Disusun oleh :
Abdullah Azid
Dede Aisyah
M. Hilmi Haidar
Sania Wildani
Jl. KH Abdullah Bin Nuh, Pamoyanan, Kec. Cianjur, kabupaten Cianjur, Jawa Barat
(4321)
BAB I
PENDAHULUAN
C . Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian kode etik guru.
b) Untuk mengetahui hakikat kode etik guru .
c) Untuk mengetahui apa saja yang termasuk lingkup isi kode etik guru.
d) Untuk mengetahui funsi dan tujuan kode etik guru.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah “kode etik” berasal dari dua kata, yakni “kode” dan “etik”.
Perkataan “etik” berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak, adab atau
cara hidup. Sedangkan “kode etik” secara harfiah berarti sumber etik. Etika
artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam
mengerjakan suatu pekerjaan. Seorang guru sebagai tenaga pendidik yang
profesional perlu memiliki “kode etik guru” dan menjadikannya sebagai pedoman
yang mengatur pekerjaan guru selama dalam pengabdian. Kode etik guru ini
merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan guru. Bila guru
telah melakukan perbuatan asusila dan amoral berarti guru telah melanggar “kode
etik guru”. Sebab, kode etik guru ini sebagai salah satu ciri yang harus ada pada
profesi guru itu sendiri. Dalam buku lain, istilah etik (ethica) mengandung makna
nilai-nilai yang mendasari perilaku manusia. Terma etik berasal dari bahasa
filsafat, bahkan menjadi salah satu cabangnya. Etik juga disepadankan dengan
istilah adab, moral, ataupun akhlak. Etik berasal dari perkataan ethos, yang berarti
watak. Sementara adab adalah keluhuran budi, yang berarti menimbulkan
kehalusan budi atau kesusilaan, baik yang menyangkut batin maupun lahir.
Bisa ditarik kesimpulan bahwa kode etik guru indonesia adalah himpunan
nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan
sistematis dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Kode etik guru indonesia
berfungsi sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga
PGRI dalam menunaikan tugas pengabdianya sebagai guru, baik di dalam maupun
di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari hari di masyarakat. Dengan demikian
, kode etik guru indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan
sikap profesional para anggota profesi keguruan. Kode Etik Guru Indonesia
merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan menempatkan guru sebagai
profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode
Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang
melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya
dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi
profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika
dan kemanusiaan. Dalam buku lain, Kata “etik” berasal dari bahasa Yunani,
“ethos” yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu
menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok
manusia”. Atau secara harfiah kode etik berarti sumber etik. Jadi kode etik guru
itu dapat diartikan sebagai aturan tata susila keguruan.
Dalam setiap profesi tentunya memiliki kode etik masing-masing yang harus
dipatuhi oleh segenap jajaran yang ada pada profesi tersebut dan dalam hal ini
adalah profesi guru. Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara
umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut.
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak
luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai memendang rendah atau remeh
terhadap suatu profesi. Oleh karena itu setiap kode etik suatu profesi akan
melarang berbagai tindakan yang dapat mencemarkan nama baik tprofesi terhadap
masyarakat.
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan
tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu
dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang
dikemukakan oleh
· Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada kode etik
sebagai pedoman pelaksanaan tugas prosefional dan pedoman bagi masyarakat
sebagai seorang professional.
· Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu :
·Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman
kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang
mensukseskan misi dalam mendidik peserta didik.
· Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun (1992) mengemukakan empat fungsi kode
etik guru bagi guru itu sendiri, antara lain :
1.Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
2.Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat dan
pemerintah.
3.Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab
pada profesinya.
4.Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan
profesinya dalam melaksanakan tugas.
Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai dengan
norma- norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh
etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama
menjalankan tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan
anggota masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan
proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika
akan terwujud.
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi satu perkumpulan atau
perserikatan satu profesi untuk para anggotanya. Penetapan kode etik lazim
dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan
kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara perorangan, melainkan harus
dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas anggota-anggota profesi
dari organisasi tersebut, sehingga orang-orang yang bukan atau tidak menjadi
anggota profesi tersebut, tidak dapat ditundukan kepadanya.
Maka kode etik dari suatu organisasi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat
dalam menegakan disiplin dikalangan profesi tersebut, jika orang yang
menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi anggota dalam suatu organisasi
tersebut.)
Dapat peringatan
Pada tahap ini, sipelaku akan mendapat peringatan halus, misal jika
seorang menyebutkan suatu instansi terkait (namun belum parah
tingkatannya) bisa saja ia akan menerima email yang berisi peringatan,
jika tidak diklarifikasi kemungkinan untuk berlanjut ketingkat selanjutnya,
seperti peringatan keras ataupun lainnya.
Pemblokiran
Mengupdate status yang berisi SARA mengupload data yang
1men1ga1ndung unsu1r pornografi baik berupa image maupun. Gif,
seorang programmer yang mendistribusikan malware. Hal tersebut adalah
contoh pelangaran dalam kasus yang sangat berbeda-beda, kemungkinan
untuk kasus tersebut adalah pemblokiran akun dimana sipelaku melakukan
aksinya. Misal, sebuah akun pribadi sosial yang dengan sengaja
membentuk grup yang melecehkan agama dan ada pihak lain yang merasa
tersinggung karenanya.
Hukum pidana/perdata
“Setiap penyelenggara negara, orang badan usaha, atau masyarakat yang
dirugikan karena penggunaan nama domain secara tanpa hak oleh orang
lain, berhak mengajukan gugatan pembatalan nama doamin dimaksud”
(Pasal 23 ayat 3).
“gugatan perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
“(pasal 39).
Berikut akan dikemukakan kode etik guru Indonesia sebagai hasil rumusan
Kongres PGRI XIII pada tanggal 21 -25 November 1973 di Jakarta, yang terdiri
dari sembilan item sebagai berikut :
4). Kerja sama lembaga pendidikan dengan orang tua dan dengan tokoh-tokoh
masyarakat perlu ditingkatkan.
5). Fungsi DP3 perlu di benahi dan ditingkatkan.
7). Kalau pendidik melanggar kode etik pendidik tidak mempan dinasehati atau
dihimbau oleh pemimpin lembaga, maka para pemimpin itu dapat mengenakan
sanksi kepada mereka sesuai dengan aturan yang berlaku atau sesuai dengan
peraturan lembaga bersangkutan yang sudah disepakati bersama.[[10]]
Pasal 5
3). Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual,
Pasal 6
Kesimpulan
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral
yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan
seprofesi, kode etik guru sebagai pedoman guru dalam berperilaku sesungguhnya
dapat diterapkan di masyrakat. Guru ketika berinteraksi dengan masyarakat harus
berpegang teguh pada kode etiknya. Perilaku yang ditunjukkan harus
mencermikan nilai-nilai luhur kode etik itu sehingga kandungannya menjelma
dalam perilakunya.