Anda di halaman 1dari 22

HAKIKAT, PERANAN, DAN JENIS-JENIS

PENELITIAN

Disusun untuk memenuhi tugas Research Metodology Advance

Oleh :
Damianus Valentio Chrisandy Putra (520139)
IMK / 5

SEKOLAH TINGGI TEKNIK MALANG


Jl. Soekarno Hatta No. 94, Mojolangu, Kec. Lowokwaru,
Kota Malang, Jawa Timur 65142
2020 / 2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat-Nya lah saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Hakikat, Peranan, Dan Jenis-Jenis
Penelitian’ tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ms. Umniyatish
Sholihah Hastriana,M.Pd.I pada mata kuliah Research Metodology Advance.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, karena tugas yang telah


diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait metode penelitian.
Saya juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Malang, 14 November 2022

ii
Damianus Valentio Chrisandy Putra

Daftar Isi

Bab I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

Bab II : Pembahasan

2.1 Hakikat Penelitian........................................................................................3


2.2 Peranan Penelitian.......................................................................................4
2.3 Pengertian Metode dan Metodologi dalam Penelitian.................................5
2.4 Jenis-jenis Metode Penelitian......................................................................6
2.5 Perkembangan Metodologi Penelitian Positivistik dan Post Positivistik......7

Bab III : Penutup

3.1 Kesimpulan..................................................................................................10

Daftar Pustaka.......................................................................................................12

iii
iv
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
kini semakin pesat. Faktor yang mempengaruhi pesatnya perkembangan
khususnya ilmu pengetahuan antara lain dengan adanya temuan-
temuan baru dibidang ilmu pengetahuan. Temuan-temuan tersebut
dihasilkan dari proses yang membutuhkan waktu lama dan cara
tertentu. Dimana proses tersebut diawali dengan munculnya sebuah
masalah yang kemudian diselidiki lebih lanjut untuk menemukan
pemecahan dari masalah tersebut. Kegiatan yang demikian sering
disebut “Penelitian”.
Manusia adalah mahkluk yang paling sempurna jika dibandingkan
denan mahkluk-mahkluk lain yang diciptakan Tuhan. Dikatakan manusia
adalah paling sempurna karena kelebihan, yaitu kemampuan daya pikir.
Potensi manusia untuk berpikir disebabkan oleh susunan otaknya yang
paling sempurna, sehingga manusia mampu menciptakan rasa ingin
tahu (curiosity) yang senantiasa terus berkembang. Hasrat ingin tahu
manusia akan terpuaskan bila ia sudah memperoleh pengetahuan
mengenai apa yang dipertanyakannya. Dari pengetahuan tersebut
diperoleh teori-teori ilmu pengetahuan yang tidak serta merta
merupakan suatu keberadaan yang absolut dan pasti. Hal yang bisa kita
katakan adalah sekadar adanya kemungkinan setelah dilakukan dengan
proses yang sebaik-baiknya. Proses yang sebaiknya ini ditempuh dengan
metode penelitian.1
Mahasiswa dituntut untuk mengetahui dan memahami serta
menerapkan cara dan metode penelitian yang baik dan benar. Namun
sebelumnya, mahasiswa harus mengetahui tentang metode penelitian.
Dilatarbelakangi hal tersebut maka disusunlah makalah ini dengan topik

1
Asep Kurniawan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2018), hlm. 2
2

pembahasan tentang “Hakikat, Peranan, Dan Jenis-Jenis Penelitian”


dengan rumusan masalah seperti yang tertera di bawah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hakikat dan peranan penelitian?
2. Apa pengertian metode dan metodologi dalam penelitian?
3. Apa saja jenis – jenis metode penelitian?
4. Bagaimana perkembangan metodologi penelitian positivistic dan
post positivistic?
3
BAB II
Pembahasan
2.1 Hakikat Penelitian
Secara etimologi penelitian berasal dari bahasa inggris “research” (re
berarti kembali, dan search berarti mencari ). Sehingga dapat diartikan
bahwa penelitian itu adalah mencari kembali. Dikatakan mencari kembali
karena sebelumnya sudah ada yang meneliti. Dalam bahasa Indonesia,
padanan kata riset sering digunakan istilah penelitian Penelitian
didefinisikan sebagai suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dan usaha-usaha itu
dilakukan dengan metode ilmiah2.
Penelitian hakikatnya merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh
pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang
diperoleh berupa fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori yang
memungkinkan manusia dapat memahami fenomena dan memecahkan
masalah yang dihadapi. Sekarang, 2002 menyebutkan bahwa penelitian
merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki
masalah tertentu yang memerlukan jawaban 3.
Hakikat penelitian melakukan pengamatan terhadap fakta
(fenomena), melakukan identifikasi masalah, serta berusaha
mengumpulkan data baik melalui kajian teoritis dengan mengkaji literatur
maupun melalui kajian empiris dengan melakukan pengamatan di
lapangan untuk menjawab permasalahan tersebut 4. Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat penelitian adalah kegiatan
ilmiah yang dilakukan untuk mencari kebenaran dari suatu
permasalahan dengan cara yang sistematis dan logis yang dapat
dilakukan melalui kajian empiris serta pengamatan dilapangan secara
langsung menggunakan metode-metode ilmiah yang baik dan benar.

2
Siti Ma’unah. Hakikat Metode Penelitian.( https://www.scribd.com/doc/197590625/HAKIKAT-
METODE-PENELITIAN-SITI-MA-UNAH-110210302011, Diakses pada 14 November 2022)
3
Sangadji, Etta Mamang. Metodologi penelitian: pendekatan praktis dalam penelitian / Etta Mamang
Sangadji, Sopiah,( http://kin.perpusnas.go.id/DisplayData.aspx?
pId=42541&pRegionCode=JIUNMAL&pClientId=111, Diakses pada 14 November 2022
4
Sangadji, Etta Mamang loc.it
5

Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat


dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada empat karakteristik
penelitian ilmiah5, yaitu :
1) Sistematis. Berarti suatu penelitian harus disusun dan
dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang
benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2) Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal
dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus
berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu
logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif
yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai
kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir
untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan
yang bersifat umum.
3) Empiris. Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada
pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan
indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang
kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
4) Rasional. Berarti di lakukan melalui prosedur yang sistematis
dengan menggunakan fakta yang di peroleh secara valid dan
kebenarannya bersifat objektif.
2.2 Peranan Penelitian
Penelitian memegang peranan yang penting dalam memberikan
fondasi terhadap tindakan dan keputusan dalam segala aspek
pembangunan. Dalam perencanaan pembangunan diperlukan data yang
terpercaya. Data tersebut tidak akan diperoleh jika tidak dilakukan
penelitian, serta kenyataan-kenyataan tidak pernah diuji terlebih dahulu
melalui penelitian.
Moh Nazir (1988) menyatakan bahwa kegunaan penelitian adalah
untuk menyelidiki keadaan dari, alas an, untuk, dan konsekuensi
terhadap suatu set keadaan khusus. Sedangkan peranan penelitian
adalah memberikan fondasi terhadap tindak serta keputusan dalam
segala aspek pembangunan; tidak ada suatu negara yang sudah maju
5
Made Dira Swantara. Filsafat Ilmu (Denpasar: Universitas Udayana, 2015), hlm 8
6

dan berhasil dalam pembangunan tanpa melibatkan banyak daya dan


dana dalam bidang penelitian; hasil penelitan tidak dapat segera
dinikmati, tetapi biasanya mempunyai waktu tertentu 6.
Sedangkan peranan penelitian menurut Made Vivi Oviantari, yaitu:
1) Membantu memperoleh pengetahuan baru, artinya dengan
melakukan proses penelitian kita dapat memberikan hal yang baru
kepada orang lain atau setidaknya menghasilkan pengetahuan
yang baru bagi kita sendiri
2) Memperoleh jawaban dari suatu pertanyaan. Penelitian tidak
dilandaskan pada ketidakteraturan melainkan pada metode
sistematis dan empiris.
3) Memberikan pemecahan atas suatu masalah. Merujuk kepada
pengertian tentang masalah diatas maka penelitian dimaksudkan
agar kesenjangan itu bisa disatukan atau minimalnya diperkecil
jaraknya. Dan dengan adanya penelitian maka seluruh fakta dapat
diolah dan digunakan sedemikian rupa guna menjawab masalah 7.
Penelitian Berdasarkan sumber diatas, peranan penelitian dapat
dikatakan sebagai dasar yang meningkatkan pengetahuan dan
membantu memperoleh pengetahuan baru yang dapat memberikan
solusi dalam suatu masalah.

2.3 Pengertian Metode dan Metodologi dalam Penelitian


Secara garis besar, metode penelitian adala suatu cara sistematis
dan terperinci tentang bagaimana melakukan penelitian. Cara tersebut
diwujudkan dalam mencari data, memperoleh data, memaknai data, dan
menyimpulkan data sampai tujuan penelitian yang ditentukan dapat
tercapai8. Kata metode terkadang dibenturkan dengan istilah prosedur
dan teknik penelitian sehingga sering kali kita kesulitan untuk
membedakan istilah-istilah ini karena kesemuanya saling berkaitan.
Teknik berbicara penerapan tata cara penelitian yang bersifat sangat
rinci di lapangan antara lain bagaimana penggunaan teknik
6
Made Vivi Oviantari. Metode Penelitian: Oleh Made Vivi Oviantari.
(https://www.scribd.com/doc/137300978/1-190-1, Diakses pada 14 November 2022)
7
Made Vivi Oviantari loc.it
8
Asep Kurniawan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2018), hlm. 1
7

pengumpulan data melalui obeservasi, wawancara, angket, atau


dokumentasi; siapa yang dijadikan sumber data; bagaimana
penggunaan instrumen penelitian tersebut; data apa yang dibutuhkan;
dan seterusnya. Apabila yang dibahas merupakan tata cara bagaimana
suatu penelitian dilaksanakan (teknik dan prosedur bagaimana
penelitian dilaksanakan), maka yang dibahas ini merupakan metode
penelitian9.
Metodologi merupakan analisis teoritis sebuah metode, sedangkan
penelitian adalah penyelidikan ilmiah yang sistematis dan terstruktur
untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian diartikan juga
sebagai upaya terstruktur dan sistematis untuk menyelidiki persoalan
yang memerlukan jawaban secara ilmiah. Jika sebaliknya suatu
persoalan hanya diduga-duga saja tanpa penyelidikan atau menanyakan
ke paranormal, maka upaya ini bukan metode ilmiah.
2.4 Metode Ilmiah
Istilah metode secara etimologis berasal dari bahasa Yunani meta
yang berarti sesudah dan kata hodos yang berarti jalan. Jadi metode
merupakan langkah-langkah yang diambil menurut urutan tertentu, untuk
mencapai pengetahuan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses
memperoleh pengetahuan jenis apa pun 10.
Definisi serupa juga disampaikan Gie 11, metode ilmiah adalah suatu
prosedur-prosedur yang mewujudkan polapola dan tata langkah dalam
melaksanakan penelitian ilmiah. Sedangkan menurut Jujun S.
Suriasumantri12, metode ilmiah adalah suatu rangkaian prosedur yang
tertentu yang harus diikuti untuk mendapat jawaban tertentu dari
pernyataan tertentu pula. Ada juga yang mengartikan metode ilmiah
sebagai prosedur yang dipergunakan oleh para ilmuwan dalam
pencarian secara sistematis terhadap pengetahuan baru dan peninjauan
kembali pengetahuan yang telah ada.

9
Asep Kurniawan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2018), hlm. 2
10
Sri Soeprapto. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 1999), hlm 128
11
Gie, Pengantar Filsafat Ilmu.(Yogyakarta: Liberty, 1999), hlm 117
12
Jujun S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Sinar Harapan, 1990),
hlm 101
8

Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik benang merahnya,


bahwa metode ilmiah pada hakikatnya merupakan prosedur yang
mencakup berbagai kegiatan, pikiran, pola kerja, tata kerja, dan cara
teknis untuk memperoleh pengetahuan baru dan mengembangkan
pengetahuan yang sudah ada.
2.5 Jenis-Jenis Metode Penelitian
Mengacu pada bentuk penelitian, tujuan, sifat masalah dan
pendekatannya ada empat macam metode penelitian 13 :
1) Metode Eksperimen(mengujicobakan), adalah penelitian untuk
menguji apakah variabel-variabel eksperimen efektif atau tidak.
Untuk menguji efektif tidaknya harus digunakan variabel kontrol.
Penelitian eksperimen adalah untuk menguji hipotesis yang
dirumuskan secara ketat. Penelitian eksperimen biasanya
dilakukan untuk bidang yang bersifat eksak. Sedangkan untuk
bidang sosaial bisanya digunakan metode survey eksplanatory,
metode deskriptif, dan historis.
2) Metode Verifikasi (Pengujiaan), yaitu untuk menguji seberapa
jauh tujuan yang sudah digariskan itu tercapai atau sesuai atau
cocok dengan harapan atau teori yang sudah baku. Tujuan dari
penelitian verifikasi adalah untuk menguji teori-teori yang sudah
ada guna menyusun teori baru dan menciptakan pengetahuan-
pengetahuan baru. Lebih mutakhirnya, metode verifikasi
berkembang menjadi grounded research, yaitu metode yang
menyajikan suatu pendekatan baru, dengan data sebagai sumber
teori (teori berdasarkan data)
3) Metode Deskriptif (mendeskripsikan), yaitu metode yang
digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu
fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data,
menganalisis data dan menginterprestasikannya. Metode
deskriptif dalam pelaksanaannya dilakukan melalui: teknik survey,
studi kasus (bedakan dengan suatu kasus), studi komparatif, studi

13
Suryana, Metodologi Penelitian: Model Prakatis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Universitas
Pendidikan Indonesia, 2010) hlm. 20
9

tentang waktu dan gerak, analisis tingkah laku, dan analisis


dokumenter.
4) Metode Historis (merekonstruksi), yaitu suatu metode penelitian
yang meneliti sesuatu yang terjadi di masa lampau. Dalam
penerapannya, metode ini dapat dilakkan dengan suatu bentuk
studi yang bersifat komparatif-historis, yuridis, dan bibliografik.
Penelitian historis bertujuan untuk menemukan generaalisasi dan
membuat rekontruksi masa lampau, dengan cara mengumpulkan,
mengevaluasi, memverifikasi serta mensintesiskan bukti-bukti
untuk menegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna memperoleh
kesimpulan yang kuat.

Menurut Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si. setidaknya ada delapan


jenis penelitian kualitatif, Berikut uraian ringkas tentang masing-masing
jenis penelitian itu14:

1) Etnografi (Ethnography), merupakan studi yang sangat mendalam


tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau
sebuah kelompok sosial tertentu untuk memahami sebuah budaya
tertentu dari sisi pandang pelakunya. Peneliti mengamati perilaku
seseorang atau kelompok sebagaimana apa adanya. Data
diperoleh dari observasi sangat mendalam sehingga memerlukan
waktu berlama-lama di lapangan, wawancara dengan anggota
kelompok budaya secara mendalam, mempelajari dokumen atau
artifak secara jeli. Penelitian etnografi bersifat antropologis karena
akar-akar metodologinya dari antropologi. Para ahli pendidikan
bisa menggunakan etnografi untuk meneliti tentang pendidikan di
sekolah-sekolah pinggiran atau sekolah-sekolah di tengah-tengah
kota.
2) Studi Kasus (Case Studies),  merupakan penelitian yang
mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu
program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu.
Tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam
14
Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si, Jenis dan Metode Penelitian Kualitatif
(https://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/index.php/2010/06/02/jenis-dan-metode-penelitian-kualitatif-
2/. Diakses pada 20 November 2022)
10

dari sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk


selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori.
3) Studi Dokumen/Teks (Dokument Study), merupakan kajian yang
menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan  tertulis
berdasarkan  konteksnya. Bahan bisa berupa catatan yang
terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film,
catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya. Para pendidik
menggunakan metode penelitian ini untuk mengkaji tingkat
keterbacaan sebuah teks, atau untuk menentukan tingkat
pencapaian pemahaman terhadap topik tertentu dari sebuah teks.
4) Pengamatan Alami (Natural Observation),  jenis penelitian
kualitatif dengan melakukan observasi menyeluruh pada sebuah
latar tertentu tanpa sedikitpun mengubahnya. Tujuan utamanya
ialah untuk mengamati dan memahami perilaku seseorang atau
kelompok orang dalam situasi tertentu.
5) Wawancara Terpusat (Focused Interviews), penelitian yang
menjawab pertanyaan yang sudah didesain untuk mengetahui
respons subjek atas isu tertentu. Tidak seperti kuesioner yang
pilihan jawabannya sudah tersedia, penelitian ini memberikan
kebebasan kepada subjek untuk menjawab pertanyaan sesuai
maksud mereka. Dengan pertanyaan yang tidak tersrtuktur dan
terbuka, penelitian ini sangat fleksibel untuk memperoleh respons
yang muncul dengan cepat  atas sebuah isu. Pertanyaan pun bisa
berkembang sesuai situasi yang terjadi.
6) Fenomenologi (Phenomenology), Istilah fenomenologi memiliki
tiga konsep. Pertama, ia merupakan salah satu nama teori sosial
mikro yang secara garis besar konsepnya adalah setiap gejala
atau peristiwa apa saja yang muncul tidak pernah berdiri
sendirian. Dengan kata lain,  selalu ada rangkaian peristiwa lain
yang melingkupinya. Selain itu, menurut fenomenologi, yang
tampak bukan merupakan fakta atau realitas yang sesungguhnya,
sebab ia hanya merupakan pantulan-pantulan yang ada di
baliknya. Kedua, fenomenologi merupakan jenis paradigma
penelitian sebagai kontras dari positivistik. Jika positivistik
11

merupakan akar-akar metode penelitian kuantitatif, maka


fenomenologi merupakan akar-akar metode penelitian kualitatif.
Jika positivistik lebih memusatkan perhatian pada data yang
empirik dan mencari hubungan antar-variabel, maka fenomenologi
sebaliknya berfokus pada data abstrak dan simbolik dengan tujuan
utama memahami gejala yang muncul sebagai sebuah kesatuan
utuh. Ketiga, fenomenologi merupakan jenis penelitian kualitatif
yang konsep dasarnya adalah kompleksitas realitas atau masalah
itu disebabkan oleh pandangan atau perspektif subjek. Karena itu,
subjek yang berbeda karena memiliki pengalaman berbeda akan
memahami gejala yang sama dengan pandangan yang berbeda.
Lewat wawancara yang mendalam, peneliti fenomenologi
berupaya memahami perilaku orang melalui pandangannya.
“Human behaviour is a refelection of human mind”. Yang
membedakan dengan jenis penelitian kualitatif yang lain,
fenomenologi menggunakan orang sebagai subjek kajian, bukan
teks atau organisasi.
7) Grounded Theory, penelitian yang mengembangkan teori dari
fenomena sosial berdasarkan data lapangan. Pengalaman
bergulat dengan data akan melahirkan pemahaman, pertanyaan,
dan hipotesis yang memandu peneliti untuk memusatkan
perhatian pada isu tertentu. Karena itu, semakin kaya data,
peneliti semakin memperoleh insight yang tajam dan mendalam
tentang isu yang diteliti. Pertanyaan penelitian dipertajam setelah
peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan.
Disebut grounded , sebab teori dilahirkan dari data, bukan dari
teori yang lain yang sudah ada sebelumnya.
8) Penelitian Historis (Historical Research), penelitian yang mengkaji
dokumen atau artifak untuk memperoleh pengetahuan tentang apa
yang terjadi di masa lampau. Keberhasilan pemahaman yang
komprehensip tergantung pada ketepatan dan kelengkapan data
dan catatan peneliti tentang dokumen tersebut.
12

2.6 Perkembangan Metodologi Penelitian Positivistik dan Post-


positivistik
Positivisme adalah paradigma ilmu pengetahuan yang berakar pada
filsafat empirisme. Filsafat empirisme mengajarkan bahwa pengetahuan
secara keseluruhan atau parsial didasarkan pada pengalaman yang
menggunakan indera, bahwa sumber pengetahuan harus dicari dalam
pengalaman15. Para pengikut aliran empirisme berpandangan bahwa
semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan
apa yang dialami, pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber
pengetahuan dan bukan akal16. Penyokong aliran empirisme diantaranya
adalah John locke, Bishop Berkeley dan David hume.
Dalam positivisme segala sesuatu atau gejala harus dapat diukur
secara positif atau pasti sehingga dapat dikuantifikasikan. Hal tersebut
tidak hanya berlaku untuk ilmu alam tetapi juga ilmu sosial. Menurut
Comte, fenomena sosial maupun perilaku sosial memiliki karakteristik
yang sama dengan fenomena alam, karena kemiripan kedua fenomena
tersebut maka metode penelitian ilmu alam dapat dipakai untuk
melakukan penelitian ilmu sosial. Dalam pandangan August Comte, teori
haruslah berciri nomotetik, berdasarkan pada fakta empiris yang kasat
mata, terukur dan dapat digeneralisasi. Klaim ilmiah hanya dapat
dibuktikan kebenarannya melalui metode ilmu alam (science)17.
Positivisme juga berpandangan bahwa realitas bersifat obyektif, tunggal,
bahwa ilmu pengetahuan bersifat bebas nilai. Dalam konsepsi ini paham
positivistic melahirkan pendekatan penelitian kuantitatif yang dicirikan
oleh pengukuran dengan perhitungan angka (numerik).
Meski memiliki pengaruh yang besar, positivisme tak luput dari kritik.
Kritik terhadap positivisme mulai muncul tahun 1970-1980 an. Kritik
terhadap positivisme lebih kepada penolakan terhadap pandangan
positivisme yang menyamakan ilmu-ilmu tentang manusia dengan ilmu
alam. Manusia bukanlah benda mati yang mudah diukur, apalagi dengan

15
Hendrianto Sundaro, Refleksi Atas Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Perencanaan Kota
dalam Tinjauan Filsafat Ilmu Dan Metodologi Penelitian (Semarang: Universitas Semarang, 2022),
hlm. 25
16
Hendrianto Sundaro, loc.cit
17
Hendrianto Sundaro, loc.cit
13

angka angka. Mereka berpendapat bahwa kebenaran tidak hanya


berhenti pada fakta, melainkan apa makna di balik fakta tersebut. Dalam
ilmu sosial yang kajiannya adalah manusia dan bukan benda, maka
pendekatan kuantitatif sulit untuk dilakukan. Pandangan ini kemudian
dikenal sebagai Post-positivisme yang dipelopori oleh Karl Popper,
Thomas Kuhn dan para filsuf mazhab frankfurt.
Bertolak belakang dengan pardigma positivisme, post positivisme
lebih menekankan pada penjelasan-penjelasan atau deskripsi kualitatif
bukan kuantitatif. Paradigma post-positivistik juga beranggapan bahwa
realitas bersifat subyektif dan jamak serta pengetahuan bersifat tidak
bebas nilai. Melihat banyaknya kekurangan pada positivisme, para
pendukung post positivisme berupaya memperkecil kelemahan tersebut
dan menyesuaikan. Prediksi dan kontrol tetap menjadi tujuan dari post
positivisme18. Dengan demikian paradigma ini sesungguhnya
memperbaiki kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan pada
realitas empiris.
Berikut disajikan perbedaan masing-masing paradigma tersebut:

No Aksioma Positivistik Interpretif


1 Tujuan Menjelaskan realitas Memahami fenomena
2 Dasar Stabil dan terpola Cair dan mengalir
kenyataan
3 Sifat dasar Rasional dan memiliki Membentuk makna
manusia kepentingan pribadi, dan niscaya memberi
serta dipengaruhi oleh makna terhadap dunia
kekuatan di luar dirinya mereka
4 Peran akal Berbeda dari dan tidak Seperangkat teori
sehat sahih dibanding keseharian yang
pengetahuan keilmuan digunakan dan
bermanfaat bagi orang-
orang tertentu
5 Wujud Teori Teori adalah sistem Teori adalah paparan
logik, deduktif, dan tentang bagaimana
menggambarkan seperangkat sistem
saling keterkaitan pemaknaan dihasilkan
antara sejumlah dan dipertahankan
difinisi, aksioma, dan
hukum
6 Tolok Ukur Apabila secara logik Apabila menyuarakan

18
Hendrianto Sundaro, loc.cit
14

Kebenaran terkait dengan hukum kembali atau memang


Penjelasan serta didasarkan pada dipandang benar oleh
kenyataan para pelaku sendiri
7 Bukti Didasarkan pada Terpancang atau terkait
kebenaran pengamatan yang konteks interaksi manusia
tepat sehingga orang yang cair dan mengalir
lain bisa
mengulanginya
8 Kedudukan Bebas nilai (value free) Bagian tak terpisahkan
nilai dan tidak memiliki dari kenyataan manusia
tempat kecuali ketika (value bound)
seseorang memilih
topik kajian
9 Langkah (1) Perumusan (1) Penentuan pumpun
Kerja masalah (research kajian (focus of study),
problem), yang yang mencakup kegiatan
meliputi kegiatan memilih masalah yang
memilih masalah yang memenuhi syarat
memenuhi syarat kelayakan dan
kelayakan dan kebermaknaan,
kebermaknaa (2) Pengembangan
(2) Penyusunan kepekaan teoretik
kerangka berpikir dengan menelaah bahan
dalam pengajuan pustaka yang relevan dan
hipotesis, yang hasil kajian sebelumnya,
mencakup kegiatan (3) Penentuan kasusatau
penelaahan teori dan bahan kajian, yang
hasil kajian meliputi kegiatan memilih
sebelumnya, dari mana dan dari siapa
(3) Perumusan data diperoleh,
hipotesis, sebagai (4)Pengembangan
jawaban sementara rancangan pemerolehan
terhadap dan pengolahan data,
permasalahan yang mencakup kegiatan
(4) Pemilihan atau menetapkan piranti,
pengembangan langkah dan teknik
rancangan kajian, pemerolehan dan
(5) Pengembangan pengolahan data yang
piranti atau alat digunakan,
pengumpulan data, (5) Pelaksanaan kegiatan
(6) Pengumpulan atau pemerolehan data, yang
pemerolehan data, terdiri atas kegiatan
(7) Pengolahan data mengumpulkan data
untuk menguji lapangan atau melakukan
hipotesis, pembacaan naskah yang
(8) Penafsiran hasil dikaji,
kajian, dan (6) Pengolahan data
(9) Penarikan perolehan, yang meliputi
kesimpulan kegiatan penyandian
berdasarkan hasil (coding), pengkategorian
15

pengolahan data, (categorizing),


(10) Penyatu-paduan pembandingan
hasil kajian ke dalam (comparing), dan
bangunan pembahasan
pengetahuan (discussing),
sebelumnya, serta (7) Negosiasi hasil kajian
saran bagi kajian dengan subjek kajian,
berikutnya dan
(8) Perumusan simpulan
kajian, yang meliputi
kegiatan penafsiran dan
penyatu-paduan

Meskipun terdapat perbedaan yang besar antara paradigma


positivisme dan post positivisme, namun keduanya memiliki dasar asumsi
dan logika yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan
demikian perbedaan keduanya bukan untuk dipertentangkan tetapi justru
untuk saling melengkapi dan untuk memperkaya wawasan. Kontribusi
data dan informasi baik yang bersumber dari paradigma positivistic dalam
bentuk kuantitatif maupun yang bersumber dari paradigma post
positivistik dalam bentuk kualitatif diperlukan sebagai perspektif tambahan
yang dapat saling melengkapi menuju terbangunnya “body of
knowledge”19.
Melalui ide Thomas Kuhn, Guba dan Lincoln kemudian mempertajam
dalam melakukan penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif. Apabila
setiap jenis pengumpulan data memiliki kekuatan dan kelemahan, maka
kita dapat mempertimbangkan untuk mengkombinasikan keduanya.
Gagasan untuk mengkombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif
ini kemudian memunculkan metode baru yang disebut metode campuran
(mixed method)20.

19
Ibid, hlm. 26
20
Ibid, hlm. 25
16
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Penelitian adalah temuan-temuan tersebut dihasilkan dari proses yang
membutuhkan waktu lama dan cara tertentu. Hakikat penelitian adalah
kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk mencari kebenaran dari suatu
permasalahan dengan cara yang sistematis dan logis yang dapat
dilakukan melalui kajian empiris serta pengamatan dilapangan secara
langsung menggunakan metode-metode ilmiah yang baik dan benar.
Sedangkan peranan penelitian sebagai dasar yang meningkatkan
pengetahuan dan membantu memperoleh pengetahuan baru yang dapat
memberikan solusi dalam suatu masalah. Ada empat karakteristik
penelitian ilmiah, yaitu sistematis, logis, empiris, dan rasional.
Metode ilmiah pada hakikatnya merupakan prosedur yang mencakup
berbagai kegiatan, pikiran, pola kerja, tata kerja, dan cara teknis untuk
memperoleh pengetahuan baru dan mengembangkan pengetahuan yang
sudah ada. Metodologi sendiri merupakan analisis teoritis sebuah
metode. Menurut Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si. setidaknya ada
delapan jenis penelitian kualitatif, yaitu : 1) Etnografi; 2) Studi kasus; 3)
Studi dokumen; 4) Pengamatan alami; 5) Wawancara terpusat;
6)Fenomenologi; 7) Grounded theory; 8) Penetlitian historis.
Metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif berawal dari positivisme
yang merupakan paradigma ilmu pengetahuan yang berakar pada filsafat
empirisme. Dalam positivisme segala sesuatu atau gejala harus dapat
diukur secara positif atau pasti sehingga dapat dikuantifikasikan. Bertolak
belakang dengan pardigma positivisme, post positivisme lebih
menekankan pada penjelasan-penjelasan atau deskripsi kualitatif bukan
kuantitatif.
Meskipun terdapat perbedaan yang besar antara paradigma
positivisme dan post positivisme, namun keduanya memiliki dasar asumsi
dan logika yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Gagasan
untuk mengkombinasikan kedua hal ini memunculkan metode baru yang
disebut metode campuran (mixed method).
Daftar Pustaka
Gie, The Liang. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty
Husnul, Erna, Siska Futihatul, Fitria Hanaris. 2013. Peranan dan Jenis
Penelitian. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Jujun S. Suriasumantri. 1990. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Sinar Harapan
Kurniawan, Asep.2018. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya
Ma’unah, Siti. 2013. Hakikat Metode Penelitian. (Online)
(http://www.scribd.com/mobile/doc/197590625/HAKIKAT-
METODEPENELITIAN-SITI-MA-UNAH-110210302011), diakses pada
hari senin tanggal 14 November 2022.
Narbuko, Cholid, & Achmadi, Abu. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT
Bumi Akasara
Oviantari, Made Vivi. 2013. Metode Penelitian: Oleh Made Vivi Oviantari.
(Online)(https://www.scribd.com/doc/137300978/1-190-1), diakses pada
hari senin tanggal 14 November 2022.
Sangadji, Etta Mamang, & Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta
Sundaro, Hendrianto. 2022“Positivisme Dan Post Positivisme :Refleksi Atas
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Perencanaan Kota dalam Tinjauan
Filsafat Ilmu Dan Metodologi Penelitian” dalam MODUL vol 22 no 1,
issues period 2022 (hlm. 25-26). Semarang: Universitas Semarang.
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian: Model Prakatis Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai