Penulis :
TAHUN 2016
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tindakan ini telah diperbaiki oleh penulis sesuai dengan masukan Pembimbing
Lahan Praktik dan Dosen Pembimbing Praktik untuk disetujui sebagai Laporan Tugas
Individu Praktik Klinik Keterampilan Dasar Kebidanan.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pola penularan DBD dipengaruhi iklim dan kelembaban udara. Kelembaban udara
yang tinggi dan suhu panas justru membuat nyamuk Aedes aegypti bertahan lama.
Sehingga kemungkinan pola waktu terjadinya penyakit mungkin akan berbeda-beda
dari satu tempat dengan tempat yang lain tergantung dari iklim dan kelembaban
udara. Di Jawa, umumnya kasus DBD merebak mulai awal Januari sampai
dengan April-Mei setiap tahun (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2006).
Pasien An. A.P di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo membutuhkan Asuhan
Kebidanan serta pengkajian untuk pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia antara lain
pengukuran tanda-tanda vital, pengukuran Hb dan Ht secara rutin, serta pemenuhan
nutrisi pada pasien DBD.
B. TUJUAN
Tujuan dari Asuhan Kebidanan ini adalah untuk mengkaji Kebutuhan Dasar Manusia
terhadap pasien An. A.p dengan Dengue Hemmoragic Fever di Ruang Mawar RSUD
Pasar Rebo.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengawasan khusus yang dilakukan pada pasien DBD menurut Depkes (2005) sesuai
tata laksana pasien DBD meliputi pengawasan terhadap hal dibawah ini.
1. Tingkat Kesadaran
Perubahan tingkat kesadaran pasien DBD menurut WHO (2009) adalah letargi
( keadaan kesadaran yang menurun seperti tidur lelap dapat dibangunkan
sebentar, tetapi segera tidur kembali), koma (keadaan pingsan yang lama
disertai penurunan daya reaksi), dan convulsion (kejang, serangkaian kontraksi
otot-otot rangka diluar kemauan)
2. Tanda-tanda Vital
Pengukuran tanda-tanda vital meliputi suhu tubuh, nadi, frekuensi nafas, dan
tekanan darah, suhu tubuh normal anak sekitar 370C.
Pengukuran suhu tubuh pada anak dilakukan dengan menggunakan termometer
aksila dengan waktu pengukuran selama 5-9 menit atau dengan termometer
digital (Muscari, 2001). Pada kondisi anak dengan DBD, demam yang muncul
dikenal denghan demam pelana kuda. Pada hari pertama terjadi demam tinggi
(suhu tubuh 39-40 C), kemudian demam mereda pada hari keempat, lalu
demam terjadi lagi saat hari ke lima. Bila dibuat grafik kurva demamnya
menyerupai pelana kuda (Nadesul, 2007).
Nadi pada anak usia 3 bulan sampai 3 tahun sekitar 80 sampai 150 kali/menit
dan nadi pada anak usia 4 tahun sekitar 80 sampai 120 kali/menit. Nadi pada
anak usia 6 tahun sekitar 75 sampai 115 kali/menit dan pada anak usia 8 sanpai
12 tahun sekitar 70 sampai 110 kali/menit. Pengukuran nadi dilakukan pada
arteri radialis dan pengukuran dilakukan selama satu menit penuh. Tingkatan
denyut nadi adalah 0 (tidak diraba), +1 (sulit untuk diraba, lemah, halus, mudah
lenyap dengan tekanan), +2 ( sulit untuk diraba, dapat lenyap dengan tekanan),
+3 (mudah diraba, tidak mudah hilang dengan tekanan/normal), +4 (kuat,
berdenyut, tidak hilang dengan tekanan)
(Muscari, 2001).
Frekuensi nafas pada anak usia 6 bulan-2 tahun sekitar 20-30 kali/menit,
frekuensi nafas anak usia 3-10 tahun sekitar 20-28 kali/menit, dan frekuensi
nafas anak usia 10-14 tahun sekitar 16-20 kali/menit. Pengukuran frekuensi
nafas dilakukan selama 1 menit penuh, dan perlu dicatat kedalaman saat anakl
bernafas (Muscari, 2001).
Tekanan darah anak usia toddler (usia 1-3 tahun) dan prasekolah (usia 3-6
tahun), sisitoliknya seklitar 80 – 100 mmHg dan diastioliknya sekitar 64 mmHg.
Tekanan darah anak usia sekolah ( usia 6-12 tahun), sistoliknya sekitar 94- 112
mmHg dan diastoliknya sekitar 56-60 mmHg.penggunaan ukuran manset yang
tepat mengacu pada kantong bagian dalam yang dapat dikembangkan. Ukuran
manset untuk anak-anak adalah panjang kantong 17-19 cm dan lebar 7,5-9 cm
(Wong, 2004).
3. Nyeri tekan pada epigastrium
Adanya nyeri pada saat penekanan epigastrium dapat disebabkan karena
adanya perdarahan di lambung (Depkes, 2005). Lokasi nyeri adalah di area
sepertiga antara uluhati dan pusar. Pada kondisi normal bila dilakukan palpasi
pada epigastrium tidak ada keluahan nyeri.
4. Pembesaran hati
Pembesaran hati lebih sering terjadi pada kasus DSS dibandingkan DBD tanpa
terjadi syok (WHO, 2009). Palpasi organ abdominal dilakukan dan hepar
biasanya berada diatas margin kostal bagian kanan pada anak muda dan
dewasa 9Fergusson, 2008). Pada kondisi normal, hati tidak dapat diraba.
Terjadi pembesaran hati bila hati teraba 3 cm dibawah margin kostal kanan
(Wong, 2004).
5. Tanda syok
Tanda-tanda syok yang harus diwaspadai adlah kulit terasa lembab dan dingin,
tekanan darah menurun, denyut nadi cepat dan lemah, anak mengeluh nyeri
perut yang hebat, anak mengalami perdarahan baik dari mulut,
hidungbmaupun anus. Anak berada dalam kondisi lemah dan mengalami
penurunan tingkat kesadaran. Anak juga terlihat gelisah, sianosis pada mulut,
hidung, dan jari-jari tangan ataupun kaki, capillary refill > 2 detik, dan anak
tidak buang air kecil selama 4-6 jam (Anggraeni, 2010).
6. Manifestasi perdarahan
Bentuk perdarahan yang dapat terjadi adlah melalui uji tourniquet yang positif,
petckie, purpura, ckimosis, perdarahan konjungtiva, epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis, melena, dan hematuri. Sekitar 70% penderita DBD
menunjukkan gejala bintik merah pada kulit (Satari & Meiliasari, 2004). Uji
tourniquet positif jika terdapat 10 atau lebih petekie pada seluas 1 inci persegi
(2,5 cm x 2,5 cm) di llengan bawah bagian depan dekat lipat siku. Untuk
membedakan oetekie dengan bekas gigitan nyamuk, bila kulit di regangkan
dan bintik merah hilang berarti bukan petekie (Depkes, 2005). Epistaksis
merupakan perdarahan spontan utama yang terjadi dan perdarahan terjadi pada
pasien dengan trombositopenia berat (Kulkarni, et al, 2010)
7. Pemberian Cairan
Pemberian cairan disesuaikan dengan berat badan pasien. Kebutuhan cairan
menggunakan perhitungan: kebutuhan cairan untuk BB 1-10 kg adalah
100ml/kg, kebutuhan cairan untuk BB 11-20 kg adalah 1000 ml + 50 ml/kg
untuk setiap kg diatas 10 kg. Kebutuhan cairan untuk BB > 20 kg adalah 1500
ml + 20 ml/kg untuk setiap kg diatas 20 kg (Ball & Bindler,2003).
8. Pemeriksaan laboratoriun darah
Pemeriksaan darah dilakukan sesuai kebutuhan berdasarkan kondisi pasien.
Pemeriksaan darah yang utama pada pasien DBD adalah pemeriksaan darah
lengkap meliputi trombosit, hematokrit, leukosit dan hemoglobin. Jumlah
trombosit normal pada anak adalah 150.000-400.000 (Muscari, 2001). Jumlah
trombosit < 100.000 biasanya ditemukan pada hari ketiga sampai ketujuh
sakit. Pemeriksaan trombosit perlu di ulang sampai terbukti bahwa jumlah
trombosit dalam batas normal (Depkes, 2005).
Jumlah Ht normal pada anak adalah 35-45% (Muscari, 2001). Peningkatan
jiumlah Ht menggambarkan hemokonsentrasi yang merupakan indikator
terjadinya perembesan plasma, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
hematokrit secar berkala (Nadsul, 2007).
Jumlah leukosit normal pada anak usia 1-3 tahun adalah 6000-17.500, usia 4-7
tahun adalah 5500-15.500, dan anak usia 8-13 tahun adalah 4500-13.500
(Muscari,2001). Pada serangan virus dengue leukosit menurun karena sumsum
tulang ditekan oleh reaksi imun akibat masuknya virus dengue ( Nadsul,
2007).
Terapi Intravena (IV) adalah menempatkan cairan steril melalui jarum, langsung
ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium,
kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat (Brunner &
Sudarth,2002).
Menurut Perry & Potter (2006) vena-vena tempat pemasangan infus: Vena
Metakarpal, vena sefalika, vena basilica, vena sefalika mediana, vena basilika
mediana, vena antebrakial mediana.
Pertama atur kecepatan tetesan pada tabung IV. Tabung makrodrip dapat
meneteskan 10 atau 15 tetes per 1 ml. Tabung mikrodrip meneteskan 60 tetes per
1 ml. Jumlah tetesan yang diperlukan untuk 1 ml disebut faktor tetes.
Atur jumlah mililiter cairan yang akan diberikan dengan jumlah total cairan
yang akan diberikan dengan jumlah jam infus yang berlangsung. Kemudian
kalikan hasil tersebut dengan faktor tetes. Untuk menentukan berapa banyak
tetesan yang
akan diberikan permenit, bagi dengan 60. Hitung jumlah tetesan permenit yang
akan diinfuskan. Jika kecepatan alirannya tidak tepat, sesuaikan dengan
kecepatan tetesan (Smeltzer & Bare, 2002).
2. Cara Penularan
3. Gejala
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
3. Pembesaran hati
7.
Menurut (Mubin, 2009) derajat penyakit DBD terbagi
empat derajat :
Ghgnn
1. Derajat 1
8.
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan (uji tourniquet positif)
2. Derajat II
4. Derajat IV
4. Pengobatan DBD
Prinsip Penanganan
1. Tirah baring
3. Infus Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCl 0,9% dengan
tetesan 20 cc / Kg BB / Jam diguyur, atau secara praktis : 1
– 1,5 liter di guyur (cor), selanjutnya 5 cc / Kg BB / Jam atau
50 cc / Kg BB / 24 jam, atau secara praktis 40 tetes/menit,
sebagai kebutuhan cairan rumatan. Cairan oral sebanyak
mungkin. Larutan Oralit lebih baik.
a. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A.P
Umur : 10 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Dewa Ujung RT 15 RW 07 Kel. Ciracas
b. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama Saat Datang Ke Rumah Sakit
Pasien sudah mengalami demam selama 6 hari yaitu sejak hari rabu tanggal 25 mei
2016 dan pasien mengalami kesulitan tidur
2. Di Rawat Sejak
Pasien sudah di rawat sejak tanggal 29 mei 2016
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami Muntah-muntah
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
5. Gaya Hidup
a. Merokok : Tidak
b. Minum alkohol : Tidak
c. Narkoba : Tidak
d. Makan Junk Food atau makanan cepat saji : Tidak
6. Kebiasaaan
a. Pola Istirahat : Biasanya pasien tidur malam jam 21.00-05.00 WIB dan jarang tidur
siang
b. Pola Makan dan Nutrisi : Pasien makan 2-3 kali sehari dengan lauk pauk yang
cukup
c. Personal hygiene : Pasien mandi 2 kali sehari dan keramas 2-3 kali seminggu
d. ASSESMENT
An. A.P usia 10 tahun dengan Dengue Hemmoragic Fever
Masalah : panas dansulit tidur malam hari
Kebutuhan : Penyuluhan tentang kebutuhan istirahat
Pemberian obat penurun panas
e. PLANNING
1. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
2. Melakukan penyuluhan tentang cara relaksasi menjelang tidur malam dan kebutuhan
istirahat
3. Memberikan cairan infus RF 30 tetes/menit selama 11 jam
4. Memberikan paracetamol
5. Melakukan pemeriksaan laboratorium darah secara rutin
6. Memberikan penkes tentang kebutuhan nutrisi
a. DATA SUBJEKTIF
Pasien sudah mengalami panas hari ke 7 , pasien mau makan dan minum pasien sudah
BAB 1x dan BAK
b. DATA OBJEKTIF
Kesadaran : Compos Mentis
Kestabilan Emosi : Stabil
Tanda-tanda vital :
TD = 90/60 mmHg
Nadi = 87x/menit
Pernafasan / Rr = 24 x/menit
Suhu = 37,3◦C
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb : 13,9
Ht : 41
Leukosit : 3,97
Trombosit : 19000
c. ASSESMENT
An. A.P usia 10 tahun dengan Dengue Hemmoragic Fever
Masalah : panas
Kebutuhan : pemberian obat penurun panas
d. PLANNING
1. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
2. Memberikan cairan infus RA 5 cc/kg BB
3. Memberikan paracetamol
4. Penkes kebutuhan nutrisi
e. DATA SUBJEKTIF
Pasien sudah mengalami panas hari ke 8, pasien sudah bisa tidur nyenyak
f. DATA OBJEKTIF
Kesadaran : Compos Mentis
Kestabilan Emosi : Stabil
Tanda-tanda vital :
TD = 100/70 mmHg
Nadi = 88x/menit
Pernafasan / Rr = 24 x/menit
Suhu = 36,8◦C
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb : 13,6
Ht : 410
Leukosit : 5,42
Trombosit : 34000
g. ASSESMENT
An. A.P usia 10 tahun dengan Dengue Hemmoragic Fever
Masalah : Panas hari ke 8
Kebutuhan : melanjutkan pemberian cairan infus
h. PLANNING
1. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
2. Memberikan cairan infus RA 30 tetes/menit dalam waktu 4 jam
3. Observasi terjadinya perdarahan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pasien An. A.P setiap saat dilakukan pengecekan tanda-tanda vital dan dilakukan
pengambilan darah 1 kali sehari untuk memantau jumlah trombositnya serta diberikan
cairan infus RA untuk membantu memenuhi kebutuhan cairan tubuhnya.
B. SARAN
Waspada jika pasien mengalami penurunan jumlah trombosit dan terjadi
perdarahan, harus segera dilakukan penanganan lebih lanjut.
https://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_Dengue