PENDEKATAN ILMIAH
DISUSUN OLEH:
Nama Kelompok:
Yuli Masruroh
Darwiti
Muhamad Nur
Nurul Lailiyah
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
rangka penyusunan makalah ini baik berupa pendapat dan waktu sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan baik dan tepat waktu, tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak Alpahmi Aji Satria, M.Pd yang telah memberi tugas
ini sehingga kami tahu pendekatan ilmiah dalam ilmu filsafat.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
Halaman Sampul ………………………………………………………………..
BAB I: Pendahuluan.…………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...2
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………….2
A. Pendekatan Ilmiah……………………………………………………..3
B. Pendekatan Non Ilmiah……………………….……………………….4
C. Metode Ilmiah…………………………………………………………6
A. Simpulan………………………………………………………………19
B. Saran…………………………………………………………………..19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode berasal dari bahasa yunani kuno; Metodos, Meta artinya menuju,
melalui, sesudah, mengikuti, dan Hodos artinya jalan, cara atau arah
(istilah yunani itu berasal dari kata latin Methodus). Arti luas metode
adalah cara bertindak menurut sistem atau aturan tertentu. Arti khusus;
cara berpikir menurut aturan atau sistem tertentu.
Penelitian dalam tinjauan social adalah suatu proses yang berupa suatu
rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis
untuk memperoleh pemecahan permasalahan dan mendapatkan jawaban
atas pertanyaan tersebut ( R.H Sumitro, 1982:19).
Metode penelitian filsafat dapat diartikan suatu cara atau jalan yang
ditempuh dalam suatu proses tindakan atau rangkaian langkah-langkah
yang dilakukan secara terencana, sistematis untuk memperoleh pemecahan
permasalahan atau jawaban tentang kefilsafatan. Sedangkan pengertian
metodologi penelitian filsafat adalah metode penelitian filsafat yang telah
diangkat menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Perlu juga dibedakan
pengertian metode penelitian filsafat dengan metode-metode filsafat.
Pengertian metode-metode filsafat adalah, jalan yang ditempuh oleh para
filsuf atau ahli filsafat dalam proses berpikir untuk mencari kebenaran atau
kenyataan.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Ilmiah
3
B. Pendekatan Non Ilmiah
Pendekatan non ilmiah adalah kegiatan manusia dalam usaha mencari ilmu
pengetahuan dan mencari kebenaran, terutama sebelum diketemukannya
metode ilmiah, dilakukan berbagai cara diantaranya ialah penemuan ilmu
pengetahuan secara kebetulan, menggunakan akal sehat (common sense),
mengunakan intuisi, melalui wahyu, melalui usaha coba-coba (trial and
eror), dan lain sebagainya.
4
hadapannya, lalu ia berpikir mengapa buah apel jatuh kebawah, hal
inilah yang menginspirasi terciptanya teori gaya gravitasi bumi.
2. Masalah merupakan hal yang dapat 2. Masalah tidak selalu diukur secara
diamati dan diukur secara empiris empiris dan dapat bersifat
supranatural/dogmatis.
3. Jawaban permasalahan didasarkan 3. Jawaban tidak diperoleh dari hasil
pada data dan fakta. pengamatan dari data di lapangan.
5
Pendekatan Ilmiah memiliki metode dan struktur ilmiah, yaitu sebagai berikut:
A. Metode Ilmiah
Menurut Senn, metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis (Jujun S.Suria
sumantri). Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian
dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi ini
secara filsafati termasuk dalam apa yang dinamakan dengan epistemologi.
Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan
pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan? Apakah manusia
dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan
yang mungkin di tangkap manusia. metode ilmiah merupakan cara dalam
mendapatkan pengetahuan secara ilmiah. Atau dengan perkataan lain,
pengetahuan yang diperoleh dengan mempergunakan metode ilmiah dapat
digolongkan kepada pengetahuan yang bersifat ilmiah
6
Berpikir induktif yang berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi. Teori
korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan dapat dianggap benar
sekiranya materi yang terkandung dalam pernyataan itu bersesuaian
(berkorespondensi) dengan obyek factual yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Suatu pernyataan adalah benar bila terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung
pernyataan itu. Contoh: seseorang menyatakan bahwa “salju berwarna putih”
maka pernyataan itu adalah benar sekiranya terdapat kenyataan yang mendukung
isi pernyataan tersebut,yakni bahwa dalam daerah pengalaman kita memang dapat
diuji bahwa salju itu benar-benar berwarna putih.
Ilmu pengetahuan lainnya seperti fisika dan kimia menitik beratkan pada
eksperimen. Pada ilmu pengetahuan lainnya di perguanakan metode : “trial and
error”, statistik dan metode sampling. Kita perlu memperbincangkan metode-
metode ilmiah dari pada membicarakan metode ilmu pengetahuan itu sendiri.
Metode ilmu penegetahaun di pergunakan tergantung pada materi atau masalah
yang akan di pelajari.
A. Observasi
7
Seperti teleskop, Mikroskop, dan alat-alat lain untuk mengukur waktu dengan tepat,
luas, berat, dan hal-hal lain yang diperlukan untuk mendapatkan kesimpulan yang
cermat. Contoh; perkembanagan astronomi berhubungan erat dengan perbaikan dari
teleskop, kemajuan dalam bidang biologi secara bersamaan berhubungan erat
dengan peningkatan dari mikroskop.
Cara mengatur posisi, tempat, atau kondisi yang memungkinkan observasi dapat
dilakukan dnegan cermat.
Si peneliti melakukan pengamatan terus menerus. Karena itu perlu perhatiannya
pada kondisi-kondisi yang cermat, memperhatikan faktor waktu, tempat, gerakan,
suhu, cahaya, keadaan cuaca, dan gangguan-gangguan suara. Kesalahan atau
kegagalan observasi mungkin di sebabkan adanya gangguan pada faktor-faktor
tersebut, yang dengan mudah menyesatkan kesimpulan yang kita buat.
Pengetahuan lapangan
Orang yang mengenal lapangan studi, sejarahnya, dan saling hubungannya dengan
lapangan studi, serta pengalaman lainnya akan lebih beruntung.
C. Metode eksperimen
8
pada uang logam maka sebuah ekperimen dilakukan. Sebuah uang logam dan
sebuah bulu ayam dijatuhkan pada waktu yang sama ke dalam satu ruang yang
diperlengkapi dengan pompa udara, dimana udara masih tetap ada. Uang logam
jatuh dengan cepat dan bulu ayam itu baru kemudian. Dengan faktor yang lain
dijaga supaya konstan, udara dikeluarkan dari ruang itu, uang logam dan bulu ayam
dijatuhkan lagi. Pada kesempatan ini keduannya mencapai dasar ruang pada waktu
yang sama. Kesimpulan dengan adanya udara jatuhnya bulu itu menjadi lebih
perlahan apabila udara dihampakan kedua benda itu jatuhnya bersamaan. Hal ini
menunjukan bahwa tekanan udara memperlambat jatuhnya bulu ayam itu.
D. Metode statistik
9
harus di perhatikan. Seandainya ketidak seragaman itu besar, maka sampel pun
harus di perbanyak pula,contoh: seandainya kita ketahui bahwa pasir di pantai itu
seragam, maka kita mengambil sampel yang sederhana saja sudah mencukupi,
tetapi seandainya kita mencurigai bahwa pasir itu seluruhnya tidak seragam, maka
kita akan mengambil sampel dari berbagai tempat yang berbeda-beda. Semuanya
ini dapat dicampurkan dan kita akan memperoleh sampel dalam sampel.
10
Setelah ditentukan dengan cara analisis deduktif, apapun akan benar seandainya
hipotesis itu benar, kemudian kita melihat apakah kondisi- kondisi lainnya sebagai
suatu kenyataan itu benar pula. Seandainya itu mengatakan benar maka hipotesis
kita telah dibuktikan kebenarannya. Proses pembuktian kebenaran ini dapat
dilakukan dengan mempergunakan media observasi, eksperimen, atau dengan
mengecek ketetapan pada hipotesis yang berhubungan dengan fakta yang kita
percayai akan kebenarannya. Seandainya sebuah hipotesis itu kita buang karena
tidak benar, kita kembali pada permulaan lagi dan memilih kembali hipotesis lain
dan diproses seperti semula lagi. Pengujian kebenaran atau verifikasi hanya akan
memberikan pada pendekatan kebenaran saja atau hanya akan memberi kepada kita
derajat probabilitasnya saja.
Unsur-unsur metode sebagaimana telah dirumuskan oleh anton bakker dan achmad
charris zubair dalam buku metodologi penelitian filsafat (1994), antara lain
dijelaskan sebagai berikut:
1. Interpretasi
Artinya menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi yang tidak bersifat subjektif
(menurut selera orang yang menafsirkannya) melainkan harus bertumpu pada
evidensi objektif, untuk mencapai kebenaran yang otentik. Dengan interpretasi ini
diharapkan manusia dapat memperoleh pengertian, pemahaman atau verstehen.
Pada dasarnya interpretasi berarti tercapainya pemahaman yang benar mengenai
ekspresi manusiawi yang dipelajari.
11
c. Lingkaran hermeneutic, sebenarnya istilah induksi, deduksi, tidak dapat dijelaskan
mana yang terjadi terlebih dahulu. Yang khusus dari semula dipahami akan
dilatarbelakangi oleh yang umum, seakan-akan yang umum telah diketahui
sebelumnya. Jadi antara deduksi dan induksi ada terdapat suatu lingkaran
hermeneutic, dari umum ke khusus, dan dari khusus ke umum.
d. Identifikasi, peneliti sendiri melebarkan horizon pribadi (pandangan pribadi secara
mendatar) dengan cara mengolah lingkaran pemahaman antara yang khusus dan
yang umum itu. Justru di dalam pemahaman transcendental ia dapat lebih
memahami diri. Oleh sebab itu peneliti kembali ke introspeksi dan melibatkan diri.
Sebaliknya, pemahaman akan diri sendiri memungkinkan ia untuk memahami
kenyataan yang lebih luas.
3. Korehensi intern
Yaitu usaha untuk memahami secara benar guna memperoleh hakikat
dengan menunjukkan semua unsure-unsur structural dilihat dalam suatu struktur
yang konsisten, sehingga benar-benar merupakan intern structur atau internal
relations. Dengan demikian akan terjadi suatu lingkaran pemahaman antara hakikat
menurut keseluruhannya dari satu pihak dan unsure-unsur dipihak lain.
4. Holistik
Tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai kebenaran secara utuh. Objek
dilihat interaksi dengan seluruh kenyataannya. Identitas objek akan terlihat bila ada
korelasi dan komunikasi dengan lingkungannya. Objek (manusia) hanya dapat
dipahami dengan mengamati seluruh kenyataan dalam hubungannya dengan
manusia, dan manusia sendiri dengan segalanya yang mencakup hubungan aksi
reaksi sesuai dengan tema zamannya. Pandangan menyeluruh ini juga disebut
totalisasi, semua dipandang dalam kesinambungannya dalam satu totalitas.
5. Kesinambungan historis
Jika ditinjau menurut perkembangannya, manusia itu adalah makhluk
historis karena ia berkembang dalam pengalaman dan pikiran bersama dengan
lingkungan zamannya.
6. Idealisasi
Penelitian berusaha untuk memahami kenyataan secara lebih
mendalam,karena yang tersembunyi dalam kenyataan a possible world atau dapat
juga dapat disebut a potential mode of human existence
(ricoeur,1982:16). Idealisasi merupakan proses untuk membuat ideal, artinya upaya
dalam penelitian untuk memperoleh hasil yang ideal atau yang sempurna .
7. Komparasi
12
Usaha untuk memperbandingkan sifat hakiki dalam objek penelitian
sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam. Justru perbandingan itu dapat
menentukan secara tegas kesamaan dan perbedaan sesuatu sehingga hakikat objek
dapat dipahami dengan semakin murni.
8. Heuristika
Metode untuk menemukan jalan baru secara ilmiah untuk memecahkan
masalah. Heuristika benar-benar dalam mengatur terjadinya pembaharuan ilmiah
dan sekurang-kurangnya dapat memberikan kaidah yang mengacu.
9. Analogikal
meneliti arti, nilai dan maksud yang diekspresikan dalam fakta dan data.
Dengan demikian, akan dilihat analogi antara situasi atau kasus yang lebih terbatas
dengan yang lebih luas.
10. Deskripsi
Seluruh hasil penelitian harus dapat dideskripsikan atau dibahasakan,ada
kesatuan mutlak antara bahasa dan pikiran seperti antara jiwa dan raga. Data yang
dieksplisitkan memungkinkan dapat dipahami secara mantap.
Menurut Prof. Drs. Notonegoro dalam buku metodologi penelitian filsafat (1975)
ada 4 macam alat metodologi penelitian filsafat, yaitu:
1. Definisi
Suatu batasan mengenai masalah atau objek yang diselidiki,yang meliputi:
Dalam menyusun definisi harus diperinci hal-hal yang akan dijadikan objek
penelitian, untuk itu perlu dibuat definisi secara pertingkat, yaitu:
b. definisi realis,yaitu menafsirkan hal yang diselidiki menurut sifat-sifat dari halnya.
Dalam defines realis ini harus dibedakan sifat-sifat yang ada, yang meliputi:
13
c. Definisi metal fisis,yaitu mengungkapkan esensi dari hal sesuatu sehingga
menjadikan kita menjadi lebih jelas
-hanya menggunakan perkataan-perkataan atau hal-hal yang sudah umum dan tidak
mendua arti.
2. Pembagian
Sesuatu itu hanya dapat ditangkap dengan analisis yaitu ditentukan bagian-bagian
atau perinciannya dengan cara:
1. Dibagi secara fisis, yaitu hanya dapat dibagi-bagi sehingga merupakan barang
sesuatu yang lepas satu dari yang lain. Tetapi ada kalanya sesuatu tak dapat dibagi
ssecara fisis.
2. Dibagi secara potensial, yaitu hanya dapat dibagi dalam angan-angan .
Bagian yang satu terlepas dari yang lain, namun tetap mempunyai
fungsi,kemampuan meskipun secara fisis terpisah. Tujuan pembagian, tujuannya
yaitu untuk membuat bersahaja pengertian yang tersususn, namun kalau
disentesiskan kembali akan mempunyai pengertian yang lebih jelas.
Syarat-syarat pembagian:
1. Pembagian harus lengkap, artinya bagian bagian nya(fisis atau potensial)
merupakan wujud sesuatu sepenuhnya .
2. Masing-masing bagian betul-betul harus terpisah satu dengan yang lain. Batas-batas
fisis harus jelas, msalnya jika yang [otensial ialah batas kekuatan sumber-
sumbernya.
3. Pembagian harus teratur, bagian-bagian itu harus didasarkan atas suatu sudut
pandang yang sama, misalkan membagi benda berdasarkan bentuk atau warna nya.
14
4. Jangan sampai terlalu jauh kedalam bagian-bagian yang terkecil, karena dapat
menimbulkan kerumitan.
3. Pembuktian
a. Bukti langsung, yaitu yang dapat diterima akal. Misalnya, adanya kehendak untuk
merdeka adalah kehendak setiap manusia.
b. Bukti yang tidak langsung, yaitu bukti yang tidak secara langsung dapat di terima
oleh akal.
4. Metodologi
Dalam penelitian perlu adanya metode atau jalan, karena kebenaran itu
hanya dapat di peroleh dengan cara setapak demi setapak. Orang tidak akan dapat
melihat secara keseluruhan dengan satu cara pandang saja mulai dari atas sampai
bawah atau dari kiri kekanan. Panca indra pun perlu ditingkatkan sedemikian rupa
sebagaimana akal kita dalam memperoleh pengetahuan dah harus diberlakukan
setapak demi setapak. Dengan demikian bila telah tercapai hasilnya dalam ilmu
pengetahuan, itu merupakan urutan-urutan demonstrasi pembuktian tentang
kebenaran-kebenaran mulai dari asas-asasnya yang telah diketahui sedikit demi
sedikit untuk memperoleh pengetahuan tentang hal yang beum diketahui. Bagi
pengembangan pengetahuan yang bersifsat ilmiah perlu sekali dikewtahu pokok
pangkalnya, kemudian ketertiban perjalanannya. Jalannya itu harus berdasarkan
atutran-aturan, hukum-hukum yang memungkinkan orang berangkat dari yang
diketahu sampai pada yang tidak diketahui jadi hasil dari yang diketahui merupakan
kesimpulan ilmiah. dapat disimpulkan bahwa metode adalah jalan yang dipakai
untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah, jika jalan yang ditempuh dalam penelitian
15
tidak sampai pada suatu kesimpuan ilmiah hal itu tidak dapat dikatakan sebagai
metode.
Alur berpikir yang tercakup dalam metrode ilmiah dapat dijabarkan dalam
beberapa langka yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. kerangka
berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypotetico – verifikasi ini pada
dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
16
mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Kalau fakta-fakta tersebut memang ada
dalam dunia empiris kita, maka dinyatakan bahwa hipotesis itu telah terbukti,
sebab di dukung oleh fakta-fakta yang nyata. Dalam hal hipotesis tidak terbukti,
maka hipotesis itu ditolak kebenarannya dan kita kembali mengajukan hipotesis
yang lain. Sampai saat kita menemukan hipotesis tertentu yang didukung oleh
fakta.
5. Penarikan Kesimpulan
Merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu
ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup
yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya sekiranya
dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis
maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi
bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni
mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah
sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran disini harus
ditafsirkan secara pragmatis artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta
yang menyatakan sebaliknya.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19