Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

Menumbuhkan Kesadaran untuk Taat Hukum Tuhan dan Fungsi


profetik Agama dalam Hukum

Dosen Pembimbing:

Dr. Muhammad Arifin, M.Pd

Disusun oleh:

1. NUR AFNI HERYANTI (P17410221013)

2. ANDINI LINTANG PURNAMASARI (P17410223029)

3. EDLYN SOFIA TOBIBUN NUHA (P17410223027)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KESEHATAN TERAPAN

PROGRAM STUDI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI


KESEHATAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya jugalah maka penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah, yang
membahas tentang “Menumbuhkan kesadaran taat hukum tuhan dan fungsi profetif
agama dalam hukum”. Makalah ini disajikan dengan Sistematis dan praktis
sehingga memudahkan pembaca dalam proses belajar dan mengajar.

Dengan segala keterbatasan baik waktu dan tenaga, penulis menyadari


bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itulah kritik dan saran dari
para pembaca sangat kami harapkan. Insya Allah dalam kesempatan berikutnya
kami dapat lebih baik dan melengkapi segala kekurangan tersebut.

Malang, 8 Agustus 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

2.1. Pengertian Agama dan Hukum ..................................................................... 3

2.2. Macam-macam Hukum ................................................................................ 5

2.3. Menumbuhkan Kesadaran Hukum Untuk Taat Kepada Hukum Tuhan ...... 6

2.4. Prinsip-prinsip Hukum Islam ..................................................................... 10

2.5. Fungsi Profetik Agama Dalam Hukum ...................................................... 11

2.6. Profetik Agama Dalam Taat Hukum .......................................................... 14

2.7. Tujuan Profetik Agama Dalam Taat Hukum.............................................. 16

2.8. Menumbuhkan Kesadaran untuk Taat Hukum Tuhan................................ 17

2.9. Menumbuhkan kesadaran untuk taat hukum Tuhan ................................... 18

BAB III ................................................................................................................. 20

PENUTUP ............................................................................................................. 20

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 20

B. SARAN ......................................................................................................... 20

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Apabila berbicara tentang hukum, perlu mengetahui dan memahami bahwa


para ahli hukum hampir sependapat bahwa tidak ada kemungkinan memberikan
definisi hukum. Tetapi mereka juga sepakat bahwa hukum itu hanya ada dalam
masyarakat Manusia perlu juga mengetahui serta memahami bahwa setiap
masyarakat yang ada akan terjadi tata tertib yang diatur oleh hukum, tentunya
hukum yang dimaksud adalah hukum yang ada dalam masyarakat itu sendiri.

Sedangkan jika memberikan arti kepada kata masyarakat adalah sebagia


suatu keadaan berkumpul bersama-sama dalam tempat tertentu dengan melakukan
fungsinya masing- masing, maka keadaan masyarakat itu bukan saja terjadi pada
umat manusia tetapi berlaku untuk semua ciptaan Allah (makhluk), yaitu ada benda
mati, hewan, tata surya dan sebagainya. Masyarakat yang disebut itu, dapat dilihat
bahwa di dalamnya terdapat tata tertib. Sebagai contoh, hewan yang hidup di
daerah iklim yang berlainan di atas bumi. Terbitnya matahari setiap pagi di sebelah
Timur dan terbenamnya setiap petang di sebelah Barat di Indonesia, menunjukan
adanya hukum dalam perputaran dan peredaran bumi, yang mengatur tata tertib tata
surya. Hal ini biasa disebut Hukum Alam ciptaan Allah SWT ajaran agama
menyebutnya (sunnatullah) yang tidak akan mengalami perubahan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi hukum


2. Apa saja Macam –Macam Hukum
3. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran untuk taat hukum Tuhan
4. Apa saja prinsip-prinsip Hukum Islam
5. Apa fungsi profetik agama dalam hukum

1.3. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan definisi hukum


2. Memaparkan macam-macam hukum

1
3. Menjelaskan bagaimana cara menumbuhkan kesadaran untuk taat hukum
Tuhan
4. Memaparkan prinsip-prinsip Hukum Islam
5. Menjelaskan fungsi profetik agama dalam hukum

1.4 Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui hukum hukum agama yang ada di Indonesia


2. Untuk menjadi motivasi agar bisa merubah perilaku kita sesuai dengan
hukum agama
3. Untuk menambah wawasan akan pentingnya hukum yang ditegakkan oleh
agama

2
Bab II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agama dan Hukum

a. Pengertian taat hukum


Umum:
- Patuh terhadap perundang-undangan, ketetapan dari pemerintah,
pemimpin yang dianggap berlaku untuk oleh orang banyak
- Mematuhi peraturan perundang-undangan untuk menciptakan
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat yang
berkeadilan.
Islam:
Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan yang telah
ditetapkan oleh Al-Qur’an Hadits serta Ijima’ ulama dengan sabar dan
ikhlas.
a) Menurut ahli ushul fiqih, hukum Islam adalah ketentuan Allah
yang berkaitan dengan perbuatan yang mukallaf yang
mengandung suatu tuntunan, pilihan atau yang menjadikan
sesuatu sebab, syarat, atau penghalang bagi adanya sesuatu yang
lain.
b) Menurut ahli fiqih, hukum syari’i (Islam) adalah akibat yang
timbul dari perbuatan orang yang mendapat beban Allah SWT.,
dan ini dibagi menjadi 2 bagian:
1. Hukum Taklifi
Hukum Taklifi adalah ketentuan Allah yang mengandung
ketentuan untuk dikerjakan oleh mukallaf atau
ditinggalkannya atau yang mengandung pilihan antara
dikerjakan dan ditinggalkan. Hukum Taklifi dibagi menjadi
5 macam:

3
• Ijab, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk
dilakukan suatu perbuatan dengan tuntutan pasti, disebut
wajib.
• Nadb, adalah ketetntuan Allah yang menuntut agar
dilakukan suatu perbuatan dengan tuntutan yang tidak
harus dikerjakan. Sedangkan kerjaan yang dikerjakan
secara sukarela disebut sunah.
• Tahrim, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk
ditinggalkan suatu perbuatan dengan tuntutan tegas.
Perbuatan yang dituntut untuk ditinggalkan disebut
haram.
• Karahah, adalah ketentuan untuk meninggalkan suatu
perbuatan dengan tidak tegas untuk ditinggalkannya,
sedangkan perbuatan yang dituntut untuk ditinggalkannya
dusebut makruh
• Ibahah, adalah ketentuan Allah yang mengandung hak
pilihan orang mukallaf antara mengerjakan dan
meninggalkannya. Pekerjaan yang diperkenankan untuk
dikerjakan dan ditinggalkan disebut mubah
2. Hukum Wad’I
Hukum Wad’i adalah ktentuan Allah yang mengandung
pengertian bahwa terjadinya sesuatu itu sebab, syarat, atau
penghalang sesuatu. Misalnya:
- Sebab sesuatu, menjalankan sholat menjadi sebab
kewajiban wudhu
- Syarat sesuatu, kesanggupan mengadakan perjalanan ke
Baitullah menjadi syarat wajibnya menunaikan haji
Kesimpulannya, hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh
Allah melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al-Qur’an dan
dipertegas oleh Nabi Muhammad melalui sunah-Nya yang kini
terhimpun dengan baik dalam hadist.

4
b. Hukum Syari’at
Menurut para ulama hukum syari’at adalah seperangkat aturan yang
berasal dari pembuat syari’at (Allah SWT) yang berhubungan dengan
perbuatan manusia, yang menuntut agar dilakukan suatu perintah atau
ditinggalkan suatu larangan dan atau memberik emberikan pilihan
pilihan antara mengerjakan atau meninggalkan.
Adapun macam-macam hukum antara lain sebagai berikut :
a. Hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya
disebut kaidah hukum ibadah
b. Hukum yang mengatur antara seorang manusia dengan manusia
lainnya. Hukum ini dibagi menjadi dua yaitu hukum perdata bila
menyangkut kepentingan perorangan dan hukum pidana
menyangkut kepentingan umum dan terkait dengan hak asasi
manusia
c. Hukum yang mengatur antara manusia dengan lingkungan
hidupnya disebut kaidah hukum sunatullah yang biasa disebut
natural law.
2.2 Macam-macam Hukum
Macam –Macam Hukum Syari’at
1. Wajib (Fardhu)
Adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan akan mendapat mendapat
pahala, pahala, dan apabila di apabila ditinggalkan tinggalkan akan
mendapat siksa. Ditinjau dari segi kepada siapa kewajiban tersebut
dibebankan hukum wajib ada 2 macam :
a. Wajib `Ain : kewajiban perorangan yang wajib dilakukan oleh
seorang muslim dan tidak dapat diwakilkan.
b. Wajib Kifayah : kewajiban terhadap umat islam yang mana bila telah
dilakukan beberapa maka gugur kewajiban individu untuk
melakukan kewajiban ini.

5
2. Sunnah (mandub)
Adalah suatu perkara yang apabila dikerjakanakan mendapat pahala , dan
bila ditinggalkan tidak berdosa. Sunnah dibagi Sunnah dibagi menjadi dua
menjadi dua bagian diantar bagian diantaranya :
a. Sunnah muakkad : amalan sunnah yang dilakukan untuk
menyempurnakan ibadah wajib dan dianjurkan untuk dilakukan
b. Sunnah goiru muakkad : sesuatu yang dikerjakan mendapatkan pahala
dan jika ditinggalkan tidak mendapatkan siksa
c.
3. Haram
Haram adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan akan mendapat
dosa,dan apabila diting akan mendapat dosa,dan apabila ditinggalkan akan
an akan mendapat pahala. Contohnya minum-minuman keras, berdusta,
mendurhakai orang tua, mencuri, berzinah ncuri, berzinah dan sebagainya.
4. Makruh
Ialah suatu perkara yang apabila dikerjakan tidak berdosa, dan bila
ditinggalkan akan mendapat pahala. Contohnya merokok, makan petai,
makan bawang mentah.
5. Mubah
Suatu perkara yang apabila dikerjakan, orang yang mengerjakan tidak
mendapat pahala dan apabila dikerjakan tidak berdosa.

2.3 Menumbuhkan Kesadaran Hukum Untuk Taat Kepada Hukum Tuhan


Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.
Hukum Islam adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan
kepatuhannya merupakan ibadah yang sekaligus juga merupakan indikasi
keimanan seseorang.
Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat Islam agar mentaati
hukum yang telah dibuat oleh pencipta manusia, maka perlu dalil hukum yang
bersumber dari Al-Qur’an yaitu surah Al-Maidah ayat 45, 46, 48. Dalil
hukum yang dimaksud, berkaitan dengan hukum kepidanaan yang
menekankan bahwa pencipta manusia menentukan hukuman kepada

6
ciptaannya yang bernama manusia, yaitu kejahatan pembunuhan yang
dilakukan oleh manusia terhadap sesamanya tanpa alasan hukum yang
bibenarkan oleh pencipta manusia, yakni sanksi hukumnya adalah manusia
yang membunuh harus dibunuh, bahkan kejahatan yang dilakukan oleh
seorang manusia untuk menghilangkan mata, telinga, hidung, dan melukai
manusia lainnya, sanksi hukumnya adalah menghilangkan mata, telinga,
hidung, dan melukai pelaku kejahatan tersebut. Apabila seorang hakim tidak
menerapkan atau memutuskan hukuman yang telah dibuat oleh pencipta
manusia, pencipta manusia memberikan gelar zalim, kafir, dan fasik. Gelar
dimaksud, mengakibatkan yang menerima gelar itu diberikan oleh pencipta
manusia tempat di neraka.
Ketiga ayat yang dijadikan dalil hukum dimaksud, dapat diungkapkan
salah satu ayat, yaitu QS. Al-Maidah ayat 45 :

‫اْل ْنفِ َو ْاْلُذُنَ بِ ْاْلُذُ ِن َوالسِن‬


َ ْ ِ‫ف ب‬ َ ْ ‫س بِالن ْف ِس َو ْالعَيْنَ بِ ْالعَي ِْن َو‬
َ ‫اْل ْن‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم فِ ْي َها اَن الن ْف‬
َ ‫َو َكت َ ْبنَا‬
ٰۤ ُ
ٰ ‫ولىِٕكَ هُ ُم ال‬
َ‫ظ ِل ُم ْون‬ ٰ ‫ارة له َو َم ْن ل ْم يَ ْح ُك ْم بِ َما اَ ْنزَ َل‬
‫ّللاُ فَا‬ َ ‫صدقَ بِه فَ ُه َو كَف‬ َ ِ‫بِالس ِِن َو ْال ُج ُر ْو َح ق‬
َ َ ‫صاص فَ َم ْن ت‬

Artinya : “Dan telah kami tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat)


bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada
kisasnya, barang siapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan
hak itu (menjadi) penebus dosa baginya, barang siapa tidak memutuskan
perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-
orang yang zalim.”

Al – Maidah ayat 46 :

ِ ْ ُ‫ص ِدقًا ِل َما بَيْنَ يَدَ ْي ِه مِ نَ الت ْورى ِة ۖ َواتَيْنه‬


‫اْل ْن ِج ْي َل فِ ْي ِه هُدًى‬ َ ‫سى اب ِْن َم ْريَ َم ُم‬ ِ َ ‫على اث‬
َ ‫ار ِه ْم بِ ِع ْي‬ َ ‫َوقَف ْينَا‬

َ‫ظةً ِل ْل ُمت ِقيْن‬


َ ‫ص ِدقًا ِل َما َبيْنَ َيدَ ْي ِه مِ نَ الت ْورى ِة َوهُدًى و َم ْو ِع‬
َ ‫ونُ ْور و ُم‬

Artinya :
“Dan Kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami menurunkan

7
Injil kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan
membenarkan Kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, dan sebagai petunjuk
serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”

Al – Maidah Ayat 48 :

‫علَ ْي ِه فَاحْ ُك ْم بَ ْينَ ُه ْم بِ َما ٓ ا َ ْنزَ َل ه‬


‫ّٰللاُ َو ََل‬ ِ ‫ص ِدِّقًا ِلِّ َما بَيْنَ يَدَ ْي ِه مِ نَ ْال ِك ٰت‬
َ ‫ب َو ُم َهيْمِ نًا‬ ِ ِّ ‫ب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫َوا َ ْنزَ ْلنَا ٓ اِلَيْكَ ْال ِك ٰت‬

‫عةً َّومِ ْن َها ًجا َِّۗولَ ْو ش َۤا َء ه‬


ً ‫ّٰللاُ لَ َجعَلَ ُك ْم ا ُ َّمةً َّواحِ دَة‬ ِ ِّ ِّۗ ‫ع َّما َج ۤا َءكَ مِ نَ ْال َح‬
َ ‫ق ِل ُك ٍِّّل َجعَ ْلنَا مِ ْن ُك ْم ش ِْر‬ َ ‫تَتَّبِ ْع ا َ ْه َو ۤا َءهُ ْم‬

ِ ِّۗ ‫َّو ٰلك ِْن ِِّل َي ْبلُ َو ُك ْم ِف ْي َما ٓ ٰا ٰتى ُك ْم فَا ْست َ ِبقُوا ْال َخي ْٰر‬
ِ ‫ت اِلَى ه‬
َ‫ّٰللا َم ْر ِجعُ ُك ْم َجمِ ْي ًعا فَيُنَ ِبِّئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم ِف ْي ِه تَ ْخت َ ِلفُ ْون‬

Artinya :

“Dan Kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami menurunkan
Injil kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan
membenarkan Kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, dan sebagai petunjuk
serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”

Pada Surah Al-Maidah ayat 45 mengandung garis hukum yang jelas dan
rinci yang ditujukan kepada :
a. Polisi, jaksa dan hakim yang memeriksa kasus kejahatan tubuh dan
nyawa.
b. Pelaku kejahatan tubuh dan nyawa.
c. Dapat menyadarkan masyarakat yang melihat eksekusi hukuman yang
dijatuhkan oleh hakim yang memeriksa dan memutuskan kasus perkara
yang dimaksud.
Ketentuan hukum yang diuraikan di atas, disebut syariah islam.
Syariah islam secara konseptual dalam arti yang luas adalah keseluruhan
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang bersumber dari wahyu
Allah SWT. Syariah islam dalam literature hukum islam mempunyai tiga
pengertian berikut :

8
1. Syariah dalam arti hukum yang tidak dapat berubah sepanjang masa
2. Syaariah dalam pengertian sumber hukum islam, baik yang tidak berubah
sepanjang masa maupun yang dapat berubah sesuai perkembangan masa
3. Syariah dalam pengertian hukum yang terjadi berdasarkan istinbath dari
Al-Qur’an dan Al-Hadits, yaitu hukum yang diinterprentasi dan
dilaksakan oleh para sahabat Nabi, hasil ijtihad dari para mujtahid dan
hukum yang dihasilkan oleh ahli hukum islam melalui metode qiyas dan
metode ijtihad lainnya.
Selain pengertian syariat di atas, penulis mengemukakan ruang lingkup
syariah yang mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut.
1. Ibadah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah
SWT yang terdiri atas :
a. Rukun Islam : mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan
shalat, mengeluarkan zakat, melaksanakan puasa di bulan ramadhan,
dan menunaikan haji bila mempunyai kemampuan ( fisik dan
nonfisik)
b. Ibadah yang berhubungan dengan rukun islam dan ibaadah lainnya,
yaitu:
Badani (bersifat fisik), yaitu bersuci : wudhu, mandi, tayammum,
peraturran untuk menghilangkan najis, peraturan air, istinja, dan
lain-lain, azan, qamat, I’tikaf, doa, shalawat, umrah, tasbih, istighfar,
khitan, pengurusan jenazah, dan lain-lain.
c. Mu’amalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang
dengan orang lain dalam hal tukar-menukar harta (termasuk jual
beli).
2. Jinayah, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya qishash,
diyat, kifaat, pembunuhan, zina, minuman keras, murtad, khiyanat dalam
berjuang, kesaksian dan lain-lain.
3. Siyasah, yaitu yang menyangkut masalah kemasyarakatan, diantarnya
persaudaraan, musyawarah, keadilan, tolong-menolong, kebebasan,
toleransi, tanggung jawab social, kepemimpinan, pemerintahan, dan lain-
lain.

9
4. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, di antaranya syukur,
sabar, rendah hati, pemaaf, tawakal, konsekuen, berani, berbuat baik
kepada ayah dan ibu, dan lain-lain.
5. Peraturan lainnya diantaranya makanan, minuman, sembelihan, berburu,
nazar, pengentasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, masjid,
dakwah, perang, dan lain-lain.

2.4 Prinsip-prinsip Hukum Islam


Secara garis besar prinsip hukum islam ada 7 macam :
1. Tauhid
Menjelaskan bahwa seluruh manusia ada dibawah ketetapan yang sama
sebagai hamba Allah. Berdasarkan prinsip tauhid sudah semestinya
manusia mengikuti dan menetapkan hukum dalam kehidupannya sesuai
dengan apa yang digariskan oleh Allah SWT dan rasulnya.
2. Keadilan
Menjelaskan bahwa hukum islam yang mengatur persoalan manusia dari
berbagai aspeknya harus dilandaskan kepada prinsip keadilan yang
meliputi hubungan antara individu dengan dirinya sendiri, individu
dengan manusia, manusia dan masyarakatnya, serta hubungan antara
individu dengan lingkungannya.dalam surat al maidah 5:8
3. Amar Ma`ruf Nahi Munkar
Amar ma`ruf mengandung arti bahwa hukum islam ditegakkan untuk
menjadikan umat manusia dapat melaksanakan hal-hal yang baik dan
benar sebagaimana dikehendaki oleh Allah SWT. Sedangkan Nahi
Munkar artinya hukum tersebut ditegakkanuntuk mencegah hal-hal yang
buruk yang dapat meruntuhkan kehidupan manusia. Dalam surat al imron
3 : 110.
4. Kemerdekaan Dan Kebebasan
Menandung arti bahwa hukum islam tidak diterapkan berdasarkan
paksaan, akan tetapi berdasarkan penjelasan yang baik dan argumentarif
yang dapat meyakinkan.keputusan terakhir diberikan kepada masing-
masing individu.

10
5. Persamaan ( Egaliter )
Mengandung arti bahwa pada dasarnya semua manusia adalah sama
meskipun faktanya berbeda dalam lahiriyahnya, baik warna kulit, suku
bangsa dan lain-lain. Dalam surat al hujurat 49:13.
6. Tolong Menolong
Mengajarkan bahwa sesama warga masyarakat harus saling menolong
demi tercapainya keselamatan bersama. Dalam surat al maidah 5:2
7. Toleransi
Mengajarkan bahwa hukum islam mengharuskan kepada umatnya untuk
hidup penuh dengan suasana damai dan toleran. Toleransi ini harus
menjamin tidak dilanggarnya hukum islam dan hak umat islam yang
terdapat dalam surat al muntaha 60:8. Menurut istilah yang dimaksud
dengan sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Muhammad SAW
selain al-quran baik berupa perkataan perbuatan maupun ketetapan yang
layak menjadi sumber menjadi sumber hukum syariat.

2.5 Fungsi Profetik Agama Dalam Hukum


Fungsi profetik agama adalah bahwa agama sebagai sarana menuju
kebahagiaan juga memuat peraturan-peraturan yang mengondisikan
terbentuknya batin manusia yang baik, yang berkualitas, yaitu manusia yang
bermoral (agama sebagai sumber moral) kearifan yang menjiwi langkah
hukum dengan memberikan sanksi hukum secara bertahap sehingga membuat
orang bisa memperbaiki kesalahan (bertaubat kepada Tuhan)
1. Pengertian Taat Hukum
Umum:
• Patuh terhadap aturan perundang-undangan, ketetapan dari
pemerintah, pemimpin yang dianggap berlaku oleh untuk orang
banyak.
• Mematuhi aturan perundang-undangan untuk menciptakan
kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat yang
berkeadilan.

11
Islam:
Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan yang telah
ditetapkan oleh Al-Quran dan hadits serta Ijma’ Ulama dengan sabar dan
ikhlas.
2. Asas Hukum
a. Pengertian Asas Hukum
• Kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berfikir dan
berpendapat.
• Kebenaran itu bertujuan dalam penegakan dan pelaksanaan
hukum.
b. Asas Hukum Secara Umum
• Asa kepastian hukum
Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan
hukum dan perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan
itu.
• Asas keadilan
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status
sosial, status ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya.
• Asas kemanfaatan
Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi
kepentingan negara dan kelangsungan umat manusia.
c. Asas Hukum Secara Islam
• Asas kepastian hukum
Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan
hukum dan perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan
itu.

12
Qs. Al-Maidah : 95

‫ص ْيدَ َوأَنت ُ ْم ُح ُر ٌم َو َمن قَتَلَهُ مِ ن ُكم ُّمتَعَ ِ ِّمدا ً فَ َجزَ اء ِ ِّمثْ ُل َما قَت َ َل مِ نَ النَّعَ ِم يَحْ ُك ُم بِ ِه‬
َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ َلَ ت َ ْقتُلُواْ ال‬

‫ع َّما‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ‫صيَاما ً ِلِّيَذُوقَ َوبَا َل أ َ ْم ِر ِه‬
ِّ ‫عفَا‬ َ ‫ساكِينَ أَو‬
ِ َ‫عدْ ُل ذَلِك‬ َ ‫طعَا ُم َم‬ َ َّ‫عدْ ٍّل ِ ِّمن ُك ْم َهدْيا ً بَا ِل َغ ْال َك ْعبَ ِة أ َ ْو َكف‬
َ ٌ ‫ارة‬ َ ‫ذَ َوا‬

‫يز ذُو ا ْنتِقَ ٍّام‬


ٌ ‫ع ِز‬ ِّ ‫ّٰللاُ مِ ْنهُ َو‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ‫سلَف َو َم ْن‬
ِّ ‫عادَ فَيَنت َ ِق ُم‬ َ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh


binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu
membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan
binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan
dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-ya yang dibawa sampai ke
Kabah, atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-
orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu,
supaya dia merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya. Allah telah
memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali
mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi
mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa”.
• Asas keadilan
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status sosial, status
ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya.
Qs. Shad : 26
‫ّٰللا ِإ َّن‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬
َ ‫عن‬ ِ ‫ق َو ََل تَت َّ ِب ِع ْال َه َوى فَي‬
َ َ‫ُض َّلك‬ ِ ِّ ‫اس ِب ْال َح‬ ِ ‫َيا دَ ُاوودُ ِإنَّا َج َع ْلنَاكَ َخلِيفَةً فِي ْاْل َ ْر‬
ِ َّ‫ض فَا ْح ُكم َبيْنَ الن‬

‫ب‬ َ ِ‫سوا َي ْو َم ْالح‬


ِ ‫سا‬ ُ َ‫شدِيدٌ ِب َما ن‬ َ ‫ّٰللا لَ ُه ْم‬
َ ٌ‫عذَاب‬ ِ َّ ‫س ِبي ِل‬ َ َ‫ضلُّون‬
َ ‫عن‬ ِ ‫الَّذِينَ َي‬

Artinya :“Allah memerintahkan para penguasa, penegak hukum sebagai


khalifah di bumi ini menegakan dan menjalankan hukum sabaik-baiknya tanpa
memandang status sosial, status ekonomi dan atribut lainnya”
Intinya : “Keadilan adalah asas titik tolak, proses dan sasaran hukum dalam
Islam”
“Siapa yang tidak menetapkan sesuatu dengan hukum yang telah ditetapkan
Allah itulah orang-orang yang aniaya”

13
• Asas kemanfaatan
Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi kepentingan negara
dan kelangsungan umat manusia.
Qs. Al-Baqarah : 178

‫اص فِي ْالقَتْلَى ْال ُح ُّر بِ ْال ُح ِر َو ْالعَ ْبدُ بِ ْالعَ ْب ِد‬
ُ ‫ص‬َ ‫علَ ْي ُك ُم ْال ِق‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الذِينَ آ َمنُواْ ُكت‬
َ ‫ِب‬

َ‫ان ذَلِك‬
ٍ ‫س‬َ ‫ش ْيء فَاتِبَاع بِ ْال َم ْع ُروفِ َوأَدَاء إِلَ ْي ِه بِإِ ْح‬
َ ‫ِي لَهُ مِ ْن أَخِ ي ِه‬ ُ ‫َواألُنثَى بِاألُنثَى فَ َم ْن‬
َ ‫عف‬

‫عذَاب أَلِيم‬
َ ُ‫ت َْخفِيف ِمن ربِ ُك ْم َو َر ْح َمة فَ َم ِن ا ْعتَدَى بَ ْعدَ ذَلِكَ فَلَه‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash


berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa
yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) mambayar
(diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian
itu adalah suatu keringanan dari Rabb kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa
yang melampui batas sesudah itu maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS.
2:178)
• Asas kejujuran dan kesukarelaan
QS. Al-Mudatsir : 38
ٌ‫ت َرهِينَة‬ َ ‫ُك ُّل نَ ْف ٍّس بِ َما َك‬
ْ َ‫سب‬
“Setiap individu terikat dengan apa yang ia kerjakan dan setiap individu tidak
akan memikul dosa orang (individu) lain”.

2.6. Profetik Agama Dalam Taat Hukum

a. Pengertian Profetik Agama Dalam Taat Hukum


Profetik berasal dari bahasa inggris prophetical yang mempunyai makna
Kenabian atau sifat yang ada dalam diri seorang nabi. Yaitu sifat nabi yang
mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara spiritual-individual,
tetapi juga menjadi pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke arah
perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan.

14
Didalam sejarah, Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan
Fir’aun, Nabi Muhammad yang membimbing kaum miskin dan budak belia
melawan setiap penindasan dan ketidakadilan. Dan mempunyai tujuan
untuk menuju kearah pembebasan.
Menurut Ali Syari’ati dalam Hilmy (2008:179) para nabi tidak hanya
mengajarkan dzikir dan do’a tetapi mereka juga datang dengan suatu
ideologi pembebasan.
1. Hal-hal yang digambarkan, dan dinyatakan oleh Agama melalui yang
dicontohkan Nabi Muhammad saw.
2. Agama yang diajarkan atau dicontohkan oleh para Nabi atau Rasulullah
3. Contoh atau tauladan yang telah digariskan atau dicontohkan
Rasulullah SAW
b. Fungsi Profetik Agama
1. Dalam Mengatasi Krisis Kebudayaan dan Kemanusiaan
a. Menjelaskan dan mengubah fenomena-fenomena sosial
masyarakat yang salah atau kurang baik seperti :
• Dalam Deideologisasi yang tidak sehat dan merugikan tatanan
masyarakat (Politik atau paham yang tidak sehat).
• Dalam keamanan dan kebebasan yang nyaris menabrak
rambu-rambu hukum dan norma serta nilai yang ada.
• Dalam Reduksionisme (penurunan kwalitas ilmu
pengetahuan) Ijazah ilegal dan aspal
• Dalam Materialisme (kebendaan), pamer, glamour, poya-poya
dsb
• Dalam Ekologi (lingkungan) ketidakseimbangan kehidupan
dalam masyarakat (Imbalance), baik materi dan non materi,
baik lahir maupun bathin.
• Dalam Kultural (kebudayaan, peradaban) seperti Globalisasi
(Ends of Pluralisme).

15
2. Dalam Mengatasi / Merevitalisasi Keberagaman Dalam Menjalankan
Agama Dengan Back to Qur’an and Sunnah.
a. Menjadikan Al-Quran dan Sunnah
• Sebagai sumber dan payung hukum dalam memahami dan
mengamalkan ajaran Islam
• Sebagai sumber rujukan dalam menyelesaikan dan
memutuskan suatu hukum QS.Al-Maidah : 48 – 49 QS. An-
Nisa’ : 59 dan sebagainya
b. Permasalahan yang ada bila tidak didapatkan dalam QS boleh
melakukan Istimbat hukum dengan tetap merujuk kepada QS.
QS.Isra’ : 15 dan Taqrir yang dikeluarkan Rasulullah saw.
c. Tidak menjadikan paham, mazhab, aliran sebagai keputusan final
yang Undervartable. Paham, aliran, mazhab tidak termasuk Tasyri’
hanya bayan liat-tasyri’.
d. Memperbolehkan Ikhtilaf, namun hanya pada masalah Ijtihadiyah.
e. Tidak memandang hal-hal yang bersifat keduniaan yang tidak
ditentukan oleh QS, namun tetap mengacu pada sifat Basyariah
Rasulullah sebagai syari’at “antum a’lamubi umuri dunyakum”.
f. Suatu hukum dari Ijtihad bersifat debatable (yang dapat dibantah,
debat) bukan merupakan keputusan final.
2.7. Tujuan Profetik Agama Dalam Taat Hukum
1. Mendorong seseorang (manusia) berperilaku dan berbuat sesuai dengan
aturan hukum dan perundang-undangan yang sah serta sesuai QS,
sehingga tercipta suatu kondisi masyarakat yang sadar dan taat hukum.
2. Mendorong seseorang berperilaku yang baik dengan mentauladani pribadi
Rasulullah, agar manusia selamat dan bahagia dunia dan akhirat (antara
manusia dengan manusia, antara manusia dengan Allah serta dengan alam
lingkungan).
3. Mengeluarkan manusia dari miopik (cara pandang yang sempit) dan
Primordial dan Formalisme sempit yang akan melahirkan berbagai konflik
sosial, politik bahkan menjurus kepada perpecahan dan perperangan

16
2.8. Menumbuhkan Kesadaran untuk Taat Hukum Tuhan
Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT. Manusia sebagai ciptaan harus
tunduk kepada hukum yang telah ditentukan oleh hukum yang telah ditentukan
oleh pencipta. Untuk menumbuhkan kesadar menumbuhkan kesadaran
masyarakat Islam agar mentaati hukum yang telah dibuat oleh pencipta
manusia, maka perlu dalil hukum yang bersumber dari AlQur’an yaitu :
Surah Al-Maidah ayat 45 :

‫اْل ْنفِ َو ْاْلُذُنَ بِ ْاْلُذُ ِن َوالسِن بِالس ِِن َو ْال ُج ُر ْو َح‬


َ ْ ِ‫ف ب‬ َ ْ ‫س بِالن ْف ِس َو ْالعَيْنَ بِ ْالعَي ِْن َو‬
َ ‫اْل ْن‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم فِ ْي َها اَن الن ْف‬
َ ‫َو َكت َ ْبنَا‬
ٰۤ ُ
ٰ ‫ولىِٕكَ هُ ُم ال‬
َ‫ظ ِل ُم ْون‬ ٰ ‫ارة له َو َم ْن ل ْم يَ ْح ُك ْم بِ َما ا َ ْنزَ َل‬
‫ّللاُ فَا‬ َ ‫صدقَ بِه فَ ُه َو كَف‬
َ َ ‫صاص فَ َم ْن ت‬
َ ِ‫ق‬

Kami telah menetapkan bagi mereka di dalamnya (Taurat) bahwa nyawa (dibalas)
dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga,
gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qisas-nya (balasan yang sama).
Barangsiapa melepaskan (hak qisas)nya, maka itu (menjadi) penebus dosa baginya.
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itulah orang-orang zalim.

Pada Al-Maidah ayat 45 mengandung garis hukum yang jelas dan rinci yang
ditujukan kepada :

1. Polisi, jaksa dan hakim yang memeriksa kasus kejahatan tubuh dan nyawa
2. Pelaku kejahatan tubuh dan nyawa.
3. Dapat menyadarkan masyarakat yang melihat eksekusi hukuman yang
dijatuhkan oleh hakim yang memeriksa dan memutuskan kasus perkara yang
dimaksud. Dengan demikian tampak pengaruh agama Islam terhadap
pemeluknya untuk mentaati ajaran hukum Islam dan secara otomatis, hal
tersebut akan menumbuhkan kesadaran hukum untuk taat kepada hukum tuhan

Surah Al-Maidah ayat 46 :


ٓ ‫وقَفَّ ْينَا‬
‫ص ِدِّقًا‬
َ ‫اَل ْن ِج ْي َل ِف ْي ِه هُدًى َّونُ ْو ٌر َّو ُم‬ ٰ ‫ص ِدِّقًا ِِّل َما َبيْنَ َيدَ ْي ِه مِ نَ الت َّ ْو ٰرى ِة‬
ِ ْ ُ‫ۖواتَ ْي ٰنه‬ َ ‫سى اب ِْن َم ْر َي َم ُم‬ ِ َ ‫ع ٰلى ٰاث‬
َ ‫ار ِه ْم ِب ِع ْي‬ َ َ

َ‫ظةً ِِّل ْل ُمت َّ ِقي ِّْۗن‬


َ ‫ِِّل َما َبيْنَ َيدَ ْي ِه مِ نَ الت َّ ْو ٰرى ِة َوهُدًى َّو َم ْو ِع‬

17
Artinya : “Dan Kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami menurunkan Injil
kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan membenarkan Kitab
yang sebelumnya yaitu Taurat, dan sebagai petunjuk serta pengajaran untuk
orang-orang yang bertaqwa”

Surah Al-Maidah ayat 48 :

ٰ ‫علَ ْي ِه فَاحْ ُك ْم بَ ْينَ ُه ْم بِ َما اَ ْنزَ َل‬


‫ّللاُ َو َْل ت َتبِ ْع‬ ِ ‫ص ِدقًا ِل َما بَيْنَ يَدَ ْي ِه مِ نَ ْالكِت‬
َ ‫ب َو ُم َهيْمِ نًا‬ ِ ‫ب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫َوا َ ْنزَ ْلنَا اِلَيْكَ ْالكِت‬

ٰ ‫عةً ومِ ْن َها ًجا َولَ ْو ش َٰۤا َء‬


‫ّللاُ لَ َجعَلَ ُك ْم اُمةً واحِ دَة ً ولك ِْن‬ ِ ‫عما َج ٰۤا َءكَ مِ نَ ْال َح‬
َ ‫ق ِل ُك ٍل َجعَ ْلنَا مِ ْن ُك ْم ش ِْر‬ َ ‫ا َ ْه َو ٰۤا َءهُ ْم‬

ِ ‫ِل َي ْبلُ َو ُك ْم ِف ْي َما اتى ُك ْم فَا ْست َ ِبقُوا ْال َخيْر‬


ِ ٰ ‫ت اِلَى‬
َ‫ّللا َم ْر ِجعُ ُك ْم َجمِ ْي ًعا فَيُن َِبئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم ِف ْي ِه تَ ْخت َ ِلفُ ْون‬

Artinya : “Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad)


dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-
Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan,”

2.9. Menumbuhkan kesadaran untuk taat hukum Tuhan

1. Menyadari bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT hanya untuk


mengabdi kepada-Nya dengan mentaati semua perintah/hukum yang telah
telah ditetapkan Allah SWT.
2. Alam semesta beserta isinya merupakan milik Allah SWT. Jadi sudah
seharusnya kita sebagai tamu Allah SWT di bumi ini taat dan tunduk
kepada Sang Khaliq.
3. Allah SWT telah melimpahkan begitu banyak nikmat dan ramat kepada
kita seperti nikmat kesehatan yang tidak ternilai harganya. Maka sebagai

18
bentuk bersyukur kepada Yang Maha Kuasa hendaknya kita harus
menjalankan semua hukum yang telah ditetapkan Allah SWT kepada kita.
4. Ingat bahwa Allah SWT akan selalu mengawasi apapun yang akan selalu
kita lakukan karena Dialah Zat yang tidak pernah tidur, sehingga kita
harusnya malu kalau tidak patuh kepada-Nya.
5. Ingatlah akhirat, karena semua akan dicatat oleh malaikat yang nantinya
akan dipertanggung jawabkan di hari akhir.
6. Orang yang mulia di sisi Alllah SWT adalah orang yang bertaqwa kepada-
Nya yang patuh kepada perintah-Nya, hendaknya kita terpacu untuk
menjadi golongan tersebut.
7. Bahwa Hukum yang ditetapkan Allah SWT tidak hanya merupakan
hubungan vertikal dengan Sang Khaliq,tetapi juga termasuk di dalamnya
pengaturan tentang hubungan sesama manusia. Sehingga dengan mentaati
hukum Allah SWT maka secara tidak langsung kita telah menjaga
silaturrahmi yang baik d dengan sesama manusia sehingga dalam
menjalani hidup di dunia ini kita akan merasakan ketenangan dan
ketentraman lahir dan batin.
8. Menyadari bahwa manusia tidak akan bisa hidup sendiri, sehingga dengan
adanya Hukum yang ditetapkan Allah SWT tentang hubungan manusia
9. Secara horizontal maka kita akan merasakan kemudahan dan kelapangan
dalam pergaulan sehari-hari. Manusia adalah makhluk yang bernafsu
sehingga dibutuhkan pengaturan berupa Hukum Alllah SWT yang menjadi
pegangan untuk mencapai ketaqwaan.
10. Hukum yang diciptakan Allah SWT pada dasarnya adalah untuk kebaikan
hamba-Nya sendiri agar terhindar malapetaka dan perbuatan tercela.

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN :

Setiap manusia diciptakan oleh Allah harus tunduk kepada hukum yang
telah ditentukan oleh pencipta manusia yang disebut dengan kaidah hukum ibadah
dan juga hukum yang dibuat oleh manusia itu sendiri yang disebut kaidah hukum
muamalah serta hukum yang mengatur antara manusia dengan lingkungan
hidupnya disebut dengan kaidah hukum sunnatullah yang bisa disebut dengan
natural law.Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat Islam mentaati hukum
yang dibuat oleh pencipta manusia memang harus bersumber dari

Al-qur’an itulah yang menghantarkan masyarakat untuk menikmati


kesejahteraan, ketenteraman kedamaian dan sejumlah istilah lainnya yang
semuanya berintikan keadilan. Dan upaya yang harus dilakukan untuk menegakkan
hukum Islam dalam praktek masyarakat dan bernegara harus melalui proses yaitu
proses dakwahdan proses kultural. Apabila Islam memasyarakat, maka sebagai
konsekuensinya hukum harus ditegakkan. Sementara itu fungsi profetik agama
adalah menghilangkan klasifikasi sosial tertentu yang mengakibatkan kebal
terhadap hukum, membebaskan manusia dari berbagai sistem dan struktur yang
melestarikan ketidak adilan.

B. SARAN

Saran yang dapat disajikan adalah:

1. Kami menyarankan agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang


makalah yang kami sajikan
2. Kami menyarankan agar pembaca bisa menambah wawasan dengan
menerapkan ajaran Islam didalam lingkup hukum

20
Daftar Pustaka

Darmawan, F. (2022). Materi Kuliah I (Taat Hukum Tuhan dan Fungsi Profetik
Agama). Diperoleh 8 Agustus 2022, dari
https://www.academia.edu/8582761/Materi_Kuliah_I_Taat_Hukum_Tuhan_dan_
Fungsi_Profetik_Agama_

Tujuan Hukum Islam | PDF. (2022). Diperoleh 8 Agustus 2022, dari


https://www.scribd.com/document/44397873/Tujuan-Hukum-Islam

Ali, Zainuddin. Pendidikan Agama Islam.

Harun, Muhammad. Pendidikan Agama Islam.2011.Palembang: Polsri

Hukum Islam | PDF. (2022). Di peroleh 8 Agustus 2022, dari


https://www.scribd.com/doc/33477748/Hukum-Islam

urbane, a., urbane, a., & lengkapku, L. (2010). Fungsi Profetik Agama dalam
Hukum. Diperoleh 8 Agustus 2022, dari http://axsdv.blogspot.com/2010/03/fungsi-
profetik-agama-dalam-hukum.html

Agama - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (2022). Diperoleh 8


Agustus 2022, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Agama

taat hukum tuhan dan fungsi profetik agama dalam hukum. (2014). Diperoleh 8
Agustus 2022, dari http://rizkaindrianis.blogspot.com/2014/12/taat-hukum-tuhan-
dan-fungsi-profetik.html

21

Anda mungkin juga menyukai