Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KESADARAN TAAT HUKUM

OLEH

KELOMPOK

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah. Bahwasanya kami telah dapat membuat makalah
walaupun tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang saya hadapi, tiada daya dan upaya
kecuali dengan pertolongan Allah SWT.

Walaupun demikian, makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum dikatakan sempurna
karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak kami harapkan agar dalam pembuatan makalah di waktu yang
akan datang bisa lebih baik lagi.

Harapan kami semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.

Wabilahi Taufik walhidayah Wasalamualaikum wr.wb.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah............................................................................................. 3

2. Rumusan masalah.................................................................................................. ....3

3. Tujuanpenulisan................................................................................................... ......3

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Hukum Islam,Ruang Lingkup, dan Tujuan bagi Manusia 4

2. Hubungan Manusia Dengan Hukum Allah........................................................... ....8

3. Peran Agama Dalam Peumusan Dan Penegakan Hukum Yang Adil....................... 8

BAB III

PENUTUP

1.Kesimpulan................................................................................................................. 12

2.Saran............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Banyaknya generasi muda yang tidak tau-menau hukum agama yang sudah menjadi pedoman
hidup umat Islam dari zaman Rosulullah sampai sekarang.Dan banyaknya penafsiran yang
salah dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist sehingga melenceng dari konsep yang sudah
dipegang umat Islam dari zaman dulu ,hal itu yang mebuat kami mengangkat tema ini
sebagai tema makalah kami.

2. Rumusan Masalalah

Apakah generasi muda sekarang mengetahui Hukum Islam ?

Apakah generasi muda sudah mengamalkan apa yang di maksud dalam Hukum Islam?

3. Tujuan Penulisan

Memahami tentang Hukum Islam yang benar menurut Al-Qur’an dan Hadist agar bisa
mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari.

1
BAB II

PEMBAHASAN

HUKUM

A. Menumbuh Kembangkan Kesadaran untuk Taat Hukum

1.Pengertian Hukum Islam,Ruang Lingkup, dan Tujuan bagi Manusia

 Menurut ahli Uhsul Fikih hukum islam adalah ketentuan Allah yang berkaitan dengan
perbuatan orang mukallaf yang mengandung suatu tuntunan,pilihan atau yang menjadikan
suatu sebagai sebab,syarat,atau penghalang bagi adanya suatu yang lain.Sedangkan menurut
ahli fikih, hukum syar’i(islam) adalah akibat yang timbul dari perbuatan orang yang
mendapat beban Allah swt...dan hukum tersebut di bagi menjadi 2 bagian yaitu:

a. Hukum taklifi, adalah ketentuan Allah yang mengandung ketentuan untuk memilih antara
yang di kerjakan dan yang tidak dikerjakan. Hukum taklifi dibagi menjadi:

1). Ijab,adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk dilakukan suatu perbuatan dengan
tuntunan pasti (wajib).

2).Nadb,adalah ketentuan Allah yang menuntut agar di lakukan suatu perbuatan dengan
tuntutan yang tidak harus di kerjakan. Sedangkan kerjaan yang dikerjakan secara sukarela
disebut sunah.

3). Tahrim, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk ditinggalkan suatu perbuatan
dengan tuntutan tegas. Perbuatan yang dituntut untuk di tinggalkan disebut Haram.

4). Karahah, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk meninggalkan suatu perbuatan
dengan tuntutan yang tidak tegas untuk ditinggalkanya.Sedangkan perbuatan yang dituntut
untuk ditinggalkanya disebut makruh.

5). Ibahah,adalah ketentuan Allah yang mengandung hak pilihan bagi orang mukallaf antara
mengerjakan dan meninggalkanya.Sedangkan perbuatanya disebut Mubah.

Dari penjelasan di atas maka dapat di simpulkan

· Perbuatan yang dituntut untuk dikerjakan (wajib dan unah)

· Perbuatan yang dituntut untuk ditinggalkan(haram dan makruh)

· Perbuatan yang diperkenakan dipilih untuk dikerjakan atau ditinggalkan (mubah)

Adapun pembagian hukum syara’ dan penjelasanya sebagai berikut:

a) Wajib, perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapat pahala dan apabila d itinggalkan
akan mendapat dosa.

2
Ditinjau dari segi pemberian beban kewajiban ini pada setiap mukallaf dibagi menjadi dua
bagian diantaranya:

Ø Wajib aini, artinya semua muslim tanpa terkecuali wajib menjalankanya.

Ø Wajib kifa’i, artinya apabila sudah ada seorang dari muslim(mukallaf) telah mengerjakan
kewajiban maka mukallaf yang lain yang tidak mengerjakan tidak berdosa.

b) Sunah, perbuatan yang jika dikerjakan orang yang mengerjakan akan mendapat pahala dan
apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa(siksanya). Sunah di bagi menjadi 3 bagian, yaitu:

Ø Sunah Muakad, tuntutan yang kuat untuk mengerjan suatu perbuatan.

Ø Sunah Nafilah, tuntutan serba anjuran untuk mengerjakan suatu perbuatan.

Ø Sunah Fadilah, perbuatan yang dituntut sebagai penambah kesempurnaan amal perbuatan.

c) Haram, perbuatan yang apabila di tinggalkan akan mendapat pahala,dan apabila dikerjakan
akan mendapat dosa.Haram dibagi menjadi 2,yaitu:

Ø Haram karena sejak semula ditetapkan (Lizatih),yaitu sesuatu yang ditetapkan Allah sejak
semula, dikarenakan mengandung kemadaratan dan bahaya,misalnya berzina.

Ø Haram karena adanya sesuatu dari luar(Liaridhih), yaitu sesuatu yang tidak ditetapkan
keharamanya , namun ada penyebab yang mengharamkanya.

d) Makruh, perbuatan yang apabila ditinggalkan akan mendapat pahala dan apabila
dikerjakan tidak mendapat siksa.Makruh di bagi menjadi 3 bagian,yaitu:

Ø Makruh tanziah, (lebih baik ditinggalkan) misalnya : merokok.

Ø Makruh tarkul aula, (meninggalkan perbuatan yang sebenarnya lebih baik


dikerjakan).misalnya: sholat tahyatul masjid.

Ø Makruh tahrim, (perbuatan yang dilarang namun melarangnya menggunakan dalil zani)
misalnya:pacaran.

e) Mubah, perbuatan yang dikerjakan dan ditinggalkan sama-sama tidak mendapat pahala dan
menerima siksa.

b. Hukum wad’i, adalah ketentuan Allah yang mengandung pengertian bahwa terjadinya


sesuatu itu sebagai sebab,syarat, atau penghalang sesuatu.Misalnya:

§ Sebab sesuatu, menjalankan sholat menjadi sebab kewajiban wudhu.

Firman Allah swt:

‫ﻟﻰاﻟﺼﻟﻮﺖﻓﺎﻏﺴﻠﻮاﻮﺟﻮﻫﻜﻢﻮاﻳﺪﻳﻜﻢاﻟﻰاﻟﻣﺮاﻓﻖ‬۱‫ذاﻗﻤﺗﻢ‬۱‫ﻣﻦﻮ‬۱‫ﻟﺬڍﻦ‬۱‫ڍﺎڍﻬﺎ‬

Artinya:

3
“Wahai orang-orang yang beriman!Apabila kamu hendak melaksanakan sholat maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai siku...”(Q.S. al-maidah:6)

§ Syarat tertentu, kesanggupan mengadakan perjalanan ke Baitullah menjadi syarat wajibnya


menunaikan Haji.Misalnya:

‫ﻮﻟﻟﻪﻋﻟﻰاﻟﻧﺎﺲﺣﺞاﻟﺑﻳﺖﻣﻦاﺳﻄﺎعاﻟﻳﻪﺳﺑﻳﻼ‬

Artinya:”....Dan(di antara) kewajiban manusia terhadap Allah melaksanakan ibadah Haji ke


Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.”(Q.S. ali
imron :97)

§ Penghalang sesuatu, berbeda agama menjadi penghalang harta pusaka


memusakai.Misalnya:

‫ﻻﻳﺮث اﻟﻣﺳﻟم اﻟﻜﺎﻓﺮﻮﻻﻳﺮث اﻟﻜﺎﻓﺮاﻟﻣﺳﻟم‬

Artinya:”Orang muslim tidak dapat memusakai orang kafir dan orang kafir tidak dapat
memusakai orang muslim.”(Q.S.Muttafaq’alaih)

Hukum Islam adalah hukum yang di tetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini
terapat dalam Al-Qur’an dan di pertegas oleh Nabi Muhammad melalui sunah-Nya yang kini
terhimpun dengan baik dalam kitab Hadist.

Hukum Islam dalam pengertian baik sebagai syari’at maupun fiqh dibagi menjadi dua
bagian ,antara lain:

- Bidang ibadah

- Bidang Mu’amalah

Tujuan dari hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan pada manusia dan
mendatangkan masalah bagi mereka ,mengarahkan kepada kebenaran untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, dengan perantara segala yang bermanfaat serta
menolak yang modorat dan tidak berguna bagi kehidupan manusia.Sedangkan menurut
AbuIshaq al-shatibi,beliau merumuskan lima tujuan Hukum Islam ,diantaranya:

Ø Memelihara aspek agama(hifzul din)

Ø Memelihara aspek jiwa manusia dan Humanisme(hifzul an nafs)

Ø Memelihara aspek akal(hifzal aql)

Ø Memelihara aspek harta(hifzal irz)

Ø Memelihara aspek keluarga(hifzlnasl)

2.Hubungan Manusia dengan Hukum Allah serta Fungsinya dalam Kehidupan

4
Dalam ajaran islam,umat islam wajib mentaati hukum yang ditetapkan Allah, karena orang
yang mendapat beban itu adalah mukallaf, baik berupa tuntunan pilihan maupun larangan.

Untuk itu ruang lingkup yang diurusi hukum islam menurut pendapat al-Zahibi meliputi
beberapa aspek diantaranya:

1. Hukum i'tiqadiyah yaitu sesuatu yang berkenaan dengan akidah dan keyakinan seperti
rukun iman yang ke enam.

2. Hukum amaliyah yaitu sesuatu yang berkenaan dengan ibadah seperti shalat,puasa dan haji

3. Muamalah seperti jual beli, perkawinan,waris,pencurian dsbg.

Menurut Al-Qur'an setiap muslim wajib mentaati serta mengikuti kehendak Allah, kehendak
Rasul dan kehendak ulil amri.

Adapun kehendak Allah yang berupa ketetapan yang tertulis di dalam Al-Qur'an.
Sebagaimana firman Allah

‫ﯿﺎﯿﮭﺎﺍﻠﺬﻴﻦﺍﻣﻨﻮﺍﻁﻴﻌﻮﺍﻠﻠﻪ ﻭﺍﻁﻴﻌﻮﺍﻠﺮﺴﻮﻞﻭﺍﻭﻠﻰﺍﻻﻤﺮﻤﻨﮑﻢ‬

Artinya: wahai orang orang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul(Muhammad) dan ulil
amri diantara kami. . .(Q.S.an-Nisa(4):59

aturan hukum islam mengenai larangan khamar dan maisir. Sebagaimana firman Allah:

ۖ
‫ﻘﻞﻔﻴﻬﻤﺎﺍﺜﻢﮐﺒﻴﺮﻮﻤﻨﺎﻔﻊﻠﻟﻨﺎﺲﻮﺍﺜﻤﻬﻤﺎﺍﮐﺒﺮﻤﻦﻨﻔﻌﻬﻤﺎ‬ ۗ
‫ﻴﺴﻠﻮﻨﻚﻋﻦﺍﻠﺨﻤﺮﻭﺍﻠﻤﻴﺴﺮ‬

Artinya: mereka menanyakan kepadamu Muhammad tentang khamar dan judi. Katakanlah


pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosanya
lebih besar dari pada manfaatnya . . .(Q.S.al-Baqarah(2):29).

Juga selain itu Allah mengharamkan perbuatan mabuk di waktu shalat. Firman Allah

‫ﻴﺎﻴﻬﺎﺍﻠﺬﻴﻦﺍﻤﻨﻮﺍﻻﺘﻘﺮﺒﻮﺍﺼﻠﻮﺓ ﻮﺍﻨﺘﻢﺴﮑﺎﺮﻯﺤﺘﻰﺘﻌﻠﻤﻮﺍﻤﺎﺘﻘﻮﻠﻮﻥ‬

Artinya: Wahai orang beriman janganlah kamu mendekati shalat. Ketika kamu dalam
keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan. . ..(Q.S.an-Nisa(4):59.

Akhirnya menjadi lebih tegas tanpa syarat dan laranganya dinyatakan secara mutlak, firman
Allah

‫ﻴﺎﻴﻬﺎﺍﻠﺬﻴﻦﺍﻤﻨﻮﺍﻨﻤﺎﺍﻠﺨﻤﺮﻮﺍﻠﻤﻴﺴﺮﻮﺍﻻﻨﺼﺎﺏﻮﺍﻻﺯﻻﻢﺭﺠﺲﻤﻦﻋﻤﻞﺍﻠﺸﻴﻄﻦﻔﺎﺠﺘﻨﺒﻮﻩﻠﻌﻠﮐﻢﺘﻔﻞﺤﻮﻦ‬

Artinya: wahai orang beriman, sesungguhnya minuman keras,berjudi berkurban untuk


berhala dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk
perbuatan setan. Maka jauhilah itu agar kamu beruntung Q.S. Al-Maidah:90.

Fungsi hukum islam dalam kehidupan bermasyarakat

a. Ibadah sebagai fungsi utama bagi manusia karena manusia sebagai mahluk ciptaan Allah.

5
b. Fungsi amar makruf nahi munkar

c. Fungsi zawajir

d. Fungsi tanzim wal islah al ummmah yaitu hukum islam sebagai sarana untuk mengatur
sebaik mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial sehingga terwujud masyarakat
yang harmonis, aman, sejahtera.

3. Peran Agama dalam Perumusan Hukum

Kaidah atau aturan yang mengikat tidak akan berjalan dengan baik kecuai bila disertai sarana
kekuatan untuk memelihara dan membantunya aar tetap hidup dihormati dan tetap berjalan
sebagaimana firman Allah

‫ﻮﻤﺎﺍﺘﮐﻢﺍﻠﺮﺴﻮﻞﻔﺨﺬﻮﻩﻮﻤﺎﻨﻬﻜﻢﻋﻨﻪﻔﺎﻨﺘﻬﻮﻮﺍﺘﻘﻮﺍﻠﻠ ۗﻪﺍﻥﺍﻠﻠﻪﺸﺪﻴﺪﺍﻠﻌﻘﺎﺏ‬
ۚ

Artinya : “apa yang diberikan rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya
maka tinggalkan dan bertaqwalah kepada Allah sungguh Allah sangat keras hukumnya”.

Dalam kehidupan beragama perlu dirumuskan nilai humanisme dan religius dalam
masyarakat berbangsa,bernegara dan beragama salah satu yang harus di implementasikan
dalam kehidupan bersama.

Ada tiga program inti yang perlu di cermati dan di fahami yaitu

1. Terwujudnya masyarakat yang agamis, berperadaban luhur, berbasiskan hati nurani yang
diilhami dan disinari ajaran agama. Firman Allah

2. 

‫ﻤﻦﻴﻄﻊﺍﻠﺮﺴﻮﻞﻔﻘﺪﺍﻄﺎﻉﺍﻠﻠ ۚﻪﻮﻤﻦﺘﻮﻠﻰﻔﻤﺎﺍﺮﺴﻠﻨﻚﻋﻠﻴﻬﻢﺤﻔﻴﻈﺎ‬

Artinya :Barang siapa menaati Rasul Muhammad maka sesungguhnya dia telah menaati
Allah. Dan barang siapa berpaling dari kebenaran itu, maka kami tidak mengutusmu
Muhammad untuk menjadi pemelihara mereka. Q.S.an-Nisa:8

2. Terhindarnya perilaku radikal, ekstrim, tidak toleran dan eksklusif dalam kehidupan
beragama,sehingga terwujud masyarakat yang rukun, damai dalam kebersamaan dan
ketentraman.

3. Terbinanya masyarakat yang dapat menghayati mengamalkan ajaran2 agama dengan


sebenarnya, mengutamakan persamaan, menghargai hak asasi manusia dan menghormati
perbedaan melalui internalisasi ajaran agama.

Masa Umar bin Khatab terjadi kemarau panjang,sehingga peternakan tidak


berkembang dan paner tidak berhasil. Disinilah Umar r.a. Mengeluarkan dua macam
keputusan yaitu

a. Mengundurkan pemungutan zakat binatang ternak hingga masa kekeringan berakhir dan
binatang ternak berkembang kembali.

6
b. Menghentikan hukuman potong tangan bagi pencuri ketika itu, umar r.a. Berkata Janganlah
kamu potong tangan pada setangkai buah al-izq kurma dan jangan pula pada tahun
kekeringan atau kelaparan.

B. Peran Agama dalam Perumusan dan Penegakan Hukum yang Adil

1. Agama Mengajarkan Keadilan

Persamaan hak dimuka hukum merupakan salah satu prinsip utama syariat Islam, baik yang
menyangkut ibadah dalam arti khusus, maupun ibadah dalam arti luas, sedangkan syariat
Islam mengakui dan menegakkan prinsip persamaan hak dimuka hukum.

Dalam hubungan dengan prinsip keadilan dalam penetapan hukum Al-Qur’an, dapat dilihat
antara lain:

‫ﻭﺍ ﺬﺍ ﺤﮑﻣﺗﻡ ﺑﻴﻥ ﺍﻠﻨﺎﺲ ﺍﻥ ﺘﺤﮑﻣﻭ ﺍﺑﺎ ﻠﻌﺪ ۗﻝ‬

Artinya :

“... dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu
menetapkannya dengan adil ...” (Q.S. an-Nisa’ [4]:58)

Persamaan hak tersebut tidak hanya berlaku bagi umat Islam, namun bagi semua penganut
agama, sebab mereka diberikan hak sepenuhnya untuk berhukum menurut agamanya, kecuali
kalau mereka sendiri dengan suku rela meminta dihukum menurut hukum.

Allah memerintahkan orang beriman untuk selalu teguh dalam melaksanakan kebenaran dan
menjadi saksi dengan adil, artinya berani mengungkapkan hal-hal yang benar didepan
pengadilan tanpa suatu pamrih atau tujuan tertentu, baik karena kerabat, harta ataupun wanita
serta kedudukan. Sebab keadilan merupakan ukuran dan barometer dari kebenaran
sebagaimana firman Allah swt :

- Surat al-Ma’idah [5] : 8

- Surat al-Ma’idah [5] : 9

- Surat al-Ma’idah [5] : 10

Sikap adil harus ditegakkan meskipun kepada musuh dan orang yang tidak disukai dan
dibenci, karena adil merupakan pekerjaan dan sikap yang paling dekat kepada ketaqwaan.

Bila sudah terjadi suatu kecurangan pada suatu umat, maka akan hilanglah kepercayaan dari
orang tersebut. Kehancuran akan merajalela, hubungan tali persaudaraan terputus, dan
akhirnya petaka yang akan menimpa semua umat, baik yang adil maupun yang curang.

Di samping berbuat keadilan Allah juga memerintahkan untuk berbuat ihsan, yakni berbuat
kebaikan kepada orang yang berbuat salah. Keadilan merupakan dasar utama bagi semua
aspek kehidupan berbangsa dalam segala zaman, serta merupakan tujuan dari terutusnya
Rasul-Rasul Allah yang membawa syariat dan hukum yang diturunkan bersama.

7
Setelah Allah menjelaskan keadilan, ihsan dan juga menyantuni kerabat dekat yang
membutuhkan bantuan juga menerangkan 3 perkara yang harus ditinggalkan oleh semua
orang mukmin, diantaranya:

- Pertama, melarang berbuat keji (fahisyah) adalah perbuatan keji yang didasarkan kepada
pemuasan hawa nafsu, misalnya berzina, meminum minuman yang memebukkan dan
mencuri.

- Kedua, melarang berbuat munkar adalah perbuatan buruk yang berlawanan dengan pikiran
yang normal, misalnya membunuh, merampas hak orang lain.

- Ketiga,melarang permusuhan, misalnya berbuat sewenang-wenang terhadap orang lain.

Oleh karena itu, Allah swt akan membalas kepada hakim yang konsekuen dalam mengadili
suatu perkara, yaitu seorang hakim yang senantiasa berpegang teguh kepada keadilan dan
kebenaran dalam memutuskan hukum suatu perkara, ditempatkan di mimbar cahaya yang
menggambarkan betapa mulianya orang yang bisa bertugas dengan seadil-adilnya tanpa
terpengaruh oleh bujukan dan rayuan yang menggiurkan sebagaimana hadits Nabi
Muhammad saw:

‫﴾ﺍﻦﺍﻠﻣﺴﻄﻳﻦ ﻋﻨﺩ ﺍﻠﻠﻪ ﻋﻟﻰ ﻤﻧﺎ ﺑﺮ ﻤﻦ ﻨﻭ ﻴﻤﻴﻦ ﺍﻠﺮ ﺤﻤﻦ ﺍﻠﺫ ﻴﻦ ﻴﻌﺪ ﻟﻮ ﻥ ﻓﻰ ﺤﮑﻤﻬﻡ ﻮﻤﺎ ﻮﻟﻮ﴿ﺭﻮﺍﮦﺴﻠﻡﻮﺍﻠﻨﺴﺎﮰ‬

Artinya:

“ Sesungguhnya di sisi Allah orang yang berlaku adil bertempat di atas mimbar-mimbar dari
cahaya, Tuhan Yang Maha Pemurah memberikan jaminan kepada orang-orang yang berlaku
adil dalam merekan memutuskan hukum (menghukuminya) tanpa berpaling dari
keputusannya itu. “ (H.R. Muslim dan an-Nisa’i)

2. Fungsi Profektif Agama dalam Hukum

Islam menghendaki agar manusia selalu berada pada martabat yang tinggi dan luhur, serta
menjadi anggota yang berdayaguna di tengah masyarakat, serta meningkatkan menjadi
makhluk yang berakal, berperasaan, dan rasa indra yang sempurna, maka perlu sekali
penegakan hukum yang menjamin semua itu agar menjadi harmonis.

Manusia meskipun berbeda jenis, suku bangsa dan ras di hadapan Allah dan muka hakim
semua sama tidak ada pengecualian, maka dalam hal ini agama yang berperan dan berfungsi
untuk menyelamatkan umat manusia dalam Al-Qur’an juga tidak mengenal sistem kelas dan
status sosial, maka yang taat pada hukum dan agama serta taqwa kepada Allah itulah yang
paling mulia dan baik dihadapan-Nya.

Maka hakim yang memutuskan suatu keputusan tidak berpaling kepada keputusannya
meskipun menyangkut diri pribadi dan keluarganya, inilah orang yang betul-betul tertempa
dengan amalan ajaran agama dan mapu membimbing dan mengarahkan sehingga agama batul
berfungsi baik.

8
Islam mengarahkan kekuatan manusia kepada tujuan besar yaitu kepentingan masyarakat
dengan jalan memanfaatkan segala bentuk kebajikan yang disumbangkan oleh setiap
individu, maka pemahaman terhadap aspek-aspek humanis religius dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dan beragama salah satu yang harus diimplementasikan dalam
kehidupan.

Adapun upaya yang harus dilakukan dalam rangka untuk menegakkan hukum Islam dalam
praktek bermasyarakat dan bernegara memang harus melalui proses terutama di negara yang
mayoritas penduduknya muslim, namun bukan negara Islam, kebebasan mengeluarkan
perndapat untuk memikirkan pengembangan pemikiran hukum Islam harus direalisikan,
sebagaimana firman Allah swt:

‫ﻭ ﺍﻦ ﻋﺎ ﻘﺑﺗﻡ ﻔﻌﺎ ﻗﺑﻭ ﺍﺑﻤﺜﻝ ﻤﺎ ﻋﻭ ﻗﺑﺘﻤﺑﻪ ۗﻭﻠﻥ ﺼﺑﺭ ﺘﻤ ﻠﻬﻭ ﺧﻴﺮ ﻠﻠﺻﺑﺮﻴﻥ‬

Artinya:

“Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi
orang yang sabar.” (Q.S. an-Nahl [16] : 126 )

Berdasarkan ayat tersebut, Allah memperbolehkan untuk membalas perlakuan mereka kepada
kita namun setimpal, hal ini sebagaimana ulama Hanafiyah, Malikiyah, dan syafi’iyah
memandangnya sebagai syariat yang harus diikuti oleh orang Islam, namun hukum tersebut
jika kita memaafkan itu lebih bagus, sebab perlakuan kita lebih utama daripada membalas
membalas perlakuan mereka.

Dalam ajaran Islam ditetapkan bahwa umat Islam mempunyai kewajiban untuk mentaati
hukum yang ditetapkan Allah, namun masalahnya sekarang bagaimanakah sesuatu yang
wajib menurut hukum Islam itu menjadi wajib pula menurut perundang-undangan yang
berlaku. Dan inilah tugas kita generasi muda untuk merealisasikan, meskipun diperlukan
proses, waktu, pemikiran, dan sumbang saran sesuai petunjuk Allah dalam Al-Qur’an.

HUKUM DALAM RANGKA MENEGAKKAN KEADILAN

A.   Menumbuhkan Kesadaran Untuk Taat Hukum Tuhan (Rta/Dharma)


Menurut ajaran hindu yang menciptakan segala isi dari alam semesta ini adalah tuhan.
Untuk mengatur dan menjaga hubungan antara partikel-partikel yang diciptkan-nya itu,
tuhan  menciptakan hukum yang murni dan abadi bersifat absolute berlaku bagi semua
ciptaan-Nya. Hukum itu disebut hukum rta, rta berasal dari bahasa sansekerta yang artinya
adil, tuhan sebagai pencipta dan pengendali hukum rta disebut rtawan
Contoh hukum rta;
         Matahari terbit di timur, tenggelam di barat.
         Air mengalir dari tempat yang tinngimenuju tempat yang lebih rendah.
         Adanya siang dan malam.

9
         Adanya siklus kehidupan.
Apabila rta tidak dijalankan maka akan terjadi ketidak seimbangan atau keharmonisan dalam
kehidupan ini.
Sesuai dengan anjuran agama, yaitu moksartham jagadhita ya ca iti dharma. Untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat/lahir dan batin, maka dharmalah sebagai
penuntunnya. Sehingga dalam aplikasinya dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
1.      Swa dharma dan,
2.      Para dharma.
Swa dharma berarti sadar akan tugas dan kewajiban masing-masing dan apabila
kewajiban itu di jalankan dengan sebaik-baiknya barulah “moksartham dan jagadhita” akan
terwujud
Dalam mmenjalankan swa dharma, ini dibedakan menjadi empat kelompok tugas
yang disebut “catur warna” . Kata Catur Warna berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri
dari kata ''Catur" berarti empat dan kata "warna" yang berasal dari urat kata Wr (baca: wri)
artinya memilih. Catur Warna berarti empat pilihan hidup atau empat pembagian dalam
kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan ketrampilan (karma) seseorang, serta kwalitas
kerja yang dimiliki sebagai akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam
dirinya dan ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam menghadapi suatu pekerjaan. Empat
golongan yang kemudian terkenal dengan istilah Catur Warna itu ialah: Brahmana, Ksatrya,
Wesya, dan Sudra.
Disimbulkan dengan warna putih, adalah golongan fungsional di dalam
Warna
masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam
Brahmana
swadharmanya di bidang kerohanian keagamaan.

Disimbulkan dengan warna merah adalah golongan fungsional di dalam


Warna masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam
Ksatrya swadharmanya di bidang kepemimpinan, keperwiraan dan pertahanan
keamanan negara.

Disimbulkan dengan warna kuning adalah golongan fungsional di dalam


Warna masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di
Wesya bidang kesejahteraan masyarakat (perekonomian, perindustrian, dan lain-
lain).

Disimbulkan dengan warna hitam adalah golongan fungsional di dalam


Warna
masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di
Sudra
bidang ketenagakerjaan.

Dalam perjalanan kehidupan di masyarakat dari masa ke masa pelaksanaan sistem


Catur Warna cenderung membaur mengarah kepada sistem yang tertutup yang disebut Catur
Wangsa atau Turunan darah. Pada hal Catur Warna menunjukkan pengertian golongan
fungsional, sedangkan Catur Wangsa menunjukkan Turunan darah.

10
Para dharma adalah peraturan yang berlaku pada setiap orang, apapun profesinya
ataupun warnanya apapun jenis kelaminnya, di dalam setiap tingkatan umur, dimanapun
berada, diikat oleh aturan tersebut. Apabila melanggar aturan ini akan terjadi benturan-
benturan yang menyebabkan kesengsaraan dalam hidup ini.
B.  Peranan Agama Hindu dalam Merumuskan dan Menegakkan hukum yang Adil
Menurut weda hukum hindu bersumber pada:
1.      Çruti
2.      Smerti
3.      Sila
4.      Acara
5.      Atmanastuti
a.       Sruti sebgai Sumber Hukum Hindu Pertama Di dalam Manawadharmasastra 11.10
dikatakana ‘Srutistu wedo wijneyo dharma sastram tu wai smerti, te sarwatha wam imamsye
tabhyam dharmohi nirbhabhau”. Artinya: sesungguhnya Sruti adalah Weda, Smerti itu
Dharmasastra, keduanya tidak boleh diragukan apapun juga karena keduanya adalah kitab
suci yang menjadi sumber dari pada hukum. Selanjutnya mengenai Weda sebagai sumber
hukum utama, dapat kita lihat dari sloka 11.6 dirumuskan sebagai berikut: Wedo khilo
dharma mulam smerti sile ca tad widam, acarasca iwa sadhunam atmanas tustirewa ca.
Artinya : seluruh Weda sumber utama dari pada hukum, kemudian barulah smerti dan tingkah
laku orang-orang baik, kebiasaan dan atmanastuti. Pengertian Weda sebagai sumber ilmu
menyangkut bidang yang sangat luas sehinga Sruti dan Smerti diartikan sebagai Weda dalam
tradisi Hindu. Sedangakan ilmu hukum Hindu itu sendiri telah membatasi arti Weda pada
kitab Sruti saja. Kitab-kitab yang tergolong Sruti menurut tradisi Hindu adalah : Kitab
Mantra, Brahmana dan Aranyaka. Kitab Mantra terdiri dari : Rg Weda, Sama Weda, Yajur
Weda dan Atharwa Weda.
b.       Smrti sebagai Sumber Hukum Hindu Kedua Smrti merupakan kitab-kitab teknis yang
merupakan kodifikasi berbagai masalah yang terdapat di dalam Sruti. Smrti bersifat
pengkhususan yang memuat penjelasan yang bersifat authentik, penafsiran dan penjelasan ini
menurut ajaran Hukum Hindu dihimpun dalam satu buku yang disebut Dharmasastra. Dari
semua jenis kitab Smrti yang terpenting adalah kitab Dharmasastra, karena kitab inilah yang
merupakan kitab Hukum Hindu. Ada beberapa penulis kitab Dharmasastra antara lain:
. Manu
. Apastambha
. Baudhayana
. Wasistha
. Sankha Likhita
. Yanjawalkya
. Parasara
Dari ketujuh penulis tersebut, Manu yang terbanyak menulis buku dan dianggap sebagai
standard dari penulisan Hukum Hindu itu. Secara tradisional Dharmasastra telah
dikelompokkan manjadi empat kelompok menurut jamannya masing- masing yaitu:
 -. Jaman Satya Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Manu.

11
 -. Jaman Treta Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Yajnawalkya.
 -. Jaman Dwapara Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Sankha Likhita.
 -. Jaman Kali Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Parasara.
c.       Sila sebagai Sumber Hukum Hindu Ketiga. Sila di sini berarti tingkah laku. Bila diberi
awalan su maka menjadi susila yang berarti tingkah laku orang-orang yang baik atau suci.
Tingkah laku tersebut meliputi pikiran, perkataan dan perbuatan yang suci. Pada umumnya
tingkah laku para maharsi atau nabi dijadikan standar penilaian yang patut ditauladani.
Kaedah-kaedah tingkah laku yang baik tersebut tidak tertulis di dalam Smerti, sehingga sila
tidak dapat diartikan sebagai hukum dalam pengertian yang sebenarnya, walaupun nilai-
nilainya dijadikan sebagai dasar dalam hukum positif.
d.      Sadacara sebagai Sumber Hukum Hindu Keempat Sadacara dianggap sebagai sumber
hukum Hindu positif. Dalam bahasa Jawa Kuno Sadacara disebut Drsta yang berarti
kebiasaan. Untuk memahami pemikiran hukum Sadacara ini, maka hakekat dasar Sadacara
adalah penerimaan Drsta sebagai hukum yang telah ada di tempat mana Hindu itu
dikembangkan. Dengan demikian sifat hukum Hindu adalah fleksibel.
e.       Atmanastuti sebagai Sumber Hukum Hindu Kelima. Atmanastuti artinya rasa puas pada
diri sendiri. Perasaan ini dijadikan ukuran untuk suatu hukum, karena setiap keputusan atau
tingkah laku seseorang mempunyai akibat. Atmanastuti dinilai sangat relatif dan subyektif,
oleh karena itu berdasarkan Manawadharmasastra109/115, bila memutuskan kaedah-kaedah
hukum yang masih diragukan kebenarannya, keputusan diserahkan kepada majelis yang
terdiri dari para ahli dalam bidang kitab suci dan logika agar keputusan yang dilakukan dapat
menjamin rasa keadilan dan kepuasan yang menerimanya.
Karma Phala
Karma berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata “Kr” yang berarti membuat atau
berbuat, maka dapat disimpulkan bahwa karmapala berarti Perbuatan atau tingkah laku.
Phala yang berarti buah atau hasil.
Maka dapat disimpulkan Hukum Karma Phala berarti : Suatu peraturan atau hukuman dari
hasil dalam suatu perbuatan.
Dalam Sarasamuscaya seloka 17 disebutkan :
“Segala orang, baik golongan rendah, menengah, atau tinggi, selama kerja menjadi
kesenangan hatinya, niscaya tercapailah segala yang diusahakan akan memperolehnya.”
Hukum Karma Phala adalah hukum sebab – akibat, Hukum aksi reaksi, hukum usahan
dan hasil atau nasib. Hukum ini berlaku untuk alam semesta, binatang, tumbuh – tumbuhan
dan manusia. Jika hukum itu ditunjukan kepada manusia maka di sebut dengan hukum karma
dan jika kepada alam semesta disebut hukum Rta ..
Ada tiga jenis karma yaitu :
a.       Prarabda karma yaitu perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup sekarang dan diterima
dalam hidup sekarang juga.
b.      Kriyamana karma yaitu perbuatan yang dilakukan sekarang di dunia ini tetapi hasilnya
akan diterima setelah mati di alam baka.
c.       Sancita karma yaitu perbuatan yang dilakukan sekarang hasilnya akan di peroleh pada
kelahiran yang akan datang.

12
Sifat – Sifat Hukum Karama :
a.       Hukum karma itu bersifat abadi : Maksudnya sudah ada sejak mulai penciptaan alam
semesta ini dan tetap berlaku sampai alam semesta ini mengalami pralaya (kiamat).
b.      Hukum karma bersifat universal : Artinya berlaku bukan untuk manusia tetapi juga untuk
mahluk – mahluk seisi alam semesta.
c.       Hukum karma berlaku sejak jaman pertama penciptaan, jaman sekarang, jaman yang akan
datang.
d.      Hukum karma itu sangat sempurna, adil, tidak, ada yang dapat menghindarinya.
e.       Hukum karma tidak ada pengecualuan terhadap suapapun, bahkan bagi Sri Rama yang
sebagai titisan Wisnu tidak mau merubah adanya keberadaan hukum karma itu.

C.    Fungsi Propetik Agama Hindu dalam Hukum


Agama hindu memberikan tuntutan dan arahan moral yang benar pada pemeluknya untuk
menuju tujuwn hidup. Tuhan menciptakan manusia dengan 2 unsur yaitu unsur positif dan
negative. Untuk menjalani swa dharma dan para darma supaya tidak terjadi benturan antara
dua hal tersebut, maka manusia membuat aturan yang disebut hukum, dan agama sebagai
dasar hukum tersebut. Materi hukum diambil dari nilai-nilai agama yang ada. Sehingga
tujuan agam selaras dengan tujuan hukum. Yaitu menuntun dan mengarahkan manusia untuk
mencapai keharmonisan dalam hidup.

http://dikdiklove.blogspot.co.id/2012/02/hukumdalam-rangka-menegakkan-keadilan.html

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Dari penjelasan di atas maka dapat di simpulkan

· Perbuatan yang dituntut untuk dikerjakan (wajib dan Sunah)

· Perbuatan yang dituntut untuk ditinggalkan(haram dan makruh)

· Perbuatan yang diperkenakan dipilih untuk dikerjakan atau ditinggalkan (mubah)

2. Hukum takifli yaitu ketentuan allah yang harus ditinggalkan dan dikerjakan seorang
mukalaf.

Hukum wad’i yaitu ketentuan Allah yang mengandung pengertian bahwa terjadinya sesuatu
itu jarena sebagai sebab syarat atau penghalang sesuatu.

3.Fungsi hukum islam dalam kehidupan bermasyarakat

a. Ibadah sebagai fungsi utama bagi manusia karena manusia sebagai mahluk ciptaan Allah.

b. Fungsi amar makruf nahi munkar

c. Fungsi zawajir

d. Fungsi tanzim wal islah al ummmah

4. Setelah Allah menjelaskan keadilan, ihsan dan juga menyantuni kerabat dekat yang
membutuhkan bantuan juga menerangkan 3 perkara yang harus ditinggalkan oleh semua
orang mukmin, diantaranya:

- Pertama, melarang berbuat keji (fahisyah) adalah perbuatan keji yang didasarkan kepada
pemuasan hawa nafsu, misalnya berzina, meminum minuman yang memebukkan dan
mencuri.

- Kedua, melarang berbuat munkar adalah perbuatan buruk yang berlawanan dengan pikiran
yang normal, misalnya membunuh, merampas hak orang lain.

- Ketiga,melarang permusuhan, misalnya berbuat sewenang-wenang terhadap orang lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Mulim Nurdiin,KH,dkk. 1995.moral dan kognisi islam. Bandung. Alfabeta.

2. Ali, Muhammad Daud.1998. sistem Ekonomi Islam,Zakat dan wakaf. Jakarta. Ui,Press.

3. Djazuli,Acep.2000. fikih siyasah. Bandung.Gunung Pati Press.

4. Djatmika, Rchmat. 1992. Sistem Etika Islam.Jakarta. Pustaka Panjimas.

5. Anshori, Endang Sarifudin.1982. Pokok Pokok Pikiran Tentang Islam. Bandung. Mizan.

http://izmazeroart.blogspot.co.id/2010/06/peramal-masa-kini-yang-sesungguhnya.html

15

Anda mungkin juga menyukai