Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karakter menjadi penting dalam diri seorang manusia. Kita dapat menilai baik-buruknya
seseorang dari karakter yang ia miliki. Tentu hal ini sangat diperhitungkan terutama dalam
memilih seorang pemimpin. Karena itu, perlu adanya pembinaan dalam membentuk karakter
anak sedini mungkin agar menjadi sosok pemimpin kelak seperti yang diharapkan. Untuk itu,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memasukkan pendidikan karakter dalam proses
pembelajaran pendidikan formal di Indonesia.
Kurikulum saat ini menerapkan penilaian karakter dalam parameter penilaian seorang siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Siswa diharapkan tidak hanya memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang unggul dalam kompetisi, tapi juga dapat bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan baik dalam masyarakat. Seorang siswa disiapkan untuk berakhlak mulia dan berbudi
luhur serta berkelakuan baik dalam kehidupan bermasyarakat. Lalu bagaimanakah pendidikan
karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah Indonesia?
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan karakter?
2. Apa tujuan dari pendidikan karakter?
3. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter sesuai dengan bangsa Indonesia?
4. Bagaimana cara membangun karakter peserta didik?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendidikan karakter
2. Mengetahui tujuan dari pendidikan karakter
3. Menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter sesuai dengan bangsa Indonesia
4. Memahami cara membangun karakter pada peserta didik

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan Karakter
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan masnyarakatnya. Dalam UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab I Pasal 1 ayat (1) disebutkan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar anak didik mengembangkan potensi dirinya secara aktif untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ini berarti,
pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki seseorang
untuk mencapai tujuan hidupnya.
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas merupakan bawaan, hati, jiwa, kepribadian,
budipekerti, perilaku, personalitas, sifat,tabiat, temperamen, watak. Kata karakter berasal dari
bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan pada cara mengaplikasikan
nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
Dari beberapa penjelasan mengenai pendidikan dan karakter dapat diartikan secara sederhana
bahwa pendidikan karakter merupakan usaha untuk mengimplementasikan nilai-nilai karakter
pada seseorang agar ia mengetahui, menyadari, dan bertindak  secara bermoral dalam
menghadapi situasi apapun.
2.2 Tujuan Pendidikan Karakter
Secara umum pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelangaraan dan hasil
pendidikan dengan mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang utuh, terpadu, dan
seimbang antara kompetensi dan kepribadian yang ia miliki. Menurut T. Ramli, pendidikan
karakter bertujuan untuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat, dan warga negara yang baik.
Melalui pendidikan karakter, seorang anak tidak hanya cerdas secara pengethuan, namun juga
dapat mengendalikan emosinya. Pengendalian emosi merupakan bekal yang penting dalam
menyongsong masa depan. Dengan pengendalian emosi, manusia dapat berpikir jernih dan
bertindak dengan tepat dalam menghadapi segala tantangan dalam hidupnya. Jika pendidikan
karakter ini berjalan dengan baik, maka siswa akan memiliki kepribadian yang bekerja keras
dalam setiap usahanya, tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalahnya, dan
bersosialisasi dengan baik yang sangat berguna untuk kehidupannya kelak.
2.3 Landasan Pendidikan Karakter
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II Pasal 3 menyebutkan
bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi luhur, sehat jasmani dan rohani,
berilmu, cakap, berinovasi, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
2.4 Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter
Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia telah merumuskan 18 nilai-nilai karakter yang
ditanamkan pada diri setiap warga negara Indonesia. Nilai-nilai inilah yang diajarkan pada siswa
dalam upaya membangun dan memperkuat karakter bangsa. Nilai-nilai tersebut di anataranya :
1. Religius
Patuh dalam menjalankan kewajiban yang telah diajarkan agamanya bagi pemeluk-pemeluknya.
Selain itu, Toleransi terhadap agama lain, tidak mengganggu ibadah orang lain,dan menjaga
kerukunan antar umat beragama. Contohnya melaksanakan ibadah sholat wajib 5 waktu bagi
pemeluk agama Islam dan ibadah lainnya bagi penganut agama, berdoa ketika sebelum dan
sesudah pembelajaran, dan tidak mengganggu ibadah/ritual/perayaan pemeluk agama lain yang
tengah menjalankannya.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri untuk selalu dapat dipercaya orang lain
dalam perkataan dan perbuatan. Contohya ia tidak menyontek saat mengerjakan ujian, tidak
menjiplak tugas milik temannya, menyediakan tempat khusus untukpenemuan barang yang
hilang, menyampaikan laporan kas kelas, serta tidak menambahkan atau mengurangi kata-kata
yang sebenarnya ketika menyampaikan suatu informasi.
3. Toleransi
Perilaku yang menghargai perbedaan suku, ras, etnis, agama, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dengan dirinya. Contohnya tidak memotong pembicaraan orang lain,
memberikan pelayanan yang baik kepada orang berkebutuhan khusus, bersedia bekerja dalam
kelompok tanpa pilih kasih, dan tidak mendiskriminasikan individu maupun sekelompok orang
yang berbeda dengan kita.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan tertib dan patuh terhadap berbagai ketentuan dan peraturan yang
berlaku. Contohnya tidak menyeberang jalan raya sembarangan, tidak membuang sampah
sembarangan, membiasakan hadir tepat waktu, mengadakan presensi untuk kehadiran peserta
didik, dan berpakaian sesuai dengan ketentuan saat di sekolah, kampus, kantor, atau tempat
formal lainnya yang memiliki kebijakan cara berpakaian tertentu.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengerjakan suatu hal, mengatasi
segala hambatan yang terjadi, dan menyelesaiakannya dengan sebaik-baiknya. Contohnya belajar
dengan baik sebelum ujian, memanfaatkan waktu luang untuk belajar, dan mengerjakan tugas
dengan sungguh-sungguh.
6. Kreatif
Berpikir untuk menemukan suatu cara atau hasil yang berbeda dari yang sudah ada. Contohnya
mengasah kemampuan kita dalam bidang yang kita sukai misalnya kepenulisan, menciptakan
suasana belajar yang membutuhkan berpikir kritis, memberikan tugas yang autentik maupun
modifikasi, dan mengasah pengetahuan dengan membuat suatu karya ilmiah.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang berusaha menyelesaikan masalah sendiri tanpa bergantung pada orang
lain. Contohnya mengerjakan tugas sendiri bila masih dapat dilakukan sendiri, membersihkan
meja makan setelah memakainya, dan tidak selalu menanyakan jawabannya pada orang lain. 
8. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai hak dan kewajiban dirinya sama dengan
orang lain. Contohnya mengambil keputusan bersama melalui musyawarah mufakat,
mengadakan pemilihan pengurus kelas secara terbuka, kewajiban bagi setiap orang untuk tidak
mengotori lingkungan, maka setiap orang tidak ada yang boleh membuang sampah sembarangan.
9. Rasa Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang berupaya untuk mengetahui segala sesuatu yang dilihat dan
didengarnya dengan lebih mendalam dan meluas. Contohnya mencari arti kosa kata bahasa
Indonesia yang baru ditemuinya, mengadakan suasana pembelajaran yang menimbulkan tanda
tanya bagi peserta didik, dan mengadakan sesi tanya jawab ketika kegiatan pembelajaran.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan dimana ia menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi maupun golongan. Contohnya mengikuti upacara-upacara
setiap hari Senin dan hari-hari besar nasional, mengadakan program kunjungan ke tempat
bersejarah, menyelenggarakan perayaan hari-hari besar nasional seperti memakai kebaya pada
hari Kartini, dan menjadi relawan kegiatan sosial atau berprestasi di kancah internasional.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap, dan berperilaku yang menunjukkan rasa kepedulian dan penghargaan
yang tinggi terhadap bangsa Indonesia meliputi bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi,dan politik bangsa. Contohnya mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945
dalam perilaku sehari-hari, menggunakan produk dalam negeri, menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam sehari-hari, memajang foto presiden, wakil presiden, lambang negara,
peta Indonesia,dan lain sebagainya di setiap kelas.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan perilaku yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
untuk masyarakat serta mengakui dan menghormati keberhasilan milik orang lain. Contohnya
memberikan penghargaan atas karya peserta didik, memberikan pujian kepada hasil kerja teman,
dan memberikan selamat bagi teman yang meraih prestasi.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan perilaku terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang sopan dan santun
sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik. Contohnya menggunakan bahasa
yang baik dan santun ketika berbicara dengan orang lain, mengadakan pembelajaran yang
menuntut peserta didik saling berinteraksi, serta guru yang selalu mendengarkan keluh kesah
peserta didik.
14. Cinta Damai
Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan
nyaman atas keberadaanya dalam komunitas atau masyarakat tertentu. Contohnya tidak membuat
ujaran kebencian terhadap orang lain, membiasakan perilaku yang anti kekerasan, menciptakan
suasana kelas yang damai dan menjaganya. 
15. Gemar Membaca
Membiasakan diri untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi,
baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya. Contohnya mengadakan waktu literasi di
sekolah sebelum jam mata pelajaran pertama, memberikan tugas yang memicu peserta didik
untuk mencari referensi, dan mengadakan pembelajaran di perpustakaan yang mengharuskan
peserta didik membaca buku tertentu.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.
Contohnya membiasakan diri untuk mengurangi sampah plastik dengan membawa kotak makan
dan botol minum ke sekolah, menyiapkan tong sampah di depan setiap kelas, pembiasaan hemat
energi, menyediakan alat kebersihan di setiap kelas, dan mengadakan jadwal piket bergantian.
17. Peduli Sosial
Sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain termasuk masyarakat
yang membutuhkan pertolongan. Contohnya menyediakan fasilitas untuk menyumbang di
sekolah, berempati kepada sesama warga sekolah, menggalang dana untuk korban bencana alam
di sekolah ketika terjadi suatu bencana di daerah tertentu atau ketika ada warga sekolah yang
terkena musibah.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan
dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama dengan sebaik-baiknya.
Contohnya selalu melaksanakan ibadah sholat 5 waktu, melaksanakan perintah orang tua,
melaksanakan tugas tanpa harus disuruh terlebih dahulu, melaksanakan tugas piket sesuai dengan
jadwalnya, dan belajar dengan giat sebagai kewajiban bagi seorang pelajar.
Nilai-nilai di atas diharapkan tidak hanya disampaikan lewat mulut saja. Namun, peserta didik
diharapkan dapat mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam setiap kegiatannya. Dengan
begitu, tujuan Indonesia untuk membentuk warga negara yang memiliki karakter bangsa akan
dengan mudah terwujud.
2.5 Pembangunan Karakter Melalui Pembiasaan
Aristotles (Covey, 1997) mengatakan “kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang,
keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebuah kebiasaan”. Karakter kita pada
dasarnya adalah terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan kita. Ada pepatah mengatakan “taburlah
gagasan, tuailah perbuatan; taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan; taburlah kebiasaan, tuailah
karakter; taburlah karakter, tuailah nasib”. Proses pembentukan karakter dapat digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 1. Alur Pembentukan Karakter


Berdasarkan gambar di atas dapat dikatakan bahwa gagasan yang kita ketahui akan kita
implementasikan dalam perbuatan, perbuatan yang terus dilakukan akan menjadi suatu
kebiasaan, kebiasaan yang dilakukan secara berulang akan membentuk suatu karakter. 
Ary Ginanjar dalam buku ESQ mengatakan bahwa pembangunan karakter tidaklah cukup hanya
dengan penetapan misi saja. Hal itu perlu dilanjutkan dengan proses yang terus menerus
sepanjang hidup (Ary, 2007). Pembentukan suatu karakter dalam diri seseorang (peserta didik)
tidaklah cukup dengan mengetahui nilai-nilai karakter apa saja yang akan dilakukan, namun
harus disertai dengan perlakuan terus-menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan yang akan
berujung kepada terbentuknya karakter.
Karakter dapat dipandang sebagai sekelompok kebiasaan yang terkoordinasi, apa yang kita
pikirkan, rasakan, dan kerjakan, dimana suatu tugas dapat terlaksana. Pendapat ini sekiranya
dapat menegaskan bahwa hakikat dari suatu karakter bukanlah hanya pada pemahaman,
melainkan juga metode internalisasi kebiasaan yang diterapkan pada diri setiap individu. Seperti
pandangan tentang penciptaan karakter dari buku Stephen R Covey, pembangunan karakter tidak
cukup hanya dengan mengutarakan apa saja yang harus kita lakukan, namun dibutuhkan sebuah
mekanisme perbuatan yang terarah secara berkesinambungan dan tiada henti.

Anda mungkin juga menyukai