Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDEKATAN ILMIAH

DISUSUN OLEH:

Nama Kelompok:

Yuli Masruroh
Darwiti
Muhamad Nur
Nurul Lailiyah

DOSEN: Alpahmi Aji Satria, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM AN-NUR LAMPUNG


JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN
2022
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Menulis makalah pendekatan baru harus diperkenalkan oleh ilmu yang


mereka pelajari yaitu ilmu filsafat. Makalah ilmiah dalam mata kuliah
IAD/IBD/ISD merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah, para mahasiswa ini
berisikan teori-teori pendekatan ilmiah, juga membicarakan hal-hal lain yang
diharapkan akan menambah cakrawala para pembaca.

Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
rangka penyusunan makalah ini baik berupa pendapat dan waktu sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan baik dan tepat waktu, tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak Alpahmi Aji Satria, M.Pd yang telah memberi tugas
ini sehingga kami tahu pendekatan ilmiah dalam ilmu filsafat.

Akhir kata kami penulis mengucapkan terimakasih.

Lempuing Jaya ,05 April 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

i
Halaman Sampul ………………………………………………………………..

Kata Pengantar ..……………………………………………………………......i

Daftar Isi .……………………………………………………………………....ii

BAB I: Pendahuluan.…………………………………………………………..1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………...2

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………….2

BAB II: Pembahasan……………………………………………………………3

A. Pendekatan Ilmiah……………………………………………………..3
B. Pendekatan Non Ilmiah……………………….……………………….4
C. Metode Ilmiah…………………………………………………………6

BAB III: PENUTUP…………………………………………………………….19

A. Simpulan………………………………………………………………19
B. Saran…………………………………………………………………..19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu


pengetahuan yang funsional terhadap masalah tertentu. Pendekatan
ilmiah wujudnya adalah metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan cara
dalam mendapatkan pengetahuan secara ilmiah. atau dengan perkataan
lain, pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah dapat
digolongkan kepada pengetahuan yang bersifat ilmiah: disingkat
pengetahuan ilmiah, atau secara pendek disebut ilmu.

Metode berasal dari bahasa yunani kuno; Metodos, Meta artinya menuju,
melalui, sesudah, mengikuti, dan Hodos artinya jalan, cara atau arah
(istilah yunani itu berasal dari kata latin Methodus). Arti luas metode
adalah cara bertindak menurut sistem atau aturan tertentu. Arti khusus;
cara berpikir menurut aturan atau sistem tertentu.

Penelitian dalam tinjauan social adalah suatu proses yang berupa suatu
rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis
untuk memperoleh pemecahan permasalahan dan mendapatkan jawaban
atas pertanyaan tersebut ( R.H Sumitro, 1982:19).

Metode penelitian filsafat dapat diartikan suatu cara atau jalan yang
ditempuh dalam suatu proses tindakan atau rangkaian langkah-langkah
yang dilakukan secara terencana, sistematis untuk memperoleh pemecahan
permasalahan atau jawaban tentang kefilsafatan. Sedangkan pengertian
metodologi penelitian filsafat adalah metode penelitian filsafat yang telah
diangkat menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Perlu juga dibedakan
pengertian metode penelitian filsafat dengan metode-metode filsafat.
Pengertian metode-metode filsafat adalah, jalan yang ditempuh oleh para
filsuf atau ahli filsafat dalam proses berpikir untuk mencari kebenaran atau
kenyataan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari pendekatan Ilmiah dan Pendekatan Non


Ilmiah ?
2. Bagaimanakah perbedaan antara Pendekatan Ilmiah dengan
Pendekatan Non Ilmiah ?
3. Bagaimanakah metode-metode dalam pendekatan ilmiah yang
meliputi:
a) Definisi metode ilmiah
b) Jenis-Jenis Metode Ilmiah
c) Unsur-unsur Metode Ilmiah
d) Alat-alat Metode Ilmiah
e) Langkah-langkah Metode Ilmiah

C. Tujuan Penulisan

1. Menyelesaikan tugas mata kuliah IAD/IBD/ISD


2. Mengetahui pendekatan ilmiah
3. Mengetahui perbedaan pendekatan ilmiah dengan pendekatan non
ilmiah
4. Mengetahui syarat-syarat sebuah pengetahuan dapat dikatakan
bersifat ilmiah dan empiric
5. Mengetahui definisi dari pendekataan ilmiah yang meliputi;
a) Metode Ilmiah
b) Jenis-Jenis Metode Ilmiah
c) Unsur-Unsur Metode Ilmiah
d) Alat-Alat Metode Ilmiah
e) Langkah-Langkah Metode Ilmiah
6. Mahasiswa dapat menyimpulkan apakah itu pendekatan ilmiah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan


yang funsional terhadap masalah tertentu. Pendekatan ilmiah wujudnya adalah
metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat
melalui metode ilmiah. Menurut Checkland, berdasarkan sejarah perkembangan
ilmu, di dapatkan tiga karakteristik utama dari pendekatan ilmiah yaitu:

1. Reductionism adalah pendekatan yang mereduksi kompleksitas


permasalahan menjadi bagian bagian yang lebih kecil sehingga dapat
dengan mudah di amati dan di teliti. Contohnya : permasalahan mutu
belajar di UNJ dalam pendekatan Reductionism di perinci agar lebih
fokus di suatu permasalahan menjadi permasalahan mutu belajar di
PPKN UNJ.

2. Repeatability adalah Suatu pengetahuan di sebut ilmu, bila


pengetahuan tersebut dapat di cek dengan mengulang eksperimen atau
penelitian yang di lakukan oleh orang lain di tempat dan waktu yang
berbeda. Contohnya : seorang mahasiswa di UNJ melakukan pengujian
kafein pada kopi yang menghasilkan bahwa kopi dapat menyebabkan
Insomnia, dan pada waktu dan tempat berbeda Mahasiswa UI menguji
kafein pada Kopi dapat menyebabkan Insomnia. Jadi pengujian kopi
menyebabkan insomnia merupakan suatu kebenaran.

3. Refutation adalah sifat ini mensyaratkan bahwa suatu ilmu harus


memuat informasi yang dapat di tolak kebenarannya oleh orang lain.
Contohnya : teori atom menurut john Dalton yang menganggap atom
merupakan unsur terkecil di alam semesta yang ditolak beberapa
ilmuan seperti J.J Thomson yang membagi atom menjadi proton dan
neutron dalam teorinya roti kismis.

3
B. Pendekatan Non Ilmiah

Pendekatan non ilmiah adalah kegiatan manusia dalam usaha mencari ilmu
pengetahuan dan mencari kebenaran, terutama sebelum diketemukannya
metode ilmiah, dilakukan berbagai cara diantaranya ialah penemuan ilmu
pengetahuan secara kebetulan, menggunakan akal sehat (common sense),
mengunakan intuisi, melalui wahyu, melalui usaha coba-coba (trial and
eror), dan lain sebagainya.

Beberapa penemuan besar secara kebetulan, yakni tanpa menggunakan


langkah-langkah sebagaimana yang dikehendaki dalam penelitian ilmiah.
Salah satu contoh adalah penemuan kina sebagai obat penyakit malaria.

1. Akal Sehat (Common Sense)


Merupakan konsep atau pandangan umum yang digunakan oleh
manusia secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pada satu sisi
akal sehat memang merupakan suatu kebenaran pada sisi yang lain
akal sehat dapat menyesatkan manusia dalam mengambil suatu
keputusan. Contoh: menurut orang awam bulan berbentuk bulat
dan rata setelah diteliti oleh para ilmuwan pandangan tersebut tidak
benar karena konstur permukaan bulan tidak rata dan
bergelombang.
2. Wahyu
Merupakan suatu pengetahuan yang datang secara langsung dari
tuhan, sama sekali bukan merupakan usaha aktif manusia melalui
kegiatan kenalaran. Contoh: kitab-kitab suci yang diwahyukan
tuhan kepada orang pilihannya seperti Zabur kepada Daud As,
Taurat kepada Musa As, Injil kepada Isa Al-Masih, Al-Quran
kepada Muhammad Saw.
3. Intuisi
Merupakan kemampuan untuk memahami sesuatu melalui bisikan
hati. Contoh: pada saat seorang ingin melakukan suatu tindakan
maka dia akan merasa apakah tindakan itu sesuai hati nurani.
4. Coba-Coba
Serangkaian percobaan yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan menggunakan cara dan materi yang berbeda-
beda,dilaksanakan tanpa menggunakan metode yang bersifat
sistematis. Contoh: pada saat Issac Newton bersandar di bawah
pohon Apel secara tidak sengaja buah Apel itu jatuh di

4
hadapannya, lalu ia berpikir mengapa buah apel jatuh kebawah, hal
inilah yang menginspirasi terciptanya teori gaya gravitasi bumi.

C. Perbedaan Pendekatan Ilmiah dan Pendekatan Non Ilmiah

Pendekatan Ilmiah Pendekatan Non Ilmiah

1. Perumusan masalah jelas dan 1. Perumusan masalah kabur dan


spesifik abstrak

2. Masalah merupakan hal yang dapat 2. Masalah tidak selalu diukur secara
diamati dan diukur secara empiris empiris dan dapat bersifat
supranatural/dogmatis.
3. Jawaban permasalahan didasarkan 3. Jawaban tidak diperoleh dari hasil
pada data dan fakta. pengamatan dari data di lapangan.

4. Proses pengumpulan dan analisis 4. Keputusan tidak didasarkan pada


data,serta pengambilan keputusan hasil pengumpulan data dan analisis
berdasarkan logika yang benar. data secara logis.
5. Kesimpulan yang didapat siap atau 5. Kesimpulan tidak dibuat untuk diuji
terbuka untuk diuji oleh orang lain. ulang oleh orang lain.

5
Pendekatan Ilmiah memiliki metode dan struktur ilmiah, yaitu sebagai berikut:

A. Metode Ilmiah

Menurut Senn, metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis (Jujun S.Suria
sumantri). Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian
dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi ini
secara filsafati termasuk dalam apa yang dinamakan dengan epistemologi.
Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan
pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan? Apakah manusia
dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan
yang mungkin di tangkap manusia. metode ilmiah merupakan cara dalam
mendapatkan pengetahuan secara ilmiah. Atau dengan perkataan lain,
pengetahuan yang diperoleh dengan mempergunakan metode ilmiah dapat
digolongkan kepada pengetahuan yang bersifat ilmiah

Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan


cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai
karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu
sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya
merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini maka metode
ilmiah mencoba menggabungkan syarat berfikir deduktif dan cara berfikir induktif
dalam membangun tubuh pengetahuannya.

Berpikir deduktif adalah memberikan sifat yang rasional kepada


pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dalam pengetahuan yang telah
dikumpulkan sebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah
disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu
yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Dengan demikian maka ilmu
merupakan tubuh pengetahuan yang tersusun dan terorganisasikan dengan baik
sebab penemuan yang tidak teratur dapat diibaratkan sebagai”rumah atau batu
bata yang bercerai berai” secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba
memberikan penjelasan yang rasional kepada obyek yang berada dalam fokus
penelahaan. Contoh: semua manusia pasti akan mati adalah suatu pernyataan yang
benar,bahwa si Polan adalah seorang manusia dan si Fullan pasti akan mati adalah
benar pula sebab pernyataan keduanya adalah konsisten dengan pernyataan
pertama.

6
Berpikir induktif yang berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi. Teori
korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan dapat dianggap benar
sekiranya materi yang terkandung dalam pernyataan itu bersesuaian
(berkorespondensi) dengan obyek factual yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Suatu pernyataan adalah benar bila terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung
pernyataan itu. Contoh: seseorang menyatakan bahwa “salju berwarna putih”
maka pernyataan itu adalah benar sekiranya terdapat kenyataan yang mendukung
isi pernyataan tersebut,yakni bahwa dalam daerah pengalaman kita memang dapat
diuji bahwa salju itu benar-benar berwarna putih.

B. Jenis-Jenis Metode Ilmiah

Diantara para ilmuwan belum ada kesepakatan yang bersifat universal


mengenai apa yang dimaksud dengan metode ilmiah ini. ilmu pengetahuan telah
berkembang dari : “common sense” , dimana perubahannya dari yang satu ke
yang lain secara bertahap dan terus menerus. Suatu pengujian ilmu pengetahuan
yang cermat telah di lakukan seperti dala fisika,astronomi,psikologi,serta tidak
hanya mengguanakan satu macam metode saja. ilmu pengetahuan seperti
astronomi berangkat dengan memperguanakan metode observasi.

Ilmu pengetahuan lainnya seperti fisika dan kimia menitik beratkan pada
eksperimen. Pada ilmu pengetahuan lainnya di perguanakan metode : “trial and
error”, statistik dan metode sampling. Kita perlu memperbincangkan metode-
metode ilmiah dari pada membicarakan metode ilmu pengetahuan itu sendiri.
Metode ilmu penegetahaun di pergunakan tergantung pada materi atau masalah
yang akan di pelajari.

A. Observasi

Di dalam metode observasi melingkupi pengamatan indrawi seperti:


melihat, mendengar, menyentuh, meraba, membawa sesuatu, juga di dalamnya
termasuk bahwa kita sadar, berada dalam situasi yang bermakna dengan berbagai
fakta yang saling berhubungan. Observasi yang cermat sangat di perlukan di dalam
penelitian ilmiah. ada beberapa kondisi yang sangat penting untuk diketahui dalam
melakukan observasi, yaitu:
 Indra yang normal dan sehat
Seperti kejelasan penglihatan dan ketajaman pendengaran.
 Kematangan mental
Dalam hal ini bukan hanya kemampuan berpikir tetapi juga benar-benar paham
tentang instrument intelektual yang di perlukan seperti istilah istilah, konsep-
konsep, dan kemampuan menggunakan symbol-simbol secara umum.
 Alat-alat bantu fisik

7
Seperti teleskop, Mikroskop, dan alat-alat lain untuk mengukur waktu dengan tepat,
luas, berat, dan hal-hal lain yang diperlukan untuk mendapatkan kesimpulan yang
cermat. Contoh; perkembanagan astronomi berhubungan erat dengan perbaikan dari
teleskop, kemajuan dalam bidang biologi secara bersamaan berhubungan erat
dengan peningkatan dari mikroskop.
 Cara mengatur posisi, tempat, atau kondisi yang memungkinkan observasi dapat
dilakukan dnegan cermat.
Si peneliti melakukan pengamatan terus menerus. Karena itu perlu perhatiannya
pada kondisi-kondisi yang cermat, memperhatikan faktor waktu, tempat, gerakan,
suhu, cahaya, keadaan cuaca, dan gangguan-gangguan suara. Kesalahan atau
kegagalan observasi mungkin di sebabkan adanya gangguan pada faktor-faktor
tersebut, yang dengan mudah menyesatkan kesimpulan yang kita buat.
 Pengetahuan lapangan
Orang yang mengenal lapangan studi, sejarahnya, dan saling hubungannya dengan
lapangan studi, serta pengalaman lainnya akan lebih beruntung.

B. Trial and Error

Teknik ini dipergunakan oleh ahli psikologi yang diterapkan pada


penelitian tentang hewan dan manusia. kita dapat lihat pengguanaan metode ini
pada tikus yang mencoba keluar dari “taman sesat” ia mencoba coba, berputar-putar
menghindari rintangan-rintangan yang ada pada lorong taman sesat itu. Kita juga
dapat melihat teknik ini dipergunakan pada seekor simpanse yang mencoba
berbagai cara untuk mendapatkan makanan yang tidak terjangkau oleh
jangkauannya, pada manusia seringkali menggunakan metode ini untuk mengetahui
bagaimana sesuatu hal yang baru itu bekerja. Trial and error pada tahap ideologis
dan imajinatif menghemat waktu tenaga dan sering kali dalam kehidupan itu
sendiri.

C. Metode eksperimen

Kegiatan ekperimen adalah berdasarkan prinsip metode penemuan sebab


akibat dan pengujian hipotesis. Dalam ekperimen, di dalamnya termasuk masalah
manipulasi dan pengawasan. Perkembangan yang sangat besar dalam penelitian
ilmiah adalah kemungkinan di temukannya teknik pengawasan, da sekaligus
digunakan dalam suatu percobaan dimana si pengamat mengontrol kondisi-kondisi
yang behubungan dengan subjek yang sedang ia pelajari. Ia kemudian
memanipulasi kondisi-kondisi ini, pada satu saat ia menguabah suatu faktor tertentu
kemudian ia mencatat akibat-akibat nya. Contohnya: percobaan anatara uang logam
dengan bulu ayam di dalam fisika. Mengapa bulu ayam jatuh lebih perlahan dari

8
pada uang logam maka sebuah ekperimen dilakukan. Sebuah uang logam dan
sebuah bulu ayam dijatuhkan pada waktu yang sama ke dalam satu ruang yang
diperlengkapi dengan pompa udara, dimana udara masih tetap ada. Uang logam
jatuh dengan cepat dan bulu ayam itu baru kemudian. Dengan faktor yang lain
dijaga supaya konstan, udara dikeluarkan dari ruang itu, uang logam dan bulu ayam
dijatuhkan lagi. Pada kesempatan ini keduannya mencapai dasar ruang pada waktu
yang sama. Kesimpulan dengan adanya udara jatuhnya bulu itu menjadi lebih
perlahan apabila udara dihampakan kedua benda itu jatuhnya bersamaan. Hal ini
menunjukan bahwa tekanan udara memperlambat jatuhnya bulu ayam itu.

D. Metode statistik

Istilah statistik berarti pengetahuan tentang mengumpulkan ,menganalisis,


dan menggolongkan bilangan data sebagai dasar induksi. Metode statistic telah ada
sejak lama, yaitu untuk membantu pemimpin dan penguasa mengumpulkan data
tentang penduduk ,kelakuan, kematian, kesehatan,dan perpajakan. Metode statistik
dipakai dalam berbagai kehidupan sehari-hari,dalam perdagangan, peredaran
keuangan, dan berbagai ilmu pengetahuan: menghitung, mengukur, merata-ratakan,
min, median, dan pengukuran-pengukuran korelasi, memungkinkan bagi kita unttuk
membuat penjelasan yang cermat dan membawa kita kea rah penjelasan yang lebih
luas dan terperinci. Statistic memungkinkan kita melihat berbagai proses yang tidak
mungkin dapat kita lihat hanya melalui penggunaan alat indra saja, menjelaskan
sebab dan akibat dan pengaruhnya, melukiskan tipe-tipe dari fenomena-fenomena,
dan kita dapat membuat perbandingan dengan mempergunakan tabel-tabel, dan
grafik.

E. Metode sampling (pengambilan sample)

Terjadinya sampling, yaitu apabila kita mengambil beberapa anggota atau


bilangan tertentu dari suatu kelas atau kelompok sebagai wakil dari keseluruhan
kelompok tersebut dapat mewakili secara keseluruhan atau tidak. Seandainya bahan
yang akan kita uji itu menunjukkan kesamaan jenisnya melalui sebuah sampel
dapatlah diperoleh hasil dengan ketetapan yang tinggi. Dalam hal ini sampel
random yang wajar sudah mencukupi, sebab tidak ada kondisi-kondisi lainnya yang

9
harus di perhatikan. Seandainya ketidak seragaman itu besar, maka sampel pun
harus di perbanyak pula,contoh: seandainya kita ketahui bahwa pasir di pantai itu
seragam, maka kita mengambil sampel yang sederhana saja sudah mencukupi,
tetapi seandainya kita mencurigai bahwa pasir itu seluruhnya tidak seragam, maka
kita akan mengambil sampel dari berbagai tempat yang berbeda-beda. Semuanya
ini dapat dicampurkan dan kita akan memperoleh sampel dalam sampel.

F. Metode berpikir reflective


Metode reflective thinking pada umumnya melalui 6 tahap, yaitu:

 Adanya kesadaran pada sesuatu permasalahan


Biasanya berpikir itu mulai berjalan apabila ada sesuatu hambatan atau kesulitan.
Dimulainya apabila kita mulai ingin tahu kepada sesuatu, atau apabila ada beberapa
permasalahan yang harus dipecahkan.
 Data yang diperoleh dan relevan yang harus dikumpulkan
Untuk masalah yang sederhana, data mungkin mudah diperolehnya, namun untuk
yang lainnya mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun
untuk menemukan data-data yang diperlukan. Fakta yang ingin kita peroleh
kadang-kadang kita temukan melaui penelitian yang seksama.
 Data yang terorganisasi
Yaitu yang telah disusun atau yang telah dihitung,dianalisis, diklasifikasi. Perlu
kiranya diadakan perbandingan dan perbedaannya, dan diusahakan agar data itu
mempunyai arti. Perhitungan, analisis, dan klasifikasi merupakan dasar metode
yang ilmiah.
 Formulasi hipotesis
Berbagai pemecahan masalah sementara mungkin akan terjadi pada ilmuwan pada
waktu memproses, meng analisis dan mengklasifikasi. Saran- saran atau perkiraan
yang mungkin timbul sewaktu si peneliti itu sedang menguji permasalahan atau
pokok soal yang ia sedang kerjakan. Ia akan memilih dari sekumpulan data yang ia
sedang kerjakan, suatu data yang sangat dekat probabilitasnya untuk di uji. Tidak
ada pembatasan dalam jumlah hipotesis yang ia rencanakan.
 Deduksi harus berasal dari hipotesis
Dalam mengambil kesimpulan prinsip logika formal akan membantu kita.
Matematika mungkin akan membantu kita untuk menemukan bentuk-bentuk
perumusan dan hubungannya, yang akan ditemukan dalam penelitian tersebut.
Contoh : seandainya A dan B itu benar, maka C pun harus benar. Hal ini mengarah
kepada langkah selanjutnya.
 Pembuktian kebenaran verifikasi

10
Setelah ditentukan dengan cara analisis deduktif, apapun akan benar seandainya
hipotesis itu benar, kemudian kita melihat apakah kondisi- kondisi lainnya sebagai
suatu kenyataan itu benar pula. Seandainya itu mengatakan benar maka hipotesis
kita telah dibuktikan kebenarannya. Proses pembuktian kebenaran ini dapat
dilakukan dengan mempergunakan media observasi, eksperimen, atau dengan
mengecek ketetapan pada hipotesis yang berhubungan dengan fakta yang kita
percayai akan kebenarannya. Seandainya sebuah hipotesis itu kita buang karena
tidak benar, kita kembali pada permulaan lagi dan memilih kembali hipotesis lain
dan diproses seperti semula lagi. Pengujian kebenaran atau verifikasi hanya akan
memberikan pada pendekatan kebenaran saja atau hanya akan memberi kepada kita
derajat probabilitasnya saja.

C. Unsur-Unsur Metode Ilmiah

Unsur-unsur metode sebagaimana telah dirumuskan oleh anton bakker dan achmad
charris zubair dalam buku metodologi penelitian filsafat (1994), antara lain
dijelaskan sebagai berikut:
1. Interpretasi
Artinya menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi yang tidak bersifat subjektif
(menurut selera orang yang menafsirkannya) melainkan harus bertumpu pada
evidensi objektif, untuk mencapai kebenaran yang otentik. Dengan interpretasi ini
diharapkan manusia dapat memperoleh pengertian, pemahaman atau verstehen.
Pada dasarnya interpretasi berarti tercapainya pemahaman yang benar mengenai
ekspresi manusiawi yang dipelajari.

2. Induksi dan deduksi

Dikatakan oleh Beerling, bahwa setiap ilmu terdapat penggunaan metode


induksi dan deduksi, munurut pengertian siklus empiris. Siklus empiris meliputi
beberapa tahapan, yakni: observasi, induksi, deduksi, kajian(eksperimentasi) dan
evaluasi. Tahapan itu pada dasarnya tidak berlaku secar berturut-turut, melainkan
terjadi sekaligus.
a. Induksi, adalah proses penalaran dari hal-hal yang bersifat khusus ke hal-hal yang
bersifat umum, induksi pada umumnya disebut generalisasi. Ilmu eksakta
mengumpulkan data yang jumlahnya tertentu, dan diatas dasar data itu disusun
suatu pengertian umum.
b. Deduktif , adalah proses penalaran dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang
bersifat khusus.

11
c. Lingkaran hermeneutic, sebenarnya istilah induksi, deduksi, tidak dapat dijelaskan
mana yang terjadi terlebih dahulu. Yang khusus dari semula dipahami akan
dilatarbelakangi oleh yang umum, seakan-akan yang umum telah diketahui
sebelumnya. Jadi antara deduksi dan induksi ada terdapat suatu lingkaran
hermeneutic, dari umum ke khusus, dan dari khusus ke umum.
d. Identifikasi, peneliti sendiri melebarkan horizon pribadi (pandangan pribadi secara
mendatar) dengan cara mengolah lingkaran pemahaman antara yang khusus dan
yang umum itu. Justru di dalam pemahaman transcendental ia dapat lebih
memahami diri. Oleh sebab itu peneliti kembali ke introspeksi dan melibatkan diri.
Sebaliknya, pemahaman akan diri sendiri memungkinkan ia untuk memahami
kenyataan yang lebih luas.

3. Korehensi intern
Yaitu usaha untuk memahami secara benar guna memperoleh hakikat
dengan menunjukkan semua unsure-unsur structural dilihat dalam suatu struktur
yang konsisten, sehingga benar-benar merupakan intern structur atau internal
relations. Dengan demikian akan terjadi suatu lingkaran pemahaman antara hakikat
menurut keseluruhannya dari satu pihak dan unsure-unsur dipihak lain.

4. Holistik
Tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai kebenaran secara utuh. Objek
dilihat interaksi dengan seluruh kenyataannya. Identitas objek akan terlihat bila ada
korelasi dan komunikasi dengan lingkungannya. Objek (manusia) hanya dapat
dipahami dengan mengamati seluruh kenyataan dalam hubungannya dengan
manusia, dan manusia sendiri dengan segalanya yang mencakup hubungan aksi
reaksi sesuai dengan tema zamannya. Pandangan menyeluruh ini juga disebut
totalisasi, semua dipandang dalam kesinambungannya dalam satu totalitas.

5. Kesinambungan historis
Jika ditinjau menurut perkembangannya, manusia itu adalah makhluk
historis karena ia berkembang dalam pengalaman dan pikiran bersama dengan
lingkungan zamannya.
6. Idealisasi
Penelitian berusaha untuk memahami kenyataan secara lebih
mendalam,karena yang tersembunyi dalam kenyataan a possible world atau dapat
juga dapat disebut a potential mode of human existence
(ricoeur,1982:16). Idealisasi merupakan proses untuk membuat ideal, artinya upaya
dalam penelitian untuk memperoleh hasil yang ideal atau yang sempurna .
7. Komparasi

12
Usaha untuk memperbandingkan sifat hakiki dalam objek penelitian
sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam. Justru perbandingan itu dapat
menentukan secara tegas kesamaan dan perbedaan sesuatu sehingga hakikat objek
dapat dipahami dengan semakin murni.
8. Heuristika
Metode untuk menemukan jalan baru secara ilmiah untuk memecahkan
masalah. Heuristika benar-benar dalam mengatur terjadinya pembaharuan ilmiah
dan sekurang-kurangnya dapat memberikan kaidah yang mengacu.
9. Analogikal
meneliti arti, nilai dan maksud yang diekspresikan dalam fakta dan data.
Dengan demikian, akan dilihat analogi antara situasi atau kasus yang lebih terbatas
dengan yang lebih luas.
10. Deskripsi
Seluruh hasil penelitian harus dapat dideskripsikan atau dibahasakan,ada
kesatuan mutlak antara bahasa dan pikiran seperti antara jiwa dan raga. Data yang
dieksplisitkan memungkinkan dapat dipahami secara mantap.

D. Alat-Alat Metode Ilmiah

Menurut Prof. Drs. Notonegoro dalam buku metodologi penelitian filsafat (1975)
ada 4 macam alat metodologi penelitian filsafat, yaitu:

1. Definisi
Suatu batasan mengenai masalah atau objek yang diselidiki,yang meliputi:

a. Objek material: yang menjadi lapangan penelitian


b. Objek formal: yang menjadi sudut tinjauan

Dalam menyusun definisi harus diperinci hal-hal yang akan dijadikan objek
penelitian, untuk itu perlu dibuat definisi secara pertingkat, yaitu:

a. definisi nominalis,yaitu membuat definisi menurut namanya, meliputi sifat-sifat yang


terdapat pada halnya namun belum sampai pada penggolongannya.

b. definisi realis,yaitu menafsirkan hal yang diselidiki menurut sifat-sifat dari halnya.
Dalam defines realis ini harus dibedakan sifat-sifat yang ada, yang meliputi:

1. Sifat yang kebetulan


2. Sifat yang tentu ada
3. Sifat yang mutlak harus ada

13
c. Definisi metal fisis,yaitu mengungkapkan esensi dari hal sesuatu sehingga
menjadikan kita menjadi lebih jelas

Pedoman dalam membuat definisi agar terhindar dari kesalahan

a. definisi itu harus tepat,yaitu sungguh-sungguh mengenai barang yang


bersangkutan atau yang dipersoalkan.

b. definisi harus terang,yaitu:

-hanya menggunakan perkataan-perkataan atau hal-hal yang sudah umum dan tidak
mendua arti.

-tidak menggunakan perkataan yang negative,misalkan: lingkaran itu bukan


segitiga

c. jangan menggunakan kata yang berlebihan

2. Pembagian

Sesuatu itu hanya dapat ditangkap dengan analisis yaitu ditentukan bagian-bagian
atau perinciannya dengan cara:
1. Dibagi secara fisis, yaitu hanya dapat dibagi-bagi sehingga merupakan barang
sesuatu yang lepas satu dari yang lain. Tetapi ada kalanya sesuatu tak dapat dibagi
ssecara fisis.
2. Dibagi secara potensial, yaitu hanya dapat dibagi dalam angan-angan .

Bagian yang satu terlepas dari yang lain, namun tetap mempunyai
fungsi,kemampuan meskipun secara fisis terpisah. Tujuan pembagian, tujuannya
yaitu untuk membuat bersahaja pengertian yang tersususn, namun kalau
disentesiskan kembali akan mempunyai pengertian yang lebih jelas.
Syarat-syarat pembagian:
1. Pembagian harus lengkap, artinya bagian bagian nya(fisis atau potensial)
merupakan wujud sesuatu sepenuhnya .
2. Masing-masing bagian betul-betul harus terpisah satu dengan yang lain. Batas-batas
fisis harus jelas, msalnya jika yang [otensial ialah batas kekuatan sumber-
sumbernya.
3. Pembagian harus teratur, bagian-bagian itu harus didasarkan atas suatu sudut
pandang yang sama, misalkan membagi benda berdasarkan bentuk atau warna nya.

14
4. Jangan sampai terlalu jauh kedalam bagian-bagian yang terkecil, karena dapat
menimbulkan kerumitan.
3. Pembuktian

Pada hakikatnya perjalanan penelitian adalah untuk menghasilkan


kebenaran kenyataan. Tujuan pembuktian ialah supaya setingkat demi setingkat
hasilnya secara pasti merupakan kebenaran kenyataan yang sesungguhnya, ada dua
hal yang dapat dijadikan bukti, yaitu:
a. Bukti a priori, ialah hal sesuatu jika dibandingkan dengan hasilnya merupakan
sebabnya.
b. Bukti a posteriori, ialah bukti yang adanya lebih kemudian dari pada yang
dibuktikan.

Bukti merupakan akibat atau untuk mendapat kesimpulan mengenai sebabnya


berdasarkan atas akibatnya. Macam-macam bukti yaitu:

a. Bukti langsung, yaitu yang dapat diterima akal. Misalnya, adanya kehendak untuk
merdeka adalah kehendak setiap manusia.
b. Bukti yang tidak langsung, yaitu bukti yang tidak secara langsung dapat di terima
oleh akal.

4. Metodologi

Dalam penelitian perlu adanya metode atau jalan, karena kebenaran itu
hanya dapat di peroleh dengan cara setapak demi setapak. Orang tidak akan dapat
melihat secara keseluruhan dengan satu cara pandang saja mulai dari atas sampai
bawah atau dari kiri kekanan. Panca indra pun perlu ditingkatkan sedemikian rupa
sebagaimana akal kita dalam memperoleh pengetahuan dah harus diberlakukan
setapak demi setapak. Dengan demikian bila telah tercapai hasilnya dalam ilmu
pengetahuan, itu merupakan urutan-urutan demonstrasi pembuktian tentang
kebenaran-kebenaran mulai dari asas-asasnya yang telah diketahui sedikit demi
sedikit untuk memperoleh pengetahuan tentang hal yang beum diketahui. Bagi
pengembangan pengetahuan yang bersifsat ilmiah perlu sekali dikewtahu pokok
pangkalnya, kemudian ketertiban perjalanannya. Jalannya itu harus berdasarkan
atutran-aturan, hukum-hukum yang memungkinkan orang berangkat dari yang
diketahu sampai pada yang tidak diketahui jadi hasil dari yang diketahui merupakan
kesimpulan ilmiah. dapat disimpulkan bahwa metode adalah jalan yang dipakai
untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah, jika jalan yang ditempuh dalam penelitian

15
tidak sampai pada suatu kesimpuan ilmiah hal itu tidak dapat dikatakan sebagai
metode.

E. Langkah-langkah metode ilmiah

Alur berpikir yang tercakup dalam metrode ilmiah dapat dijabarkan dalam
beberapa langka yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. kerangka
berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypotetico – verifikasi ini pada
dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perumusan masalah atau penentuan masalah


Merupakan mengenai objek empiris yang batasan-batasannya harus
jelas. Sebab tanpa kejelasan ini kita akan mengalami kesukaran dalam melangkah
kepada kegiatan berikutnya, hal-hal terpenting mengindentifikasi faktor-faktor di
dalamnya.
2. Perumusan kerangka masalah
Merupakan usaha untuk mendeskripsikan masalah dengan lebih jelas.
Pada langakah ini kiota mengidentifikasikan faktor-faktor yang terlibat dalam
masalah tersebut. Faktor-faktor tersebut membentuk suatu kerangka masalah yang
berwujud gejala yang sedang kita telaah. Kerangka berpikir ini disusun secara
rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenenarannya
dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
3. Perumusan dan pengajuan hipotesis
Merupakan usaha kita untuk memberikan jawaban, prenjelasan
sementara mengenai hubungan sebab akibat yang mengikat faktor-faktor yang
membentuk kerangka masalah tersebut. Hipotesis ini pada hakikatnya merupakan
hasil sesuatu penalaran induktif - deduktif, dengan mempergunakan pengetahuan
sudah kita ketahui kebenarannya.
4. Pengujian hipotesis
Merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis
yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang

16
mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Kalau fakta-fakta tersebut memang ada
dalam dunia empiris kita, maka dinyatakan bahwa hipotesis itu telah terbukti,
sebab di dukung oleh fakta-fakta yang nyata. Dalam hal hipotesis tidak terbukti,
maka hipotesis itu ditolak kebenarannya dan kita kembali mengajukan hipotesis
yang lain. Sampai saat kita menemukan hipotesis tertentu yang didukung oleh
fakta.
5. Penarikan Kesimpulan
Merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu
ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup
yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya sekiranya
dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis
maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi
bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni
mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah
sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran disini harus
ditafsirkan secara pragmatis artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta
yang menyatakan sebaliknya.

Keseluruhan langkah tersebut harus di tempuh agar sesuatu penelaahan


dapat diseebut ilmiah. meskipun langkah – langkah tersebut tersususun dalam
urutan yang teratur, dimana secara konseptual langkah yang satu merupakan
persapan bagi langkah yang lainnya namun dalam prakteknya sering terjadi
penyimpangan. Umpamanya saja dari langkah pertama melompat kelangkah
ketiga dan kembali kelangkah kedua lagi dan seterusnya langkah seperti ini
bersifat dinamis : langkah yang satu menjelaskan langkah-langkah yang lainnya.
Dengan jalan ini ditemukanlah pengetahuan-pengetahuan yang konsisten dengan
pengetahuan sebelumnya dan didukung oleh fakta-falkta di sekeliling kehidupan
kita.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder, dimulai ketika


manusia mengamati sesuatu. Tentu saja hal ini membawa kita kepada
pertanyaan lain; mengapa manusia mengamati sesuatu ? kalau kita telaah
lebih lanjut ternyata bahwa kita mulai mengamati objek tertentu kalau kita
mempunyai perhatian tertentu terhadap objek tersebut. Perhatian tersebut
dinamakan John Dewey sebagai suatu masalah atau kesukaran yang
dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kita yang
menimbulkan pertanyaan. Dan pertanyaan itu timbul disebabkan oleh
adanya kontak manusia dengan dunia empiris yang menimbulkan
berbagai ragam permasalahan. Dapat disimpulkan bahwa karena ada
masalahlah maka proses kegiatan berpikir dimualai, dan karena masalah
ini berasal dari dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan
pada pengamatan objek yang bersangkutan, yang bereksistensi dalam
dunia empiris pula. Dan karena bersifat empiris dan dari proses
pengamatan pula maka yang dikatakan diatas dapat pula dinamakan
pengetahuan ilmiah yang berasal dari pendekatan ilmiah.

B. SARAN

Pendekatan ilmiah merupakan hal yang penting dalam


merumuskan sebuah pengetahuan yang disebut ilmu. namun, mahasiswa
dan masyarakat terpelajar diharapkan untuk tidak juga mendewa-dewakan
pendekatan ilmiah dan melupakan pendekatan non ilmiah dikarenakan
kedua pendekatan tersebut saling melengkapi satu dengan yang lain
sehingga lahirlah sebuah ilmua yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sudarto. 1996. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada

Salam, Burhanudin. 2008. Pengantar Filsafat. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan

Salam, Burhanudin. 2003. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:


PT. Rineka Cipta

19

Anda mungkin juga menyukai