Anda di halaman 1dari 26

MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA PRAAKSARA

SMP IPS KELAS VII


SEMESTER II
MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA PRAAKSARA
1. Pengertian Masa Aksara
Masa praaksara atau yang juga disebut nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah zaman ketika
manusia belum mengenal aksara atau tulisan. Masa praaksara lebih dikenal banyak orang dengan
sebutan zaman prasejarah. Kata sejarah berasal dari kata bahasa Arab, yakni syajaratun. Secara
harfiah, syajaratun berarti pohon dan secara kiasan berarti silsilah, riwayat, atau asal usul. Dalam
arti sempit, sejarah adalah segala sesuatu yang terjadi pada masa lalu. Sebagai sebuah ilmu, sejarah
adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang berbagai kejadian atau peristiwa pada
masa lalu dalam kehidupan manusia.

 Masyarakat Indonesia mulai mengenal tulisan sejak abad ke 5 M diketahui dari Yupa (batu tertulis
peninggalan kerajaan Kutai) di Muara Kaman, Kalimantan Timur.
 Berakhirnya masa praaksara tidak sama bagi tiap bangsa. Misalnya bangsa Mesir dan
Mesopotamia telah mengenal tulisan 3.000 tahun SM. Artinya mereka telah meninggalkan masa
praaksara 3.000 tahun SM.
 Kehidupan manusia pada masa praaksara dapat dipelajari melalui artefak dan fosil.
 Artefak adalah benda peninggalan buatan tangan manusia di masa lampau yang dapat dipindahkan.
 Fosil adalah sisa – sisa atau bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral.
GAMBAR ARTEFAK DAN FOSIL
2. Masa Praaksara di Indonesia Ditinjau
dari Aspek Geografis
Berdasarkan salah satu cabang ilmu geografi, yaitu
geologi yang mempelajari tentang permukaan bumi,
iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh
dari bumi. Pembabakan zamn praaksara dapat
dilakukan seperti dalam Tabel 4.1.
Zaman Kurun Waktu Ciri – Ciri Kehidupan
Arkaikum Berlangsung ± 2.500 juta Kulit bumi masih panas, keadaan bumi belum stabil
tahun yang lalu dan masih dalam proses pembentukan, serta belum
ada tanda – tanda kehidupan.
Palaeozoikum Berlangsung ± 340 juta Bumi sudah terbentuk, sudah mulai ada tanda –
tahun yang lalu tanda kehidupan seperti mikro-organisme, ikan,
amfibi, dan reptil yang bentuknya kecil dan dalam
jumlah yang belum begitu banyak.
Mesozoikum Berlangsung ± 140 juta Jenis ikan dan reptil sudah mulai banyak. Dinosaurus
tahun yang lalu diperkirakan hidup pada zaman ini.
Neozoikum Berlangsung ± 60 juta Terbagi dua zaman, yaitu :
tahun yang lalu sampai 1. Zaman Tersier. Pada zaman ini, binatang
sekarang berukuran besar sudah mulai berkurang,
sedangkan monyet dan kera mulai bertambah.
2. Zaman Kuarter. Di zaman Pleistosen, dimana
hidup manusia purba atau yang lebih dikenal
sebagai manusia-kera. Sementara itu, pada
zaman Holosen bentuk fisik manusia purba
sudah memiliki kemiripan dengan bentuk fisik
manusia modern.
a. Pithecanthropus mojokertensis (Manusia Kera dari Mojokerto)

Ciri – ciri Pithecanthropus Mojokertensis


 Berbadan tegak
 Tidak berdagu
 Kening menonjol
 Tinggi badan 165 – 180 cm
 Volume otak 750 – 1.300 cc
 Tulang geraham dan rahang lebih kuat
 Tulang tengkorak tebal
 Tengkoraknya berbentuk lonjong
 Hidup sekitar 2 hingga 2,5 juta tahun yang lalu

b. Meganthropus Palaeojavanicus

Ciri – ciri Meganthropus Palaeojavanicus :


 Berbadan tegap
 Tonjolan tajam di belakang kepala
 Bertulang pipi tebal
 Tonjolan kening yang mencolok
 Tidak berdagu
 Otot kunyah, gigi, dan rahang besar dan kuat
 Bentuk muka besar
 Permukaan kunyak tajuk terdapat banyak kerut
c. Pithecanthropus erectus
Ciri – ciri Pithecanthropus Erectus :
 Berjalan tegak dan tegap
 Volume otak lebih dari 900 cc
 Tinggi badan sekitar 165 – 170 cm
 Berat badan sekitar 100 kg
 Mempunyai alat pengunyah yang kuat
 Makanannya masih kasar dan baru sedikit dikunyah
 Hidup antara 500.000 – 1.000.000 tahun yang lalu

d. Homo soloensis

Ciri – ciri Homo Soloensis :


 Mempunyai volume otak antara 1000 – 1200 cc
 Otak kecil dari homo soloensis > otak kecil manusia Pithecanthropus erectus
 Tengkorak kepala Homo soloensis > tengkorak kepala Pithecanthropus erectus
 Tinggi badan sekitar 130 – 210 cm
 Otot pada bagian tekuk yang mengalami penyusutan
 Bentuk muka tidak menonjol ke depan
 Tonjolan kening agak terputus di tengah tepatnya di atas hidung
 Sudah bisa berdiri tegak (erect) dan berjalan dengan lebih sempurna
 Bentuk fisiknya menyerupai manusia saat ini
 Berat badan berkisar antara 30 – 150 kg
e. Homo wajakensis
Ciri – ciri Homo Wajakensis :
 Tinggi 130 – 210 cm
 Ada tulang dahi yang panjang
 Terdapat bentuk pipi yang menonjol ke samping
 Mempunyai kapasitas volume otak sekitar 1350 cm3 - 1450 cm3 dan otak sekitar +1.300 cm3
 Mempunyai bentuk tulang yang besar dan otot yang kuat
 Mempunyai bentuk wajah yang horizontal dan lebar
 Mempunyai bentuk dahi yang menonjol ke bagian dalam
 Mempunyai berat sekitar 30 kg – 150 kg

f. Homo floresiensis

Ciri – ciri Homo Floresiensis :


 Badan dan kepala memiliki ukuran yang kecil
 Memiliki ukuran otak yang sangat kecil
 Memiliki volume otak 380 cc
 Memiliki rahang yang menonjol atau berdahi sempit
 Memiliki masa tubuh yang telah diperkirakan sekitar 25 kg
 Tinggi badan diperkirakan sekitar 106 m
3. Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
a. Teori Afrika
 Teori ini menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Afrika.
 Sejak tahun 200.000 SM hingga 60.000 SM, manusia mulai menyebar ke seluruh Afrika.
 Pada tahun 60.000 SM, suhu bumi mulai menurun hingga menyebabkan terbentuknya es di daerah
yang sekarang merupakan Eropa Utara dan Amerika Utara.
 Sekitar tahun 55.000 SM, manusia mulai bermigrasi ke arah Asia Tengah.
 Pada tahun 50.000 SM, manusia mulai bermigarsi dari Asia Tengah ke Asia Timur.
 Tahun 45.000 SM, manusia menyebar hingga ke wilayah Rusia saat ini dan memasuki wilayah
Eropa.
 Tahun 40.000 SM, manusia telah tersebar luas di Afrika, Eropa, Asia Tengah, Asia Tenggara dan
Australia.
 Teori Afrika ini memang masuk akal, namun kebenaran teori ini masih menjadi perdebatan hingga
saat ini.
 Sebagian ahli tidak menerima teori ini tetapi juga tidak menolaknya.
 Sebagian lagi bahkan ada yang menganggap teori Afrika sebagai spekulasi belaka karena bukti –
bukti pendukungnya sangat terbatas, sehingga banyak ahli lebih meyakini teori Yunan dan teori
Nusantara.
b. Teori Yunan
 Teori ini menyatakan bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Tiongkok
bagian selatan.
 Pendukung teori ini, antara lain adalah Prof. Dr. H. Kern dan Robert Barron von Heine
Geldern.
 Kern menyoroti adanya kesamaan bahasa, menurutnya bahasa Melayu yang berkembang di
Nusantara serumpun dengan bahasa yang ada di Kamboja.
 Sementara itu, Geldern menyoroti adanya kemiripan artefak, karena kapak tua yang
ditemukan di wilayah Nusantara memiliki kemiripan dengan kapak tua yang terdapat di Asia
Tengah.
 Berdasarkan teori ini, orang – orang Yunan bermigrasi ke wilayah Nusantara dalam tiga
gelombang utama, yaitu perpindahan orang Negrito, Proto Melayu, dan Deutero Melayu.

1) Kedatangan Orang Negrito


 Diyakini sebagai penduduk paling awal di Kepulauan Nusantara.
 Menurut perkiraan para ahli, mereka sudah mendiami wilayah Nusantara sejak tahun 1000 SM.
 Ciri – ciri fisik orang Negrito adalah berkulit gelap, berambut keriting, bermata bundar, berhidung
lebar, berbibir penuh dan berbadan pendek.
2) Kedatangan Proto Melayu
o Migrasi yang pertama ini diperkirakan terjadi pada tahun 2500 SM.
o Mereka mempunyai peradaban yang lebih maju daripada orang Negrito.
o Orang Proto Melayu telah pandai membuat alat – alat bercocok tanam, barang pecah belah, dan perhiasan serta
pola hidup mereka masih berpindah – pindah.
o Kedatangan bangsa Proto Melayu diperkirakan dilakukan melalui dua jalur sebagai berikut.
a) Jalur pertama : Menyebar ke Sulawesi dan Papua dengan membawa kebudayaan Neolithikum berupa kapak
lonjong. Keturunan Proto Melayu saat ini, antara lain adalah masyarakat Toraja.
b) Jalur kedua : Menyebar ke Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan membawa kebudayaan
Neolithikum berupa beliung persegi. Keturunan Proto Melayu saat ini, antara lain masyarakat Nias, Batak,
Dayak, dan Sasak.

3) Kedatangan Deutero Melayu


• Sekitar tahun 1500 SM, terjadi gelombang migrasi yang kedua, yaitu penduduk ras Melayu Austronesia dari
Teluk Tonkin.
• Kedatangan mereka tentu saja mendesak penduduk Proto Melayu yang telah lebih dahulu menetap.
• Deutero Melayu hidup secara berkelompok dan tinggal menetap di suatu tempat.
• Keturunan Deutero Melayu saat ini, antara lain adalah Masyarakat Jawa, Minang dan Bugis.
• Bangsa Deutero Melayu membawa kebudayaan perunggu yang dikenal dengan kebudayaan Dong Son (Teluk
Tonkin).
• Berdasarkan penelitian alat – alat kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia sama dengan kebudayaan
perunggu yang ditemukan di Dong Son, contoh kapak corong, nekara, bejana perunggu, dan arca perunggu.
c. Teori Nusantara
 Teori Nusantara menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia tidak
berasal dari luar melainkan dari wilayah Nusantara sendiri.
 Teori ini didukung oleh beberapa pakar, seperti Mohammad Yamin, J.
Crawford, K. Himly dan Sutan Takdir Alisjahbana.
 Teori Nusantara didasarkan pada beberapa alasan berikut.
1) Bangsa Melayu dan bangsa Jawa mempunyai peradaban yang tinggi.
2) K. Himly menyatakan bahwa kemiripan antara bahasa Melayu dan bahasa
Champa (Kamboja) hanya bersifat kebetulan.
3) Berdasarkan banyaknya fosil dan artefak yang ditemukan di Indonesia,
seperti Homo soloensis dan Homo wajakensis, Moh. Yamin berpendapat
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri.
4) Bahasa yang berkembang di Nusantara (rumpun bahasa Austronesia)
sangat jauh berbeda dengan bahasa yang berkembang di Asia Tengah.
4. Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara Ditinjau dari Aspek Budaya
a. Zaman Batu
Zaman Batu adalah masa di mana masyarakatnya menggunakan peralatan yang terbuat dari
batu. Zaman batu dapat dibedakan menjadi empat zaman, yaitu zaman Batu Tua, Madya, Muda dan
zaman Batu Besar.
1) Paleolitikum atau Zaman Batu Tua
• Kata Paleolitikum, berasal dari dua kata, yaitu paleos yang berarti tua dan lithikum dari akar kata
lithos yang berarti batu.
• Oleh karena itu, zaman Paleolithikum berarti zaman Batu Tua. Zaman Batu Tua diperkirakan
berlangsung kurang lebih 600.000 tahun yang lalu.
• Di Indonesia, hasil – hasil kebudayaan masa Palaeolithikum ditemukan sekitar daerah Pacitan dan
Ngandong (kedua daerah tersebut terdapat di Jawa Timur).
• Hasil budaya zaman Batu Tua dapat dibagi menjadi dua, yaitu kebudayaan Pacitan dan kebudayaan
Ngandong.
• Alat – alat dari kebudayaan Pacitan berupa kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak dan
flakes (alat – alat dari serpihan batu).
• Sedangkan di Ngandong, hampir sama dengan alat – alat kebudayaan Pacitan tetapi banyak
ditemukan peralatan yang terbuat dari tulang – tulang hewan.
Kapak Genggam Kapak Penetak

Kapak Perimbas
2) Mesolithikum atau Zaman Batu Madya
 Zaman ini disebut juga zaman Batu Madya atau zaman Batu Tengah.
 Zaman Mesolithikum diperkirakan berlangsung pada masa Holosen atau sekitar 10.000 tahun
yang lalu.
 Peninggalan zaman ini, banyak ditemukan di sekitar pantai, tepi sungai dan danau.
 Kegiatan masyarakatnya adalah berburu dan mengumpulkan bahan makanan serta alat – alat
yang digunakan pada zaman Mesolithikum masih menyerupai alat – alat Palaeolithikum.
 Banyak manusia zaman ini tinggal di gua – gua di pinggir pantai yang dinamakan abris sous
roche.
 Di dalam gua – gua banyak ditemukan tumpukan sampah dapur yang disebut dengan
kjokkenmoddinger.
 DR. P.V. van Stein Callenfels membagi kebudayaan Mesolithikum di Indonesia menjadi tiga
corak, yaitu :
a. pebble culture (hasil kebudayaan berupa kapak genggam)
b. bone culture (hasil kebudayaan berupa tulang)
c. flake culture (hasil kebudayaan berupa alat serpih bilah)
3) Neolithikum atau Zaman Batu Muda
 Kebudayaan zaman Neolithikum sudah lebih maju jika dibandingkan dengan zaman – zaman
sebelumnya.
 Kemajuan tersebut seiring dengan datangnya rumpun Proto Melayu dari wilayah Yunan di Tiongkok
selatan, ke wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia.
 Pola hidup masyarakat pada zaman ini sudah menetap. Mereka mulai bercocok tanam dan beternak.
Menurut alat – alat yang ditemukan, kebudayaan pada zaman Neolithikum dibagi menjadi dua, yaitu
kebudayaan kapak persegi dan kebudayaan kapak lonjong.
 Kapak persegi banyak ditemukan di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.
 Bahan dasar kapak persegi adalah batu api (chalcedon), kapak persegi berbentuk sangat halus
karena sudah diasah.
 Para arkeolog memperkirakan bahwa kapak persegi dibuat sebagai lambang kebesaran, jimat, alat
upacara atau alat tukar.
 Sementara itu, kapak lonjong adalah kapak yang penampilannya berbentuk lonjong, ujung kapak ini
berbentuk lancip sehingga dapat dipasangi tangkai.
 Kapak lonjong mempunyai dua ukuran, yaitu ukuran kecil (kleinbeil) dan ukuran besar (walzenbeil)
dan kapak lonjong ini ditemukan di daerah Papua, Sulawesi, Flores, Maluku dan Kepulauan
Tanimbar.
KAPAK PERSEGI Kapak Lonjong
4) Megalithikum atau Zaman Batu Besar
 Zaman Megalithikum disebut juga zaman Batu Besar.
 Zaman Megalithikum banyak menghasilkan bangunan dari batu besar sebagai sarana pemujaan kepada roh nenek
moyang.
 Kebudayaan Megalithikum berlangsung hingga zaman Logam. Hasil budaya zaman Megalithikum meliputi menhir,
punden berundak, dolmen, kubur batu, sarkofagus, waruga, dan arca – arca berukuran kecil.

Menhir adalah tugu dan batu yang ditegakkan, Punden Berundak adalah bangunan yang
ditempatkan di suatu tempat untuk memperingati disusun secara bertingkat untuk tempat
orang yang sudah meninggal. pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Kubur batu adalah kuburan dari batu Sarkofagus adalah sejenis kubur batu, Dolmen adalah bangunan yang
yang bentuknya mirip seperti kuburan tetapi memiliki tutup di atasnya. memiliki banyak bentuk dan fungsi,
yang biasa kita temui saat ini. misalnya sebagai tempat sesaji pada
saat upacara.

Arca batu adalah patung yang terbuat dari batu.


Arca batu dapat berbentuk binatang atau manusia. Waruga, yaitu kubur batu yang berukuran kecil
b. Zaman Logam
Zaman Logam adalah masa di mana masyarakatnya sudah mulai menggunakan
peralatan yang terbuat dari logam. Kemampuan nenek moyang kita membuat benda –
benda dari logam diperoleh dari orang – orang yang bermigrasi dari Dong Son
(Vietnam).
1) Zaman Tembaga
Pada zaman ini, manusia mulai menggunakan tembaga sebagai bahan pembuatan
peralatan. Namun, diwilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tidak ditemukan
hasil – hasil kebudayaan zaman Tembaga.
2) Zaman Perunggu
Pada zaman ini, manusia telah menemukan logam campuran yang sifatnya lebih
keras dari tembaga, yaitu perunggu (hasil pencampuran antara tembaga dan timah).
Hasil budaya terpenting dari zaman perunggu adalah kapak corong dan nekara.
Kapak corong adalah kapak logam yang ditemukan Sementara itu, nekara adalah semacam genderang yang
di berbagai wilayah di Indonesia, seperti di bentuknya menyempit di bagian pinggang. Pada
Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, umumnya, nekara berukuran besar, sedangkan yang
Sulawesi Selatan, Pulau Selayar, dan Irian dekat berukuran kecil disebut moko. Nekara merupakan bukti
Danau Sentani. Karena bentuknya yang mirip kuat bahwa masyarakat pada masa itu telah mengenal
dengan sepatu, kapak corong sering disebut juga sistem kepercayaan, karena nekara dipergunakan
kapak sepatu. Kapak ini biasa dipergunakan sebagai alat dalam upacara – upacara ritual. Di
sebagai alat upacara atau tanda kebesaran dari Indonesia, nekara ditemukan di wilayah Sumatra, Jawa,
kepala suku dan para pemimpin masyarakat masa Bali, Pulau Sangean dekat Sumbawa, Pulau Roti, Alor,
itu. Leti, Selayar, dan di Kepulauan Kei.
3) Zaman Besi
Zaman besi adalah masa ketika manusia telah dapat melebur besi dari bijihnya untuk dituang
dalam cetakan sehingga menjadi alat – alat yang diperlukan. Hasil budaya yang berasal dari masa ini
adalah kapak, sabut, pisau, cangkul, pedang, tongkat, dan tembilang. Masyarakat pada zaman Besi
mengenal dua teknik pembuatan peralatan logam, yaitu teknik a cire perdue (teknik cetak tuang) dan
bivalue (teknik dua setangkup). Langkah – langkah pembuatan benda logam dengan teknik cetak
tuang adalah sebagai berikut.
1. Bentuk benda yang diinginkan dibuat terlebih dahulu dengan bahan yang terbuat dari lilin.
2. Model benda yang terbuat dari lilin tersebut selanjutnya dilapisi dengan tanah liat.
3. Melalui lubang yang telah disiapkan, logam cair kemudian dimasukkan dan didiamkan hingga
logam mendingin.
4. Setelah dingin, cetakan tanah liat dipecahkan dan benda logam yang diinginkan pun jadi.

Sementara itu, langkah – langkah pengolahan logam dengan teknik dua setangkup adalah sebagai
berikut.
5. Membuat cetakan yang terdiri dari dua bagian yang dapat saling dirapatkan.
6. Logam cair dituangkan melalui lubang yang telah disiapkan.
7. Setelah logam menjadi dingin, cetakan yang terdiri dari dua tangkup dapat dibuka dan benda
logam yang diinginkan pun jadi.
5. Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara Ditinjau dari Aspek Ekonomi
a. Zaman Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Pada zaman ini, masyarakat praaksara memiliki sejumlah ciri – ciri sebagai berikut.
1) Memiliki akal dan kecakapan yang masih sangat terbatas.
2) Hidup di dataran rendah yang dekat dengan sumber air.
3) Mata pencarian pokok berburu dan mengumpulkan makanan.
4) Hidup secara berkelompok dalam jumlah yang kecil untuk saling melindungi dari binatang buas.
5) Hidup berpindah – pindah (nomaden), bergantung pada ketersediaan makanan di suatu tempat.
6) Alat – alat yang digunakan masih sangat sederhana, terbuat dari potongan batu, tulang, dan kayu yang tidak
dibentuk.
b. Zaman Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, ciri – ciri masyarakatnya adalah sebagai
berikut.
1) Berburu menggunakan alat berupa kapak batu, tongkat, dan tombak kayu. Pada masa ini, perbuuruan telah
menjangkau daerah yang cukup jauh.
2) Proses pengumpulan makanan tidak hanya dilakukan di sekitar tempat tinggal, tetapi mencakup daerah
lainnya.
3) Bertempat tinggal di gua – gua.
4) Hidup berpindah tempat ketika ketersediaan makanan berkurang.
5) Alat – alat yang digunakan masih berbentuk kasar, terbuat dari batu, tulang, dan tanduk yang lebih tajam
dan runcing.
c. Zaman Bercocok Tanam
Pada masa ini, telah terjadi perubahan pola hidup yang mendasar, dari mengumpulkan makanan pada
zaman bercocok tanam adalah sebagai berikut.
1) Hidup menetap di daerah dataran rendah secara berkelompok dan sudah memilih pemimpin.
2) Sudah mengenal cara bercocok tanam, mengolah tanah dan memelihara hewan.
3) Mulai menguasai cara menyimpan makanan dan mengawetkan makanan secara sederhana.
4) Mulai mengenal sistem kepercayaan terhadap nenek moyang dan kekuatan alam.
5) Alat – alat yang dipergunakan terbuat dari batu dan bahan lainnya yang sudah diasah.

d. Zaman Perundagian
Perundagian berasal dari kata undagi, yang berarti tenaga ahli atau seseorang yang memiliki
keterampilan dan keahlian dalam melakukan pekerjaan tertentu. Pada masa ini, masing – masing orang
dalam masyarakat sudah mulai melakukan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilannya masing –
masing. Ciri – ciri masyarakat pada zaman perundagian adalah sebagai berikut.
1) Sudah membentuk kelompok kerja dalam bidang pertukangan.
2) Sudah mengenal status keanggotaan dalam masyarakat berdasarkan tingkat kekayaan.
3) Sudah mengenal teknik pengolahan logam.
4) Sudah membuat perhiasan dari emas.
5) Sudah membuat tempat ibadah terbuat dari batu – batu besar.
6) Sudah mengenal sistem kepercayaan (animisme dan dinamisme).
6. Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara Ditinjau dari Aspek Pendidikan
 Jika dilihat dari aspek pendidikan, pada masa praaksara, pendidikan dilakukan secara
lisan serta melalui observasi dan imitasi.
 Beberapa pengetahuan tradisional disampaikan, misalnya melalui cerita, legenda, cerita
rakyat, ritual, dan lagu.
 Ketika manusia sudah mengenal pertanian, mereka mulai membentuk permukiman yang
sifatnya permanen.
 Permukiman, pertanian, peternakan, dan peralatan logam membawa serta sistem
pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari dan diajarkan kepada setiap generasi
baru.

7. Masyarakat Indonesia pada masa Praaksara Ditinjau dari Aspek Politik


 Ketika manusia mulai mengenal pertanian, mereka hidup menetap di dekat sumber –
sumber air yang kemudian memunculkan kesadaran untuk membangun suatu aturan untuk
mengatur kehidupan bersama.
 Kelompok yang mulai menetap kemudian membentuk desa – desa sederhana dengan
pertanian sebagai basis utama perekonomiannya.

Anda mungkin juga menyukai