Oleh:
Kelompok 4
Anggota:
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW. Karena taufik dan hidayah-Nya kami mampu menyelesaikan sebuah
makalah kelompok untuk mata kuliah wajib umum Kewarganegaraan dengan judul
“Pendidikan Karakter Dalam Mewujudkan Kejayaan Bangsa”.
Makalah kelompok ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah wajib umum
Kewarganegaraan di Universitas Andalas. Dalam menyelesaikan makalah kelompok ini,
kami telah dibimbing dan kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah wajib umum Kewargangeraan kelas 33 yaitu Bapak Mardenis. Kami berharap semoga
makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Dan juga semoga amal baik dan bantuan yang
diberikan kepada kami mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Makalah ini bisa
dikatakan masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan
kritik dari semua pihak.
Tim Penyusun
PENDAHULUAN
Pendidikan karakter merupakan fondasi penting dalam pembangunan dan kemajuan suatu
bangsa. Keberhasilan suatu negara tidak hanya dapat diukur dari segi ekonomi, teknologi,
atau kekuatan militer, tetapi juga dari moral dan karakter warganya. Karakter yang kuat,
seperti integritas, kepemimpinan, kepedulian, dan semangat gotong royong, memiliki peran
kunci dalam membentuk identitas dan keberhasilan suatu bangsa.
Makalah ini bertujuan untuk mendalami peran penting pendidikan karakter dalam
mewujudkan kejayaan bangsa. Pendidikan karakter bukan sekadar sebuah program di
sekolah, tetapi juga sebuah nilai inti yang harus tercermin dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Melalui pendidikan karakter, individu menjadi lebih sadar akan tanggung jawab
mereka terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara.
Dalam perkembangannya, pendidikan karakter telah menjadi sorotan utama dalam banyak
negara. Masyarakat dan pemerintah menyadari bahwa karakter yang baik membawa
dampak positif, termasuk peningkatan produktivitas, stabilitas sosial, dan hubungan
internasional yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan karakter telah menjadi agenda
utama dalam upaya memajukan suatu bangsa.
Dalam makalah ini, kita akan mengeksplorasi berbagai aspek dari pendidikan karakter,
mulai dari definisi karakter dan nilai-nilai yang terkait, hingga peran pendidikan karakter di
berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, kita juga akan melihat dampak positif pendidikan
karakter terhadap kejayaan bangsa serta bagaimana pendidikan karakter yang kuat dapat
menjadi pondasi yang kokoh untuk kemajuan suatu negara.
Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang peran penting pendidikan karakter dalam
mewujudkan kejayaan bangsa, kita dapat bersama-sama berkontribusi untuk menciptakan
masyarakat yang lebih berbudaya, beretika, dan berhasil. Makalah ini diharapkan dapat
memberikan wawasan yang bermanfaat dalam upaya memperkuat karakter individu dan
mengangkat martabat bangsa.
A. Pendidikan Karakter
1. Pengertian pendidikan, karakter, pendidikan karakter dan nilai-nilai yang terkait
Pendidikan adalah sebuah proses membantu menumbuhkan,
mengembangkan, mendewasakan, membuat yang tidak tertata menjadi tertata.
Karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang
membedakan antara dirinya dengan orang lain.
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin
mendapat pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. istilah pendidikan karakter
masih jarang didefinisikan oleh banyak kalangan sehingga masih banyak masalah
ketidaktepatan makna yang beredar di masyarakat mengenai makna pendidikan
karakter. Karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin Character antara lain
watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak sehingga
karakter dapat dipahami sebagai sifat dasar, kepribadian, tingkah laku/perilaku dan
kebiasaan yang berpola. Pendidikan karakter adalah upaya penyiapan kekayaan
peserta didik yang berdimensi agama, sosial, budaya yang mampu diwujudkan
dalam bentuk budi pekerti baik dalam perkataan, perbuatan, pikiran, sikap, dan
kepribadian. Karakter secara istilah merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan
budi pekerti sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi
pekerti bangsa.
Pendidikan karakter merupakan segala upaya yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berperilaku yang membantu anak
untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan
membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Karakter juga dapat diistilahkan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Pendidikan karakter bertujuan untuk mendorong kebiasaan perilaku yang
terpuji sejalan dengan nilai-nilai universal, tradisi budaya, kesepakatan sosial, dan
religiositas agama, menanamkan jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab
sebagai penerus bangsa, memupuk ketegaran dan kepekaan mental terhadap
situasi sekitarnya sehingga tidak terjerumus kepada perilaku yang menyimpang,
meningkatkan kemampuan menghindari sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.
Ada 18 (delapan belas) nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut
Kementerian Pendidikan Nasional (2013) adalah :
1. Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif, yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis, yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat kebangsaan, yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta tanah air, yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta damai, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
15. Gemar membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebaikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki.
17. Peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
1. Literasi sekolah
Kegiatan literasi ini bertujuan membangun budaya literasi di sekolah. Artinya tidak hanya
pada siswa saja. Namun ekosistem sekolah. Untuk itu, tidak hanya sebatas penyediaan
pojok baca atau aktivitas membaca buku 15 menit sebelum proses kelas dimulai. Namun,
lebih luas lagi, berupa penumbuhan budaya literasi di semua warga sekolah, termasuk
orang tua siswa. Penyediaan sarana berupa bahan bacaan yang beragam, forum diskusi
bagi guru dan tenaga kependidikan untuk membangun literasi juga harus dilakukan sekolah.
Kegiatan literasi ini dapat diintegrasikan juga dalam proses pembelajaran, intrakurikuler,
kokurikuler dan extrakurikuler.
2. Kegiatan extrakurikuler
Kegiatan awal dan akhir pembelajaran sebenarnya hanya pembagian berdasarkan urutan
waktu saja. Sejatinya dua kegiatan tersebut adalah juga kegiatan pembelajaran itu sendiri.
Maka tidak dapat dianggap sebagai pelengkap. Penyiapan scenario pembalajaran dari awal
hingga akhir harus betul-betul dipehatikan. Mulai dari pengkondisian siswa, berdoa,
apersepsi, hingga refleksi dan penutup memiliki nilai yang sama pentingnya.
4. Pembiasaan
Pembiasaan adalah bagian penting dari proses penanaman karakter pada peserta didik.
Anak didik yang terbiasa melakukan pekerjaan secara mandiri maka akan terbangun
karakter kemandirian pada dirinya. Demikian halnya dengan karakter berupa kemampuan
untuk berkolaborasi dengan yang lain bukanlah karakter yang lahir tiba-tiba. Untuk itu, perlu
scenario-skenario yang disiapkan dalam pembelajaran untuk membangun nilai-nilai yang
diinginkan. Kebiasan memberikan tugas berkelompok dengan memberi giliran kepada setiap
anggota kelompok untuk menjadi ketau kelompok adalah salah satu contoh untuk
pembiasaan setiap anak didik berlatih bertanggungjawab sekaligus berkolaborasi.
Buatlah tata tertib sekolah dengan jelas dan terpakan secara konsisten. Juga cobalah ajak
siswa untuk menyepakati tata tertib di kelas. Penghargaan pada sebuah kesepatan dan
keteraturan dapat dilatihkan pada peserta didik dengan mengenalkan siswa pada tata tertib
sekolah atau kelas yang diulang-ulang secara rutin kepada siswa. Pemberlakuan model
reward-and-punishment atau reward-unreward juga dapat diterapkan pada peserta didik
untuk menghargai tata tertib sekolah.
1. Metode Ceramah
Guru dapat menggunakan menggunakan metode ini untuk menyampaikan atau menjelaskan
materi pelajaran secara lisan. Selain itu metode ini juga dapat digunakan untuk
menanamkan berbagai nilai positif melalui dongeng, cerita, nasihat yang dapat memotivasi
siswa untuk meneladani perilaku atau karakter baik dari tokoh-tokoh dalam dongeng dan
cerita. Guru bukan menceramahi tentang nilai karakter, melainkan siswa diajak untuk
menghayati nilai tersebut melalui karakter tokoh yang dikisahkan.
Secara umum metode tanya jawab digunakan bersama-sama dengan metode ceramah.
Tujuannya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang
disampaikan melalui ceramah dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan.
Metode ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk melatih siswa agar berani bertanya dan
menyampaikan pendapat dengan santun yang dilandasi oleh nilai-nilai berpikir kritis, berpikir
logis, belajar menghargai pendapat teman, tidak memaksakan pendapat, menggunakan
bahasa yang komunikatif, tidak emosional, belajar menahan diri, dan sebagainya.
3. Metode Diskusi
Penggunaan metode diskusi ini pada dasarnya dapat digunakan di sekolah dasar. Tetapi
mengingat di kelas rendah kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri dan kemampuan
berkomunikasi masih kurang, maka metode diskusi di kelas rendah perlu mendapat
bimbingan guru lebih intensif.
Guru dapat memanfaatkan metode ini untuk menanamkan nilai-nilai berpikir kritis, berpikir
logis, belajar menghargai pendapat teman, tidak memaksakan pendapat, berani
menyampaikan pendapat dengan santun, menggunakan bahasa yang komunikatif, tidak
emosional, belajar menahan diri, dan saling menghargai.
Metode karya wisata ini merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh siswa untuk
memperoleh pengalaman belajar terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian
integral dari kurukulum sekolah.
Sekalipun karyawisata memiliki banyak hal yang bersifat non-akademis namun tujuan umum
pendidikan dapat segera dicapai terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan
pengalaman tentang dunia luar.
Guru dapat memanfaatkan metode ini untuk mengembangkan nilai-nilai kerjasama, rela
berkorban, peduli lingkungan, tanggung jawab, mencintai tanah air dan bangga menjadi
warga negara Indonesia.
Metode ini punya peran lebih dam setiap pelajaran terutama agar pembelajaran berjalan
secara fleksibel. Para ahli banyak mengemukakan berbagai langkah dalam melakukan
pemecahan masalah, tetapi pada hakekatnya cara yang dikemukakan adalah sama.
Dengan menggunakan metode ini guru dapat mengembangkan karakter kerjasama, saling
menghargai, tanggung jawab, rasa ingin tahu, teliti, kerja keras, dan jujur.
6. Metode Simulasi
Guru dapat menggunakan metode simulasi ini untuk menirukan suatu peristiwa atau
kejadian tertentu. Juga dapat digunakan guru untuk menanamkan nilai-nilai kerja sama,
tolong-menolong, keuletan, kerja keras, disiplin, dan tanggung jawab.
7. Metode Penemuan
Metode ini lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran yang dilaksanakan
dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses dari pada hasil. Langkah-langkah
yang dilakukan yakni guru bersama siswa menetapkan topik kemudian penyusunan
prosedur kegiatan secara kelompok yang dilanjutkan dengan siswa bekerja untuk
melakukan investigasi data, menganalisis data serta pembuatan laporan.
Guru dapat menggunakan metode ini untuk menanamkan nilai-nilai rasa ingin tahu, kerja
keras, kerja sama, inovatif, dan kreatif.
Metode bermain peran merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara anak
diminta menirukan sesuatu sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dulu untuk
tujuan tertentu.
Guru dapat menggunakan metode bermain peran untuk menanamkan nilai-nilai menghargai
peran orang lain, mengambil keputusan spontan baik dalam kelompok maupun individual,
dan berfikir untuk mengentaskan masalah, percaya diri, dan berani menampilkan diri.
9. Metode Penugasan
Dalam Menggunakan metode penugasan (resitasi) ini, guru memberikan tugas yang harus
dikerjakan siswa, baik secara individual maupun kelompok. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan yakni pertama menyiapkan tugas dan lembar kegiatan siswa kemudian
menetapkan apakah tugas untuk individu atau kelompok.
Guru dapat menggunakan metode ini untuk menanamkan atau memperkuat nilai-nilai
tanggung jawab, kerjasama, saling menghargai, percaya diri, patuh, aktif, disiplin, dan rasa
kepenasaranan/rasa ingin tahu.
Metode ini dapat digunakan agar siswa melakukan permainan edukatif untuk memahami
suatu kompetensi tertentu. Guru dapat menggunakan metode ini untuk menanamkan nilai-
nilai tanggung jawab, kerjasama, menghargai, percaya diri, patuh, aktif, jujur, kreatif, tekun,
disiplin, sportif, dan rasa kepenasaranan/keingintahuan.
Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya pembentukan
karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat disini adalah orang
yang lebih tua yang “tidak dekat“, “tidak dikenal“ tidak memiliki ikatan famili “ dengan anak
tetapi saat itu ada di lingkungan sang anak atau melihat tingkah laku si anak. Orang-orang
inilah yang dapat memberikan contoh, mengajak, atau melarang anak dalam melakukan
suatau perbuatan. Contoh-contoh perilaku yang dapat diterapkan oleh masyarakat:
Peran serta Masyarakat (PSM) dalam pendidikan memang sangat erat sekali berkait dengan
pengubahan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan. ini tentu saja bukan hal
yang ,mudah untuk dilakukan. Akan tetapi apabila tidak dimulai dan dilakukan dari sekarang,
kapan rasa memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran serta aktif masyarakat dengan
tingkatan maksimal dapat diperolah dunia pendidikan.
Masyarakat sebagai pusat pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai
sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan
keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya. Masalah
pendidikan di keluarga dan sekolah tidak bisa lepas dari nilai-nilai sosial budaya yang
dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat, dimanapun berada
pasti punya karakteristik sendiri sebagai norma khas di bidang sosial budaya yang berbeda
dengan masyarakat yang lain.
Norma-norma yang terdapat di Masyarakat harus diikuti oleh warganya dan norma-norma itu
berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam bertindak dan bersikap. Dan
norma-norma tersebut merupakan aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua kepada
generasi berikutnya. Penularan-penularan itu dilakukan dengan sadar dan bertujuan, hal ini
merupakan proses dan peran pendidikan dalam masyarakat.
Jenis ini adalah jenis tingkatan yang paling umum, pada tingkatan ini masyarakat hanya
memanfaatkan jasa sekolah untuk pendidikan anak.
Artinya, menyetujui dan menerima apa yang diputuskan lembaga pendidikan lain, kemudian
menerima keputusan lembaga tersebut dan mematuhinya.
Pada jenis ini, masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sarana
dan prasaranan pendidikan dengan menyumbangkan dana, barang atau tenaga.
d. Peran serta dalam pelayanan.
Masyarakat terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya membantu sekolah dalam
bidang studi tertentu.
Masyarakat terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan anak, baik akademis maupun
non akademis. Dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam rencana
pengembangan pendidikan.
1. Mengembangkan potensi efektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang
memiliki nilai nilai budaya dan karakter bangsa
2. Mengembangkan kebiasaan dan prilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan
nilai-nilai universitas dan tradisi budaya dan karakter bangsa.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manuisa yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan dan,
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,
jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan.
Penting untuk diingat bahwa dampak pendidikan karakter pada kejayaan bangsa adalah
proses yang berkelanjutan dan kompleks. Hal ini memerlukan kerja keras, kolaborasi antara
pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan untuk mencapai hasil
yang signifikan.
Daftar Pustaka
Subianto, Jito. (2013). Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Pembentukan
Karakter Berkualitas. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam. 8(2); 331-354.