Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Pemilihan Metode Ilmiah yang Tepat dalam Menjawab Pertanyaan tentang Alam
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar-dasar sains
Yang diampu oleh Prof. Dr. H. Abdul Gofur, M.Si

Disusun oleh kelompok 3 :


1. Adilia Ramadhita Putri Prameswari (210312625304)
2. Ajeng Deviana (210312625231)
3. Anggun Widyaningrum Tulung (210312625300)
4. Muhammad Imam Taufiq (210312625270)
5. Raditya Daffa Alana Mahardika (210312625271)
6. Ringgit Riska Dewi (210312625269)
7. Syifa Fadilah (210312625250)

Program Studi S1 Matematika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
2021/2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “ Pemilihan Metode
Ilmiah yang Tepat dalam Menjawab Pertanyaan tentang Alam”

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar- dasar sains. Disamping
itu makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk sarana pembelajaran serta menambah wawasan bagi
pembacanya.

Makalah ini tentu mungkin tidak sempurna. Kami mengakui masih banyak kekurangan baik segi
metodelogi penulisan, isi, dan literatur makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca untuk bahan pertimbangan makalah.

Dengan ini, kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh terima kasih dan semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Malang, 8 Oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata metode diambil dari kata Yunani meta yang berarti “sesudah” dan hodos yang berarti “jalan”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), metode adalah cara kerja yang mempunyai sistem
dalam memudahkan pelaksanaan dari suatu kegiatan guna mencapai sebuah tujuan tertentu. Sedangkan,
kata ilmiah adalah bersifat ilmu. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode ilmiah merupakan metode yang
objektif dalam pencarian pengetahuan manusia tanpa disertai tujuan-tujuan tertentu.
Objek alam ialah teka-teki yang sedikit demi sedikit dipisahkan manusia dengan kegiatannya
meneliti melalui pengamatan dan analisis. Selain itu, dengan kreativitasnya setiap ilmu mempunyai
tujuan dan bahasan tersendiri. Hubungan manusia dan alam tidak dapat dipisahkan. Pengetahuan
manusia tentang alam sering berujung kebingungan yang mengakibatkan pertanyaan-pertanyaan. Oleh
karena itu, metode ilmiah diperlukan untuk membantu memcahkan masalah dengan bukti dan penalaran
yang memuaskan. Maka dalam makalah ini akan dijelaskan pemilihan metode ilmiah yang tepat guna
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang alam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode?
2. Apa itu metode abduksi, deduksi dan induksi dalam sains?
3. Bagaimana metode statistika dalam sains?
4. Apa saja aliran-aliran ilmiah?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mnjelaskan definisi dari metode
2. Untuk mengetahui metode yang tepat untuk menjawab pertanyaan tentang alam
3. Untuk mengetahui metode statistika dalam sains
4. Untuk mengetahui aliran-aliran ilmiah
BAB II
ISI

1. Metode Ilmiah
Metode Ilmiah merupakan prosedur yang mencakup penalaran ilmiah berupa pemikiran dan disertai
tindakan, pola kerja yang empiris dan prosedur pengujian yang dipilih secara terstruktur. Misal para
ilmuwan melakukan penelitian pengamatan untuk menjelaskan fenomena-fenomena alam. Penelitian
ini diuji berdasarkan hipotesis dengan melakukan beberapa eksperimen. Dalam eksperimen ini pasti
terdapat 2 kemungkinan antara gagal atau berhasil. Jika suatu hipotesis ini lolos diuji berkali-kali maka
muncullah sebagai teori ilmiah.
Unsur Metode ilmiah :
1. Karakterisasi (pengamatan)
2. Hipotesis (penjelasan teoritis berdasarkan hasil penelitian)
3. Prediksi (dugaan secara logis dari hipotesis)
4. Eksperimen (pengujian dalam penelitian)
Langkah langkah metode ilmiah agar mendapat hasil yang akurat
1. Merumuskan masalah
2. Merumuskan hipotesis
3. Merancang penelitian
4. Melakukan penelitian
5. Menganalisis data yang telah dikumpulkan
6. Evaluasi dan pengulangan
7. Laporan hasil

2. Metode Abduksi
Nilai Teoritis metode abduksi:
1. Menghasilkan proposisi yang bersifat universal
2. Dibentuk dengan imajinasi, bukan penalaran kritis
3. Ilmu pengetahuan berusaha menangkap orisinalitas realitas
4. Intertretatif, cara pandang ilmuwan terhadap fakta dan pengalaman
Metode abduksi ini terutama dibahas oleh Charles S. Peirce. Charles S. Peirce adalah seorang filsuf,
ahli matematika, ilmuwan pragmatis dari Amerika. Beliau membuat kontribusi besar untuk logika dan
ilmu pengetahuan. Belia juga merupakan orang yang mengembangkan tiga bentuk dasar metode
berpikir ilmiah yaitu induksi, deduksi, dan abduksi. Awal mula Peirce menganggap bahwa dalam
abduksi yang perlu diperhatikan adalah proposisi mengenai suatu hukum, proposisi mengenai suatu
kasus, dan proposisi mengenai suatu kesimpulan. Namun seiring berjalannya waktu, Peirce sadar bahwa
abduksi bukan sekedar bentuk logis, tetapi merupakan tahap awal penelitian ilmiah dan abduksi
merupakan bentuk silogisme yang berawal dari suatu kasus atau peristiwa. Dalam pemikiran Peirce
tergambar jelas bahwa hipotesis mendapat peran utama dalam kegiatan berpikir tentang suatu objek.
Menurut Peirce, abduksi tidak hanya sekedar suatu bentuk logis bahkan abduksi ini merupakan tahap
yang pertama dari tahap tahap ilmiah yang lainya dalam penelitian ilmiah. Minat ilmuwan dalam
penelitian adalah keraguan dan keheranan terhadap fakta atau peristiwa, yang kemudian para ilmuwan
akhirnya melakukan penelitian untuk mendapat penjelasan dan hipotesis.

3. Metode Deduksi
Deduksi merupakan bentuk silogisme dari proposisi dan menjadi dasar hipotesis. Setelah hipotesis
dirumuskan maka dilakukan langkah untuk bisa menentukan apakah dugaan tersebut benar disebut
dengan langkah deduksi. Jika dirumuskan dalam bentuk formalnya, sebagai berikut :
Premis : M – P
S–M
Konklusi : S – P
Tugas ilmuwan yaitu membuat hipotesis semudah dan sesederhana mungkin karena hipotesis akan
berfungsi sebagai premis minor. Yang kebenaran dari konklusi adalah sangat tergantung pada kebenaran
premis minornya yang hipotesisnya yang akan dibuktikan. Proses deduksi adalah proses jika-maka.
Untuk melakukan pembuktian hal ini tidak mudah dalam dunia sains. Karena untuk membuktikannya
dimulai rangkaian percobaan yang sederhana sampai yang rumit untuk sekedar meyakinkan bahwa
hipotesisnya benar. Dalam beberapa peristiwa ilmuwan harus menunggu fenomena baru yang terjadi di
alam untuk memperkuat dugaan tersebut. Hal ini wajar terjadi karena suatu penemuan besar biasanya
merupakan hasil kerja berabad-abad bersama ilmuwan satu dengan yang lainnya secara turun-temurun.
Oleh karena itu, dokumentasi hasil penelitian sangat diperlukan supaya ilmuwan di masa
mendatang tidak lagi mengulangi percobaan yang sama tetapi bertumpu pada data yang ada sepanjang
data itu logis sehingga mengurangi pemborosan waktu dan energi. Kerja duplikasi untuk memperkuat
data memang bertujuan baik, tetapi tidak harus dilakukan atau dilakukan dengan tidak sengaja, yang
disebabkan karena ketidaktahuan peneliti akan hasil yang sama dan telah didapat oleh peneliti lain di
tempat lain. Publikasi sangat penting untuk komunikasi antar ilmuwan.

4. Metode Induksi
Dalam proses induksi dimulai dari fenomena tunggal dan fakta yang ada untuk ditarik kesimpulan
umumnya dan dapat dinyatakan berlaku secara umum. Dalam perjalanan sejarah sains, induksi
dilakukan di awal perkembangan sains. Terutama pada klasifikasi materi di alam baik itu tumbuhan,
hewan, juga proses, yang telah dilakukan dan digunakan sampai sekarang. Misalnya klasifikasi linneus
yaitu dalam memberikan kelas-kelas hipotesis pada dunia botani yang sampai sekarang sangat
membantu para ahli dalam kerja mereka. Urutan klasifikasi seperti famili, genus, spesies, yang semakin
mengecil menuju ke kursusan juga merupakan hasil analisis dan evaluasi yang lama dan sangat berguna.
Induksi juga mengandung jika-maka tetapi berbeda dengan metode deduksi. Jika terdapat fakta baru
terjadi deduksi, tetapi tetap dalam kerangka pengambilan kesimpulan induksi. Dari proses induksi
ditarik kesimpulan sementara, dan dalam sains mempelajari objek alam dengan objektif. Kebenaran
bersifatnya luas sampai ditemukan pembatas logika lainnya dengan memperhatikan fakta dan fenomena
yang baru ditemukan. Demikianlah ilmu pengetahuan akan terus berkembang.
Hipotesis yang bersifat sementara ini tidak dapat di absolutkan karena tidak pernah tahu apakah
fakta yang digunakan untuk mendukung kesimpulan itu sudah cukup atau belum untuk menyatakan
generalisasi. Fenomena ini disebut dengan anomali.

• Rambu-Rambu dalam Metode Induksi


a. Bebas dari spekulasi awal (anggapan, dugaan, harapan, asumsi) untuk membeli untuk
membebaskan penampakan objek dari pikiran subjek yang mengamati.
b. Perhatikan dan catat fakta yang kontradiktif selanjutnya cari apa yang menyimpang dan tidak
disangka-sangka.
c. Adakan evaluasi setelah pengumpulan dan pencatatan fakta. Buatlah klasifikasi, analisis,
setelah itu rumusan dan kesimpulan.
d. Dalam proses induksi, sifat sementara senantiasa ada dalam pikiran karena pada kenyataannya
kita tidak pernah merasa cukup dalam hal pengumpulan data yang menunjang kesimpulan.

• Manfaat Metode Induksi


a. Fakta dilihat dengan objektif, diusahakan tidak bersifat subjektif, dan menjauhkan subjektivitas
pengamat. Hasil akhir harus mengumpulkan fakta apa adanya dan kebenaran bersifat objektif.
b. Sifat dan kegiatan ilmiah tidak menjadi semacam ideologi karena ideologi dalam praktik
cenderung fanatik dan ingin menang sendiri

• Kelemahan Metode Induksi


a. Fakta yang diamati tidak lepas dari persepsi manusia.
b. Fakta tidak tampil sebagai fakta saja tetapi memerlukan proses lebih lanjut
c. Metode induksi tidak pernah lengkap

• Langkah-Langkah Terpenting Metode Induksi


a. Pahami situasi masalah untuk tujuan identifikasi.
b. Ajukan hipotesis.
c. Telitilah hipotesis.
d. Lakukan analisis data setelah itu lakukan pengujian hipotesis untuk menentukan dugaan awal
terbukti atau hipotesis harus ditolak.

• Akar Kesalahan Penarikan Kesimpulan


Kelemahan metode induksi dapat digunakan untuk menyelesaikan akar kesalahan dalam menarik
kesimpulan. Induksi naif adalah salah satunya yaitu jika kita tidak memiliki cukup pertanyaan
untuk menarik generalisasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan :
a. Jumlah pertanyaan berasal dari pengamatan harus banyak
b. Pengamatan harus diulangi dalam kondisi yang tidak sama.
c. Tidak boleh ada pertanyaan yang berdasarkan pengamatan, tetapi bertentangan dengan hukum
universal.
5. Metode Statistika

Suatu cara berpikir dalam memproses data dan menarik kesimpulannya atas suatu dasar yang lebih
kualitatif disebut statistika. Statistika diperlukan dalam metode induksi tetapi tidak untuk metode
deduksi, karena dalam metode deduksi seperti matematika tidak diperlukan adanya pengujian hipotesis
seperti yang dilakukan dalam metode induksi yang membutuhkan perlakuan empiris. Dari metodenya
induksi penarikan suatu kesimpulan adalah bersifat umum sehingga faktanya tidak dapat diketahui
kontribusinya sehingga kesimpulannya hanya berdasarkan dugaan dan metode statistika saja.

Tingkat ketelitian dalam suatu penelitian dapat terjaga dengan adanya kesimpulan umum ini, karena
kesimpulan umum ini diteliti dari sampelnya. Sehingga dalam hal ini cukup untuk menjaga sifat alamiah
(empiris) sebuah objek yang sedang diteliti dan tidak tergantung pada fasilitas subjek yang
menyelidikinya.

Dengan metode statistika ini menjadikan para ilmuwan untuk tidak menarik kesimpulan yang
bersifat mutlak, tetapi hanya meyakinkan dengan diberikannya data kuantitatif serta besaran statistik itu
sendiri. Suatu data yang berada dalam kelompoknya dapat diketahui hubungannya dengan statistika,
yaitu dengan korelasi untuk menguji ada dan tidaknya hubungan data dalam suatu kelompok yang dilihat
dari 2 arah variabel dan regresi yang merupakan suatu metode untuk melihat faktor yang diteliti apakah
memengaruhi fenomena yang diamati dengan menguji seberapa jauh variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen setelah diketahui hubungan antara variabel tersebut. misalnya pada
pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman dengan faktor cahaya yang berbeda yaitu dalam keadaan
gelap atau terang, dalam hal ini dapat dibandingkan hasilnya dengan statistika bahwa perbedaan cahaya
matahari tersebut mengakibatkan perbedaan panjang tumbuhan, ukuran, lebar daun, dll. Sehingga dalam
pengamatan ini dapat ditarik kesimpulan dengan aspek kuantitatif bukan hanya sekedar suatu
pernyataan.

Metode statistik ini juga menjadikan suatu penelitian atau pengamatan dapat dipercaya karena
penelitian ini dilakukan secara makro dan dikuantitasi. Akan tetapi dalam metode statistika diperlukan
suatu kecermatan dalam hal meneliti karena dalam skala makro ini diberikan suatu kondisi tertentu
sehingga satu atau dua perlakuan saja yang dapat diulang sudah dapat diterima sebagai akibat dari suatu
perlakuan itu sendiri.

Metode statistik ini akan dianggap perlu dalam suatu penelitian jika penelitian tersebut dilakukan
secara kuantitatif. Suatu kesimpulan secara umum dapat dijadikan kesimpulan dalam skala luas dengan
menggunakan metode statistik. Misalnya seorang peneliti ingin meneliti dampak dari perokok aktif di
beberap Provinsi di Indonesia, tetapi peneliti ini ingin menarik kesimpulan dari seluruh Indonesia, maka
metode statistik dalan hal ini sangat diperlukan untuk generalisasi kesimpulan.

Penelitian lain yang memerlukan metode statistik adalah penelitian sosial karena gejala sosial dalam
suatu masyarakat sangatlah banyak begitu juga dengan faktornya. Dengan metode statistik ini kebenaran
yang didapatkan sangat jauh dari kepastian akan tetapi mendekati kebenaran secara kuantitatif. Dalam
penelitian sosial teknik pengambilan sampel harus memperhatikan aspek representasi, karena dalam
populasinya belum tentu semua bersifat homogen.
Ada juga penelitian yang tidak memerlukan metode statistik, yaitu penelitian dalam skala mikro.
Dalam skala mikro ini terdapat parameter yang mempengaruhi penelitian dalam skala ini dan dapat
dikendalikan dengan baik. Contohnya adalah pada perbedaan pemberian makanan tertentu pada kucing,
ada banyak sekali parameter lain yang memengaruhi penelitian ini, seperti jenis atau kelompok kucing,
jenis makanan kucing, dll sehingga dibutuhkan suatu pernyataan terkait tingkat kepercayaan.

Pada awal perkembangan sains diperlukannya metode statistik ini belum terlalu banyak akan tetapi
sudah digunakan untuk memilah mana fakta yang berarti dan mana fakta yang tidak berarti, karena
perbedaan ini sangat bermakna untuk menemukan beberapa penyimpangan. Dalam sains modern banyak
statistik yang digunakan karena keadaan yang semakin berkembang seperti digunakan untuk
pengumpulan, pengolahan, analisi data dalam suatu perusahaan. Akan tetapi dalam analisis ini sering
terjadi penyimpangan karena kesalahan dalam menggunakan metode statistik tersebut.

Penelitian yang tidak menggunakan metode statistik ini memiliki kekurangan seperti tidak dapat
menarik kesimpulan secara luas, hasil penelitian nya terbatas pada variabel yang diteliti saja dan bahkan
dianggap kurang valid, karena tidak menggunakan kuantitatif dan menghitung ketepatan estimasi
berdasarkan distribusi probabilitas.

6. Aliran-aliran Ilmiah
a) Rasionalisme

Aliran rasionalisme adalah aliran yang mengutamakan akal Budi untuk mencapai pengetahuan
sejati. Akal budii ini disebut dengan rasio sehingga aliran ini disebut Rasionalisme. Kepastian tertinggi
menurut kepastian ini adalah ketika kepastian itu dapat dicapai dengan akal budi. Sehingga informasi
yang hanya kita lihat, dengar, ataupun rasakan tidak cukup untuk menyatakan suatu kebenaran dalam
aliran ini, dalam artian lain kita boleh meragukan informasi yang kita dapat dengan pancaindra kita.

Aliran rasionalisme ini memanglah rumit, tetapi aliran ini sangat berguna dalam pengambilan
keputusan yang melibatkan kepentingan banyak orang dan juga pengambilan keputusan secara sadar,
karena dengan akal budi artinya kita berpikir jadi keputusan itu diambil secara sadar.

Pada zaman yunani Plato memastikan bahwa pengetahuan yang pasti hanya ada di dunia dimana
pengetahuan ini tidak berubah, tunggal (unique) dan memiliki sifat kekal atau abadi. Sedangkan
Descartes yang menganut aliran skeptisisme hanya meragukan tetapi tidak sampai tidak percaya.
Menurutnya, jika belum ada suatu kepastian yang benar-benar pasti maka kita harus meragukan hal
tersebut, dimana dari keraguan ini akan mengakibatkan kita berpikir sampai akhirnya akal kita dapat
menarik suatu kesimpulan kepastian itu.

Sebenarnya keraguan terkait hal ini hanya merupakan sarana untuk berpikir, dengan kita
meragukan suatu hal maka akal kita akan tergerakbuntuk mencari tahu kebenaran dari hal yang kita
ragukan tadi. Dengan kata lain, jika kita meragukan suatu hal, sebenarnya vsaat itu juga sedang berpikir,
dimana berpikir ini adalah aktivitas pokok yang pasti dan tidak mungkin tidak dilakukan oleh manusia.

Paham rasionalisme ini sangatlah mengandalkan rasio serta berpegang teguh pada pola pikkr atau
selalu bermain dengan logika. Dengan menggunakan logika, konsep yang universal sudah harus
diketahui kebenarannya sehingga akan menghasilkan kebenaran baru yang aktual dan mengandung
fakta khusus. Rasio sendiri tidak terlalu mempercayai kebenaran yang didapat dengan pancaindra
sehingga data yang dihasilkan hanya dengan sarana pancaindra ini sering sekali tidak diakui
kebenarannya. Saat kita menemukan suatu hal baru, pikiran atau akalbudi kita akan otomatis tergerak
untuk mencari kesimpulan dari hal baru tersebut. Pengetahuan yang didapat dengan aliran rasionalisme
ini dikatakan sulit berkembang karena merupakan hasil pemikiran sendiri, karena dengan demikian
manusia selaku pemikir hanya akan fokus tertuju kepada pemikirannya saja tanpa memerhatikan faktor-
faktor luar yang terus berkembang, sehingga hasil dari pemikiran ini hanya dengan skala lingkup kecil
karena pemikiran manusia hanya terbatas itu itu saja dan tidak dapat digali lebih dalam oleh pikiran
manusia jika tanpa bantuan pancaindra.

b) Empirisme

Aliran empirisme ini meyakini bahwa pengalaman manusialah yang merupakan sumber
pengetahuan. Pengalaman tang bersifat benar dan mengandung fakta. Pengalaman ini dapat didapat
dari pancaindra, sehingga aliran empirisme meyakini bahwa sumber pengetahuan yang didapat dari
pengalaman dengan pancaindra itulah yang bisa dipercaya. Data dan aliran empirisme ini adalah hal-
hal yang ditangkap oleh panca indera itu sendiri. Kedua aliran ilmiah ini pada hakikatnya adalah untuk
menentang aliran skeptis yang tidak percaya akan pengetahuan sama sekali, Hanya saja kedua aliran
ini adalah cara dan arah menentangnya.

Kaum empirisme sangatlah mempercayai bahwa sumber pengetahuan yang akurat adalah
pengalaman, karena banyak dan sering terbukti bahwa suatu ide atau konsep akan suatu hal yang benar
jika ide atau konsep tersebut bersumber pada pengalaman dan pengamatan pancaindra.

Terdapat 3 prinsip dalam aliran empirisme ini, antara lain :

• Suatu pernyataan ini disimpulkan dari suatu pengalaman yang sudah diolah di dalam otak atau
pikiran pengamat.
• Tidak timbulnya suatu ide tanpa adanya pengamatan terhadap suatu objek.
• Akal atau pikiran manusia dalam empirisme ini akan mengacu pada realitas dalam bentuk suatu
pengalaman.

Tokoh aliran empirisme ini adalah John Locke dan David Hume. John Locke sendiri berpendapat
bahwa pengetahuan akan dihasilkan jika terjadi kerjasama antara objek yang diamati dengan pengamat,
sehingga dalam pembentukan pengetahuannya pengamatan manusia ini dibantu oleh pancaindera serta
tidak terlepas dari sarana berpikir, dengan kata lain John Locke tidak secara langsung menolak aliran
rasionalisme. David Hume sendiri merupakan tokoh yang meneruskan aliran empirisme yang dibawa
John Locke. Hanya saja David Hume memiliki pemahaman sendiri terkait empirisme ini, yaitu
menurutnya manusia akan memahami suatu hal secara sendiri, dan pemahaman ini dipengaruhi oleh
naluri alamiah manusia itu sendiri. David Hume sendiri juga tidak menolak sepenuhnya dengan aliran
rasionalisme. Karena menurutnya dengan aliran rasionalisme ini akan berguna dalam mendapatkan
suatu ide atau konsep. Dimana pikiran ini sangat membantu untuk mengembangkan serta mengolah ide
yang sederhana menjadi ide yang lebih kompleks.
Dalam pengolahan ide yang sederhana menjadi ide yang lebih kompleks didasarkan dengan suatu
keterkaitan tertentu. Keterkaitan ini terdiri dari 3 prinsip dasar, antara lain :

a. Prinsip kemiripan

Dalam prinsip kemiripan ini pikiran kita akan menghasilkan objek yang mirip dengan apa yang
kita lihat, misalnya saat kita melihat kucing persia, maka pikiran kita akan menghadirkan
pikiran kucing-kucing yang lain, sehingga kita dapat mengelompokkan jenis-jenis kucing
tersebut.

b. Prinsip Kontinuitas

Dalam prinsip ini, saat kita melihat suatu objek maka yang ada di pikiran kita adalah peristiwa-
peristiwa yang berkaitan dengan objek tersebut. Misalnya saat kita melihat candi Borobudur,
maka kita akan mengingat sejarah terkait bagaimana candi Borobudur ini dibangun, sebab latar
belakamg apakah sehingga candi Borobudur ini dibangun dll.

c. Prinsip Sebab Akibat

Prinsip ini akan membuat manusia berpikir dengan urutan alur suatu peristiwa atau kejadian
sehingga melahirkan suatu pernyataan, kemudian dari pernyataan ini akan lahir suatu hipotesis.
Dari hipotesis maka kesimpulan akan bisa diambil dengan sarana melakukan eksperimen untuk
mengetahui kebenaran yang sebenarnya. Dan dari sinilah suatu pengetahuan dapat terbentuk,
sehingga suatu objek dapat dikatakan bersebab akibat apabila antara satu objek dengan objek
lainnya saling berkaitan peristiwa. Pengetahuan yang didapat atau diketahui dari pengalaman
ini disebut aposteriori.

Pada intinya, aliran empirisme ini lebih mengacu kepada pengalaman dan pengetahuan
aposteriori sedangkan aliran rasionalisme menekankan metode deduksi dan apriori.

c) Sintesis Rasionalisme dan Empirisme

Sintesis rasionalisme dan empirisme ini mengakibatkan dampak yang sangat luas sehingga dapat
menyadarkan manusia terkait kelebihan dan kekurangan aliran rasionalisme baik aliran empirisme.
Pada dasarnya dua aliran ini adalah sama, tetapi kreativitas manusia itu sendiri yyang membedakan
bagaimana suatu pengetahuan dapat terbentuk. Jika kedua aliran ini digabung maka pengetahuan akan
dapat dieksplorasi lebih dalam lagi agar kedua aliran ini saling melengkapi. Dari hal ini muncullah
pemikiran para ilmuwan untuk menggabungkan kedua aliran ini, salah satunya adalah Immanuel Kant.
Dia menyatakan bahwa ketika dia melihat dunia maka dia juga akan melihat dunia yang sama didalam
pikirannya.

Sebenarnya setiap manusia dalam mengumpulkan obejknya memiliki pemikiran tersendiri yang
didasarkan dalam pengalamannya. Misalnya, saat melihat garis lengkung maka mahasiswa matematika
akan berpikir bahwa garis tersebut berbentuk seperti kurva yang dihasilkan dari persamaan atau fungsi
tertentu, sedangkan mahasiswa seni maupun desain saat melihat garis lengkung itu maka akan muncul
pemikiran apa yang bisa mereka buat dari garis lengkung tersebut.

Hal penting yang dibutuhkan dalam kedua aliran-aliran tersebut tidak lain adalah kesadaran.
Dengan kesadaran ilmuwan akan terbantu untuk menentukan langkah dalam mengambil suatu
keputusan yang penting. Kaum empirisme harus berpikir untuk dapat menarik kesimpulan dari objek
yang dilihatnya, begitu pula kaum rasionalisme mereka tidak akan mungkin terus menerus berpikir
karena pemikiran atau akal budi nanusia hanya terbatas lingkuo itu saja. Sehingga perlu adanya
pengalaman agar dapat mengembangkan pola pikir manusia tersebut. Misalnya dalam suatu
pemrograman komputer, jika hanya kaum empiris saja yang menyelesaikan maka program tersebut
tidak akan berjalan lancar karena membutuhkan akal budi yang spesifik. Sehingga kerjasama anta
kedua aliran ini sangat diperlukan. Kerja sama seperti ini disebut kompleksologi,yaitu pengembangan
ilmu ilmu dasar untuk menirukan sistem di alam. Di dalam dunia ini kita harus menjadi serumpun agar
informasi yang kita peroleh lebih kompleks.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metode Ilmiah merupakan metode yang objektif dalam pencarian pengetahuan manusia tanpa
disertai tujuan-tujuan tertentu. Metode Abduksi merupakan tahap pertama dari tahap-tahap ilmiah lainnya
dalam penelitian ilmiah. Selanjutnya, metode deduksi adakah bentuk silogisme dari proposisi dan menjadi
dasar hipotesis. Sedangkan, metode induksi adalah cara berpikir berdasarkan rumusan teori khusus.
Metode statistika dalam sains menjadikan para ilmuwan untuk tidak menarik kesimpulan yang bersifat
mutlak, namun hanya meyakinkan melalui data kuantitatif. Dalam sains modern banyak statistik yang
digunakan karena keadaan yang semakin berkembang seperti digunakan untuk pengumpulan, pengolahan,
analisis data dalam suatu perusahaan.

Aliran-aliran Ilmiah dibagi menjadi 3 diantaranya :

1. Rasionalisme, mengutamakan akal budi untuk mencapai pengetahuan. Jadi, informasi yang hanya
kita lihat, dengar, ataupun rasakan tidak cukup untuk menyatakan kebenaran. Diperlukan akal budi
untuk menggapai kebenaran yang dicari.
2. Empirisme, menjadikan pengalaman manusia sebagai ssumber pengetahuan. Pengalaman ini dapat
dilihat dari pancaindra. Mereka memercayai bahwa sumber pengetahuan yang akurat adalah
pengalaman, karena banyak dan sering terbukti bahwa suatu ide atau konsep akan suatu hal yang
benar jika ide atau konsep tersebut bersumber pada pengalaman dan pengamatan pancaindra.
3. Sintesis Rasionalisme dan Empirisme, mengakibatkan dampak yang sangat luas sehingga dapat
menyadarkan manusia terkait kelebihan dan kekurangan aliran rasionalisme bauik aliran
empirisme.

3.2 Saran

Metode memudahkan kita dalam mengamati suatu objek. Namun, setiap metode memiliki kelemahan dan
kelebihan sehingga kita patut untuk memilah mana yang paling tepat dengan yang ingin kita gunakan.
Penggunaannya dapat disesuaikan sesuai kebutuhan yang diperlukan.
RUJUKAN

https://www.academia.edu/15887127/Metode_Berpikir_Abduksi_Inference_by_The_Best_Explanation_
Charles_Sanders_Peirce_
Wonorahardjo, Surjani. 2020. Dasar - Dasar Sains, Membangun Masyarakat Sadar Sains.
Yogyakarta : Andi

Anwar,Hidayat. 2012. Korelasi Regresi https://www.statistikian.com/2012/08/korelasi.html


Randy, Aulia. 2015. Manfaat statistika dalam hasil analisis penelitian
https://www.globalstatistik.com/manfaat-statistika-dalam-analisis-hasil-penelitian/amp/

Anda mungkin juga menyukai