Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP JI’ALAH

DOSEN :
Dr. Marliyah M.A
Halimatusyakdiyah M.E

KELOMPOK 9 :

-Ikhwah Annisa (0505222040)


-Nurul Jannah (0505222035)
- Salsabila Putri (0505222042)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI ASURANSI SYARIAH 4-A
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt. Atas rahmat dan karunia yang telah
diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul produk dan
penetapan harga. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhamad saw. semoga kita
semua dijadikan umat yang selalu istiqomah dalam menjalani sunnah sunnahnya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini, untuk itu kami dapat menyampaikan
banyak terima kasih telah berkontribusi dalam makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada bapak Dr. Marliyah M,A mata kuliah fikih muamalah II yang telah memberikan
arahan terkait tugas makalah ini, tanpa bimbingan beliau mungkin, kami tidak akan bisa
menyelesaikan makalah ini.

Kami berharap makalah kami dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta
mahasiswa pada khususnya dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan berkenaan
tetang produk dan penetapan harga . Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempatan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran pembaca demi
kesempurnaan makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.

Medan, Maret 2024

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................3
RUMUSAN MASALAH...............................................................................3
MANFAAT PENULISAN.............................................................................3
BAB II............................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................4
A. PENGERTIAN JI’ALAH..................................................................5
B. DASAR HUKUM JI’ALAH..............................................................6
C. RUKUN DAN SYARAT JI’ALAH...................................................9
D. HIKMAH JI’ALAH...........................................................................10
E. APLIKASI JI’ALAH DIPERBANKAN SYARIAH.........................11
F. LANDASAN HUKUM JI’ALAH.....................................................11
G. APLIKASI KONSEP JI’ALAH DALAM SEHARI HARI...............12
BAB III...........................................................................................................13
PENUTUP......................................................................................................13
KESIMPULAN..............................................................................................14
SARAN..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari terkadang seseorang mendapatkan musibah berupa
kehilangan anak atau barang-barang berharga yang tinggi nilainya. Terlepas dari sebab
hilangnya tersebut apakah dicuri atau hilang karena kelalaian pemiliknya, yang jelas
berbagai upaya dilakukan untuk mengembalikan benda atau barang yang dimilikinya.
Biasanya pemilik barang tersebut membuat pengumuman untuk khalayak ramai dengan
memberikan imbalan/komisi tertentu bagi siapa saja yang bisa mengembalikan barangnya.
Amalan yang demikian merupakan bentuk mu’amalah yang disebut dalam Islam sebagai al
ju’alah.

Ju’alah adalah jenis akad atas manfaat sesuatu yang diduga kuat akan diperolehnya.
Dalam konsep teori ju’alah memang terlihat sederhana dibanding jenis muamalah lainnya
seperti sewa-menyewa, mudharabah, murobahah dan lainnya. Namun demikian konsep
ju’alah
berkembang pesat pada dunia pendidikan dan bisnis dewasa ini. Dalam dunia dunia
pendidikan di berbagai instansi seringkali memberikan hadiah bagi para pelajar/mahasiswa
yang kreatif melakukan penelitan dan riset yang bermanfaat bagi perkembangan zaman.
Namun harus dicermati bahwa tidak semua sayembara berhadiah sesuai dengan konsep
ju’alah yang dibolehkan.

3
Dari paparan singkat diatas maka perlu dan penting bagi kita mengakaji konsep ju’alah
dalam tinjauan Islam . Selain dalam rangka tafaqquh fiddin (mendalami agama) kitapun bisa
mengimprovisasikannya dalam muamalah modern baik dalam dunia pendidikan maupun
bisnis yang senantiasa dituntut untuk inovatif dan kreatif sesuai dengan perkembangan
zaman.

B. RUMUSAN MASALAH
Terkait dengan Ji’alah ada beberapa hal yang akan dibahas dalam makalah ini, yakni:
1. Apa itu Ji’alah?
2. Apa yang menjadi landasan hukum Ji’alah?
3. Apa rukun dan syarat ji’alah?

C. MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan dari makalah ini adalah memberikan pengetahuan kepada pembaca
mengenai materi konsep Jialah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN JI’ALAH

Ji’alah merupakan akad atas suatu manfaat yang diyakini bisa dicapai. Hal tersebut
seperti seseorang menjajikan hadiah tertentu bagi siapa saja yang dapat mengembalikan
barang hilang, binatang yang melarikan diri, membangunkan dinding, menggalikan
sumur baginya sampai keluar air, membuat anaknya hafalan Al-Qur‟an, menang dalam
pertandingan tertentu, dan sebagainya.1
Kata ju'alah secara bahasa artinya mengupah. Wahbah al Zuhaili mendefinisikan al
Ju'alah secara bahasa sebagai berikut.

‫ وتس‬،‫هي ما يجعل لإلنسان على فعل شيء أو ما ُيعطاء اإلنسان على أمر يفعله‬
‫ الوعد بالجائزة‬:‫عند القانونيين‬
"al Jualah adalah apa saja yang dijadikan (imbalan) bagi seseorang atas suatu
pekerjaan atau apa saja yang diberikan seseorang untuk melaksanakan suatu
pekerjaan tertentu."

1
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, terj. Mujahidin Muhayan, 241.

5
Para ulama berbeda pendapat tentang definisi al Ju'alah secara istilah. Imam
Syamsyuddin Muhammad ibnu al Khatib asy Syarbini yang juga diikuti oleh. Wahbah al
Zuhaili dalam kitabnya mendefinisikan al Ju'alah dengan ungkapan sebagai berikut:

‫التزام عوض معلوم على عمل معين أو مجهول عسر علم‬.

"Suatu kelaziman(tanggung jawab) memberikan imbalan yang disepakati atas suatu


pekerjaan tertentu atau pekerjaan yang belum pasti bisa dilaksanakan."

Sayyid Sabiq (2006:931) mendefinisikan al Ju'alah yaitu:

‫الجعالة عقد على منفعة يظن حصولها كمن يلتزم بجعل‬

"al Ju'alah adalah akad atas suatu manfaat yang diperkirakan akan mendapatkan
imbalan sebagaimana yang dijanjikan atas suatu pekerjaan.

Istilah ji'alah dalam kehidupan sehari-hari diartikan oleh fuqaha yaitu memberi upah
kepada orang lain yang dapat menemukan barangnya yang hilang atau mengobati orang
yang sakit atau menggali sumur sampai memancarkan air atau seseorang menang dalam
sebuah kompetisi. Jadi, ji'alah bukan terbatas pada barang yang hilang namun dapat
setiap pekerjaan yang dapat menguntungkan seseorang.

Kata ji'alah dapat dibaca ja'alah (husaini, 2007:703). Pada zaman Rasulallah ji'alah
telah diperaktekan. Dalam kitab sahih Bukhari dan Muslim terdapat hadits yang
menceritakan tentang seorang badui yang disengat kala kemudian dijampi oleh seorang
sahabat dengan upah bayaran beberapa ekor kambing.

B. DASAR HUKUM JIALAH

Jumhur fuqaha sepakat bahwa hukum ji'alah mubah. Hal ini didasari ji'alah
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Jialah merupakan akad yang sangat
manusiawi, karena seseorang dalam hidupnya tidak mampu untuk memenuhi semua
pekerjaan dan keinginannya kecuali jika ia memberikan upah kepada orang lain untuk
membantunya. Contoh, Orang yang kehilangan dompetnya maka ia sangat sukar jika

6
ia mencari sendiri dompetnya yang hilang tanpa bantuan orang lain. Maka ia meminta
kepada orang lain untuk mencarinya dengan iming-iming upah dari pekerjaan itu.

Dalam hal lain, yang masih termasuk ji'alah Rasulallah membolehkan


memberikan upah atas pengobatan yang menggunakan bacaan al-Qur'an dengan surat
al-fatihah. Ji'alah diperbolehkan lantaran diperlukan, karena di dalam ji'alah
diperbolehkan apa-apa yang diperbolehkan untuk lainnya (Sabiq, 2006: 171).

Dalam al-Qur'an dengan tegas Allah membolehkan memberikan upah kepada


orang lain yang telah berjasa menemukan barang yang hilang. Hal itu di tegaskan
dalam al-Qur'an surat Yusuf ayat 72:

‫َقاُلوا َنْفِقُد ُص َو اَع اْلَم ِلِك َوِلَم ْن َج اَء ِبِه ِحْم ُل َبِع يٍر َو َأَنا ِبِه َز ِع يٌم‬

Artinya: "Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang
dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta,
dan aku menjamin terhadapnya".
Sabda nabi saw. kepada para sahabat yang mendapatkan jialah berupa sekawanan
kambing karena mengobati orang yang tersengat," Ambillah ju'alah (upah) dan
berikan aku satu bagian bersama kalian". (HR. Bukhari)

Di samping itu ada hadis yang diriwayatkan Abu Sa'id berikut, ia berkata:

،‫ َح َّتى َنَز ُل وا َع َلى َح ٍة ِم ْن َأْح َي اِء الَع َر ِب‬،‫اْنَطَلَق َنَفٌر ِم ْن َأْص َح اِب الَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِفي َس ْفَرٍة َس اَفُروَها‬
‫ َل ْو َأَتْيُتْم‬: ‫ َفَق اَل َبْعُض ُهْم‬، ‫ َفَسَع ْو ا َلُه ِبُك ِّل َش ْي ٍء اَل َيْنَفُعُه َش ْي ٌء‬، ‫ َفُلِد َغ َس ِّيُد ذِلَك الَحِّي‬، ‫َفاْسَتَض اُفوُهْم َفَأَبْو ا َأْن ُيَض ِّيُفوُهْم‬
‫ َو َس َع ْيَنا‬، ‫ َيا َأُّيَها الَّر ْهُط ِإَّن َس ِّيَدَنا ُل ِد ْع‬:‫ َفَقاُلوا‬، ‫ َفَأَتْو ُهْم‬، ‫ َلَع َّلُه َأْن َيُك وَن ِع ْنَد َبْع ِض ِهْم َش ْي ٌء‬،‫َهُؤاَل ِء الرْهَط اَّلِذ يَن َنَز ُلوا‬
‫ َو َلِكْن َوِهَّللا َلَق ِد‬،‫ َوِهللا ِإِّني َأَلْر ِقي‬، ‫ َنَعْم‬: ‫ َفَه ْل ِع ْن َد َأَح ٍد ِم ْنُك ْم ِم ْن َش ْي ٍء ؟ َفَق اَل َبْع ُض ُهْم‬،‫َل ُه ِبُك ِّل َش ْي ٍء اَل َيْنَفُع ُه‬
‫ َف اْنَطَلَق َيْنِف ُل‬، ‫ع ِم َن الَغَنِم‬‰‰‫ َفَص اَلُح وُهْم َع َلى َقِط ي‬، ‫ َفَم ا َأَنا ِبَر اٍق َلُك ْم َح َّتى َتْج َع ُل وا َلَن ا ُجْع اًل‬،‫اْسَتَض ْفَناُك ْم َفَلْم ُتَض ِّيُفوَنا‬
‫ َف َأْو َفْو ُهْم ُجْع َلُهُم اَّل ِذ ي‬: ‫ َق اَل‬،‫ َفاْنَطَلَق َيْمِش ي َو َم ا ِب ِه َقَلَب ٌة‬، ‫ َو َيْقَر ُأ الَحْم ُد هلِل َر ِّب الَع اَلِم يَن َفَك َأَّنَم ا ُنِش َط ِم ْن ِع َقاٍل‬،‫َع َلْيِه‬
‫ ال َتْفَع ُلوا َح َّتى َنْأِتَي الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَن ْذ ُك َر َل ُه‬: ‫ َفَقاَل اَّلِذ ي َر َقى‬،‫ اْقِسُم وا‬: ‫َص اَلُح وُهْم َع َلْيِه َفَقاَل َبْعُضُهْم‬
»‫ «َو َم ا ُيْد ِريَك َأَّنَها ُر ْقَيٌة‬: ‫ َفَقاَل‬،‫ َفَقِدُم وا َع َلى َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَذ َك ُروا َلُه‬،‫ َفَنْنُظَر َم ا َيْأُم ُرَنا‬، ‫اَّلِذ ي َك اَن‬
‫ َو اْض ِر ُبوا ِلي َم َع ُك ْم َس ْهًم ا َفَض ِح َك َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬،‫ «َقْد َأَص ْبُتْم اْقِسُم وا‬: ‫ ُثَّم َقاَل‬،

Artinya: "Sebagian sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pergi dalam suatu
safar yang mereka lakukan. Mereka singgah di sebuah perkampungan Arab, lalu

7
mereka meminta jamuan kepada mereka (penduduk tersebut), tetapi penduduk
tersebut menolaknya, lalu kepala kampung tersebut terkena sengatan, kemudian
penduduknya telah bersusah payah mencar sesuatu untuk mengobatinya tetapi belum
juga sembuh. Kemudian sebagian mereka berkata, "Bagaimana kalau kalian
mendatangi orang-orang yang singgah itu (para sahabat) orang-orang yang at untuk
menyembuhkan Maka mereka pun mendatangi para sahabat lalu berkata, "Wahai
kafilah! Sesungguhnya pemimpin kami terkena sengatan dan kami telah berusaha
mencari sesuatu untuk (mengobati)nya, tetapi tidak berhasil. Maka apakah salah
seorang di antara kamu punya sesuatu (untuk mengobatinya)? Lalu di antara
sahabat ada yang berkata, "Ya. Demi Allah, saya bisa meruqyah. Tetapi, demi Allah,
kami telah meminta jamuan kepada kamu namun kamu tidak memberikannya kepada
kami. Oleh karena itu, aku tidak akan meruqyah untuk kalian sampai kalian mau
memberikan imbalan kepada kami.» Maka mereka pun sepakat untuk memberikan
sekawanan kambing, lalu ia pun pergi (mendatangi kepala kampung tersebut),
kemudian meniupnya dan membaca "Al Rabbil aalamiin,(surat Al Fatihah), maka
tiba-tiba ia seperti baru lepas dari ikatan, ia pun dapat berjalan kembali tanpa
merasakan sakit. Kemudian mereka memberikan imbalan yang mereka sepakati itu,
kemudian sebagian sahabat berkata, "Bagikanlah. Tetapi sahabat yang meruqyah
berkata, "Jangan kalian lakukan sampai kita mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa
sallam lalu kita sampaikan kepadanya masalahnya, kemudian kita perhatikan apa
yang Beliau perintahkan kepada kita.» Kemudian mereka pun datang menemui
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan menyebutkan masalah itu. Kemudian
Beliau bersabda, "Dari mana kamu tahu, bahwa Al Fatihah bisa sebagai ruqyah?»
Kemudian Beliau bersabda, "Kamu telah bersikap benar! Bagikanlah dan
sertakanlah aku bersama kalian dalam bagian itu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Begitu juga dengan sabda Rasulullah dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh
Imam al-Jama'ah kecuali Imam Nasa'i dari Abu Sa'id al-Khudri. Suatu ketika sahabat
Rasulullah mendatangkan sebuah perkampungan Arab. Namun mereka tidak dilayani
layaknya seorang tamu. Tiba-tiba pemimpin mereka terserang penyakit, kemudian
penduduk desa meminta sahabat untuk menyembuhkannya. Sahabat Rasul meng-iya-
kan dengan catatan mereka diberi upah. Syarat ini disetujui, kemudian seorang
sahabat membaca al-Fatihah, maka akhirnya pemimpin tersebut sembuh. Kemudian,

8
hadiah pun diberikan. Akan tetapi sahabat tidak mau menerima sebelum lapor dari
Rasulullah, maka Rasulullah tersenyum melihat atas laporan kejadian itu.

Menurut ulama' Malikiyah, Syafi'iyah, dan hanabilah, secara syar'i,akad ji'alah


diperbolehkan. Dengan landasarn kisah Nabi Yusuf beserta saudaranya. Kedudukan
transaksi upah (al-ju'l) adalah segala bekerja bentuk pekerjaan (jasa), yang pemberi
upah tidak sedikitpun dari upah (hadiah) itu. Sebab, jika pemberi upah mengambil
sebagian dari upah itu, berarti ia harus terikat dengan jasa dan pekerjaan itu. Padahal
jika calon penerima upah itu (al-maj'ul) gagal mendatangkan manfaat, seperti
ditetapkan dalam transaksi upah (al-ju'l), ia tidak akan mendapatkan apa- apa. Jika
pemberi upah (al-ja'il) mengambil hasil kerja calon penerima upah (al-maj'ul), tanpa
imbalan kerja atau jasa tertentu, berarti ia telah melakukan suatu kezaliman (Rusyd,
2007:102).
Menurut mazhab Hanafiyah, akan ji’alah tidak diperbolehkan karena
mengandung unsur gharar didalamnya. Yakni ketidakjelasan atas pekerjaan dan
jangka waktu yang ditentukan. Hal ini dianalogikan dengan akad ijarah yang
menyaratkan kejelasan pekerjaan, upah dan jangka waktunya. Namun, ada sebagian
ulama Hanafiyah yang memperbolehkan karena ada nilai manfaat didalamnya. Dalam
mazhab Maliki, Hambali dan Syafi‟i akad ji’alah diperbolehkan dengan dalil kisah
Nabi Yusuf dan para saudaranya.2

C.RUKUN DAN SYARAT JIALAH

Ada beberapa rukun yang harus dipenuhi dalam ji'alah:


1. Lafal: Lafal itu mengandung arti izin kepada yang akan bekerja dan tidak ditentukan
waktunya. Jika mengerjakan ji'alah tanpa seizin orang yang menyuruh (punya barang)
maka baginya tidak berhak memperoleh imbalan jika barang itu ditemukan.
2. Orang yang menjanjikan memberi upah: Dapat berupa orang yang kehilangan barang

3. Pekerjaan: Mencari barang yang hilang.

4. Upah harus jelas telah ditentukan dan diketahui oleh seseorang melaksanakan
pekerjaan (menemukan barang)

2
Haryono, “Konsep Al-Ju’alah dan Model Aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari”, jurnal Hukum islam dan
Pranata Sosial Islam,647.

9
Syarat-syarat ji'alah adalah:

1. Pihak-pihak yang berji'alah wajib memiliki kecakapan bermu'amalah (ahliyyah al-


tasharruf), yaitu berakal, baligh, dan rasyid (tidak sedang dalam perwalian). Jadi
ji'alah tidak sah dilakukan oleh orang gila atau anak kecil.

2. Upah (ja'il) yang dijanjikan harus disebutkan secara jelas jumlahnya. Jika upahnya
tidak jelas, maka akad ji'alah batal adanya, karena ketidak pastian kompensasi.
Seperti, barang siapa yang menemukan mobil saya yang hilang, maka ia berhak
mendapatkan baju. Selain itu, upah yang diperjanjikan itu bukanlah barang haram,
seperti minuman keras.

3. Aktivitas yang akan diberi kompensasi wajib aktivitas yang mubah, bukan yang
haram dan diperbolehkan secara syar'i. Tidak diperbolehkan menyewa tenaga
paranormal untuk mengeluarkan jin, praktek sihir, atau praktek haram lainnya.
Kaidahnya adalah, setiap asset yang boleh dijadikan sebagai obyek transaksi dalam
akad ji'alah.

4. Kompensasi (materi) yang diberikan harus jelas diketahui jenis dan jumlahnya
(ma'lum), di samping tentunya harus halal (Ghazali, t.t: 143).

Kalau orang yang kehilangan itu berseru kepada masyarakat umum," Siapa yang
mendapatkan barangku akan ku beri uang sekian,". Kemudian dua orang bekerja
mencari barang itu, sampai keduanya mendapatkan barang itu bersama-sama, maka
upah yang dijanjikan tadi berserikat antara keduanya.

D. HIKMAH JIALAH

Ji'alah merupakan pemberian penghargaan kepada orang lain berupa materi


karena orang itu telah bekerja dan membantu mengembalikan sesuatu yang berharga.
Baik itu berupa materi (barang yang hilang) atau mengembalikan kesehatan atau
membantu seseorang menghafal al-Qur'an. Hikmah yang dapat dipetik adalah dengan
ji'alah dapat memperkuat persaudaraan dan persahabatan, menanamkan sikap saling
menghargai dan akhirnya tercipta sebuah komunitas yang saling tolong-menolong dan

10
bahu-membahu. Dengan ji'alah, akan terbangun suatu semangat dalam melakukan
sesuatu bagi para pekerja.

Terkait dengan ji'alah sebagai sesuatu pekerjaan yang baik, Islam mengajarkan
bahwa Allah selalu menjanjikan balasan berupa syurga bagi mereka yang mau
melaksanakan perintahnya, seseorang akan memperoleh pahala dari pekerjaan yang
baik yang ia kerjakan. Allah berfirman dalam surat al-Zalzalah ayat 7:

‫َفَم ْن َيْع َم ْل ِم ْثَقاَل َذ َّر ٍة َخْيًرا َيَر ُه‬

Artinya: "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun niscaya Dia


akan melihat (balasan)nya."

E. APLIKASI JIALAH DI PERBANKAN SYARIAH

Aplikasinya ialah pada SBIS (sertifikat Bank Indonesia Syariah). Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) ("PBI 10/11/2008") SBIS adalah adalah surat berharga berdasarkan Prinsip
Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia (Pasal 1 angka 4 PBI 10/11/2008). SBIS yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia menggunakan akad Ju'alah (Akad ju'alah adalah janji atau komitmen
(iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (iwadh/ ju'l) atas pencapaian hasil
(natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan).

F. Landasan Hukum Ji’alah

Ji’alah hukumnya boleh dan disyariatkan berdasarkan beberapa dasar hukum berikut:

a). Al-Quran

Ayat yang mendasari ju’alah dalam al-Quran yakni Q.S. Yusuf ayat 72 yang
artinya, “Penyeru-penyeru itu berkata: ‘Kami kehilangan piala Raja dan siapa yang
dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta dan
aku menjamin terhadapnya.’” Bahan makanan (seberat) unta sudah ma’ruf di

11
kalangan mereka, sedangkan syariat umat sebelumnya juga berlaku bagi kita yang
tidak ada nash dalam syariat kita yang menentangnya.

b). Hadits

Dasar dari hadits adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bukhari yang
bersumber dari Abu Said al-Khudri bahwa orang-orang dari golongan sahabat
Rasulullah SAW. tiba di suatu perkampungan sedangkan orang-orang kampong
tersebut tidak mau menjamu mereka. Ketika kepala kampung mereka tersengat,
mereka berkata, “Apakah ada di antara kalian yang dapat meruqyah (orang yang
sedang tersengat)?” Para sahabat menjawab, “Kalian tidak mau menjamu kami, maka
kami tidak mau melakukannya kecuali kalian memberi kami upah.” Kemudian
penduduk kampung itu mengumpulkan untuk mereka beberapa ekor kambing. Lalu
salah seorang sahabat membaca Ummul Quran, mengumpulkan ludahnya, dan
meludahinya (meniupkannya). Ternyata kepala kampung itu sembuh kemudian
mereka pun memberi upah berupa beberapa ekor kambing.
Para sahabat berkata, “Kami tidak mengambilnya sebelum kami menanyakannya
kepada Rasulullah SAW.” Mereka pun menyatakan kasus itu kepada Rasulullah
SAW. dan beliau menjawab, “Tidakkah kamu tahu bahwa Ummul Quran itu dapat
menjadi ruqyah? Ambillah kambing-kambing itu, dan berikan untukku satu bagian
dari kalian.”

G. APLIKASI KONSEP JI’ALAH DALAM SEHARI-HARI

Saat ini, aplikasi akad ji 'alah banyak diterapkan dalam berbagai bidang. Berikut
adalah contoh aplikasi ji 'alah yang diterapkan, yaitu:

a. Dunia Pendidikan
Dalam hal ini konsep akad jialah bisa diterapkan pada lembaga pendidikan baik di
sekolah maupun pesantren. Penerapan ini bisa menjadikan peran penting untuk
meningkatkan prestasi peserta didik maupun potensi pada guru. Kegiatan tersebut
misalnya:

12
1) Sekolah membuka peluang bagi para guru untuk membuat sebuah penelitian yang
akan berguna untuk lembaga pendidikan tersebut. Bagi guru yag mampu membuat
dengan baik, maka ia berhak mendapatkan imbalan hadiah tertentu berupa uang
tunai atau beasiswa untuk kuliah lagi misalnya.
2) Sekolah membuat ji'alah untuk parasiswa atau mahasiswa yang bisa membuat
karya Ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, dan yang bisa membuat
dengan baik akan mendapat imbalan berupa piala atau beasiswa maupun uang
tunai.
3) Membuat ji'alah dengan hadiah beasiswa kuliah penuh untuk siswa yang berhasil
meraik peringkat 3 besar selama bersekolah di lembaga pendidikan tersebut.3

b. Dunia Bisnis
Dalam hal ini, konsep ji'alah memiliki banyak sekali model yang bisa digunakan,
diantaranya adalah:
1) Membuat ji'alah untuk mendesain logo, brand, dan kemasan produk yang menarik
dari berbagai macam produk.
2) Ji'alah untuk menghasilkan alat-alat produksi modern yang membantu kegiatan
ekonomi.
3) Membuat ji 'alah untuk website menarik dan mudak diakses untuk memasarkan
atau
Promosi suatu produk.
4) Ji'alah untuk membuat sistem pembayaran modern yang memudahkan dalam
produk.

c. Bidang IPTEK

Konsep ji 'alah bisa diaplikasikan dalam dunia IPTEK seperti:


1) Ji'alah dalam membuat mobil, pesawat dan berbagai alat transportasi lainnya.
2) Ji'alah dalam membuat perlengkapan rumah sakit untuk keperluan bedah dan
sebagainya.

3
Haryono, “Konsep Al-Ju’alah dan Model Aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari”, jurnal Hukum islam dan
Pranata Sosial Islam,654.

13
3) Ji'alah untuk membuat alat pengolahan limbah dan daur ulang sampah yang aman
dan praktis.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Ju'alah seperti yang dikembangkan dalam literatur fiqih adalah suatu akad
dimana seorang yang yang menjanjikan sesuatu bagi siapa yang dapat memenuhi
keinginannya. Ju'alah tidak berdasarkan teks syariah yang eksplisit, tetapi dia
telah dipraktikkan sejak periode awal sejarah Islam.

Dalam al-Qur'an dengan tegas Allah membolehkan memberikan upah. kepada


orang lain yang telah berjasa menemukan barang yang hilang. Hal itu ditegaskan
dalam al-Qur'an Surah Yusuf ayat 72. Ju 'alah dibolehkan dan tetap sah pada
waktu yang belum jelas, dalam ju 'alahdiperbolehkan tidak adanya ucapan qabul
(penerimaan) dari amil (pelaksana) karena dia merupakan upaya yang dilakukan
atas keinginan pribadi, dalam ju 'alahimbalan tidak bisa diraih kecuali setelah
selesainya amal.

14
B. SARAN

Dari beberapa penjelasan di atas tentang ji'alah apabila seseorang melakukan


pekerjaan terutama dalam hal tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa
hendaknya dilakukan dengan ikhlas tanpa mengharap upah atau imbalan. Tetapi,
karena ji'alah adalah perjanjian menyerahkan (hadiah) uang atau barang kepada
orang yang berhasil melaksanakan tugas maka bagi ja ilhendaknya bersikap adil
dan memberikan upah sesuai dengan apa yang dikerjakannya dan tidak menunda
pemberian upah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Husaini, Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad. Kifarat al Akhyar, ter.
Syarifuddin Anwar , 2007. (Surabaya: Bijna Iman, 2007)

Ghazaly, Abdul Rahman Fiqh Muamalah,

Rusyd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid analisis fiqih para mujtahid (Jakarta: Pustaka Amani, 2007)

Sabiq, Sayyid Fiqh al-sunnah (Beirut: Dar al-fikr, 2006), juz III.

15

Anda mungkin juga menyukai