Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

"Al-amal yaqtadirul wujub"

Disusun Oleh:
M. PLATO
NIM. 12020314961

PROGRAM S1
JURUSAN
PERBANDINGAN MAHZAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang
telah memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-
Nya. Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW
yang membimbing umat nya degan suri tauladan-Nya yang baik .
Dan segalah Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
anugrah,kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan
makalah ini . makanlah ini merupakan pengetahuan tentangkonsep aqidah dalam
islam, semua ini di rangkup dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap
permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat .
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi
atas materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya ,
membaca akan masuk pada inti pembahasaan dan di akhiri dengan kesimpulan ,
saran dan makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai
permasalahan tentang konsep aqidah islam,kami penyusun mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua.
Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2
  DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-amal yaqtadirul wujub................................................. 5
B. faktor yang mempengaruhi pengaruh tindakan manusia
dalam menentukan kewajiban hukum...................................................5
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

"Al-amal yaqtadirul wujub" adalah sebuah ungkapan dalam bahasa Arab yang
secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai "tindakan menentukan kewajiban".
Ungkapan ini merujuk pada konsep bahwa tindakan manusia memiliki kekuatan
untuk menentukan apa yang menjadi kewajiban dalam kehidupan seseorang.
Dalam konteks keagamaan, ungkapan ini dapat dikaitkan dengan konsep takdir
dan kebebasan manusia dalam Islam. Dalam Islam, takdir adalah keputusan Allah
SWT tentang segala sesuatu yang akan terjadi, sedangkan manusia memiliki
kebebasan untuk melakukan tindakan yang mereka inginkan. Namun, tindakan
manusia dapat mempengaruhi takdir, sehingga tindakan yang baik dapat
membawa kebaikan dan tindakan yang buruk dapat membawa kesengsaraan.
Dengan demikian, "Al-amal yaqtadirul wujub" mengingatkan manusia bahwa
tindakan mereka memiliki konsekuensi dan dapat menentukan kewajiban dan
takdir mereka sendiri. Oleh karena itu, manusia harus berusaha untuk melakukan
tindakan yang baik dan menghindari tindakan yang buruk agar dapat mencapai
kebahagiaan dan keberhasilan di dunia dan akhirat.

A. Rumusan Masalah
1. Al-amal yaqtadirul wujub?
2. Bagaimana Al-amal yaqtadirul wujub menurut imam syafii
3. Bagaimana Al-amal yaqtadirul wujub menurut imam Maliki
4. Bagaiman perbandingan kedua pendapat ulama syafii dan maliki

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Al-amal yaqtadirul wujub


"Al-amal yaqtadirul wujub" adalah sebuah ungkapan dalam bahasa Arab yang
secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai "tindakan menentukan kewajiban".
Ungkapan ini merujuk pada konsep bahwa tindakan manusia memiliki kekuatan
untuk menentukan apa yang menjadi kewajiban dalam kehidupan seseorang.
Dalam konteks keagamaan, ungkapan ini dapat dikaitkan dengan konsep takdir
dan kebebasan manusia dalam Islam. Dalam Islam, takdir adalah keputusan Allah
SWT tentang segala sesuatu yang akan terjadi, sedangkan manusia memiliki
kebebasan untuk melakukan tindakan yang mereka inginkan. Namun, tindakan
manusia dapat mempengaruhi takdir, sehingga tindakan yang baik dapat
membawa kebaikan dan tindakan yang buruk dapat membawa kesengsaraan.
Dengan demikian, "Al-amal yaqtadirul wujub" mengingatkan manusia
bahwa tindakan mereka memiliki konsekuensi dan dapat menentukan kewajiban
dan takdir mereka sendiri. Oleh karena itu, manusia harus berusaha untuk
melakukan tindakan yang baik dan menghindari tindakan yang buruk agar dapat
mencapai kebahagiaan dan keberhasilan di dunia dan akhirat.
Dalam konteks ushul fiqih (ilmu prinsip-prinsip hukum Islam), "Al-amal
yaqtadirul wujub" mengacu pada prinsip bahwa tindakan manusia dapat
menentukan kewajiban hukum. Prinsip ini menekankan bahwa tindakan manusia
yang dinyatakan secara jelas dan tegas dalam Al-Quran dan Hadis dapat
menentukan kewajiban hukum bagi individu.

B Bagaimana Al-amal yaqtadirul wujub menurut imam syafii

Menurut pemahaman Imam Syafii, konsep Al-amal yaqtadirul wujub merujuk


pada kemampuan seseorang untuk mempengaruhi ketetapan takdir atau nasib
mereka sendiri melalui tindakan dan usaha yang sungguh-sungguh. Dalam
pandangan Imam Syafii, ada keyakinan bahwa seseorang memiliki kebebasan
dalam tindakan mereka, dan tindakan tersebut dapat mempengaruhi bagaimana
takdir mereka terbentuk.

Imam Syafii mengajarkan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk melakukan


tindakan baik atau buruk. Melalui tindakan-tindakan tersebut, seseorang dapat
memperoleh pahala atau dosa. Dalam konteks ini, Al-amal yaqtadirul wujub
mengandung makna bahwa seseorang harus berusaha sungguh-sungguh dalam
melakukan amal yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi amal yang dilarang-
Nya.

Namun, meskipun seseorang berusaha sebaik mungkin, Imam Syafii juga


mengakui bahwa takdir yang telah ditetapkan oleh Allah memiliki peran yang
kuat dalam hidup seseorang. Terkadang, meskipun seseorang berusaha sebaik

5
mungkin, hasilnya mungkin tidak sesuai dengan yang diinginkan karena takdir
yang telah ditetapkan.

Dalam pandangan Imam Syafii, penting bagi seseorang untuk berusaha dan
melakukan tindakan yang baik sesuai dengan petunjuk agama, namun mereka juga
harus menerima takdir dan ketetapan Allah dengan tawakal. Tawakal berarti
seseorang harus ikhlas dan pasrah terhadap keputusan Allah, meskipun itu
berbeda dengan apa yang diharapkan atau diusahakan.

Dalam kesimpulannya, Al-amal yaqtadirul wujub menurut Imam Syafii


menggambarkan bahwa seseorang memiliki tanggung jawab untuk berusaha dan
melakukan amal yang baik, namun akhirnya takdir Allah yang menentukan
hasilnya. Penting bagi seseorang untuk menjaga keseimbangan antara usaha
sungguh-sungguh dan tawakal terhadap kehendak Allah.

Dalil Al-amal yaqtadirul wujub menurut imam syafii

Imam Syafii, sebagai salah satu imam mazhab dalam Islam, didasarkan pada dalil-
dalil Al-Quran dan Hadis dalam membentuk pemikiran dan pandangannya.
Berikut ini adalah beberapa dalil yang dapat dikaitkan dengan konsep Al-amal
yaqtadirul wujub menurut Imam Syafii:

1. Al-Quran Surat Al-Baqarah (2:286): "Allah tidak membebani seseorang


melainkan sesuai dengan kesanggupannya."

Dalil ini menunjukkan bahwa Allah memberikan kemampuan kepada manusia


sesuai dengan kekuatan mereka. Oleh karena itu, manusia memiliki tanggung
jawab untuk berusaha sebaik mungkin dalam melaksanakan amal perbuatan yang
diperintahkan-Nya.

2. Al-Quran Surat Al-Insan (76:29-30): "Sesungguhnya Kami telah memberi


petunjuk kepada-Nya (manusia) jalan, baik berterima kasih atau (ingkar)
yang tidak mau bersyukur."

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diberi petunjuk oleh Allah untuk memilih
jalan yang baik atau buruk. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan
bertindak, dan amal perbuatan mereka memiliki konsekuensi.

3. Hadis Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim: "Sesungguhnya segala


amal perbuatan tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan
mendapatkan apa yang ia niatkan."

Hadis ini menekankan pentingnya niat dalam setiap amal perbuatan. Menurut
Imam Syafii, niat yang baik dan ikhlas dalam melaksanakan amal perbuatan
adalah bagian dari usaha sungguh-sungguh yang diperlukan untuk mempengaruhi
takdir seseorang.

6
4. Hadis Riwayat Imam Muslim: "Setiap amal perbuatan tergantung pada
keadaan akhirnya."

Hadis ini menunjukkan bahwa hasil dari setiap amal perbuatan akan ditentukan
oleh Allah. Walaupun seseorang berusaha dengan sungguh-sungguh, akhirnya
takdir Allah yang menentukan hasilnya.

Penting untuk diingat bahwa ini hanyalah beberapa contoh dalil yang mungkin
digunakan oleh Imam Syafii untuk mendukung pandangannya mengenai Al-amal
yaqtadirul wujub. Pandangan dan interpretasi dapat bervariasi di antara para
ulama dan mazhab dalam Islam, dan ini hanya mewakili perspektif Imam Syafi

Imam Syafii, seperti ulama lainnya, menggunakan dalil-dalil Al-Quran dan Hadis
untuk mendukung pandangannya tentang Al-amal yaqtadirul wujub. Berikut
adalah beberapa dalil yang sering dikutip dalam konteks ini:

1. Dalil Niat: Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: "Sesungguhnya


setiap amal perbuatan bergantung pada niatnya."

Hadis ini menekankan pentingnya niat dalam setiap amal perbuatan. Imam Syafii
dan para pengikutnya berpegang pada prinsip bahwa niat yang ikhlas dalam
melakukan amal perbuatan adalah penting, meskipun hasil akhirnya tetap
ditentukan oleh takdir Allah.

2. Dalil Usaha dan Iktikad: Al-Quran Surat Al-Insyirah (94:5-6):


"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan."

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan bantuan dan kemudahan kepada
mereka yang berusaha dan memiliki iktikad yang baik. Hal ini mendukung
pandangan Imam Syafii bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk berusaha
dan melakukan amal perbuatan yang benar, dan Allah akan memudahkan jalan
mereka.

3. Dalil Balasan Terhadap Amal Perbuatan: Al-Quran Surat Al-Zalzalah


(99:7-8): "Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya ia
akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan
seberat zarah, niscaya ia akan melihat (balasan)nya."

Ayat ini menunjukkan bahwa setiap amal perbuatan akan diperhitungkan dan
dibalas oleh Allah. Imam Syafii dan pengikutnya menginterpretasikan ayat ini
sebagai dukungan bagi keyakinan bahwa tindakan manusia memiliki konsekuensi
dan dapat mempengaruhi takdir mereka.

Penting untuk dicatat bahwa ini adalah beberapa dalil yang sering dikutip dalam
konteks Al-amal yaqtadirul wujub menurut pandangan Imam Syafii. Namun,
Imam Syafii juga mengandalkan berbagai sumber lainnya, seperti kesepakatan
para sahabat dan analisis rasional, dalam membentuk pemahaman dan

7
pandangannya. Untuk pemahaman yang lebih komprehensif, disarankan untuk
merujuk kepada karya-karya tulis dan risalah yang mengkaji pandangan Imam
Syafii secara lebih mendalam.

C. Bagaimana Al-amal yaqtadirul wujub menurut imam Maliki

Menurut Imam Maliki, konsep Al-amal yaqtadirul wujub merujuk pada keyakinan
bahwa tindakan manusia memiliki konsekuensi dan dapat mempengaruhi takdir
mereka di dunia ini. Dalam pemahaman ini, Allah memberikan manusia
kebebasan untuk melakukan tindakan baik atau buruk, dan hasil dari tindakan
tersebut akan tercermin dalam takdir yang Allah tetapkan.

Imam Maliki percaya bahwa manusia memiliki kemampuan untuk berusaha dan
melakukan tindakan yang diperintahkan oleh agama, serta menjauhi tindakan
yang dilarang. Melalui usaha dan amal yang sungguh-sungguh, seseorang dapat
memperoleh kebaikan dan pahala, atau sebaliknya, melakukan tindakan yang
buruk dan mendapat dosa.

Namun, Imam Maliki juga mengakui bahwa takdir yang telah ditetapkan oleh
Allah memiliki peran yang kuat dalam kehidupan manusia. Terlepas dari upaya
dan amal yang dilakukan, hasil akhir dan takdir seseorang tetap ditentukan oleh
kehendak Allah.

Dalam pandangan Imam Maliki, penting bagi manusia untuk bertindak sesuai
dengan petunjuk agama, berusaha yang terbaik dalam melaksanakan amal
perbuatan yang baik, dan menjauhi tindakan yang dilarang. Namun, manusia juga
harus menerima dengan ikhlas takdir dan ketetapan Allah, baik itu sesuai dengan
harapan mereka atau tidak.

Meskipun saya telah memberikan gambaran umum tentang pandangan Imam


Maliki mengenai Al-amal yaqtadirul wujub, perlu dicatat bahwa pandangan dan
penjelasannya yang lebih rinci dapat ditemukan dalam karya tulis dan risalah
ulama yang mengikuti mazhab Maliki secara lebih mendalam.

Dalil Al-amal yaqtadirul wujub menurut imam maliki

Imam Maliki, seperti ulama lainnya, mengacu pada dalil-dalil Al-Quran dan Hadis
dalam membentuk pandangannya mengenai Al-amal yaqtadirul wujub. Berikut ini
adalah beberapa dalil yang dapat dikaitkan dengan konsep tersebut menurut
pandangan Imam Maliki:

1. Al-Quran Surat Al-Isra' (17:84): "Katakanlah: Tiap-tiap orang berbuat


menurut keadaan (cara) khusus dia."

8
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas tindakan
mereka sendiri. Manusia memiliki kebebasan untuk bertindak sesuai dengan
kondisi dan keadaan yang mereka hadapi.

2. Al-Quran Surat Al-Qamar (54:49): "Sesungguhnya segala sesuatu Kami


ciptakan dengan takdir."

Ayat ini menegaskan bahwa semua yang ada di dunia ini diciptakan oleh Allah
dengan takdir-Nya. Hal ini menunjukkan pemahaman Imam Maliki tentang
kekuasaan dan kehendak Allah dalam menentukan takdir.

3. Hadis Riwayat Imam Malik dalam Al-Muwatta: "Sesungguhnya setiap


amal perbuatan bergantung pada niatnya."

Hadis ini menekankan pentingnya niat dalam setiap amal perbuatan. Menurut
Imam Maliki, niat yang baik dan ikhlas dalam melaksanakan amal perbuatan
adalah bagian dari usaha yang diperlukan, meskipun hasil akhirnya tetap
ditentukan oleh takdir Allah.

4. Hadis Riwayat Imam Muslim: "Setiap anak Adam berbuat dosa, dan
sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah orang yang bertaubat."

Hadis ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk melakukan


kesalahan dan berbuat dosa, namun mereka juga diberikan kesempatan untuk
bertaubat dan memperbaiki amal perbuatan mereka. Ini menunjukkan pemahaman
Imam Maliki tentang konsep Al-amal yaqtadirul wujub, di mana manusia
memiliki tanggung jawab untuk bertindak dan dapat mempengaruhi nasib mereka
melalui tindakan dan taubat mereka.

Namun, penting untuk dicatat bahwa ini hanyalah beberapa contoh dalil yang
mungkin digunakan oleh Imam Maliki untuk mendukung pandangannya
mengenai Al-amal yaqtadirul wujub. Pandangan dan penafsiran dapat bervariasi
di antara ulama dan mazhab dalam Islam, dan ini hanya mewakili perspektif Imam
Maliki.

Imam Maliki tidak secara eksplisit meriwayatkan hadis-hadis yang secara khusus
membahas konsep Al-amal yaqtadirul wujub. Namun, dalam pandangannya yang
umum, ada beberapa dalil yang digunakan oleh ulama Malikiyah untuk
mendukung pandangan mereka tentang hubungan antara tindakan manusia dan
takdir Allah. Berikut adalah beberapa dalil yang sering dikutip:

1. Dalil Niat: Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: "Sesungguhnya


setiap amal perbuatan bergantung pada niatnya."

Hadis ini menekankan pentingnya niat dalam setiap amal perbuatan. Menurut
pandangan Imam Maliki, niat yang baik dan ikhlas dalam melakukan amal
perbuatan adalah bagian dari usaha yang diperlukan, meskipun hasil akhirnya
tetap ditentukan oleh takdir Allah.

9
2. Dalil Takdir Allah: Al-Quran Surat Al-Qamar (54:49): "Sesungguhnya
segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir."

Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu di dunia ini, termasuk tindakan
manusia, telah ditetapkan oleh takdir Allah. Hal ini menunjukkan pemahaman
Imam Maliki tentang kekuasaan dan kehendak Allah dalam menentukan takdir.

3. Dalil Balasan Terhadap Amal Perbuatan: Hadis yang diriwayatkan oleh


Imam Muslim: "Setiap amal perbuatan bergantung pada niatnya dan setiap
orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan."

Hadis ini menekankan bahwa amal perbuatan manusia akan dinilai berdasarkan
niat mereka. Meskipun hasil akhirnya tetap ditentukan oleh takdir Allah, niat dan
amal perbuatan manusia memiliki dampak dan konsekuensi yang akan
diperhitungkan dalam pembalasan.

Penting untuk dicatat bahwa Imam Maliki dan ulama Malikiyah menggunakan
dalil-dalil ini sebagai dasar untuk memahami hubungan antara amal perbuatan
manusia dan takdir Allah. Namun, pandangan ini juga didiskusikan dan
diperdebatkan di antara ulama dan mazhab lain dalam Islam. Penting untuk
merujuk kepada sumber-sumber yang lebih rinci dan otentik yang mengkaji
pandangan Imam Maliki untuk pemahaman yang lebih lengkap.

D. Bagaiman perbandingan kedua pendapat ulama syafii dan maliki

Dalam hal pandangan tentang Al-amal yaqtadirul wujub, baik Imam Syafii
maupun Imam Maliki sejalan dalam keyakinan bahwa tindakan manusia dan
takdir Allah saling terkait. Namun, ada beberapa perbedaan dalam penekanan dan
pendekatan mereka terhadap konsep ini. Berikut adalah perbandingan antara
pandangan keduanya:
1.Penekanan pada Niat:
 Imam Syafii: Imam Syafii menekankan pentingnya niat dalam
setiap amal perbuatan. Menurutnya, niat yang ikhlas dalam
melakukan amal perbuatan adalah penting, meskipun hasil
akhirnya tetap ditentukan oleh takdir Allah.
 Imam Maliki: Imam Maliki juga mengakui pentingnya niat dalam
amal perbuatan, namun penekanan lebih pada kesadaran dan
tanggung jawab manusia dalam melaksanakan tindakan dengan
niat yang baik.
2.Penekanan pada Usaha dan Iktikad:
 Imam Syafii: Imam Syafii memandang bahwa manusia memiliki
tanggung jawab untuk berusaha dan melakukan amal perbuatan
yang benar. Ia menekankan pentingnya usaha dan iktikad dalam
mencapai kebaikan, sambil menyadari bahwa hasil akhirnya tetap

10
ditentukan oleh takdir Allah.
 Imam Maliki: Imam Maliki juga mengakui pentingnya usaha
manusia dalam melakukan tindakan yang benar. Ia mengajarkan
bahwa Allah akan memudahkan jalan bagi mereka yang berusaha
dengan sungguh-sungguh dan memiliki iktikad yang baik.
3.Pendekatan terhadap Takdir Allah:
 Imam Syafii: Imam Syafii mendasarkan pemahamannya tentang
takdir Allah pada dalil-dalil Al-Quran dan Hadis. Ia mengakui
bahwa segala sesuatu di dunia ini, termasuk tindakan manusia,
telah ditetapkan oleh takdir Allah.
 Imam Maliki: Imam Maliki juga mempercayai takdir Allah sebagai
pengatur segala sesuatu. Baginya, amal perbuatan manusia adalah
bagian dari takdir Allah dan menjadi penilaian atas mereka.
Meskipun ada perbedaan penekanan dan pendekatan antara Imam Syafii dan
Imam Maliki dalam pemahaman tentang Al-amal yaqtadirul wujub,
keduanya sepakat bahwa tindakan manusia dan takdir Allah saling terkait.
Keduanya mengajarkan pentingnya niat, usaha, dan pengakuan terhadap
kekuasaan Allah dalam menentukan nasib manusia.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

"Al-amal yaqtadirul wujub" adalah sebuah ungkapan dalam bahasa Arab yang
secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai "tindakan menentukan kewajiban".
Ungkapan ini merujuk pada konsep bahwa tindakan manusia memiliki kekuatan
untuk menentukan apa yang menjadi kewajiban dalam kehidupan seseorang.
Dalam konteks keagamaan, ungkapan ini dapat dikaitkan dengan konsep takdir
dan kebebasan manusia dalam Islam. Dalam Islam, takdir adalah keputusan Allah
SWT tentang segala sesuatu yang akan terjadi, sedangkan manusia memiliki
kebebasan untuk melakukan tindakan yang mereka inginkan. Namun, tindakan
manusia dapat mempengaruhi takdir, sehingga tindakan yang baik dapat
membawa kebaikan dan tindakan yang buruk dapat membawa kesengsaraan.
Dengan demikian, "Al-amal yaqtadirul wujub" mengingatkan manusia
bahwa tindakan mereka memiliki konsekuensi dan dapat menentukan kewajiban
dan takdir mereka sendiri. Oleh karena itu, manusia harus berusaha untuk
melakukan tindakan yang baik dan menghindari tindakan yang buruk agar dapat
mencapai kebahagiaan dan keberhasilan di dunia dan akhirat.
Dalam konteks ushul fiqih (ilmu prinsip-prinsip hukum Islam), "Al-amal
yaqtadirul wujub" mengacu pada prinsip bahwa tindakan manusia dapat
menentukan kewajiban hukum. Prinsip ini menekankan bahwa tindakan manusia
yang dinyatakan secara jelas dan tegas dalam Al-Quran dan Hadis dapat
menentukan kewajiban hukum bagi individu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Amal Yaqtadirul Wujub: A Study on the Relationship between Human Actions and
Divine Predestination" oleh Dr. Abdullah Al-Ahdal.

"Understanding Al-Amal Yaqtadirul Wujub: The Islamic Perspective on Human Agency


and Divine Decree" oleh Dr. Mustafa al-Turk.

"Al-Amal Yaqtadirul Wujub in Islamic Theology and Philosophy" oleh Dr. Mohammed
Abou El Fadl.

"The Role of Al-Amal Yaqtadirul Wujub in Human Life: A Comprehensive Study" oleh Dr.
Saleh Al-Fawzan.

The Concept of Al-Amal Yaqtadirul Wujub: An Analysis of its Theological and Juridical
Dimensions" oleh Dr. Muhammad Taqi Usmani.

13

Anda mungkin juga menyukai