Anda di halaman 1dari 13

Artikel

PERANAN GURU DALAM


PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA
Disusun Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah
Manajemen Pengelolaan Administrasi Sekolah
(Dosen Pembimbing : Dr. Yasaratodo Wau, M. Pd)

Oleh
Esron Rajagukguk, NIM 8146132039

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


KONSENTRASI KEPENGAWASAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

PERANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER


SISWA

A. PENDAHULUAN
Dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (3) Amandemen disebutkan Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional , yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang
Selanjutnya menurut Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Selanjutnya dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut diatas, bahwa pendidikan memiliki peran
yang sangat penting dalam pengembangan diri manusia menjadi pribadi yang
kuat, memiliki karakter yang tangguh dan bermartabat. Melalui pendidikan
seseorang dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan
potensi diri dan dapat membentuk pribadi yang bertanggung jawab, cerdas dan
kreatif.

Pendidikan sesungguhnya tidak terlepas dari kehidupan manusia. N Driyarkara


dalam Stefan Sikone, (2006 : 01) memandang bahwa manusia dan pendidikan
merupakan dua sisi dari satu kehidupan. Berdasarkan pernyataan tersebut kita
tidak boleh memandang sebelah mata terhadap pendidikan, karena secara nasional
pendidikan itu mempengaruhi watak serta peradaban bangsa serta kemajuan dan
perkembangan suatu bangsa. Melalui pendidikan seseorang dapat dimanusiakan
menjadi manusia. Persoalannya adalah, apakah kita di negeri ini sudah sampai
ideal seperti itu? Lembaga pendidikan di Indonesia ternyata masih gagal berperan
sebagai pranata sosial yang mampu membangun karakter bangsa Indonesia sesuai
dengan nilai-nilai normatif kebangsaan yang dicita-citakan.
B.

PENGERTIAN KARAKTER
1. Dasar Karakter Manusia. Dari kata-kata berikut dapat tergambarkan
dasar karakter: Hati-hati terhadap pikiran Anda, pikiran Anda bisa
menjadi kata-kata Anda. Hati-hati dengan kata-kata Anda, kata-kata
Anda bisa menjadi perbuatan Anda. Hati-hati dengan perbuatan Anda,
perbuatan Anda bisa menjadi kebiasaan Anda. Hati-hati dengan
kebiasaan Anda, kebiasaan Anda bisa menjadi karakter Anda. Hati-hati
dengan karakter Anda, karakter Anda bisa menjadi takdir Anda.
2. Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak/ budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang lain (Dep. P dan K, 1990).
3. Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika,
ahlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi
positif, bukan netral. Sedangkan Karakter menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan
demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam
diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren
memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta
olahraga pribadi lepas pribadi.
4. Sedangkan Scerenko dalam

Muchlas

Samani

dan

Hariyanto (2012: 42) menyatakan bahwa karakter


sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan

membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas


mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.
5. Karakter juga sering diasosiasikan dengan tempramen yang lebih
memberi penekanan pada definisi psikososial yang dihubungkan
dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Sedangkan karakter
dilihat dari sudut pandang behaviorial lebih menekankan pada unsur
somatopsikis yang dimiliki seseorang sejak lahir.
C. NILAI-NILAI PEMBENTUK KARAKTER .
Ada delapan belas nilai pembentuk karakter yang telah teridentifikasi yang
bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional,
yaitu: (1) Religius, (2) Jujur , (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras ,
(6) Kreatif, (7) Mandiri , (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10)
Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi,
(13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca,
(16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial & (18) Tanggung Jawab
(Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa:
Pedoman Sekolah. 2009:9-10).
1. Religius : sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.
3. Toleransi : Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4. Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan
5. Kerja Keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada


orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8. Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
9. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya
11. Cinta Tanah Air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai : Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi
17. Peduli Sosial : Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan

Tuhan Yang Maha Esa.


Dan selanjutnya ada Enam Pilar Pendidikan Berkarakter yaitu :
1. Trustworthiness (Kepercayaan)

Jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah handal


melakukan apa yang anda katakan anda akan melakukannya, minta
keberanian untuk melakukan hal yang benar, bangun reputasi yang
baik, patuh berdiri dengan keluarga, teman dan negara.
2. Recpect (Respek)
Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan santun, bukan
bahasa yang buruk, pertimbangkan perasaan orang lain, jangan
mengancam, memukul atau menyakiti orang lain, damailah dengan
kemarahan, hinaan dan perselisihan.
3. Responsibility (Tanggungjawab)
Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin, berpikirlah
sebelum bertindak mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung
jawab atas pilihan anda.
4. Fairness (Keadilan)
Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran
terbuka; mendengarkan orang lain, jangan mengambil keuntungan dari
orang lain, jangan menyalahkan orang lain sembarangan.
5. Caring (Peduli)
Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda peduli,
ungkapkan rasa syukur, maafkan orang lain, membantu orang yang
membutuhkan.
6. Citizenship (Kewarganegaraan)
Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik, bekerja sama,
melibatkan diri dalam urusan masyarakat, menjadi tetangga yang baik,
mentaati hukum dan aturan, menghormati otoritas, melindungi
lingkungan hidup.
D.

PERAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER


Ujung tombak pelaksanaan pendidikan adalah guru. Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
mendidik berarti, menanamkan nilai-nilai yang baik menata: hati,
pikiran dan sikap mental (harus diawali dari diri sendiri)

mengajar berarti, memberikan pengetahuan/bekal (yang bermanfaat)

dalam menghadapi kehidupan


membimbing berarti, menuntun ke arah tujuan yang telah ditetapkan

(harus jelas)
mengarahkan berarti, menunjukkan kepada pilihan yang terbaik
melatih berarti, membiasakan peserta didik melakukan sesuatu yang

baik secara benar dan melakukan sesuatu yang benar secara baik
menilai dan mengevaluasi berarti, menghitung dan mengukur proses
dan hasil kerja kita, apakah tujuan yang ingin kita raih sudah
sesuai/tercapai atau belum.
Dengan demikian guru memiliki peran dalam pendidikan untuk

pembentukan karakter para siswa dalam pembelajaran di sekolah (kelas).


Dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan karakter, guru menjadi ujung
tombak keberhasilan tersebut. Guru, sebagai sosok yang digugu dan ditiru,
mempunyai peran penting dalam aplikasi pendidikan karakter di sekolah
maupun di luar sekolah. Sebagai seorang pendidik, guru menjadi sosok
figur dalam pandangan anak, guru akan menjadi patokan bagi sikap anak
didik. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional diamanatkan
bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi kepribadian yang baik.
Dalam konteks pendidikan karakter, pendidikan dilaksanakan
untuk mendidik siswa menjadi manusia ihsan, yang berbuat baik dengan
tindakan yang baik berdasarkan ketaqwaan kepada Tuhan semata. Konsep
keteladanan dalam pendidikan sangat penting dan bisa berpengaruh
terhadap proses pendidikan, khususnya dalam membentuk aspek moral,
spiritual, dan etos sosial anak. Untuk itu, guru harus terlebih dahulu
mengenal siswa secara pribadi. Hal ini bisa ditempuh dengan cara,
pertama, guru harus mengenali dan memperhatikan pengertian-pengertian
yang dibawa siswa pada awal proses pembelajaran. Kedua, guru harus
mengetahui kemampuan, pendapat, dan pengalaman siswa. Ketiga,
pengenalan dan pemahaman konteks nyata para siswa sebagai dasar dalam
merumuskan tujuan, sasaran, metode, dan sarana pembelajaran
Sebagai tenaga profesional, guru harus diposisikan

atau

memposisikan diri pada hakekat yang sebenarnya, yaitu sebagai pengajar

dan pendidik, yang berarti disamping mentransfer ilmu pengetahuan, juga


mendidik dan mengembangkan kepribadian peserta didik melalui intraksi
yang dilakukannya di kelas dan luar kelas. Guru hendaknya diberikan hak
penuh (hak mutlak) dalam melakukan penilaian (evaluasi) proses
pembelajaran, karena dalam masalah kepribadian atau karakter peserta
didik, guru merupakan pihak yang paling mengetahui tentang kondisi dan
perkembangannya.
Guru hendaknya menyadari bahwa membentuk manusia untuk
berbudaya atau beradab itu lebih mudah jika ia terdidik atau terpelajar. Hal
ini tidak berarti bahwa manusia yang terdidik dan terpelajar dengan
sendirinya berbudaya atau beradab. Kenyataan membuktikan korupsi
sering dilakukan oleh orang-orang yang terpelajar.
E.

STRATEGI PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM


PEMBELAJARAN DI SEKOLAH.
Fokus pembangunan nasional periode tahun 2010-2015 ini adalah
melakukan reorientasi dan penyadaran akan pentingnya pembangunan
karakter bangsa, pelaksanaan dan evaluasinya. Oleh karena itu di setiap
kesempatan

Prof. Dr. Mohammad Noeh saat beliau menjabat sebagai

Mendiknas selalu mengatakan pentingnya dilaksanakan dan dikembangkan


pendidikan karakter bangsa, dan posisi guru (pendidik) dalam proses
pendidikan karakter bangsa tersebut adalah ada di garis paling depan, hal
ini selaras dengan tugas dan fungsi guru yang tertuang dalam UU No. 14
tahun 2005 tenang Guru dan Dosen. Ada enam langkah praktis-strategis
yang dapat di lakukan guru atau sekolah dalam pelaksanaan pendidikan
karakter selama proses pembelajaran di sekolah, antara lain:
Pertama, setiap guru terus berjuang dengan sungguh-sungguh untuk
membangun kualitas kompetensi diri semaksimal mungkin (kompentensi
pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
profesional).
Kedua, setiap guru mata pelajaran harus memasukkan konsep-konsep
pendidikan karakter dalam rancangan pembelajaran (design instructional)
atau RPP, bisa diletakkan pada kegiatan awal pembelajaran (apersepsi),

atau pada kegiatan inti pembelajaran (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi),


atau bisa pada kegiatan akhir pembelajaran. Pembelajaran Kontekstual
dengan tujuh komponennya yaitu (1) Konstruktivistik; (2) Inquiry; (3)
Questioning; (4) learning community; (5) Modelling; (6) reflection dan (7)
authentic assessment, dapat dijadikan sebagai cara untuk membangun
karakter siswa.
Ketiga, setiap guru mata pelajaran harus konsisten untuk menampilkan
keteladan kepada siswa disepanjang proses interaksi dengan siswa di
sekolah, tentang (1) disiplin nurani dalam melaksanakan tugas, misalnya
jangan berkarya untuk atasan (seseorang); (2) menghargai keberagaman
kemampuan siswa atau orang lain; (3) ketaatan dalam beribadah (shalat
jamaah); (4) cinta pada perkembangan Ipteks (menggunakan media IT,
membuat handout/ modul/LKS; (5) menerapkan nilai-nilai demokrasi,
menghargai perbedaan ; (6) berkeadilan dalam proses pelayanan
pembelajaran; (7) tanggungjawab dan terbuka pada hal-hal baru yang
positif; dan (8) menempati janji dan cinta serta penuh perhatian pada
peserta didik, dan sejenisnya .Agar setiap guru mampu menampilkan
keteladan tentang beberapa karakter positif tersebut dihadapan siswa,
maka setiap guru harus konsisten menerapkan delapan prinsip yang telah
diuraikan di atas. Kedelapan prinsip tersebut harus di tegakkan diatas
pondasi tulus ikhlas hanya pada Tuhan (Mutahhari, M. 2002; Agustian,
A.G. 2005).
Keempat, program kegiatan ekstrakurikuler di sekolah betul-betul harus di
rancang untuk melatih peserta didik dalam hal: (1) mampu menumbuhkan
kemandirian anak dalam mengambil keputusan yang terbaik ;(2)
menanamkan prinsip kebanggaan hidup bukan menumpuk dan menikmati
materi, tetapi proses berprestasi di sepanjang usia; (3) cinta dan selalu
termotivasi untuk menanamkan nilai kebaikan pada diri

; (4)

mempraktekkan prinsip-prinsip moral spiritual dengan baik untuk


memahamkan hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh di lakukan
(misalnya praktek ibadah berjamaah); (5) selalu diberi peluang

menerapkan hasrat berbuat baik dan sikap mencintai perbuatan baik serta
melaksanakan perbuatan baik (misalnya bakti sosial) (Suyono, H. 2010;
Sulhan, N. 2010).
Kelima, program pembiasaan warga sekolah untuk melakukan aktivitas
kelembagaan yang sesuai dengan visi, misi, peraturan atau tata tertib
sekolah. Bentuk aktivitas praktis yang bisa dilakukan antara lain: (1)
pembiasaan sepuluh atau lima belas menit sebelum dimulai pelajaran di
pagi hari secara serempak (tersentral) di lakukan pembacaan dan
penjelasan isi kitab suci agama yang diyakini; (2) pembiasaan sebelum
pelajaran dimulai setiap guru dan siswa secara bersama-sama memeriksa
kebersihan kelas; (3) secara periodik sekolah mendatangkan para psikolog
atau motivator untuk melakukan dialog yang diikuti oleh semua guru dan
siswa; (4) pembiasaan perilaku positif di sekolah, misalnya disiplin masuk
kelas, saat makan di kantin, kebiasaan dalam berbicara yang baik,
membuang sampah di tempatnya, dan sejenisnya; (5) pembiasaan lomba
karya kreatif siswa secara periodik. Beragam pembiasaan karakter positif
tersebut direkam oleh guru melalui lembar observasi untuk di skor/ dinilai
dan menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem penilaian berbasis
kelas (Salim, B. 2002; BSNP, 2006).
Keenam, program kontak komunikasi secara intensif dengan orang tua
siswa. Bentuk aktivitas yang bisa dilakukan antara lain: (1) memberikan
format pemantauan pola perilaku anak di rumah. Orang tua/ wali siswa
memantau perilaku anak, tentang: kerajian ibadahnya; kerajian belajarnya;
sikap hormat/ sopan pada ayah-ibu; kejujurannya; suka membantu/
menolong orang tua; kemandiriannya, dan sebagainya. Dalam format
tersebut berisi skor/ nilai dan orang tuanya sendiri yang menilai, kemudian
secara periodik (tri wulan/ catur wulan/ semester) orang tua melaporkan
ke sekolah; (2) sekolah dan orang tua melakukan dialog secara periodik
untuk membahas segala persoalan siswa dan agenda pengembangan siswa,
sumber datanya dari perpaduan nilai pemantauan perilaku di sekolah dan
pemantauan perilaku di rumah; dan (3) agar pelaksanaan poin kelima ini

efektif, disekolah perlu di bentuk tim khusus untuk menangani pembinaan


karakter siswa. Pelaksanaan strategi kelima ini sangat penting untuk
diwujudkan, karena: (1) keluarga (ayah-ibu) adalah faktor paling dasar
dalam proses membentuk karakter positif anak; (2) agar pada diri orang
tua ada rasa tanggung jawab besar untuk terus memantau perkembangan
karakter anak; dan (3) agar pada diri orang tua terus terjadi proses evaluasi
diri dan refleksi diri tentang cara mendidik anak di rumah.

F. PENUTUP
Karakter adalah hal yang harus dimiliki setiap manusia dan harus
dipraktek kepada siapapun dimanapun kita berada. Kebaikan-kebaikan tersebut
ditegaskan oleh masyarakat dan agama di seluruh dunia. Karena hal tersebut
secara intrinsik baik dilakukan.
Pembentukan karakter adalah rajutan atau perpaduan dari keluarga
(orangtua) masyarakat dan pemerintah. Ketiga pihak tersebut secara bersamasama atau simultan melaksanakan tugas membentuk karakter anak didik. Guru
merupakan pihak dari pemerintah yang bertugas membentuk karakter anak didik,
terutama selama proses pembelajaran di sekolah. Kemudian orang tua sekaligus
sebagai anggota masyarakat memiliki waktu yang lebih banyak dalam membina
karakter anaknya.Kepala sekolah dan guru memegang peranan penting dalam
merancang, merencanakan, melaksanakan, dan mengontrol kegiatan di sekolah,
termasuk pendidikan karakter yang dikembangkan dan dilaksanakan di sekolah.
Bahkan dalam menentukan visi dan misi sekolah diarahkan untuk membentuk
karakter manusia yang utuh dan tangguh

Guru patut digugu dan ditiru, sebagai model dalam pembentukan karakter
siswa , harus senantiasa mengembangkan kompetensinya, secara berkelanjutan
sehingga perannya di sekolah menjadi nyata sebagai tenaga profesional.
Tanpa Karakter yang baik, manusia tidak bisa hidup bahagia dan tidak
akan ada masyarakat yang dapat berfungsi secara efektif. Tanpa karakter yang
baik, seluruh umat manusia tidak dapat melakukan perkembangan menuju dunia
yang menjunjung tinggi harkat dan martabat serta nilai dari setiap individu.
.

Referensi
1. http://www.slideshare.net/ChristianYLokas/pendidikan-karakter
2. http://smpn15bandung.sch.id/http://jurnalmadi.blogspot.com/2012/06/tuju
an-pendidikankarakter-adalah.html
3. Undang-Undang Dasar 1945
4. Undang-Undang Nomor 20 tahun2003

Anda mungkin juga menyukai