Di susun Oleh:
WIRDA WINANDA
200407561079
96 PIL
Abstrak
Pelajaran IPA di SD merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang gejala-gejala
alam melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah, sikap ilmiah, dan
hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting
berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Pembelajaran IPA harus
dilakukan dengan cara yang benar dan mendalam sehingga mata pelajaran IPA yang
kita pahami menjadi suatu yang berguna untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Pembelajaran IPA harus terjadi proses sains, menghasilkan produk sains dengan
melakukan eksperimen/percobaan dan terbentuknya sikap ilmiah. Pembelajaran IPA di
SD harus didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini
dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada
metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan
analisis rasional.
Kata kunci: IPA, SD
Abstract
Science lessons in elementary school are subjects that study natural phenomena
through a series of processes known as scientific processes, scientific attitudes, and the
results are realized as scientific products composed of the three most important
components in the form of concepts, principles, and theories that apply universally.
Science learning must be done in a correct and in-depth way so that the science
subjects that we understand become something useful for us to do in our daily lives.
Science learning must occur the process of science, produce science products by
conducting experiments/trials and the formation of scientific attitudes. Science learning
in elementary school must be based on an empirical approach with the assumption that
this universe can be studied, understood, and explained which does not solely depend
on the causality method but through certain processes, such as observation,
experimentation, and rational analysis.
Keywords: Science, Elementary School
1. Pendahuluan
Pelajaran IPA di SD merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang
gejala-gejala alam melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah,
sikap ilmiah, dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga
komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara
universal. Pembelajaran IPA harus dilakukan dengan cara yang benar dan
mendalam sehingga mata pelajaran IPA yang kita pahami menjadi suatu yang
berguna untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA yang
efektif dan menyenangkan harus menyentuh aspek proses dimana siswa harus aktif
menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam. Pembelajaran IPA
harus terjadi proses sains, menghasilkan produk sains dengan melakukan
eksperimen/percobaan dan terbentuknya sikap ilmiah. Pembelajaran IPA di SD
harus didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini
dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada
metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen,
dan analisis rasional.
2. Metode
Metode yang dapat digunakan dalam penelitian ini yaitu: a) Metode
Eksperimen, Metode eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran IPA
yang efektif dan banyak digunakan dalam pembelajaran IPA di SD; Metode
eksperimen dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif;
Metode eksperimen dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA dengan
lebih baik (Mulyasa, 2005). b) Model Pembelajaran Discovery Learning, Model
pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA
siswa; Model pembelajaran Discovery Learning dapat membuat siswa lebih aktif
dalam pembelajaran dan menemukan sendiri ide-idenya; Model pembelajaran
Discovery Learning dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan proses
dan melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis
terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya (Rosidah.,
Puspitasari., W., & Dewi., A., 2021). c) Model Pembelajaran Numbered Head
Together (NHT), Model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa; Model pembelajaran NHT dapat membuat siswa lebih aktif dalam
pembelajaran dan berkolaborasi dengan teman-temannya; Model pembelajaran
NHT dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA dengan lebih baik
(Suandewi & Citra Wibawa, 2017). d) Metode Pembelajaran POE (Predict,
Observe, Explain)
Metode pembelajaran POE dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA
dengan lebih baik; Metode pembelajaran POE dapat membuat siswa lebih aktif
dalam pembelajaran dan menemukan sendiri ide-idenya; Metode pembelajaran
POE dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan proses dan melatih
siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap
persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya (Rosidah. et al., 2021). e)
Metode Pembelajaran Langsung, Metode pembelajaran langsung merupakan
metode pembelajaran yang paling umum digunakan dalam pembelajaran IPA di
SD; Metode pembelajaran langsung dapat membantu siswa memahami konsep-
konsep IPA dengan lebih baik; Metode pembelajaran langsung dapat membantu
siswa mengembangkan keterampilan proses dan melatih siswa untuk dapat berpikir
serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah
yang ada di lingkungannya.
3. Hasil dan Pembahasan
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu mata
pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan. IPA mempelajari tentang alam
sekitar dan fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Pembelajaran IPA
di SD sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi.
Selain itu, pembelajaran IPA di SD juga dapat membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan analitis. Tujuan pembelajaran IPA di SD adalah
untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, masih banyak faktor yang menjadi penyebab dari ketidakberhasilan
pembelajaran IPA di SD, seperti kurangnya kemampuan guru untuk merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, serta daya
serap siswa terhadap materi pelajaran IPA yang masih sangat minim. Oleh karena
itu, perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran IPA yang melibatkan siswa
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ide-idenya.
Berikut adalah beberapa metode pembelajaran IPA yang dapat digunakan di
SD:
a. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran IPA yang
efektif dan banyak digunakan dalam pembelajaran IPA di SD. Metode
eksperimen dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Metode eksperimen dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA
dengan lebih baik (Mulyasa, 2005).
b. Model Pembelajaran Discovery Learning
Model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman
konsep IPA siswa. Model pembelajaran Discovery Learning dapat membuat
siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan menemukan sendiri ide-idenya.
Model pembelajaran Discovery Learning dapat membantu siswa
mengembangkan keterampilan proses dan melatih siswa untuk dapat berpikir
serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat
ilmiah yang ada di lingkungannya (Rosidah. et al., 2021)
c. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Model
pembelajaran NHT dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan
berkolaborasi dengan teman-temannya. Model pembelajaran NHT dapat
membantu siswa memahami konsep-konsep IPA dengan lebih baik (Suandewi
& Citra Wibawa, 2017)
d. Metode Pembelajaran POE (Predict, Observe, Explain)
Metode pembelajaran POE dapat membantu siswa memahami konsep-konsep
IPA dengan lebih baik. Metode pembelajaran POE dapat membuat siswa lebih
aktif dalam pembelajaran dan menemukan sendiri ide-idenya. Metode
pembelajaran POE dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan
proses dan melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional
dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya
(Rosidah. et al., 2021)
e. Metode Pembelajaran Langsung
Metode pembelajaran langsung merupakan metode pembelajaran yang paling
umum digunakan dalam pembelajaran IPA di SD. Metode pembelajaran
langsung dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA dengan lebih
baik. Metode pembelajaran langsung dapat membantu siswa mengembangkan
keterampilan proses dan melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak
secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di
lingkungannya (Sulthon, 2017).
Dalam pembelajaran IPA di SD, guru harus mampu merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Guru harus
mampu membuat siswa tertarik dan antusias dalam pembelajaran IPA. Selain itu,
guru juga harus mampu mengembangkan keterampilan proses siswa dan melatih
siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap
persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya.
Pembelajaran IPA di SD juga harus dilakukan dengan cara yang benar dan
mendalam sehingga mata pelajaran IPA yang kita pahami menjadi suatu yang
berguna untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA yang
efektif dan menyenangkan harus menyentuh aspek proses dimana siswa harus aktif
menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam. Pembelajaran IPA
harus terjadi proses sains, menghasilkan produk sains dengan melakukan
eksperimen/percobaan dan terbentuknya sikap ilmiah. Pembelajaran IPA di SD
harus didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini
dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada
metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen,
dan analisis rasional.
Kesimpulannya, pembelajaran IPA di SD sangat penting untuk
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Metode
pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu siswa mengembangkan
keterampilan proses serta melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara
rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di
lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang dan melaksanakan
proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan membuat siswa tertarik
dan antusias dalam pembelajaran IPA.
4. Kesimpulan
Pelajaran IPA di SD sangat penting karena merupakan dasar dari ilmu
pengetahuan alam yang akan dipelajari di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pembelajaran IPA di SD juga dapat membantu siswa memahami alam sekitar dan
fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitar mereka. Pembelajaran IPA di SD
juga dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
analitis. Pembelajaran IPA di SD harus dilakukan dengan cara yang benar dan
mendalam sehingga mata pelajaran IPA yang kita pahami menjadi suatu yang
berguna untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPA yang efektif dan menyenangkan harus menyentuh aspek
proses dimana siswa harus aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-
gejala alam. Pembelajaran IPA harus terjadi proses sains, menghasilkan produk
sains dengan melakukan eksperimen/percobaan dan terbentuknya sikap ilmiah.
Pembelajaran IPA di SD harus didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi
bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-
mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya
observasi, eksperimen, dan analisis rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. (2005). BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, 7–
20.
Rosidah., A., Puspitasari., W., D., & Dewi., A., F. (2021). Pentingnya Model
Pembelajaran Poe ( Predict , Observe , Explain ) dalam Pembelajaran IPA. In
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 03, 166–169.
Suandewi, K., & Citra Wibawa, I. M. (2017). Penerapan Model Pembelajaran
Numbered Head Together Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas Iv Sd No.
3 Kapal. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 1(1), 59.
http://doi.org/10.23887/jisd.v1i1.10116
Sulthon, S. (2017). Pembelajaran IPA yang Efektif dan Menyenangkan bagi Siswa MI.
ELEMENTARY: Islamic Teacher Journal, 4(1).
http://doi.org/10.21043/elementary.v4i1.1969
3. PAIKEM
a) Pengertian
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan) adalah
model pembelajaran yang mendukung peserta didik untuk melakukan berbagai
kegiatan yang mengarah pada pengembangan karakter seperti keterampilan,
tanggung jawab, bersikap dan berfikir. Dalam hal tersebut PAIKEM memiliki 4
prinsip utama yaitu interaksi, komunikasi, refleksi, dan eksplorasi
1) Pembelajaran Aktif
Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan
semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan
spiritual. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif
bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat
memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif
siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa
didorong untuk bertanggungjawab terhadap proses belajarnya.
2) Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan
apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media/alat bantu terutama
yang berbasis teknologi maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga,
terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa.
Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point
merupakan salah satu alternatif.
3) Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan
menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana
baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan
demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan
agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.
4) Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif (berhasil guna) jika mencapai sasaran atau
minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu,
yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang diperoleh
siswa. Guru pun diharapkan memperoleh pengalaman baru sebagai hasil
interaksi dua arah dengan siswanya.
5) Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan
hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk
tangan yang meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran
yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan
yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan
keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.
b) Karakteristik PAIKEM
Sebagai pendekatan pembelajaran PAIKEM memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a. Berpusat pada siswa (student-centered ).
b. Belajar yang menyenangkan (joyfull learning).
c. Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuan tertentu
(competencybased learning).
d. Belajar secara tuntas (mastery learning).
e. Belajar secara berkesinambungan (continuous learning).
f. Belajar sesuai dengan ke-kini-an dan kedisini-an (contextual learning).
Perbedaan antara pembelajaran berpusat pada guru dan pembelajaran
berpusat pada siswa, sebagai berikut:
Pembelajaran Berpusat pada Guru Pembelajaran Berpusat pada Siswa
Penyampaian melalui ceramah Guru sebagai fasilitator, bukan
tanpa modifikasi. penceramah.
Pengajaran bersifat tradisional. Fokus pembelajaran pada siswa
bukan pada guru.
Siswa pasif. Siswa belajar secara aktif.
Guru menentukan secara mutlak Siswa mengontrol proses belajar
materi yang ia ajarkan dan cara dan menghasilkan karyanya sendiri,
siswa mendapatkan informasi tidak hanya mengutip dari guru.
mengenai materi yang mereka
pelajari.
c) Kelebihan dan Kekurangan PAIKEM
- Kelebihan model pembelajaran PAIKEM yaitu:
1) Dapat mengembangkan kecakapan hidup dan kerjasama dalam belajar.
2) Membantu mendorong peserta didik untuk kreatif dalam membuat
karya.
3) Membantu meningkatkan semangat peserta didik dalam belajar agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran.
4) Segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik tentu akan dihargai.
- Kekurangan model pembelajaran PAIKEM adalah:
1) Kesenjangan antara peserta didik perempuan dan laki-laki.
2) Kelompok yang terbentuk masih bergantung pada posisi atau urutan
tempat duduk peserta didik.
3) Guru belum dapat melihat bagaimana proses pembelajaran PAIKEM
yang baik.
4) Hasil kerja peserta didik yang dipajang masih kurang beragam.
5) Lembar Kerja Siswa (LKS) yang masih sering digunakan dalam proses
pembelajaran.
d) Jenis Model Pembelajaran PAIKEM
1) Setiap Siswa Sebagai Guru, langkah-langkah dalam penerapannya adalah
sebagai berikut :
- Guru membagikan kertas kepada peserta didik, kemuan peserta didik
menulis pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari.
- Setelah selesai maka guru mengambil kertas dan membagikannya kembali
secara acak kepada peserta didik dan harus memastikan bahwa peserta didik
tidak menerima kertas dengan namanya sendiri.
- Guru memanggil peserta didik secara acak untuk maju kedepan dan
membacakan pertanyaan dan jawaban, dan kemudian peserta didik yang lain
diminta untuk memberikan tanggapan.
- Untuk dapat mengembangkan kegiatan diskusi maka guru menunjuk peserta
didik secara bergantian untuk membacakan pertanyaan dan jawaban dengan
menyesuaikan waktu yang tersedia.
- Langkah yang terakhir, guru dapat memberikan kesimpulan, klarifikasi
terhadap jawaban yang kurang benar dan melakukan tindak lanjut.
2) Mencari Pasangan Kartu Yang Sesuai, langkah-langkah penerapannya yaitu:
- Guru membuat pertanyaan dan jawaban dengan potongan kertas yang
jumlahnya sesuai dengan jumlah peserta didik.
- Kertas yang berupa pertanyaan dan jawaban diacak menjadi satu agar
tercampur dan dibagikan kepada peserta didik dengan setiap orang
mendapatkan satu kertas.
- Guru meminta peserta didik untuk berdiri dan membaca kertas yang telah
diterima.
- Kemudian peserta didik yang menjadi pasangan dari kertas yang telah
dibaca diminta untuk berdiri dan membacakannya.
- Guru mengakiri kegiatan dengan melakukan klarifikasi, memberikan
kesimpulan dan melakukan tidak lanjut.
3) Jigsaw Learning, langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
- Guru memilih materi yang dapat dibagi ke dalam beberapa sub bab materi.
- Kemudian guru membentuk sesuai dengan jumlah sub bab yang telah
dibuat.
- Setiap kelompok diberikan sub bab dengan tugas untuk membaca,
memahami dan mendiskusikannya, setelah itu membuat ringkasan materi.
- Setiap kelompok memilih salah satu orang untuk menyampaikan materi
yang telah dipelajari kepada kelompok lain.
- Guru mengembalikan kondisi kelas seperti semula dan menanyakan apabila
ada persoalan yang belum terselesaikan didalam kelompoknya.
- Guru mengecek pemahaman peserta didik dengan cara memberikan
pertanyaan.
- Setelah selesai maka guru memberikan kesimpulan, klarifikasi dan
mengambil tidak lanjut.
4) Card Sort, langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi tentang materi pokok dan
terdiri dari kartu induk dan kartu rincian.
- Kartu yang telah dibuat tadi kemudian diacak agar tidak tercampur.
- Guru memberikan perintah kepada peserta didik untuk mencari kartu dan
kemudian mencocokannya dengan teman di kelas.
- Setelah peserta didik menemukan kartu induk dan kartu rincian, guru
membentuk kelompok dan hasil yang didapatkan ditempelkan pada papan
dengan urut.
- Setelah semua kelompok selesai menempelkan hasilnya kemudain
dilakukan pengoreksian secara bersama.
- Pemimpin kelompok ditunjuk untuk menjelaskan hasil kartunya dan
kemudian kelompok lain diminta untuk dapat memberikan komentar.
- Guru memberikan kesimpulan dan melakukan klarifikasi serta tindak lanjut.
Secara umum penerapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam
menjalankan model pembelajaran PAIKEM dapat dilakukan seperti berikut:
- Peserta didik terlibat aktif dalam berbagai macam kegiatan untuk
pengembangan, pemahaman dan keterampilan melalui penekanan dalam
kegiatan belajar.
- Berbagai macam alat bantu dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran, dan memotivasi peserta didik agar dapat
meningkatkan semangat belajar. Guru dapat memanfaatkan alam sekitar
dalam proses pembelajaran agar kegiatan pembelajaran menjadi
menyenangkan.
- Kelas dapat diatur oleh guru agar memberikan suasana yang menarik
dengan memajang buku-buku dan bahan ajar lainnya.
- Belajar kelompok merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan guru
untuk dapat menerapkan gaya mengajar yang kooperatif dan interaktif.
Dengan belajar kelompok akan membangun kerja sama antar peserta didik.
4. 4C (Creativity, Critical thinking, Collaboration dan Communication)
a. Pengertian
Kompetensi 4C merupakan singkatan dari creativity, critical thinking,
collaboration, dan communication. Keempat elemen tersebut bertujuan untuk
membentuk pribadi peserta didik yang cerdas dan berkualitas. Kompetensi 4C
pertama kali diperkenalkan pada tahun 2000 oleh Partnership for 21st Century
Skills (P21), sebuah organisasi yang berfokus pada meningkatkan kualitas
pendidikan di Amerika Serikat. Fokus pembahasan mereka pada saat hanya
satu, yaitu menyiapkan peserta didik untuk siap menghadapi dunia kerja di era
digitalisasi. Namun, dalam perkembangannya, banyak negara yang mengadopsi
kompetensi tersebut dalam pembelajaran, salah satunya pendidikan di
Indonesia.
Kompetensi 4C mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2013,
ketika Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mulai
menerapkan kurikulum 2013 yang didesain untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi, dan bekerja sama.
Kemendikbud menyatakan bahwa kompetensi 4C merupakan kompetensi yang
diperlukan untuk menyiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di era global
saat ini. Dalam kurikulum 2013, kompetensi 4C diintegrasikan dalam setiap
mata pelajaran dan diharapkan dapat dikembangkan melalui berbagai aktivitas
pembelajaran seperti diskusi kelompok, presentasi, atau proyek-proyek yang
memerlukan siswa untuk mengaplikasikan pemahaman mereka dan berpikir
kritis, kreatif, berkomunikasi, dan bekerja sama dengan orang lain.
Kompetensi 4C diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia dan membantu siswa untuk menjadi individu yang mandiri, kreatif,
dan tanggap terhadap perubahan yang terjadi di dunia global saat ini.
b. Konsep Penerapan 4C dalam Pembelajaran
Kompetensi 4C memiliki peran yang sangat penting pada erat saat ini. Ia
menjadi penunjang seorang individu dalam menghadapi tantangan dalam dunia
kerja dan kehidupan sehari-hari di era digital. Sebagai contoh, kemampuan
untuk bekerja sama dengan orang lain dan berani menyampaikan pendapat
secara efektif seorang peserta didik dapat menjadi modal utama mereka dalam
dunia kerja. Masih banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kompetensi 4C,
berikut uraiannya.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA..................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................1
HAKIKAT IPA..........................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................7
METODE ILMIAH...................................................................................................................7
BAB III......................................................................................................................................12
PEMBELAJARAN EFEKTIF................................................................................................12
BAB IV......................................................................................................................................18
PEMBELAJARAN PAIKEM.................................................................................................18
BAB V.......................................................................................................................................24
PEMBELAJARAN EFEKTIF KETERAMPILAN 4 C........................................................24
BAB VI......................................................................................................................................35
PENDEKATAN TPACK.........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................45
GLOSARIUM...........................................................................................................................46
iv
BAB I
HAKIKAT IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.
Kata sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang berarti “saya tahu”. Dalam
bahasa inggris, katasains berasal dari kata science yang berarti “pengetahuan”.
Science kemudian berkembangmenjadi natural science yang dalam bahasa
indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam IPA. IPA adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Jadi dari sisi istilah IPA adalah
suatu pengetahuan yang bersifat objektif.
1. James B. Conant. mendeskripsikan IPA sebagai rangkaian konsep dan pola
konseptual yang saling berkaitan yang dihasilkan dari eksperimen dan observasi
hasil-hasil eksperimen yang diperoleh sebelumnya menjadi bekal bagi
eksperimen dan observasi selanjutnya, sehingga memungkingkan ilmu
pengetahuan tersebut terus berkembang.
2. IPA menurut carin dan sound (1989) adalah suatu sistem untuk memahami alam
semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.
3. Abruscato 19960 dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children Science”
mendefnisikan tentang IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat
serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang
berkaitan dengan alam semesta.
4. The Harper Encyclopedia of Science mendefinsikan IPA sebagai suatu
pengetahuan dan pendapat yang tersusun dan didukung secara sistematis oleh
bukti-bukti yang dapat diamati.
Jika menggunakan sudut pandang yang lebih menyeluruh, IPA seharusnya
dipandangsebagai cara berpikir untuk memeroleh pemahaman tentang
alam dan sifat-sifatnya, cara untuk menyelidiki bagaimana fenomena-fenomena
alam dapat dijelaskan, sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari
keingintahuan (inquiry) orang. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA
meliputi tiga cakupan yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA
sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah.
1
konsep, prinsip, dan teori-teori. Jadi hasil yang berupa fakta yaitu dari kegiaran
empiric (berdasarkan fakta),sedangkan data,konsep,prinsip dan teori dalam IPA
merupakan hasil kegiatan analitik.
1. fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda yang benar
ada, atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dapat
dibuktikan kebenarannya. Misalnya: air mengalir dari tempat tinggi ke
tempat rendah
2. Konsep IPA adalah merupakan penggabungan ide antara fakta-fakta yang
ada hubungannya satu dengan yang lainnya, Misalnya: energi, air,
tumbuhan, massa, gaya.
3. Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep
Misalnya: udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip menghubungkan
konsep udara, panas, pemuaian. Artinya udara akan memuai jika udara
tersebut dipanaskan.
4. Hukum alam adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima dan bersifat lebih
kekal. Misal: hukum kekekalan energi berbunyi bahwa dalam suatu interaksi
tidak ada energiyang diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi hanya berubah
dari suatu bentuk ke bentuk lain.
5. Teori ilmiah adalah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta,
data-data, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan.
Teori ini dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan
teori tersebut. Misal: Teori meteoologi membantu para ilmuan untuk
memahami mengapa dan bagaimana kabut dan awan terbentuk.
2
1. Obsevasi atau pengamatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
menggunakan panca indra.
2. Prediksi yaitu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan
kecenderungan atau polahubungan yang terdapat pada data yang telah
diperoleh.
3. Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang telah diperoleh dari
hasil pengamatan.
4. Merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperimen.
i) Tahap- tahap penelitian:
- Menetapkan masalah penelitian.
- Menetapkan hipotesis penelitian.
- Menetapkan alat dan bahan yang digunakan.
- Menetapkan langkah-langkah percobaan serta waktu yang dibutuhkan.
- Mengendalikan variabel yaitu mengukur variabel sehingga ada
perbedaan pada akhir eksperimen karena pengaruh variabel yang diteliti.
j) Variabel terdiri atas tiga yaitu :
1. Varibel bebas yaitu factor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan.
2. Variabel terikat yaitu factor yang dipengaruhi.
3. Variabel control yaitu variabel yang dibuat tetap.
k) Hipotesis yaitu suatu pernyataan berupa dugaan sementara tentang
kenyataan-kenyataan yang ada di alam melalui perkiraan.
l) Kesimpulan yaitu hasil akhir dari proses pengamatan .
3
k) Selalu ingin tahu tentang apa, mengapa, dan bagaimana dari suatu masalah
atau gejala yang dijumpainya.
Menurutu Wynne Harlei dan Heudro Darmojo, sikap ilmiah yang dapat
dikembangkan pada anak SD yaitu:
a) Sikap ingin tahu
b) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru
c) Sikap kerja sama
d) Sikap tidak putus asa
e) Sikap tidak berprasangka
f) Sikap mawas diri
g) Sikap bertanggung jawab
h) Sikap berpikir bebas
i) Sikap kedisiplinan diri
j) Sikap ilmiah lain yang muncul dari hasil pengamatan / observasi: (a) jujur
(b) teliti (c) cermat.
4
d. Mengamati suatu hal secara seksama
Kunci Jawaban
1. A
2. A
3. D
4. A
5. B
6. Komponen proses IPA meliputi observasi, percobaan, inferensi, prediksi, dan
pengukuran.
7. Botani
8. Tujuan utama pembelajaran IPA di SMP adalah untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam mengamati, menanya, mencoba, dan menyimpulkan
fenomena alam dan lingkungan sekitar.
9. Salah satu fungsi pembelajaran IPA di SMP adalah untuk membantu siswa
memahami dan menghargai keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup.
10. Hakikat IPA adalah fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori yang dihasilkan
dari kegiatan empiris para ahli saintis sejak berabad-abad. Hakikat IPA
merupakan hasil dari pengamatan, percobaan, inferensi, prediksi, dan
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Latihan Soal
Berikut ini adalah beberapa contoh soal dan latihan soal tentang hakikat IPA
1. "Mengamati suatu fakta yang ada di alam" merupakan arti dari salah satu
komponen proses IPA, yaitu....
a. Observasi
b. Percobaan
c. Inferensi
d. Prediksi
e. Pengukuran
5
2. "Kumpulan hasil kegiatan dari para ahli saintis sejak berabad-abad, yang
menghasilkan berupa fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori jadi hasil yang
berupa fakta yaitu dari kegiatan empiric" merupakan pengertian IPA sebagai....
a. Fakta
b. Keyakinan pribadi
c. Metode ilmiah
d. Ramalan
3. Ilmu sains berusaha untuk menjelaskan fenomena alam dan kehidupan dengan cara:
a. Mengandalkan mitos dan legenda
b. Berdasarkan keyakinan pribadi
c. Menggunakan metode ilmiah
d. Membaca ramalan
6
BAB II
METODE ILMIAH
7
sistematis dan teratur. Analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan
tabel, grafik, atau rumus matematika.
5) Membuat Kesimpulan
Membuat kesimpulan adalah menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis
data. Kesimpulan harus didasarkan pada data atau informasi yang telah
dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya. Kesimpulan harus dapat menjawab
masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
6) Mengkomunikasikan Hasil
Mengkomunikasikan hasil adalah menyajikan hasil penelitian dalam bentuk
laporan atau publikasi. Laporan atau publikasi harus disusun dengan cara
yang sistematis dan teratur. Laporan atau publikasi harus dapat menjelaskan
langkah-langkah yang telah dilakukan dan hasil yang telah diperoleh.
8
5. Contoh Soal dan Latihan Soal
Contoh Soal
Pilihlah jawaban yang paling benar!
1. Langkah pertama dalam metode ilmiah adalah ….
a. Merumuskan masalah
b. Mengumpulkan data
c. Mengajukan hipotesis
d. Merumuskan hukum
e. Melaksanakan pengamatan
5. Praduga seorang ilmuwan terhadap suatu kasus yang didasarkan pada telaah
pustaka atau pengumpulan informasi disebut ….
a. Hipotenusa
b. Sintesa
c. Antitesa
d. Hipotesa
e. Analisa
9
6. Untuk membuktikan hipotesis harus melakukan ….
a. Percobaan
b. Penafsiran
c. Penelitian
d. Perkiraan
e. Pengembangan
7. Jika dalam penelitian ditemukan hasil yang tidak sesuai dengan hipotesis, maka
yang harus dilakukan adalah ….
a. Membuat kesimpulan baru
b. Mengabaikan hasil tersebut
c. Mengulang penelitian dari awal
d. Mencari data baru
e. Mengubah hipotesis
10
2. A
3. A
4. B
5. D
6. A
7. A
8. A
9. B
10. D
Latihan Soal
1. Observasi
a. Apa yang dimaksud dengan observasi?
b. Berikan contoh observasi yang dapat dilakukan di sekitar lingkunganmu!
2. Merumuskan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan merumuskan masalah?
b. Berikan contoh masalah yang dapat dirumuskan dari hasil observasi yang
telah dilakukan!
3. Membuat Hipotesis
a. Apa yang dimaksud dengan hipotesis?
b. Berikan contoh hipotesis yang dapat dibuat dari hasil observasi dan
merumuskan masalah yang telah dilakukan!
4. Mengumpulkan Data
a. Apa yang dimaksud dengan mengumpulkan data?
b. Berikan contoh cara mengumpulkan data yang dapat dilakukan untuk
menguji hipotesis!
5. Menganalisis Data
a. Apa yang dimaksud dengan menganalisis data?
b. Berikan contoh cara menganalisis data yang telah dikumpulkan untuk
menarik kesimpulan!
6. Membuat Kesimpulan
a. Apa yang dimaksud dengan membuat kesimpulan?
b. Berikan contoh kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis data yang
telah dilakukan!
7. Mengkomunikasikan Hasil
a. Apa yang dimaksud dengan mengkomunikasikan hasil?
11
b. Berikan contoh cara mengkomunikasikan hasil penelitian yang telah
dilakukan!
BAB III
PEMBELAJARAN EFEKTIF
1. Pengertian Pembelajaran Efektif
Efektif itu artinya mencapai target yang ditetapkan dalam rencana.5leh
karena itu, perencanaan pembelajaran yang efektif adalah yangmenetapkan
kriteria target dan guru melakukan pengukuran pencapaian. Jadi,mengajar yang
efektif itu jika pelaksanaannya terdapat instrumen untuk mengukur keberhasilan
dan melaksanakan pengukuran. Pembelajaran yangefektif dapat juga dilihat dari
segi proses dan hasil. /ari segi proses, pembelajaran dianggap efektif jika siswa
terlibat secara aktif melaksanakan tahapan-tahapan prosedur pembelajaran. /ari
segi hasil, dianggap efektif jikatujuan pembelajaran dikuasai siswa secara
tuntas.Pembelajaran dilakukan mulai dari perencanaan yang matang, pembuatan
perangkat pembelajaran, pemilihan strategi, media, teknik, metode
pembelajaran, hingga evaluasi pembelajaran yang semua itu saling
berkesinambungan. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaranadalah penggunaan metode-metode pembelajaran yang efektif dan
sesuaidengan peserta didiknya agar dalam pembelajaran yang dilakukan dapat
lebih variatif dan berjalan lancar. Penggunaan model pembelajaran ini
jugadisesuaikan dengan materi yang akan diajarkan sehingga kesesuaian
antarakeduanya dan semua komponen menjadi tepat guna.
12
kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang
lain.
5) Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
2) Metode diskusi
Metode diskusi adalah kegiatan yang melibatkan peserta didik untuk aktif
menyampaikan pendapat atau gagasan yang ada untuk bisa memecahkan
sebuah permasalahan. Penerapannya biasanya membagi siswa ke beberapa
kelompok untuk memecahkan sebuah persoalan secara bersama-sama.
Tujuannya, selain mampu memecahkan permasalahan, siswa juga
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan terkait masalah yang dibahas,
berani mengeluarkan pendapat, serta mengambil keputusan.
3) Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan
kegiatan peragaan atau demonstrasi untuk memperjelas suatu teori, kejadian,
13
atau cara kerja suatu alat. Jika pada kegiatan praktikum siswa dapat
berpartisipasi dan secara langsung mencoba, pada metode demonstrasi
hanya diperagakan oleh guru di hadapan peserta didik.
4) Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah kegiatan pembelajaran dengan melibatkan
peserta didik untuk mencoba atau mempraktikkan materi pembelajaran yang
sedang disampaikan. Kegiatan praktikum ini umumnya dilakukan di
laboratorium, sehingga setiap eksperimen yang dilakukan dapat berjalan
dengan aman. Biasanya diterapkan pada mata pelajaran yang berhubungan
dengan sains (ilmu alam).
5) Metode debat
Metode debat adalah metode pembelajaran yang sering digunakan di mata
pelajaran sosial atau humaniora (sastra). Debat atau adu argumentasi
dilakukan antara dua kelompok atau lebih, bisa secara perorangan atau
kelompok, untuk mengemukakan pendapat atas sikap yang diambil oleh
kelompok tersebut. Biasanya, kelompok dibagi menjadi pro dan kontrak
terhadap sebuah permasalahan. Tujuannya, peserta didik diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan bicara (public speaking) dan mengemukakan
pendapat.
14
menggunakan metode ini, guru dapat berinteraksi langsung dengan siswa
melalui video conference, meski terdapat jarak di antara mereka.
15
4. Apa saja jenis-jenis metode pembelajaran?
a. Ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi, praktikum, dan lain-lain
b. Membaca, menulis, menghafal, menggambar, dan lain-lain
c. Menonton video, bermain game, chatting, dan lain-lain
d. Membaca dengan cepat, membaca dengan suara keras, membaca dengan
mata tertutup, dan lain-lain
Jawaban: a. Ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi, praktikum, dan lain-lain
5. Apa yang harus dilakukan saat mengerjakan soal pilihan ganda agar lebih
efektif?
a. Membaca hanya satu pilihan jawaban yang dianggap benar
b. Membaca semua pilihan jawaban dengan seksama
c. Menebak secara asal-asalan
d. Tidak membaca soal dan langsung memilih jawaban
Jawaban: b. Membaca semua pilihan jawaban dengan seksama
Latian Soal
Pilihlah jawaban yang paling benar!
1. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran efektif adalah...
a. Metode pembelajaran yang hanya mengandalkan satu cara
b. Lingkungan belajar yang tidak kondusif
c. Siswa yang tidak memiliki motivasi belajar
d. Guru yang tidak memiliki kemampuan mengajar yang baik
16
c. Metode pembelajaran yang efisien, lingkungan belajar yang nyaman,
siswa yang pandai, guru yang berpengalaman
d. Metode pembelajaran yang hanya mengandalkan teori, lingkungan
belajar yang tidak teratur, siswa yang malas, guru yang tidak memiliki
kemampuan mengajar yang baik
17
BAB IV
PEMBELAJARAN PAIKEM
Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan salah satu ukuran
berhasil tidaknya seseorang telah menempuh kegiatan belajar di sekolah dan
untuk mengetahui tingkat keberhasilannya maka perlu dilakukan penilaian
berupa tes.“Hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh murid”.
Selanjutnya dikemukakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh murid setelah melalui kegiatan belajar” (Muliono, 1994).
18
proses pembelajaran yang mengajak peserta didik belajar dengan aktif, berarti
mereka mendominasi aktifitas pembelajaran.
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tes pra tindakan atau tes awal pada
siswa yang akan diteliti sebanyak 26 orang. Berdasarkan hasil tes awal, hasil
belajar terlihat masih sangat rendah dimana daya serap klasikal hanya mencapai
48,85% dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 23,07% yang mana hasil
ini belum mencapai standar indikator ketuntasan yang ada disekolah yaitu
ketuntasan belajar klasikal dan daya serap klasikal masing-masing sebesar 80%.
Selain itu juga, terlihat masih banyaknya siswa yang belum tuntas yaitu
sebanyak 20 orang. Hal ini disebabkan karena banyak siswa yang tidak benar-
benar memahami konsep yang dipelajarinya.
3. Karakteristik PAIKEM
19
Syah dan Kariadinata (2009: 3-4) PAIKEM memiliki karakteristik sebagai
berikut.
1. Berpusat pada siswa (student-centered ).
2. Belajar yang menyenangkan (joyfull learning).
3. Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuantertentu
(competency-based learning).
4. Belajar secara tuntas (mastery learning).
5. Belajar secara berkesinambungan (continuous learning).
Secara teori ada beberapa ciri yang menonjol yang tampak secara kasat mata
tentang model pembelajaran Paikem dalam melaksanakan proses pembelajaran
yaitu:
1. Adanya sumber belajar yang beraneka ragam dan tidak lagi mengandalkan
buku sebagai satu-satunya sumber belajar.
20
3) Pengelompokkan siswa masih dari segi pengaturan tempat duduk, kegiatan
yang dilakukan siswa sering kali belum mencerminkan belajar kooperatif
yang benar.
4) Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran PAIKEM
yang baik.
5) Pajangan sering menampilkan hasil kerja siswa yang cenderung seragam.
6) Pembelajaran masih sering berupa pengisian Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang sebagian besar pertanyaan bersifat tertutup (Desi : 2012).
1) Mengalami
Peserta didik harus terlibat aktif baik secara fisik, mental maupun emosional.
Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih memberi makna
daripada hanya mendengarkan saja.
2) Komunikasi
Dalam kegiatan pembelajaran harus terwujud komunikasi antara guru dan
peserta didik. Proses komunikasi yang baik adalah dimana antara
komunikator dan komunikan terdapat arah yang sama.
3) Interaksi
Dalam kegiatan pembelajaran harus diciptakan interaksi multi arah. Interaksi
multi arah yang diharapkan terjadi adalah interaksitransaksional, dimana
proses interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa bahkan siswa
dengan lingkungan sekitar.
21
4) Refleksi
Proses refleksi sangat penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
ketercapaian proses pembelajaran. Kegiatan refleksi ini dilakukan bersama
antara guru dan siswa.
Contoh Soal
22
4. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif?
a. Pembelajaran yang hanya mengandalkan satu metode
b. Pembelajaran yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran
c. Pembelajaran yang hanya mengandalkan teori tanpa praktek
d. Pembelajaran yang melibatkan kerja sama antara siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran
Latihan Soal
23
b. Kemampuan siswa dalam belajar
c. Lingkungan belajar yang kondusif
d. Metode pembelajaran yang digunakan
5. Apa yang harus dilakukan saat mengerjakan soal pilihan ganda agar lebih
efektif?
a. Membaca hanya satu pilihan jawaban yang dianggap benar
b. Membaca semua pilihan jawaban dengan seksama
c. Menebak secara asal-asalan
d. Tidak membaca soal dan langsung memilih jawaban
BAB V
24
untuk menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran kita valid dan benar.
Dengan kemampuan untuk berpikir kritis siswa akan dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
Seseorang tidak dapat belajar dengan baik tanpa berpikir dengan baik.
Pemikiran kritis berhubungan pada kesuksesan karir, tapi juga untuk kesuksesan
di pendidikan tinggi.
b. Communication (komunikasi)
Communication (komunikasi) adalah proses pertukaran bahasa yang
berlangsung dalam dunia manusia. Oleh sebab itu komunikasi selalu melibatkan
manusia baik dalam konteks intrapersonal, kelompok maupun massa. Peneliti
komunikasi membuktikan bahwa hingga saat ini bahasa diakui sebagai media
paling efektif dalam melakukan komunikasi pada suatu interaksi antar individu
seperti halnya kegiatan penyuluhan dan pembinaan, proses belajar mengajar,
pertemuan tempat kerja dan lainlain. (Muhtadi, 2012).
Berkomunikasi artinya perkembangan bicara dan bahasa yang mempunyai
muatan emosi dan sosial, yaitu bagaimana sesi komunikasi itu dapat berlangsung
secara timbal balik (Van, 2011). Komunikasi merupakan suatu aktifitas yang
sangat sering dilakukan oleh setiap orang dalam lingkup apapun, dimanapun,
dan kapanpun. Karena komunikasi sangatlah penting bagi kehidupan kita.
Semua orang membutuhkan komunikasi karena adanya komunikasi semuanya
menjadi lebih mengerti.
Komunikasi mempertemukan antara komunikan dengan komunikator.
Komunikan yang menerima sedangkan komunikator yang menyampaikan pesan.
Berinteraksi dengan cara berkomunikasi tidak harus dengan ucapan kata-kata
tetapi juga bisa menggunakan gerak mimik tubuh seperti tersenyum,
mengedipkan mata, melambaikan tangan, juga bisa menggunakan persaan yang
ada dalam hati seseorang. Tetapi pesan komunikasi akan bisa diterima oleh
komunikan apabila komunikan mengerti apa yang komunikator sampaikan
(Wilson, 2009: 10),
Masa kanak-kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan
bahasa. Karena pada masa ini sering disebut masa emas dimana anak sangat
peka mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek
fisik motorik, intelektual, sosial, emosi maupun bahasa. Untuk membantu
perkembangan kognitif anak perlu memperoleh pengalaman belajar yang
dirancang melalui kegiatan mengobservasi dan mendengarkan secara tepat.
Seiringnya perkembangan zaman, kita tentunya perlu tahu bagaimana cara
berkomunikasi secara efektif. Karena dengan dapat berkomunikasi secara efektif
tentunya kita tak kalah saing dengan negara lain. Komunikasi efektif yaitu
komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada
orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi. Tujuan dari komunikasi
yang efektif sebenarnya adalah memberi kan kemudahan dalam memahami
25
pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi
sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap,
serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau
komunikan. tujuan lain dari Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman
informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang sehingga tidak terjadi
monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa
nonverbal secara baik. (Kurnia, 2009:15).
Dalam proses pembelajaran guru harus membiasakan siswanya untuk saling
berkomunikasi baik tentang pelajaran maupun hal lain, baik dengan guru
maupun dengan siswa. Bahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi akan
memberikan dampak pada siswa itu sendiri. Penggunaan kata yang tidak baik
dalam komunikasi membawa dampak negatif. Pesan yang disampaikan oleh
siswa tidak dapat diterima oleh penerima pesan. Hal ini akan memicu terjadinya
kesalahan dalam penerimaan pesan yang dapat menimbulkan kesalahpahaman
atau konflik dalam berinteraksi. Selain itu, membiarkan siswa menggunakan
kata-kata kasar dalam berkomunikasi dapat menimbulkan kebiasaan buruk bagi
anak. Penggunaan kata yang baik dalam berkomunikasi akan membawa dampak
positif pada anak. Anak akan merasakan kepuasan karena tujuan yang
diinginkan tercapai sehingga kepercayaan diri anak akan meningkat.
Berikut beberapa teknik dalam berkomunikasi yang penting untuk Anda
ketahui.
1. Pembicaraan dengan ide yang utuh dan tidak bermakna ganda.
2. Ucapan yang jelas, tegas, dan tidak berbelit-belit.
3. Memahami pikiran lawan bicara, dan memosisikan siapa yang diajak
berbicara.
4. Menghadapkan badan dan wajah kepada lawan bicara.
5. Menyampaikan informasi dengan terbuka dan tulus.
6. Menggunakan bahasa penerima informasi dalam menyampaikan informasi.
7. Menyesuaikan dengan kadar kemampuan akal penerima informasi.
8. Sebelum menyampaikan informasi dengan detail, terlebih dahulu
menyampaikannya secara global.
9. Memberikan contoh yang nyata.
10. Menyampaikan informasi dengan bahasa yang lembut.
c. Collaboration (kolaborasi)
Beberapa peneliti membuktikan bahwa peserta didik akan belajar dengan
lebih baik jika mereka secara aktif terlibat pada proses pembelajaran dalam suatu
kelompok kelompok kecil. Peserta didik yang bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil cenderung belajar lebih banyak tentang materi ajar dan
mengingatnya lebih lama dibandingkan jika materi ajar tesebut dihadirkan dalam
bentuk lain, misalnya bentuk dalam ceramah, tanpa memandang bahan ajarnya
(Warsono dan Hariyanto, 2012: 66-67).
26
Menurut Roberts (2004: 205), “Collaborative is an adjective that implies
working in a group of two or more to achieve a common goal, while respecting
each individual’s contribution to the whole.” Paz Dennen dalam Roberts (2004:
205), mengemukakan “Collaborative learning is a learning method that uses
social interaction as a means of knowledge building”. Selanjutnya Bruffee
dalam Roberts (2004: 205), menyatakan bahwa “educators must trust students
to perform in ways that the teacher has not necessarily determined a head of
time”, serta berpendapat bahwa “collaborative learning therefore implies that
(educators) must rethink what they have to do to get ready to teach and what
they are doing when they are actually teaching.”
Suatu pembelajaran termasuk pembelajaran kolaboratif apabila anggota
kelompoknya tidak tertentu atau ditetapkan terlebih dahulu, dapat beranggotakan
dua orang, beberapa orang atau bahkan lebih dari tujuh orang. Lebih lanjut
Wasono dan Hariyanto mengemukakan bahwa pembelajaran kolaboratif dapat
terjadi setiap saat, tidak harus di sekolah, misal sekelompok siswa saling
membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan pembelajaran
kolaboratif dapat berlangsung antar siswa yang berbeda kelas maupun dari
sekolah yang berbeda. Jadi, pembelajaran kolaboratif dapat bersifat informal
yaitu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas dan pembelajaran tidak perlu
terstruktur dengan ketat (Warsono dan Hariyanto (2012: 50-51).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kolaboratif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kelompok
untuk membangun pengetahuan dan mencapai tujuan pembelajaran bersama
melalui interaksi sosial di bawah bimbingan pendidik baik di dalam maupun di
luar kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang penuh makna dan siswa akan
saling menghargai kontribusi semua anggota kelompok.
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-
nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa
perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya.
Dalam mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan bagaimana
menghargai kekuatan dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil
peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
27
(perwujudan) kecerdikan dari pikiran yang berdaya guna menghasilkan suatu
produk atau menyelesaikan suatu persoalan dengan cara tersendiri. (Suratno,
2005:24).
Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2010: 16-17) proses kreatif
hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima
macam perilaku kreatif sebagai berikut: 1) Fluency (kelancaran), yaitu
kemampuan mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu
masalah. 2) Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan
berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang
biasa. 3) Originality (keaslian), yaitu kemapuan memberikan respon yang unik
atau luar biasa. 4) Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan
pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan. 5)
Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah
sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2010: 30-31) kreativitas anak
dapat berkembang dengan baik bila didukung oleh beberapa faktor seperti
berikut: 1) Memberikan rangsangan mental yang baik Rangsangan diberikan
pada aspek kognitif maupun kepribadiannya serta suasana psikologis anak 2)
Menciptakan lingkungan kondusif Lingkungan kondusif perlu diciptakan agar
memudahkan anak untuk mengakses apapun yang dilihatnya, dipegang,
didengar, dan dimainkan untuk mengembangkan kreativitasnya. 3) Peran serta
guru dalam mengembangkan kreativitas Guru yang kreatif akan memberikan
stimulasi yang tepat pada anak agar anak didiknya menjadi kreatif. 4) Peran serta
orangtua Orangtua yang dimaksud disini adalah orangtua yang memberikan
kebebasan anak untuk melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan
kreativitas.
2. Kerangka Konsep 4C
Implementasi kerangka 4C dalam Keterampilan Abad 21 bersifat
mutidisiplin, artinya semua materi dapat didasarkan sesuai kerangka P21.
Untuk melengkapi kerangka 4C dalam Keterampilan Abad 21 yang sesuai
dengan tuntutan Pendidikan di Indonesia, dan berdasarkan hasil kajian dokumen
pada UU Sisdiknas, Nawacita, dan RPJMN Pendidikan Dasar, Menengah, dan
Pendidikan Tinggi, maka di rumuskanlah 2 standar tambahan, yaitu sesuai dengan
Penguatan Pendidikan Karakter pada Pengembangan Karakter (Character Building)
dan Nilai Spiritual (Spiritual Value).
Olehnya itu, secara keseluruhan dalam 4C Keterampilan Abad 21 di
Indonesia ini di rumuskan menjadi Indonesian Partnership for 21 Century Skill
Standard (IP-21CSS).
3. Model dan Strategi Keterampilan 4C
28
Adapun model dan strategi yang relevan dan cocok digunakan murid dalam
pembelajaran diantaranya:
- Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)
- Discovery Learning (Pembelajaran Menemukan)
- Production Based Learning (Pembelajaran Berbasis Produksi)
- Inquiry Learning (Pembelajaran Inkuiri
- Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek)
- Teaching Factory (Pabrik Pengajaran)
4. Mengasah Keterampilan 4C dalam Pembelajaran
Agar siswa cepat beradaptasi dengan kondisi pembelajaran yang berorientasi abad
21 ini maka setidaknya harus memiliki empat hal mendasar, yaitu:
a. Way of thinking. Cara berfikir atau kemampuan berpikir ini menjadi modal bagi
siswa agar memiliki pendirian yang kuat dan visi pemikiran yang matang.
Kemampuan ini mencakup cara berpikir kreatif, berpikir kritis, pemecahan
masalah, dan pengambilan keputusan.
b. Ways of working. Kemampuan bagaimana siswa harus bekerja dengan dunia
yang sebenarnya dan bagaimana bekerja menggunakan akses teknologi dan
informasi secara profesional. Beberapa kemampuan ini berkaitan dengan
kecakapan berkomunikasi dan berkolaborasi. Generasi abad 21 harus
menggunakan secara efektif berbagai metode dan strategi komunikasi berbasis
ICT, juga harus mampu berkolaborasi dan bekerja sama dengan individu
maupun komunitas dan jaringan yang lebih luas secara kolektif.
c. Tools for working. Kemampuan seorang anak dalam menguasai alat untuk
bekerja. Hal ini berkaitan dengan penguasaan terhadap TIK, literasi media dan
literasi digital. Tanpa kemampuan tersebut siswa atau individu akan mengalami
kesulitan dalam berkembang dan adaptif dengan tuntutan pekerjaan saat ini yang
membutuhkan efektivitas dan efisiensi. Salah satu perangkat yang relevan
digunakan dalam konteks ini adalah Hybrid & Distance Learning dari Lenovo.
d. Skills for living in the world. Kemampuan untuk menjalani kehidupan di abad
21, yaitu: Bagaimana peserta didik harus hidup sebagai warga negara yang
memiliki tanggung jawab pribadi, sosial dan berbangsa. Kemampuan ini
menyangkut beberapa aspek seperti:
- fleksibilitas dan kemampuan adaptasi
- Inisiatif dan kemandirian
- Kecakapan lintas budaya
- Produktivitas dan akuntabilitas
- Kepemimpinan dan tanggung jawab
5. Karakter dan Peran Guru dala Pembelajaran Abad 21
Peran guru pada pembelajaran abad 21 adalah sebagai:
- Resources linkers
- Pembangun karakter siswa
29
- Menanamkan entrepreneurial mindset pada siswa
- Mengajarkan pemikiran kritis
- Menciptakan tantangan kepada siswa
- Membangun komunitas belajar
Sedangkan untuk karakter guru yang harus ada, agar siswa bisa menjadi penerus
bangsa yang maksimal terutama pada abad 21 ini. Guru harus memiliki karakter
sebagai berikut, di antaranya adalah:
- Life-long learner, Karakter ini adalah guru sebagai pembelajaran tekun
sepanjang hayat. Guru harus bisa mengembangkan pemahaman dan
pengetahuannya secara terus menerus mulai dari membaca, melatih
keterampilan, diskusi dengan guru lain dari para pakar yang terpercaya.
- Kunci dari life-long learner adalah rasa haus akan ilmu pengetahuan. Guru
harus selalu terbuka dengan wawasan baru, sehingga mereka bisa relevan
dengan siswa dan zaman.
- Menerapkan pendekatan diferensiasi, Karakter ini mengimplementasikan
pendekatan yang sesuai dengan cara belajar siswa. Pada sesi ini
pengklasifikasian siswa dalam kelas seperti keahlian dan minat akan
digolongkan. Dengan adanya diferensiasi ini guru akan lebih mudah mengenali
kemampuan siswa secara optimal.
- Kreatif dan inovatif, Guru dituntut untuk bisa memberikan pembelajaran yang
bagus dan sumbernya juga tidak boleh monoton. Variasi pembelajaran akan
membuat kelas menjadi lebih dinamis dan tidak bosan. Karena guru menjadi
panutan, bila guru kreatif dan inovatif maka siswa juga akan menirunya.
- Reflektif, Dengan adanya sikap/alat reflektif ini, guru dalam mengembangkan
pembelajaran akan semakin efektif. Karena dengan merefleksikan diri
pembelajaran akan semakin meningkat. Reflektif ini digunakan untuk
mengetahui apa yang cocok dan tidak cocok untuk kebutuhan siswa sehingga
pembelajaran lebih maksimal.
- Kolaboratif, Salah satu karakter yang bisa membuat pembelajaran ini istimewa
adalah keterlibatan guru dan murid untuk bekerja sama. Pada praktek kerjasama
ini guru akan memberikan kehangatan persahabatan dengan melakukan
Ikomunikasi seperti halnya orang tua ke anak dan teman ke teman.
- Mengoptimalkan teknologi, Ini adalah karakter yang utama dari pembelajaran
21 ini, dimana teknologi berperan sangat signifikan. Disini guru juga harus bisa
mengoperasikan teknologi terkini dengan maksimal terutama teknologi internet
yang mana nantinya bisa digunakan untuk memaksimalkan pembelajaran. Salah
satu pembelajaran yang bisa dioptimalkan dengan teknologi adalah blending
learning, dimana pembelajaran digabung menjadi satu yakni online dan offline.
- Menerapkan student centered, Pada karakter ini pembelajaran akan berpusat
pada siswa sehingga guru disini akan bertugas menjadi fasilitator. Siswa akan
melakukan pembelajaran aktif sehingga daya inisiatif dan kreativitasnya akan
30
tumbuh. Dengan model ini komunikasi akan berjalan dua arah, sehingga
karakter kolaboratif juga akan muncul.
6. Cara Melatih Keterampilan 4C
Cara melatih keterampilan 4C diantaranya:
- Melakukan riset dan selalu double check pada setiap informasi yang kamu dapat.
- Melihat suatu peristiwa yang terjadi dari berbagai sudut pandang.
- Selalu kembangkan rasa ingin tahu untuk mendapatkan lebih banyak
pengetahuan.
- Terbiasa untuk berpikir dulu sebelum mulai berbicara.
- Berpartisipasi dalam kegiatan yang sesuai dengan minat.
- Menjalin relasi positif dengan banyak orang dari berbagai latar belakang.
7. Indikator Kecakapan Keterampilan 4C
a. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan
masalah)
Menurut buku Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahun 2017, indikator kecakapan
berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving
skill) meliputi:
1. Menggunakan berbagai tipe pemikiran/penalaran atau alasan, baik induktif
maupun deduktif dengan tepat dan sesuai situasi.
2. Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain dalam
suatu mata pelajaran, dan keterkaitan antar konsep antara suatu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya.
3. Melakukan penilaian dan menentukan keputusan secara efektif dalam
mengolah data dan menggunakan argumen.
4. Menguji hasil dan membangun koneksi antara informasi dan argumen.
5. Mengolah dan menginterpretasi informasi yang diperoleh melalui simpulan
awal dan mengujinya lewat analisis terbaik.
6. Membuat solusi dari berbagai bermasalahan non-rutin, baik dengan cara yang
umum, maupun dengan caranya sendiri.
b. Communication (komunikasi)
Menurut buku Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahun 2017, indikator kecakapan
berkomunikasi (communication skills) meliputi:
1. Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam
berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia (ICT Literacy).
2. Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat
berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada tulisan.
3. Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan
dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.
31
4. Selain itu dalam komunikasi lisan diperlukan juga sikap untuk dapat
mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain, selain pengetahuan terkait
konten dan konteks pembicaraan.
5. Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
6. Pada Abad dua puluh satu komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa,
tetapi kemungkinan multi-bahasa.
c. Collaboration (kolaborasi)
Menurut buku Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahun 2017, indikator kecakapan
bekerjasama (collaboration skills) meliputi:
1. Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok.
2. Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif
dengan yang lain.
3. Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.
4. Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi
tercapainya tujuan yangbtelah ditetapkan.
d. Creativity and innovation (kreativitas dan inovasi)
Menurut buku Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahun 2017, indikator kecakapan
kreatifitasdan inovasi (Creativity and Innovation skills) meliputi:
1. Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru secara lisan atau tulisan.
2. Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
3. Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan praktikal.
4. Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi baru dan
berbeda, baik dalam mata pelajaran terkait, antar mata pelajaran, maupun
dalam persoalan kontekstual.
5. Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran.
6. Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki.
7. Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungan.
32
b. Pembelajaran yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran
c. Pembelajaran yang hanya mengandalkan teori tanpa praktek
d. Pembelajaran yang melibatkan keterampilan kritis, kreatif, komunikasi, dan
kolaborasi
Jawaban: d. Pembelajaran yang melibatkan keterampilan kritis, kreatif, komunikasi,
dan kolaborasi
2. Apa saja keterampilan yang termasuk dalam pembelajaran 4C?
a. Keterampilan membaca, menulis, dan menghafal
b. Keterampilan berbicara, mendengarkan, dan menulis
c. Keterampilan menggambar, melukis, dan membuat kerajinan tangan
d. Keterampilan kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi
Jawaban: d. Keterampilan kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi
Latihan Soal
Pilihlah jawaban yang paling benar!
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berpikir kritis?
a. Kemampuan untuk berpikir logis dan analitis
b. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif
33
c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
d. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim
34
BAB VI
PENDEKATAN TPACK
1. Pengertian TPACK
TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge) merupakan
sebuah kerangka konseptual gabungan dari pengetahuan teknologi, pedagogi dan
konten (materi) yang saling berhubungan (Koehler & Misra, 2006). Technological
pedagogical content knowledge (TPACK) merupakan salah suatu jenis baru yang
harus dikuasai guru untuk dapat mengintegrasikan teknologi dengan baik dalam
pembelajaran (Mishra & Koehler, 2006).
TPACK merupakan sebuah pendekatan dan ilmu baru yang harus dikuasai
oleh seorang guru agar dapat digunakan pada pembelajaran abad 21. TPACK ini
adalah pengetahuan yang harus dikuasai guru agar dapat mengintegrasikan
teknologi ke dalam pembelajaran dengan baik. Dengan menggunakan pendekatan
TPACK seorang guru tidak hanya dituntut agar dapat menggunakan model juga
pendekatan yang sesuai dalam pembelajaran, tetapi juga harus dapat
mengaplikasikan teknologi juga menggunakan pendekatan yang tepat dalam
mengajar suatu materi. Koehler dan Mishra mengakatan bahwa TPACK sudah
menjadi kerangka kerja yang digunakan untuk menganalisis pengetahuan guru yang
berkaitan dengan integrasi teknologi dalam pembelajaran.
TPACK pengetahuan merupakan kerangka kerja yang dapat dilakukan oleh
profesi guru dalam sebuah proses pembelajaran dengan melibatkan komponen
pengetahuan terkait dengan teknologi, pedagogi dan konten. Kerangka kerja ini
sesuai dengan tuntutan perkembangan konsep pendidikan di era 4.0 yang
berorientasi salah satunya pada penguasaan literasi baru. Analisis kebutuhan
merupakan langkah awal yang dapat dilakukan oleh guru sebelum membuat sebuah
rancangan pembelajaran. Hasil dari analisis kebutuhan akan menjadi referensi bagi
guru untuk mengembangkan komponen pembelajaran yang sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh peserta didik.
35
Melakukan analisis kebutuhan sebelum membuat kerangka kerja TPACK
adalah salah satu cara untuk mendapatkan gambaran yang tepat terhadap kebutuhan
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan analisis kebutuhan ini
akan memberikan rekomendasi tentang komponen pembelajaran yang sesuai dan
tepat dalam proses pembelajaran, sehingga dapat memenuhi apa yang benar-benar
dibutuhkan oleh peserta didik. Pada akhirnya kerangka kerja TPACK merupakan
peluang yang dapat dilakukan oleh guru untuk menjawab tantangan pendidikan di
era 4.0.
Keterlibatan penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran menjadi
efektif karena sesuai dengan karakteristik peserta didik sebagai digital native.
Dengan kata lain, keterlibatan penggunaan teknologi tersebut mampu memberikan
pengaruh positif bagi peserta didik. Hal penting lainnya adalah komitmen dan
konsistensi profesi guru untuk meningkatkan kompetensi sesuai dengan tuntutan
perkembangan kehidupan masyarakat dalam upaya mengembangkan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2. Dimensi TPACK
TPACK terdiri atas tiga dimensi sebagai berikut:
1) Technology Knowledge (TK)
Merupakan pengetahuan yang mencakup pengetahuan akan teknologi dan
pemanfaatan teknologi secara umum. Misalnya, mengetahui cara penggunaan
smartphone, komputer, LCD, aplikasi Microsoft Offiice seperti Microsoft
Words, Excel, PPT), dll. Untuk tenaga pendidik yang ingin handal dalam
menggunakan teknologi, maka yang syarat utamanya adalah memperdalam
ilmu pengetahuan akan teknologi.
Tiga dimensi di atas bekerja sama untuk membentuk empat dimensi lainnya
adalah sebagai berikut:
36
1) Technological Pedagogical Knowledge (TPK)
Merupakan pengetahuan yang mencakup penggunaan teknologi dalam
pendidikan. Misalnya, mampu memanfaatkan LMS, PPT dan LCD dalam
melaksanakan kegiatan mengajar. Mampu memanfaatkan Google Form,
Quizizz, dan Kahoot untuk membuat soal. TPK mencakup pengetahuan akan
teknologi apa saja yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran dan
bagaimana cara menggunakannya secara efektif, misalnya TPK adalah
pengetahuan yang mampu memanfaatkan LSM dan mendesain pembelajaran
dengan menggunakan LSM.
37
karena teknologi dapat digunakan untuk memberikan ilustrasi visual, simulasi,
dan konteks yang nyata.
4) Personalisasi Pembelajaran:
Dengan TPACK, guru dapat mempersonalisasi pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan individual siswa. Ini memungkinkan siswa untuk belajar pada
tingkat yang sesuai dengan kemampuan mereka.
5) Mengembangkan Keterampilan Digital:
TPACK membantu siswa mengembangkan keterampilan digital yang sangat
penting di dunia yang semakin terhubung dan tergantung pada teknologi.
6) Menghadapi Perubahan Teknologi:
Dunia teknologi terus berubah dengan cepat. Guru yang memiliki TPACK
lebih siap untuk menghadapi perubahan teknologi dan mengintegrasikannya ke
dalam pembelajaran mereka.
7) Peningkatan Kolaborasi:
TPACK dapat memungkinkan kolaborasi yang lebih baik antara siswa, guru,
dan bahkan antara guru di seluruh dunia melalui alat-alat digital dan sumber
daya online.
8) Mengajar Keterampilan Hidup:
Selain materi pelajaran, TPACK juga memungkinkan guru untuk mengajar
keterampilan hidup yang penting, seperti literasi digital, etika online, dan kritis
berpikir tentang informasi yang ditemui di internet.
9) Pemberdayaan Guru:
Guru yang memiliki TPACK merasa lebih percaya diri dalam menghadapi
tantangan teknologi dalam pengajaran. Mereka dapat mengambil peran aktif
dalam menggabungkan teknologi ke dalam kurikulum.
10) Persiapan Siswa untuk Masa Depan:
TPACK membantu siswa mempersiapkan diri untuk masa depan yang semakin
digital dan terkoneksi, memungkinkan mereka untuk beradaptasi dan berhasil
di dunia yang terus berubah.
Dengan demikian, TPACK adalah konsep yang penting karena membantu
menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna, relevan, dan bermanfaat
bagi siswa dalam dunia yang semakin dipengaruhi oleh teknologi. Hal ini juga
memungkinkan guru untuk memainkan peran yang lebih efektif dalam memajukan
pendidikan.
Rosyid, (2016) berpendapat bahwa Kerangka TPACK berfungsi sebagai sebuah
teori dan konsep untuk peneliti dan pendidik dalam mengukur kesiapan calon guru dan
guru dalam mengajar secara efektif dengan teknologi. Hal tersebut mengingat
hubungan antara teknologi, pedagogi, dan konten yang melekat. Oleh karena itu guru
menghadapi tantangan besar dalam pergeseran perubahan teknologi, pedagogi, materi
pelajaran dan konteks kelas saat ini.
38
Sudah seharusnya guru menjadi lebih aktif menjadi desainer kurikulum. Terkait
dengan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013, dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Proses dijelaskan bahwa ada dua prinsip pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yang
relevan dengan perkembangan global yaitu pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran dan
penyediaan berbagai sumber belajar dan media pembelajaran terutama media dan
sumber belajar berbasis ICT/Multimedia. Dari uraian di atas terlihat bahwa regulasi
pelaksanaan pembelajaran di Indonesia sudah mengikuti perkembangan yang ada di
dunia. TPACK merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk membangun
pembelajaran yang terintegrasi ICT, guru bekerja dengan ICT, rancangan kurikulum
pendidikan berbasis ICT, penggunaan ICT di kelas dan untuk merumuskan literatur
yang berkaitan dengan ICT atau teknologi pendidikan (Polly et al., 2010).
4. Komponen TPACK
Konsep dasar TPACK lebih menekankan hubungan antara materi pelajaran,
teknologi dan pedagogi (Harris J., Mishra, P dan Koehler, M, 2009). Interaksi antara
tiga komponen tersebut memiliki kekuatan dan daya tarik untuk menumbuhkan
pembelajaran aktif yang terfokus pada peserta didik. Hal ini dapat juga dimaknai
sebagai bentuk pergeseran pembelajaran yang semula terpusat pada guru bergeser
kepada peserta didik. TPACK menekankan hubungan-hubungan antara teknologi, isi
kurikulum dan pendekatan pedagogi yang berinteraksi satu sama lain. Dalam skema
TPACK terdapat hubungan antar komponen penyusun, saling beririsan antara materi
(C). pedagogi (P) dan teknologi (T) yang berpengaruh dalam konteks pembelajaran.
39
Gambar tersebut memberi ilustrasi terhadap hubungan ketiga komponen
itu. Komponen-komponen yakni C, P dan K yang selanjutnya C menjadi (CK). P
menjadi (PK) dan T menjadi (TK) serta hubungan antar komponen dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Content Knowledge (CK)
Content Knowledge (CK) yakni pengetahuan tentang materi pelajaran
yang akan dipelajari. Materi tersebut tertuang di dalam kurikulum. Misalnya
siswa SMA belajar llmu Kimia, Fisika, Biologi dan Matematika maka
batasan materi pelajaran yang tertuang dalam kurikulum hendaknya
dimaknai secara menyeluruh. Menurut Shulman et al (1986) mencatat
bahwa materi pelajaran mencakup pengetahuan berupa konsep, teori,
gagasan, kerangka kerja, metode yang dilengkapi dengan metoda ilmiah
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: konsep asam
basa, teori asam basa, indikator alami, indikator asam basa, pH larutan,
tetapan ionisasi asam atau basa.
Shulman (1986) mengatakan bahwa pengetahuan konten akan
mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, teori, gagasan, kerangka kerja
organisasi, pengetahuan dan bukti, serta praktik dan pendekatan yang
mapan untuk mengembangkan pengetahuan tersebut. Pengetahuan dan sifat
penyelidikannya sangat berbeda antar bidang, dan guru harus memahami
dasar pengetahuan yang lebih dalam tentang disiplin ilmu yang diajarkan.
Pada objek kajian sains misalnya, mencakup pengetahuan tentang fakta dan
teori ilmiah, metode ilmiah, dan penalaran berbasis bukti. Guru yang tidak
memiliki basis pengetahuan konten yang benar dan komprehensif sangat
“berbahaya”. Sebagai contoh, siswa dapat menerima informasi yang salah
dan mengembangkan kesalahpahaman tentang area konten.
40
mereka mengembangkan kebiasaan berpikir dan disposisi positif terhadap
pembelajaran.
Dengan demikian, pengetahuan pedagogis memerlukan pemahaman
tentang teori pembelajaran kognitif, sosial, dan perkembangan dan
penerapannya pada siswa di kelas. Guru yang memiliki pengetahuan
pedagogi yang tinggi akan mengerti bagaimana siswa dapat mengkonstruksi
pengetahuannya dan bagaimana siswa mengembangkan kebiasaan berpikir.
Guru hendaknya memahami secara mendalam dan fokus terhadap pedagogi
yang dibutuhkan yakni tentang bagaimana siswa memahami dan
mengkonstruksi pengetahuan, sikap dan ketrampilan (Koehler, dkk.
2011).Contoh: konstruksivisme, Scientific, Discovery Learning, Problem
based Learning, inkuiri terbimbing, tanya jawab, diskusi, presentasi,
observasi, praktikum.
41
Discovery Learning dan konstruksivisme sebagai strategi yang digunakan
dalam pembelajaran konsep asam basa, pendekatan inkuiri terbimbing
sebagai strategi yang digunakan dalam pembelajaran indikator alami,
diskusi siswa terhadap materi konsep asam basa dalam kehidupan sehari-
hari.
42
Contoh Soal dan Latihan Soal Pendekatan TPACK
Berikut ini adalah 15 soal pilihan ganda tentang pendekatan TPACK:
Latihan Soal
43
Pilihlah jawaban yang paling benar!
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berpikir kritis dalam TPACK?
a. Kemampuan untuk berpikir logis dan analitis
b. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif
c. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
d. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim
5. Apa yang dimaksud dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam TPACK?
a. Keterampilan berpikir tingkat tinggi
b. Keterampilan membaca, menulis, dan menghafal
c. Keterampilan menggambar, melukis, dan membuat kerajinan
d. Keterampilan kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi
44
DAFTAR PUSTAKA
Sari, R. P., & Suryani, N. (2021). Penerapan Model Pembelajaran PAIKEM untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 6(1), 1-8.
Yulianti, D., & Sari, R. P. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran
IPA. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 9(2), 173-182.
Kurniawan, A., & Sari, R. P. (2021). Penerapan Pendekatan Saintifik pada
Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 10(1), 1-10.
Sari, R. P., & Yulianti, D. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Teknologi, 6(1), 1-8.
Sari, R. P., & Kurniawan, A. (2021). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kolaboratif
untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi dan Berkolaborasi Siswa pada
Mata Pelajaran IPA. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 10(2), 173-182.
Mishra, P., & Koehler, M. J. (2006). Technological pedagogical content knowledge: A
framework for teacher knowledge. Teachers College Record, 108(6), 1017-1054.
Voogt, J., Fisser, P., Pareja Roblin, N., Tondeur, J., & van Braak, J. (2012).
Technological pedagogical content knowledge–a review of the literature. Journal
of computer assisted learning, 29(2), 109-121.
Johnson, L., Adams Becker, S., Estrada, V., & Freeman, A. (2015). NMC/CoSN
Horizon Report: 2015 K-12 Edition. The New Media Consortium.
Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st century skills: Learning for life in our times. John
Wiley & Sons.
Chen, Y. L., & Chen, Y. N. (2017). The effects of TPACK and ICT literacy on teachers'
ICT integration in teaching. Educational Technology & Society, 20(1), 185-196.
45
GLOSARIUM
1. Hakikat IPA: Konsep dasar tentang ilmu pengetahuan alam yang meliputi
pemahaman tentang alam semesta, benda-benda di alam semesta, dan proses-proses
yang terjadi di alam semesta.
2. Metode ilmiah: Pendekatan sistematis untuk memecahkan masalah atau menjawab
pertanyaan dengan menggunakan pengamatan, pengumpulan data, analisis data,
dan pengambilan kesimpulan.
3. Pembelajaran PAIKEM: Pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan empat
komponen, yaitu pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif,
pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran kontekstual.
4. Pembelajaran efektif: Pembelajaran yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran dengan menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat.
5. 4C: Keterampilan kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi yang menjadi fokus
dalam pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi, konten, dan
pedagogi (TPACK).
6. TPACK: Singkatan dari Technological Pedagogical Content Knowledge, yaitu
pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengintegrasikan teknologi, konten, dan
pedagogi dalam pembelajaran.
46