Anda di halaman 1dari 75

SOAL UTS

PENDIDIKAN IPA LANJUTAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan IPA Lanjutan


Dosen Pengampu: Dr. Sudarto, M.Pd

Di susun Oleh:
WIRDA WINANDA
200407561079
96 PIL

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSIAS NEGERI MAKASSAR
2023
1. LANGKAH-LANGKAH METODE ILMIAH
Saat ingin memecahkan sebuah masalah, peneliti menggunakan metode ilmiah
untuk mencari jalan keluar dari suatu permasalahan dalam lingkup ilmu
pengetahuan. Metode ilmiah atau scientific method merupakan serangkaian cara
atau metode yang mengacu pada urutan yang pasti dan terstruktur. Mudahnya,
metode ilmiah ini menjadi rangkaian yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan
pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisik. Berikut merupakan langkah-
langkah dalam melakukan metode ilmiah:
a. Merumuskan Masalah
Pertama-tama, yang harus dilakukan adalah merumuskan masalah, yakni segala
persoalan yang ingin dipecahkan dan yang menarik untuk diketahui
kebenarannya.
Masalah penelitian umumnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang
berkaitan dengan objek penelitian seperti apa, bagaimana, mengapa, kapan, dan
sebagainya. Semakin spesifik rumusan masalah, maka semakin mempermudah
untuk melakukan penelitian ke depannya.
b. Merumuskan Hipotesis
Setelah menyusun rumusan masalah, langkah selanjutnya yang bisa di lakukan
adalah merumuskan hipotesis. Secara definisi, hipotesis sendiri merupakan
dugaan jawaban sementara atas rumusan masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya. Dugaan jawaban ini nantinya akan dibuktikan kebenarannya
melalui hasil analisa data yang diperoleh. Pada dasarnya, terdapat dua jenis
hipotesis, antara lain:
- Hipotesis Nol (Ho), yakni dugaan sementara yang menyatakan tidak ada
pengaruh. Seperti contoh, “Tidak ada pengaruh antara X terhadap Y.”
- Hipotesis Alternatif (Ha), yakni dugaan sementara yang menyatakan ada
pengaruh. Seperti contoh, “Ada pengaruh antara X terhadap Y.”
c. Merancang Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, kita harus merancang penelitiannya secara jelas
terlebih dahulu. Mulai dari mempersiapkan alat dan bahan, menentukan data
yang akan dikumpulkan, serta teknik pengumpulan data yang dilakukan.
perlu diketahui pula bahwa dalam melakukan penelitian, ada tiga jenis variabel
yang biasa digunakan, yakni:
- Variabel bebas, yakni variabel yang menyebabkan perubahan pada variabel
terikat.
- Variabel terikat, yakni variabel yang menerima perubahan dari variabel
bebas.
- Variabel kontrol, yakni variabel yang sengaja dibuat tetap agar tidak
memberikan pengaruh terhadap variabel lainnya.
d. Melakukan Eksperimen
Dalam rangka untuk menguji hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, maka
perlu dilakukan eksperimen atau percobaan. Pelaksanaan eksperimen dapat
dilakukan melalui observasi, survei, ataupun dalam laboratorium.
Dari tahapan eksperimen inilah kemudian akan menghasilkan data yang
nantinya dapat diolah dan dianalisis. Hasil pengolahan data tersebut akan
menunjukkan apakah hipotesis yang telah dirumuskan sesuai dengan hasil
eksperimen atau tidak. Data-data ini akan bersifat objektif tanpa adanya
pengaruh dari subjektivitas ilmuwan peneliti.
e. Mengolah dan Menganalisis Data
Data yang diperoleh dapat berupa data kuantitatif atau kualitatif. Para peneliti
umumnya mencatat data-data yang diperoleh ke dalam bentuk tabel, grafik,
ataupun diagram untuk memudahkan analisis. Saat mengolah dan menganalisis
data, para peneliti biasanya menggunakan dasar teori yang menjadi rujukan agar
hasil penelitian semakin mendalam.
f. Menarik Kesimpulan
Setelah menganalisis data, maka peneliti pun akan mengetahui apakah hipotesis
yang dipaparkan sebelumnya diterima atau tidak. Dikatakan hipotesis diterima
apabila hasil data sesuai dengan pernyataan hipotesis, sedangkan tidak diterima
jika hipotesis tidak sesuai dengan hasil data. Secara singkat, berikut hasil
eksperimen yang mungkin terjadi:
- Menerima hipotesis nol (Ho), menolak hipotesis alternatif (Ha) yang berarti
“tidak ada pengaruh”
- Menerima hipotesis alternatif (Ha), menolak hipotesis nol (Ho) yang berarti
“ada pengaruh”
g. Melaporkan Hasil Penelitian
Langkah terakhir dalam metode ilmiah adalah mengomunikasikan dan
mempublikasikan hasil penelitian yang telah ditulis secara lengkap kepada
orang lain. Tujuan dilakukan publikasi hasil penelitian adalah agar pihak lain
mengetahui hasil eksperimen. Selain itu, peneliti lain juga bisa meneliti ulang
tapi menawarkan kebaruan. Misalnya menambah variabel lain.
2. CONTOH PENERAPAN METODE ILMIAH BESERTA ARTIKELNYA

PENTINGNYA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

Abstrak
Pelajaran IPA di SD merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang gejala-gejala
alam melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah, sikap ilmiah, dan
hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting
berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Pembelajaran IPA harus
dilakukan dengan cara yang benar dan mendalam sehingga mata pelajaran IPA yang
kita pahami menjadi suatu yang berguna untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Pembelajaran IPA harus terjadi proses sains, menghasilkan produk sains dengan
melakukan eksperimen/percobaan dan terbentuknya sikap ilmiah. Pembelajaran IPA di
SD harus didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini
dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada
metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan
analisis rasional.
Kata kunci: IPA, SD

Abstract
Science lessons in elementary school are subjects that study natural phenomena
through a series of processes known as scientific processes, scientific attitudes, and the
results are realized as scientific products composed of the three most important
components in the form of concepts, principles, and theories that apply universally.
Science learning must be done in a correct and in-depth way so that the science
subjects that we understand become something useful for us to do in our daily lives.
Science learning must occur the process of science, produce science products by
conducting experiments/trials and the formation of scientific attitudes. Science learning
in elementary school must be based on an empirical approach with the assumption that
this universe can be studied, understood, and explained which does not solely depend
on the causality method but through certain processes, such as observation,
experimentation, and rational analysis.
Keywords: Science, Elementary School
1. Pendahuluan
Pelajaran IPA di SD merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang
gejala-gejala alam melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah,
sikap ilmiah, dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga
komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara
universal. Pembelajaran IPA harus dilakukan dengan cara yang benar dan
mendalam sehingga mata pelajaran IPA yang kita pahami menjadi suatu yang
berguna untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA yang
efektif dan menyenangkan harus menyentuh aspek proses dimana siswa harus aktif
menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam. Pembelajaran IPA
harus terjadi proses sains, menghasilkan produk sains dengan melakukan
eksperimen/percobaan dan terbentuknya sikap ilmiah. Pembelajaran IPA di SD
harus didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini
dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada
metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen,
dan analisis rasional.
2. Metode
Metode yang dapat digunakan dalam penelitian ini yaitu: a) Metode
Eksperimen, Metode eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran IPA
yang efektif dan banyak digunakan dalam pembelajaran IPA di SD; Metode
eksperimen dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif;
Metode eksperimen dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA dengan
lebih baik (Mulyasa, 2005). b) Model Pembelajaran Discovery Learning, Model
pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA
siswa; Model pembelajaran Discovery Learning dapat membuat siswa lebih aktif
dalam pembelajaran dan menemukan sendiri ide-idenya; Model pembelajaran
Discovery Learning dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan proses
dan melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis
terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya (Rosidah.,
Puspitasari., W., & Dewi., A., 2021). c) Model Pembelajaran Numbered Head
Together (NHT), Model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa; Model pembelajaran NHT dapat membuat siswa lebih aktif dalam
pembelajaran dan berkolaborasi dengan teman-temannya; Model pembelajaran
NHT dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA dengan lebih baik
(Suandewi & Citra Wibawa, 2017). d) Metode Pembelajaran POE (Predict,
Observe, Explain)
Metode pembelajaran POE dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA
dengan lebih baik; Metode pembelajaran POE dapat membuat siswa lebih aktif
dalam pembelajaran dan menemukan sendiri ide-idenya; Metode pembelajaran
POE dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan proses dan melatih
siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap
persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya (Rosidah. et al., 2021). e)
Metode Pembelajaran Langsung, Metode pembelajaran langsung merupakan
metode pembelajaran yang paling umum digunakan dalam pembelajaran IPA di
SD; Metode pembelajaran langsung dapat membantu siswa memahami konsep-
konsep IPA dengan lebih baik; Metode pembelajaran langsung dapat membantu
siswa mengembangkan keterampilan proses dan melatih siswa untuk dapat berpikir
serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah
yang ada di lingkungannya.
3. Hasil dan Pembahasan
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu mata
pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan. IPA mempelajari tentang alam
sekitar dan fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Pembelajaran IPA
di SD sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi.
Selain itu, pembelajaran IPA di SD juga dapat membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan analitis. Tujuan pembelajaran IPA di SD adalah
untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, masih banyak faktor yang menjadi penyebab dari ketidakberhasilan
pembelajaran IPA di SD, seperti kurangnya kemampuan guru untuk merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, serta daya
serap siswa terhadap materi pelajaran IPA yang masih sangat minim. Oleh karena
itu, perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran IPA yang melibatkan siswa
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ide-idenya.
Berikut adalah beberapa metode pembelajaran IPA yang dapat digunakan di
SD:
a. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran IPA yang
efektif dan banyak digunakan dalam pembelajaran IPA di SD. Metode
eksperimen dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Metode eksperimen dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA
dengan lebih baik (Mulyasa, 2005).
b. Model Pembelajaran Discovery Learning
Model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman
konsep IPA siswa. Model pembelajaran Discovery Learning dapat membuat
siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan menemukan sendiri ide-idenya.
Model pembelajaran Discovery Learning dapat membantu siswa
mengembangkan keterampilan proses dan melatih siswa untuk dapat berpikir
serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat
ilmiah yang ada di lingkungannya (Rosidah. et al., 2021)
c. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Model
pembelajaran NHT dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan
berkolaborasi dengan teman-temannya. Model pembelajaran NHT dapat
membantu siswa memahami konsep-konsep IPA dengan lebih baik (Suandewi
& Citra Wibawa, 2017)
d. Metode Pembelajaran POE (Predict, Observe, Explain)
Metode pembelajaran POE dapat membantu siswa memahami konsep-konsep
IPA dengan lebih baik. Metode pembelajaran POE dapat membuat siswa lebih
aktif dalam pembelajaran dan menemukan sendiri ide-idenya. Metode
pembelajaran POE dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan
proses dan melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional
dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya
(Rosidah. et al., 2021)
e. Metode Pembelajaran Langsung
Metode pembelajaran langsung merupakan metode pembelajaran yang paling
umum digunakan dalam pembelajaran IPA di SD. Metode pembelajaran
langsung dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA dengan lebih
baik. Metode pembelajaran langsung dapat membantu siswa mengembangkan
keterampilan proses dan melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak
secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di
lingkungannya (Sulthon, 2017).
Dalam pembelajaran IPA di SD, guru harus mampu merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Guru harus
mampu membuat siswa tertarik dan antusias dalam pembelajaran IPA. Selain itu,
guru juga harus mampu mengembangkan keterampilan proses siswa dan melatih
siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap
persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya.
Pembelajaran IPA di SD juga harus dilakukan dengan cara yang benar dan
mendalam sehingga mata pelajaran IPA yang kita pahami menjadi suatu yang
berguna untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA yang
efektif dan menyenangkan harus menyentuh aspek proses dimana siswa harus aktif
menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam. Pembelajaran IPA
harus terjadi proses sains, menghasilkan produk sains dengan melakukan
eksperimen/percobaan dan terbentuknya sikap ilmiah. Pembelajaran IPA di SD
harus didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini
dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada
metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen,
dan analisis rasional.
Kesimpulannya, pembelajaran IPA di SD sangat penting untuk
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Metode
pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu siswa mengembangkan
keterampilan proses serta melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara
rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di
lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang dan melaksanakan
proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan membuat siswa tertarik
dan antusias dalam pembelajaran IPA.
4. Kesimpulan
Pelajaran IPA di SD sangat penting karena merupakan dasar dari ilmu
pengetahuan alam yang akan dipelajari di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pembelajaran IPA di SD juga dapat membantu siswa memahami alam sekitar dan
fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitar mereka. Pembelajaran IPA di SD
juga dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
analitis. Pembelajaran IPA di SD harus dilakukan dengan cara yang benar dan
mendalam sehingga mata pelajaran IPA yang kita pahami menjadi suatu yang
berguna untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPA yang efektif dan menyenangkan harus menyentuh aspek
proses dimana siswa harus aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-
gejala alam. Pembelajaran IPA harus terjadi proses sains, menghasilkan produk
sains dengan melakukan eksperimen/percobaan dan terbentuknya sikap ilmiah.
Pembelajaran IPA di SD harus didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi
bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-
mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya
observasi, eksperimen, dan analisis rasional.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. (2005). BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, 7–
20.
Rosidah., A., Puspitasari., W., D., & Dewi., A., F. (2021). Pentingnya Model
Pembelajaran Poe ( Predict , Observe , Explain ) dalam Pembelajaran IPA. In
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 03, 166–169.
Suandewi, K., & Citra Wibawa, I. M. (2017). Penerapan Model Pembelajaran
Numbered Head Together Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas Iv Sd No.
3 Kapal. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 1(1), 59.
http://doi.org/10.23887/jisd.v1i1.10116
Sulthon, S. (2017). Pembelajaran IPA yang Efektif dan Menyenangkan bagi Siswa MI.
ELEMENTARY: Islamic Teacher Journal, 4(1).
http://doi.org/10.21043/elementary.v4i1.1969
3. PAIKEM
a) Pengertian
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan) adalah
model pembelajaran yang mendukung peserta didik untuk melakukan berbagai
kegiatan yang mengarah pada pengembangan karakter seperti keterampilan,
tanggung jawab, bersikap dan berfikir. Dalam hal tersebut PAIKEM memiliki 4
prinsip utama yaitu interaksi, komunikasi, refleksi, dan eksplorasi
1) Pembelajaran Aktif
Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan
semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan
spiritual. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif
bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat
memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif
siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa
didorong untuk bertanggungjawab terhadap proses belajarnya.
2) Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan
apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media/alat bantu terutama
yang berbasis teknologi maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga,
terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa.
Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point
merupakan salah satu alternatif.
3) Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan
menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana
baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan
demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan
agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.
4) Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif (berhasil guna) jika mencapai sasaran atau
minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu,
yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang diperoleh
siswa. Guru pun diharapkan memperoleh pengalaman baru sebagai hasil
interaksi dua arah dengan siswanya.
5) Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan
hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk
tangan yang meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran
yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan
yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan
keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.
b) Karakteristik PAIKEM
Sebagai pendekatan pembelajaran PAIKEM memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a. Berpusat pada siswa (student-centered ).
b. Belajar yang menyenangkan (joyfull learning).
c. Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuan tertentu
(competencybased learning).
d. Belajar secara tuntas (mastery learning).
e. Belajar secara berkesinambungan (continuous learning).
f. Belajar sesuai dengan ke-kini-an dan kedisini-an (contextual learning).
Perbedaan antara pembelajaran berpusat pada guru dan pembelajaran
berpusat pada siswa, sebagai berikut:
Pembelajaran Berpusat pada Guru Pembelajaran Berpusat pada Siswa
Penyampaian melalui ceramah Guru sebagai fasilitator, bukan
tanpa modifikasi. penceramah.
Pengajaran bersifat tradisional. Fokus pembelajaran pada siswa
bukan pada guru.
Siswa pasif. Siswa belajar secara aktif.
Guru menentukan secara mutlak Siswa mengontrol proses belajar
materi yang ia ajarkan dan cara dan menghasilkan karyanya sendiri,
siswa mendapatkan informasi tidak hanya mengutip dari guru.
mengenai materi yang mereka
pelajari.
c) Kelebihan dan Kekurangan PAIKEM
- Kelebihan model pembelajaran PAIKEM yaitu:
1) Dapat mengembangkan kecakapan hidup dan kerjasama dalam belajar.
2) Membantu mendorong peserta didik untuk kreatif dalam membuat
karya.
3) Membantu meningkatkan semangat peserta didik dalam belajar agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran.
4) Segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik tentu akan dihargai.
- Kekurangan model pembelajaran PAIKEM adalah:
1) Kesenjangan antara peserta didik perempuan dan laki-laki.
2) Kelompok yang terbentuk masih bergantung pada posisi atau urutan
tempat duduk peserta didik.
3) Guru belum dapat melihat bagaimana proses pembelajaran PAIKEM
yang baik.
4) Hasil kerja peserta didik yang dipajang masih kurang beragam.
5) Lembar Kerja Siswa (LKS) yang masih sering digunakan dalam proses
pembelajaran.
d) Jenis Model Pembelajaran PAIKEM
1) Setiap Siswa Sebagai Guru, langkah-langkah dalam penerapannya adalah
sebagai berikut :
- Guru membagikan kertas kepada peserta didik, kemuan peserta didik
menulis pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari.
- Setelah selesai maka guru mengambil kertas dan membagikannya kembali
secara acak kepada peserta didik dan harus memastikan bahwa peserta didik
tidak menerima kertas dengan namanya sendiri.
- Guru memanggil peserta didik secara acak untuk maju kedepan dan
membacakan pertanyaan dan jawaban, dan kemudian peserta didik yang lain
diminta untuk memberikan tanggapan.
- Untuk dapat mengembangkan kegiatan diskusi maka guru menunjuk peserta
didik secara bergantian untuk membacakan pertanyaan dan jawaban dengan
menyesuaikan waktu yang tersedia.
- Langkah yang terakhir, guru dapat memberikan kesimpulan, klarifikasi
terhadap jawaban yang kurang benar dan melakukan tindak lanjut.
2) Mencari Pasangan Kartu Yang Sesuai, langkah-langkah penerapannya yaitu:
- Guru membuat pertanyaan dan jawaban dengan potongan kertas yang
jumlahnya sesuai dengan jumlah peserta didik.
- Kertas yang berupa pertanyaan dan jawaban diacak menjadi satu agar
tercampur dan dibagikan kepada peserta didik dengan setiap orang
mendapatkan satu kertas.
- Guru meminta peserta didik untuk berdiri dan membaca kertas yang telah
diterima.
- Kemudian peserta didik yang menjadi pasangan dari kertas yang telah
dibaca diminta untuk berdiri dan membacakannya.
- Guru mengakiri kegiatan dengan melakukan klarifikasi, memberikan
kesimpulan dan melakukan tidak lanjut.
3) Jigsaw Learning, langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
- Guru memilih materi yang dapat dibagi ke dalam beberapa sub bab materi.
- Kemudian guru membentuk sesuai dengan jumlah sub bab yang telah
dibuat.
- Setiap kelompok diberikan sub bab dengan tugas untuk membaca,
memahami dan mendiskusikannya, setelah itu membuat ringkasan materi.
- Setiap kelompok memilih salah satu orang untuk menyampaikan materi
yang telah dipelajari kepada kelompok lain.
- Guru mengembalikan kondisi kelas seperti semula dan menanyakan apabila
ada persoalan yang belum terselesaikan didalam kelompoknya.
- Guru mengecek pemahaman peserta didik dengan cara memberikan
pertanyaan.
- Setelah selesai maka guru memberikan kesimpulan, klarifikasi dan
mengambil tidak lanjut.
4) Card Sort, langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi tentang materi pokok dan
terdiri dari kartu induk dan kartu rincian.
- Kartu yang telah dibuat tadi kemudian diacak agar tidak tercampur.
- Guru memberikan perintah kepada peserta didik untuk mencari kartu dan
kemudian mencocokannya dengan teman di kelas.
- Setelah peserta didik menemukan kartu induk dan kartu rincian, guru
membentuk kelompok dan hasil yang didapatkan ditempelkan pada papan
dengan urut.
- Setelah semua kelompok selesai menempelkan hasilnya kemudain
dilakukan pengoreksian secara bersama.
- Pemimpin kelompok ditunjuk untuk menjelaskan hasil kartunya dan
kemudian kelompok lain diminta untuk dapat memberikan komentar.
- Guru memberikan kesimpulan dan melakukan klarifikasi serta tindak lanjut.
Secara umum penerapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam
menjalankan model pembelajaran PAIKEM dapat dilakukan seperti berikut:
- Peserta didik terlibat aktif dalam berbagai macam kegiatan untuk
pengembangan, pemahaman dan keterampilan melalui penekanan dalam
kegiatan belajar.
- Berbagai macam alat bantu dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran, dan memotivasi peserta didik agar dapat
meningkatkan semangat belajar. Guru dapat memanfaatkan alam sekitar
dalam proses pembelajaran agar kegiatan pembelajaran menjadi
menyenangkan.
- Kelas dapat diatur oleh guru agar memberikan suasana yang menarik
dengan memajang buku-buku dan bahan ajar lainnya.
- Belajar kelompok merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan guru
untuk dapat menerapkan gaya mengajar yang kooperatif dan interaktif.
Dengan belajar kelompok akan membangun kerja sama antar peserta didik.
4. 4C (Creativity, Critical thinking, Collaboration dan Communication)
a. Pengertian
Kompetensi 4C merupakan singkatan dari creativity, critical thinking,
collaboration, dan communication. Keempat elemen tersebut bertujuan untuk
membentuk pribadi peserta didik yang cerdas dan berkualitas. Kompetensi 4C
pertama kali diperkenalkan pada tahun 2000 oleh Partnership for 21st Century
Skills (P21), sebuah organisasi yang berfokus pada meningkatkan kualitas
pendidikan di Amerika Serikat. Fokus pembahasan mereka pada saat hanya
satu, yaitu menyiapkan peserta didik untuk siap menghadapi dunia kerja di era
digitalisasi. Namun, dalam perkembangannya, banyak negara yang mengadopsi
kompetensi tersebut dalam pembelajaran, salah satunya pendidikan di
Indonesia.
Kompetensi 4C mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2013,
ketika Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mulai
menerapkan kurikulum 2013 yang didesain untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi, dan bekerja sama.
Kemendikbud menyatakan bahwa kompetensi 4C merupakan kompetensi yang
diperlukan untuk menyiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di era global
saat ini. Dalam kurikulum 2013, kompetensi 4C diintegrasikan dalam setiap
mata pelajaran dan diharapkan dapat dikembangkan melalui berbagai aktivitas
pembelajaran seperti diskusi kelompok, presentasi, atau proyek-proyek yang
memerlukan siswa untuk mengaplikasikan pemahaman mereka dan berpikir
kritis, kreatif, berkomunikasi, dan bekerja sama dengan orang lain.
Kompetensi 4C diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia dan membantu siswa untuk menjadi individu yang mandiri, kreatif,
dan tanggap terhadap perubahan yang terjadi di dunia global saat ini.
b. Konsep Penerapan 4C dalam Pembelajaran
Kompetensi 4C memiliki peran yang sangat penting pada erat saat ini. Ia
menjadi penunjang seorang individu dalam menghadapi tantangan dalam dunia
kerja dan kehidupan sehari-hari di era digital. Sebagai contoh, kemampuan
untuk bekerja sama dengan orang lain dan berani menyampaikan pendapat
secara efektif seorang peserta didik dapat menjadi modal utama mereka dalam
dunia kerja. Masih banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kompetensi 4C,
berikut uraiannya.

1) Creativity Thinking and Innovation (Kreatif dan Inovatif)


Kemampuan berpikir kreatif, menyampaikan ide, dan inovatif seorang
peserta didik dapat menjadi modal mereka dalam dunia kerja. Pada era yang
serba digital saat ini, seorang peserta didik harus dapat kreatif dan inovatif.
Seorang peserta didik harus menjadi agen perubahan dengan memanfaatkan
teknologi. Dengan melakukan analisis dan telaah serta melakukan
perencanaan yang rapi, kemampuan kreatif dapat menjadi landasan utama
pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran,
Bapak/Ibu harus memberikan peserta didik kesempatan seluas mungkin
untuk menyampaikan ide-ide mereka. Anda harus menjadi fasilitator
sekaligus rumah pertama bagi mereka untuk selalu kreatif dan inovatif.
2) Critical Thinking and Problem Solving (Kritis)
Keterampilan menganalisis, mengevaluasi, dan menginterpretasikan
informasi untuk membuat keputusan merupakan salah satu ciri peserta didik
yang kritis. Melalui sifat kritisnya, seorang siswa akan dapat
mengidentifikasi dan mengelola emosi dan bias dalam proses pemikirannya,
dan mampu membuat keputusan yang objektif dan beralasan.Siswa yang
berpikir kritis juga mampu mengeksplorasi perspektif yang berbeda dan
mempertanyakan status quo. Peserta didik tidak terkurung dalam sistem
yang membatasi ide-ide dan pandangan mereka. Selain itu, mereka yang
kritis akan mampu mengevaluasi argumen dan mencari bukti untuk
mendukung atau menolak suatu pendapat. Kemampuan-kemampuan seperti
inilah yang menjadikan pendidikan sebagai tempat terbaik bagi perubahan.
3) Communication (Komunikatif)
Siswa yang komunikatif adalah siswa yang mampu menyampaikan ide,
pendapat, dan informasi dengan jelas dan efektif. Mereka memiliki
kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan baik dalam berbagai
situasi, baik lisan maupun tulisan.Siswa yang komunikatif juga memiliki
kemampuan untuk mendengarkan dan memahami pendapat orang lain, dan
mampu menanggapi dengan baik. Mereka mampu bekerja dalam tim dan
mengembangkan relasi yang baik dengan orang lain. Melalui komunikasi
yang baik, seorang peserta didik akan dapat lebih selektif dan efektif dalam
menyelesaikan suatu tugas serta permasalahan tertentu.
4) Collaboration (Kooperatif)
Selanjutnya adalah siswa yang kooperatif yaitu kemampuan seseorang
untuk dapat bekerja sama dengan orang lain dalam tim dan mengembangkan
relasi yang baik dengan orang lain. Mereka mampu bekerja dalam tim untuk
mencapai tujuan bersama dan memahami peran dan tanggung jawab
masing-masing dalam tim. Siswa yang kooperatif juga mampu
menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif, dengan fokus pada
solusi yang dapat diterima bersama. Mereka mampu mendengarkan dan
menghormati pendapat orang lain, serta mampu menyelesaikan konflik yang
mungkin terjadi dalam tim.
Pendidikan yang mengutamakan pengembangan kompetensi kerja sama
dapat membantu siswa untuk mengembangkan kompetensi ini dan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan, serta menyiapkan siswa untuk menjadi
individu yang mandiri, kreatif, dan tanggap terhadap perubahan yang terjadi
di era digitalisasi saat ini.
c. Kiat-kiat bagi Guru yang Menerapkan Pembelajaran Berbasis 4C
Berikut ini beberapa kiat bagi para pendidik yang ingin menerapkan pendekatan
4C:
- Pertama, pastikan untuk menciptakan lingkungan yang mendorong
kolaborasi dan pemikiran aktif. Manfaatkan teknologi dan alat digital jika
memungkinkan untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
- Kedua, jagalah agar tujuan Anda tetap fleksibel dan dorong siswa untuk
mengekspresikan ide-ide mereka sendiri tanpa adanya hambatan.
- Ketiga, berikan banyak kesempatan untuk eksplorasi, eksperimen, dan
refleksi siswa.
- Terakhir, pastikan untuk memberikan dukungan yang memadai bagi siswa
di seluruh proses, sehingga mereka dapat sepenuhnya memahami konsep
yang diajarkan.
5. TPACK
a. Pengertian Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) adalah suatu
kerangka kerja yang mengidentifikasi pengetahuan, guru perlu mengajar secara
efektif dengan kerangka teknologi. TPACK adalah suatu kerangka kerja untuk
memahami dan menggambarkan jenis pengetahuan yang dibutuhkan oleh
seorang guru untuk mengefektifkan praktek pedagogi dan pemahaman konsep
dengan mengintegrasikan sebuah teknologi di lingkungan pembelajaran.
Konsep dasar hadirnya TPACK adalah Sebagai berikut: TPACK diperkenalkan
pertama kali oleh Mishra dan Koehler pada tahun 2006. Mereka mendiskusikan
TPACK sebagai kerangka kerja guru/pendesain dalam mengintegrasikan
teknologi dalam pembelajaran. Konsep TPACK muncul dalam teknologi
pembelajaran didasarkan pada model pedagogy content knowledge (PCK) yang
dipelopori oleh Shulman.
b. Komponen Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)
Konsep dasar TPACK lebih menekankan hubungan antara materi
pelajaran, teknologi dan pedagogi (Harris J., Mishra, P dan Koehler, M, 2009).
Interaksi antara tiga komponen tersebut memiliki kekuatan dan daya tarik untuk
menumbuhkan pembelajaran aktif yang terfokus pada peserta didik. Hal ini
dapat juga dimaknai sebagai bentuk pergeseran pembelajaran yang semula
terpusat pada guru bergeser kepada peserta didik. TPACK menekankan
hubungan-hubungan antara teknologi, isi kurikulum dan pendekatan pedagogi
yang berinteraksi satu sama lain.
Dalam skema TPACK terdapat hubungan antar komponen penyusun,
saling beririsan antara materi (C) pedagogi (P) dan teknologi (T) yang
berpengaruh dalam konteks pembelajaran.
Gambar tersebut memberi ilustrasi terhadap hubungan ketiga komponen itu.
Komponen-komponen yakni C, P dan K yang selanjutnya C menjadi (CK). P
menjadi (PK) dan T menjadi (TK) serta hubungan antar komponen dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Content Knowledge (CK) yakni pengetahuan tentang materi pelajaran yang
akan dipelajari. Materi tersebut tertuang di dalam kurikulum. Misalnya
siswa SMA belajar llmu Kimia, Fisika, Biologi dan Matematika maka
batasan materi pelajaran yang tertuang dalam kurikulum hendaknya
dimaknai secara menyeluruh. Menurut Shulman et al (1986) mencatat
bahwa materi pelajaran mencakup pengetahuan berupa konsep, teori,
gagasan, kerangka kerja, metoda yang dilengkapi dengan metoda ilmiah
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: konsep asam
basa, teori asam basa, indikator alami, indikator asam basa, pH larutan,
tetapan ionisasi asam atau basa.
2. Pedagogy Knowledge (PK) menggambarkan pengetahuan secara mendalam
terkait dengan teori dan praktik belajar mengajar yakni mencakup tujuan,
proses, metode pembelajaran penilaian, strategi dan lainnya. Pengetahuan
pedagogi mensyaratkan pemahaman aspek kognitif, afektif, sosial dan
pengembangan teori pembelajaran dan bagaimana teori itu dapat diterapkan
di dalam proses pembelajaran. Guru hendaknya memahami secara
mendalam dan fokus terhadap pedagogi yang dibutuhkan yakni tentang
bagaimana siswa memahami dan mengkonstruksi pengetahuan, sikap dan
ketrampilan (Koehler, dkk. 2011). Contoh: konstruksivisme, Scientific,
Discovery Learning, Problem based Learning, inkuiri terbimbing, tanya
jawab, diskusi, presentasi, observasi, praktikum.
3. Technology Knowledge (TK) adalah dasar-dasar teknologi yang dapat
dimanfaatkan untuk mensupport pembelajaran. Contohnya, pemanfaatan
software, program animasi, internet akses, model molekul, laboratorium
virtual dan lain-lain. Untuk itu, guru membutuhkan penguasai dalam
pemprosesan informasi, berkomunikasi dengan TIK dalam pembelajaran.
Mishra et al menekankan bahwa pengetahuan dasar, pengetahuan teknologi
serta trampil dalam menggunaannya untuk mendukung pemahaman materi
pelajaran yang dipelajari. Lebih jauh, penguasan teknologi inilah merupakan
tuntutan siswa abad-21 (Jordan, K. 2011). Contoh: google drive, onenote,
chemdraw, chemsketch, prezzi edmodo, youtube, Ulead, Windows movie
maker, avidemux, jmol, hyperchem, chemtool, bkchem, lectora, moodle,
dokeos, ATutor, internet, laptop, LCD, video, power point.
4. Pedagogy Content Knowledge (PCK) mencakup interaksi dan terjadinya
irisan antara pedagogi (P) dan materi pelajaran (C). Menurut Shulman
dalam Koehler et al (2011) bahwa PCK merupakan konsep tentang
pembelajaran yang menghantarkan materi pelajaran yang tertuang dalam
kurikulum. Hal ini mencakup proses pembelajaran terkait dengan materi
pelajaran yang dipelajari serta sistem penilaian peserta belajar. Model
pembelajarannya diharapkan dapat menghantarkan peserta belajar secara
efektif. Pemahaman hubungan dan irisan antara (P) dan (C) yang secara
ringkas menyangkut bagaimana (P) dapat mempengaruhi (C) Menurut
Koehler, PCK merupakan seperangkat pengetahuan, kurikulum bidang
studi. Transformasi pengetahuan, pedagogi umum, strategi pembelajaran
dalam konteks pendidikan (Mishra, P., & Koehler, M. J. 2006). Contoh:
Discovery Learning dan konstruksivisme sebagai strategi yang digunakan
dalam pembelajaran konsep asam basa, pendekatan inkuiri terbimbing
sebagai strategi yang digunakan dalam pembelajaran indikator alami,
diskusi siswa terhadap materi konsep asam basa dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Technology Content Knowledge (TCK) termasuk dalam pemahaman
teknologi dan materi pelajaran yang dapat membantu serta mempengaruhi
komponen-komponen yang lain (Mishra, P., & Koehler, M. J. 2006).
Contoh: penggunaan Google drive yang berisi Lembar Kerja Siswa (LKS)
pada materi indikator alami, penggunaan prezzi dan youtube dalam
pembelajaran indikator asam basa, edmodo digunakan sebagai sarana untuk
mengumpulkan tugas tentang soal pH larutan asam kuat dan basa kuat.
6. Technology Pedagogy Knowledge (TPK) adalah merupakan serangkaian
pemahaman bagaimana perubahan pembelajaran terjadi dengan
memanfaatkan teknologi yang digunakan untuk mendukung pembelajaran
seeara aktif dan dapat membantu serta mempermudah konsep-konsep materi
pelajaran. TPK membutuhkan pemahaman keuntungan dan kerugian
teknologi yang dibutuhkan yang diterapkan dalam kontek materi pelajaran
yang terjadi dalam proses pembelajaran (Schmidt et al. 2009). Contoh:
Penggunaan prezzi dan youtube untuk memfasilitasi inkuiri terbimbing
dalam diskusi indikator asam basa, penggunaan Google drive yang berisi
Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk memfasilitasi Discovery Learning dalam
investigasi indikator alami.
7. Technology Pedagogy Content Knowledge (TPACK) merangkum suatu
rangkaian dalam pembelajaran dimana kemampuan penguasaan teknologi
secara terintegrasi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dari
komponen-komponen penyusunnya (C), (P) dan (K). TPACK mensyaratkan
terjadinya multi interaksi dan kombinasi antar komponen yakni materi
pelajaran, pedagogi dan teknologi. Menurut Mishra dan Koehler, konsep
integrasi adalah merupakan keterlibatan berbagai domain/komponen materi
dan pedagogi yang dapat mensupport guru. Contoh: Penggunaan prezzi dan
youtube dengan strategi inkuiri terbimbing dapat membantu siswa untuk
memahami materi indikator asam basa, penggunaan Google drive yang
berisi Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan strategi Discovery Learning dapat
membantu siswa dalam penemuan dan analisis indikator alami.
c. Kelebihan dan Tantangan Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPACK)
Menurut Stoilescu (2015: 542-543) penggunaan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) dalam praktik dan penelitian
pembelajaran memiliki beberapa kelebihan penting, antara lain:
1. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) menunjukkan
konsistensi dalam pengintegrasian penggunaan teknologi ke dalam konteks
yang berbeda.
2. Dengan eksplorasi integrasi TIK di ruang kelas dengan menekankan
keterkaitan antara teknologi, pedagogi dan konten, kerangka kerja ini
memiliki fondasi teoretis yang cukup mapan.
3. Dengan terus menyadari tiga aspek utama (teknologi, konten, pedagogis)
kegiatan di kelas dapat dilacak dan dianalisis.
Menurut Koehler, Hall, Bouck, & Wolf (2011) meskipun memiliki
beberapa kelebihan, TPACK juga memiliki dua tantangan antra lain:
1. Teknologi baru sering menciptakan peluang baru yang dapat
merepresentasikan konten dan pedagogi yang tidak ada sebelumnya.
2. Kebanyakan teknologi yang digunakan guru, biasanya tidak dirancang
untuk tujuan pendidikan misalnya digunakan untuk perkantoran, bisnis dan
lain-lain.
A.
i
PRAKATA

Pendekatan Pembelajaran Inovatif berbasis Karakter dan Kontekstual (PAIKEM),


4C, dan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) adalah tiga konsep
penting dalam dunia pendidikan. Ketiganya memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran di kelas.
PAIKEM adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan
karakter dan konteks dalam pembelajaran. Dalam PAIKEM, siswa diharapkan dapat
mengembangkan karakter positif seperti kreativitas, inovasi, dan keberanian dalam
menghadapi tantangan. Selain itu, pembelajaran juga harus disesuaikan dengan konteks
siswa, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
4C adalah singkatan dari Communication, Collaboration, Critical Thinking, dan
Creativity. Keempat keterampilan ini dianggap sangat penting dalam dunia kerja saat
ini. Oleh karena itu, pendidikan harus mempersiapkan siswa untuk mengembangkan
keterampilan ini sejak dini. Dalam pembelajaran, guru harus memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir kritis, dan berkreasi.
TPACK adalah gabungan dari tiga konsep penting dalam dunia pendidikan, yaitu
teknologi, pedagogi, dan konten. TPACK menekankan pada pentingnya integrasi
teknologi dalam pembelajaran. Namun, integrasi teknologi harus dilakukan dengan
tepat dan sesuai dengan konten dan pedagogi yang diajarkan. Dalam TPACK, guru
harus memiliki pengetahuan tentang teknologi, pedagogi, dan konten secara bersamaan.
Dalam rangkuman materi mengenai PAIKEM, 4C, dan TPACK, kita dapat
menyimpulkan bahwa ketiga konsep ini sangat penting dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran dan pengajaran di kelas. Dalam pembelajaran, guru harus menerapkan
pendekatan PAIKEM, mengembangkan keterampilan 4C pada siswa, dan
mengintegrasikan teknologi dengan tepat menggunakan konsep TPACK. Dengan
menerapkan ketiga konsep ini, diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami materi
yang diajarkan dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Watampone, Oktober 2023

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

PRAKATA..................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................1
HAKIKAT IPA..........................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................7
METODE ILMIAH...................................................................................................................7
BAB III......................................................................................................................................12
PEMBELAJARAN EFEKTIF................................................................................................12
BAB IV......................................................................................................................................18
PEMBELAJARAN PAIKEM.................................................................................................18
BAB V.......................................................................................................................................24
PEMBELAJARAN EFEKTIF KETERAMPILAN 4 C........................................................24
BAB VI......................................................................................................................................35
PENDEKATAN TPACK.........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................45
GLOSARIUM...........................................................................................................................46

iv
BAB I

HAKIKAT IPA

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.
Kata sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang berarti “saya tahu”. Dalam
bahasa inggris, katasains berasal dari kata science yang berarti “pengetahuan”.
Science kemudian berkembangmenjadi natural science yang dalam bahasa
indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam IPA. IPA adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Jadi dari sisi istilah IPA adalah
suatu pengetahuan yang bersifat objektif.
1. James B. Conant. mendeskripsikan IPA sebagai rangkaian konsep dan pola
konseptual yang saling berkaitan yang dihasilkan dari eksperimen dan observasi
hasil-hasil eksperimen yang diperoleh sebelumnya menjadi bekal bagi
eksperimen dan observasi selanjutnya, sehingga memungkingkan ilmu
pengetahuan tersebut terus berkembang.
2. IPA menurut carin dan sound (1989) adalah suatu sistem untuk memahami alam
semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.
3. Abruscato 19960 dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children Science”
mendefnisikan tentang IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat
serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang
berkaitan dengan alam semesta.
4. The Harper Encyclopedia of Science mendefinsikan IPA sebagai suatu
pengetahuan dan pendapat yang tersusun dan didukung secara sistematis oleh
bukti-bukti yang dapat diamati.
Jika menggunakan sudut pandang yang lebih menyeluruh, IPA seharusnya
dipandangsebagai cara berpikir untuk memeroleh pemahaman tentang
alam dan sifat-sifatnya, cara untuk menyelidiki bagaimana fenomena-fenomena
alam dapat dijelaskan, sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari
keingintahuan (inquiry) orang. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA
meliputi tiga cakupan yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA
sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah.

1. HAKIKAT IPA SEBAGAI PRODUK


Produk adalah hasil yang diperoleh dari suatu pengumpulan data
yang disusun secara lengkap dan sistematis. Contoh Dari hasil pengamatan
tanaman ditempat terang dan ditempat gelap maka dihasilkan perbedaan antara
lain ; a) bentuk daun b) tinggi tumbuhan c) warna tumbuhan.
IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan empirik dan
kegiatan analitik dari para ahli saintis sejak berabad-abad berupa fakta, data,

1
konsep, prinsip, dan teori-teori. Jadi hasil yang berupa fakta yaitu dari kegiaran
empiric (berdasarkan fakta),sedangkan data,konsep,prinsip dan teori dalam IPA
merupakan hasil kegiatan analitik.
1. fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda yang benar
ada, atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dapat
dibuktikan kebenarannya. Misalnya: air mengalir dari tempat tinggi ke
tempat rendah
2. Konsep IPA adalah merupakan penggabungan ide antara fakta-fakta yang
ada hubungannya satu dengan yang lainnya, Misalnya: energi, air,
tumbuhan, massa, gaya.
3. Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep
Misalnya: udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip menghubungkan
konsep udara, panas, pemuaian. Artinya udara akan memuai jika udara
tersebut dipanaskan.
4. Hukum alam adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima dan bersifat lebih
kekal. Misal: hukum kekekalan energi berbunyi bahwa dalam suatu interaksi
tidak ada energiyang diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi hanya berubah
dari suatu bentuk ke bentuk lain.
5. Teori ilmiah adalah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta,
data-data, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan.
Teori ini dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan
teori tersebut. Misal: Teori meteoologi membantu para ilmuan untuk
memahami mengapa dan bagaimana kabut dan awan terbentuk.

2. HAKIKAT IPA SEBAGAI PROSES


IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli
saintis dalammenemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya
temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. Jadi
dalam prosesnya kita bisa berfikir dalam memecahkan suatu masalah yang ada
di lingkungan. IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. Untuk itu
diperlukan sejumlah keterampilan sains yang sering disebut science processes
skills, meliputi :
a) Mengenal dan merumuskan masalah
b) Mengumpulkan data
c) Melakukan percobaan atau peneltian
d) Melakukan pengamatan
e) Melakukan pengukuran
f) Menyimpulkan
g) Mengkomunikasikan pengetauhan atau melaporkan hasil penemuan.
h) Didalam penyelidikan suatu ilmiah terbagi menjdi tujuh
tahapan,diantaranya :

2
1. Obsevasi atau pengamatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
menggunakan panca indra.
2. Prediksi yaitu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan
kecenderungan atau polahubungan yang terdapat pada data yang telah
diperoleh.
3. Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang telah diperoleh dari
hasil pengamatan.
4. Merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperimen.
i) Tahap- tahap penelitian:
- Menetapkan masalah penelitian.
- Menetapkan hipotesis penelitian.
- Menetapkan alat dan bahan yang digunakan.
- Menetapkan langkah-langkah percobaan serta waktu yang dibutuhkan.
- Mengendalikan variabel yaitu mengukur variabel sehingga ada
perbedaan pada akhir eksperimen karena pengaruh variabel yang diteliti.
j) Variabel terdiri atas tiga yaitu :
1. Varibel bebas yaitu factor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan.
2. Variabel terikat yaitu factor yang dipengaruhi.
3. Variabel control yaitu variabel yang dibuat tetap.
k) Hipotesis yaitu suatu pernyataan berupa dugaan sementara tentang
kenyataan-kenyataan yang ada di alam melalui perkiraan.
l) Kesimpulan yaitu hasil akhir dari proses pengamatan .

3. IPA SEBAGAI SIKAP ILMIAH


Dalam proses IPA mengadung cara kerja, sikap, dan cara berfikir. Dalam
memecahkan masalah atau persoalan, seorang ilmuan berusaha mengambil sikap
tertentu yang memungkinkan usaha mencapai hasil yang diharapkan sikap ini
dinamakan sikap ilmiah.
Sikap – sikap tersebut antara lain:
a) Objektif terhadap fakta atau kenyataan
b) Tidak tergesa – gesa di dalam mengambil kesimpulan atau keputusan.
c) Berhati terbuka
d) Dapat membedakan antara fakta dan pendapat
e) Bersikap tidak memihak suatu pendapat tertentu tanpa alasan yang
didasarkan atas fakta.
f) Tidak mendasarkan kesimpulan atas prasangka.
g) Tidak percaya akan takhayul
h) Tekun dan sabar dalam memecahkan masalah.
i) Bersedia mengkomunikasikan dan mengumunkan hasil penemuannya untuk
diselidiki, dikritik dan disempurnakan.
j) Dapat bekerjasama dengan orang lain

3
k) Selalu ingin tahu tentang apa, mengapa, dan bagaimana dari suatu masalah
atau gejala yang dijumpainya.

Menurutu Wynne Harlei dan Heudro Darmojo, sikap ilmiah yang dapat
dikembangkan pada anak SD yaitu:
a) Sikap ingin tahu
b) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru
c) Sikap kerja sama
d) Sikap tidak putus asa
e) Sikap tidak berprasangka
f) Sikap mawas diri
g) Sikap bertanggung jawab
h) Sikap berpikir bebas
i) Sikap kedisiplinan diri
j) Sikap ilmiah lain yang muncul dari hasil pengamatan / observasi: (a) jujur
(b) teliti (c) cermat.

Contoh soal dan latihan soal


Berikut ini adalah beberapa contoh soal tentang hakikat IPA
1. Apa yang dimaksud dengan IPA?
a. Ilmu Pengetahuan Alam
b. Ilmu Pengetahuan Sosial
c. Ilmu Pengetahuan Teknologi
d. Ilmu Pengetahuan Bahasa

2. Apa yang dimaksud dengan hakikat IPA?


a. Fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori yang dihasilkan dari kegiatan
empiris para ahli saintis
b. Keyakinan pribadi
c. Metode ilmiah
d. Ramalan

3. Apa yang dimaksud dengan observasi dalam proses IPA?


a. Menyimpulkan hasil pengamatan
b. Mencoba suatu hal
c. Mengukur suatu hal
d. Mengamati suatu hal secara seksama

4. Apa yang dimaksud dengan inferensi dalam proses IPA?


a. Menyimpulkan hasil pengamatan
b. Mencoba suatu hal
c. Mengukur suatu hal

4
d. Mengamati suatu hal secara seksama

5. Apa yang dimaksud dengan percobaan dalam proses IPA?


a. Menyimpulkan hasil pengamatan
b. Mencoba suatu hal
c. Mengukur suatu hal
d. Mengamati suatu hal secara seksama

6. Apa saja komponen proses IPA?


7. Sebutkan salah satu contoh cabang ilmu sains yang mempelajari tentang tumbuhan.
8. Apa tujuan utama pembelajaran IPA di SD?
9. Sebutkan salah satu fungsi pembelajaran IPA di SD
10. Apa yang dimaksud dengan hakikat IPA? Jelaskan dengan singkat

Kunci Jawaban
1. A
2. A
3. D
4. A
5. B
6. Komponen proses IPA meliputi observasi, percobaan, inferensi, prediksi, dan
pengukuran.
7. Botani
8. Tujuan utama pembelajaran IPA di SMP adalah untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam mengamati, menanya, mencoba, dan menyimpulkan
fenomena alam dan lingkungan sekitar.
9. Salah satu fungsi pembelajaran IPA di SMP adalah untuk membantu siswa
memahami dan menghargai keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup.
10. Hakikat IPA adalah fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori yang dihasilkan
dari kegiatan empiris para ahli saintis sejak berabad-abad. Hakikat IPA
merupakan hasil dari pengamatan, percobaan, inferensi, prediksi, dan
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.

Latihan Soal
Berikut ini adalah beberapa contoh soal dan latihan soal tentang hakikat IPA
1. "Mengamati suatu fakta yang ada di alam" merupakan arti dari salah satu
komponen proses IPA, yaitu....
a. Observasi
b. Percobaan
c. Inferensi
d. Prediksi
e. Pengukuran

5
2. "Kumpulan hasil kegiatan dari para ahli saintis sejak berabad-abad, yang
menghasilkan berupa fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori jadi hasil yang
berupa fakta yaitu dari kegiatan empiric" merupakan pengertian IPA sebagai....
a. Fakta
b. Keyakinan pribadi
c. Metode ilmiah
d. Ramalan
3. Ilmu sains berusaha untuk menjelaskan fenomena alam dan kehidupan dengan cara:
a. Mengandalkan mitos dan legenda
b. Berdasarkan keyakinan pribadi
c. Menggunakan metode ilmiah
d. Membaca ramalan

4. Apa saja komponen proses IPA?


5. Sebutkan salah satu contoh cabang ilmu sains yang mempelajari tentang tumbuhan.
6. Apa tujuan utama pembelajaran IPA di SD?
7. Sebutkan salah satu fungsi pembelajaran IPA di SD.
8. Apa yang dimaksud dengan inferensi dalam proses IPA?
9. Apa yang dimaksud dengan percobaan dalam proses IPA?
10. Apa yang dimaksud dengan pengukuran dalam proses IPA?

6
BAB II

METODE ILMIAH

1. Pengertian Metode Ilmiah


Metode ilmiah adalah serangkaian prosedur atau cara sistematis yang
digunakan untuk mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik
kesimpulan dalam penelitian ilmiah. Metode ilmiah melibatkan pengamatan dan
pengukuran yang cermat, serta penerapan prinsip-prinsip logika dan penalaran
yang ketat. Tujuan dari metode ilmiah adalah untuk mencari jawaban dan
menemukan permasalahan-permasalahan yang dilakukan oleh seorang peneliti.
Metode ilmiah sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan karena
dapat membantu para ilmuwan untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dan mengembangkan pengetahuan baru. Dalam penggunaannya,
metode ilmiah harus dilakukan secara sistematis dan tuntut untuk mencapai hasil
yang akurat dan dapat dipercaya.

2. Langkah-Langkah Metode Ilmiah


Metode ilmiah terdiri dari beberapa langkah, yaitu observasi, merumuskan
masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat
kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil. Berikut ini langkah-langkah metode
ilmiah.
1) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah awal penelitian. Masalah dapat
berupa hal-hal yang menarik untuk diketahui dan dipecahkan. Untuk
merumuskan masalah dengan baik, harus diawali dengan identifikasi
masalah dahulu. Rumusan masalah biasanya dituliskan dalam kalimat tanya.
2) Membuat Hipotesis
Membuat hipotesis adalah menyusun dugaan sementara yang akan diuji
kebenarannya. Hipotesis harus didasarkan pada observasi dan merumuskan
masalah yang telah dilakukan sebelumnya. Hipotesis harus dapat diuji
kebenarannya dengan menggunakan data atau informasi yang diperoleh dari
pengamatan atau eksperimen.
3) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah mengumpulkan data atau informasi yang
diperlukan untuk menguji hipotesis. Data dapat diperoleh dari pengamatan
atau eksperimen. Data harus dikumpulkan dengan cara yang sistematis dan
teratur.
4) Menganalisis Data
Menganalisis data adalah menganalisis data yang telah dikumpulkan untuk
menarik kesimpulan. Analisis data harus dilakukan dengan cara yang

7
sistematis dan teratur. Analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan
tabel, grafik, atau rumus matematika.
5) Membuat Kesimpulan
Membuat kesimpulan adalah menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis
data. Kesimpulan harus didasarkan pada data atau informasi yang telah
dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya. Kesimpulan harus dapat menjawab
masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
6) Mengkomunikasikan Hasil
Mengkomunikasikan hasil adalah menyajikan hasil penelitian dalam bentuk
laporan atau publikasi. Laporan atau publikasi harus disusun dengan cara
yang sistematis dan teratur. Laporan atau publikasi harus dapat menjelaskan
langkah-langkah yang telah dilakukan dan hasil yang telah diperoleh.

3. Kriteria Metode Ilmiah


Beberapa kriteria dalam metode ilmiah, antara lain :
1) Berdasarkan fakta
Dalam mengambil kesimpulan dan melakukan analisa bukan hanya
berdasarkan pendapat peneliti namun harus berdasarkan bukti yang nyata
dari hasil penelitian yang dilakukan.
2) Bebas dari prasangka
Unsur subjectivitas dalam proses penelitian sekecil apapun bentuknya,
peneliti tidak boleh memiliki prasangka tertentu pada saat melakukan
eksperimen. Eksperimen harus dijalankan secara objektif walaupun hasil
dari eksperimen tersebut tidak sama dengan hipotesis yang peneliti miliki.
Hipotesis terbukti ataupun tidak terbukti bukan menjadi persoalan.
3) Menggunakan prinsip-prinsip analisis
Pengembangan kemampuan HOTS sangat sejalan dengan prinsip-prinsip
analisis yang digunakan untuk melakukan penarikan kesimpulan yang
sesuai dengan metode ilmiah, yang artinya kejelasan urutan kejadian dan
berpikir sangat dibutuhkan untuk memberikan penjelasan terhadap suatu
fenomena. Hubungan antara komponen beserta komponen-komponen
permasalahan harus dapat dijelaskan dengan runtut dan diketahui dengan
jelas.

4. Contoh Penerapan Metode Ilmiah


Pada materi pembelajaran IPA ada topik dimana peserta didik dapat
melakukan kegiatan dengan langkah-langkah metode ilmiah ini, misalnya
menentukan pengaruh perubahan suhu terhadap perubahan volume balon,
pengaruh detergen pada kehidupan ikan, membandingkan kecepatan kelarutan
obat berbentuk tablet dan serbuk. menentukan hantaran kalor dari beberapa
logam atau pengaruh cahaya terhadap fotosintesis.

8
5. Contoh Soal dan Latihan Soal
Contoh Soal
Pilihlah jawaban yang paling benar!
1. Langkah pertama dalam metode ilmiah adalah ….
a. Merumuskan masalah
b. Mengumpulkan data
c. Mengajukan hipotesis
d. Merumuskan hukum
e. Melaksanakan pengamatan

2. Kegiatan dengan menggunakan panca indra untuk mendapatkan informasi


tentang sesuatu disebut ….
a. Observasi
b. Bertanya
c. Meramal
d. Mengumpulkan informasi
e. Mencari literatur

3. Urutan tahapan metode ilmiah berikut ini yang benar adalah ….


a. 3-4-2-6-5-1
b. 3-2-6-4-5-1
c. 3-2-5-6-4-1
d. 4-3-2-6-5-1
e. 4-2-3-6-5-1

4. Seorang siswa akan mencoba menerapkan metode ilmiah. Setelah ia


menyelesaikan proses pengumpulan data, maka siswa tersebut seharusnya segera
melakukan ….
a. Melakukan uji ulang
b. Melakukan olah data
c. Melakukan presentasi
d. Mengumpulkan informasi
e. Mencari literatur

5. Praduga seorang ilmuwan terhadap suatu kasus yang didasarkan pada telaah
pustaka atau pengumpulan informasi disebut ….
a. Hipotenusa
b. Sintesa
c. Antitesa
d. Hipotesa
e. Analisa

9
6. Untuk membuktikan hipotesis harus melakukan ….
a. Percobaan
b. Penafsiran
c. Penelitian
d. Perkiraan
e. Pengembangan

7. Jika dalam penelitian ditemukan hasil yang tidak sesuai dengan hipotesis, maka
yang harus dilakukan adalah ….
a. Membuat kesimpulan baru
b. Mengabaikan hasil tersebut
c. Mengulang penelitian dari awal
d. Mencari data baru
e. Mengubah hipotesis

8. Apa yang dimaksud dengan observasi?


a. Pengamatan terhadap fenomena alam atau masalah yang ingin diteliti
b. Menentukan masalah yang ingin dipecahkan atau diteliti
c. Menyusun dugaan sementara yang akan diuji kebenarannya
d. Mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan untuk menguji
hipotesis
e. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data

9. Apa yang dimaksud dengan merumuskan masalah?


a. Pengamatan terhadap fenomena alam atau masalah yang ingin diteliti
b. Menentukan masalah yang ingin dipecahkan atau diteliti
c. Menyusun dugaan sementara yang akan diuji kebenarannya
d. Mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan untuk menguji
hipotesis
e. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data

10. Apa yang dimaksud dengan mengumpulkan data?


a. Pengamatan terhadap fenomena alam atau masalah yang ingin diteliti
b. Menentukan masalah yang ingin dipecahkan atau diteliti
c. Menyusun dugaan sementara yang akan diuji kebenarannya
d. Mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan untuk menguji
hipotesis
e. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data
Jawaban:
1. E

10
2. A
3. A
4. B
5. D
6. A
7. A
8. A
9. B
10. D

Latihan Soal
1. Observasi
a. Apa yang dimaksud dengan observasi?
b. Berikan contoh observasi yang dapat dilakukan di sekitar lingkunganmu!
2. Merumuskan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan merumuskan masalah?
b. Berikan contoh masalah yang dapat dirumuskan dari hasil observasi yang
telah dilakukan!
3. Membuat Hipotesis
a. Apa yang dimaksud dengan hipotesis?
b. Berikan contoh hipotesis yang dapat dibuat dari hasil observasi dan
merumuskan masalah yang telah dilakukan!
4. Mengumpulkan Data
a. Apa yang dimaksud dengan mengumpulkan data?
b. Berikan contoh cara mengumpulkan data yang dapat dilakukan untuk
menguji hipotesis!
5. Menganalisis Data
a. Apa yang dimaksud dengan menganalisis data?
b. Berikan contoh cara menganalisis data yang telah dikumpulkan untuk
menarik kesimpulan!
6. Membuat Kesimpulan
a. Apa yang dimaksud dengan membuat kesimpulan?
b. Berikan contoh kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis data yang
telah dilakukan!
7. Mengkomunikasikan Hasil
a. Apa yang dimaksud dengan mengkomunikasikan hasil?

11
b. Berikan contoh cara mengkomunikasikan hasil penelitian yang telah
dilakukan!

BAB III

PEMBELAJARAN EFEKTIF
1. Pengertian Pembelajaran Efektif
Efektif itu artinya mencapai target yang ditetapkan dalam rencana.5leh
karena itu, perencanaan pembelajaran yang efektif adalah yangmenetapkan
kriteria target dan guru melakukan pengukuran pencapaian. Jadi,mengajar yang
efektif itu jika pelaksanaannya terdapat instrumen untuk mengukur keberhasilan
dan melaksanakan pengukuran. Pembelajaran yangefektif dapat juga dilihat dari
segi proses dan hasil. /ari segi proses, pembelajaran dianggap efektif jika siswa
terlibat secara aktif melaksanakan tahapan-tahapan prosedur pembelajaran. /ari
segi hasil, dianggap efektif jikatujuan pembelajaran dikuasai siswa secara
tuntas.Pembelajaran dilakukan mulai dari perencanaan yang matang, pembuatan
perangkat pembelajaran, pemilihan strategi, media, teknik, metode
pembelajaran, hingga evaluasi pembelajaran yang semua itu saling
berkesinambungan. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaranadalah penggunaan metode-metode pembelajaran yang efektif dan
sesuaidengan peserta didiknya agar dalam pembelajaran yang dilakukan dapat
lebih variatif dan berjalan lancar. Penggunaan model pembelajaran ini
jugadisesuaikan dengan materi yang akan diajarkan sehingga kesesuaian
antarakeduanya dan semua komponen menjadi tepat guna.

2. Karakteristik pembelajaran Efektif


Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran
yangdiinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. 1ntuk mengetahui
bagaimanamemperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka
sangat penting untuk mengetahui ciri-cirinya. Adapun Pembelajaran yang efektif
dapat diketahui dengan ciri:
1) Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mentalditunjukkan
dengan mengembangkan kemampuan intelektual, kemampuan berfikir kritis.
Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta dan
lain-lain.
2) Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas
menjadi hidup
3) Motivaasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi
seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
4) Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkunganyang
saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa,memberi

12
kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang
lain.
5) Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.

6) Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk


mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar
pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak
menggantungkan pada diri orang lain.
7) Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang
muncul,mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial
sebagai perbaikan jika diperlukan.

3. Metode Pengajaran yang Efektif


Metode pengajaran memainkan peran penting dalam menciptakan
lingkungan pembelajaran yang efektif. Dalam pendidikan, terdapat berbagai
macam metode pengajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Pemilihan metode
pengajaran yang tepat dapat membantu meningkatkan pemahaman, motivasi,
dan keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar.
Berikut beberapa metode pembelajaran yang efektif
1) Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode pembelajaran yang paling sering digunakan,
dimana guru memberikan materi kepada peserta didik secara lisan. Karena
tidak menggunakan media, metode pembelajaran ini bersifat praktis dan
ekonomis. Meskipun begitu, guru perlu memikirkan agar penyampaian
materi bisa diterima dengan baik oleh siswa, karena penggunaan metode
ceramah secara terus-menerus dapat menimbulkan kebosanan dan
dikhawatirkan siswa tidak bisa menerima pembelajaran dengan maksimal.

2) Metode diskusi
Metode diskusi adalah kegiatan yang melibatkan peserta didik untuk aktif
menyampaikan pendapat atau gagasan yang ada untuk bisa memecahkan
sebuah permasalahan. Penerapannya biasanya membagi siswa ke beberapa
kelompok untuk memecahkan sebuah persoalan secara bersama-sama.
Tujuannya, selain mampu memecahkan permasalahan, siswa juga
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan terkait masalah yang dibahas,
berani mengeluarkan pendapat, serta mengambil keputusan.

3) Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan
kegiatan peragaan atau demonstrasi untuk memperjelas suatu teori, kejadian,

13
atau cara kerja suatu alat. Jika pada kegiatan praktikum siswa dapat
berpartisipasi dan secara langsung mencoba, pada metode demonstrasi
hanya diperagakan oleh guru di hadapan peserta didik.

4) Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah kegiatan pembelajaran dengan melibatkan
peserta didik untuk mencoba atau mempraktikkan materi pembelajaran yang
sedang disampaikan. Kegiatan praktikum ini umumnya dilakukan di
laboratorium, sehingga setiap eksperimen yang dilakukan dapat berjalan
dengan aman. Biasanya diterapkan pada mata pelajaran yang berhubungan
dengan sains (ilmu alam).

5) Metode debat
Metode debat adalah metode pembelajaran yang sering digunakan di mata
pelajaran sosial atau humaniora (sastra). Debat atau adu argumentasi
dilakukan antara dua kelompok atau lebih, bisa secara perorangan atau
kelompok, untuk mengemukakan pendapat atas sikap yang diambil oleh
kelompok tersebut. Biasanya, kelompok dibagi menjadi pro dan kontrak
terhadap sebuah permasalahan. Tujuannya, peserta didik diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan bicara (public speaking) dan mengemukakan
pendapat.

6) Metode peta konsep


Metode peta konsep merupakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
cara berpikir secara runtut. Guru secara runut menjelaskan sesuatu mulai
dari akar permasalahan, proses terjadinya, hingga cara penyelesaiannya.
Pembuatan peta konsep berpikir ini diharapkan dapat membantu siswa
untuk memahami setiap materi pembelajaran secara konseptual, dan
meningkatkan daya analisis serta berpikir kritis.

7) Metode pembelajaran daring


Metode daring atau belajar secara online dengan menggunakan komputer
menjadi solusi saat kegiatan belajar tidak bisa berjalan normal seperti di
situasi pandemi saat ini. Untuk bisa berjalan dengan baik, akses internet
sebagai media pembelajaran harus dalam keadaan optimal. Pembelajaran
biasanya dilengkapi dengan pemberian modul pembelajaran, rekaman video,
serta rekaman audio.

8) Metode blended learning


Blended learning adalah metode yang menggabungkan dua model
pembelajaran, yaitu pembelajaran konvensional secara tatap muka dengan
pembelajaran daring berbasis teknologi komputer dan internet. Dengan

14
menggunakan metode ini, guru dapat berinteraksi langsung dengan siswa
melalui video conference, meski terdapat jarak di antara mereka.

Contoh soal dan Latihan Soal


Berikut ini adalah beberapa contoh soal pilihan ganda dan jawaban pembelajaran efektif
untuk siswa:
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran efektif?
a. Pembelajaran yang membuat siswa merasa bosan
b. Pembelajaran yang hanya mengandalkan satu metode
c. Pembelajaran yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran
d. Pembelajaran yang hanya mengandalkan teori tanpa praktek
Jawaban: c. Pembelajaran yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran efektif?


a. Metode pembelajaran yang digunakan, lingkungan belajar yang
kondusif, motivasi siswa, kemampuan guru dalam mengajar, dan
dukungan orang tua
b. Metode pembelajaran yang hanya mengandalkan satu cara, lingkungan
belajar yang tidak kondusif, siswa yang tidak memiliki motivasi belajar,
guru yang tidak memiliki kemampuan mengajar yang baik
c. Metode pembelajaran yang efisien, lingkungan belajar yang nyaman,
siswa yang pandai, guru yang berpengalaman
d. Metode pembelajaran yang hanya mengandalkan teori, lingkungan
belajar yang tidak teratur, siswa yang malas, guru yang tidak memiliki
kemampuan mengajar yang baik
Jawaban: a. Metode pembelajaran yang digunakan, lingkungan belajar yang
kondusif, motivasi siswa, kemampuan guru dalam mengajar, dan dukungan
orang tua
3. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran?
a. Cara guru mengajar
b. Cara siswa belajar
c. Cara menghafal
d. Cara membaca
Jawaban: a. Cara guru mengajar

15
4. Apa saja jenis-jenis metode pembelajaran?
a. Ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi, praktikum, dan lain-lain
b. Membaca, menulis, menghafal, menggambar, dan lain-lain
c. Menonton video, bermain game, chatting, dan lain-lain
d. Membaca dengan cepat, membaca dengan suara keras, membaca dengan
mata tertutup, dan lain-lain
Jawaban: a. Ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi, praktikum, dan lain-lain
5. Apa yang harus dilakukan saat mengerjakan soal pilihan ganda agar lebih
efektif?
a. Membaca hanya satu pilihan jawaban yang dianggap benar
b. Membaca semua pilihan jawaban dengan seksama
c. Menebak secara asal-asalan
d. Tidak membaca soal dan langsung memilih jawaban
Jawaban: b. Membaca semua pilihan jawaban dengan seksama

Latian Soal
Pilihlah jawaban yang paling benar!
1. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran efektif adalah...
a. Metode pembelajaran yang hanya mengandalkan satu cara
b. Lingkungan belajar yang tidak kondusif
c. Siswa yang tidak memiliki motivasi belajar
d. Guru yang tidak memiliki kemampuan mengajar yang baik

2. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran efektif?


a. Pembelajaran yang membuat siswa merasa bosan
b. Pembelajaran yang hanya mengandalkan satu metode
c. Pembelajaran yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran
d. Pembelajaran yang hanya mengandalkan teori tanpa praktek

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran efektif?


a. Metode pembelajaran yang digunakan, lingkungan belajar yang
kondusif, motivasi siswa, kemampuan guru dalam mengajar, dan
dukungan orang tua
b. Metode pembelajaran yang hanya mengandalkan satu cara, lingkungan
belajar yang tidak kondusif, siswa yang tidak memiliki motivasi belajar,
guru yang tidak memiliki kemampuan mengajar yang baik

16
c. Metode pembelajaran yang efisien, lingkungan belajar yang nyaman,
siswa yang pandai, guru yang berpengalaman
d. Metode pembelajaran yang hanya mengandalkan teori, lingkungan
belajar yang tidak teratur, siswa yang malas, guru yang tidak memiliki
kemampuan mengajar yang baik

4. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran?


a. Cara guru mengajar
b. Cara siswa belajar
c. Cara menghafal
d. Cara membaca

5. Apa saja jenis-jenis metode pembelajaran?


a. Ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi, praktikum, dan lain-lain
b. Membaca, menulis, menghafal, menggambar, dan lain-lain
c. Menonton video, bermain game, chatting, dan lain-lain
d. Membaca dengan cepat, membaca dengan suara keras, membaca dengan
mata tertutup, dan lain-lain

17
BAB IV

PEMBELAJARAN PAIKEM

1. Pengertian Pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,


dan Menyenangkan)
Pembelajaran PAIKEM adalah model pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam
rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan
peserta didik belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai
sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif (Masitoh, 2009).

Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan salah satu ukuran
berhasil tidaknya seseorang telah menempuh kegiatan belajar di sekolah dan
untuk mengetahui tingkat keberhasilannya maka perlu dilakukan penilaian
berupa tes.“Hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh murid”.
Selanjutnya dikemukakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh murid setelah melalui kegiatan belajar” (Muliono, 1994).

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM merupakan


pendekatan yang dianggap efektif, yang sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran dan karakteristik siswa yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA
sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dapat dijelaskan sebagai
berikut.

Menurut Remiswal dan Amelia (2013:46).Secara bahasa dan istilah


dapat dijelaskan secara singkat, Paikem Merupakan singkatan dari Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Istilah Aktif maksudnya
adalah bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, gagasan,
mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah,
senada dengan hal ini ada yang mengatakan pembelajaran aktif itu adalah dalam

18
proses pembelajaran yang mengajak peserta didik belajar dengan aktif, berarti
mereka mendominasi aktifitas pembelajaran.

Inovatif, dalam proses pembelajaran diharapkan muncul ide-ide baru


atau inovasi-inovasi positif yang lebih baik. Selain itu pembelajaran yang
dikemas oleh guru atas dorongan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar
dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan belajar. Kreatif,
mempunyai makna pekerjaan, baik secara pribadi maupun kelompok. Efektif,
berarti model pembelajaran apapun yang dipilih harus menjamin bahwa tujuan
pembelajaran akan tercapai secara maksimal, dan dapat dibuktikan dengan
adanya pencapaian kompetensi baru oleh peserta didik setelah proses belajar
mengajar. Menyenangkan, dimaksudkan bahwa proses pembelajaran harus
berlangsung dalam suasana menyenangkan dan mengesankan sehingga tujuan
pembelajaran akan tercapai secara maksimal.

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tes pra tindakan atau tes awal pada
siswa yang akan diteliti sebanyak 26 orang. Berdasarkan hasil tes awal, hasil
belajar terlihat masih sangat rendah dimana daya serap klasikal hanya mencapai
48,85% dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 23,07% yang mana hasil
ini belum mencapai standar indikator ketuntasan yang ada disekolah yaitu
ketuntasan belajar klasikal dan daya serap klasikal masing-masing sebesar 80%.
Selain itu juga, terlihat masih banyaknya siswa yang belum tuntas yaitu
sebanyak 20 orang. Hal ini disebabkan karena banyak siswa yang tidak benar-
benar memahami konsep yang dipelajarinya.

2. Penerapan Model Pembelajaran PAIKEM


Dalam penerapannya, model PAIKEM dalam proses pembelajaran harus di
praktikan dengan benar. Secara garis besar penerapan PAIKEM dapat di
jelaskan sebagai berikut (Amri dan Ahmad, 2010:17) :
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman
dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadi pembelajaran menarik, menyenangkan, dan
cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang
lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”.
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan
masalah, untuk menggungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolah.

3. Karakteristik PAIKEM

19
Syah dan Kariadinata (2009: 3-4) PAIKEM memiliki karakteristik sebagai
berikut.
1. Berpusat pada siswa (student-centered ).
2. Belajar yang menyenangkan (joyfull learning).
3. Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuantertentu
(competency-based learning).
4. Belajar secara tuntas (mastery learning).
5. Belajar secara berkesinambungan (continuous learning).

Secara teori ada beberapa ciri yang menonjol yang tampak secara kasat mata
tentang model pembelajaran Paikem dalam melaksanakan proses pembelajaran
yaitu:

1. Adanya sumber belajar yang beraneka ragam dan tidak lagi mengandalkan
buku sebagai satu-satunya sumber belajar.

2. Sumber yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain dengan berbagai


kegiatan

3. Hasil kegiatan belajar mengajar dipajang didinding kelas Kegiatan belajar


mengajar bervariasi secara aktif

4. Dalam mengerjakan berbagai tugas siswa secara individu maupun kelompok


mencoba mengembangkan kreatifitasnya semaksimal mungkin

5. Dalam melaksanakan kegiatan yang beraneka ragam tersebut nampak


kesenangan atau antusias siswa

3. Kelebihan dan Kekurang Model PAIKEM


Kelebian model PAIKEM
1) PAIKEM merupakan pembelajaran yang mengembangkan kecakapan hidup
dalam PAIKEM siswa belajar bekerjasama.
2) PAIKEM mendorong siswa menghasilkan karya yang kreatif.
3) PAIKEM mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses.
4) PAIKEM menghargai potensi semua siswa.
5) Program untuk meningkatkan PAIKEM disekolah harus di tingkatkan
kuantitas dan kualitasnya.

Kekurangan Model PAIKEM

1) Perbedaan Individual siswa belum di perhatikan termasuk


laki-laki/perempuan, pintar/kurang pintar, sosial, ekonomi tinggi/rendah.
2) Pembelajaran belum membelajarkan kecakapan hidup.

20
3) Pengelompokkan siswa masih dari segi pengaturan tempat duduk, kegiatan
yang dilakukan siswa sering kali belum mencerminkan belajar kooperatif
yang benar.
4) Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran PAIKEM
yang baik.
5) Pajangan sering menampilkan hasil kerja siswa yang cenderung seragam.
6) Pembelajaran masih sering berupa pengisian Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang sebagian besar pertanyaan bersifat tertutup (Desi : 2012).

4. Model Pembelajaran PAIKEM


Model pembelajaran Paikem berasal dari konsep bahwa pembelajaran
harus berpusat pada anak dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan, agar
mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka
tidak merasa terbebani atau takut.untuk itu, aspek pembelajaran menyenangkan
menjadi salah satu aspek penting dalam pembelajaran Paikem disamping upaya
untuk terus memotivasi anak agar anak mengadakan eksplorasi, kreasi dan
bereksperimen terus dalam pembelajaran seperti disampaikan Remiswal dan
Amelia (2013:43).

5. Prinsip-prinsip Model Paikem


Ngalimun (2015:208) mengemukakan Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan
oleh guru dalam pembelajaran berbasis Paikem adalah sebagai berikut:
1) Mengalami
2) Komunikasi
3) Interaksi
4) Refleksi

Untuk memperjelas hal tersebut dapat dilihat pada uraian berikut:

1) Mengalami
Peserta didik harus terlibat aktif baik secara fisik, mental maupun emosional.
Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih memberi makna
daripada hanya mendengarkan saja.
2) Komunikasi
Dalam kegiatan pembelajaran harus terwujud komunikasi antara guru dan
peserta didik. Proses komunikasi yang baik adalah dimana antara
komunikator dan komunikan terdapat arah yang sama.
3) Interaksi
Dalam kegiatan pembelajaran harus diciptakan interaksi multi arah. Interaksi
multi arah yang diharapkan terjadi adalah interaksitransaksional, dimana
proses interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa bahkan siswa
dengan lingkungan sekitar.

21
4) Refleksi
Proses refleksi sangat penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
ketercapaian proses pembelajaran. Kegiatan refleksi ini dilakukan bersama
antara guru dan siswa.

Contoh Soal dan Latihan Soal pembelajaran PAIKEM:

Contoh Soal

1. Apa yang dimaksud dengan PAIKEM?


a. Pembelajaran yang hanya mengandalkan satu metode
b. Pembelajaran yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran
c. Pembelajaran yang hanya mengandalkan teori tanpa praktek
d. Pembelajaran yang hanya mengandalkan praktek tanpa teori
Jawaban: b. Pembelajaran yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran

2. Apa saja strategi pembelajaran yang termasuk dalam PAIKEM?


a. Ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi, praktikum, dan lain-lain
b. Pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, pembelajaran
berbasis proyek, dan lain-lain
c. Membaca, menulis, menghafal, menggambar, dan lain-lain
d. Menonton video, bermain game, chatting, dan lain-lain

Jawaban: b. Pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif,


pembelajaran berbasis proyek, dan lain-lain

3. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis masalah?


a. Pembelajaran yang hanya mengandalkan satu metode
b. Pembelajaran yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran
c. Pembelajaran yang hanya mengandalkan teori tanpa praktek
d. Pembelajaran yang berfokus pada pemecahan masalah

Jawaban: d. Pembelajaran yang berfokus pada pemecahan masalah

22
4. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif?
a. Pembelajaran yang hanya mengandalkan satu metode
b. Pembelajaran yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran
c. Pembelajaran yang hanya mengandalkan teori tanpa praktek
d. Pembelajaran yang melibatkan kerja sama antara siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran

Jawaban: d. Pembelajaran yang melibatkan kerja sama antara siswa dalam


mencapai tujuan pembelajaran

5. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis proyek?


a. Pembelajaran yang hanya mengandalkan satu metode
b. Pembelajaran yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran
c. Pembelajaran yang hanya mengandalkan teori tanpa praktek
d. Pembelajaran yang melibatkan siswa dalam membuat proyek sebagai
hasil pembelajaran

Jawaban: d. Pembelajaran yang melibatkan siswa dalam membuat proyek


sebagai hasil pembelajaran

Latihan Soal

1. Apa yang dimaksud dengan validitas soal?


a. Tingkat kesesuaian soal dengan materi pembelajaran
b. Tingkat kesesuaian soal dengan kemampuan siswa
c. Tingkat kesesuaian soal dengan standar pembelajaran
d. Tingkat kesesuaian soal dengan tujuan pembelajaran
2. Apa yang dimaksud dengan reliabilitas soal?
a. Tingkat kesesuaian soal dengan materi pembelajaran
b. Tingkat kesesuaian soal dengan kemampuan siswa
c. Tingkat kestabilan soal dalam mengukur kemampuan siswa
d. Tingkat kesesuaian soal dengan tujuan pembelajaran
3. Apa yang dimaksud dengan lingkungan belajar yang kondusif?
a. Lingkungan yang berisik
b. Lingkungan yang tidak nyaman
c. Lingkungan yang mendukung pembelajaran
d. Lingkungan yang tidak teratur
4. Apa yang dimaksud dengan motivasi siswa dalam pembelajaran?
a. Kemauan siswa untuk belajar

23
b. Kemampuan siswa dalam belajar
c. Lingkungan belajar yang kondusif
d. Metode pembelajaran yang digunakan
5. Apa yang harus dilakukan saat mengerjakan soal pilihan ganda agar lebih
efektif?
a. Membaca hanya satu pilihan jawaban yang dianggap benar
b. Membaca semua pilihan jawaban dengan seksama
c. Menebak secara asal-asalan
d. Tidak membaca soal dan langsung memilih jawaban

BAB V

PEMBELAJARAN EFEKTIF KETERAMPILAN 4 C


1. Pengertian Keterampilan 4C
Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah yang dikenal sebagai 4C
(critical thinking, communication, collaboration, and creativity). 4C adalah empat
keterampilan yang telah diidentifikasi sebagai keterampilan abad ke-21 (P21) yaitu
keterampilan yang sangat penting dan diperlukan untuk pendidikan abad ke-21.
Untuk memperjelas pemahaman tentang keterampila 4C dapat dilihat dalam uraian
berikut.
a. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan
masalah)
Setiap manusia pasti memiliki skill untuk berpikir. Berpikir menjadi kodrat
alamiah yang setiap saat dilakukan dalam seluruh aktivitas kehidupan. Berpikir
sendiri terbagi menjadi beberapa tingkatan mulai dari yang paling sederhana
yang hanya membutuhkan ingatan, sampai pada level yang paling tinggi dan
membutuhkan perenungan.
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang
terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara
sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain (Elaine B. Johnson,
2009: 182).
Berpikir kritis secara esensial adalah proses aktif dimana seseorang
memikirkan berbagai hal secara mendalam, mengajukan pertanyaan untuk diri
sendiri, menemukan informasi yang relevan untuk diri sendiri daripada
menerima berbagai hal dari orang lain (John Dewey dalam Alec Fisher, 2009:
2). Elaine B. Johnson (2009: 185) mengatakan bahwa tujuan berpikir kritis
adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Sementara itu, Fahruddin
Faiz, (2012: 2) mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis sederhana yaitu

24
untuk menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran kita valid dan benar.
Dengan kemampuan untuk berpikir kritis siswa akan dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
Seseorang tidak dapat belajar dengan baik tanpa berpikir dengan baik.
Pemikiran kritis berhubungan pada kesuksesan karir, tapi juga untuk kesuksesan
di pendidikan tinggi.

b. Communication (komunikasi)
Communication (komunikasi) adalah proses pertukaran bahasa yang
berlangsung dalam dunia manusia. Oleh sebab itu komunikasi selalu melibatkan
manusia baik dalam konteks intrapersonal, kelompok maupun massa. Peneliti
komunikasi membuktikan bahwa hingga saat ini bahasa diakui sebagai media
paling efektif dalam melakukan komunikasi pada suatu interaksi antar individu
seperti halnya kegiatan penyuluhan dan pembinaan, proses belajar mengajar,
pertemuan tempat kerja dan lainlain. (Muhtadi, 2012).
Berkomunikasi artinya perkembangan bicara dan bahasa yang mempunyai
muatan emosi dan sosial, yaitu bagaimana sesi komunikasi itu dapat berlangsung
secara timbal balik (Van, 2011). Komunikasi merupakan suatu aktifitas yang
sangat sering dilakukan oleh setiap orang dalam lingkup apapun, dimanapun,
dan kapanpun. Karena komunikasi sangatlah penting bagi kehidupan kita.
Semua orang membutuhkan komunikasi karena adanya komunikasi semuanya
menjadi lebih mengerti.
Komunikasi mempertemukan antara komunikan dengan komunikator.
Komunikan yang menerima sedangkan komunikator yang menyampaikan pesan.
Berinteraksi dengan cara berkomunikasi tidak harus dengan ucapan kata-kata
tetapi juga bisa menggunakan gerak mimik tubuh seperti tersenyum,
mengedipkan mata, melambaikan tangan, juga bisa menggunakan persaan yang
ada dalam hati seseorang. Tetapi pesan komunikasi akan bisa diterima oleh
komunikan apabila komunikan mengerti apa yang komunikator sampaikan
(Wilson, 2009: 10),
Masa kanak-kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan
bahasa. Karena pada masa ini sering disebut masa emas dimana anak sangat
peka mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek
fisik motorik, intelektual, sosial, emosi maupun bahasa. Untuk membantu
perkembangan kognitif anak perlu memperoleh pengalaman belajar yang
dirancang melalui kegiatan mengobservasi dan mendengarkan secara tepat.
Seiringnya perkembangan zaman, kita tentunya perlu tahu bagaimana cara
berkomunikasi secara efektif. Karena dengan dapat berkomunikasi secara efektif
tentunya kita tak kalah saing dengan negara lain. Komunikasi efektif yaitu
komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada
orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi. Tujuan dari komunikasi
yang efektif sebenarnya adalah memberi kan kemudahan dalam memahami

25
pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi
sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap,
serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau
komunikan. tujuan lain dari Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman
informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang sehingga tidak terjadi
monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa
nonverbal secara baik. (Kurnia, 2009:15).
Dalam proses pembelajaran guru harus membiasakan siswanya untuk saling
berkomunikasi baik tentang pelajaran maupun hal lain, baik dengan guru
maupun dengan siswa. Bahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi akan
memberikan dampak pada siswa itu sendiri. Penggunaan kata yang tidak baik
dalam komunikasi membawa dampak negatif. Pesan yang disampaikan oleh
siswa tidak dapat diterima oleh penerima pesan. Hal ini akan memicu terjadinya
kesalahan dalam penerimaan pesan yang dapat menimbulkan kesalahpahaman
atau konflik dalam berinteraksi. Selain itu, membiarkan siswa menggunakan
kata-kata kasar dalam berkomunikasi dapat menimbulkan kebiasaan buruk bagi
anak. Penggunaan kata yang baik dalam berkomunikasi akan membawa dampak
positif pada anak. Anak akan merasakan kepuasan karena tujuan yang
diinginkan tercapai sehingga kepercayaan diri anak akan meningkat.
Berikut beberapa teknik dalam berkomunikasi yang penting untuk Anda
ketahui.
1. Pembicaraan dengan ide yang utuh dan tidak bermakna ganda.
2. Ucapan yang jelas, tegas, dan tidak berbelit-belit.
3. Memahami pikiran lawan bicara, dan memosisikan siapa yang diajak
berbicara.
4. Menghadapkan badan dan wajah kepada lawan bicara.
5. Menyampaikan informasi dengan terbuka dan tulus.
6. Menggunakan bahasa penerima informasi dalam menyampaikan informasi.
7. Menyesuaikan dengan kadar kemampuan akal penerima informasi.
8. Sebelum menyampaikan informasi dengan detail, terlebih dahulu
menyampaikannya secara global.
9. Memberikan contoh yang nyata.
10. Menyampaikan informasi dengan bahasa yang lembut.
c. Collaboration (kolaborasi)
Beberapa peneliti membuktikan bahwa peserta didik akan belajar dengan
lebih baik jika mereka secara aktif terlibat pada proses pembelajaran dalam suatu
kelompok kelompok kecil. Peserta didik yang bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil cenderung belajar lebih banyak tentang materi ajar dan
mengingatnya lebih lama dibandingkan jika materi ajar tesebut dihadirkan dalam
bentuk lain, misalnya bentuk dalam ceramah, tanpa memandang bahan ajarnya
(Warsono dan Hariyanto, 2012: 66-67).

26
Menurut Roberts (2004: 205), “Collaborative is an adjective that implies
working in a group of two or more to achieve a common goal, while respecting
each individual’s contribution to the whole.” Paz Dennen dalam Roberts (2004:
205), mengemukakan “Collaborative learning is a learning method that uses
social interaction as a means of knowledge building”. Selanjutnya Bruffee
dalam Roberts (2004: 205), menyatakan bahwa “educators must trust students
to perform in ways that the teacher has not necessarily determined a head of
time”, serta berpendapat bahwa “collaborative learning therefore implies that
(educators) must rethink what they have to do to get ready to teach and what
they are doing when they are actually teaching.”
Suatu pembelajaran termasuk pembelajaran kolaboratif apabila anggota
kelompoknya tidak tertentu atau ditetapkan terlebih dahulu, dapat beranggotakan
dua orang, beberapa orang atau bahkan lebih dari tujuh orang. Lebih lanjut
Wasono dan Hariyanto mengemukakan bahwa pembelajaran kolaboratif dapat
terjadi setiap saat, tidak harus di sekolah, misal sekelompok siswa saling
membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan pembelajaran
kolaboratif dapat berlangsung antar siswa yang berbeda kelas maupun dari
sekolah yang berbeda. Jadi, pembelajaran kolaboratif dapat bersifat informal
yaitu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas dan pembelajaran tidak perlu
terstruktur dengan ketat (Warsono dan Hariyanto (2012: 50-51).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kolaboratif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kelompok
untuk membangun pengetahuan dan mencapai tujuan pembelajaran bersama
melalui interaksi sosial di bawah bimbingan pendidik baik di dalam maupun di
luar kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang penuh makna dan siswa akan
saling menghargai kontribusi semua anggota kelompok.
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-
nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa
perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya.
Dalam mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan bagaimana
menghargai kekuatan dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil
peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.

d. Creativity and innovation (kreativitas dan inovasi)


Lawrence dalam Suratno, 2005: 24 menyatakan kreativitas merupakan ide
atau pikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna dan dapat dimengerti.
Berbeda dengan Lawrence, Chaplin dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati,
2010: 16) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan
bentuk baru dalam bidang seni atau dalam persenian, atau dalam memecahkan
masalah-masalah dengan metode-metode baru. Suratno mengemukakan bahwa
kreativitas adalah suatu ativitas yang imajinatif yang memanifestasikan

27
(perwujudan) kecerdikan dari pikiran yang berdaya guna menghasilkan suatu
produk atau menyelesaikan suatu persoalan dengan cara tersendiri. (Suratno,
2005:24).
Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2010: 16-17) proses kreatif
hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima
macam perilaku kreatif sebagai berikut: 1) Fluency (kelancaran), yaitu
kemampuan mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu
masalah. 2) Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan
berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang
biasa. 3) Originality (keaslian), yaitu kemapuan memberikan respon yang unik
atau luar biasa. 4) Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan
pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan. 5)
Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah
sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2010: 30-31) kreativitas anak
dapat berkembang dengan baik bila didukung oleh beberapa faktor seperti
berikut: 1) Memberikan rangsangan mental yang baik Rangsangan diberikan
pada aspek kognitif maupun kepribadiannya serta suasana psikologis anak 2)
Menciptakan lingkungan kondusif Lingkungan kondusif perlu diciptakan agar
memudahkan anak untuk mengakses apapun yang dilihatnya, dipegang,
didengar, dan dimainkan untuk mengembangkan kreativitasnya. 3) Peran serta
guru dalam mengembangkan kreativitas Guru yang kreatif akan memberikan
stimulasi yang tepat pada anak agar anak didiknya menjadi kreatif. 4) Peran serta
orangtua Orangtua yang dimaksud disini adalah orangtua yang memberikan
kebebasan anak untuk melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan
kreativitas.

2. Kerangka Konsep 4C
Implementasi kerangka 4C dalam Keterampilan Abad 21 bersifat
mutidisiplin, artinya semua materi dapat didasarkan sesuai kerangka P21.
Untuk melengkapi kerangka 4C dalam Keterampilan Abad 21 yang sesuai
dengan tuntutan Pendidikan di Indonesia, dan berdasarkan hasil kajian dokumen
pada UU Sisdiknas, Nawacita, dan RPJMN Pendidikan Dasar, Menengah, dan
Pendidikan Tinggi, maka di rumuskanlah 2 standar tambahan, yaitu sesuai dengan
Penguatan Pendidikan Karakter pada Pengembangan Karakter (Character Building)
dan Nilai Spiritual (Spiritual Value).
Olehnya itu, secara keseluruhan dalam 4C Keterampilan Abad 21 di
Indonesia ini di rumuskan menjadi Indonesian Partnership for 21 Century Skill
Standard (IP-21CSS).
3. Model dan Strategi Keterampilan 4C

28
Adapun model dan strategi yang relevan dan cocok digunakan murid dalam
pembelajaran diantaranya:
- Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)
- Discovery Learning (Pembelajaran Menemukan)
- Production Based Learning (Pembelajaran Berbasis Produksi)
- Inquiry Learning (Pembelajaran Inkuiri
- Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek)
- Teaching Factory (Pabrik Pengajaran)
4. Mengasah Keterampilan 4C dalam Pembelajaran
Agar siswa cepat beradaptasi dengan kondisi pembelajaran yang berorientasi abad
21 ini maka setidaknya harus memiliki empat hal mendasar, yaitu:
a. Way of thinking. Cara berfikir atau kemampuan berpikir ini menjadi modal bagi
siswa agar memiliki pendirian yang kuat dan visi pemikiran yang matang.
Kemampuan ini mencakup cara berpikir kreatif, berpikir kritis, pemecahan
masalah, dan pengambilan keputusan.
b. Ways of working. Kemampuan bagaimana siswa harus bekerja dengan dunia
yang sebenarnya dan bagaimana bekerja menggunakan akses teknologi dan
informasi secara profesional. Beberapa kemampuan ini berkaitan dengan
kecakapan berkomunikasi dan berkolaborasi. Generasi abad 21 harus
menggunakan secara efektif berbagai metode dan strategi komunikasi berbasis
ICT, juga harus mampu berkolaborasi dan bekerja sama dengan individu
maupun komunitas dan jaringan yang lebih luas secara kolektif.
c. Tools for working. Kemampuan seorang anak dalam menguasai alat untuk
bekerja. Hal ini berkaitan dengan penguasaan terhadap TIK, literasi media dan
literasi digital. Tanpa kemampuan tersebut siswa atau individu akan mengalami
kesulitan dalam berkembang dan adaptif dengan tuntutan pekerjaan saat ini yang
membutuhkan efektivitas dan efisiensi. Salah satu perangkat yang relevan
digunakan dalam konteks ini adalah Hybrid & Distance Learning dari Lenovo.
d. Skills for living in the world. Kemampuan untuk menjalani kehidupan di abad
21, yaitu: Bagaimana peserta didik harus hidup sebagai warga negara yang
memiliki tanggung jawab pribadi, sosial dan berbangsa. Kemampuan ini
menyangkut beberapa aspek seperti:
- fleksibilitas dan kemampuan adaptasi
- Inisiatif dan kemandirian
- Kecakapan lintas budaya
- Produktivitas dan akuntabilitas
- Kepemimpinan dan tanggung jawab
5. Karakter dan Peran Guru dala Pembelajaran Abad 21
Peran guru pada pembelajaran abad 21 adalah sebagai:
- Resources linkers
- Pembangun karakter siswa

29
- Menanamkan entrepreneurial mindset pada siswa
- Mengajarkan pemikiran kritis
- Menciptakan tantangan kepada siswa
- Membangun komunitas belajar
Sedangkan untuk karakter guru yang harus ada, agar siswa bisa menjadi penerus
bangsa yang maksimal terutama pada abad 21 ini. Guru harus memiliki karakter
sebagai berikut, di antaranya adalah:
- Life-long learner, Karakter ini adalah guru sebagai pembelajaran tekun
sepanjang hayat. Guru harus bisa mengembangkan pemahaman dan
pengetahuannya secara terus menerus mulai dari membaca, melatih
keterampilan, diskusi dengan guru lain dari para pakar yang terpercaya.
- Kunci dari life-long learner adalah rasa haus akan ilmu pengetahuan. Guru
harus selalu terbuka dengan wawasan baru, sehingga mereka bisa relevan
dengan siswa dan zaman.
- Menerapkan pendekatan diferensiasi, Karakter ini mengimplementasikan
pendekatan yang sesuai dengan cara belajar siswa. Pada sesi ini
pengklasifikasian siswa dalam kelas seperti keahlian dan minat akan
digolongkan. Dengan adanya diferensiasi ini guru akan lebih mudah mengenali
kemampuan siswa secara optimal.
- Kreatif dan inovatif, Guru dituntut untuk bisa memberikan pembelajaran yang
bagus dan sumbernya juga tidak boleh monoton. Variasi pembelajaran akan
membuat kelas menjadi lebih dinamis dan tidak bosan. Karena guru menjadi
panutan, bila guru kreatif dan inovatif maka siswa juga akan menirunya.
- Reflektif, Dengan adanya sikap/alat reflektif ini, guru dalam mengembangkan
pembelajaran akan semakin efektif. Karena dengan merefleksikan diri
pembelajaran akan semakin meningkat. Reflektif ini digunakan untuk
mengetahui apa yang cocok dan tidak cocok untuk kebutuhan siswa sehingga
pembelajaran lebih maksimal.
- Kolaboratif, Salah satu karakter yang bisa membuat pembelajaran ini istimewa
adalah keterlibatan guru dan murid untuk bekerja sama. Pada praktek kerjasama
ini guru akan memberikan kehangatan persahabatan dengan melakukan
Ikomunikasi seperti halnya orang tua ke anak dan teman ke teman.
- Mengoptimalkan teknologi, Ini adalah karakter yang utama dari pembelajaran
21 ini, dimana teknologi berperan sangat signifikan. Disini guru juga harus bisa
mengoperasikan teknologi terkini dengan maksimal terutama teknologi internet
yang mana nantinya bisa digunakan untuk memaksimalkan pembelajaran. Salah
satu pembelajaran yang bisa dioptimalkan dengan teknologi adalah blending
learning, dimana pembelajaran digabung menjadi satu yakni online dan offline.
- Menerapkan student centered, Pada karakter ini pembelajaran akan berpusat
pada siswa sehingga guru disini akan bertugas menjadi fasilitator. Siswa akan
melakukan pembelajaran aktif sehingga daya inisiatif dan kreativitasnya akan

30
tumbuh. Dengan model ini komunikasi akan berjalan dua arah, sehingga
karakter kolaboratif juga akan muncul.
6. Cara Melatih Keterampilan 4C
Cara melatih keterampilan 4C diantaranya:
- Melakukan riset dan selalu double check pada setiap informasi yang kamu dapat.
- Melihat suatu peristiwa yang terjadi dari berbagai sudut pandang.
- Selalu kembangkan rasa ingin tahu untuk mendapatkan lebih banyak
pengetahuan.
- Terbiasa untuk berpikir dulu sebelum mulai berbicara.
- Berpartisipasi dalam kegiatan yang sesuai dengan minat.
- Menjalin relasi positif dengan banyak orang dari berbagai latar belakang.
7. Indikator Kecakapan Keterampilan 4C
a. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan
masalah)
Menurut buku Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahun 2017, indikator kecakapan
berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving
skill) meliputi:
1. Menggunakan berbagai tipe pemikiran/penalaran atau alasan, baik induktif
maupun deduktif dengan tepat dan sesuai situasi.
2. Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain dalam
suatu mata pelajaran, dan keterkaitan antar konsep antara suatu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya.
3. Melakukan penilaian dan menentukan keputusan secara efektif dalam
mengolah data dan menggunakan argumen.
4. Menguji hasil dan membangun koneksi antara informasi dan argumen.
5. Mengolah dan menginterpretasi informasi yang diperoleh melalui simpulan
awal dan mengujinya lewat analisis terbaik.
6. Membuat solusi dari berbagai bermasalahan non-rutin, baik dengan cara yang
umum, maupun dengan caranya sendiri.
b. Communication (komunikasi)
Menurut buku Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahun 2017, indikator kecakapan
berkomunikasi (communication skills) meliputi:
1. Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam
berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia (ICT Literacy).
2. Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat
berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada tulisan.
3. Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan
dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.

31
4. Selain itu dalam komunikasi lisan diperlukan juga sikap untuk dapat
mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain, selain pengetahuan terkait
konten dan konteks pembicaraan.
5. Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
6. Pada Abad dua puluh satu komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa,
tetapi kemungkinan multi-bahasa.
c. Collaboration (kolaborasi)
Menurut buku Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahun 2017, indikator kecakapan
bekerjasama (collaboration skills) meliputi:
1. Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok.
2. Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif
dengan yang lain.
3. Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.
4. Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi
tercapainya tujuan yangbtelah ditetapkan.
d. Creativity and innovation (kreativitas dan inovasi)
Menurut buku Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahun 2017, indikator kecakapan
kreatifitasdan inovasi (Creativity and Innovation skills) meliputi:
1. Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru secara lisan atau tulisan.
2. Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
3. Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan praktikal.
4. Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi baru dan
berbeda, baik dalam mata pelajaran terkait, antar mata pelajaran, maupun
dalam persoalan kontekstual.
5. Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran.
6. Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki.
7. Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungan.

Contoh soal dan latihan soal pembelajaran 4c


Contoh soal
Berikut ini adalah 10 soal pilihan ganda pembelajaran 4C:
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran 4C?
a. Pembelajaran yang hanya mengandalkan satu metode

32
b. Pembelajaran yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran
c. Pembelajaran yang hanya mengandalkan teori tanpa praktek
d. Pembelajaran yang melibatkan keterampilan kritis, kreatif, komunikasi, dan
kolaborasi
Jawaban: d. Pembelajaran yang melibatkan keterampilan kritis, kreatif, komunikasi,
dan kolaborasi
2. Apa saja keterampilan yang termasuk dalam pembelajaran 4C?
a. Keterampilan membaca, menulis, dan menghafal
b. Keterampilan berbicara, mendengarkan, dan menulis
c. Keterampilan menggambar, melukis, dan membuat kerajinan tangan
d. Keterampilan kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi
Jawaban: d. Keterampilan kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi

3. Apa yang dimaksud dengan keterampilan kritis?


a. Kemampuan untuk berpikir logis dan analitis
b. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif
c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
d. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim

4. Apa yang dimaksud dengan keterampilan kreatif?


a. Kemampuan untuk berpikir logis dan analitis
b. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif
c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
d. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim

5. Apa yang dimaksud dengan keterampilan komunikasi?


a. Kemampuan untuk berpikir logis dan analitis
b. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif
c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
d. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim
Jawaban: c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik

Latihan Soal
Pilihlah jawaban yang paling benar!
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berpikir kritis?
a. Kemampuan untuk berpikir logis dan analitis
b. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif

33
c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
d. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim

2. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berpikir kreatif?


a. Kemampuan untuk berpikir logis dan analitis
b. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif
c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
d. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim

3. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berkomunikasi?


a. Kemampuan untuk berpikir logis dan analitis
b. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif
c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
d. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim
4. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berkolaborasi?
a. Kemampuan untuk berpikir logis dan analitis
b. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif
c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
d. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim

5. Apa yang dimaksud dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS)?


a. Keterampilan berpikir tingkat tinggi
b. Keterampilan membaca, menulis, dan menghafal
c. Keterampilan menggambar, melukis, dan membuat kerajinan

34
BAB VI

PENDEKATAN TPACK
1. Pengertian TPACK
TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge) merupakan
sebuah kerangka konseptual gabungan dari pengetahuan teknologi, pedagogi dan
konten (materi) yang saling berhubungan (Koehler & Misra, 2006). Technological
pedagogical content knowledge (TPACK) merupakan salah suatu jenis baru yang
harus dikuasai guru untuk dapat mengintegrasikan teknologi dengan baik dalam
pembelajaran (Mishra & Koehler, 2006).
TPACK merupakan sebuah pendekatan dan ilmu baru yang harus dikuasai
oleh seorang guru agar dapat digunakan pada pembelajaran abad 21. TPACK ini
adalah pengetahuan yang harus dikuasai guru agar dapat mengintegrasikan
teknologi ke dalam pembelajaran dengan baik. Dengan menggunakan pendekatan
TPACK seorang guru tidak hanya dituntut agar dapat menggunakan model juga
pendekatan yang sesuai dalam pembelajaran, tetapi juga harus dapat
mengaplikasikan teknologi juga menggunakan pendekatan yang tepat dalam
mengajar suatu materi. Koehler dan Mishra mengakatan bahwa TPACK sudah
menjadi kerangka kerja yang digunakan untuk menganalisis pengetahuan guru yang
berkaitan dengan integrasi teknologi dalam pembelajaran.
TPACK pengetahuan merupakan kerangka kerja yang dapat dilakukan oleh
profesi guru dalam sebuah proses pembelajaran dengan melibatkan komponen
pengetahuan terkait dengan teknologi, pedagogi dan konten. Kerangka kerja ini
sesuai dengan tuntutan perkembangan konsep pendidikan di era 4.0 yang
berorientasi salah satunya pada penguasaan literasi baru. Analisis kebutuhan
merupakan langkah awal yang dapat dilakukan oleh guru sebelum membuat sebuah
rancangan pembelajaran. Hasil dari analisis kebutuhan akan menjadi referensi bagi
guru untuk mengembangkan komponen pembelajaran yang sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh peserta didik.

35
Melakukan analisis kebutuhan sebelum membuat kerangka kerja TPACK
adalah salah satu cara untuk mendapatkan gambaran yang tepat terhadap kebutuhan
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan analisis kebutuhan ini
akan memberikan rekomendasi tentang komponen pembelajaran yang sesuai dan
tepat dalam proses pembelajaran, sehingga dapat memenuhi apa yang benar-benar
dibutuhkan oleh peserta didik. Pada akhirnya kerangka kerja TPACK merupakan
peluang yang dapat dilakukan oleh guru untuk menjawab tantangan pendidikan di
era 4.0.
Keterlibatan penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran menjadi
efektif karena sesuai dengan karakteristik peserta didik sebagai digital native.
Dengan kata lain, keterlibatan penggunaan teknologi tersebut mampu memberikan
pengaruh positif bagi peserta didik. Hal penting lainnya adalah komitmen dan
konsistensi profesi guru untuk meningkatkan kompetensi sesuai dengan tuntutan
perkembangan kehidupan masyarakat dalam upaya mengembangkan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

2. Dimensi TPACK
TPACK terdiri atas tiga dimensi sebagai berikut:
1) Technology Knowledge (TK)
Merupakan pengetahuan yang mencakup pengetahuan akan teknologi dan
pemanfaatan teknologi secara umum. Misalnya, mengetahui cara penggunaan
smartphone, komputer, LCD, aplikasi Microsoft Offiice seperti Microsoft
Words, Excel, PPT), dll. Untuk tenaga pendidik yang ingin handal dalam
menggunakan teknologi, maka yang syarat utamanya adalah memperdalam
ilmu pengetahuan akan teknologi.

2) Pedagogical Knowledge (PK)


Pengetahuan yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik mencangkup
pengetahuan pedagogis yang mencakup pengetahuan mendesain pembelajaran,
mengelola kelas, mengelola peserta didik, menyampaikan materi, melakukakan
asesment dan evaluasi dan pelaporan. Hal ini sudah merupakan kewajiban bagi
tenaga pendidik untuk memiliki kemampuan pedagogik. Guru yang tidak
memiliki pengetahuan pedagogi akan mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugas mengajar.

3) Content Knowledge (CK)


Merupakan pengetahuan yang mencakup akan konten yang akan diajarkan.
Jika seorang tenaga pendidik tidak mampu menguasai konten maka akan
sangat sulit mengajarkan konten tersebut kepada peserta didik.

Tiga dimensi di atas bekerja sama untuk membentuk empat dimensi lainnya
adalah sebagai berikut:

36
1) Technological Pedagogical Knowledge (TPK)
Merupakan pengetahuan yang mencakup penggunaan teknologi dalam
pendidikan. Misalnya, mampu memanfaatkan LMS, PPT dan LCD dalam
melaksanakan kegiatan mengajar. Mampu memanfaatkan Google Form,
Quizizz, dan Kahoot untuk membuat soal. TPK mencakup pengetahuan akan
teknologi apa saja yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran dan
bagaimana cara menggunakannya secara efektif, misalnya TPK adalah
pengetahuan yang mampu memanfaatkan LSM dan mendesain pembelajaran
dengan menggunakan LSM.

2) Technological Content Knowledge (TCK)


Pengetahuan yang mencakup pengetahuan yang menggunakan teknologi yang
terkait dengan pemberian konten. Misalnya mengetahui situs-situs yang
berkaitan dengan materi pelajaran, mengetahui cara menggunakan aplikasi
pendukung pembelajaran, mengetahui kanal YouTube yang berisikan dengan
materi pelajaran. TCK tidak sama dengan TPK karena TCK merupakan
pengetahuan akan teknologi apa saja yang bisa dimanfaatkan untuk
menyampaikan konten secara efektif.

3) Pedagogical Content Knowledge (PCK)


Pengetahuan yang mencakup mengajar konten seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.

4) Technological Pedagogical And Content Knowledge (TPACK)

3. Pentingnya TPACK dalam Pembelajaran


TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) memiliki peran
yang sangat penting dalam pembelajaran modern karena memungkinkan
pengintegrasian teknologi dengan pendidikan yang lebih efektif dan relevan.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa TPACK penting dalam pembelajaran:
1) Menggabungkan Pengetahuan:
TPACK menggabungkan tiga jenis pengetahuan utama yang penting dalam
pengajaran: Pengetahuan Konten, Pengetahuan Pedagogis, dan Pengetahuan
Teknologi. Integrasi ketiganya membantu guru untuk merancang pengalaman
pembelajaran yang lebih kaya dan kontekstual.
2) Pembelajaran yang Lebih Menarik:
Integrasi teknologi dengan pengetahuan pedagogis dan konten dapat membuat
pembelajaran lebih menarik dan interaktif bagi siswa. Ini dapat membantu
mempertahankan minat siswa dalam proses pembelajaran.
3) Pemahaman yang Lebih Mendalam:
Guru yang memiliki TPACK dapat merancang pengalaman pembelajaran yang
mendalam, membantu siswa memahami konsep-konsep dengan lebih baik

37
karena teknologi dapat digunakan untuk memberikan ilustrasi visual, simulasi,
dan konteks yang nyata.
4) Personalisasi Pembelajaran:
Dengan TPACK, guru dapat mempersonalisasi pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan individual siswa. Ini memungkinkan siswa untuk belajar pada
tingkat yang sesuai dengan kemampuan mereka.
5) Mengembangkan Keterampilan Digital:
TPACK membantu siswa mengembangkan keterampilan digital yang sangat
penting di dunia yang semakin terhubung dan tergantung pada teknologi.
6) Menghadapi Perubahan Teknologi:
Dunia teknologi terus berubah dengan cepat. Guru yang memiliki TPACK
lebih siap untuk menghadapi perubahan teknologi dan mengintegrasikannya ke
dalam pembelajaran mereka.
7) Peningkatan Kolaborasi:
TPACK dapat memungkinkan kolaborasi yang lebih baik antara siswa, guru,
dan bahkan antara guru di seluruh dunia melalui alat-alat digital dan sumber
daya online.
8) Mengajar Keterampilan Hidup:
Selain materi pelajaran, TPACK juga memungkinkan guru untuk mengajar
keterampilan hidup yang penting, seperti literasi digital, etika online, dan kritis
berpikir tentang informasi yang ditemui di internet.
9) Pemberdayaan Guru:
Guru yang memiliki TPACK merasa lebih percaya diri dalam menghadapi
tantangan teknologi dalam pengajaran. Mereka dapat mengambil peran aktif
dalam menggabungkan teknologi ke dalam kurikulum.
10) Persiapan Siswa untuk Masa Depan:
TPACK membantu siswa mempersiapkan diri untuk masa depan yang semakin
digital dan terkoneksi, memungkinkan mereka untuk beradaptasi dan berhasil
di dunia yang terus berubah.
Dengan demikian, TPACK adalah konsep yang penting karena membantu
menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna, relevan, dan bermanfaat
bagi siswa dalam dunia yang semakin dipengaruhi oleh teknologi. Hal ini juga
memungkinkan guru untuk memainkan peran yang lebih efektif dalam memajukan
pendidikan.
Rosyid, (2016) berpendapat bahwa Kerangka TPACK berfungsi sebagai sebuah
teori dan konsep untuk peneliti dan pendidik dalam mengukur kesiapan calon guru dan
guru dalam mengajar secara efektif dengan teknologi. Hal tersebut mengingat
hubungan antara teknologi, pedagogi, dan konten yang melekat. Oleh karena itu guru
menghadapi tantangan besar dalam pergeseran perubahan teknologi, pedagogi, materi
pelajaran dan konteks kelas saat ini.

38
Sudah seharusnya guru menjadi lebih aktif menjadi desainer kurikulum. Terkait
dengan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013, dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Proses dijelaskan bahwa ada dua prinsip pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yang
relevan dengan perkembangan global yaitu pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran dan
penyediaan berbagai sumber belajar dan media pembelajaran terutama media dan
sumber belajar berbasis ICT/Multimedia. Dari uraian di atas terlihat bahwa regulasi
pelaksanaan pembelajaran di Indonesia sudah mengikuti perkembangan yang ada di
dunia. TPACK merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk membangun
pembelajaran yang terintegrasi ICT, guru bekerja dengan ICT, rancangan kurikulum
pendidikan berbasis ICT, penggunaan ICT di kelas dan untuk merumuskan literatur
yang berkaitan dengan ICT atau teknologi pendidikan (Polly et al., 2010).

4. Komponen TPACK
Konsep dasar TPACK lebih menekankan hubungan antara materi pelajaran,
teknologi dan pedagogi (Harris J., Mishra, P dan Koehler, M, 2009). Interaksi antara
tiga komponen tersebut memiliki kekuatan dan daya tarik untuk menumbuhkan
pembelajaran aktif yang terfokus pada peserta didik. Hal ini dapat juga dimaknai
sebagai bentuk pergeseran pembelajaran yang semula terpusat pada guru bergeser
kepada peserta didik. TPACK menekankan hubungan-hubungan antara teknologi, isi
kurikulum dan pendekatan pedagogi yang berinteraksi satu sama lain. Dalam skema
TPACK terdapat hubungan antar komponen penyusun, saling beririsan antara materi
(C). pedagogi (P) dan teknologi (T) yang berpengaruh dalam konteks pembelajaran.

39
Gambar tersebut memberi ilustrasi terhadap hubungan ketiga komponen
itu. Komponen-komponen yakni C, P dan K yang selanjutnya C menjadi (CK). P
menjadi (PK) dan T menjadi (TK) serta hubungan antar komponen dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Content Knowledge (CK)
Content Knowledge (CK) yakni pengetahuan tentang materi pelajaran
yang akan dipelajari. Materi tersebut tertuang di dalam kurikulum. Misalnya
siswa SMA belajar llmu Kimia, Fisika, Biologi dan Matematika maka
batasan materi pelajaran yang tertuang dalam kurikulum hendaknya
dimaknai secara menyeluruh. Menurut Shulman et al (1986) mencatat
bahwa materi pelajaran mencakup pengetahuan berupa konsep, teori,
gagasan, kerangka kerja, metode yang dilengkapi dengan metoda ilmiah
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: konsep asam
basa, teori asam basa, indikator alami, indikator asam basa, pH larutan,
tetapan ionisasi asam atau basa.
Shulman (1986) mengatakan bahwa pengetahuan konten akan
mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, teori, gagasan, kerangka kerja
organisasi, pengetahuan dan bukti, serta praktik dan pendekatan yang
mapan untuk mengembangkan pengetahuan tersebut. Pengetahuan dan sifat
penyelidikannya sangat berbeda antar bidang, dan guru harus memahami
dasar pengetahuan yang lebih dalam tentang disiplin ilmu yang diajarkan.
Pada objek kajian sains misalnya, mencakup pengetahuan tentang fakta dan
teori ilmiah, metode ilmiah, dan penalaran berbasis bukti. Guru yang tidak
memiliki basis pengetahuan konten yang benar dan komprehensif sangat
“berbahaya”. Sebagai contoh, siswa dapat menerima informasi yang salah
dan mengembangkan kesalahpahaman tentang area konten.

2) Pedagogy Knowledge (PK)


Pedagogy Knowledge (PK) menggambarkan pengetahuan secara
mendalam terkait dengan teori dan praktik belajar mengajar yakni
mencakup tujuan, proses, metode pembelajaran penilaian, strategi dan
lainnya. Pengetahuan pedagogi mensyaratkan pemahaman aspek kognitif,
afektif, sosial dan pengembangan teori pembelajaran dan bagaimana teori
itu dapat diterapkan di dalam proses pembelajaran. PK mencakup, nilai dan
tujuan pendidikan secara keseluruhan, pengetahuan tentang teknik atau
metode yang digunakan di kelas, karakteristik siswa, dan strategi untuk
mengevaluasi pemahaman siswa. Bentuk pengetahuan generik ini berlaku
untuk memahami bagaimana siswa belajar, keterampilan manajemen kelas
umum, perencanaan pelajaran, dan penilaian siswa. Seorang guru dengan
pengetahuan pedagogis yang mendalam memahami bagaimana siswa
membangun pengetahuan dan memperoleh keterampilan dan bagaimana

40
mereka mengembangkan kebiasaan berpikir dan disposisi positif terhadap
pembelajaran.
Dengan demikian, pengetahuan pedagogis memerlukan pemahaman
tentang teori pembelajaran kognitif, sosial, dan perkembangan dan
penerapannya pada siswa di kelas. Guru yang memiliki pengetahuan
pedagogi yang tinggi akan mengerti bagaimana siswa dapat mengkonstruksi
pengetahuannya dan bagaimana siswa mengembangkan kebiasaan berpikir.
Guru hendaknya memahami secara mendalam dan fokus terhadap pedagogi
yang dibutuhkan yakni tentang bagaimana siswa memahami dan
mengkonstruksi pengetahuan, sikap dan ketrampilan (Koehler, dkk.
2011).Contoh: konstruksivisme, Scientific, Discovery Learning, Problem
based Learning, inkuiri terbimbing, tanya jawab, diskusi, presentasi,
observasi, praktikum.

3) Technology Knowledge (TK)


Technology Knowledge (TK) adalah dasar-dasar teknologi yang
dapat dimanfaatkan untuk mensupport pembelajaran. Contohnya,
pemanfaatan software, program animasi, internet akses, model molekul,
laboratorium virtual dan lain-lain. Untuk itu, guru membutuhkan
menguasai dalam pemprosesan informasi, berkomunikasi dengan TIK
dalam pembelajaran. Mishra et al menekankan bahwa pengetahuan dasar,
pengetahuan teknologi serta trampil dalam menggunakannya untuk
mendukung pemahaman materi pelajaran yang dipelajari. Lebih jauh,
penguasaan teknologi inilah merupakan tuntutan siswa abad-2). Contoh:
google drive, onenote, chemdraw, chemsketch, prezzi dmodo, youtube,
Ulead, Windows movie maker, avidemux, mol, hyperchem, chemtool,
bkchem, lectora, moodle, dokeos, ATutor, internet, laptop, LCD, video,
power point.

4) Pedagogy Content Knowledge (PCK)


Pedagogy Content Knowledge (PCK) mencakup interaksi dan
terjadinya irisan antara pedagogi (P) dan materi pelajaran (C). Menurut
Shulman dalam Koehler et al (2011) bahwa PCK merupakan konsep tentang
pembelajaran yang menghantarkan materi pelajaran yang tertuang dalam
kurikulum. Hal ini mencakup proses pembelajaran terkait dengan materi
pelajaran yang dipelajari serta sistem penilaian peserta belajar. Model
pembelajarannya diharapkan dapat menghantarkan peserta belajar secara
efektif. Pemahaman hubungan dan irisan antara (P) dan (C) yang secara
ringkas menyangkut bagaimana (P) dapat mempengaruhi (C) Menurut
Koehler, PCK merupakan seperangkat pengetahuan, kurikulum bidang
studi. Transformasi pengetahuan, pedagogi umum, strategi pembelajaran
dalam konteks pendidikan (Mishra, P., & Koehler, M. J. 2006). Contoh:

41
Discovery Learning dan konstruksivisme sebagai strategi yang digunakan
dalam pembelajaran konsep asam basa, pendekatan inkuiri terbimbing
sebagai strategi yang digunakan dalam pembelajaran indikator alami,
diskusi siswa terhadap materi konsep asam basa dalam kehidupan sehari-
hari.

5) Technology Content Knowledge (TCK)


Technology Content Knowledge (TCK) termasuk dalam pemahaman
teknologi dan materi pelajaran yang dapat membantu serta mempengaruhi
komponen-komponen yang lain (Mishra, P., & Koehler, M. J. 2006).
Contoh: penggunaan Google drive yang berisi Lembar Kerja Siswa (LKS)
pada materi indikator alami, penggunaan prezzi dan youtube dalam
pembelajaran indikator asam basa, edmodo digunakan sebagai sarana untuk
mengumpulkan tugas tentang soal pH larutan asam kuat dan basa kuat.

6) Technology Pedagogy Knowledge (TPK)


Technology Pedagogy Knowledge (TPK) adalah merupakan
serangkaian pemahaman bagaimana perubahan pembelajaran terjadi dengan
memanfaatkan teknologi yang digunakan untuk mendukung pembelajaran
seeara aktif dan dapat membantu serta mempermudah konsep-konsep materi
pelajaran. TPK membutuhkan pemahaman keuntungan dan kerugian
teknologi yang dibutuhkan yang diterapkan dalam kontek materi pelajaran
yang terjadi dalam proses pembelajaran (Schmidt et al. 2009). Contoh:
Penggunaan prezzi dan youtube untuk memfasilitasi inkuiri terbimbing
dalam diskusi indikator asam basa, penggunaan Google drive yang berisi
Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk memfasilitasi Discovery Learning dalam
investigasi indikator alami.

7) Technology Pedagogy Content Knowledge (TPACK)


Technology Pedagogy Content Knowledge (TPACK) merangkum
suatu rangkaian dalam pembelajaran dimana kemampuan penguasaan
teknologi secara terintegrasi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dari
komponen-komponen penyusunnya (C), (P) dan (K). TPACK mensyaratkan
terjadinya multi interaksi dan kombinasi antar komponen yakni materi
pelajaran, pedagogi dan teknologi. Menurut Mishra dan Koehler, konsep
integrasi adalah merupakan keterlibatan berbagai domain/komponen materi
dan pedagogi yang dapat mensupport guru. Contoh: Penggunaan prezzi dan
youtube dengan strategi inkuiri terbimbing dapat membantu siswa untuk
memahami materi indikator asam basa, penggunaan Google drive yang
berisi Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan strategi Discovery Learning
dapat membantu siswa dalam penemuan dan analisis indikator alami.

42
Contoh Soal dan Latihan Soal Pendekatan TPACK
Berikut ini adalah 15 soal pilihan ganda tentang pendekatan TPACK:

1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan TPACK?


a. Pendekatan pembelajaran yang hanya mengandalkan teknologi
b. Pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi, konten, dan
pedagogi
c. Pendekatan pembelajaran yang hanya mengandalkan konten
d. Pendekatan pembelajaran yang hanya mengandalkan pedagogi

Jawaban: b. Pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi, konten,


dan pedagogi

2. Apa saja komponen TPACK?


a. Teknologi, konten, dan pedagogi
b. Teknologi, kreativitas, dan kolaborasi
c. Konten, kreativitas, dan kolaborasi
d. Konten, pedagogi, dan kolaborasi
Jawaban: a. Teknologi, konten, dan pedagogi

3. Apa yang dimaksud dengan komponen teknologi dalam TPACK?


a. Kemampuan guru dalam menggunakan teknologi
b. Teknologi yang digunakan dalam pembelajaran
c. Kemampuan siswa dalam menggunakan teknologi
d. Teknologi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Jawaban: b. Teknologi yang digunakan dalam pembelajaran

4. Apa yang dimaksud dengan komponen konten dalam TPACK?


a. Materi pembelajaran yang diajarkan
b. Kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran
c. Kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran
d. Materi pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari
Jawaban: a. Materi pembelajaran yang diajarkan

5. Apa yang dimaksud dengan komponen pedagogi dalam TPACK?


a. Metode pembelajaran yang digunakan
b. Kemampuan guru dalam mengelola kelas
c. Kemampuan siswa dalam belajar
d. Lingkungan belajar yang kondusif
Jawaban: a. Metode pembelajaran yang digunakan

Latihan Soal

43
Pilihlah jawaban yang paling benar!
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berpikir kritis dalam TPACK?
a. Kemampuan untuk berpikir logis dan analitis
b. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif
c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
d. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim

2. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berpikir kreatif dalam TPACK?


a. Kemampuan untuk berpikir logis dan analitis
b. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif
c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
d. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim

3. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berkomunikasi dalam TPACK?


a. Kemampuan untuk berpikir logis dan analitis
b. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif
c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
d. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim

4. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berkolaborasi dalam TPACK?


a. Kemampuan untuk berpikir logis dan analitis
b. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif
c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
d. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim

5. Apa yang dimaksud dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam TPACK?
a. Keterampilan berpikir tingkat tinggi
b. Keterampilan membaca, menulis, dan menghafal
c. Keterampilan menggambar, melukis, dan membuat kerajinan
d. Keterampilan kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi

44
DAFTAR PUSTAKA

Sari, R. P., & Suryani, N. (2021). Penerapan Model Pembelajaran PAIKEM untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 6(1), 1-8.
Yulianti, D., & Sari, R. P. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran
IPA. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 9(2), 173-182.
Kurniawan, A., & Sari, R. P. (2021). Penerapan Pendekatan Saintifik pada
Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 10(1), 1-10.
Sari, R. P., & Yulianti, D. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Teknologi, 6(1), 1-8.
Sari, R. P., & Kurniawan, A. (2021). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kolaboratif
untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi dan Berkolaborasi Siswa pada
Mata Pelajaran IPA. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 10(2), 173-182.
Mishra, P., & Koehler, M. J. (2006). Technological pedagogical content knowledge: A
framework for teacher knowledge. Teachers College Record, 108(6), 1017-1054.
Voogt, J., Fisser, P., Pareja Roblin, N., Tondeur, J., & van Braak, J. (2012).
Technological pedagogical content knowledge–a review of the literature. Journal
of computer assisted learning, 29(2), 109-121.
Johnson, L., Adams Becker, S., Estrada, V., & Freeman, A. (2015). NMC/CoSN
Horizon Report: 2015 K-12 Edition. The New Media Consortium.
Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st century skills: Learning for life in our times. John
Wiley & Sons.
Chen, Y. L., & Chen, Y. N. (2017). The effects of TPACK and ICT literacy on teachers'
ICT integration in teaching. Educational Technology & Society, 20(1), 185-196.

45
GLOSARIUM

1. Hakikat IPA: Konsep dasar tentang ilmu pengetahuan alam yang meliputi
pemahaman tentang alam semesta, benda-benda di alam semesta, dan proses-proses
yang terjadi di alam semesta.
2. Metode ilmiah: Pendekatan sistematis untuk memecahkan masalah atau menjawab
pertanyaan dengan menggunakan pengamatan, pengumpulan data, analisis data,
dan pengambilan kesimpulan.
3. Pembelajaran PAIKEM: Pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan empat
komponen, yaitu pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif,
pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran kontekstual.
4. Pembelajaran efektif: Pembelajaran yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran dengan menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat.
5. 4C: Keterampilan kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi yang menjadi fokus
dalam pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi, konten, dan
pedagogi (TPACK).
6. TPACK: Singkatan dari Technological Pedagogical Content Knowledge, yaitu
pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengintegrasikan teknologi, konten, dan
pedagogi dalam pembelajaran.

46

Anda mungkin juga menyukai