Anda di halaman 1dari 12

JIALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“ Fiqh Muammalah Kontemporer “

Dosen Pengampu

Dr. Jamaludin Achmad Kholik, Lc. MA.

Disusun Oleh :

M.Ariansyach Maulana Izzulhaq ( 20403049 )

Firynasari ( 20403060 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunianya serta sholawat dan shalam kepada
Nabi Muhammad SAW atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Jialah” ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai slaah satu syarat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muammalah Kontemporer. Makalah ini ditugaskan secara
kelompok yang tidak lepas dari bantuan literartur selama proses pengerjaan.

Penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak Dr. Jamaludin Achmad Kholik,
Lc. MA. Selaku dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan tugas
makalah yang diberikan.

Kediri, 6 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................

A. Latar Belakang............................................................................................................
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................
C. Tujuan ........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................

A. Pengertian Jialah ........................................................................................................


B. Landasan Hukum Jialah .............................................................................................
C. Rukun dan Syarat Jialah .............................................................................................
D. Pembatalan Jialah .......................................................................................................
E. Hukum Perselisihan Pemilik dengan Amil ................................................................
F. Praktek Jialah Pada Masa Kontemporer ....................................................................
G. Hikmah Jialah ............................................................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Islam sebagai agama terakhir yang telah dijamin kebenarannya oleh Allah SWT,
berisi tentang segala aturan hukum dan moral dengan tujuan membimbing dan mengarahkan
umat-Nya menuju terbentuknya komunitas manusia yang mampu melaksanakan peranannya
sebagai khalifatullah dimuka planet bumi. Khalifatullah bukanlah suatu tugas ringan yang
bisa dengan sendirinya terlaksana tanpa adanya kreasi dan inovasi yang dinamis untuk
menggali semua potensi yang telah disediakan oleh Allah. Guna menggali untuk
memanfaatkan potensi alam secara maksimal inilah manusia kemudian perlu mengadakan
interaksi dengan sesamanya yang tidak mustahil terjadi kesenjangan dan perbenturan
kepentingan yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan
kepada umatnya untuk berlaku tolong-menolong dengan sesamanya.
Agama islam telah mengatur prilaku para pengikutnya dalam segala hal, salah
satunya yaitu tentang hubungan dengan sesama manusia, segala hal tentang masalah tersebut
telah dijelaskan dalam ilmu fiqih mualamah. Dalam hubungan sesama manusia, kita pasti
sudah mengetahui bahwa ada salah satu akad yaitu ji’alah.
Akad ji’alah identik dengan sayembara, yakni menawarkan sebuah pekerjaan yang
belum pasti dapat diselesaikan. Jika seseorang mampu menyelesaikan maka ia berhak
mendapat hadiah atau upah. Secara harfiah ji’alah bermakna sesuatu yang dibebankan
kepada orang lain untuk dikerjakan, atau perintah yang dimandatkan kepada seseorang
untuk dijalankan.
Dari paparan di atas, kelompok penulis merasa tertarik untuk lebih dalam lagi
membahas tentang apa itu sebenarnya akad ji’alah yang telah ada sejak zaman dahulu ini.
B. Rumusan Masalah.
1. Apa definis dari jialah?
2. Apa landasan hukum dari jialah?
3. Apa saja rukun dan syarat dari jialah?
4. Bagaimana pembatalan jialah?
5. Bagaimana hukum perselisihan pemilik dengan amil?
6. Bagaimana praktek jialah pada masa kontemporer?
7. Apa saja hikmah dari praktek jialah?
C. Tujuan.
1. Mengetahui definisi jialah.
2. Mengetahui landasan hukum jialah.
3. Mengetahui rukun dan syarat jialah.
4. Mengetahui pembatalan jialah.
5. Mengetahui hukum perselisihan pemilik dengan amil.
6. Mengetahui praktek jialah pada perbankan syariah.
7. Mengetahui hikmah jialah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jialah.
Secara etimologis, jialah berasal dari kata al-ju’lu yang berarti upah. Ja’altu lahu
ju’lan artinya aku membuat upah untuknya. Jialah dapat juga dibaca jaalah. Ibnu Faris
menyatakan bahwa al-ju’lu, al-ja’alah, dan al-ja’ilah artinya sesuatu yang diberikan kepada
seseorang karena sesuatu pekerjaan yang ia lakukan. Adapun ji’alah secara terminologis
dalah menjanjikan suatu harta tertentu untuk orang yang mengerjakan suatu pekerjaan yang
mubah untuknya meskipun pekerjaan itu tidak diketahui, atau untuk orang yang bekerja
untuknya dalam suatu waktu meskipun tidak diketahui.1
Adapun definisi lain menyebutkan, bahwa ji’alah (pengupahan) berarti sesuatu yang
diberikan kepada seseorang karena ada sesuatu yang dikerjakan. Sedangkan makna dari
ji’alah menurut istilah adalah akad terhadap suatu manfaat yang diperkirakan akan
mendatangkan hasil, sebagaimana dilazimkan dengan suatu pemberian/upah tertentu bagi
orang yang menginginkan kembalinya barang yang hilang. Dalam konteks syar’I, ji’alah
adalah sebuah permintaan dari seseorang agar mengembalikan barang yang hilang dengan
bayaran yang ditentukan.2
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, ji’alah adalah perjanjian imbalan
tertentu dari pihak pertama kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas/pelayanan
yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama. 3 Ulama Malikiyah
mendefinisikan akad ji’alah sebagai akad sewa atas manfaat yang diduga dapat tercapai. Hal
ini seperti perkataan seseorang, “Barang siapa yang bisa mengembalikan binatang
tunggangan saya yang kabur atau lari, atau barang milik saya yang hilang, atau yang bisa
mengurus kebun saya ini, atau menggali sumur untuk saya hingga saya menemukan air, atau
menjahit baju atau kemeja untuk saya, maka dia akan mendapatkan sekian”.4
B. Landasan Hukum Jialah.
Ji’alah hukumnya boleh dan disyariatkan berdasarkan beberapa dasar hukum berikut :
1. Al-Qur’an.
Ayat yang mendasari jialah terdapat dalam al-Quran yakni Q.S. Yusuf ayat 72 :
‫ك َولِ َم ْن َج ۤا َء بِ ٖه ِح ْم ُل بَ ِعي ٍْر َّواَن َ۠ا بِ ٖه َز ِع ْي ٌم‬
ِ ِ‫ص َوا َع ْال َمل‬
ُ ‫قَالُوْ ا نَ ْفقِ ُد‬
1
Wasis Lan Prigel, 2020, Pengertian dan Landasan Hukum Ji’alah (Sayembara),
https://www.wasislanprigel.xyz/2020/06/pengertian-dan-landasan-hukum-jialah.html ,di akses pada 6 April 2022, pukul
20.47.
2
Saipul Nasution, M.A, 2019, JI’ALAH, http://pm.unida.gontor.ac.id/jialah/ ,di akses pada 6 April 2022, pukul 20.54.
3
Mardani , Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 314.
4
Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie, dkk, Fiqih Islam Wa Adillatuhu,
op-cit, h. 432.
Artinya :” Penyeru-penyeru itu berkata: ‘Kami kehilangan piala Raja dan siapa yang
dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta dan
aku menjamin terhadapnya”. (Q.S. Yusuf : 72). 5
2. Hadits.
Dalam HR. Abu Sa’ad al-Khudriy r.a bahwa sejumlah sahabat Rasulullah SAW
mendatangi sebuah perkampungan Arab. Namun penduduknya tak menerima mereka
sebagai tamu. Ketika itu, pemimpin mereka digigit ular. Lalu mereka bertanya, “ apakah
diantara kalian ada yang ahli rukiah?”, Para sahabat menjawab, “ kalian tak mengakui
kami sebagai tamu maka kamipun tak berbuat apa-apa pada kalian, kecuali kalian
memberi imbalan. Lalu mereka menjanjikan sejumlah kambing (sekitar 30 ekor) kepada
para sahabat sebagai upah.
Seorang sahabat mulai membaca Al-Fatihah, kemudian ia mengumpulkan ludahnya
dan disuapkan pada bagian yang luka. Lalu, orang tersebut sembuh dan mereka
memberikan sejumlah kambing itu kepada para sahabat. Namun para sahabat berkata, “
Kami tak akan mengembalikan kambing-kambing tersebut sampai kami bertanya kepada
Rasulullah SAW”. beliau tertawa dan bersabda, “ Kalian tau darimana surat itu adalah
rukiah? Ambillah upah tersebut dan berilah aku bagian”. (HR. Imam Bukhari).6
3. Logika.
Dasar dari logikanya adalah bahwa kebutuhan manusia menuntut diberlakukannya
ji’alah untuk mengembalikan harta yang hilang atau suatu pekerjaan yang tidak mampu
dikerjakan oleh orang yang menyuruh (ja’il), sementara tidak ada orang yang
melakukannya secara suka rela dan juga tidak dapat dilakukan dengan transaksi ijarah
karena pekerjaannya tidak jelas. Ji’alah dibolehkan secara syar’i karena adanya
kebutuhan untuk itu, seperti halnya muhadharah.7
C. Rukun dan Syarat Jialah.
Ada beberapa rukun dan syarat jialah, yaitu :
1. Lafadh.
Hendaklah dipergunakan lafadh yang jelas dan mengandung arti izin kepada yang
akan bekerja dan juga tidak ditentukan waktunya.
2. Orang yang menjanjikan upahnya.
Yang menjanjikan upah itu boleh juga orang yang lain yang mendapat persetujuan dari
orang yang kehilangan.

5
Wasil Lan Prigel, 2020, Ibid.
6
AEKBILA, 2020, Fiqih Muamalah II - Ji’alah Hukum Ji’alah Rukun Dan Syarat Ji’alah,
https://www.aekbila.com/2020/10/fiqih-muamalah-ii-jialah-hukum-jialah.html ,di akses pada 6 April 2022, pukul 21.00.
7
Wasil Lan Prigel, Ibid.
3. Pekerjaan.
Mencari barang yang hilang.
4. Upah.
Disyaratkan keadaan upah dengan barang/benda yang tertentu. Kalau yang
kehilangan itu berseru kepada umum: “Barangsiapa yang mendapat barang/bendaku,
akan saya beri uang sekian. Kemudian dua orang bekerja mencari barang itu, sampai
keduanya mendapatkan barang itu secara bersama-sama, maka upah yang dijanjikan itu
berserikat antara keduanya (dibagi-bagikan).8
D. Pembatalan Jialah.
Kedua belah pihak menghentikan perjanjian itu sebelum bekerja. kalau yang
membatalkan itu pekerja, maka dia tidak mendapatkan upah walaupun dia sudah bekerja.
tapi kalau pihak yang membatalkan dari pihak yang menjanjikan upah, yang bekerja berhak
menuntut upah, sebanyak yang sudah dijanjikan.9
E. Hukum Perselisihan Pemilik dengan Amil.
Jika terjadi perselisihan antara pemilik akad ji’alah (ja’il) dan amil, dalam masalah
asal persyaratan upah, misalkan salah satunya mengingkari persyaratan tersebut, maka orang
yang mengingkari itu yang dibenarkan sumpahnya. Seperti jika amil berkata, “kamu
mensyratkan memberi upah pada saya,” tapi sipemilik mengingkarinya, maka sipemilik itu
dibenarkan dengan sumpahnya. Hal itu karena asalnya tidak ada persyaratan upah.
Dan jika mereka berdua berselisih dalam jenis pekerjaannya, seperti mengembalikan
mobil yang hilang, atau barang yang hilang, atau berselisih tentang siapa yang
mengerjakannya, maka yang dibenarkan adalah yang melaksanakan pekrjaan (‘amil)
tersebut dengan sumpahnya. Karena amil mengaku sesuatu yang asalnya tidak ada, maka
orang yang mengingkarinya dibenarkan dengan sumpahnya.
Demikian juga, orang yang mengingkari dibenarkan jika merka berselisih dalam
usaha yang dilakukan amil. Misalkan sipemilik berkata, “kamu bukan yang
mengembalikannnya, tapi dia (binatang atau barang) yang datang atau kembali sendiri.”
Maka sipemilik itu dibenarkan, karena asalnya tidak ada pengembalian.
Dan jika mereka berdua berselisih tentang besarnya upah, atau jauhnya jarak, atau
tempat yang telah diperkirakan adanya barang yang hilang, maka ulama Malikiyyah dan
Syafi’iyah berpendapat bahawa keduanya disumpah dan akad ji’alahnya dibatalkan, lalu
sipemilik wajib memberikan upah yang umum berlaku.

8
Saifulloh Al Aziz S, Fiqih Islam Lengkap, (Surabaya: Terbit Terang. 2005), h. 382.
9
Muslimpintar, 2018, Pengertian Rukun Dan Hukum Jialah Dalam Islam, https://www.muslimpintar.com/pengertian-
rukun-dan-hukum-jialah/ ,di akses pada 6 April 2022, pukul 21.17.
Sedangkan ulama Hanabilah berpendapat bahwa ucapan yang dibenarkan adalah
ucapan si pemilik dengan sumpahnya, karena asalnya tidak ada tambahan yang
diperselisihkan. Juga karena ucapan yang dibenarkan adalah ucapan si pemilik dalam ada
tidaknya imbalan, maka demikian juga dalam jumlahnya. Selain itu, karena sipemilik
mengingkari yang diakui oleh amil yang melebihi dari yang pemilik akui, dan asalnya si
pemilik itu bebas dari yang diakui oleh amil. Dan bisa saja mereka berdua bersumpah
seperti penjual dan pembeli jika keduanya berselisih tentang besarnya harga.10
F. Praktek Jialah Pada Perbankan Syariah.
Aplikasinya ialah pada SBIS (sertifikat bank indonesia syariah). Peraturan Bank
Indonesia (PBI) no. 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)(“PBI
10/11/2008”). SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu
pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh bank indonesia (pasal 1 angka 4 PBI
10/11/2008). SBIS yang diterbitkan oleh bank indonesia menggunakan akad ju’alah (akad
ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (’iwadh/
ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan).
Sesuai dengan FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL NO: 64/DSN-
MUI/XII/2007 TENTANG SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH JU’ALAH
(SBIS JU’ALAH ) menetapkan bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah (SBIS
Ju’alah) adalah sbis yang menggunakan akad ju’alah, dengan memperhatikan substansi
fatwa dsnmui no. 62/DSNMUI/XII/2007 tentang akad ju’alah. Dalam SBIS Ju’alah, Bank
Indonesia bertindak sebagai ja’il (pemberi pekerjaan); Bank Syariah bertindak sebagai
maj’ullah (penerima pekerjaan); dan objek/underlying ju’alah (mahall al-‘aqd) adalah
partisipasi bank syariah untuk membantu tugas bank indonesia dalam pengendalian moneter
melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menempatkannya di bank indonesia
dalam jumlah dan jangka waktu tertentu.11
G. Hikmah Jialah.
Ji’alah merupakan pemberian penghargaan kepada orang lain berupa materi karena
orang itu telah bekerja dan membantu mengembalikan sesuatu yang berharga. Baik itu
berupa materi (barang yang hilang) atau mengembalikan kesehatan atau membantu
seseorang menghafal al-Qur’an. Hikmah yang dapat dipetik adalah dengan ji’alah dapat
memperkuat persaudaraan dan persahabatan, menanamkan sikap saling menghargai dan
akhirnya tercipta sebuah komunitas yang saling tolong-menolong dan bahu-membahu.
Dengan ji’alah, akan terbangun suatu semangat dalam melakukan sesuatu bagi para pekerja.

10
Nurfalahiyah Ulyana, Norlaila Hayati dan Yuliana, 2014, "Ji'alah (Sayembara)",
http://lailahamkha.blogspot.com/2014/04/jialah-sayembara_25.html ,di akses pada 6 April 2022, pukul 21.25.
11
DR. SRI SUDIARTI, MA, Fiqh Muamalah Kontemporer, (FEBI UIN-SU Press, 2018), hal. 232-233.
Terkait dengan ji’alah sebagai sesuatu pekerjaan yang baik, Islam mengajarkan
bahwa Allah selalu menjanjikan balasan berupa syurga bagi mereka yang mau
melaksanakan perintahnya, seseorang akan memperoleh pahala dari pekerjaan yang baik
yang ia kerjakan. Allah berfirman dalam surat al-Zalzalah ayat 7, yang artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya.”12

12
Nur Azizah, Makalah Jialah, http://nurazizahaza.blogspot.com/2013/01/makalah-jialah.html ,di akses pada 6 April
2022, pukul 21.40.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.
Ji’alah diartikan sebagai sesuatu yang disiapkan untuk diberikan kepada seseorang
yang berhasil melakukan perbuatan tertentu, atau juga diartikan sebagai sesuatu yang
diberikan kepada sesorang karena telah melakukan pekerjaan tertentu. Ji’alah juga dapat
dinamakan janji memberikan hadiah (bonus, komisi atau upah tertentu), maka ji’alah adalah
akad atau komitmen dengan kehendak satu pihak. Dan berdasarkan landasah hukum tentang
ji’alah, maka ji’alah hukumnya yaitu mubah atau dengan kata lain boleh dilakukan akan
tetapi dengan syarat-syarat tertentu juga yang telah di tentukan ilmu fiqih yang diajarkan
dalam agama islam.
DAFTAR PUSTAKA

Wasis Lan Prigel, 2020, Pengertian dan Landasan Hukum Ji’alah (Sayembara),
https://www.wasislanprigel.xyz/2020/06/pengertian-dan-landasan-hukum-jialah.html ,di
akses pada 6 April 2022, pukul 20.47.
Nasution, Saipul, M.A, 2019, JI’ALAH, http://pm.unida.gontor.ac.id/jialah/ ,di akses pada 6 April
2022, pukul 20.54.
Mardani , Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalah, Jakarta, Kencana, 2012.
Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie, dkk, Fiqih
Islam Wa Adillatuhu, Jakarta, Gema Insani, 2011.
AEKBILA, 2020, Fiqih Muamalah II - Ji’alah Hukum Ji’alah Rukun Dan Syarat Ji’alah,
https://www.aekbila.com/2020/10/fiqih-muamalah-ii-jialah-hukum-jialah.html ,di akses
pada 6 April 2022, pukul 21.00.
Saifulloh Al Aziz S, Fiqih Islam Lengkap, Surabaya Terbit Terang, 2005.
Muslimpintar, 2018, Pengertian Rukun Dan Hukum Jialah Dalam Islam,
https://www.muslimpintar.com/pengertian-rukun-dan-hukum-jialah/ ,di akses pada 6 April
2022, pukul 21.17.
Ulyana, Nurfalahiyah, Norlaila Hayati dan Yuliana, 2014, "Ji'alah (Sayembara)",
http://lailahamkha.blogspot.com/2014/04/jialah-sayembara_25.html ,di akses pada 6 April
2022, pukul 21.25.
Sudiarti, Sri. "Fiqh Muamalah Kontemporer." (2018).
Nur Azizah, Makalah Jialah, http://nurazizahaza.blogspot.com/2013/01/makalah-jialah.html ,di
akses pada 6 April 2022, pukul 21.40.

Anda mungkin juga menyukai