Anda di halaman 1dari 63

BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESA

A. KERANGKA TEORITIS
1. Karakter siswa (Y1)
1.1.Pengertian karakter siswa

Pendidikan karakter bukan sekedar pengetahuan saja, melainkan harus

dilanjutkan dengan upaya menumbuhkan rasa mencintai perilaku yang baik dan

dilakukan setiap hari sebagai pembiasaan. Seseorang yang memiliki pengetahuan

kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak

terlatih untuk melakukan kebaikan tersebut. Dalam kegiatan ini sekolah dapat

mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di

sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat. Mulyasa (2011:8)1

berpendapat bahwa Karakter adalah watak, tabiat, ahlak, atau kepribadian

seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang

di yakini dan di gunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap,

dan bertindak. Menurut Pendidikan karakter dalam Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 dinyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.(UU Sidiknas 2003:3).2

1
Mulyasa, pendidikan karakter, (semarang 2011), hal 8
2
Undang- undang Sidiknas No.20, Tahun 2003 pasal 3, pendidikan Nasional
Berdasarkan pernyataan tersebut, terlihat bahwa tujuan pendidikan

nasional secara keseluruhan adalah pengembangan karakter siswa. Karakter

berarti tabiat atau kepribadian seseorang. Coon (Zubaedi, 2011: 8)3

mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subjektif terhadap kepribadian

seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat

diterima masyarakat. Karakter merupakan keseluruhan kodrati dan disposisi yang

telah dikuasai secara stabil yang mendifinisikan seseorang individu dalam

keseluruhan tata perilaku psikisnya yang menjadikan tipikal dalam cara berfikir

dan bertindak. Zainal dan Sujak (2011: 26)4 menyatakan karakter mengacu pada

serangkaian sikap (attitudes), perilaku (bahaviors), motivasi (motivation), dan

ketrampilan (skills). Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa

karakter merupakan kepribadian yang menjadikan tipikal dalam cara berfikir dan

bertindak yang melekat pada diri seseorang. Karakter terdiri atas tiga perilaku

yaitu:pengetahuan moral, perasaan berlandaskan moral, dan perilaku berlandaskan

moral. Karakter yang baik terdiri atas proses tahu di mana yang baik, keinginan

melakukan yang baik, dan melakukan yang baik.

Pendidikan Karakter Terdapat beberapa pengertian tentang pendidikan

karakter. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya terencana dalam

melaksanakan pendidikan untuk menjadikan peserta didik mempunyai karakter

yang baik. Muclas Samani dan Hariyanto (2011: 46)5 menyatakan pendidikan

karakter adalah upaya terencana menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan

3
Cool Zubaedi. Pendidikan karakter teori dan Aplikasi, (Jakarta:seri pendidikan karakter,
2011) Hal 8
4
Zainal dan Sujak.Pendidikan karakter membangun perilaku positif, (Bandung: Yrama
Widya,2011), hal 26
5
Muclas Samani dan Hariyanto. Pendidikan karakter (semarang 2011) hal 46
mengiternalisasikan nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku takut akan

Tuhan. Mulyasa (2011:9)6 berpendapat pendidikan karakter menekankan pada

keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan. Pendidikan karakter

mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dengan pendidikan budi perkerti. Hal ini

ditunjukan dengan ruang lingkup pelaksanaan yang tidak terbatas pada proses

pembelajaran.

Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk akhlak mulia peserta didik.

Menurut Masnur Muslich (2011: 81)7 tujuan pendidikan karakter adalah

meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada

pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,

terpadu dan seimbang. melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik

mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,

mengkaji dan menginternalisasikan,serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter

dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Dalam penelitian dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter adalah

upaya terencana menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan

mengiternalisasikan nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan

kamil. Dengan adanya pendidikan karakter diharapkan dapat meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian

pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan

seimbang.

Nilai-Nilai Karakter untuk Siswa Nilai-nilai karakter yang dijadikan

sekolah sebagai nilai-nilai utama yang diambil/disarikan dari butir-butir standar

6
Mulyasa, op.cit,Hal 9
7
Masnur Muslich. Pendidikan karakter utuh dan menyeluruh ,(Bandung pustaka 2011) hal
81
kompetensi lulusan dan mata pelajaran yang ditargetkan untuk diinternalisasi oleh

peserta didik. Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas (2010: 9-10)8 nilai-nilai

tersebut antara lain:

a. Nilai karakter dalam hubungan dengan Tuhan (religius) Pikiran, perkataan,

dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai

ajaran agamanya.

b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

1) Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

2) Bertanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),

negara dan Tuhan YME.

3) Bergaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang

baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan

buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas

(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

8
Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas 2010 pasal 9-10
6) Percaya diri Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap

pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

7) Berjiwa wira usaha Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau

berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru,

menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta

mengatur permodalan operasinya.

8) Berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif Berpikir dan melakukan

sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil

baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

9) Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang

lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

10) Ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar.

11) Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

pengetahuan.

c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Sikap tahu dan

mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi 12 milik/hak diri sendiri

dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

2) Patuh pada aturan-aturan sosial Sikap menurut dan taat terhadap aturan-

aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.


3) Menghargai karya dan prestasi orang lain Sikap dan tindakan yang

mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

4) Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun

tata perilakunya ke semua orang.

5) Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak

dan kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan (peduli sosial dan

lingkungan) Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan

pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya upaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin

memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan

1) Nasionalis Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

2) Menghargai keberagaman Sikap memberikan respek/hormat terhadap

berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku,

dan agama. Dari uraian di atas banyak sekali karakter yang harus

dikembangkan. untuk membantu fokus penanaman nilai-nilai utama

tersebut, nilai-nilai tersebut perlu dipilah-pilah atau dikelompokkan

untuk kemudian diintegrasikan pada mata pelajaran-mata pelajaran yang

paling cocok.
Pengembangan Karakter di Sekolah harus dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan. Masnur Muslich (2011: 82)9 menyatakan pembentukan

karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang

melibatkan aspek knowledge, felling, loving, dan action. Lebih lanjut Zainal dan

Sujak (2011: 27)10 menjelaskan bahwa karakter dikembangkan melalui tahap

pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), menuju kebiasaan (habit). Hal ini

berarti, karakter tidak sebatas pada pengetahuan. Seseorang yang memiliki

pengetahuan tentang kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan

pengetahuannya itu kalau tidak terlatih untuk melakukan kebaikan. Karakter

menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri, dengan demikian diperlukan

komponen karakter yang baik yaitu pengetahuan tentang moral, perasaan tentang

moral, dan perbuatan moral. Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas (2010: 13)11

menjelaskan bahwa pengembangan dan pembinaan karakter di sekolah adalah

dilakukan melalui cara sebagai berikut:

a. Pembelajaran Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk

menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang

ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal,

menyadari/peduli, menginternalisasika nilai-nilai, dan menjadikan

perilaku. Zainal dan Sujak (2011: 29-34)12 menyatakan pendidikan

karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalan-

pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya

nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai kedalam tingkah laku peserta

9
Masnur Muslich, op.cit, hal 82
10
Zainal dan Sujak, op.cit, hal 27
11
Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas 2010 pasal 13
12
Zainal dan Sujak,op.cit hal 29-34)
didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di

dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.

b. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler Demi

terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang mendukung

pendidikan karakter, perlu didukung dengan dengan perangkat pedoman

pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka

mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan

ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan

karakter.

c. Alternatif pengembangan dan pembinaan karakter di sekolah sebagai

aktualisasi budaya sekolah. Pada tingkat institusi, pendidikan karakter

mengarah pada pembentukan budaya sekolah. Menurut Masnur Muslich

(2011: 81)13 budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan

citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas. Dengan demikian

diperlukan pengembangan dan pembinaan karakter di sekolah sebagai

aktualisasi budaya sekolah merupakan bagian penting dalam pembentukan

karakter peserta didik agar dapat berjalan efektif.

d. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat Pendidikan karakter

bukan sekedar pengetahuan saja, melainkan harus dilanjutkan dengan

upaya menumbuhkan rasa mencintai perilaku yang baik dan dilakukan

setiap hari sebagai pembiasaan. Seseorang yang memiliki pengetahuan

kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya,

jika tidak terlatih untuk melakukan kebaikan tersebut. Dalam kegiatan ini

13
Masnur Muslich, op.cit 84
sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang

dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat.

Dari berbagai pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan pengertian

karakter adalah merupakan serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan

keterampilan seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan

(virtues) yang di yakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,

berpikir, bersikap, dan bertindak, sehingga ia dapat hidup dan bekerja sama, baik

dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Sejalan dengan itu

karakter siswa PAK harus memiliki kedisiplinan yang tinggi, percaya diri dan

mandiri dalam hidupnya.

1.2.Karakter siswa dalam pandangan Kristiani

Karakter adalah bahasan yang penting, tetapi jarang dibicarakan dan telah

diabaikan, bahkan dikalangan Kristen sekalipun. Dua kemungkinan alasan

pengabaian ajaran ini adalah : (1) Bahasan ini dianggap kurang manarik dibanding

dengan tema doktrinal lainnya. (2) Tidak semua orang suka membahas karakter

karena ini menyangkut wilayah kepribadian. Akibat dari pengabaian ini banyak

orang Kristen yang tidak mengetahui ajaran dari karakter yang sangat penting ini,

padahal Jerry C. Wofford (2012:125)14 telah mengamati bahwa bagi seorang

pemimpin gereja, tidak ada atribut yang lebih penting ketimbang karakter.

Selanjutnya Wofford menjelaskan, Dalam pengajaranNya Yesus sangat

menekankan karakter para muridNya. Surat Paulus kepada Timotius dan Titus

juga berbicara mengenai karakter pemimpin gereja. Karakter itu meliputi kualitas

seperti: integritas, kemurnian moral, kelemah lembutan dan kesabaran. Kualitas

14
Jerry C. Wofford, pendidikan karakter konsep dan implementasi, (Surabaya :karya
utama,2012), hal 125
kepemimpinan dibahas diseluruh Perjanjian Baru. Unsur karakter Kristen sangat

penting sehingga Yesus mengambil waktu khusus untuk mengajarkannya kepada

mereka yang akan memimpin gereja mula-mula (Wofford, J.C, 2001:115-116).15

Menyatakan akibat ketidaktahuan ini, banyak orang Kristen tidak bertumbuh

dalam karakter Kristen yang baik, dan lebih buruk lagi, tetap merasa bertumbuh

padahal tidak.

1. Pengertian karakter kristen

W.J.S Poerwadarminta (2012:56).16 menyebutkan karakter sebagai, tabiat;

watak; sifat-sifat kejiwaan atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

yang lainnya Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Karakter adalah istilah

psikologis yang menunjuk kepada sifat khas yang dimiliki oleh individu yang

membedakannya dari individu lainnya.17 Jadi, pada dasarnya karakter adalah

sifat-sifat yang melekat pada kepribadian seseorang. Sedangkan Kristen adalah

sebutan bagi seseorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan

Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, karakter Kristen disebut juga sifat-sifat

Kristen, yaitu kualitas rohani yang dimiliki seorang kristen.

2. Pembentukan karakter

Setiap pribadi dikenali melalui sifat-sifat (karakter) yang khas baginya.

Pembentukan pribadi mencakup kombinasi dari beberapa unsur yang tidak

mungkin dapat dihindari, yaitu unsur hereditas, unsur lingkungan, dan kebiasaan.

15
Wofford, J.C, Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan, (Yokyakarta: Penerbit ANDI
2001), hal 115-116
16
W.J.S Poerwadarminta, konsep dan model pendidikan karakter, (Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya, 2012), hal 56
17
Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2013), Hal 32
(1) Unsur hereditas adalah unsur-unsur yang dibawa (diwariskan) dari orang tua

melalui proses kelahiran, seperti keadaan fisik, intelektual, emosional,

temperamen dan spiritual; (2) Unsur lingkungan mempunyai peranan dan

pengaruh yang besar dalam membentuk karakter dari pribadi seseorang. Unsur

lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan tradisi dan budaya,

serta lingkungan alamiah (tempat tinggal); (3) Unsur kebiasaan adalah suatu

tindakan atau tingkah laku yang terus menerus dilakukan menjadi suatu keyakinan

atau keharusan. Kebiasaan-kebiasan ini akan turut membentuk karakter.

Secara umum ketiga unsur tersebut membentuk pribadi seseorang. Tetapi,

ada lagi satu unsur yang membedakan orang Kristen dari yang bukan Kristen,

yaitu unsur regenerasi atau kelahiran baru, yang bersifat radikal dan supranatural.

Justru unsur regenerasi ini sangat menentukan dalam pembentukan karakter

Kristen, karena tanpa regenerasi ini kita gagal menyengkan Allah.

1.3.Faktor- faktor yang mempengaruhi karakter siswa

Karakter manusia merupakan sesuatu yang kompleks. menjelaskan

karakter layaknya puzzle, karena menurut mereka untuk menjelaskan karakter

harus menggunakan berbagai teori untuk dapat menjelaskan secara lengkap dan

tuntas. Muchlas & Haryant, Sumani, (2012: 45) merumuskan tujuh faktor yang

dapat mempengaruhi perkembangan karakter, yaitu sebagai berikut.18

1. Faktor Genetik atau Hereditas

Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa sifat atau dimensi

kepribadian merupakan sesuatu yang diwariskan. Berikut ini adalah beberapa teori

kepribadian yang menjelaskan faktor hereditas:

18
Sumani,Muchlas & Haryant, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter,(Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,2012), hal 45
a. Dimensi kepribadian dari Eysenck mengenai psikotisme, neurotikisme, dan

ekstraversi (yang awalnya dikembangkan)

b. Lima faktor model kepribadian dari Costa dan McCrae, yaitu neurotikisme,

extraversi, keterbukaan terhadap pengalaman, kepersetujuan, dan kehati-

hatian.

c. Tiga tepramen dari Buss dan Plomin, yaitu: empsionalitas, aktivitas, dan

sosialitas.

Zuckerman menambahkan bahwa sifat mencari kesenangan (sensasi) pada

mulanya dipengaruhi oleh faktor genetik. Pendekatan genetik berpendapat bahwa

kepribadian sepenuhnya ditentukan oleh bawaan. Meskipun dalam kenyataannya,

predisposisi genetik dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan sosial, terutama

ketika masa anak-anak.

2. Faktor Lingkungan

Menurut Alferd Adler (2008:30), kepribadian dipengaruhi oleh posisi

kelahiran dalam keluarga, situasi sosial dan pengasuhan sebagai fungsi dari

perluasan perbedaan usia antara saudara kandung. Dalam pandangan Adler,

perbedaan lingkungan rumah akan memberikan pengaruh kepada perbedaan

kepribadian setiap individu.19

Sementara Karen Horney (2007:194), percaya bahwa kebudayaan dan

periode waktu tertentu memberikan pengaruh terhadap kepribadian. Horney pun

menyorot perbedaan lingkungan sosial antara anak laki-laki dan perempuan. Ia

berpendapat bahwa perkembangan inferioritas perempuan disebabkan oleh

perlakuan tertentu pada anak perempuan dalam budaya yang didominasi laki-laki

19
Alferd Adler,Bagaimana mendidik anak berkarakter, (Yogyakarta:Tiara Wacana 2008)
hal 30
(patriaki). Sementara perempuan yang dibesarkan dalam budaya matriaki akan

memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda dan harga diri (self esteem) yang

lebih tinggi.20

Fenti Hikmawati (2011:345), percaya bahwa pengaruh kekuatan dan kejadian

dalam sejarah memberi pengaruh yang lebih luas dalam membentuk kepribadian

seseorang.21 Menurut Fahmi Muhammad (2012:22), meskipun faktor genetik

merupakan dasar kepribadian, tetapi lingkungan sosial yang membentuk bahan

dasar tersebut menjadi produk akhir.22 Akhmad (2003:7), berpendapat bahwa

hereditas adalah faktor penting pembentuk kepribadian, tetapi faktor lingkungan

yang pada akhirnya memberikan pengaruh dalam perluasan kepribadian.23

Menurut penjelasan para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

perbedaan lingkungan dan sosial akan berpengaruh terhadap perbedaan

kepribadian antara individu satu dengan lainnya.

3. Faktor Belajar

Faktor belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam setiap aspek

perilaku. Semua kekuatan lingkungan dan sosial yang membentuk kepribadian

ditentukan oleh belajar. setiap fase dalam kepribadian yang diwariskan dapat

dimodifikasi, dikacaukan, dicegah, ditumbuh-suburkan melalui proses belajar.

Menurut B.F.Skinner (2005: 46), berdasarkan hasil kajian Pavlov dan

Watson, penguatan positif successive approximation, perilaku turunan

(superstitious), dan berbagai variabel belajar berkontribusi pada pembentukan

kepribadian, yang oleh Skinner disebut sebagai akumulasi sederhana dari respons

20
Karen Horney, pendidikan karakter anak, (Jakarta :pustaka pelajar,2007 hal 194
21
Fenti Hikmawat, bagaimana mendidikanak berkarakter, (Jakarta: Rajawali Pers,2011),
hal 345
22
Fahmi Muhammad, dasar pendidikan karakter, (Jakarta:ANDY, 2012), hal 22
23
Akhmad, konsep dasar pendidikan karakter, (Semarang:pustaka amani,2003) hal 7
yang dipelajari.24 Pada dasarnya sesuatu yang dipelajari sejak kelahiran dan masa

kanak-kanak, melalui kontrol dapat merubah kehidupan di kemudian hari. Cara

pengasuhan tertentu dapat mendorong perasaan anak-anak untuk berada dalam

kontrol. Dengan demikian gagasan mengenai kontrol adalah dimensi yang

dipelajari dari kepribadian melalui perilaku pengasuhan.

4. Faktor Pengasuhan Orang tua

Freud (2005:78) menekankan faktor pengasuhan sebagai faktor yang sangat

berpengaruh kepada pembentukan kepribadian anak.25 sedangkan Adler

(2005:80)26 memfokuskan kepada konsekuensi dari anak yang merasa tidak

diinginkan atau ditolak oleh orang tuanya. Penolakan orang tua akan

menyebabkan perasaan tidak aman, hidup penuh kemarahan terhadap orang lain,

dan kurang memiliki penghargaan terhadap diri.

Allport dan Cattel (1988: 45)27, juga mengakui faktor orang tua dalam

pembentukan kepribadian. Menurutnya, perasaan aman merupakan kondisi yang

sangat penting bagi perkembangan kepribadian. Cattel melihat bahwa masa bayi

merupakan periode penting dalam pembentukan kepribadian, dan perilaku orang

tua dan saudara kandung akan membentuk karakter anak. Erikson (1988:19),28

berpendapat bahwa hubungan antara ibu dan anak pada tahun pertama kehidupan

sangat penting, terutama dalam membangun kepercayaan terhadap orang lain.

24
B.F.Skinner, pendidikan anak, (Surabaya: CV Agung harapan,2005) hal 46
25
Freud. Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta :Rineka Cipta:2005), hal 78
26
Adler. Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta :Rineka Cipta :2005) hal 80
27
Allport dan Cattel. Psikologi untuk membimbing ( Jakarta : PT.BPK GUNUNG
MULIA.1988), hal 45
28
Erikson. Psikologi untuk membimbing, ( Jakarta: PT.BPK GUNUNG MULIA. 1988),
hal 19
Menurut Maslow (2008:67)29 peran orang tua sangat penting dalam memenuhi

kebutuhan fisiologis dan rasa aman pada dua tahun pertama kehidupan.

Herderlong dan Lopper (2008: 98)30 menyatakan bahwa beberapa penelitian

yang berkaitan dengan pengasuhan menunjukkan bahwa orang tua dapat

meningkatkan perasaan otonomi anak, harapan dan standar yang realistis,

kompetensi dan efikasi diri, serta dapat meningkatkan motivasi instrinsik. Pola

pengasuhan yang positif memiliki efek positif terhadap anak, sementara pola

pengasuhan yang negatif akan memberikan pengaruh yang merusak.

5. Faktor Perkembangan

Freud (2005:82)31 percaya bahwa kepribadian dibentuk dan menetap pada

usia 5 tahun dan akan sulit berubah sesudah usia tersebut. Beberapa ahli teori

kepribadian seperti Cattel, Allport,dan Erikson, (1988:19-45),32 memandang

pentingnya kehidupan masa kanak-kanak meskipun mereka juga setuju bahwa

kepribadian dapat dimodifikasi pada usia selanjutnya.

Apa yang penting dari perubahan kepribadian pada usia dewasa? Jawabannya

terletak pada pengaruh lingkungan dan sosial, dan dalam adaptasi terhadapnya.

Kondisi-kondisi yang terjadi, seperti perubahan dalam kondisi ekonomi, lulus

kuliah, perkawinan dan menjadi orang tua, perceraian, pindah pekerjaan atau

kenaikan pangkat, dan krisis masa setengah baya akan menyebabkan masalah

yang setiap orang dewasa harus menyesuaikan dirinya.

29
Maslow. Psikologi membimbing, ( Jakarta: Rineka Cipata: 2008), hal 67
30
Herderlong dan Lopper,mengasuh anak untuk membentuk kepribadian diri, ( Bandung:
rosdakarya: 2008), hal 98
31
Ibit, hal 82
32
Op. Cit hal 19-45
Mc Adam (1994 : 169),33 berpendapat bahwa perkembangan kepribadian

pada masa dewasa dapat dijelaskan dalam tiga tingkat, yaitu: kecenderungan sifat,

perhatian personal, dan narasi hidup. Kecenderungan sifat (dispositional traits)

adalah sifat yang diturunkan. Perhatian personal merujuk kepada perasaan sadar,

rencana-rencana, dan tujuan-tujuan. Perasaan, rencana, dan tujuan berubah

sepanjang kehidupan sebagai hasil dari bermacam-macam pengaruh. Sementara

naskah hidup berdampak pada pembentukan diri (self), pencapaian identitas, dan

menemukan penyatuan tujuan dalam hidup. Naskah hidup juga berubah sebagai

respons terhadap kebutuhan lingkungan dan sosial.

6. Faktor Kesadaran

Hampir semua teori kepribadian, secara implisit dan eksplisit, menjelaskan

proses kesadaran. Allport percaya bahwa orang yang bukan neurotic,

kesadarannya akan berfungsi dengan cara yang rasional, peduli, dan mampu

mengontrol kekuatan yang memotivasinya. Rogers ( 2003:9),34 berpikir bahwa

orang pada dasarnya rasional, dikuasai oleh kesadaran persepsi dari dalam dirinya

dan pengalaman dunianya. Maslow (2008:70),35 juga mengakui peran kesadaran,

ia mengemukakan kebutuhan kognitif untuk mengetahui dan memahami.

7. Faktor Ketidaksadaran

Freud (2005: 85),36 memperkenalkan kepada kita mengenai dunia tidak sadar;

gudang kesuraman dari ketakutan paling gelap, konflik-konflik, kekuatan yang

berpengaruh pada pemikiran sadar. Ketidaksadaran rasional (rational

unconscious) sering kali merujuk kepada non conscious untuk membedakan

33
Mc Adam. Pola asuh orangtua dalam mengembangkan kepribadian anak, (
Jakarta:Rineka Cipta :1994), hal 169
34
Rogers. Bimbingan dan konseling, (bandung:PT.Refika Aditama: 2003), hal 9
35
Op.cit. hal 70
36
Op.cit. hal 85
dengan unsconcius dari Freud yang sering kali disebut dengan kawah gelap dari

keinginan dan hasrat yang ditekan.

1.4.Upaya-upaya dalam membangun karakter siswa

Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan

dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas

pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan

mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah

dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Peran guru sebagai model atau

contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh

atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua

atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh

masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa

Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh

nilai-nilai Pancasila.

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru

diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang

sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang

dikuasainya.membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya

merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya

dengan baik. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Pada umumnya lembaga formal

adalah tempat yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan,

dan paling mudah untuk membina generasi muda yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu apa sebetulnya sekolah itu? Sekolah

adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktifitasnya

direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum.Tujuan lembaga pendidikan

formal adalah sebagai tempat ilmu pengetahuan,tempat mengembangkan

bangsa,tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa pendidikan itu panting guna

bekal kehidupan di masyarakat.

Peran guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang

dewasa,sebagai pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai.Yang paling utama

ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik yakni sebagai

guru.Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan

yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Sebaliknya harapan harapan

masyarakat tantang kelakuan guru manjadi pedoman bagi guru.Guru-

guru memperhatikan tuntutan masyarakat tentang kelakuan yang layak bagi guru

dan menjadikannya sebagai norma kelakuan dalam segala

situasi sosial.Dalam situasi formal guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas

guru harus sanggup menunjukkan kewibawaan atau otoritasnya,artinya ia harus

mampu mengendalikan ,mengatur,dan mengontrol kelakuan anak.Dengan

kewibawaan ia menegakkan disiplin demi kelancaran dan ketertiban proses

belajar-mengajar Apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau

mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan

pengertian itu yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter

dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika

maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari.37

37
http://zafar14.wordpress.com/2010/04/25/keberhasilan belajar dan sebagai upaya untuk
membangun karakter siswa (diakses 12 sep 2015)
Namun apa yang terjadi di era sekarang? Banyak kita jumpai perilaku para

anak didik kita yang kurang sopan, bahkan lebih ironis lagi sudah tidak mau

menghormati kepada orang tua, baik guru maupun sesama. Banyak kalangan yang

mengatakan bahwa watak dengan watuk (batuk) sangat tipis perbedaannya.

Apabila watak bisa terjadi karena sudah dari sononya atau bisa juga karena

faktor bawaan yang sulit untuk diubah, namun apabila watak = batuk, mudah

disembuhkan dengan minum obat batuk. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jelas hal

ini tidak dapat terlepas adanya perkembangan atau laju ilmu pengetahuan dan

teknologi serta informasi yang mengglobal, bahkan sudah tidak mengenal batas-

batas negara hingga mempengaruhi ke seluruh sendi kehidupan manusia. Tidak

perlu disangsikan lagi, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang harus

melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan

sekolah, masyarakat luas.

Oleh karena itu, membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan

mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda, mulai dari lingkulingan rumah

tangga, sekolah dan masyarakat dengan meneladani para tokoh yang memang

patut untuk dicontoh. Semoga ke depan bangsa kita lebih beradab, maju, sejahtera

kini, esok dan selamanya.Maka dari itu guru memiliki peranan yang penting

dalam membangun karakter bangsa. Peran guru sebagai pendidik (nurturer)

merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan

dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta

tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi

patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan

masyarakat.
Tujuan lembaga pendidikan formal adalah sebagai tempat ilmu pengetahu-

an,tempat mengembangkan bangsa,tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa

pendidikan itu penting guna bekal kehidupan di masyarakat. Di samping itu tidak

kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat

mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat

luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika,

estetika untuk pembentukan karakter. Membangun karakter dan watak bangsa

melalui pendidikan mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda, mulai dari

lingkulingan rumah tangga, sekolah dan masyarakat dengan meneladani para

tokoh yang memang patut untuk dicontoh. Semoga ke depan bangsa kita lebih

beradab, maju, sejahtera kini, esok dan selamanya.Maka dari itu guru memiliki

peranan yang penting dalam membangun karakter bangsa.38

2. Motivasi Belajar PAK siswa (Y2)

2.1. pengertian motivasi belajar PAK

Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik

(2003:158),39 motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang

ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan

pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks.

Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada

diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan

dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.

38
E G.Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985),
Hal. l12
39
Oemar Hamalik. Teori motivasi dan Aplikasi, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta Prasetio:2003)
hal 158
A.M. Sardiman (2005:75)40 motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga

seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan

berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.

Menurut Siti Sumarni (2005: 98),41 motivasi sebagai suatu energi penggerak dan

pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah

laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya.

Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.

Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005:9102),42 motivasi secara harafiah yaitu

sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar,

untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara

psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang

tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya,

atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Menurut (KBBI, 2001:756).43 Motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

E.G. Homrighausen mengatakan: Pendidikan Agama Kristen berpangkal

pada persekutuan umat Tuhan. Dalam perjanjian lama pada hakekatnya dasar-

dasar terdapat pada sejarah suci purbakala, bahwa Pendidikan Agama Kristen itu

40
A.M. Sardiman. Pengertian motivasi belajar, (Jakarta bumi Aksara: 2005) hal 75
41
Siti Sumarni. Peranan motivasi dan kemampuan awal dalam pembelajaran, ( Jakarta
:Grafindo persada:2005) hal 98
42
Op.cit. hal 102
43
Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka:2001) Hal 756
mulai sejak terpanggilnya Abraham menjadi nenek moyang umat pilihan Tuhan,

bahkan bertumpu pada Allah sendiri karena Allah menjadi peserta didik bagi

umat-Nya. 44

Menurut Warner C. Graedorf (2005:21-35).45 PAK adalah Proses

pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus,

dan bergantung kepada Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua

tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini ke arah pengenalan dan

pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek

kehidupan, dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat

pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan pada murid.

Pengertian pendidikan agama Kristen adalah kegiatan politis bersama pada

peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian

pada kegiatan Allah di masa kini kita, pada cerita komunitas iman Kristen, dan

visi kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir diantara kita.


46
John Calvin (1509-1664), PAK adalah pendidikan yang bertujuan

mendidik semua putra-putri gereja agar mereka:

1. Terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan

bimbingan Roh kudus.

2. Mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan gereja.

3. Diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawantahkan pengabdian diri

kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta hidup

44
Op.cit. hal 115
45
Warner C. Graedorf. , motivasi belajar mengajar,(bandung: PT.Rafika: 2005), Hal 21-35
46
John Calvi. Prinsip dan Praktek PAK Penuntun bagi Mahasiswa Teologi dan PAK,
Pelayan Gereja, GuruAgama dan keluarga Kristen, (Yogyakarta : Andi Offset ), Hal.
1509-1664
bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah dan kemuliaanNya sebagai

lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.

2.2.Motivasi belajar PAK dalam pandangan Kristen

Proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat

pada Kristus, dan bergantung kepada Roh Kudus, yang membimbing setiap

pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini ke arah

pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam

setiap aspek kehidupan, dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif,

yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan

pada murid. Sebagaimana yang dinyatakan Rasul Paulus dalam kitab Galatia 6:2,

bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu. Demikinlah kama memenuhi

hukum Kristus. Yang berarti setiap watak dan sifat manusia pastilah

membutuhkan dorongan,desakan dan ransangan dari sesamanya. Manusia dapat

memberikan pertolongan bagi sesamanya dengan berlandaskan pada firman

Tuhan, melalui Rasul Paulus bahwasanya kita sebagai manusia dituntut untuk

saling menolong kepada setiap sesama manusia.47

2.3. jenis-jenis motivasi belajar

Secara umum, motivasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi

instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

1) Motivasi Instrinsik

Hamalik (2004:90),48 berpendapat bahwa motivasi instrinsik adalah

motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan

47
http//maradahutagalung.P2re@boleh.com,pancaran Menurut Alkitab,perkumpulan
Remaja Eksslesia,(diakses 21 Feb 2017)
48
Hamalik. Interaksi dan motivasi belajar mengajar, ( Jakarta: Grafindo persada:2004) hal
90
tujuan-tujuan siswa sendiri. Sedangkan menurut Sardiman (2005:78)49 motivasi

instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsi tidak perlu

dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu. Dengan kata lain, individu terdorong untuk bertingkah laku ke

arah tujuan tetentu tanpa adanya faktor pendorong dari luar. Berdasarkan

pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa motivasi instrinsik

adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari

kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri atau dengan kata lain motivasi

instrinsik tudak memerlukan rangsangan dari luar tetapi berasal dari diri siswa.

Siswa yang termotivasi secara instrinsik dapat terlihat dari kegiatannya

yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena bituh dan ingin

mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Dengan kata lain, motivasi instrinsik

dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan adalah ingin mencapai tujuan

yang terkandung di dalam perbuatan itu sendiri (Sardiman, 2005:83).50 Siswa

yang memiliki motivasi instrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktivitas yang

tinggi dalam belajar.

Motivasi dalam diri merupakan keinginan dasar yang mendorong individu

mencapai berbagai pemenuhan segala kebutuhan diri sendiri. Untuk memenuhi

kebutuhan dasar siswa, guru memanfaatkan dorongan keingintahuan siswa yang

bersifat alamiah dengan jalan menyajikan materi yang cocok dan bermakna bagi

siswa. Menurut Usman (1982 :12),51 motivasi instrinsik timbul sebagai akibat dari

dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain tetapi atas

kemauan sendiri.

49
Ibit hal 78
50
Ibid hal 83
51
Usman. Psikologi pendidikan, (Jakarta: Gramedia,1982) hal 12
Pada dasarnya siswa belajar didorong oleh keinginan sendiri maka siswa

secara mandiri dapat menentukan tujuan yang dapat dicapainya dan aktivitas-

aktivitasnya yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan belajar. seseorang

mempunyai motivasi instrinsik karena didorong rasa ingin tahu, mencapai tujuan

menambah pengetahuan. Dengan kata lain, motivasi instrinsik bersumber pada

kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan

berpengetahuan. Motivasi instrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri, bukan

karena ingin mendapat pujian atau ganjaran.

Guru dapat menggunakan beberapa strategi dalam pembelajaran agar

siswa termotivasi secara instrinsik, yaitu:

1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa sehingga tujuan belajar

menjadi tujuan siswa atau sama dengan tujuan siswa.

2. Memberi kebebasan kepada siswa untuk memperluas kegiatan dan materi

belajar selama masih dalam batas-batas daerah belajar yang pokok.

3. Memberikan waktu ekstra yang cukup banyak bagi siswa untuk

mengembangkan tugas-tugas mereka dan memanfaatkan sumber-sumber

belajar yang ada di sekolah.

4. Kadang kala memberikan penghargaan atas pekerjaan siswa.

5. Meminta siswa-siswanya untuk menjelaskan dan membacakan tugas-tugas

yang mereka buat, kalau mereka ingin melakukannya. Hal ini perlu

dilakukan terutama sekali terhadap tugas yang bukan merupakan tugas

pokok yang harus dikerjakan oleh siswa, kalau tugas dikerjakan dengan

baik.
2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik berbeda dari motivasi instrinsik karena dalam motivasi

ini keinginan siswa untuk belajar sangat dipengaruhi oleh adanya dorongan atau

rangsangan dari luar. Dorongan dari luar tersebut dapat berupa pujian, celaan,

hadiah, hukuman dan teguran dari guru. Menurut Sardiman (2006:87)52 motivasi

ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya

rangsangan atau dorongan dari luar. Bagian yang terpenting dari motivasi ini

bukanlah tujuan belajar untuk mengetahui sesuatu tetapi ingin mendapatkan nilai

yang baik, sehingga mendapatkan hadiah.

Motivasi instrinsik juga diperlukan dalam kegiatan belajar karena tidak

semua siswa memiliki motivasi yang kuat dari dalam dirinya untuk belajar. Guru

sangat berperan dalam rangka menumbuhkan motivasi ekstrinsik. Pemberian

motivasi ekstrinsik harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, karena jika siswa

diberikan motivasi ekstrinsik secara berlebihan maka motivasi instrinsik yang

sudah ada dalam diri siswa akan hilang. Motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan

motivasi instrinsik, sehingga motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dalam

pembelajaran.

Dimyanti (2006: 124),53 mengemukakan bahwa motivasi ekstrinsik dapat

berubah menjadi motivasi instrinsik jika siswa menyadari pentingnya belajar.

Motivasi ekstrinsik juga sangat diperlukan oleh siswa dalam pembelajaran karena

adanya kemungkianan perubahan keadaan siswa dan juga faktor lain seperti

kurang meneriknya proses belajar mengajar bagi siswa. Motivasi ekstrinsik dan

52
Op.cit. hal 87
53
Dimyanti. Pengertian motivasi belajar, (Jakarta bumi Aksara:2006) hal 124
instrinsik harus saling menambah dan memperkuat sehingga individu dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.4.Faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

1. Faktor Internal (yang berasal dari diri siswa sendiri)

1.1.Faktor Fisik

Faktor fisik yang dimaksud meliputi : nutrisi (gizi), kesehatan, dan fungsi-

fungsi fisik (terutama panca indera). Kekurangan gizi atau kadar makanan akan

mengakibatkan kelesuan, cepat mengantuk, cepat lelah, dan sebagainya. Kondisi

fisik yang seperti itu sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa di sekolah.

Dengan kekurangan gizi, siswa akan rentan terhadap penyakit, yang menyebabkan

menurunnya kemampuan belajar, berfikir atau berkonsentrasi. Keadaan fungsi-

fungsi jasmani seperti panca indera (mata dan telinga) dipandang sebagai faktor

yang mempengaruhi proses belajar. Panca indera yang baik akan mempermudah

siswa dalam mengiti proses belajar di sekolah.

1.2.Faktor Psikologis

Faktor psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau

menghambat aktivitas belajar pada siswa. Faktor yang mendorong aktivitas

belajar menurut Arden N. Frandsen (Farozin, 2011 :48)54 adalah sebagai berikut :

1. Rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia (lingkungan) yang lebih luas,

2. Sifat kreatif dan keinginan untuk selalu maju,

3. Keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru, dan teman-

teman,

54
Arden N. Frandsen. Faktor yang mempengaruhi belajar, (Farozin:2011) hal 48
4. Keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha yang baru

5. Keinginan untuk mendapat rasa aman apabila menguasai pelajaran,

6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari proses belajar.

Sedangkan faktor psikis yang menghambat adalah sebgai berikut :

1. Tingkat kecerdasan yang lemah

2. Gangguan emosional, seperti : merasa tidak aman, tercekam rasa takut,

cemas, dan gelisah.

3. Sikap dan kebiasaan belajar yang buruk, seperti : tidak menyenangi mata

pelajaran tertentu, malas belajar, tidak memiliki waktu belajar yang

teratur, dan kurang terbiasa membaca buku mata pelajaran. Kedua faktor

yang telah dipaparkan merupakan faktor dari dalam diri siswa yang dapat

mempengaruhi motivasi belajar.

2. Faktor Eksternal (yang berasal dari lingkungan)

2.1.Faktor Non-Sosial

Faktor non-sosial yang dimaksud, seperti : keadaan udara (cuaca panas

atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas

sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar. Ketika semua

faktor dapat saling mendukung maka proses belajar akan berjalan dengan baik.

2.2.Faktor Sosial

Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua), baik

yang hadir secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara). Proses

belajar akan berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan cara yang

menyenangkan, seperti bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa,


serta selalu membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat dirumah

siswa tetap mendapat perhatian dari orang tua, baik perhatian material dengan

menyediakan sarana dan prasarana belajar guna membantu dan mempermudah

siswa belajar di rumah.

Motivasi belajar memiliki peranan yang penting dalam mendorong

kesuksesan belajar pada siswa. Pendidik dan konselor perlu melakukan upaya

untuk mendorong semangat siswa dalam belajar. Terdapat berbagai faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar siswa. Tidak semua siswa memiliki motivasi

belajar tinggi. Beberapa rumusan tentang faktor penyebab motivasi belajar dapat

ditemukan dalam berbagai data jurnal penelitian. Menurut Grolnick dan Ryan,

1989 :48)55 dukungan pribadi dari orang tua merupakan aspek praktis, dimana

orang tua membantu anak untuk belajar menyelesaikan masalah (problem

solving), membicarakan tentang kepercayaan diri yang mereka miliki tentang

kemampuannya, serta mendorong anak untuk mengembangkan ide dan opini

mereka.

Pada proses pendidikan, motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan dengan

adanya : guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling/konselor, pimpinan

sekolah, dan semua komponen sekolah yang akomodatif, orang tua dan anggota

keluarga yang mendukung kegiatan belajar siswa, metode pembelajaran yang

sesuai, materi pelajaran yang diberikan sesuai dengan seharusnya dipelajari dan

dikuasai siswa, dan penggunaan media pembelajaran.

55
Grolnick dan Ryan. Psikologi perkembangan,(Jakarta:CV.Mutiara, 1989) hal 48
Konselor atau Guru memiliki tanggung jawab yang sama seperti guru

mata pelajaran dan semua personil sekolah yang terkait dengan peningkatan

motivasi belajar siswa. Konselor dapat dengan rutin mengadakan pertemuan

dengan orang tua, guna sharing mengenai perkembangan anak pada saat di rumah,

mengingat motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan

ekternal, maka orang tua/keluarga menjadi bagian terkait yang tidak dapat

dipisahkan dalam motivasi belajar siswa di sekolah. Sehingga orang tua memiliki

andil yang sama seperti semua personel sekolah dalam peningkatan motivasi

belajar.

2.5 Upaya-upaya dalam meningkatkan motivasi belajar

Menurut makmur Abin (2003:4-40),56 upaya menigkatkan motivasi belajar yaitu:

1. Gunakan metode dan kegiatan yang beragam

Melakukan hal yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan kebosanan

dan menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan cenderung akan

mengganggu proses belajar. Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan

termotivasi. Sesekali mencoba sesuatu yang berbeda dengan menggunakan

metode belajar yang bervariasi di dalam kelas. Cobalah untuk membuat

pembagian peran, debat, transfer pengetahuan secara singkat, diskusi, simulasi,

studi kasus, presentasi dengan audio-visual dan kerja kelompok kecil.

56
Makmun Abin. Upaya-upaya membangkitkan belajar,( Bandung : PT Remaja Rosda
Karya: 2003) hal 4 -40
2. Jadikan siswa peserta aktif

Pada usia muda sebaiknya diisi dengan melakukan kegiatan, berkreasi,

menulis, berpetualang, mendesain, menciptakan sesuatu dan menyelesaikan suatu

masalah. Jangan jadikan siswa peserta pasif di kelas karena dapat menurunkan

minat dan mengurangi rasa keingintahuannya. Gunakanlah metode belajar yang

aktif dengan memberikan siswa tugas berupa simulasi penyelesaian suatu masalah

untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar. Jangan berikan jawaban apabila

tugas tersebut dirasa sanggup dilakukan oleh siswa.

3. Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai

Buatlah proses belajar yang cocok dengan siswa dan sesuai minat mereka

sehingga menarik karena mereka dapat melihat tujuan dari belajar. Buatlah tugas

yang menantang namun realistis. Realistis dalam pengertian bahwa standar tugas

cukup berbobot untuk memotivasi siswa dalam menyelesaikan tugas sebaik

mungkin, namun tidak terlalu sulit agar jangan banyak siswa yang gagal dan

berakibat turunnya semangat untuk belajar.

4. Ciptakan suasana kelas yang kondusif

Kelas yang aman, tidak mendikte dan cenderung mendukung siswa untuk

berusaha dan belajar sesuai minatnya akan menumbuhkan motivasi untuk belajar.

Apabila siswa belajar di suatu kelas yang menghargai dan menghormati mereka

dan tidak hanya memandang kemampuan akademis mereka maka mereka

cenderung terdorong untuk terus mengikuti proses belajar.


5. Berikan tugas secara proporsional

Jangan hanya berorientasi pada nilai dan coba penekanan pada penguasaan

materi. Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak selalu bisa disetarakan

dengan nilai. Hal tersebut dapat menurunkan semangat siswa yang kurang mampu

memenuhi standar dan berakibat siswa yang bersangkutan merasa dirinya gagal.

Gunakan mekanisme nilai sepelunya, dan cobalah untuk memberikan komentar

atas hasil kerja siswa mulai dari kelebihan mereka dan kekurangan mereka serta

apa yang bisa mereka tingkatkan. Berikan komentar Anda secara jelas. Berkan

kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki tugas mereka apabila mereka merasa

belum cukup. Jangan mengandalkan nilai untuk merombak sesuatu yang tidak

sesuai dengan Anda.

6. Libatkan diri Anda untuk membantu siswa mencapai hasil

Arahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam proses belajar

mengajar, jangan hanya terpaku pada hasil ujian atau tugas. Bantulah siswa dalam

mencapai tujuan pribadinya dan terus pantau perkembangan mereka.

7. Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar

Jangan biarkan siswa berjuang sendiri dalam belajar. Sampaikan pada mereka

apa yang perlu dilakukan. Buatlah mereka yakin bahwa mereka bisa sukses dan

bagaimana cara mencapainya.

8. Hindari kompetisi antarpribadi

Kompetisi bisa menimbulkan kekhawatiran, yang bisa berdampak buruk bagi

proses belajar dan sebagian siswa akan cenderung bertindak curang. Kurangi

peluang dan kecendrungan untuk membanding-bandingan antara siswa satu


dengan yang lain dan membuat perpecahan diantara para siswa. Ciptakanlah

metode mengajar dimana para siswa bisa saling bekerja sama.

9. Berikan Masukan

Berikan masukan para siswa dalam mengerjakan tugas mereka. Gunakan kata-

kata yang positif dalam memberikan komentar. Para siswa akan lebih termotivasi

terhadap kata-kata positif dibanding ungkapan negatife. Komentar positif akan

membangun kepercayaan diri. Ciptakan situasi dimana Anda percaya bahwa

seorang siswa bisa maju dan sukses di masa datang.

10. Hargai kesuksesan dan keteladanan

Hindari komentar negatif terhadap kelakuan buruk dan performa rendah yang

ditunjukan siswa Anda, akan lebih baik bila Anda memberikan apresiasi bagi

siswayang menunjukan kelakuan dan kinerja yang baik. Ungkapan positif dan

dorongan sukses bagi siswa Anda merupakan penggerak yang sangat berpengaruh

dan memberikan aspirasi bagi siswa yang lain untuk berprestasi.

11. Antusias dalam mengajar

Antusiasme seorang guru dalam mengajar merupakan faktor yang penting

untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Bila Anda terlihat bosan dan

kurang antusias maka para siswa akan menunjukkan hal serupa. Upayakan untuk

selalu tampil baik, percaya diri dan antusias di depan kelas.

12. Tentukan standar yang tinggi (namun realisitis) bagi seluruh siswa

Standar yang diharapkan oleh para guru terhadap siswanya memiliki dampak

yang signifikan terhadap performa dan kepercayaan diri mereka. Bila Anda

mengharapkan seluruh siswa untuk termotivasi, giat belajar dan memiliki minat

yang tinggi, mereka cenderung akan bertindak mengikuti kehendak Anda. Anda
harus yakin bahwa Anda mampu memberikan motivasi tinggi pada siswa. Pada

awal tahun ajaran baru Anda harus menggunakan kesempatan agar seluruh siswa

memiliki motivasi yang tinggi.

13. Pemberian penghargaan untuk memotivasi

Pemberian penghargaan seperti nilai, hadiah dsb, mungkin efektif bagi

sebagian siswa (biasanya bagi anak kecil) namun metode ini harus digunakan

secara hati-hati karena berpotensi menciptakan kompetisi. Namun demikian,

penggunaan metode ini dapat melahirkan motivasi internal.

14. Ciptakan aktifitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas

Buatlah aktifitas yang melibatkan siswa dengan kawan-kawan mereka dalam

satu kelas. Hal ini akan membagi pengetahuan, gagasan dan penyelesaian tugas-

tugas individu siswa dengan seluruh siswa di kelas tersebut.

15. Hindari penggunaan ancaman

Jangan mengancam siswa Anda dengan kekerasan, hukuman ataupun nilai

rendah. Bagi sebagian siswa ancaman untuk memberi nilai rendah mungkin

efektif, namun hal tersebut bisa memicu mereka mengambil jalan pintas

(mencontek).

16. Hindarilah komentar buruk

Gunakanlah komentar yang positif dan perilaku yang baik. Banyak siswa yang

percaya diri akan performa dan kemampuan mereka. Jangan membuat pernyataan

yang negatif kepada para siswa di kelas Anda berkaitan dengan prilaku dan

kemampuan mereka. Anda harus selektif dalam menggunakan kata-kata dan

berbicara dalam kelas. Apabila tidak hati-hati, kepercayaan diri siswa Anda akan

mudah jatuh.
17. Kenali minat siswa-siswa Anda

Para siswa mungkin berada dalam satu kelas, namun mereka memiliki

kepribadian yang berbeda-beda. Pahamilah siswa Anda, bagaimana tanggapan

mereka terhadap materi dan apa minat,cita-cita, harapan dan kekhawatiran

mereka. Pergunakanlah berbagai contoh dalam pembelajaran Anda yang ada

kaitannya dengan minat mereka untuk membuat mereka tetap termotivasi dalam

belajar.

18. Peduli dengan siswa-siswa Anda

Para siswa akan menunjukkan minat dan motivasi pada para guru yang

memiliki perhatian. Perlihatkan bahwa Anda memandang para siswa sebagai

layaknya manusia normal dan perhatikan bahwa mereka mendapatkan proses

pembelajaran dan bukan hanya sekedar nilai karena hal tersebut tercermin pada

kemampuan Anda sebagai seorang guru. Cobalah membangun hubungan yang

positif dengan para siswa dan coba kenali mereka sebagaimana Anda

memperkrnalkan diri Anda pada mereka. Sebagai contoh, ceritakanlah kisah anda

ketika anda masih menjadi siswa.

2.6.Manfaat adanya motivasi dalam pembingbing PAK

a. Menyadarkan kedudukan belajar, proses, dan hasil akhir.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar.

c. Mendongkrak semangat belajar siswa.

d. Mengarah kegiatan belajar sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa

dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak bersenda gurau.


3.Bimbingan orangtua dalam 1 korintus 13:4-5 (X)

3.1.Eksposisi 1 korintus 13:4-5

A. Kota Korintus

A.1. Secara Geografis

Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, merupakan kota metropolitan

Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Terletak di tempat yang strategis

dan penting, yaitu terletak di tengah, yang menjembatani Yunani Utara

denganPeloponesus. Letaknya ialah di antara Teluk Korintus dan Teluk

Sardonis(bagian selatan negara Yunani).57 Oleh karena di sebelah timur dan barat

teluk itu terbentang laut, maka Korintus menjadi pusat perdagangan antara negara-

negara timur dan barat. Sekaligus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya

secara materi dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota

ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.Kota itu mempunyai dua

pelabuhan, yang satu menghadap ke timur, danyang lain menghadap ke barat,

yakni Lekheum, 2,5 km sebelah barat di teluk Korintus, yang dihubungkan

dengan kota Korintus oleh tembok-tembok yang panjang; dan Kengkrea, 14 km

sebelah timur. Hampir semua kapal, baik kapal perang maupun kapal perdagangan

harus melewati kota itu.Segi lain yang menarik bagi penghuninya adalah

pegunungan Akro Korintusyang berwarna coklat yang menjulang 1.875 kaki (566

m) di belakang kotaitu. Batu karang yang curam, dengan puncaknya yang datar ini

berfungsi sebagai menara pengintai untuk mengawasi musuh. Juga merupakan

57
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008,
hlm. 154
suatu tempat pengungsian. Nama Korintus berasal dari tempat itu. Korintus berarti

pengawasan atau penjagaan.58

A.2 Secara Historis dan Politis

Kota Korintus dibinasakan oleh tentara Romawi pada tahun 146 SM.

Dibawah pimpinan panglima Mummius, disebabkan karena Korintus

mempelopori suatu pemberontakan orang Yunani melawan orang Romawi.Setelah

sekitar 100 tahun ditinggalkan sebagai puing-puing oleh Romawi,maka antara

tahun 4450 S.M Kaisar Yulius membangun kembali kota itu.Tidak lama sesudah

dimusnahkan, Korintus dijadikan ibukota propinsiAkhaya (Kis. 18:12). Sebabnya

ialah bahwa Korintus dianggap strategis baik dari segi militer maupun dari segi

perdagangan.Kota Korintus tetap menjadi kota penting hingga tahun 1.458 M

ketika direbut oleh Turki. Pada tahun 1.558 M kota itu dimusnahkan oleh

gempa bumi yang dahsyat dan tidak dibangun kembali. Orang-orang yang terluput

membangun kotanya di pantai teluk Korintus yang berada beberapa kilometer ke

sebelah timur laut.

A.3 Segi Agama

Pengaruh agama terhadap penduduk Korintus sangat kuat,

bahkan agamalah yang akhirnya menyebabkan kejahatan mereka bertambah-

tambah. Mereka menyembah dewi Aproditus, disediakan seribu perempuan

sundal yang dianggap keramat dan melayani hawa nafsu para penyembah.

Maka kotaKorintus sangat strategis untuk pekabaran Injil. Penduduknya cerdik

pandai(oleh karena pengaruh ilmu pengetahuan Yunani), cukup kaya, oleh karena

usaha dagang, tetapi bermoral buruk. Tentunya Paulus memandang Korintus

58
Barrett, C. K. The Second Epistle to the Corintians. Harper`s New Testament
Commentariaes. New York: Harper & Row, 1973, pg. 198
sebagai kota yang sangat membutuhkan Injil, tetapi juga sebagai pusat untuk

pekabaran Injil melalui perantaraan penduduknya yang selalu bepergian.Dengan

adanya agama yang demikian, maka Korintus juga disebut kota kenajisan

danKota Main Korintusyang berarti kota untuk berbuat zinah.

A.4 Penduduk Kota Korintus

Kota Korintus banyak dihuni oleh para pendatang dari orang

Romawi,orang Yunani asli dan orang-orang dari bangsa-bangsa Timur, termasuk

orang Yahudi (Kis. 18:4) cukup besar, kerana mereka mempunyai

Sinagoge(rumah ibadah). Menurut hukum Yahudi harus ada paling sedikit 10

kepala keluarga untuk membangun Sinagoge.59

B. Jemaat Korintus

Jemaat di Korintus didirikan pada waktu Perjalanan Misi Paulus yang

kedua(Kis. 18:1-17). Waktu itu Paulus tinggal kurang lebih 1,5 tahun di

sana(sekitar tahun 50 M s/d 51 M). Paulus tinggal di rumah Akwila dan

Priskiladan mulai mengabarkan Injil di rumah ibadat orang Yahudi setiap hari

Sabat. (Kis. 18:4).Setelah mengalami pertentangan dari orang Yahudi, Paulus

menaruh perhatian kepada bangsa-bangsa lain dengan mengadakan kebaktian

rumah tangga di sebuah rumah (TitiusYustus) yang berdampingan dengan

rumahibadat. Banyak orang menjadi percaya, termasuk juga kepala rumah

ibadat.Sebagaimana disebutkan dalam Kis. 18:8 bahwa banyak orang

Korintus,yang mendengar pemberitaan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri

dibaptis.

59
Baxter, Sidlow. Menggali Isi Alkitab 4. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982, hlm. 89-96
Dalam pelayanan itu Paulus mengalami banyak bahaya dan pergumulan,

khususnya dari pihak Yahudi. Tetapi Tuhan menguatkan diamelalui suatu

penglihatan (Kis. 18:9-).Setelah selama satu setengah tahun ia tinggal di Korintus,

Paulus meninggalkan Korintus sudah ada satu jemaat yang mandiri. Kebanyakan

anggota jemaatnya berlatar belakang agama kafir. Umumnya mereka berasal dari

tingkat sosial rendah seperti budak dan karyawan (1 Kor. 1:26).Ada juga dari

kalangan atas, seperti Krispus (kepala rumah ibadah Yahud Kis. 18:8) dan

Erastus, bendahara negri yang mengirim salam kepada jemaat di Roma ketika

Paulus menulis surat Roma di Korintus (Roma16:23). Kemudian Apolos melayani

mereka.

C. Penulis Surat 1 Korintus

Setidaknya ada dua bukti bahwa penulis surat 1 Korintus adalah Rasul

Paulus.Pertama, bukti internal. Dari pernyataannya sendiri ini tak perlu diragukan

lagi bahwasannya penulisnya adalah Paulus,Dari Paulus yang oleh kehendak

Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus dan dari Sostenes saudara kita(1

Kor. 1:1)

Kedua, bukti eksternal, di mana beberapa tokoh sejarah gereja yang mengakui

kebenaran ini antara lain Clement dari Roma (kira-kira tahun 94M), Ignatius (110

M), Polykarpus (yang mati syahit sekitar tahun 156 M), bidat Marcion (150 M).60

D. Waktu dan Tempat Penulisan

Surat 1 Korintus ditulis Rasul Paulus menjelang akhir persinggahannya di

Efesus, karena ia telah menyusun rencana untuk meninggalkan Asiadan

mengadakan perjalanan kunjungan yang lebih lama ke Makedonia dan Akhaya

60
Tenney, Merril C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2003, hlm. 116
(1 Kor. 16:5-7). Kemungkinan ditulis selama musim dinginatau musim gugur,

karena ia berbicara mengenai tinggal di Efesus hinggahari Pentakosta, kira-kira

tahun 55 Masehi.61

E. Penerima Surat 1 Korintus

Bukti otentik yang tertulis dalam 1 Korintus 1:2, menunjukkan bahwa

secara khusus penerima surat 1 Korintus adalah jemaat Allah di Korintusdan

secara umum surat ini ditujukan bagi semua orang yang percayadi seluruh dunia

yang kepada Yesuskepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang

dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus,

dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita

Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.

F. Penulisan Surat Korintus

Selama satu setengah pelayanannya di Korintus, Paulus, banyak

mengalami berbagai tantangan dan bahaya serta pergumulan khususnya dari pihak

orang-orang Yahudi. Kendatipun demikian banyak yang percaya kepadaYesus.

Pada saat Paulus meninggalkan Korintus, sudah ada satu jemaatyang mandiri; di

mana pelayanannya dilanjutkan oleh Apolos.Selanjutnya, bagaimana hubungan

Paulus dengan mereka?Berdasarkan beberapa ayat yang tersebut di bawah ini,

menunjukkan bahwaPaulus tetap peduli melayani mereka. Berikut hubungan

Paulus dengan jemaat Korintus.

1. Paulus menulis surat yang sekarang disebutSurat yang

Terdahulu.Meskipun surat itu sudah hilang sekarang, namun dari 1 Kor.

61
Hakh, Samuel B. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengatar dan Pokok-pokok Teologisnya
.Bandung: Bina Media Informasi, 2010, hlm. 132-137
5:9-11dapat dilihat bahwa isinya berupa nasehat Paulus tentang orang-

orangyang bermoral buruk.

2. Paulus mendengar bahwa jemaat Korintus salah faham tentang isi

Suratyang Terdahulu itu, dan pada waktu yang sama Paulus juga

menerima laporan yang dibawakan oleh orang-orang dari keluarga

Kloe. Makadia menulis surat lagi, yang sekaranng kita kenal

sebagaiSurat 1 Korintus.

3. Paulus kemudian mendengar laporan-laporan lagi yang kurang baik

tentang keadaan jemaat Korintus, maka dia mengadakan kunjungan

kesana, yang ternyata menjadi suatu pengalaman pahit bagi Paulus(maka

disebutKunjungan Dukacita) 2 Kor. 2:1.

4. Sepulang dari Korintus, dengan hati yang sedih Paulus menulis surat lagi

yang cukup keras isinya (2 Kor. 2:3,4) disebutSurat yang Berat, dan

sekarang sudah hilang.

5. Setelah mendengar berita bahwa jemaat Korintus menerima Surat yang

Berat itu dengan sikap yang baik, Paulus menulis surat yang kita kenal

sekarang sebagaiSurat 2 Korintus.

6. Ada kemungkinan Paulus sekali lagi mengunjungi Korintus untuk ketiga

kalinya, yaitu waktu dia sedang pergi ke Yerusalem, dimana akhirnya dia

ditangkap dan ditahan.

G. Ciri Khas Surat 1 Korintus

Lima ciri utama yang menandai surat 1 Korintus adalah sebagai berikut:

1. Bila dibandingkan dengan kitab-kitab lain dalam Perjanjian Baru,surat ini

memiliki kekhususan, yakni lebih focus pada berbagai persoalan. Dalam


menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus,Paulus memberikan

prinsip rohani yang jelas dan kekal, di mana setiap prinsip itu dapat

diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat(mis. 1Kor 1:10; 1Kor

6:17,20; 1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32;1Kor 14:1-10; 1Kor

15:22-23).

2. Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh

Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang

perpecahan,Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.

3. Surat ini berisi pengajaran tentang berbagai pokok penting

seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (1Kor 7:1-40);

PerjamuanKudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan

bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan

bersama (1Kor12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (1Kor 13:1-13);

dan kebangkitan tubuh (1Kor 15:1-58).

4. Surat ini memberikan hikmat bagi para gembala sidang berhubungan

dengan disiplin gereja (1Kor 5:1-13).

5. Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh

mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan

tidak berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor. 6:9-

10;1Kor .9:24-27;1Kor.10:5-12,20-21;1Kor.15:1-2).

H. Apakah KASIH itu?

Ini bukan rasa cinta, bukan juga suatu perasaan enak yang naik turun pada

tulang punggung seseorang yang sedang bersama-sama dengan

kekasihnya. Tetapi yang dimaksudkan kasih dalam fasal 13 ini adalah kasih
seperti yang dinyatakan dalam Yoh 3:16; 1 Yoh 4:8-11, yakni seperti yang

dicontohkan oleh Allah kepada manusia di mana Ia rela mengorbankan AnakNya

untuk kebaikan kita.Yesus Kristus relamengorbankan diriNya, menderita secara

mengerikan dan bahkan relamati di atas kayu salib untuk kita yang berdosa. Itulah

kasih. Pernyataan Alkitab yang paling sederhana tentang Allah ialah Allah

adalah kasih(1 Yoh 4:16).62

a.Sifat-sifat kasih (13:4-5)

1. Sabar ( 1 3 : 4 ), Maksudnya adalah kesanggupan untuk menanggung

gangguan orang lain dan kebencian orang lain yang berulang kali tanpa

marah.Kasih mengutamakan kebaikan orang lain dan tidak membalas

(Roma 12:17; Mat 5:39). Stefanus menyatakan sifat ini ketika ia dibunuh.

Pada waktuia berkata:Tuhan janganlah tanggungkan dosa ini kepada

mereka(Kis 7:60).Tuhan Yesus pun berbuat demikian ketika Ia berseru

di atas kayu salib:Ya bapa, ampunilah mereka(Luk 23:34).

2. Murah Hati (13:4), Murah hati adalah imbangan sifat sabar. Murah hati

menginginkan kebaikan orang lain dan berusaha mewujudkannya. Kata

kerja chrsteuomai (LAI:TB murah hati) hanya muncul sekali di

Alkitab, walaupun kata benda chrstots maupun kata sifat chrstos

muncul berkali-kali. Berdasarkan pemunculan kata kerja chrsteuomai di

luar Alkitab (Keb. Sal. 9:6) dan kata benda chrstots maupun kata sifat

chrstos di Alkitab, kita sebaiknya menerjemahkan chrsteuomai dengan

berbuat baik (bdk. semua versi Inggris kind).

62
V.C.Pfitzner. Kesatuan dalam Kepelbagaian: Tafsiran atas Surat 1 Korintus. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2000, hlm. 25
Kebaikan apa yang dimaksud Paulus di sini? Walaupun kata

chrsteuomai/chrstots/chrstos bisa mengandung makna yang cukup

luas (merujuk pada segala macam kebaikan, LXX Mzm 30:20; 37:3;

65:11; Rom 3:12), tetapi Paulus tampaknya secara khusus memikirkan

kebaikan yang berhubungan dengan pengampunan dosa dan keselamatan

kita. Sama seperti di 1 Korintus 13:4, di Roma 2:4 Paulus juga

menghubungkan kesabaran (makrothymia) dan kebaikan (chrstots dan

chrstos). Di Roma 2:4 konteksnya adalah kebaikan Allah yang

dimaksudkan untuk pertobatan. Dalam tulisan-tulisannya yang lain, Paulus

juga seringkali menggunakan kata chrstots atau chrstos dalam kaitan

dengan keselamatan kita (Rm 11:22; Ef 2:7; Tit 3:4-5).Setiap kali kita

memikirkan keselamatan yang sudah dikaruniakan Allah secara cuma-

cuma kepada kita, kita didorong untuk menunjukkan kebaikan yang sama.

Tidak cukup bagi kita untuk sekadar bersabar terhadap mereka yang

berbuat salah kepada kita (makrothymei). Kita juga perlu menunjukkan

kebaikan kepada mereka (chrsteuomai). Pada abad permulaan, wujud

kasih ini sempat menjadi karakteristik orang-orang Kristen. Bapa gereja

Tertulianus mencatat bahwa orang-orang kafir sering menyebut

kekristenan dengan istilah chrstiani (terdiri dari kelemah lembutan atau

kebaikan), bukan hanya christiani. Apakah kita sudah kehilangan ciri khas

ini? Teladan utama tentang hal ini adalah Tuhan sendiri.Maukah egkau

menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaran dan kelapangan

hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah

menuntunengkau kepada pertobatan?(Roma 2:4) bdk Tit 3:4-5;


Mat11:30. Kata enakadalah kata yang diterjemahkan dengan

istilahmurah hatipada1 Kor 13:4.

3. Tidak Cemburu (13:4) Kata zlo (LAI:TB cemburu) bisa mengandung

arti yang positif maupun negatif, tergantung pada konteks pemakaiannya.

Dalam makna yang positif, zlo merujuk pada kesungguhan atau

semangat untuk melakukan sesuatu, misalnya mengupayakan karunia

rohani yang lebih penting (12:31; 14:1, 39). Paulus sendiri cemburu

kepada jemaat Korintus pada saat ia berusaha menyelamatkan mereka dari

para pengajar sesat (2 Kor 11:2). Di tempat lain ia menyinggung tentang

semangat untuk menarik orang lain pada kebenaran secara konsisten (Gal

4:18).Dalam arti yang negatif, zlo lebih tepat dipahami sebagai iri hati.

Dalam Perjanjian Baru kata ini dikenakan pada saudara-saudara Yusuf

yang menjual dia ke Mesir (Kis 7:9), orang-orang Yahudi di Tesalonika

yang hendak mengadili Paulus dan Silas (Kis 17:5), dan dua belas suku di

perantauan yang saling berkelahi dan membunuh demi kepuasan hawa

nafsu (Yak 4:2).

Mayoritas versi secara tepat menerjemahkan zlo di 1 Korintus 13:4 dengan

iri hati (KJV/ASV/NIV/ESV; kontra RSV/NASB). Keirihatian telah memicu

perselisihan di antara jemaat Korintus (3:3). Tindakan orang-orang kaya yang

menghina orang-orang miskin (11:21-22) bisa memicu keirihatian. Dalam hal ini

kita sebaiknya membedakan antara kecemburuan (jealousy) dan keirihatian

(envy). Kecemburuan berarti menuntut apa yang menjadi hak kita. Contohnya

adalah kecemburuan Paulus terhadap jemaat Korintus yang mudah diperdaya oleh

para guru palsu, karena mereka telah dipertunangkan dengan Kristus (2 Kor 11:2).
Allah juga bisa cemburu kepada kita apabila kita berubah setia, karena Ia

sudah mengaruniakan Roh-Nya ke dalam hati kita (Yak 4:5). TUHAN pun

cemburu kepada tanah-Nya (Yl 2:18).Iri hati berarti menuntut apa yang bukan

menjadi milik atau hak kita. Takkala kita marah melihat orang lain mendapatkan

sesuatu yang baik, hal itu membuktikan keirihatian dalam diri kita (Mat 20:15).

Waktu kita kesal melihat orang lain berhasil (apalagi jika melalui cara-cara yang

tidak baik), maka kita juga telah bertindak iri kepada dia (Ams 3:31; 24:19).

Ketika kita mementingkan diri sendiri tanpa menghiraukan pihak lain, kita telah

menuntut apa yang bukan menjadi hak kita (Yak 3:14-16).

Obat untuk iri hati adalah kesadaran terhadap kedaulatan Allah. TUHAN

berhak memberikan satu, dua, atau lima talenta kepada orang yang berbeda (Mat

25:14-30). Dia juga berdaulat untuk menentukan upah setiap orang menurut yang

dikehendaki-Nya (Mat 20:1-16). Tugas kita adalah memaksimalkan apa yang

dipercayakan kepada kita, bukan mengurusi apa yang menjadi milik orang lain.

Ada dua cara untuk menyatakan kecemburuan atau iri hati:

a. menginginkan milik orang lain.

b. mengharapkan agarorang lain tidak memiliki apa yang dia miliki

(Mat 20:1-16). Hal yang kedua itu lebih jahat, karena menginginkan

sesuatu yang tidak baik bagi orang lain. Itu semacam kecemburuan yang

dibongkar oleh raja Salomo ketika ia menyuruh agar bayi yang masih

hidup itu dibagi dua supaya kedua ibu itu masing-masing mendapat separo

(1 Raja 3:16-27). Kecemburuan itu terjadi juga pada Hawa ketika dia mau

menjadi seperti Allah; juga terjadi pada Kain ketika akhirnya ia

membunuhhabel
adiknya.Apakah Saudara cemburu? Ingatlah Firman Tuhan yang berikut:

Panas hati, kejam dan murka melanda, tetapi siapa dapat tahan terhadap

cemburu?(Ams 27:4). Selanjutnya,Sebab di mana ada iri hati dan

mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam

perbuatan jahat. (Yak 3:16).63

c. Tidak Memegahkan Diri (13:4) Tuhan Yesus punya segala alasan untuk

memegahkan diri-Nyanamun Dia tidak pernah melakukannya.Tetapi

ironisnya, kita yang tidak punya alasan apapun untuk bermegah malahan

sering cenderung memegahkan diri.

d. Tidak Sombong (13:4) Setiap hal yang baik yang kita miliki berasal dari

Tuhan, karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk sombong. Yohanes

Pembaptis memberikan teladan yang tentang hal ini, seperti pada saat ia

berkataIa harus makin besar tetapi aku harusmakin kecil(Yoh 3:30).

e. Tidak Melakukan YangTidak Sopan (13:5) Ketidak sopanan tidak

memperhatikan dan menghargai oranglain, tetapi memperlakukan mereka

dengan tidak sopan. Perasaan orang lain tidak diperdulikan. Demikianlah

keberadaan jemaat Korintus. Bdk 11:21

f. Tidak Mencari Keuntungan Diri Sendiri (13:5) Akar dari tabiat lama kita

adalah mementingkan diri sendiri. Kasih memperhatikan kepentingan

orang lain (Fil 2:4). Jemaat Korintus tidak membagikan makanan mereka

satu kepada yang lain dalam perjamuan Tuhan. Mereka mencari keadilan

terhadap saudara mereka, dan mereka ingin karunia-karunia yang terbaik

63
Wiesrsbe, Warren W. Hikmat di dalam Kristus, Bandung: Yayasan Kalam Hidup,
2001, hlm. 58-59
untuk diri sendiri.Tuhan Yesus menjadi teladan dalam hal ini. Iadatang

bukan untuk dilayani,melainkan untuk melayani(Mat 20:28).64

g. Tidak Pemarah (5), Amarah yang dimaksudkan di sini adalah yang muncul

ketikahak kita sendiri dilanggar. Kasih tidak membalas. Amarah

merupakan salah satu sisi mata uang kepentingan diri sendiri.Seorang yang

suka menuntut kehendaknya sendiri mudah dibuat marah.

h. Tidak Menyimpan Kesalahan Orang Lain (5) Logizomai

(yun: adalah istilah pembukuan yang berarti

menghitung . Seorang pemegang buku mencatat debet dan kredit pada

setiap rekening yang menjadi tanggung jawabnya.Dalam hubungan kita

satu dengan yang lain jika kita mencatat setiap debet (yaitu kesalahan-

kesalahan terhadap kita) orang lain, maka dapat dijamin bahwa hidup kita

akan penuh kepahitan.Kata yang sama ini digunakan untuk

menyatakan pengampunan yang dialami oleh mereka yang percaya kepada

Tuhan Yesus.Berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak

Diperhitungkan Tuhan kepadanya( R o m . 4 : 8 ).Allah mendamaikan

dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan

pelanggaran mereka( I I K o r . 5 : 1 9 ).Dosa orang percaya telah

dihapuskan (Kis3:19). Tidak dihitung lagi.

64
https://www.scribd.com/doc/253838498/EKPOSISI-1-KORINTUS-pdf, diakses, 10 Juli
2017
4.2 Pengertian Bimbingan Orang Tua

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari

seorang yang ahli, namun tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian dari

bimbingan. Pengertian tentang bimbingan formal telah diusahakan orang

setidaknya sejak awal abad ke-20, yang diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun

1908. Sejak itu muncul rumusan tetang bimbingan sesuai dengan perkembangan

pelayanan bimbingan, sebagai suatu pekerjaan yang khas yang ditekuni oleh para

peminat dan ahlinya. Pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli

memberikan pengertian yang saling melengkapi satu sama lain.

Maka untuk memahami pengertian dari bimbingan perlu

mempertimbangkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli

sebagai berikut :

Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat

memilih,mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat

kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya (Frank Parson ,1951: 56).65 Frank

Parson merumuskan pengertian bimbingan dalam beberapa aspek yakni

bimbingan diberikan kepada individu untuk memasuki suatu jabatan dan

mencapai kemajuan dalam jabatan. Pengertian ini masih sangat spesifik yang

berorientasi karir.

Pengertian bimbingan yang dikemukan oleh Chiskolm bahwa bimbingan

membantu individu memahami dirinya sendiri, pengertian menitik beratkan pada

pemahaman terhadap potensi diri yang dimiliki.

65
Frank Parson. Dasar-dasar bimbingan konseling,( Jakarta: Reneka Cipta: 1951) hal
56
Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai

informasi tentang dirinya sendiri (Chiskolm,1959: 35).66

Pengertian yang dikemukakan oleh Bernard & Fullmer bahwa bimbingan

dilakukan untuk meningkatakan pewujudan diri individu. Dapat dipahami bahwa

bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan

lingkungannya.

Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi

pribadi setiap individu (Bernard & Fullmer ,1969:119).67

Mathewson mengemukakan bimbingan sebagai pendidikan dan

pengembangan yang menekankan pada proses belajar. Pengertian ini menekankan

bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pe ngembangan diri, tujuan yang

diinginkan diperoleh melalui proses belajar.

Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan

proses belajar yang sistematik (Mathewson,1969: 76).68

Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli maka

penulis dapat menyimpulkan pengertian bimbingan yang lebih luas, bahwa

bimbingan adalah :

Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan

dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan

khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya,

lingkunganya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan

66
Chiskolm.Bimbingan dan konseling,( Jakarta: CV Rajawali: 1959) hal 35
67
Bernard & Fullmer. Dasar-dasar bimbingan dan konseling (Jakarta: PT. Rineka Cipta:
1969) hal 119
68
Mathewson. Pengertian bimbingan dan konseling (Bandung: PT.Refika Aditama: 1969)
hal 76
lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk

kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat

4.3 Peranan orangtua secara umum dan kristen

Keutuhan orang tua juga merupakan salah satunya untuk mendukung

pendidikan seorang anak, karena itu akan membuat seorang anak merasa

mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, tetapi tidak menutup

kemungkinan bagi seorang anak yang tidak memiliki orang tua yang utuh masih

bisa mendapatkan pendidikan dari orang tuanya, itu semua tergantung dari

masing-masing individunya. Banyak juga anak dari keluarga yang mempunyai

orang tua yang utuh, ekonominya bagus, dan pendidikan orang tua yang tinggi

tetapi tidak pernah mendapatkan bimbingan dan arahan dari orang tuanya

sehingga mereka menjadi anak yang kurang kasih sayang dari orang tuanya serta

tindakan yang dilakukannya tidak bisa terkendali dan tidak terkontrol, maka dari

itu peranan orang tua di dalam keluarga yang paling dominan atau menonjol

adalah sebagai penanggung jawab kepada anggota keluarganya, diantaranya

pendidikan karena dengan memperoleh pendidikan maka seorang anak akan dapat

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk agar tidak terjerumus.

Menurut Dr. Moh. Shochib (1998:124-134) ,69 peran orang tua dalam mendidik

anak adalah :

1. Dapat memberikan penjelasan mengenai hal yang baik dan juga

buruk bagi anak

Hal terpenting yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan

pemahaman mengenai hal yang boleh dan juga hal yang tidak boleh dilakukan

69
Dr. Moh. Shochib. Pola asuh orangtua dalam mendidik anak, ( Jakarta: PT.Rineka
Cipta: 1998) hal 124-134
oleh anak-anak. Ada baiknya, orang tua memberikan penjelasan dengan bahasa

yang mudah dimengerti, sehingga anak-anak tidak bingung, dan paham akan

penjelasan tersebut.

2. Pendidikan orang tua yang keras juga akan menyebabkan anaknya

menjadi keras

Pola pendidikan dan juga pola asuh yang keras, akan menyebabkan anak-anak

menjadi disiplin, namun malah juga akan meningkatkan kemungkinan seorang

anak untuk tidak nyaman. Menggunakan pola pendidikan yang keras dan juga

tegas boleh saja, tapi ada baiknya disandingkan degnan pola asuh yang lebih

permisif, sehingga anak-anak tidak akan merasa takut dengan orangtuanya sendiri,

namun tetap menghargai orangtuanya.

3. Apa yang dilakukan orang tua akan ditiru oleh anaknya

Apabila anda dapat memahami prinsip ini, maka anda nanti tidak akan

kesulitan dalam mendidik anak. Ya, seorang anak akan mengikuti apa yang

menjadi kebiasaan orang tuanya. Jadi, dalam mendidik anak, apabila ingin anak

anda menjadi anak yang baik dan juga memiliki banyak trait positif,berilah

contoh-contoh yang positif kepada anak anda.

Hilangkan bahasa kasar dan juga kotor, namun perbanyaklah penggunaan tata

bahasa yang sopan santun, begitu pula dengan perilaku. Hindari melakukan

kebiasaan buruk anda di depan anak-anak, seperti memukul, dan kebiasaan

lainnya, yang tidak pantas.


4. Orang tua harus bisa menjaga anaknya dari lingkungan sosial yang

buruk

Selain mengajarkan mengenai tata karma, sopan santun dan juga perilaku

positif, orangtua juga wajib untuk mendidik anaknya agar dapat menjauhi

lingkungan sosial yang buruk dan berbahaya, seperti lingkungan anak jalanan, dan

juga lingkungan yang bebas dan tidak taat akan aturan.

4.3.Peranan Orang Tua Kristen

II Timotius 3:15

Orang tua memiliki peranan penting dalam keluarga. Di dalam Kitab I

Raja-raja disebutkan 16 nama ibu dari raja yang berkuasa di Kerajaan Selatan,

yaitu Yerobeam ibunya bernama Zerua, Abiam ibunya bernama Maakha, Yosafat

ibunya bernama Azuba, Ahazia ibunya bernama Atalya, Yoas ibunya bernama

Zibya, Amazia ibunya bernama Yoadan, Uzia ibunya bernama Yekholya, Yotam

ibunya bernama Yerusa, Manasye ibunya bernama Hebzhiba, Amon ibunya

bernama Mesulemik, Yosia ibunya bernama Zedida, Yoahas ibunya bernama

Mahamutal, Yoyakhin ibunya bernama Nehusta dan Zedekia ibunya bernama

Yehusta. Raja Yosafat melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan karena

pengaruh ibunya. Ahazia melakukan apa yang jahat karena pengaruh ibunya

Atalya (II Raja-raja 23:8)

Kita akan melihat 2 nama ibu di dalam Perjanjian Baru, yaitu Lois dan

Eunike. Lois adalah nenek Timotius dan Eunike adalah ibunya. Mereka tinggal di
Listra (Kis. 16:1) yaitu sebuah kota kecil tanpa sinagoge. Suami Lois adalah

seorang non Yahudi. Sedangkan suami Eunike adalah orang Yunani.70

Ada 3 peran penting yang dilakukan Lois dan Eunike, yaitu:

1. Memberikan teladan hidup yang baik (II Tim. 1:5)

Anak yang tidak mendapat contoh yang baik di dalam keluarganya akan terus

berbuat salah. Banyak orang tua yang gagal dalam mendidik anaknya karena

mereka hanya memberikan teori dan perintah tetapi tidak memberikan contoh.

Misalnya orang tua menyarankan anaknya untuk datang ke gereja, tetapi mereka

sendiri tidak datang beribadah ke gereja. Lois dan Eunike telah memberi contoh

kepada Timotius sehingga sikap hidup Timotius menjadi baik.

2. Mememberikan didikan (II Tim 3:15)

Di dalam Ulangan 6:6 mengatakan kita harus memperhatikan perintah Tuhan.

Lois dan Eunike tentu mengerti Kitab Suci sehingga mereka dapat

mengajarkannya kepada Timotius. John Wesley memberikan cara mengajar anak-

anak yaitu dari hal yang sederhana diajarkan secara terus-menerus dengan sabar

sejak dini. Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan

ajaran ibumu (Amsal 1:8). Pembinaan rohani anak harus menjadi prioritas utama

di dalam sebuah keluarga.

3. Memperkenalkan Alkitab

Lois dan Eunike memperkenalkan Alkitab kepada Timotius sejak kecil.

Zaman dulu itu tidak seperti sekarang dimana Alkitab dapat mudah didapatkan

seperti di handphone, computer atau laptop. Harga Alkitab juga tidak mahal saat

70
http//maradahutagalung.P2re@boleh.com,pancaran Menurut Alkitab,perkumpulan
Remaja Eksslesia,(diakses 12 sep 2005)
ini. Zaman dulu, untuk belajar Alkitab seseorang harus menyalin Alkitab.

Makanya Paulus memilih Timotius di dalam pelayanannya karena Timotius

adalah seorang yang telah mengenal Alkitab serta prinsip-prinsip Firman Tuhan.

Di dalam sejarah gereja, ada seorang ibu yang bernama Monica. Anaknya

bernama Agustinus. Anaknya itu sangat bandel tetapi ibunya selalu berdoa untuk

dia. Dia berdoa supaya anaknya bisa bertobat. Akhirnya doa sang ibu dikabulkan,

Agustinus bertobat dan melayani Tuhan bahkan menjadi salah satu Bapa Gereja

yang terkenal.

Peranan orang tua terhadap rohani anak sangat penting. Semoga kita dapat

belajar untuk melakukan apa yang telah dilakukan Lois dan Eunike di dalam

mendidik anak-anak kita.71

4.4 Dinamika bimbingan orangtua secara pandangan kristen

Orang tua sangat berperan dalam perkembangan anak dan proses

pendewasaan anak. Secara pandangan kristen orang tua harus membimbing anak

kejalan yang benar dan membimbing anak berdasarkan ajaran iman kristen.

Sebagai orang tua sudah tugas kita membingbing anak karena orang tua

merupakan media sosialisasi anak yang pertama.

Upaya orang tua menciptakan situasi dan kondisi bermuatan nilai moral,

pada dasarnya adalah mengupayakan anak mempunyai kesadaran dan berperilaku

taat moral yang secara otonom berasal dari dalam diri sendiri (Yuniarti,

1992:112). Dasar otonomi nilai moral adalah identifikasi dan orientasi diri

(Soelaeman, 1994). Pola hidup keluarga (ayah dan ibu) merupakan model ideal

bagi peniruan dan pengidentifikasian perilaku dirinya. Otonomisasi nilai moral

71
http://nelly. P2re@.com pancaran menurut Akitab, perkumpulan remaja Eksslesia,
(diakses 25 feb 2010)
dalam diri anak berlangsung dalam dua tahap, yaitu pembiasaan diri dan

identifikasi diri.

Agar model ideal perbuatan orang tua atau pendidik secara otonom

dimiliki anak, terlebih dahulu perlu prakondisi moral, yang meliputi: penciptaan

keterbukaan (anak) dalam identifikasi diri, kemampuan untuk menerima

diri,menerima model-model moral formasi kematangan kata hati,dan pengalaman

berhasil dan sukses. Keputusan moral anak sangat dipengaruhi oleh tingkat dan

kualitas pengkondisian moral,pendidikan moral, kata hati dan superego (Bekker,

1947: 51-53).

Secara esensial, prakondisi moral memerlukan model-model

perkembangan moral dan penyempurnaan pengakuan figur ideal (William Kay,

1975: 44). Perilaku orang tua dan atau orang dewasa dapat diinternalisasi anak

jika ditampilkan dri keakursian pedoman moral dan sedikit tergantung pada

pemberian hadiah eksternal dan hukuman (Bekker, 1974: 50).

Pada anak usia sekolah dasar, diperlukan bantuan dan kontrol yang lebih

dari orang tua daripada anak yang sudah matang karena mereka tidak mengetahui

bagamana bekerja dan bermain dengan kelompok yang besar. Selain itu, mereka

tidak mampu tanpa pertolongan sehingga orang tua perlu menciptakan bermacam-

macam struktur yang diperlukan untuk mengorganisasi aktivitas-aktivitasnya.

Bagi sementara anak yang lebih matang,pengupayaan nya lebih bersifat

mengembangkan standar disiplindiri (Clay, 1962: 50).

Merujuk pada sistem moral spranger, nilai-nilai moral yang diupayakan

bagi kepemilikan dan pengembangan dasar-dasar disiplin diri mencakup lima

nilai, yaitu nilai-nilai ekonomis, sosial, politis, ilmih, estetis, dan agama
(Alihjahbana, 1974). Dalam sistem nilai spranger, nilai etik tidak berdiri sendiri,

tetapi sebagaimana bagian integral dari nilai religi. Hubungan antara disiplin diri

dengan nilai ini merupakan konsep nilai moral yang memungkinkan orang tua

untuk membantu anak dalam memiliki dasar berdisiplin diri.

4.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemberian bimbingan

kepada anak

a. Struktur

Struktur merupakan pemahaman bersama antara konselor dan konseli

mengenai karakteristik, kondisi, prosedur dan parameter konseling. Struktur

membantu untuk memperjelas hubungan antara konselor dan konseli, memberinya

arah, melindungi hak masing-masing, peran dan obligasi baik dari konselor

maupun konseli dan menjamin konseling sukses. Kurangnya pemberian struktur

ini menimbulkan kecemasan dalam diri konseli dan mungkin menyebabkan

kegagalan konseling.

b. Inisiatif

Inisiatif dapat dilihat sebagai motivasi untuk berubah. Sebagian besar konseli

memang dating untuk konseling atas kemauaannya sendiri. Namun, dalam

konseling terdapat juga konseli yang enggan untuk konseling atas kemauan

sendiri. Kemungkinannya sangat berbeda untuk masing-masing orang sehingga

menimbulkan anggapan bahwa seseorang yang enggan konseling walaupun ia

sangat butuh bantuan.

c. Setting (Tatanan) Fisik

Konseling dapat terjadi di mana saja, tetapi tatanan fisik yang nyaman, dapat

meningkatkan proses menjadi lebih baik. Tatanan fisik ini perlu diperhatikan,
karena dapat membantu menciptakan iklim psikologis yang kondusif untuk

konseling. Harus diusahakan tatanan yang membantu konseli agar mudah

membuka diri kepada konselor karena tidak merasa terancam disitu.

d. Kualitas Konseli

Karakteristik konseli yang dianggap akan mempermudah konseling adalah

konseli yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. Yakni Young, Atractive, Verbal,

Intelligent, Sussessful (YAVIS). Sedangkan konseli yang sulit untuk diajak

konseling cirinya yakni HOUND (Homely, Old, Unintellegent, Nonverbal,

Disadvantaged). Selain factor tersebut, factor yang memegang peranan penting

adalah kesiapan konseli untuk berubah. Karena dengan hal tersenut akan

memudahkan jalannya konseling.

e. Kualitas Konselor

Konselor yang berkualitas akan mendukung berhasilnya konseling. Ada

beberapa karakteristik yang harus dipenuhi konselor agar dapat membantu

terjadinya perubahan dalam diri konseli yang dihadapinya. Antara lain yakni

konselor harus memiliki kejujuran, self-awarenes, kongruensi, kemampuan untuk

berkomunikasi dan pengetahuan.72

4.6.Bentuk-bentuk bimbingan orangtua

Membimbing anak sangat penting untuk membangun karakter dan kepribadian

anak, khususnya dari segi pendidikan anak. banyak orang tua yang kadang tidak

memahami cara membimbing anak dengan baik. Menurut Dr.Moh.Shochib

72
http://agassigudangmahasiswa.blogspot.co.id/2015/02/faktor yang mempengaruhi
bimbingan 17 jan 2008)
(1998:137),73 ada beberapa macam kegiatan bimbingan orang tua, diantaranya

adalah :

a.Memotivasi anak untuk belajar

Motivasi merupakan hal yang penting di dalam membaca, dengan motivasi

yang kuat maka anak akan merasa senang dan semangat untuk belajar. Motivasi

ini bisa berupa pujian yang diberikan oleh orang tua kepada anak atas prestasi

yang telah diraihnya, kemudian memperlihatkan cara membaca yang baik kepada

anaknya serta mencarikan pendidikan tambahan untuk menambah pemahaman

anak terhadap pelajaran.

b.Membantu mengatasi kesulitannya dalam belajar

Jika orang tua berusaha mengatasi kesulitan anak dalam membaca, berarti

orang tua berusaha menolong anak agar berhasil dalam proses membacanya.

Untuk mengatasi kesulitan tersebut bisa dilakukan dengan cara memberikan

keterangan-keterangan yang diperlukan oleh anaknya atau orang tua meminta

bantuan orang lain yang mampu memberikan bimbingan membaca kepada

anaknya untuk mengatasi kesulitan dalam belajar.

c.Memberi fasilitas atau sarana untuk belajar.

Untuk belajar setiap anak membutuhkan fasilitas seperti alat tulis, buku tulis,

buku-buku pelajaran dan tempat untuk belajar. Orang tua yang memenuhi fasilitas

tersebut dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar, sehingga anak dapat

meningkatkan prestasi belajarnya. Sebab dengan ketidaklengkapan sarana yang

diperlukan anak, akan menjadi penghalang baginya dalam belajar.

73
Op.cit hal 137
d.Mengawasi anak dalam belajar.

Orang tua perlu mengawasi kegiatan belajar anaknya dirumah. Sebab dengan

mengawasinya orang tua mengetahui apakah anaknya belajar dengan sebaik-

baiknya. Pengawasan disini dimaksudkan sebagai penguat disiplin supaya

kegiatan belajar anak tidak terbengkalai, seperti memberikn saran atau

menemaninya ketika belajar.

e.Mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar.

Dalam mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar dapat membantu

usaha anak mengatasi kesulitannya dalam belajar. Untuk mengenali kesulitan

kesulitan tersebut orang tua dapat melakukanya dengan cara menanyakan kepada

anaknya atau menanyakan kepada guru mengenai pelajaran-pelajaran yang

disukai oleh anaknya.

A. Kerangka Berpikir

Menurut Ridwan kerngka berpikir atau kerangka pemikiran adalah dasar

pemikiran dari penelitian yang disintensikan dari fakta-fakta,observasi dan

kepustakaan. Oleh karena itu kerangka berpikir membuat teori, dalil atau konsep-

konsep yang akan dijadikan dasar penelitian, dimana uraian dalam rangka berpikir

ini menjelaskan pengaruh dan keterkaian antara variabel penelitian.

(Ridwan,2005:6).

Dari pendapat diatas, maka yang menjadi kerangka berpikir penulis

adalah adanya kontribusi bimbingan orangtua dalam 1 Korintus 13:4-5 terhadap

karakter siswa dan motivasi belajar PAK siswa SMP kelas VII SMS Swasta

Musda Medan Tahun 2017 adalah


1. Kontribusi bimbingan orangtua dalam 1 korintus 13:4-5 terhadap karakter

siswa SMP kelas VII SMP Swasta Musda Medan Tahun 2017.

Di dalam membangun karakter sangat di pengaruhi oleh kondisi

lingkungan, baik di rumah, masyarakat, dan sekolah. Pembentukan

karakter merupakan sebuah upaya untuk membentuk kepribadian yang

kuat bagi siswa untuk mempersiapkan dirinya dalam era globalisasi.

Pembentukan karakter bisa di lakukan di keluarga dan sekolah. Sejalan

dengan itu bimbingan orangtua sangat mempengaruhi perubahan karakter

siswa yang buruk untuk lebih baik dan takut akan Tuhan

2. Kontribusi bimbingan orangtua dalam 1 korintus 13:4-5 terhadap motivasi

belajar PAK SMP kelas VII SMP Swasta Musda Medan Tahun 2017.

Motivasi belajar siswa juga dapat di pengaruhi oleh bimbingan orangtua.

Ketika orangtua memberikan bimbingan motivasi belajar kepada siswa

maka siswa akan lebih semangat dalam belajarnya. Siswa dapat

melakukan perbuatan-perbuatan apa yang harus di kerjakan yang

mendukung guna mencapi tujuan, jdi bimbingan orangtua mempengaruhi

motivasi belajar siswa.

3. Kontribusi bimbingan orangtua dalam 1 korintus 13:4-5 terhadap karakter

siswa dan motivasi belajar PAK SMP kelas VII SMP Swasta Musda

Medan Tahun 2017

Bimbingan orangtua sangat mempengaruhi karakter siswa dan motivasi

belajar siswa. Jadi penting sekali bimbingan orangtua mengubah karakter

siswa menjadi baik dan mempengaruhi motivasi belajar siswa untuk

mencapai suatu tujuan yang di inginkan.


B. Pengajuan Hipotesa

Hipotesa dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Suharsimi

Arikunto, 2000: 64).74

Hipotesa merupakan kesimpulan sementara.kesimpulan tersebut akan

cenderung untuk benar tapi belum pasti seperti yang dikatakan oleh Winarno

Surakhmad, hipotesa adalah suatu kesimpulan, tetapi kesimpulan ini belum final

masih dibuktikan kebenarannya.(Winarno Surakhmad, 1995:68).75 Hipotesa

adalah jawaban yang dianggap benar bila dengan dat yang terarah serta

disimpulkan bahwa hipotesa ituadalah kesimpulan yang harus dibuktikan

kebenarannya melalui pengumpulan data.

Salah satu fungsi dari hipotesa tersebut adalah untuk memberikan jawaban

yang bersifat sementara dari suatu masalah yang akan diteliti. Dan hipotesa ini

juga berguna untuk memperjelas arah dan usaha-usaha pengumpulan dat yang

dibutuhkan dalam penelitian yang bersifat ilmiah. Dengan demikian dalam

penelitian ini, penulisan mengemukakan hipotesis yaitu: diduga terdapat

kontribusi bimbingan orangtua terhadap karakter siswa dan motivasi belajar

siswa.

74
Suharsimi Arikunto. Prosedur penelitian,(Jakarta : Rineka Cipta, 2000) hal 64
75
Winarno Surakhmad. Pengantar penelitian ilmiah,(Bandung : karsito, 1995) hal 68
Paradigma penelitian dari hipotesa tersebut digambarkan sebagai berikut:

Dimana variabel:

Y1

x
Y2

X : Bimbingan orangtua

Y1 : Karakter siswa

Y2 : Motivasi belajar siswa

Anda mungkin juga menyukai