkenmoddinger & Abris Sous Roche
d) Berlangsung kurang lebih 20.000 silam
Hasil kebudayaan dari Zaman Mesolithikum adalah Kebudayaan Kjokkenmoddinger
& Kebudayaan Abris Sous Roche
1. Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger dikenal juga sebagai Midden/Sampah Dapur/Tumpukan Kerang
Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, yaitu Kjokken = Dapur & Modding =
Sampah
Kjokkenmoddinger secara keseluruhan berarti Sampah Dapur
Kjokkenmoddinger adalah timbunan kulit kerang dan siput yang menggunung dan
sudah menjadi fosil
Kjokkenmoddinger ditemukan di sepanjang pantai timur sumatera, yakni dari Langsa
& Medan
Dari timbunan Kjokkenmoddinger itu, ditemukan fosil manusia, Kapak Genggam
Sumatra/Pebble & Batu Pipisan serta kapak pendek/Hache Courte yang bentuknya
sudah lebih baik dan mulai halus
Alat – alat tersebut ditemukan & diteliti oleh Piter Vincent Van Stein Callenfels pada
tahun 1925
2. Abris Sous Roche
Abris Sous Roche berasal dari bahasa denmark, yaitu Abris = Tinggal, Sous : Dalam &
Roche = Gua
Abris Sous Roche adalah gua-gua yang dijadikan tempat tinggal manusia purba yang
berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas
Abris Sous Roche diselidiki oleh Piter Vincent Stein Callenfels pada tahun 1928 –
1931 di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur
Di Gua Lawa, banyak ditemukan alat – alat , seperti Flakes, Kapak, dan Batu
Penggilingan dan beberapa alat – alat dari tulang
Karena di gua tersebut banyak ditemukan peralatan dari tulang, disebut Sampung
Bone Culture
Selain di Sampug, Kebudayaan Abris Sous Roche juga banyak ditemukan di Besuki,
Jawa Timur ; Timor & Rote, NTT ; Sulawesi Selatan ; dll
3) Zaman Neolithikum
Zaman Neolithikum berlangsung sekitar 4.000 – 2.000 tahun SM
Zaman Neolithikum beasal dari kata Neo = Baru & Lithos = Batu
Zaman Neolithikum secara keseluruhan diartikan sebagai Zaman Batu Baru/Zaman
Batu Muda
Zaman Batu Baru (Neolitikum) ditandai dengan :
a) Pembuatan alat-alat batu yang sudah diasah dan diupam
b) Bertempat tinggal tetap/Sedenter
c) Telah bercocok tanam atau masa menghasilkan makanan ( Food Producing )
d) Telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme
e) Berlangsung selama 2.000 – 4.000 tahun silam
Hasil kebudayaan dari Zaman Neolithikum adalah Kapak Persegi, Kapak Lonjong,
Gerabah, Perhiasan Batu & Pakaian
1) Kapak Persegi
Nama Kapak persegi diberikan oleh Robert Van Heine Geldren/Van Heine Geldern
Kapak persegi berbentuknya persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesium
Kapak persegi ada yang berukuran besar ada pula yang kecil
Kapak berukuran besar disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul
Adapun yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat
pahat
Serta Kapak lonjong yang terbuat dari Batu Api/Chalcedon yang umumnya sebagai
alat keagamaan, tanda kebesaran, azimat, dll
2) Kapak Lonjong
Kapak Lonjong dapat disebut juga Kapak Neolithikum Papua
Kapak lonjong umumnya berbentuk lonjong
Pada ujung yang lancip ditempatkan tangkai dan pada bagian ujung yang lain diasah
sehingga tajam
Kapak lonjong ada yang berukuran besar dan ada juga yang kecil
Kapak lonjong berukuran besar disebut dengan Walzenbeil
Kapak lonjong berukuran kecil disebut Kleinbeil
Fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi
3) Gerabah, Perhiasan Batu & Pakaian
Selain kapak persegi dan kapak lonjong, pada zaman Neolithikum juga terdapat
barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah, dan pakaian
Gerabah umumnya terbuat dari tanah
Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu dan kulit kerang
Sedangkan pakaian umumnya terbuat dari kulit hewan/tumbuhan/pohon
4) Zaman Megalithikum
Zaman Megalithikum berasal dari kata Mega = Besar & Lithos = Batu
Zaman Megalithikum secara keseluruhan diartikan sebagai Zaman Batu Besar
Tradisi Megalithik adalah pendirian bagunan dari batu yang berukuran besar
Zaman Batu Besar (Megalithikum) ditandai dengan :
a) Membuat dan meninggalkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar
b) Berkembang sampai zaman perunggu
c) Sudah mengenal kepercayaan pada roh nenek moyang
d) Adanya Megalit ( Batu yang diletakan ditanah dan membentuk suatu monumen )
Hasil kebudayaan dari Zaman Megalithikum antara lain Menhir, Dolmen/Pandhusa,
Kubur Peti Batu, Waruga, Sarkofagus, Punden Berundak, Patung/Arca
1. Menhir
Menhir berasal dari Bahasa Keltik ( Indo – Eropa ), yaitu Men = Batu & Hir = Panjang
Menhir secara keseluruhan diartikan sebagai Batu Panjang
Menhir dapat juga disebut Statue Menhir/Arca Menhir
Menhir adalah bangunan berupa batu tegak atau tugu yang berfungsi sebagai
tempat pemujaan roh nenek moyang atau tanda peringatan untuk orang yang telah
meninggal
Menhir umumnya ditemukan di Sulawesi Selatan & Paseman, Sumatera Selatan serta
Sulawesi Tengah
2. Dolmen
Dolmen adalah bangunan berupa meja batu, terdiri atas batu lebar yang ditopang
oleh beberapa batu yang lain
Dolmen berfungsi sebagai tempat persembahan untuk memuja arwah leluhur
Di samping sebagai tempat pemujaan, dolmen juga berfungsi sebagai pelinggih,
tempat duduk untuk kepala suku atau raja
Dolmen umumnya ditemukan di Sumba Timur, Kuningan, Pasemah, Nanding,
Tanjungara, Tanjungsakti, Pager Dewa, dll
3. Kubur Peti Batu
Kubur peti batu adalah tempat menyimpan mayat
Kubur peti batu ini dibentuk dari enam buah papan batu, dan sebuah penutup peti
Papan – papan batu itu disusun secara langsung dalam lubang yang telah disiapkan
terlebih dahulu, dan biasanya diletakkan membujur ke arah sungai atau gunung
Kubur Peti Batu umumnya ditemukan di Wonosari, Daerah Istimewa Yogyakarta
4. Waruga
Waruga merupakan peti kubur batu dalam ukuran yang kecil
Waruga umumnya dipakai untuk pemakaman Suku Minahasa
Waruga umumnya berbentuk kubus dan bulat
Waruga banyak ditemukan di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara
5. Sarkofagus
Sarkofagus berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Sarx = Daging & Phagein = Memakan
Sarkofagus secara keseluruhan berarti Memakan Daging
Sarkofagus adalah bangunan berupa kubur batu yang berbentuk seperti lesung dan
diberi tutup
Sarkofagus mula – mula dilakukan oleh Orang Mesir Kuno
Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali
6. Pandhusa
Pandhusa dalam Bahasa Bondowoso yang berarti Keranda
benda ini berupa meja batu yang kakinya tertutup rapat berfungsi sebagai kuburan.
Pandhusa umumnya ditemukan di Bondowoso dan Besuki Jawa Timur
7. Punden Berundak
Punden Berundak berasal dari Bahasa Jawa, yaitu Pundian/Pepunden yang berarti
Objek Pemujaan
Punden berundak adalah bangunan bertingkat yang dihubungkan tanjakan kecil
Punden berundak berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang
Punden Berundak umumnya ditemukan di Lebak Sibedug, Banten
8. Patung/Arca
benda ini berupa patung manusia dan binatang yang berfungsi sebagai bentuk
penghormatan terhadap tokoh yang disukai
Patung/Arca umumnya ditemukan di daerah Pasemah, Jawa Tengah & Jawa Timur
5) Zaman Perunggu
Disebut dengan zaman perunggu karena pada zaman ini dihasilkan peralatan
kehidupan yang dibuat dari perunggu
Peralatan itu dibuat dengan dua macam teknik
Ada yang dibuat dengan teknik Cetak Hilang/Cetakan Lilin ( A Cire Perdue/Candle
Mold )
Ada alat yang dibuat dengan Cetak Ulang/Setangkup ( Bivalce/Symmetric )
Peralatan kehidupan yang dibuat dari bahan perunggu ini meliputi Nekara, Moko,
Kapak Corong, Arca Perunggu, Bejana Perunggu, dan Perhiasan Perunggu
1. Nekara
Nekara adalah genderang besar yang terbuat dari perunggu
Nekara juga disebut Genderang Nobat/Genderang Ketel
Biasanya digunakan sebagai alat upacara untuk mengundang hujan
Nekara terbesar ditemukan di Bali dan masih disimpan di Pura Besakih
Nekara ini disebut The Moon of Pejeng/Bulan Pejeng
Nekara ini bergaris tengah 160 cm dan tingginya 198 cm
2. Moko
Moko merupakan genderang kecil terbuat dari perunggu
Biasanya digunakan sebagai alat upacara keagamaan atau sebagai mas kawin
Moko umumnya banyak ditemukan di Pulau Alor
3. Kapak Corong
Kapak corong disebut juga kapak sepatu/Cendrasa
Kapak ini terdiri dari berbagai ukuran Ada yang bertangkai panjang, ada yang
melengkung ke dalam, dan ada yang cekung dipangkalnya
Kapak Corong banyak ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi, Papua, dan K. Rote
4. Arca Perunggu
Bentuk arca perunggu yang ditemukan bermacam-macam bentuk
Umumnya berbentuk orang dan binatang
Masing-masing dalam beragam sikap
Arca Perunggu tersebut antara lain ditemukan di Bangkinang ( Riau ), Lumajang
( Jawa Timur ), dan Bogor ( Jawa Barat )
5. Bejana Perunggu
Bentuk bejana perunggu mirip gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai
Pola hiasannya menggunakan hiasan anyaman dan huruf J
Bejana Perunggu umumnya banyak ditemukan di Kerinci ( Jambi ) & Madura ( Jawa
Timur )
6. Perhiasan Perunggu
Bentuk perhiasan ini berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, dan kalung
Sebagian besar perhiasan ditemukan sebagai bekal kubur
Umumnya, Perhiasan Perunggu banyak ditemukan di Malang, Bali, dan Bogor
6) Zaman Tembaga
Indonesia tidak mengalami zaman tembaga
Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya peninggalan-peninggalan benda
tembaga purba di Indonesia
Setelah zaman perunggu, bangsa Indonesia langsung memasuki zaman besi
7) Zaman Besi
Temuan benda-benda prasejarah yang dibuat dari besi di Indonesia belum banyak
Mungkin alat-alat tersebut telah hancur karena karat
Pada umumnya alat dari besi ditemukan bersama alat dari perunggu
Alat dari besi digunakan sebagai alat keperluan sehari-hari dan bekal kubur
Jenis-jenis alat yang dibuat dari besi antara lain :
a) Mata kapak yang dikaitkan pada tangkai kayu yang dipergunakan untuk menaruh
kayu atau batu
b) Mata sabit untuk menyabit tumbuh-tumbuhan
c) Mata pisau
d) Mata tembilang
e) Mata pedang
f) Cangkul
g) Tongkat
Periodisasi Zaman Berdasarkan Cara Hidup ( Manusia Pendukung, Kebudayaan, Cara
hidup, dan Peninggalan )
Nugroho Notosusanto & Sartono Kartodirdjo adalah tokoh yang membagi Zaman
Praaksara berdasarkan Cara Hidup
Menurut mereka, Periodisasi berdasarkan cara hidup dibagi menjadi 4, yaitu Masa
Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana, Masa Berburu dan
Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut, Masa Bercocok Tanam, dan Masa
Perundagian
1) Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Masa berburu makanan tingkat sederhana diperkirakan semasa dengan zaman
paleolithikum
Manusia yang hidup pada masa ini masih rendah tingkat peradabannya
Mereka hidup mengembara, pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain
sebagai pemburu binatang dan penangkap ikan
Di samping itu, mereka juga meramu, yakni mencari dan mengumpulkan makanan
Jenis makanan yang dikumpulkan misalnya ubi-ubian, buah-buahan dan daun-
daunan
a) Kehidupan Ekonomi
Kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana masih sangat bergantung pada alam
Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara berburu hewan dan mengumpulkan
umbi-umbian, buah-buhan serta dedaunan yang ditemukan di sekitar lingkungan
mereka
Jika sumber makanan di sekitar tempat mereka menipis atau sudah habis, mereka
berpindah ke tempat lain
b) Kehidupan Sosial
Sesuai dengan cara memenuhi kebutuhan, manusia pada masa ini hidupnya tidak
menetap
Mereka selalu berpindah-pindah tempat mencari tempat tinggal baru yang banyak
terdapat binatang buruan dan bahan makanan.Mereka juga mencari tempat-tempat
yang ada airnya
Tempat yang mereka pilih ialah di padang-padang rumput diselingi semak belukar,
yang sering dilalui binatang buruan
Kadang-kadang mereka memilih tempat tinggal di tepi pantai sebab di situ mereka
dapat mencari kerang dan binatang-binatang laut lainnya
Manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana hidup
secara berkelompok yang tersusun dari keluargakeluarga kecil
Anggota kelompok yang laki-laki melakukan perburuan dan yang perempuan
mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan serta hewan-hewan kecil
c) Kehidupan Budaya
Pada masa ini, manusia sudah mampu membuat alat-alat sederhana dari batu atau
tulang dan kayu
Alat-alat yang dibuat masih berbentuk kasar
Alat-alat tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Alat-alat batu inti, terdiri kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, dan
kapak genggam
b. Alat serpih yang digunakan untuk pisau, peraut, gurdi, mata panah, dan untuk
menguliti umbi-umbian
c. Alat dari tulang dan kayu
2) Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut diperkirakan semasa
zaman mesolithikum
Kehidupan manusia pada masa ini sudah mengalami perkembangan dibandingkan
dengan masa sebelumnya
Manusia mulai hidup menetap walaupun hanya untuk sementara waktu dan mulai
mengenal cara bercocok tanam sederhana
Selain itu, tampak kegiatan-kegiatan manusia yang menghasilkan sesuatu yang
belum dicapai pada masa sebelumnya seperti lukisan di dinding gua/dinding karang
Masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan, dengan ciri-ciri antara lain :
a. Alat kehidupan manusia pada saat itu berupa kapak perimbas (sejenis kapak yang
digenggam, tidak bertangkai dan berbentuk masif), alat serpih, dan alat tulang
b. Hidup berkelompok-kelompok yang tersusun dari keluarga-keluarga kecil
c. Telah berkembang seni lukis yang dibuat pada dinding - dinding gua, seperti di gua
Leang-leang, Sulawesi Selatan
d. Belum melakukan kegiatan penguburan mayat
e. Telah ditemukan teknologi sederhana untuk mendatangkan api
f. Bahasa sebagai alat komunikasi mulai terbentuk melalui kata-kata dan tanda-tanda
dengan gerakan badan
g. Bertempat tinggal secara tidak tetap di dalam gua-gua alam, di tepi sungai, dan tepi
pantai
h. Kelompok manusia purba di pinggir pantai di antaranya meninggalkan
kjokkenmodinger (kebudayaan sampah dapur)
a) Kehidupan Ekonomi
Manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut sudah
mengenal cara bercocok tanam dengan sistem berladang
Caranya, yaitu menebang hutan, kemudian membersihkan dan menanaminya
Beberapa kali tanah ladang itu dipergunakan, dan setelah dirasakan kesuburannya
berkurang, maka pindah ke tempat lain
Selain berladang, mereka juga memelihara dan mengembangbiakkan binatang
b) Kehidupan Sosial
Kehidupan manusia pada masa ini masih dipengaruhi oleh cara hidup pada masa
sebelumnya
Mereka masih melakukan perburuan hewan, menangkap ikan, mencari kerang dan
mengumpulkan makanan dari lingkungan di sekitarnya
Meskipun demikian, kehidupan manusia mengalami perubahan yang besar
Manusia secara berkelompok mulai hidup menetap dengan memilih gua sebagai
tempat tinggalnya
Biasanya gua yang dipilih adalah gua yang letaknya cukup tinggi, yaitu di lereng bukit
dan dekat dengan mata air
c) Kehidupan Budaya
Selama bertempat tinggal di gua, mereka melukiskan sesuatu di dinding gua yang
menggambarkan suatu pengalaman, perjuangan, dan harapan hidup
Lukisan-Lukisan ini dibuat dengan cara menggores pada dinding atau dengan
memberi warna merah, hitam, dan putih
Bentuknya ada berupa gambar tangan, binatang, atau bentuk lainnya
Lukisan dinding gua menandakan berkembangnya kepercayaan manusia pada masa
itu
Misalnya lukisan cap tangan dengan latar belakang warna merah mengandung arti
kekuatan pelindung untuk mencegah roh jahat, dan cap-cap tangan yang jari-jarinya
tidak lengkap dianggap sebagai tanda berkabung
Pada masa ini, kemampuan manusia membuat alat-alat atau perkakas mengalami
kemajuan
Alat-alat-alat batu yang dibuat bentuknya lebih halus daripada masa sebelumnya
Alat-alat tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Kapak sumatra, yaitu batu kerakal yang dibelah tengah sehingga satu sisinya
cembung halus dan sisi lainnya kasar
b. Alat tulang sampung, yaitu alat yang terbuat dari tulang dan tanduk digunakan
sebagai penggali umbi-umbian
3) Masa Bercocok Tanam
Setelah tahap berburu dan mengumpulkan makanan telah dilampaui, manusia
memasuki suatu masa kehidupan yang disebut masa bercocok tanam
Masa bercocok tanam diperkirakan semasa dengan zaman Neolithikum
Pada masa ini, peradaban manusia sudah mencapai tingkatan yang cukup tinggi
Manusia sudah memiliki kemampuan mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan
hidup dengan bercocok tanam dan mengembangbiakan binatang ternak
Manusia sudah hidup menetap dan tidak lagi berpindah-pindah seperti halnya pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan
Mereka hidup menetap karena persediaan makanan sudah tercukupi
Masa bercocok tanam dan beternak, dengan ciri-ciri antara lain :
a. Alat-alat batu yang digunakan umumnya sudah diupam hingga halus. Alat batu yang
digunakan berupa kapak persegi, kapak lonjong, alat-alat obsidian, dan mata panah
b. Masyarakat mulai menunjukkan tanda-tanda menetap di suatu tempat
c. Telah terbentuk desa-desa kecil semacam pedukuhan
d. Kegiatan bercocok tanam telah menghasilkan keladi, sukun, pisang, durian, manggis,
rambutan, duku, salak dan sebagainya
e. Mengenal sistem barter (tukar menukar barang dengan barang)
f. Perahu bercadik dan rakit banyak digunakan sebagai sarana lalu lintas air
g. Alat komunikasi berupa bahasa dianggap sangat penting
h. Tumbuh kepercayaan animisme (pemujaan terhadap roh nenek moyang) dan
dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang mempunyai kekuatan gaib)
a) Kehidupan Ekonomi
Pada bercocok tanam, manusia tidak lagi sepenuhnya bergantung pada alam
Manusia sudah mampu mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidup
Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara membabat hutan dan semak belukar
untuk ditanami berbagai jenis tanaman sehingga terciptalah ladang-ladang yang
memberikan hasil pertanian
Selain bercocok tanam, mereka juga mengembangbiakan binatang ternak seperti
ayam, kerbau dan hewan ternak lainnya
Meskipun sudah bercocok tanam dan memelihara hewan ternak, kegiatan berburu
dan mengumpulkan hasil hutan masih tetap dilakukan
Manusia pada masa bercocok tanam diperkirakan sudah melakukan kegiatan
perdagangan yang bersifat barter
Barang yang dipertukarkan pada waktu itu ialah hasil-hasil cocok tanam, hasil
kerajinan tangan seperti gerabah dan beliung, atau hasil laut berupa ikan yang
dikeringkan
Ikan laut yang dihasilkan oleh penduduk pantai sangat diperlukan oleh mereka yang
bertempat tinggal di pedalaman
b) Kehidupan Sosial
Hidup menetap pada masa bercocok tanam memberi kesempatan bagi manusia
untuk menata kehidupan secara teratur
Mereka hidup menetap di suatu tempat secara berkelompok dan membentuk
masyarakat perkampungan
Perkampungan pada masa bercocok tanam terdiri atas tempat tinggal sederhana
yang didiami oleh beberapa keluarga dan dipimpin oleh kepala kampung
Biasanya kedudukan sebagai kepala kampung dijabat oleh orang yang paling tua dan
berwibawa
Kepala kampung merupakan tokoh yang disegani, dihormati dan ditaati oleh
penduduk kampung yang dipimpinnya
Kegiatan-kegiatan dalam kehidupan perkampungan yang bertujuan untuk
mencukupi kebutuhan bersama mulai diatur dan dibagi antar anggota masyarakat
Kegiatan yang banyak menghabiskan tenaga seperti, membabat hutan, menyiapkan
ladang untuk ditanami, membangun rumah atau membuat perahu dilakukan oleh
laki-laki
Adapun perempuan melakukan kegiatan menabur benih di ladang yang sudah
disiapkan, merawat rumah dan kegiatan lain yang tidak memerlukan tenaga besar
c) Kehidupan Budaya
Pada masa bercocok tanam, manusia semakin mahir membuat berbagai alat-alat
atau perkakas
Alat-alat yang dihasilkan sudah dibuat halus dan fungsinya beraneka ragam
Ada yangberfungsi untuk kegiatan sehari-hari, ada yang berfungsi sebagai perhiasan,
ada pula yang berfungsisebagai alat upacara keagamaan
Alat-alat tersebut antara lain sebagai berikut :
a) Kapak Persegi digunakan mengerjakan kayu, menggarap tanah dan alat upacara
keagamaan
b) Kapak Lonjong digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan sebagai
kapak biasa
c) Gerabah
d) Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul-mukul kulit kayu hingga halus
e) Perhiasan berupa gelang dari batu dan kulit kerang
Pada masa bercocok tanam, berkembang kepercayaan bahwab roh seseorang tidak
lenyap pada saat meninggal dunia
Roh dianggap mempunyai kehidupan dialamnya sendiri
Oleh karena itu, diadakan upacara pada waktu penguburan
Orang yang meninggal dibekali bermacam-macam barang keperluan sehari-hari,
seperti perhiasan dan periuk yang dikubur bersama-sama
Hal ini dimaksudkan agar perjalanan orang yang meninggal menuju alam arwah dan
kehidupan selanjutnya terjamin sebaik-baiknya
Pada masa ini, mulai berkembang pula tradisi pendirian bangunan – bangunan
megalitik (bangunan besar dari batu)
Tradisi ini didasari oleh kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan
yang mati, terutama kepercayaan akan adanya pengaruh kuat dari orang yang telah
mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman
Jasa seorang kerabat yang telah meninggal dunia diabadikan dengan mendirikan
bangunan batu besar
Bangunan ini kemudian menjadi media penghormatan, tempat singgah, dan menjadi
lambang bagi orang yang meninggal tersebut
4) Masa Perundagian
Masa perundagian merupakan akhir masa praaksara di Indonesia
Kata perundagian berasal dari bahasa Bali, undagi = seseorang atau sekelompok
orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis
usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, pembuatan perhiasan, atau
pembuatan sampan
Masa perundagian diperkirakan semasa dengan zaman perunggu
Pada masa ini, peradaban manusia sudah maju tingkatannya
Teknologi pembuatan alat-alat atau perkakas jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
masa sebelumnya
a) Kehidupan Ekonomi
Masyarakat pada masa perundagian telah mampu mengatur kehidupannya
Kegiatan kehidupan yang mereka lakukan tidak lagi sekedar untuk memenuhi
kebutuhan hidup, melainkan untuk meningkatkan kesejahteraan
Kegiatan pertanian di ladang dan sawah masih tetap dilakukan
Pengaturan air dilakukan agar kegiatan pertanian tidak sepenuhnya bergantung pada
hujan
Hasil pertanian disimpan untuk masa kering dan mungkin juga untuk diperdagangkan
ke daerah lain
Kegiatan peternakan juga turut berkembang, hewan ternak yang dipelihara lebih
beragam dari masa sebelumnya
Masyarakat telah mampu beternak kuda dan berbagai jenis unggas
Munculnya golongan masyarakat yang memiliki keterampilan tertentu menyebabkan
teknologi berkembang pesat
Seiring kemajuan yang dicapai, terjadi peningkatan kegiatan perdagangan
Pada masa ini perdagangan masih bersifat barter, namun telah menjangkau tempat
– tempat yang jauh, yakni antarpulau
Barang-barang yang dipertukarkan semakin beragam, seperti alat pertanian,
perlengkapan upacara, dan hasil kerajinan
Kegiatan perdagangan antarpulau pada masa perundagian dibuktikan dengan
ditemukannya nekara di Selayar dan kepulauan Kei yang dihiasi gambar-gambar
binatang seperti gajah, merak, dan harimau
Binatang-binatang ini tidak ada di wilayah Indonesia bagian timur
Hal ini menunjukkan bahwa nekara tersebut berasal dari daerah Indonesia bagian
barat
b) Kehidupan Sosial
Masyarakat pada masa perundagian hidup menetap di perkampungan yang lebih
besar dan lebih teratur
Perkampungan ini terbentuk dari bersatunya beberapa kampung hingga jumlah
kelompok penduduk bertambah banyak
Masyarakat tersusun dalam kelompok yang beragam
Ada kelompok petani, ada pedagang, ada pula kelompok undagi (pengrajin/tukang)
Dalam tata kehidupan yang sudah teratur, berburu binatang liar seperti harimau dan
kijang masih tetap dilakukan
Perburuan ini selain untuk menambah mata pencaharian, juga dimaksudkan untuk
menunjukkan tingkat keberanian & kegagahan dalam suatu lingkungan masyarakat
c) Kehidupan Budaya
Pada masa perundagian, manusia sudah mahir membuat berbagai peralatan atau
perkakas
Alat-alat yang dihasilkan terbuat dari logam digunakan untuk bertani, bertukang,
peralatan rumah tangga, perhiasan dan sebagai alat perlengkapan upacara dan
pemujaan
Kepercayaan yang berkembang pada masa ini melanjutkan kepercayaan pada masa
sebelumnya
Masyarakat meyakini bahwa arwah nenek moyang berpengaruh terhadap perjalanan
hidup manusia dan masyarakatnya
Oleh karena itu, arwah nenek moyang harus selalu dihormati dengan melaksanakan
berbagai upacara
Demikian pula kepada orang yang sudah meninggal,mereka diberi penghormatan
dengan diberi bekal kubur
Terlebih lagi jika orang yang meninggal adalah orang yang terpandang atau
mempunyai kedudukan dalam masyarakat, maka diadakan upacara penguburan
dengan memberikan bekal kubur yang lengkap
Pada masa ini, berbagai bidang seni seperti seni lukis, seni ukir/pahat, seni patung,
dan seni bangunan (arsitektur) mengalami perkembangan
Hal yang menunjukkan perkembangan ini diantaranya adalah meningkatnya
pemahatan arca dan pendirian bangunan batu untuk pemujaan
Penyebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Banyak pendapat yang menyatakan nenek moyang Indonesia berasal dari daerah
yang berbeda
Namun hanya satu pendapat yang diterima oleh masyarakat, yaitu pendapat Paul &
Fritz Sarasin
Berikut beberapa pendapat tentang Nenek Moyang Indonesia :
1. Pendapat Prof. Dr. H. Kern
Prof. Dr. H. Kern berpendapat bila nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
daratan Asia
Ilmuan asal Belanda ini menyebut jika hasil penelitiannya menunjukan bahwa
bahasa-bahasa yang dipakai oleh suku-suku di Indonesia, Mikronesia, Polinesia, dan
Melanesia, mempunyai akar yang sama, yaitu bahasa Austronesia
Dengan fakta itu, ia menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia berasal dari satu daerah
yang sama dengan bangsa-bangsa lain di wilayah Austronesia
Menurutnya, nenek-moyang bangsa Indonesia menggunakan perahu-perahu
bercadik menuju ke kepulauan Indonesia
Pendapat Kern ini didukung oleh adanya persamaan nama dan bahasa yang
dipergunakan di daerah Campa dengan di Indonesia
Selain nama geografis, istilah-istilah binatang dan alat perang pun banyak
kesamaannya
Tetapi pendapat ini disangkal oleh K. Himly dan P.W. Schmidt berdasarkan
perbendaharaan bahasa Campa
2. Pendapat Willem Smith
Untuk menentukan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia, Willem Smith
melakukan identifikasi terhadap bahasa yang digunakan oleh bangsa-bangsa di
sekitar Asia
Berdasarkan penelitiannya, ia kemudian mengelompokan bahasa di sekitar Asia
menjadi 3 bagian yaitu, bahasa Togon, bahasa Jerman, dan bahasa Austria
Nah, Indonesia sendiri bersama dengan Melanesia, dan Polinesia digolongkan ke
dalam penggunaan bahasa Austria
3. Pendapat Prof. Dr. Sangkot Marzuki
Prof. Dr. Sangkot Marzuki menyebutkan jika nenek moyang bangsa Indonesia
memiliki asal usul dan keterkaitan dengan Austronesia dataran Sunda
Ini didasari oleh penelusuran terkait DNA fosil-fosil manusia purba yang pernah
ditemukan di Indonesia
Atas dasar itu, ia kemudian menyanggah pendapat Van Heine Geldern yang
menyebut jika nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan
Menurutnya, Homo Erectus atau Phitecantropus Erectus yang ditemukan sebagai
manusia purba saat itu tidak memiliki signifikasi dengan DNA manusia Indonesia
zaman sekarang
Menurutnya, mereka punah dan diganti oleh manusia species baru, yang berasal dari
Afrika
4. Pendapat Van Heine Geldern
Pendapat Van Heine Geldern sebetulnya tak jauh beda dengan pendapat Kern
Ia menganggap jika bahasa Indonesia adalah bahasa yang berasal dari Asia Tengah
Kendati lebih baru dibanding dengan teori yang diajukan Kern, pendapat dan teori
Geldern lebih dapat dipercaya karena didukung oleh penemuan beberapa artefak,
dan benda-benda sejarah lainnya yang ditemukan di Indonesia memiliki kesamaan
dengan benda-benda sejarah yang ditemukan di daratan Asia.
5. Pendapat Prof. Mohammad Yamin
Prof. Mohammad Yamin menentang semua teori-teori yang menyebut jika nenek
moyang bangsa Indonesia justru berasal dari luar Indonesia
Menurut beliau, orang Indonesia saat ini benar-benar asli berasal dari wilayah
Indonesia sendiri
Ia justru malah meyakini jika ada sebagian bangsa dan suku di luar negeri yang nenek
moyangnya berasal dari Indonesia
Landasan pemikiran yang menjadi dasar Yamin adalah banyaknya temuan fosil dan
artefak di Indonesia yang lebih lengkap dibanding daerah lain di Asia
Contohnya, temuan fosil Pithecanthropus soloensis dan wajakensis yang tidak
diketemukan di daerah-daerah lain di Asia termasuk Asia Tenggara (Indochina)
6. Pendapat Prof. Dr. Krom
Prof. Dr. Krom mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia adalah keturunan asli
orang-orang China Tengah
Hal ini didasari pemikiran sederhana, yaitu karena di Cina Tengah banyak sekali
terdapat sungai besar
Sebagian dari mereka menyebar ke seluruh kawasan Indonesia pada zaman batu tua
(sekitar 2.000 SM sampai 1.500 SM)
7. Pendapat Dr. Brandes
Dr. Brandes berpendapat jika suku-suku yang mendiami kepulauan Indonesia
mempunyai kesamaan secara etnik, fisik, maupun bahasa dengan beberapa bangsa
yang mendiami daerah-daerah yang melintang dari utara di Pulau Formosa (Taiwan),
barat di Pulau Malagasi (Madagaskar), selatan di Jawa dan Bali, serta timur di tepi
pantai barat Amerika
8. Pendapat Hogen
Hogen berpendapat bahwa bangsa yang mendiami pesisir Melayu di Sumatera
beramilasi secara genetik dengan bangsa Mongol yang datang pada gelombang
pertama (Proto Melayu dan Deutro Melayu)
9. Pendapat Max Muller
Max Muller berpendapat secara lebih spesifik. Ia menyebut jika asal usul nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari semenanjung Asia Tenggara
Kendati begitu, alasan Muller ini tidak didukung alasan yang jelas dan terverifikasi
10. Pendapat Mayundar
Mayundar berasumsi bahwa bangsa-bangsa Austronesia yang menjadi nenek
moyang bangsa Indonesia adalah berasal dari India
Mereka menyebar ke beberapa wilayah di Indocina, ke Indonesia, dan akhirnya ke
Asia Pasifik
Asumnsi Mayundar ini didukung hasil penelitiannya yang menyebut jika bahasa
Austria adalah bahasa Muda di kawasan India bagian timur
11. Pendapat Mens
Mens berpendapat bangsa Indonesia berasal dariketurunan Mongol yang terdesak
akibat keberadaan bangsa bangsa lain yang lebih kuat.
Mereka kemudian bermigrasi secara besar-besaram ke arah selatan termasuk ke
kawasan Indonesia
12. Pendapat Sultan Takdir Alisyahbana
Sultan Takdir Alisyahbana mengemukakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang bernenekmoyangkan bangsa melayu
Pendapatnya ini didasari oleh rumpun bahasa keduanya yang memiliki kesamaan
yang signifikan
13. Pendapat Gorys Kraf
Gorys Kraf berpendapat bahwa bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang lebih
maju dibanding kebudayaan bangsa-bangsa lain di sekitarnya
Ini berarti bahwa Indonesia adalah induk dari bangsa-bangsa lain yang ada di wilayah
Austronesia seperti Malaysia, Thailand, Madagaskar, dan Selatan Indochina
14. Pendapat Harry Truman Simandjutak
Harry Truman Simandjutak mengemukakan bahwa bahasa yang banyak dipakai di
Indonesia adalaha generasi kedua dari Bahasa Austronesia
Ini menunjukan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Pulau Formosa,
di Taiwan
15. Pendapat Paul dan Fritz Sarasin
Paul & Fritz Sarasin ( Sarasin bersaudara ) mengemukakan bahwa penduduk asli
Indonesia adalah suatu ras yang berkulit gelap dan bertubuh kecil
Ras ini pada awalnya mendiami Asia Bagian Tenggara yang saat itu masih bersatu
sebagai daratan pada zaman es atau periode glasial
Namun, setelah periode es berakhir dan es mencair, maka dataran tersebut
kemudian terpisah oleh lautan yaitu laut China Selatan dan laut Jawa
Akibatnya, daratan yang tadinya bersatu kemudian terpisah menjadi daratan utama
Asia dan Kepulauan Indonesia
Penduduk asli tinggal di daerah pedalaman dan penduduk pendatang tinggal di
daerah pesisir
Penduduk asli inilah yang disebut sebagai suku bangsa Vedda oleh Sarasin
Orang Vedda kemudian menyebar ke timur dan mendiami wilayah Papua, Sulawesi
Selatan, Kai, Seram, Timor Barat, Flores Barat, dan terus ke timur sampai Kepulauan
Melanesia
Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra
dan Toala di Sulawesi merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia
Mereka diyakini mempunyai hubungan erat dengan dan orang Vedda
Ras lain yang menghuni kepulauan Indonesia adalah Proto Melayu dan Deutro
Melayu
Ciri-ciri fisik mereka adalah rambut lurus, kulit kuning kecoklatan-coklatan, dan
bermata sipit
Proto Melayu dan Deutro Melayu tiba di kepualauan Indonesia dalam dua
gelombang kedatangan
Gelombang kedatangan pertama adalah Proto Melayu (Melayu Tua), mereka
dianggap sebagai kelompok melayu Polinesia yang bermigrasi dari wilayah Cina
Selatan (sekarang menjadi Provinsi Yunnan)
Proto Melayu bermigrasi ke wilayah Nusantara melalui dua jalur yaitu jalur barat dan
timur
Jalur barat bermula dari Yunnan – Indochina – Siam/Thailand – Semenanjung Malaya
– Sumatera – Seluruh Indonesia
Jalur timur bermula dari Yunnan – Kep. Ryukyu Jepang – Taiwan – Laut China Selatan
– Filipina – Kep. Sangir/Sangihe – Sulawesi – Seluruh Indonesia
Proto Melayu membawa perkakas dari batu berupa kapak persegi dan kapak lonjong
Kapak persegi dibawa oleh Proto Melayu yang bermigasi melalui jalur barat,
sedangkan kapak lonjong dibawa oleh Proto Melayu yang bermigasi melalui jalur
timur
Suku bangsa Indonesia yang tergolong Proto Melayu ini, yaitu Mentawai, Dayak dan
Toraja
Gelombang kedatangan ke Kepulauan Indonesia berikutnya adalah Deutro Melayu
(Melayu Muda) yang berasal dari Indochina bagian utara
Deutro Melayu bermigrasi ke wilayah nusantara melalui Indochina Utara –
Assam/Birma/Myanmar Utara - Siam/Thailand – Semenanjung Malaya – Sumatera -
Seluruh Indonesia
Kedatangan Deutro-Melayu mendesak keberadaan Proto Melayu ke arah pedalaman
Mereka memperkenalkan perkakas dan senjata yang terbuat dari besi atau logam
Mereka telah melakukan kegiatan bercocok tanam
Padi yang banyak ditanam di Indonesia saat ini dibawa oleh Deutero Melayu dari
wilayah Assam Utara atau Birma Utara
Bangsa Deutro Melayu mengembangkan peradaban dan kebudayaan yang lebih
maju
Karena itu, mereka berkembang menjadi sebagian besar suku-suku yang ada di
Indonesia saat ini seperti Melayu, Minang, Jawa, Bugis, dan lain-lain
Dalam perkembangan selanjutnya, Proto Melayu dan Deutero Melayu berbaur,
sehingga sulit dibedakan
Ras lain yang juga terdapat di Kepulauan Indonesia adalah ras Melanesoid
Mereka tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian
dan benua Australia
Kedatangan ras Melanesoid diperkirakan pada saat zaman es terakhir
Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni
Ras Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hinggake Papua, selanjutnya ke
Benua Australia yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang terhubungan
dengan Papua
Pada perkembangan selanjutnya, terjadi percampuran antara ras Melanesoid dan ras
Melayu yang menghasilkan keturunan Melanesoid- Melayu, saat ini mereka
merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku
Teori Masuknya Hindu Buddha
Setelah Zaman Praaksara, Indonesia memasuki zaman baru, yaitu Zaman Hindu –
Buddha
Beberapa Sejarahwan mengungkapkan pendapatnya tentang masuknya Hindu –
Buddha ke Nusantara
Berikut Teori – Teori tentang masuknya Hindu – Buddha ke Nusantara
1. Teori Brahmana
Teori Brahmana disebut juga Hipotesis Brahmana/Hipotesa Brahmana
Teori ini diungkap oleh J.C. Van Leur
Dia mengatakan bahwa kebudayaan Hindu-Budha India yang menyebar ke Indonesia
dibawa oleh golongan Brahmana
Pendapatnya itu didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-
prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa
Karena hanya golongan Brahmanalah yang menguasai bahasa dan huruf itu maka
sangat jelas di sini adanya peran Brahmana
2. Teori Ksatria
Teori Ksatria disebut juga Hipotesis Ksatria/Hipotesa Ksatria/Teori Bangsawan
Ada tiga pendapat mengenai proses penyebaran kebudayaan Hindu – Buddha yang
dilakukan oleh golongan ksatria, yaitu:
Cornelis Chirstian Berg/C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria yang turut
menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di
Indonesia
Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan
bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai
Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang kemudian
dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya
Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu –
Buddha kepada keluarga yang dinikahinya tadi
Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu – Buddha dalam kerajaan di Indonesia
Sama seperti yang diungkap oleh C.C. Berg, Mookerji juga mengatakan bahwa
golongan ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu –
Buddha ke Indonesia
Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi
sebuah kerajaan
J.L. Moens mencoba menghubungkan proses terbentuknya kerajaankerajaan di
Indonesia pada awal Abad ke 5 dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang
sama
Ternyata sekitar Abad ke 5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan
melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran
Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia
3. Teori Waisya
Teori Waisya disebut juga Hipotesis Waisya/Hipotesa Waisya/Teori Pedagang
Teori Waisya dikemukan oleh Nicholaas Johannes Krom/N.J. Krom
Ia menyebutkan bahwa proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha dibawa oleh
pedagang India
Para pedagang India yang berdagang di Indonesia menyesuaikan dengan angin
musim
Sambil menunggu perubahan arah angin, mereka dalam waktu tertentu menetap di
Indonesia
Selama para pedagang India tersebut menetap di Indonesia, memungkinkan
terjadinya perkawinan dengan perempuanperempuan pribumi
Menurut NJ. krom, mulai dari sini pengaruh kebudayaan India menyebar dan
menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia
4. Teori Sudra
Teori Sudra disebut juga Hipotesis Sudra/Hipotesa Sudra/Teori Budak
Teori ini dikemukakan oleh Von Van Faber
Teori ini menyebutkan bahwa peperangan yang terjadi di India menyebabkan
golongan sudra menjadi buangan
Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum Waisya. Dengan
jumlah yang besar
diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu-
Buddha ke Indonesia
5. Teori Arus Balik
Teori Arus Balik diseubt juga Hipotesis Arus Balik/Hipotesa Arus Balik/Teori Pergi –
Pulang
Pendapat ini menjelaskan peran aktif dari orang-orang Indonesia yang
mengembangkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
Pendapat mengenai keaktifan orang-orang Indonesia ini diungkap oleh Frederik
David Kan Bosch/F.D.K Bosch yang dikenal dengan Teori Arus Balik
Teori ini menyebutkan bahwa banyak pemuda Indonesia yang belajar agama Hindu-
Buddha ke India
Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali ke Indonesia untuk
menyebarkannya
Masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia telah membawa perubahandalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia
Perubahanperubahan itu antara lain tampak dalam bidang-bidang berikut ini
a) Bidang Pemerintahan
Sebelum unsur kebudayaan dan agama Hindu-Buddha masuk, masyarakat dipimpin
oleh seorang kepala suku yang dipilih oleh anggota masyarakatnya
Seorang kepala suku merupakan orang pilihan yang mengetahui tentang adat
istiadat dan upacara pemujaan roh nenek moyangnya dengan baik
Ia juga dianggap sebagai wakil nenek moyangnya
Ia harus dapat melindungi keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya
Karena itulah larangan dan perintahnya dipatuhi oleh warganya
Setelah masuknya unsur kebudayaan dan agama Hindu – Buddha terjadi perubahan
Kedudukan kepala suku digantikan oleh raja seperti halnya di India
Raja memiliki kekuasaan yang sangat besar
Kedudukan raja tidak lagi dipilih oleh rakyatnya, akan tetapi diturunkan secara turun
temurun
Raja dianggap sebagai keturunan dewa dan dianggap sebagai puncak dari segala hal
dalam negara
b) Bidang Sosial
Pengaruh Hindu-Buddha dalam bidang sosial ditandai dengan munculnya
pembedaan yang tegas antar kelompok masyarakat
Dalam masyaakat Hindu, pembedaan ini disebut dengan sistem kasta
Sistem ini membedakan masyarakat berdasarkan fungsinya
Golongan Brahmana (pendeta) menduduki golongan pertama
Ksatria (bangsawan, prajurit) menduduki golongan kedua
Waisya (pedagang dan petani) menduduki golongan ketiga, sedangkan Sudra (rakyat
biasa) menduduki golongan terendah atau golongan keempat
Adanya pembagian masyarakat berdasarkan kasta berdampak pada perbedaan hak-
hak antara golongan-golongan kasta yang berlainan, terutama dalam hal pewarisan
harta, pemberian sanksi dan kedudukan dalam pemerintahan
c) Bidang Ekonomi
Sejak terbentuknya jalur perdagangan laut yang menghubungkan India dan Cina,
kegiatan perdagangan di Kepulauan Indonesia berkembang pesat
Daerah pantai timur Sumatra menjadi jalur perdagangan yang ramai dikunjungi para
pedagang
Kapal-kapal dagang dari India dan Cina banyak yang singgah untuk menambah
persediaan makanan dan minuman, menjual dan membeli barang dagangan, atau
menanti waktu yang baik untuk berlayar
Kemudian, muncul pusat-pusat perdagangan yang berkembang menjadi pusat
kerajaan
d) Bidang Agama
Hubungan antara Indonesia dan pusat Hindu-Buddha di Asia berawal dari hubungan
dagang antara Indonesia, India dan Cina
Hal ini menyebabkan pusat-pusat perdagangan di Indonesia juga menjadi pusat-
pusat Hindu – Buddha
Selanjutnya pusat-pusat ini berkembang menjadi pusat kerajaan dan pusat
penyebaran Hindu – Buddha ke berbagai wilayah sesuai dengan cakupan wilayah
kerajaan
Dengan tersebarnya agama Hindu – Buddha, banyak masyarakat di Indonesia yang
menganut agama Hindu atau Buddha
Meskipun demikian, sistem kepercayaan terhadap roh halus yang sudah berkembang
sejak masa praaksara tidak punah
e) Bidang Kebudayaan
Sebelum masuknya unsur kebudayaan dan agama Hindu-Buddha, telah berkembang
kebudayaan asli Indonesia
Kemudian, setelah masuknya unsur kebudayaan dan agama Hindu-Buddha terjadilah
proses perpaduan antara dua kebudayaan tersebut
Pepaduan itu disebut akulturasi
Hasilnya adalah kebudayaan baru yang memiliki ciri khas dari masing-masing
kebudayaan
Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan asli
Indonesia antara lain sebagai berikut
a. Seni Bangunan
Bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi
antara unsur budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya asli Indonesia
Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagian-
bagian candi dan stupa adalah unsur dari India
Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden berundak yang
merupakan unsur Indonesia asli
Bangunan punden berundak sebenarnya sudah berkembang dari masa praaksara,
sebagai penggambaran dari alam semesta yang bertingkat – tingkat
Tingkat paling atas adalah tempat persemayaman nenek moyang
Punden berundak menjadi sarana khusus untuk pemujaan terhadap roh nenek
moyang
b. Seni Rupa dan Seni Ukir
Masuknya pengaruh Hindu-Buddha membawa perkembangan dalam bidang seni
rupa, seni pahat dan seni ukir
Hal ini dapat dilihat pada relief/seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi
Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di Candi
Borubudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha
Di sekitar Sang Buddha terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung
dan burung merpati
c. Sastra dan Aksara
Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari Mahabrata dan
Ramayana, melahirkan seni pertunjukan wayang kulit
Isi dan cerita pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat
mendidik
Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya asli dari
Indonesia
Selain itu ada pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia
Misalnya tokoh-tokoh punakawan seperti Semar, Gareng, Bagong dan Petruk
Tokoh – tokoh ini tidak ditemukan di India
Perkembangan sastra ini didukung oleh penggunaan Bahasa Sansekerta dan huruf –
huruf India seperti Pallawa, Prenagari, dan Dewanagari
Kerajaan Hindu Buddha
Pada Masa Hindu – Buddha, banyak kerajaan yang bercorak Hindu & Buddha
Berikut beberapa Kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia :
I. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai bernama resmi Kerajaan Kutai Martadipura
Kerajaan Kutai Martadipura adalah kerajaan yang :
a. Memiliki bukti tertua di Indonesia
b. Kerajaan tertua kedua di Indonesia
c. Kerajaan tertua di Pulau Kalimantan
Kerajaan Kutai Martadipura berdiri pada :
a. Abad ke 4 ( 350 M ) menurut Wikipedia Indonesia
b. Abad ke 5 ( 400 M ) menurut Buku IPS terbirtan Kemendikbud
Kerajaan Kutai Martadipura beribukota di Hulu Sungai Mahakam, Muara Kaman,
Kalimantan Timur
Raja pertama Kerajaan Kutai Martadipura adalah Kudungga dan dipimpin terakhir
kali oleh Dharma Setia Warman
Berikut daftar nama Raja – Raja Kutai Martadipura :
1) Maharaja Kudungga dengan gelar Anumerta Dewawarman ( Raja pertama Kutai )
2) Maharaja Asmawarman
3) Maharaja Mulawarman ( Raja terkenal Kutai )
4) Maharaja Marawijaya Warman
5) Maharaja Gajayana Warman
6) Maharaja Tungga Warman
7) Maharaja Jayanaga Warman
8) Maharaja Nalasinga Warman
9) Maharaja Nala Parana Tungga Warman
10) Maharaja Gadingga Warman Dewa
11) Maharaja Indra Warman Dewa
12) Maharaja Sangga Warman Dewa
13) Maharaja Candrawarman
14) Maharaja Sri Langka Dewa Warman
15) Maharaja Guna Parana Dewa Warman
16) Maharaja Wijaya Warman
17) Maharaja Sri Aji Dewa Warman
18) Maharaja Mulia Putera Warman
19) Maharaja Nala Pandita Warman
20) Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
21) Maharaja Dharma Setia Warman ( Raja terakhir Kutai )
Selama Kepemimpinan Kudungga, Kerajaan Kutai Martadipura masih banyak yang
menganut Animisme & Dinamisme
1
Setelah 4 abad memimpin Kudungga digantikan oleh anaknya, yaitu Aswawarman
Selama Kepemimpinan Aswawarman, Kerajaan Kutai Martadipura sudah mulai
banyak yang menganut Agama Hindu
Selama Kepemimpinanya, Kerajaan Kutai Martadipura masih belum banyak dikenal
oleh kerajaan lain
1
Setelah memimpin selama 4 abad, Aswawarman digantikan oleh anak bungsunya,
yaitu Mulawarman Nala Dewa
Selama Kepemimpinan Mulawarman Nala Dewa, Kerajaan Kutai Martadipura mulai
dikenal oleh Kerajaan – Kerajaan dalam negeri maupun luar negeri
Ketenaran Kerajaan Kutai Martadipura & Mulawarman Nala Dewa pun melejit pada
saat Mulawarman Nala Dewa memberi 20.000 ekor sapi kepada Kaum Brahmana
Selain itu, Mulawarman Nala Dewa juga membuat Yupa yang berisi tentang
kehidupan, silsilah, dan kebaikan Raja – Raja Kutai Martadipura
Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Kutai adalah usaha peternakan
Disamping peternakan, masyarakat Kutai melakukan pertanian
Letak kerajaan Kutai di tepi sungai, sangat mendukung untuk pertanian
Selain itu, masyarakat Kutai juga melakukan perdagangan
Diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang dengan luar
Jalur perdagangan internasional dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina
dan sampai di Cina
Dalam pelayarannya dimungkinkan para pedagang itu singgah terlebih dahulu di
Kutai
Kerajaan Kutai Martadipura hancur pada abad ke 17 ( 1605 M )
Kerajaan Kutai Martadipura hancur karena adanya perebutan wilayah kekuasaan
antara Kerajaan Kutai Martadipura ( dipimpin oleh Raja Dharma Setia Warman ) dan
Kesultanan Kutai Kartanegara ( dipimpin oleh Pangeran Aji Anum Pendapa )
Alhasil Kerajaan Kutai Martadipura diambil alih oleh Kesultanan Kutai Kartanegara
Hal ini diakibatkan kalahanya tentara Kutai Martadipura serta tewasnya pemimpin
perang, yaitu Raja Dharma Setia Warman
Berikut peninggalan – peninggalan Kerajaan Kutai Martadipura :
a) 7 buah Yupa
b) Meriam
c) Kalung Uncal
d) Kura – Kura Emas
e) Porselen Kuno Tiongkok
II. Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara adalah :
a. Kerajaan Tertua ke 3 di Indonesia
b. Kerajaan dengan bukti sejarah Tertua di Pulau Jawa menurut Buku IPS terbitan
Kemendikbud
c. Kerajaan Tertua ke 2 di Pulau Jawa menurut Wikipedia Ensiklopedia Indonesia
Nama Tarumanagara berasal dari dua kata, yaitu Tarum = Sungai/Nila & Nagara =
Kerajaan/Negara
Arti Tarumanagara secara keseluruhan adalah Kerajaan yang berdiri ditepi sungai
Kerajaan Tarumanagara berdiri pada Abad ke 4 ( 358 M ) dan pecah pada Abad ke 7
( 669 M )
Kerajaan Tarumanagara beribukota di Sundapura ( sekarang Babelan, Bekasi Utara )
Kerajaan Tarumanagara adalah kerajaan yang menganut Hindu aliran Wisnu
Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanagara terletak pada prasasti – prasasti yang
ditinggalkan
Selain itu, sumber lain tentang kerajaan Tarumanegara diperoleh dari catatan
seorang musafir Cina yang bernama Fa-Hien
Dalam perjalanan ke Indiaia singgah di Ye-Po-Ti ( Pulau Jawa/Jawadipa )
Berdasarkan sumber-sumber tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai
kehidupan masyarakat Tarumanegara
Mata pencahariannya adalah bertani dan berdagang. Menurut berita yang ditulis Fa
– Hien barang yang diperdagangkan adalah cula badak, kulit penyu dan perak
Fa – Hien juga menjelaskan di Tarumanegaa terdapat tiga agama, yakni Agama Hindu,
Agama Buddha dan Kepercayaan Animisme
Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari
To-lo-mo ( Taruma ) yang terletak di sebelah selatan
Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang
utusan dari To – lo – mo
Raja Pertama Kerajaan Tarumanagara adalah Jayasingawarman dan dipimpin
terakhir kali oleh Linggawarman
Berikut daftar nama Raja – Raja Kerajaan Tarumanagara Menurut Naskah
Wangsakerta :
Prasasti Tugu yang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Tarumanegara ini
ditemukan Kampung Batu tumbuh Desa tugu yang sekarang telah menjadi bagian
wilayah kelurahan Tugu selatan, kecamatan Koja, Jakarta Utara
Untuk bahan nya sendiri batu Prasasti Tugu ini dipahatkan pada sebuah batu yang
berbentuk bulat telur berukuran kurang lebih 1 M
c) Prasasti Kebon Kopi I
Prasasti Kebon Kopi I terletak di Kampung Muara yang termasuk wilayah Desa
Ciaruteun Ilir
Prasasti ini pertama kali ditemukan pada Abad ke 19 M, yakni saat dilakukan
penebangan hutan untuk lahan perkebunan kopi Oleh sebab itu dinamailah prasasti
ini dengan Prasasti Kebon Kopi I
Lokasi dari Prasasti ini merupakan kawasan dari pertemuan tiga sungai yaitu sungai
Cisadane di bagian timur, sungai Cianten di bagian Barat, serta Sungai Ciaruteun di
bagian Selatan dan juga Sungai Cianten yang bertemu dengan Sungai Cisadane di
bagian utara
Lokasi ini memiliki jarak kurang lebih 19 Km ke arah barat barat laut dari pusat Kota
Bogor yang menuju arah Ciampea
Untuk bahan pembuat dari Prasasti ini, Prasasti Kebon Kopi I dipahatkan pada batu
datar dibagian atasnya yang berasal dari bahan andesit berwarna kecoklatan yang
memiliki ukuran 164 Cm x 104 Cm x 62 Cm
Pada permukaan batu dipahatkan bentuk sepasang telapak kaki gajah yang mengapit
sebaris tulisan dengan huruf pallawa serta bahasa yang digunakan menggunakan
bahasa sanskerta
d) Prasasti Kebon Kopi II
Selain Prasasti Kebon Kopi I Kerajaan Tarumanegara juga meninggalkan peninggalan
sejarahnya berupa Prasasti Kebon Kopi II akan tetapi prasasti ini telah hilang dicuri
pada tahun 1940
Menurut pakar F.D.K Bosch yang sempat meneliti prasasti ini, prasasti kebon kopi II
ditulis dalam bahasa melayu kuno yang isinya menyatakan “ Raja sunda menduduki
kembali tahtanya ”
Prasasti Kebon Kopi II ditemukan tidak jauh dari Prasasti Kebon Kopi I dengan jarak
kira-kira 1 Km
Prasasti ini ditemukan di Kampung Pasir Muara yang lebih tepatnya di desa
Ciaruteun Ilir yakni pada Abad ke 19
e) Prasasti Cidanghiyang/Munjul
Prasasti Cidanghiyang pertama kali dilaporkan ke dinas purbakala pada tahun 1947
oleh Toebagus Roesjan, akan tetapi prasasti ini baru diteliti pada tahun 1954
Prasasti cidanghiyang memiliki beberapa baris kalimat puisi yang ditulis dengan
huruf Pallawa yang dibuat dengan menggunakan bahasa Sansekerta, puisi tersebut
berisikan pujian serta pengagungan terhadap Raja Kerajaan Tarumanegara pada saat
itu yakni Raja Purnawarman
Lokasi Prasasti Cidanghiyang yakni di tepi sungai Cidanghiyang yaitu di desa Lebak,
Kecamatan Munjul
Perlu anda ketahui bahwa Prasati Cidanghiyang dibentuk atau dipahatkan pada batu
dengan bentuk alami dengan ukuran 3 M X 2 M X 2 M
f) Prasasti Muara Cianten/Pasir Muara
Prasasti Muara Cianten adalah merupakan prasasti peninggalan Kerajaan
Tarumanegara yang ditemukan oleh N.W. Hoepermans yaitu pada tahun 1864
Prasasti Ini pertama kali ditemukan di Pasir Muara persawahan yang letaknya di tepi
sungai Cisadane dengan lokasi berdekatan dengan Muara Cianten
Prasati muara cianten dahulu dikenal dengan sebutan Prasasti Pasir Muara karena
lokasinya yang masuk ke wilayah Kampung Pasir Muara
Prasasti ini berisikan pesan yaitu bahwa pada tahun 854 M pemerintahan negara
telah dikembalikan di Kerajaan Sunda
Prasasti Muara Cianten dipahatkan pada suatu batu besar yang alami dengan ukuran
prasasti 2.70 X 1.40 X 1.40 M
g) Prasasti Jambu/Pasir Kolengkak
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara berikutnya adalah Prasasti Jambu atau
sering disebut juga Pasir Kolengkak
Prasasti jambu ini ditemukan dilokasi perkebunan Jambu
Prasasti Jambu Terletak di Pasir Sikolengkak yakni di wilayah Kampung Pasir Gintung,
Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor
Perlu kita ketahui prasasti Ini pertama kali ditemukan pada tahun 1854 oleh Yoolion
Herdika Sava dan Tryan Martin dan dilaporkan kepada Dinas Purbakala pada tahun
1947 yang kemudian diteliti untuk pertama kalinya pada tahun 1954
Prasasti Jambu dipahatkan pada batu dengan bentuk yang alami dari alam dengan
ukuran sisi-sisinya kurang lebih 2 – 3 M
h) Prasasti Pasir Awi
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang terakhir adalah prasasti pasir Awi
Prasasti ini ditemukan pertama kalinya pada tahun 1864 oleh N.W. Hoepermans
Prasasti ini terletak di lereng Selatan bukit Pasir Awi dengan ketinggian kurang lebih
559 mdpl, yakni di kawasan hutan Perbukitan cipamingkis
Prasasti Awi pasir Awi sendiri berpahatkan gambar dahan dengan ranting serta
dedaunan dan juga buah-buahan serta berpahatkan gambar sepasang telapak kaki
yang dipahatkan pada batu alam
i) Percandian Batujaya
j) Percandian Cibuaya
k) Candi Cangkuang
III. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya dikenal juga Kadatuan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada Abad ke 7 ( 671 M ) dan pecah pada Abad ke 14
( 1377 M )
Kerajaan Sriwijaya beribukota di Tepi Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan
Kerajaan Sriwijaya dipimpin pertama kali oleh Dapunta Hyang/Sri Jayanasa dan
diperintah terakhir kali oleh Sangrama Vijayotunggawarman
Berikut daftar nama Raja – Raja Kerajaan Sriwijaya :
Pada masa itu, Kerajaan Sriwijaya didatangi oleh I – Tsing seorang Biksu Buddha yang
ingin belajar tata Bahasa Sansekerta sebelum ia ke India
Saat I – Tsing belajar di Sriwijaya ia diajar oleh Sakyakirti
Selama ia belajar, ia juga mendeskripsikan Kerajaan Sriwijaya
Berikut kutipan I – Tsing di Sriwijaya
“.... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau pada Lautan Selatan percaya dan
mengagumi Buddha, dihati mereka telah tertanam perbuatan baik. Di dalam benteng kota
Sriwijaya dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan tekun dan
mengamalkannya dengan baik.... Jika seorang biarawan Cina ingin pergi ke India untuk
belajar Sabda, lebih baik ia tinggal dulu di sini selama satu atau dua tahun untuk mendalami
ilmunya sebelum dilanjutkan di India”.
Setelah 31 tahun memimpin, Dapunta Hyang digantikan oleh Sri Indrawarman
Selama Kepemimpinan Sri Indrawarman, tidak terlalu banyak perubahan di Sriwijaya
Setelah kepemimpinannya, Sri Indrawarman digantikan oleh Rakai Wikraman dan
digantikan oleh Sri Maharaja Wisnu
Selama Kepemimpinan Wisnu, Kerajaan Sriwijaya dipindah ibukotanya ke Jawa
Setelah kepemimpinannya, Sri Maharaja Wisnu digantikan Dharanindra yang juga
memimpin Kerajaan Mataram Kuno Buddha
Setelah kepemimpinannya, Dharanindra digantikan oleh Samaragrawira dan
digantikan oleh Samaratungga
Selama Kepemimpinan Samaratungga, Kerajaan Sriwijaya – Medang membangun
suatu candi besar, yaitu Candi Borobudur
Candi Borobudur dibangun pada Abad ke 7 – 8 ( 780 – 840 ) dengan arsitektur
Gunadarma
Setelah kepemimpinan Samaratungga, Samaratungga digantikan oleh
Balaputradewa
Selama Kepemimpinan Balaputradewa, Balaputradewa membuat kebijakan –
kebijakan yang menghantarkan Masa Emas Kerajaannya
Berikut kebijakan – kebijakan Balaputradewa :
A. Mengembalikan ibukota Sriwijaya ke Sumatera
B. Membangun benteng – benteng di Jawadipa maupun Suwarnadipa
C. Memperkuat Armada Laut Sriwijaya
D. Memperkuat Ilmiah Agama Buddha di kalangan masyarakat
Setelah Balaputradewa mangkat, ia digantikan oleh Sri Udayaditya
Selama kepemimpinannya, Kerajaan Sriwijaya menurun kekuatan lautnya
Kerajaan Sriwijaya dipimpin terakhir kali oleh Sangrama Vijayotunggawarman
Selama Kepemimpinannya, Kerajaan Sriwijaya banyak mendapat serangan dari
Kerajaan Cholamandala dibawah pimpinan Rajendra Chola I
Akhirnya Kerajaan Sriwijaya runtuh dibawah Kerajaan Cholamandala dan berganti
nama menjadi Dharmasraya pada abad ke 12 ( 1183 M ) dengan ibukota Hulu Sungai
Batang Hari, Jambi
Pada Abad ke 14 ( 1377 M ) Kerajaan Dharmasraya runtuh dan digantikan oleh
Kerajaan Pagar Uyung ( Sekarang menjadi Kesultanan Pagar Uyung Darul Qarar )
Berikut peningalan – peningalan Kerajaan Sriwijaya :
a) Prasasti Kedukan Bukit
Ditemukan di dekat Kota Palembang dan berangka tahun 683 Masehi
Berisi cerita tentang Raja Sriwijaya (Dapunta Hyang) yang mengadakan perjalanan
suci dari Minanga Tamwan untuk mendapatkan Siddhayatra dan keberhasilnya
memakmurkan Kerajaan Srwijaya
b) Prasasti Talang Tuo
Louis Constant Westenenk yang merupakan seorang residen Palembang pada
tanggal 17 November 1920 menemukan sebuah prasasti di kaki Bukit Seguntang
tepian utara Sungai Musi
Prasasti Talang Tuwo merupakan sebuah prasasti yang berisi doa-doa dedikasi
Prasasti ini menggambarkan bahwa aliran Budha yang digunakan Sriwijaya pada
masa itu adalah aliran Mahayana
Hal ini dibuktikan dari digunakannya kata-kata khas aliran Budha Mahayana seperti
bodhicitta, vajrasarira, annuttarabhisamyaksamvodhi, dan mahasattva
c) Prasasti Kerang Berahi
Tokoh yang menemukan oleh Kontrolir L.M. Berkhout pada tahun 1904 di tepian
Batang Merangin Jambi
Sama yang telah dijelaskan sebelumnya yakni prasasti Telaga Batu, Prasasti Palas
Pasemah, dan Prasasti Kota Kapur, Prasasti Karang Birahi menceritakan tentang
kutukan pada mereka yang berbuat jahat dan tidak setia pada sang Raja Sriwijaya
d) Prasasti Leiden
Prasasti Leiden ditulis di pada lempeng tembaga dengan bahasa Sansekerta dan
Tamil
Saat ini Prasasti Leiden berada di Museum Belanda
Isinya menceritakan mengenai hubungan baik antara dinasti Chola dari India Selatan
dengan dinasti Sailendra dari Sriwijaya
e) Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah merupakan sebuah prasasti yang berhasil ditemukan di
sebuah pinggiran rawa di desa Palas Pasemah, Lampung Selatan
Prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno beraksara Pallawa ini tersusun
atas 13 baris kalimat
f) Prasasti Hujung Langit
Prasasti Hujung Langit yakni prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan
di desa Haur Kuning, Lampung
Sama dengan prasasti lainnya, prasasti Hujung Langit juga ditulis dengan bahasa
Melayu Kuno dan aksara Pallawa
Susunan pesan dalam prasasti ini tidak cukup jelas karena tingkat keausan batunya
sangat tinggi
Akan tetapi, setelah diidentifikasi prasasti ini diperkirakan berasal dari tahun 997 M
dan isinya menjelaskan tentang pemberian tanah sima
g) Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di pesisir Pulau Bangka sebelah Barat
Prasasti yang ditulis dengan bahasa Melayu Kuno beraksara Pallawa ini ditemukan
pada Desember 1892 oleh J.K. Van Der Meulen
Isinya dari Prasasti Kota Kapur menjelaskan mengenai kutukan bagi siapa saja yang
membantah titah dari kekuasaan kemaharajaan Sriwijaya
h) Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu merupakan sekumpulan prasasti yang ditemukan di sekitar
kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang
Prasasti-prasasti ini berisi mengenai kutukan pada mereka yang melakukan
perbuatan jahat di kedatuan Sriwijaya
Kini, prasasti-prasasti ini disimpan di Museum Nasional, Jakarta
i) Prasasti Ligor
Ditemukan di Tanah Genting (Thailand) dan berangka tahun 775 Masehi
Prasasti ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang
Bagian depan bersisi tentang bangunan Trisamaya Caiya (bangunan suci yang terbuat
dari batu bata untuk Budha), Awalokiteswara, dan Wajrapani
Bagian belakang berisi tentang Raja Wisnu dan keluarga Sri Maharaja Syailendra
j) Prasasti Katon
Ditemukan di Kanton (China) dan berangka tahun 1079 M
Berisi tentang bantuan Raja Sriwijaya dalam memperbaiki sebuh kuil agama Thao di
Kanton
k) Prasasti Nalanda
Ditemukan di Benggala (India) dan berangka tahun 860 Masehi
Prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa yang membangun tempat
tinggal untuk para pelajar dan sebuah biara di Benggala
l) Prasasti Srilanka
Diperkirakan dibuat pada abad XII
Dalam prasasti ini menyebutkan bahwa Suryanaraya dari wangsa Malayupura
dinobatkan sebagai maharaja di Suwarnapura
m) Prasasti Grahi
Berangka tahun 1183 M dan menyebutkan nama seorang raja Srimat Trilokyaraja
Maulibhusanawarmadewa memerintahkan Maha Senapati Jalanai yang memerintah
Grahi untuk membuat arca Budha
n) Prasasti Chaiya
Ditemukan di Candra Bhanu (Malaysia Barat) dan berangka tahun 1230 M
Menyebutkan tentang raja Tambralingga, Candra Bhanu, Sri Dharmaraja
menyamakan diri dengan raja Asoka, jasa-jasanya terhadap umat
manusia disamakan dengan bulan dan matahari
o) Prasasti Tanjore
Ditemukan di India dan berangka tahun 1030 M
Dibuat oleh raja Cola yang bernama Rajendracoladewa
Disebutkan bahwa pada tahun 1017 M pasukannya menyerang kerajaan
Swarnabhumi (Sumatera)
Serangan itu diulang kembali pada tahun 1025, rajanya yang bernama Sanggrama
Vijayatunggawarman berhasil ditawan oleh pasukan Cola, tetapi akhirnya Sanggrama
Vijaya dilepaskan
p) Candi Muara Takus
IV. Kerajaan Mataram Kuno – Kerajaan Medang – Kerajaan Kahuripan
Kerajaan Mataram Kuno adalah Kerajaan pecahan dari Kerajaan Sunda Galuh
Kerajaan Mataram Kuno resmi berdiri pada Abad ke 8 ( 752 M ) dan berganti nama
pada Abad 10 ( 929 M ) dan vakum pada 1016 dan berganti nama lagi pada Abad ke
11 ( 1019 ) dan akhirnya pecah pada 1045 M
Sebenarnya Kerajaan Mataram Kuno sudah berdiri sekitar 716 M
Kerajaan Mataram Kuno beribukota di Yogyakarta ( Mataram Kuno ) lalu berpindah
ke Jombang ( Medang ) lalu berpindah lagi ke Sidoarjo ( Kahuripan )
Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya &
Syailendra
Sedangkan Kerajaan Medang hanya dipimpin oleh satu dinasti, yaitu Dinasti Isyana
Kerajaan Mataram Kuno – Kerajaan Medang – Kerajaan Kahuripan diperintah
pertama kali oleh Sri Sanjaya dan diperintah terakhir kali oleh Airlangga
Khusus Kerajaan Mataram Kuno pertama kali diperintah oleh Sri Sanjaya dan
diperintah terakhir kali oleh Rakai Sumba Dyah Wawa dengan Pjs. – nya, Mpu Sindok
Berikut daftar nama Raja – Raja Kerajaan Mataram Kuno – Kerajaan Medang –
Kerajaan Kahuripan :
Peninggalan Budaya Hindu – Buddha tidak lepas dari peranan Akulturasi antara
Prasejarah dengan Hindu – Buddha
Peranan Akulturasi di Indonesia masih lekat dimasyarakat hingga sekarang
Berikut Akulturasi Prasejarah – Hindu – Buddha di Indonesia :
Masuknya Islam di Indonesia tidak lepas dari Proses persebaran Islam atau yang kita
kenal dengan nama Saluran Islamisasi
Berikut cara – cara para pendakwah menyebarakan Islam di Indonesia :
1. Perdagangan
Kondisi geografis sebagai jalur pelayaran dan perdagangan membuat wilayah
Kepulauan Indonesia menjadi daerah pertemuan para pedagang yang tidak hanya
orang-orang lokal, tetapi juga bangsa lain seperti Arab, Persia, Cina, dan India
Mereka berdagang sambil juga menyebarkan agama Islam
Para pedagang tersebut biasanya bermukim atau bertempat tinggal sementara di
daerah-daerah sekitar pelabuhan
Hal ini disebabkan mereka harus menunggu perubahan angin pada bulan-bulan
tertentu yang memungkinkan mereka kembali ke negeri asalnya
Pada saat bermukim sementara inilah kemudian mereka menyebarkan agama Islam
2. Pernikahan
Selain perdagangan, penyebaran Islam dilakukan melalui pernikahan
Para pedagang muslim yang menetap di sekitar pelabuhan banyak yang melakukan
pernikahan dengan penduduk setempat
Dari pernikahan ini terbentuklah ikatan kekerabatan yang besar antara pihak laki-laki
dan keluarga pihak wanita
Dalam babad dan hikayat, ditemukan cerita mengenai pernikahan antara seorang
pedagang atau golongan Islam lainnya dengan anak bangswan pribumi
Contohnya dapat kita temukan dalam Babad Tanah Jawi, tentang pernikahan puteri
Campa dengan raja Brawijaya dan melahirkan seorang putera yang kelak menjadi
raja Demak bernama Raden Patah
Demikian juga dalam Babad Cirebon disebutkan seorang ulama terkenal bernama
Maulana Ishak yang berhasil menyembuhkan raja Blambangan, menikah dengan
puteri Blambangan dan melahirkan putra bernama Raden Paku yang kemudian
dikenal dengan sebutan Sunan Giri
3. Pendidikan
Penyebaran Islam di Nusantara dilakukan juga melalui pendidikan
Para ulama dan guru-guru agama Islam mendirikan lembaga-lembaga pendidikan
Islam
Lembaga pendidikan Islam yang dikenal pada waktu itu adalah Surau, Dayah, dan
Pesantren
Di tempat-tempat inilah para ulama mendidik para santri tentang agama Islam
Bila telah selesai, para santri pulang ke kampung halamannya untuk berdakwah
menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekelilingnya
Contoh pesantren pada masa dahulu pesantren yang dibangun oleh Sunan Ampel
dekat Gresik, dan pesantren yang dibangun oleh Sunan Giri di Gresik
4. Kesenian
Penyebaran Islam juga dilakukan melalui pertunjukan seni, seperti pertunjukan
wayang kulit
Disebutkan dalam cerita tutur bahwa Sunan Kalijaga adalah seorang Dalang yang
sangat mahir dan sangat disukai rakyat
Beliau secara perlahan-lahan memasukan unsur-unsur agama Islam dalam cerita dan
pertunjukkan wayang sehingga akhirnya dapat menarik rakyat masuk agama Islam
5. Tasawuf
Yaitu menyampaikan islam berdasarkan pendekatan kehidupan sehari-hari dan
mengantarkan untuk mengenal Islam berdasrkan logika dan pemikiran, sehingga
pemeluknya merasakan langsung relevansinya
6. Politik
Salah satu proses masuk islam yaitu dengan politik, pada masa Hindu – Buddha
politik dipimpin oleh Kerajaan tetapi pada masa Islam politik Kerajaan digantikan
oleh politik Kesultanan
Peninggalan Budaya Akulturasi Islam dan Hindu – Buddha di Indonesia
Pada masa Islam masuk ke Indonesia, banyak Kerajaan Hindu – Buddha berganti
aliran menjadi Islam
Berikut kerajaan – kerajaan Islam di Indonesia :
1. Kesultanan Samudera Pasai
Kesultanan Samudera Pasai merupakan Kesultanan bercorak Islam pertama di
Indonesia
Kesultanan Samudera Pasai didirikan pada Abad ke 13 ( 1267 M ) dan runtuh pada
Abad ke 16 ( 1521 M )
Kesultanan Samudera Pasai beribukota di Pasai, Kota Lhoksumawe ( sekarang Pantai
Timur Sumatera )
Kesultanan Samudera Pasai dipimpin pertama kali oleh Sultan Malik As – Saleh dan
diperintah terakhir kali oleh Sultan Zainal Abidin IV
Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Samudera Pasai :
Kesultanan Pajang berdiri pada abad ke 16 ( 1549 M ) dan runtuh pada abad 16
( 1587 M )Kesultanan Pajang beribukota di Pajang, Laweyan, Surakarta
Kesultanan Pajang didirikan oleh Sultan Hadiwijaya dan diperintah terakhir kali oleh
Sultan Sutawijaya
Mas Karebet
Pada tahun 1581 M, Jaka Tingkir berhasil mendapatkan pengakuan dari seluruh
adipati di Jawa Tengah dan Jawa Timur
Setelah Hadiwijaya wafat, ia digantikan oleh Arya Pangiri yang bergelar
Ngawantipura
Selama Kepemimpininan Arya, Arya hanya peduli pada usaha untuk menaklukkan
Mataram daripada menciptakan kesejahteraan rakyatnya
Ia bahkan membentuk pasukan yang terdiri atas orang-orang bayaran dari Bali, Bugis,
dan Makassar untuk menyerbu Mataram
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang
Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah menjadi perampok karena kehilangan
mata pencaharianSebagian lagi pindah ke Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa
Setelah Arya Pangiri kalah, ia digantikan oleh Pangeran Benawa yang bergelar
Prabuwijaya
Hal ini disebabkan tidak adanya pengganti yang cukup cakap untuk memegang
kendali Pemerintahan PajangPada 1587 M, Kesultanan Pajang berganti nama
menjadi Kesultanan Mataram
a) Masjid Laweyan
Masjid Laweyan merupakan masjid peninggalan kerajaan Pajang yang hanya bisa
ditemukan di Kampung Batik, Laweyan, Solo
Masjid itu dibangun pada tahun 1546 oleh Sultan Pajang pertama
Menurut beragam sumber, masjid ini mulanya adalah sebuah pura tempat ibadah
kaum Hindu di Pajang
Karena keakraban Ki Ageng Henis dengan raja Hindu setempat, pura Laweyan itu
kemudian dirubah menjadi masjid untuk melayani peribadahan umat Islam Laweyan
Maka dari itu, masjid Laweyan juga sering disebut masjid Ki Ageng Henis
b) Pasar Laweyan
Tidak jauh dari Bandar Kabanaran ada sebuah pasar yang di namai Pasar Laweyan
Pasar itu dahulu kala merupakan pendorong utama kegiatan perdagangan di Bandar
Kabanaran
Hingga sampai kini, pasar Laweyan masih di pakai masyarakat untuk melakukan
transaksi perdagangan
Namun demikian, tidak ada sisa benda bersejarah yang menceritakan bagaimana
sejarah peradaban bangunan pasar itu di bangun
c) Bandar Kabanaran
Bandar Kabanaran adalah tempat perdagangan yang terletak di tepi sungai Begawan
Solo
Pada zaman kekuasaan Kerajaan Pajang, bandar ini di pakai sebagai jalur
penghubung lalu lintas perdagangan dari Jawa ke bandar besar Nusupan
Beberapa para ahli megatakan bahwa selain untuk tempat perdagangan, bandar itu
juga di gunakan sebagai tempat dakwah dan penyebaran Islam sekitar pajang
Namun demikian, bandar itu sekarang tidak begitu menjadi pusat perhatian
dikarenakan sedikitnya hal-hal yang unik
6. Kesultanan Banten
Kesultanan Banten berdiri pada Abad ke 16 ( 1526 M ) dan runtuh pada Abad ke 19
( 1813 M )
Kesultanan Banten beribukota di Surosowan, Banten Lama, Serang
Sebelum menjadi sebuah kesultanan, Banten sudah berkembang menjadi kota
pelabuhan penting di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda
Pada tahun 1526 M, Fatahillah dari kesultanan Demak berhasil merebut Banten dari
kerajaan Sunda
Perebutan kekuasaan ini terjadi disebabkan oleh adanya kerjasama politik dan
ekonomi antara kerajaan Sunda dan Portugis
Hal ini dianggap membahayakan kedudukaan kesultanan Demak setelah kegagalan
Adipati Unus mengusir Portugis dari Malaka
Fatahillah kemudian mendirikan benteng pertahanan yang bernama Surosowan yang
kelak menjadi pusat pemerintahan kesultanan Banten
Kesultanan Banten didirikan oleh Sunan Gunung Jati & Fatahilah dengan diperintah
pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin serta diperintah terakhir kali oleh
Sultan Maulana Muhammad Shaifuddin
Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Banten :
Sultan – Sultan Banten
No. Nama Sultan Masa Pemerintahan Keterangan
1 Sultan Maulana Hasanuddin 1552 M – 1570 M Sultan pertama
Pangeran Sabakingkin banten
2 Sultan Maulana Yusuf 1570 M – 1585 M -
Pangeran Pasareyan
3 Sultan Maulana Muhammad 1585 M – 1596 M -
Pangeran Sedangrana
Prabu Seda Ing Palembang
4 Sultan Abdul Mafakhir Mahmud 1596 M – 1647 M -
Abdulkadir
Pangeran Ratu
Sultan Agung
5 Sultan Abu Al – Ma’ali Ahmad 1647 M – 1651 M -
Pangeran Anom
Sultan Klien
6 Sultan Ageng Tirtayasa 1651 M – 1683 M Sultan terkenal
Abu Al – Fath Abdulfattah banten
Pangeran Dipati
Pangeran Surya
7 Sultan Abu Nashar Abdul Qahar 1683 M – 1687 M -
Sultan Haji
Pangeran Dakar
8 Sultan Abu Al – Fadhl Muhammad 1687 M – 1690 M -
Yahya
9 Sultan Abu Al – Mahasin 1690 M – 1733 M -
Muhammad Zainulabidin
Pangeran Adipadi
Kang Sinihun Ing Nagari Banten
10 Sultan Abdullah Muhammad 1733 M – 1750 M -
Syifa Zainularifin
Pangeran Abdullah
11 Sultan Abu Al - Ma'ali 1752 M – 1753 M -
Muhammad Wasi
Pangeran Arya Adisantika
12 Sultan Abu Al – Nasr 1753 M – 1773 M -
Muhammad Arif Zainulasyiqin
Pangeran Gusti
13 Sultan Aliyuddin I 1773 M – 1799 M -
Sultan Abdul Al – Mafakhir
Muhammmad Aliyuddin I
14 Sultan Muhammad Muhyiddin 1799 M – 1801 M -
Zainussalihin
15 Sultan Muhammad Ishaq 1801 M – 1802 M -
Zainulmuttaqin
16 Sultan Aliyuddin II 1803 M – 1808 M -
Sultan Abdul Al – Mafakhir
Muhammmad Aliyuddin II
17 Sultan Maulana Muhammad 1809 M – 1813 M Sultan terakhir
Shaifuddin Banten
Muhammad bin Muhammad
Muhyiddin Zainussalihin
Pelaksana Tugas Kesultanan Banten
No. Nama Pelaksana Tugas Masa Pemerintahan Keterangan
1 Syarif Hidayatullah - Pendiri Kesultanan
Banten
2 Maulana Hasanuddin 1526 M – 1552 M Pelaksana tugas
Kadipaten Banten
3 Sultan Syarifuddin Ratu Wakil 1750 M – 1752 M Dalam pengaruh
Ratu Syarifah
Fatimah
4 Sultan Wakil Pangeran Natawijaya 1802 M – 1803 M Caretaker ( Penjaga
Banten )
5 Sultan Wakil Pangeran Suramenggala 1808 M – 1809 M Caretaker ( Penjaga
Banten )
Selama Kepemimpinan Maulana Hasanuddin, Kesultanan Banten memperluas
kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung
Ia berperan dalam penyebaran Islam di kawasan tersebut, selain itu Maulana
Hasanuddin juga telah melakukan kontak dagang dengan Raja Malangkabu dari
Kerajaan Inderapura
Setelah Maulana Hasanuddin wafat, ia digantikan oleh anaknya yang bernama
Maulana Yusuf
Selama Kepemimpinan Maluana Yusuf, Kesultanan Banten melanjutkan ekspansi ke
kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan Kerajaaan Pasundan tahun 1579
Setelah Maulana Yusuf wafat, ia digantikan oleh anaknya yang bernama Maulana
Muhammad
Selama Kepemimpinan Maulana Muhammad, Kesultanan Banten mencoba
menguasai Palembang tahun 1596 sebagai bagian dari usaha Banten dalam
mempersempit gerakan Portugal di nusantara, namun gagal karena Maulana
Muhammad meninggal dalam penaklukkan tersebut
Setelah Maulana Muhammad wafat, ia digantikan oleh anaknya, Sultan Abdul
Mafakhir Mahmud Abdulkadir
Selama Kepemimpinan Abdul Makfakhir, Kesultanan Banten telah mulai secara
intensif melakukan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain yang ada pada waktu
itu, salah satu diketahui surat Sultan Banten kepada Raja Inggris, James I tahun 1605
dan tahun 1629 kepada Charles I
Setelah Sultan Abdul Mafakhir wafat, ia digantikan oleh Sultan Abu Al – Ma’ali
Ahmad
Selama Kepemimpinan Abu Al – Ma’ali Ahmad, tidak ada perubahan signifikan di
Kesultanan Banten
Setelah Abu Al – Ma’ali Ahmad wafat, ia digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa
Selama Kepemimpinan Sultan Agen Tirtayasa, Kesultanan Banten memiliki armada
yang mengesankan, dibangun atas contoh Eropa, serta juga telah mengupah orang
Eropa bekerja pada Kesultanan Banten
Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya
ke Sukadana/Kerajaan Tanjungpura dan menaklukkannya tahun 1661
Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC, yang
sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal – kapal dagang menuju Banten
Setelah Sultan Ageng tertangkap oleh VOC, ia digantikan oleh Sultan Abu Nashar
Abdul Qahar alias Sultan Haji
Selama Kepemimpinan Sultan Haji, banyak daerah kekuasaan Banten lepas dan
diberikan kepada VOC
Setelah Sultan Haji wafat, ia digantikan oleh Sultan Abu Al – Fadhl Muhammad Yahya
Masa kehancuran Kesultanan Banten terjadi pada Kepemimpinan Sultan Maulana
Muhammad Shaifuddin
Wilayah Kesultanan Banten sudah banyak diotak-atik penjajah Asing dengan
pembagian-pembagian wilayah yang meminimalisir kekuatan pengaruh Kesultanan
Banten dan untuk memperlemah perlawanan Rakyat Banten yang seringkali terus
melawan
Pada 1813 M, menyerahlah Kesultanan Banten kepada Belanda dan akhirnya
Kesultanan Banten dihapuskan oleh belanda dan diganti menjadi Daerah Kekuasaan
Hindia Belanda bagian Banten
Berikut peninggalan – peninggalan Kesultanan Banten :
a) Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten adalah salah satu bangunan peninggalan Kerajaan Banten yang
hingga kini masih berdiri kokoh
Masjid ini terletak di Desa Banten Lama, 10 km utara Kota Serang
Dibangun pada tahun 1652 tepat di masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin,
putera pertama Sunan Gunung Jati, masjid ini memiliki beberapa keunikan corak
Keunikan corak masjid Agung Banten di antaranya menaranya berbentuk mirip
mercusuar, atapnya menyerupai atap dari pagoda khas gaya arsitektur China, ada
serambi di kiri kanan bangunan, serta kompleks pemakaman sultan Banten beserta
keluarganya di sekitar kompleks masjid
b) Istana Keraton Kaibon Banten
Peninggalan Kerajaan Banten selanjutnya adalah bangunan Istana Kaibon
Istana ini dulunya adalah tempat tinggal ibunda Sultan Syaifudin, yakni Bunda Ratu
Aisyah
Akan tetapi, saat ini bangunan istana tersebut sudah hancur dan hanya dapat dilihat
reruntuhannya saja
Pada saat kerajaan Banten bentrok dengan pemerintah kolonial Belanda pada 1832,
Daendels –Gubernur Hindia Belanda, meruntuhkan bangunan bersejarah ini
c) Istana Keraton Surosowan Banten
Selain istana Keraton Kaibon, Kesultanan Banten di masa silam juga meninggalkan
bangunan istana lainnya, yaitu istana Keraton Surosawan
Istana ini adalah tempat tinggal dari Sultan Banten dan menjadi kantor pusat
kepemerintahan
Nasib istana Keraton Surosawan juga sama dengan Keraton Banten, hancur luluh
Saat ini tinggal kepingan-kepingan reruntuhannya saja yang dapat kita lihat bersama
bangunan kolam pemandiaan para putri
d) Benteng Speelwijk
Sebagai poros utama maritim nusantara di masa silam, Kesultanan Banten juga
meninggalkan bangunan berupa benteng dan mercusuar
Benteng dengan tembok setinggi 3 M ini bernama Benteng Speelwijk
Dibangun tahun 1585, benteng peninggalan Kesultanan Banten ini berfungsi selain
sebagai pertahanan kerajaan dari serangan laut juga berfungsi untuk mengawasi
aktifitas pelayaran di sekitar Selat Sunda
Di dalam benteng ini terdapat beberapa meriam kuni dan sebuah terowongan yang
menghubungkan antara benteng dan keraton Surosowan
e) Danau Tasikardi
Di sekirar istana Kaibon, kita juga dapat menemukan sebuah danau buatan
Danau tersebut bernama Tasikardi
Danau ini dibuat saat masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf, yakni antara tahun
1570 – 1580
Dahulunya, dasar danau seluas 5 hektar ini dilapisi dengan ubin dan batu bata
Kendati begitu, sekarang luas danau tersebut telah menyusut dan lapisan batu bata
di dasarnya telah tertimbuh tanah sedimen yang terbawa arus sungai
Danau Tasikardi pada masa silam berfungsi sebagai sumber utama pasokan air bagi
keluarga kerajaan yang tinggal di istana Kaibon serta sebagai saluran irigasi untuk
persawahan di sekitar Banten
7. Kesultanan Mataram Islam
Kesultanan Mataram berdiri pada Abad ke 16 ( 1588 M ) dan runtuh pada Abad ke 17
( 1681 M )
Kesultanan Mataram beribukota di :
A. Kota Gede, Yogyakarta pada tahun 1588 M – 1613 M
B. Kerto, Yogyakarta pada tahun 1613 M – 1647 M
C. Pleret, Yogyakarta pada tahun 1647 M – 1681 M
Kesultanan Mataram didirikan oleh Sutawijaya dan diperintah terakhir kali oleh
Amungkurat I
Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Mataram :
c) Benteng Oranje
Benteng Oranje didirikan pada tanggal 26 Mei 1607 oleh Cornelis Matclief de Jonge
dan diberi nama Benteng Oranje oleh Francois Wiltlentt pada tahun 1609 pada masa
Pemerintahan Sultan Mudaffar Syah I
Benteng oranje ini semula berasal dari bekas sebuah benteng tua yang dibangun
oleh Bangsa Portugis dan dihuni oleh orang Melayu sehingga dberi nama Benteng
Melayu
Terletak dipusat Kota Ternate tepatnya di Kelurahan Gamalama yang beralamat di
Jalan Hasan Boesoeri, Ternate Tengah, Ternate, Maluku Utara
Dengan letak yang strategis tersebut menjadikan benteng ini semakin mudah untuk
dikunjungi para wisatawan
Kini Benteng Oranje telah beralih fungsi menjadi lokasi wisata benteng di Ternate
Dulu yang lokasinya berada tepat disamping laut kini telah berada di tengah kota
karena adanya reklamasi dan bagian depan benteng ini dibuat taman kota serta
lokasi pertokoan
B. Kesultanan Tidore
Kesultanan Tidore berdiri pada Abad ke 11 ( 1081 M ) dan vakum pada Abad ke 20
( 1906 M )
Kesultanan Tidore beribukota di Tidore, Maluku Utara
Kesultanan Tidore diperintah pertama kali oleh Kolano Syahjati dan diperintah
terakhir kali sebelum vakum adalah Sultan Achmad Kawiyuddin
Berikut daftar nama Sultan – Sultan Kesultanan Tidore :
Sultan – Sultan Tidore
Menurut silsilah Sultan - Sultan Tidore, Sultan Tidore pertama adalah Muhammad
Naqil yang naik tahta pada tahun 1081
Baru pada akhir Abad ke 15, agama Islam dijadikan agama resmi Kesultanan Tidore
oleh Sultan Tidore ke 11, Sultan Djamaluddin, yang bersedia masuk Islam berkat
dakwah Syekh Mansur dari Arab
Kesultanan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku
Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama
melawan Belanda yang dibantu Inggris
Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate
Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa
Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada
Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu oleh negara lain sehingga
kemakmuran rakyatnya terus meningkat
Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram,
sebagian Halmahera, Raja Ampat, dan sebagian Papua
Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Sultan Zainal Abidin
Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali Kepulauan Maluku
Kemunduran Kesultanan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kesultanan
Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing (Spanyol dan Portugis) yang bertujuan
untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut
Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu Domba
oleh Portugal dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugal dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku
Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang
dibentuk Belandauntuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat
Pada 1906 M, Kesultanan Tidore vakum akibat dari pengambilalihan kekuasaaan oleh
Belanda
Berikut peninggalan – peninggalan Kesultanan Tidore :
a) Istana Kesultanan Tidore/Kadato Kie
b) Benteng Tore