II. INTI
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
C. URAIAN MATERI
S elamat! Anda telah memilih profesi guru. Jalan yang anda tempuh sampai pada
posisi sekarang sangatlah berbeda-beda. Ada yang menjadi guru karena panggilan
jiwa, ada yang memang cita-cita, tapi ada pula yang terjerumus secara tidak terduga.
Manapun jalan yang dilalui, itu semua kehendak Yang Maha Kuasa, anda dipanggil
untuk menjadi guru.
Hidup anda ke depan, akan dilalui sebagai guru. Apakah anda akan mengisi hidup
de- ngan penuh kebahagiaan? Atau biasa saja sebagaimana bekerja dan mendapat
upah? Dua keadaan ini bukan takdir, melainkan pilihan yang sepenuhnya, berada di
tangan anda. Tidak ditentukan orang lain. Berikut adalah jalan mudah untuk
menjadi guru seja- ti, yakni menjadi guru yang berintegritas.
a. Hakikat Guru
Kata “guru” berasal dari bahasa Sansekerta. “GU” berarti gelap, dan “RU”
ber- arti membawa terang atau mengusir kegelapan. Berarti, secara
maknawi, Guru adalah orang yang senantiasa memerangi kegelapan dan
membawa terang. Semakin gelap suasana di sekitarnya, semakin bermakna
kehadirannya. Jika seorang guru memilih bertahan dalam suasana yang
sudah terang, maka lama kelamaan eksistensinya menjadi hilang. Untuk itu,
setelah selesai menerangi yang gelap, carilah situasi yang lebih gelap, karena
di sanalah kehadiran anda ditunggu dan memberi makna.
Bagi seorang guru, sumber belajar utama adalah persoalan-persoalan yang
mun- cul dari peserta didik. Respon yang ditunjukkan oleh peserta didik
dalam proses pembelajaran, ada yang taat, terpaksa, melawan, bandel, atau
menunjukkan reaksi yang tidak kita inginkan, semua itu adalah sumber
belajar bagi guru untuk menemukan cara-cara efektif mengembangkan
potensi diri anak.
Ini suatu bukti bahwa semakin kita berada dalam persoalan yang berat,
sema- kin besar peluang kita untuk mendapatkan ilmu mendidik dan
keberkahan dari profesi yang kita jalani. Semua itu bermuara pada
kebahagiaan. Profesi guru itu seperti ladang amal tanpa batas. Keberkahan
mengalir tak pernah berhenti sampai kapanpun, bahkan ketika sang guru
sudah tiada. Masihkan kita setengah hati menjalankan profesi ini?
Pekerjaan utama sebagai guru, selama ini dianggap hanyalah menyampaikan
materi ajar melalui ceramah di depan kelas, sampai anak menguasai dan
kemu- dian diuji melalui hafalan. Tanpa peduli pada respon anak. Padahal,
menga- jarkan hafalan-hafalan ilmu pengetahuan, sama sekali tidak memberi
manfaat sebagai bekal hidup anak di zamannya dan mendorong anak untuk
mencari jalan pintas agar mendapatkan nilai baik. Bekal hafalan
pengetahuan sangatlah tidak relevan dan menghabiskan waktu dengan sia-
sia.
Tugas guru justru memberi ruang yang luas kepada peserta didik untuk terus
berkarya menggunakan segala sumber daya yang ada. Mereka berkreasi ten-
tang segala hal yang mereka minati, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
un- tuk menumbuhkan sikap kreatif, disiplin, produktif, ulet, sehingga
mereka tidak tertarik untuk menempuh jalan pintas dan mental menerabas.
Dengan demikian, akan tumbuh kesadaran dari nuraninya untuk menjadi
pribadi yang tangguh dan siap menghadapi tantangan di zamannya.
Zaman akan terus berubah. Kompetensi orang untuk hidup juga terus
berkem- bang. Kalau hanya mengajarkan materi ilmu pengetahuan hasil
masa lalu se- bagai bekal hidup anak, maka hal itu mungkin tidak
membantu anak mengha- dapi persoalan di masa depan. Oleh karena itu,
guru semestinya membelajarkan prinsip dasar dari ilmu pengetahuan sebagai
alat untuk memecahkan persoalan yang dihadapi anak kelak. Jadi yang
dibelajarkan adalah “prinsip ilmu” bukan “materi ilmu”.
Selain dari prinsip ilmu, hal lain yang perlu dikuatkan dalam diri peserta
didik adalah energi endogen dari dalam diri. Kekuatan endogen yang dapat
menjadi
bekal hidup di segala zaman adalah integritas. Inilah yang perlu menjadi fo-
kus guru. Kapanpun, integritas akan menjadi kekuatan pribadi manusia yang
dahsyat.
Anda pasti tahu di mana posisi guru dalam kehidupan manusia. Ia berperan
da- lam menyiapkan kehidupan anak di masa depan. Ki Hajar Dewantara
menyebut posisi guru adalah “tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-
anak”. Dalam pengertian ini, pendidikan dimaksudkan untuk menuntun
segala kekuatan kod- rat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-ting- ginya. Lagi-lagi, kuncinya adalah
kebahagiaan.
QR Code berikut.
BERTANGGUNG JAWAB
DISIPLIN
BERINTEGRITAS PROFESIONAL
TERPERCAYA
PEDULI
PROFIL GURU
MENEBAR KEBAIKAN
BERBUAT BAIK BERKATA BAIK
PENGETAHUANBERWAWASAN
KREATIF DAN VARIATIF DALAM MENDIDIK LUASLUAS
UP TO DATE
Satu hal yang menyatukan bangsa adalah adanya nilai-nilai utama yang menjadi
landasan kepribadian bangsa. Nilai-nilai tersebut disepakati, dipahami, kemudian
meresap menjadi acuan dalam kehidupan dan menjadi pedoman dalam segala
akti- vitas kehidupan termasuk dalam penyelenggaraan negara.
Kita memiliki banyak sekali nilai-nilai utama pembentuk kepribadian bangsa,
yang terpotret sebagai nilai karakter. Nilai itu bersumber dari Agama, Pancasila,
budaya bangsa, dan tujuan pendidikan. Selama ini kita mengenal 18 nilai yakni
Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis,
Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi,
Bersahabat/ Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan,
Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab. Nilai ini kemudian dikerucutkan lagi
menjadi lima nilai: In- tegritas, Religius, Nasionalis, Mandiri dan Gotong
Royong.
Pancaran jati diri akan tampak dari nilai-nilai yang terpatri dalam diri
seseorang. Nilai-nilai ini melandasi sistem daya juang yang menjadi pondasi
dalam cara berpikir, cara bersikap dan berperilaku. Inilah yang kemudian
disebut sebagai karakter, yang berada pada lapisan luar jati diri. Karakter
bukan bawaan lahir, karenanya dapat dikuatkan sesuai jati diri, dan
dirangsang oleh lingkungan.
Begitu banyak nilai karakter yang dapat diidentifikasi. Namun, terdapat
setidak- nya empat nilai yang menjadi nilai karakter inti, yakni jujur,
tanggungjawab, disiplin dan peduli. Nilai inti inilah yang melandasi nilai
karakter lain dan peri- laku yang ditampilkan. Oleh karena itu, nilai inti
inilah yang kemudian disebut sebagai “nilai karakter pembentuk integritas”.
Pada bagian terluar dari potret diri seseorang adalah kepribadian, yang merupa-
Perilaku Berintegritas
KEPRIBADIAN
KARAKTER
Karakter Berintegritas
KARAKTER
INTI
PEMBENTUK
Jujur
INTEGRITAS
JATI DIRI
Peduli
Karakter Berintegritas
Perilaku Berintegritas
Pengaruh lingkungan
1) Jujur
Jujur adalah berkata benar sesuai dengan yang dilihat, didengar, dan dira-
sakan. Kunci dasar kejujuran adalah pada kebenaran dan tata nilai yang
ber- laku. Seseorang yang berperilaku jujur dalam hidupnya merasakan
keten- traman jiwa, kedamaian, kebahagiaan, percaya diri, tidak
manipulatif, tidak berpura-pura, dan kebersihan hati. Kejujuran juga
tentunya memiliki nilai ibadah, karena sesuai perintah agama. Secara
sosial, orang jujur akan diper- caya, dihargai, dihormati oleh masyarakat.
Orang lain merasa nyaman dan aman ketika bergaul dengan orang jujur.
2) Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah menerima semua konsekuensi akibat perkataan,
perbuatan, serta komitmen yang dilakukan berdasarkan tata nilai, moral,
atau aturan. Pribadi bertanggung jawab dalam hidup akan selalu berhati-
ha- ti dalam perkataan dan perbuatan, senantiasa menghargai waktu dan
mutu, hidup lebih produktif, menghargai dan berdisiplin, serta tentunya
memiliki nilai ibadah. Secara sosial seorang yang bertanggungjawab
umumnya diper- caya, dihargai, dihormati, dan orang lain merasa
nyaman.
3) Disiplin
Disiplin adalah konsisten, tertib, menepati janji, berkomitmen dan taat
atur- an. Perilaku berdisiplin memberi manfaat secara langsung bagi diri
pribadi yakni terbiasa teratur, efisien waktu, tertib, tuntas dalam bekerja,
menghar- gai orang lain, harmonis, tenang, damai, percaya diri, serta
terhindar dari ke- cemasan dan kekhawatiran. Secara sosial pribadi
berdisiplin akan dihargai, dihormati, disegani, dan diteladani, serta
bernilai ibadah
4) Peduli
Peduli adalah kasih sayang, empati dan keberpihakan kepada sesama
mau- pun lingkungan. Orang yang memiliki kepedulian pada sesama dan
ling- kungannya akan merasakan kehidupan yang lebih bermakna. Sosok
pedu- li memiliki ketentraman dalam menjalani kehidupan, saling
menghargai, kepuasan batin, disayang, dihargai, dihormati dan disegani.
Kepedulian kepada sesama dan lingkungan juga merupakan ajaran
semua agama. Se- lain itu, kepedulian juga memberi manfaat sosial,
yakni hidup rukun, saling menyayangi, saling menghormati, dan
menimbulkan rasa aman dan nyaman di masyarakat.
Dengan kondisi seperti itu, sulit rasanya mempercayai ada orang yang
dengan sengaja melakukan penyimpangan, korupsi atau penyalahgunaan
wewenang un- tuk kepentingan diri sendiri, kelompok, atau koleganya,
apalagi bila itu dilaku- kan oleh orang-orang terdidik. Bukankah hakikat
keberadaan pendidikan adalah untuk menyelamatkan semua manusia dari
segala macam bentuk dan jenis ben- cana dalam kehidupan, di dunia dan
akhirat?
Jika demikian, berarti ada yang hilang di sekolah kita. Kemana integritas
kita? Di mana pendidikan karakter, budi pekerti dan pembiasaan kebaikan di
sekolah? Tidak adakah dalam kurikulum kita? Tidak adakah keteladanan
dicontohkan oleh guru-guru kita?
Manakala hal itu ditanyakan pada para guru, jawabannya hanya keluhan.
Terla- lu banyak pekerjaan administratif sehingga tak cukup waktu untuk
itu. Bahkan beberapa waktu lalu, perwakilan guru pernah menulis surat ke
Mendikbud yang menguraikan beban administrasi seorang guru. Setidaknya
ada 18 poin hal-hal yang menjadi beban administrasi guru. Sekalipun semua
ini memang menjadi bagian dari tugas keseharian guru, namun ketika semua
harus didokumentasikan secara fisik, maka tugas-tugas ini akan menjadi
beban.
Semua ini berdampak kepada kinerja guru di kelas. Mereka terperangkap da-
lam rutinitas yang monoton. Guru berceramah, murid mendengarkan. Anak
baik adalah anak yang duduk, diam, mendengarkan ceramah guru, tidak
banyak tingkah, tunggu perintah guru, harus menggunakan buku pelajaran
atau sumber belajar yang sama, metode yang sama, mengerjakan tugas atau
PR yang sama, diuji dengan tes yang sama. Cara demikian tidak
memunculkan ketulusan bela- jar, malah kejengkelan dan rasa tidak suka
yang dipendam.
Belasan mata pelajaran harus dikuasai secara merata. Anak yang mampu
men- capai nilai maksimum secara merata di semua mata pelajaran, dialah
sang juara. Sebaliknya, bagi anak yang capaian nilainya tidak mencukupi
ambang batas yang ditetapkan, silahkan mengulang di kelas yang sama, atau
bahkan sangat mungkin dikeluarkan, apalagi jika sekolah yang bersangkutan
adalah sekolah favorit. Bisa kita bayangkan betapa beratnya beban hidup
anak-anak di sekolah.
Atas nama “belajar” mereka berada dalam posisi “terancam”. Bila tidak
belajar, tidak lulus ujian. Ujian atau tes menjadi alat untuk memaksa anak
agar mau belajar. Ini adalah bentuk kegagalan pendidikan dalam
menumbuhkan semangat dan kemauan belajar anak yang sesungguhnya.
Untuk itu, jangan salahkan mere- ka apabila di dalam dirinya tumbuh
semangat “mengancam”, semua yang ada di hadapan mereka diancam.
Teman, guru, orang tua, masyarakat, dan bahkan dirinya sendiri dia ancam!
Kondisi ini juga memudahkan mereka untuk terasuki paham-paham
radikalisme, korupsi, egois, angkuh, narkoba, tak peduli, jalan pintas, mental
menerabas, manipulasi, dan perilaku tidak berintegritas lainnya.
Sajak Palsu
Oleh: Agus R. Sardjono
Puisi ini mengingatkan kita bahwa jika ada kepalsuan di dunia pendidikan,
se- kecil apapun itu, akan berdampak pada pola pikir anak dan terus
berkembang sampai dewasa. Pada saatnya nanti, ketika mereka menduduki
posisi penting sebagai pelaku atau penentu keputusan, pola pikir palsu itu
akan beraksi. Sajak
Palsu cukup mengusik nurani kita. Jadi, manakala saat ini kita menyaksikan
perilaku tidak pantas dipertontonkan, maka tidak berlebihan apabila kita
menye- but hal itu sebagai salah satu faktor dari “hasil pendidikan” kita.
Guru harus menyadari, bahwa dia bekerja dalam kondisi pendidikan seperti
itu. Dalam kondisi demikian, dibutuhkan tekad yang kuat yang datang dari
dalam diri, untuk melakukan perubahan dalam proses pembelajaran.
Hilangkan rasa takut, berpeganglah pada prinsip-prinsip pendidikan yang
berintegritas. Yakin- kan diri bahwa sesuatu yang baik, pasti akan
menghasilkan kebaikan. Jangan menunggu berbuat hingga kondisi berubah,
karena itu ibarat menunggu sesuatu yang tidak pasti.
Semua itu kita sadari, dan selalu kita cari jalan keluarnya. Tapi caranya
selalu menggunakan pola pikir dan praktek dengan mentalitas yang sama.
Sehingga hasilnya, hanya menjadi kegiatan besar tanpa hasil. Kembali,
manusia Indonesia menjadi manusia penunggu. Menunggu perbaikan
dilakukan oleh orang lain. Sementara kita sendiri tidak bergerak aktif.
Tatkala perbaikan tak kunjung da- tang, yang kita lakukan hanya
“menyalahkan” dan “memaki-maki”.
Di tengah segala persoalan yang mendera moral bangsa, perlu proses
pendidik- an yang berbeda, dimulai dari cara pandang yang berbeda. Perlu
terobosan be- sar. Harus dilakukan semacam revolusi mental-kultural
(suprastruktur) yang diarahkan untuk menciptakan masyarakat religius yang
berperikemanusiaan, egaliter, mandiri, amanah, dan terbebas dari berhala
materialisme-hedonisme, serta sanggup menjalin persatuan (gotong royong)
dengan semangat pelayanan (pengorbanan).
Diperlukan upaya “tidak biasa” dengan cara pandang yang juga tidak biasa.
Ter- masuk cara pendidikan dan cara pandang terhadap pendidikan. Lihat
Tabel 1.2. Sekolah adalah replika masyarakat masa depan. Semua hal yang
terjadi pada masa-masa sekolah akan menjadi cerminan masyarakat di masa
depan. Maka, sekolah harus ditempatkan sebagai lokomotif yang akan
membawa perubahan bangsa ini.
Mari kita bergerak aktif. Dimulai dari pembangunan jiwa, pembangunan bu-
daya, dan diawali dari diri kita, dari kelas kita, dan dari sekolah, dengan cara
yang berbeda, bahkan mungkin berkebalikan dari yang dilakukan saat ini.
h fase pendidikan karakter secara dominan. Porsi pembelajaran terkait pengetahuan sangat kecil tapi penguatan karakter melalui peng- kondisian dan pembiasaan
i pengetahuan makin banyak. PTPengetahuan SMA
SMP
bertambah usia, pendidikan karakter dianggap tidak penting. Melainkan, karakter yang tertanam di usia rendah diharapkan sudah melekat kuat dan sudah diamalk
SD PAUD
Karakter
Oleh karena itu, kunci pendidikan karakter terletak pada proses yang
dilaku- kan. Dalam proses pendidikan harus terjadi konsistensi antara
pembelajaran, pengkondisian, dan pembiasaan, sehingga pada akhirnya
terbentuk perilaku atas dasar prinsip yang diyakini. Konsistensi juga
harus dijaga antara sua- sana di kelas, sekolah, dan orang tua. Atas dasar
itulah komunikasi antara sekolah dan orang tua merupakan hal yang
sangat mutlak dilakukan.
Untuk mewujudkan hal itu perlu desain pendidikan yang utuh, yang
memo- sisikan anak sebagai pelaku bagi penguatan dirinya melalui
prakarsa-prakar- sa individu maupun kelompok. Artinya, anak
diposisikan sebagai produsen
yang aktif dalam segala hal.
Berpusat pada peserta didik bukan berarti mengalihkan aktivitas dari
guru ke murid. Murid yang semula hanya mendengarkan, sekarang aktif
berdis- kusi dan menemukan sendiri informasi. Bukan sekedar itu,
melainkan mengaktifkan mesin belajar di dalam diri anak, sehingga
mereka menemu- kan dan menyadari sepenuhnya akan keberadaan dia
sebagai makhluk yang berpikir,yang memiliki fitrah belajar.
Memunculkan kesadaran bahwa jika ia tidak memenuhi hasrat dan fitrah
belajar dari dalam dirinya, maka ia telah menzalimi dirinya sendiri.
DEWASA
Pada usia SMA/MA/SMK, pembelajaran
memasuki tahap penguatan prinsip hidup
berintegritas untuk pengamalan secara
SMA/MA/SMK konsisten dimanapun, kapanpun, dalam
Kelas 10-12 situasi apapun, serta berperan aktif dan
berkomitmen untuk menegakkan prinsip
hidup berintegritas sebagai konsep diri
bermoral dan meluaskan- nya kepada
masyarakat.
Pada mata pelajaran tertentu, seperti Pendidikan Agama dan PPKn, integ-
ritas sebagai pengetahuan juga didiskusikan dalam rangka penyadaran
dan menguatkan keyakinan.
TEMAN BERMAIN
KELUARGA
D. FORUM DISKUSI
III. PENUTUP
A. RANGKUMAN
B. TES FORMATIF
Pertanyaan:
1. Bagaimana langkah anda menghadapi situasi tersebut sebagai orang yang
berinte- gritas? Buat dalam bentuk naskah reflektif!
2. Buat daftar tentang faktor penyebab guru tidak berintegritas serta solusinya yang
bisa dilakukan oleh diri pribadi. Bukan solusi yang dilakukan pihak lain.
3. Berdasarkan kasus di atas sebagai referensi buat mind map tentang landasan dan
prinsip penguatan integritas dengan gambar yang anda buat sendiri.
C. DAFTAR PUSTAKA
II. INTI
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN:
C. URAIAN MATERI
Dalam konteks penguatan integritas pun, dua hal tersebut yang perlu dilakukan guru,
yakni bagaimana “menciptakan suasana belajar yang berintegritas” dan “bagaimana
me- lakukan proses penguatan integritas secara konsisten sehingga peserta didik
memahami, menyadari dan meyakini, serta mengamalkan perilaku berintegritas
dalam kehidupan- nya”.
Tujuan akhir dari penguatan integritas adalah peserta didik secara konsisten
memiliki perilaku berintegritas di manapun, kapanpun dan dalam kondisi
bagaimanapun sepan- jang hidupnya. Tidak berhenti sampai mereka memahami
atau menyadari pentingnya integritas. Bahkan lebih dari itu, peserta didik diharapkan
dapat mengamalkan dalam dirinya dan menjadi pelopor hidup berntegritas di
lingkungan masyarakatnya.
Upaya untuk mewujudkan suasana belajar dan melakukan proses pembelajaran tentu
berbeda tiap jenjang pendidikan. Untuk memahami perbedaan penekanan pada tiap
jen- jang pendidikan, silahkan pelajari kembali tentang Prinsip Penguatan Integritas
pada Pembelajaran sebelumnya.
1. Tahapan Penguatan Integritas
Penguatan integritas dilakukan melalui dua cara utama, yakni (1) dengan
mewujud- kan suasana berintegritas di kelas, sekolah, dan di manapun guru
berada, serta (2) melakukan penguatan secara konsisten dalam proses
pembelajaran, baik dalam mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, maupun
aktivitas lainnya. Di manapun proses penguatan terjadi, tahapannya adalah
memberikan pemahaman, menguatkan keyak- inan, dan pengamalan perilaku
secara konsisten. Berikut uraiannya.
2 3
Amalkan
Kuatkan Se- cara
Penyadaran Konsisten
& Keyakinan
Menciptakan situasi atau mengkondisikan agar anak terbiasa menerapkan perilaku berintegritas secara konsisten di manapun, kapanpun dan dalam situasi apa
1
Menciptakan situasi atau mengkondisikan agar anak meyakini, menginsyafi, dan menyadari bahwa nilai-nilai integritas membawa kebaikan bagi dirinya pribadi
maupun orang lain dan lingkungan. Integritas adalah kebutuhan pribadi yang hakiki.
Tanamkan Pemahaman
asi atau mengkondisikan agar anak mengenal, mengetahui, mengerti, memaklumi, perlunya nilai integritas dalam menjalani kehidupan.
Menciptakan situasi atau mengkondisikan agar anak berani menyatakan dirinya sebagai orang yang konsisten memiliki perilaku berintegritas, menjadi teladan, dan aktif mengkampanyekan pentingnya integr
4
Deklarasikan & Sebarkan
Dalam matematika ada urutan bilangan yang menunjukkan sifat tertib dan
kon- sisten, yang dapat ditunjukkan dalam antrian. Tentang himpunan,
perbedaaan,
dan lain sebagainya.
Juga dapat ditampilkan kisah lebih luas tentang sosok sebagai figur contoh
da- lam Kisah Nabi, Pahlawan Kemerdekaan Indonesia, serta sosok
kekinian yang sangat menonjol sisi baiknya.
c. Permainan (games)
Bermain yang menyenangkan akan menjadi wahana belajar yang optimal
dalam menguatkan pembiasaan perilaku integritas. Segala macam permainan
dapat dilakukan yang ditujukan untuk menguatkan nilai karakter tertentu.
Dalam se- tiap permainan dilatih saling menghargai, jujur, tanggungjawab,
disiplin, peduli, dan lain sebagainya. Aneka permainan dapat dirancang oleh
guru mata pelajar- an, atau wali kelas, dalam menguatkan karakter atau
permainan tertentu.
Hal demikian juga dapat dilakukan dalam kegiatan kompetensi seni seper-
ti paduan suara, melukis, musik, kriya, karya sastra, juga lomba keagamaan,
misalnya tilawah dan tahfidz quran, serta kompetisi dalam berbagai aktivitas
produktif seperti kewirausahaan, sales competition, pertanian, dan beragam
ak- tivitas lainnya dalam kehidupan.
f. Kegiatan Sosial
Anak perlu dilibatkan secara rutin untuk aktivitas kerja sosial bersama baik
di sekolah maupun di masyarakat. Dalam kerja sosial diharapkan anak akan
mera- sakan makna diri yang memberi manfaat pada orang lain, mengasah
simpati dan empati, menerima keberagaman, melatih tanggungjawab dan
disiplin, serta menguatkan kepedulian.
g. Perenungan
Perenungan merupakan proses dalam diri anak untuk menemukan makna
diri- nya. Anak harus diajak merenungkan segala hal yang ia kerjakan dalam
kehidu- pan. Perenungan tentang tujuan hidup, makna hidup, alur kehidupan,
manfaat kehadiran dirinya dan kemaslahatan bagi orang lain, dan beragam
hal yang da- pat menyentuh hati. Lakukan proses perenungan dengan
metode yang berbe- da-beda, yang tujuan akhirnya anak merasa harus
berbuat baik sebagai prinsip hidupnya. Dengan demikian lambat laun
diharapkan perilaku berkarakter bisa menjadi konsep diri bermoral yang
melekat sebagai prinsip hidup.
Oleh karena itu, dokumen harus dibuat sendiri oleh guru sesuai dengan kondisi
pe- serta didik dan konteks lingkungannya. Karena dibuat sendiri, maka variasi
bentuk dimaklumi sesuai dengan karakteristik kemampuan guru dalam membuat
doku- men rencana. Yang terpenting dokumen rencana itu dibuat sendiri,
dijadikan acuan pelaksanaan, dan dievaluasi secara terus menerus.
Adapun bentuk dan jenis dokumen perencanaan dalam penguatan integritas pada
dasarnya tidak ditentukan secara kaku. Yang terpenting adalah hubungan
antarkom- ponen dari dokumen perencarnaan sinkron dan konsisten. Paling tidak
dokumen perencanaan meliputi komponen berikut:
• Hasil identifikasi potensi peserta didik;
• Aktivitas penguatan integritas secara terjadwal harian, mingguan, bulanan,
se- mester, atau tahunan;
• Keterkaitan dengan tema, mata pelajaran, atau kompetensi dalam mapel dan
antarmapel secara konsisten;
• Instrumen keterlaksanaan proses dan ketercapaian perilaku berintegritas;
• Pendataan terhadap pelaksanaan kegiatan dan capaian perkembangan
perilaku berintegritas.
1 2
Tentukan
Pahami Kompetensi Indikator
Pahami kompetensi Ketercapaian
yang harus dikuasai Kompetensi
peserta didik Tentukan tanda-tan-
(Pengeta- huan, da peserta didik
keterampilan, dan sikap mencapai kompetensi
serta nilai-nilai apa dan perilaku dalam
yang terkandung Guru harus men- penerapan nilai (Ju-
jur, tanggungjawab,
dalam kompetensi jaga prinsip dan disiplin, peduli, dll)
tersebut).
konsistensi me-
nerapkan perilaku
4 3
berintegritas dalam
setiap tahapan
Tentukan
Tentukan alat Proses Pembe-
bahan dan In- lajaran
strumen Penila- Proses dalam bentuk
ian yang sesuai aktivitas yang relevan,
Susun alat bahan baik tematik atau mata
dan instrumen pelajaran atau lainnya.
penilaian untuk Nilai-nilai in-
melihat perubahan tegritas sebagai lan-
perilaku sesuai dasan berperilaku.
indikator peri- laku
berintegritas.
5 6
Dokumentasikan da- Implementasi
lam bentuk RPP dan Tindak
dan instrumen lanjut
penilaian
Indikator ini bersifat umum. Oleh karena itu, setiap sekolah dapat
mengembang- kan dan menguraikan indikator-indikator tersebut ke dalam
sub-indikator yang lebih mudah diamati, diukur dan dicapai. Misalnya untuk
indikator pertama un- tuk nilai Disiplin, sebagai berikut:
CONTOH PENDOKUMENTASIAN
PERKEMBANGAN PERILAKU BERINTEGRITAS SD KELAS
IV
Nilai: Jujur
Minggu ke 2 Februari 2020
Nama Siswa
No. Nilai Indikator
A B C D Dst
1. Jujur Menjelaskan manfaat perilaku jujur v v v v
Menunjukkan dengan tepat con-
toh-contoh perilaku jujur dalam ke- v v v v
hidupan sehari-hari di masyarakat;
Memberikan contoh dengan tepat
praktek perilaku jujur di sekolah v v v
dan masyarakat;
Memberikan contoh cara menghindari
perilaku jujur di sekolah dan v v
masyar- akat;
Menceritakan dengan tepat tentang
perlunya perilaku jujur dalam ke- v v
seharian;
Nama Siswa
No. Nilai Indikator
A B C D Dst
Secara alamiah mempraktekkan
peri- laku jujur dalam keseharian di v
sekolah dan lingkungan;
Selain pada nilai integritas, penguatan juga dilakukan dalam proses pembelajaran
melalui mata pelajaran. Pendokumentasian pada mapel harus dilakukan dengan
me- nerapkan nilai integritas seperti jujur, tanggungjawab, disiplin, dan peduli
secara konsisten. Contoh pendokumentasian pencapaian kompetensi pada Mata
Pelajaran PPKN kelas VII, sebagai berikut:
1 Menyebutkan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan ber- Daftar ceklist Guru melakukan
masyarakat; tindakan berdasar-
2 kan capaian sesuai
Merinci norma-norma yang berlaku dalam kehidupan indikator
bermas- yarakat secara rinci dan tepat;
3 Membedakan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan ber-
masyarakat dengan norma-norma lainnya;
4 Mencontohkan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat untuk mewujudkan keadilan
5 Menjelaskan perlunya perilaku sesuai norma-norma yang berla-
ku dalam kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan keadilan
6 Menaati norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
bermas- yarakat untuk mewujudkan keadilan
7 Mempresentasikan perlunya perilaku sesuai norma-norma yang Rubrik
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan
keadilan
8 Mengampanyekan perlunya perilaku sesuai norma-norma yang Rubrik
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan
keadilan
CONTOH RUBRIK
No Parameter Sangat Baik Baik Cukup Kurang
1 Penampilan
2 Gaya Bicara
3 Alur Bicara
4 Penguasaan Materi
5 Penguasaan audiens
D. FORUM DISKUSI
A. RANGKUMAN
B. TES FORMATIF
C. DAFTAR PUSTAKA
“Kita tidak bisa mengajarkan yang kita mau. Kita hanya bisa
menga- jarkan yang kita punya”
Anonim
II. INTI
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN:
C. URAIAN MATERI
Tantangan yang dihadapi pasti berat, dan belum tentu berhasil mengubah
keadaan. Tapi yang pasti, dengan menerapkan perilaku berintegritas akan
memberi manfaat pada diri pribadi. Demikian pula ikhtiar untuk menguatkan
integritas akan memberi manfaat baik bagi diri pribadi.
b. Pengkondisian di Kelas
Setiap pengamalan nilai pembentuk perilaku berintegritas harus bersifat sub-
stantif, bukan sekadar istilah, melainkan dipraktekkan secara nyata dalam
sikap dan perilaku individu. Oleh karena itu, guru harus melakukan
pengkondisian agar nilai-nilai tersebut diamalkan seluruh peserta didik.
Pengkondisian di kelas dapat dilakukan melalui berbagai jenis kegiatan,
antara lain:
• Menghadirkan simbol integritas di Kelas. Simbol-simbol integritas di
ruang kelas dapat berbentuk teks, gambar, audio, audio visual, dan
simbol lain yang dikenali secara terus menerus oleh peserta didik di
kelas. Misalnya dipasang poster “Jujur itu Hebat”, Foto Bung Hatta
dengan tulisan “Pah- lawan yang sederhana”, membuat jingle lagu, yel-
yel, dan simbol lainnya yang mudah dikenali;
• Membangun komitmen bersama dengan peserta didik. Komitmen
ber- sama dengan peserta didik merupakan energi untuk pengamalan
nilai yang diyakini bersama. Misalnya bersepakat untuk selalu
mengutamakan keju- juran dalam ulangan ketimbang nilai tinggi,
bersepakat tidak menyontek, datang tepat waktu, dan lain sebagainya;
• Senantiasa menampilkan contoh perilaku berintegritas. Pengamalan
nilai-nilai integritas perlu ditampilkan secara konsisten dalam setiap
pem- belajaran, baik dalam bentuk tema, cerita tentang tokoh, renungan,
dalam berbagai bentuk. Misalnya menyelipkan kisah keteladanan
pahlawan setiap akhir sesi pembelajaran, membahas studi kasus tentang
pejabat yang korup- si, dan lain sebagainya. Contoh perilaku disesuaikan
dengan usia anak.
• Konsisten sepanjang waktu di kelas. Penerapan nilai dilakukan dalam
be- ragam kegiatan sepanjang waktu di kelas. Dimulai sejak peserta
didik masuk kelas, melakukan proses pembelajaran, hingga
pembelajaran berakhir. Jujur itu bukan hanya dalam ulangan, tapi juga
dalam menyampaikan informasi lain dalam setiap kegiatan;
• Perbanyak kegiatan yang dapat digunakan untuk mempraktikkan
in- tegritas. Mengadakan berbagai kegiatan, permainan, cerita, film,
atau ben- tuk lainnya yang mendorong anak mengenali penerapan nilai-
nilai integritas yang dapat ditiru atau diikuti.
• Beri dorongan yang menguatkan. Memberikan dorongan pada peserta
didik secara terus menerus dan konsisten dan meyakinkan manfaatnya
baik untuk dirinya dan sesama. Memberikan kesempatan pada anak
untuk men- erapkan nilai-nilai dalam segala kegiatan, misalnya
membuat karya audio, visual atau gerakan dan memberikan apresiasi.
Beri kesempatan memper- baiki bagi anak yang melakukan kesalahan
atau belum bisa mempraktekkan
perilaku berintegritas;
• Beri apresiasi. Memberikan apresiasi terhadap peserta didik yang
berperi- laku sesuai nilai integritas dan mencegah temannya dari
perilaku tidak ber- integritas. Apresiasi diberikan dalam bentuk
penguatan diri misalnya pujian, sapaan ramah, tepuk bahu, dan lain
sebagainya. Tidak mengaitkan dengan nilai angka.
• Alat evaluasi yang kreatif. Melakukan evaluasi pencapaian kompetensi
dengan cara kreatif dan inovatif sehingga peserta didik menganggap
tidak ada gunanya berperilaku tidak berintegritas seperti berbohong,
menyontek, bolos, tidak disiplin dan lain-lain. Misalnya: untuk
mengetahui kemampuan berhitung, alat evaluasinya: hitung jumlah
kakakmu? Dengan cara ini peser- ta didik menganggap tidak ada
gunanya menyontek.
c. Pengkondisian di Sekolah
Pengkondisian yang dilakukan di tiap kelas, harus diikuti dengan hal yang
sama di sekolah. Dengan demikian, pengkondisian yang dilakukan di
sekolah sejalan dengan yang dilakukan di kelas, antara lain:
• Luaskan simbol integritas. Selain di kelas, simbol-simbol integritas
juga ditampilkan di sekolah, baik berupa simbol-simbol, teks, gambar,
lagu, yel- yel, dan lain sebagainya;
• Bangun komitmen dengan warga sekolah. Membangun komitmen
ber- sama dengan warga sekolah dan peserta didik dalam lingkup
sekolah yang konsisten di semua kelas. Misalnya komitmen untuk jujur,
peduli, menjaga kebersihan, ramah pada sesama dan lainnya.
• Lakukan sepanjang waktu di sekolah. Penerapan nilai dilakukan
dalam beragam kegiatan sepanjang waktu di sekolah. Dimulai sejak
peserta didik datang ke sekolah, melakukan proses pembelajaran, hingga
pulang;
• Perbanyak kegiatan. Mengadakan berbagai kegiatan, permainan, cerita,
film, atau bentuk lainnya yang mendorong anak membiasakan perilaku
se- suai dengan nilai-nilai integritas yang telah dipelajari di kelas;
• Beri dorongan. Memberikan dorongan pada peserta didik dalam lingkup
sekolah secara terus menerus dan konsisten dan meyakinkan manfaatnya
baik untuk dirinya dan sesama. Misalnya ucapan selamat datang tiap
pagi, ajakan untuk senantiasa jujur, dan lain sebagainya.
• Beri apresiasi. Memberikan apresiasi terhadap anak berintegritas.
Apresiasi diberikan dalam bentuk penghargaan diberikan setiap upacara,
pengumum- an, informasi yang ditempel, dan lain sebagainya.
Secara lebih terinci pengkondisian pada setiap titik pusat pendidikan dapat
disa- jikan sebagai berikut:
1) Koneksi ke keluarga
Guru kelas atau guru mata pelajaran serta pihak sekolah harus melakukan
koneksi pembiasaan perilaku di sekolah dengan pembiasaan yang sama di
ru- mah. Pekerjaan Rumah yang semula bersifat penyelesaian soal digeser ke
ak- tivitas yang dapat menjadi koneksi antara sekolah dan keluarga. Secara
lengkap bagaimana koneksi ke keluarga dapat dilihat pada Gambar 3.2
3) Koneksi ke masyarakat
Pada akhirnya semua anak akan kembali ke masyarakat. Guru dapat
memberi bekal pembiasaan hidup berintegritas di masyarakat sejak mereka
masih berse- kolah, bahkan sejak tingkat dasar. Caranya dengan melakukan
koneksi kegiatan penguatan di sekolah dengan keseharian anak di
masyarakat. Secara lengkap bagaimana koneksi ke teman bermain dapat
dilihat pada Gambar 3.2
1) Susun RPP
RPP dalam konteks penguatan integritas tidak memiliki format khusus
dan tidak mengubah format RPP yang sudah ada dan digunakan oleh
guru. Yang menjadi fokus perhatian dalam kaitan RPP Penguatan
Integritas adalah RPP dibuat sendiri oleh guru, bukan menjiplak. Prinsip
lainnya sesuai dengan uraian di Pembelajaran 2.
2) Tahapan Penguatan
Penguatan integritas dilakukan sesuai rencana yang disusun, dengan
penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan sesuai kondisi. Bagaimana
tahap- annya mulai dari pemahaman, penyadaran dan memperkuat
keyakinan, pengamalan hingga deklarasi, telah dibahas di Pembelajaran
2. Akan tetapi, guru senantiasa menjaga konsistensi dalam setiap
kegiatan pembelajaran, dan melakukan penyesuaian manakala muncul
hal-hal yang tidak terduga.
PENGONDISIAN DI KELAS 1
Guru mengondisikan proses pembelajaran di kelas sehingga peserta didik terbiasa mempraktek-
kan perilaku berintegritas, melalui:
• Guru secara konsisten menampilkan diri sebagai sosok berintegritas;
• Menampilkan contoh perilaku berintegritas secara konsisten melalui cerita tentang
tokoh, peristiwa dan simbol-simbol, audio, visual, serta gerakan yang bisa membuat
peserta didik memahami dan meyakini perlunya perilaku berintegritas;
• Mengadakan berbagai kegiatan, permainan, cerita, film, atau bentuk lainnya yang
mendorong peserta didik mengenali penerapan nilai-nilai karakter penguat integritas
sehingga makin me- nguatkan keyakinan;
• Menguatkan peserta didik untuk menerapkan perilaku berintegritas di manapun, kapanpun
dan dalam suasana bagaimanapun.
• Melakukan evaluasi pencapaian kompetensi dengan cara kreatif dan inovatif sehingga
peserta didik menganggap tidak ada gunanya berperilaku tak berintegritas. Misalnya evaluasi
dengan ceklis indikator oleh guru pada setiap siswa, ulangan dengan soal berbeda, teknis
ulangan lain yang tidak memungkinkan menyontek.
5 KONEKSI KE MASYARAKAT
Guru, Orang tua, dan semua orang dewasa / remaja secara bersama-sama
men- ciptakan suasana lingkungan yang sehat. Dalam hal ini, guru lah
yang meran- cang koneksi ke masyarakat dengan cara:
• Guru mendorong anak untuk menjadi contoh bagi teman-teman sebayanya di lingkungan
tempat tinggal dalam menerapkan perilaku berintegritas yang sudah dia pahami melalui
berbagai cara;
• Guru mendorong anak untuk menolak ajakan siapapun untuk melakukan hal-hal yang
melanggar perilaku berintegritas;
• Guru memberikan apresiasi dan dorongan agar anak selalu menceritakan pengalaman di
lingkungannya kepada orang tua/guru.
KONEKSI KE KELUARGA
3 Orang tua didorong untuk melakukan kegiatan yang secara prinsip sejalan dengan
yang dilakukan di sekolah, dan mengkondisikan suasana keluarga yang
mendukung semua aktivitas anak dalam pembiasaan perilaku berintegritas. Jika di
sekolah lebih mengutam- akan kejujuran ketimbang nilai tinggi, maka orang tua
harus menguatkan hal yang sama. Jika kebersihan dibiasakan di sekolah, maka di
rumah melakukan hal serupa. Adapun target koneksi antara lain:
• Guru menjalin komunikasi, menyamakan persepsi, serta menyepakati kegiatan bersama, tentang
lang- kah-langkah pembiasaan perilaku berntegritas di rumah dan dalam kegiatan bermain anak;
• Anak mendorong orang tua dan seluruh anggota keluarganya untuk menerapkan perilaku
berintegritas sehingga orang dewasa menjadi figur contoh bagi anak;
• Di rumah, anak didorong untuk menghadirkan simbol-simbol baik berupa teks, audio, audio
visual yang terkait dengan pengenalan dan pemahaman perilaku berintegritas;
• Di rumah, anak didorong untuk membuat kesepakatan aturan untuk menerapkan perilaku
berintegritas, sehingga dapat diikuti seluruh anggota keluarga;
• Secara terjadwal membuat kegiatan bersama anak dan orang tua di sekolah untuk menguatkan
pembi- asaan perilaku berintegritas. Secara rutin sekolah juga melakukan komunikasi dengan
keluarga terkait perkembangan pengamalan perilaku berintegritas pada peserta didik.
e. Pendekatan Kewilayahan
Penguatan integritas harus dilakukan dengan pendekatan kewilayahan
(zonasi) yang bergerak seperti bola salju. Dilakukan terus menerus,
konsisten, pelibatan
publik secara aktif, dan akan lebih optimal dimulai dari daerah pinggiran
yang memiliki karakteristik masyarakat yang cenderung homogen. Perlu
penggerak budaya integritas di tiap wilayah. Mari, bersama-sama kita mulai.
Jadilah pe- lopor.
Satuan pendidikan menerapkan pendidikan karakter sesuai model ini secara
optimal di sekolah dan mengaitkan kegiatan pembelajarannya dengan
keluarga dan masyarakat. Kegiatan itu didukung oleh para pelopor budaya
integritas yang menjaga konsistensi pengamalannya di masyarakat.
D. FORUM DISKUSI
III. PENUTUP
A. RANGKUMAN
• Penguatan integritas dimulai dengan komitmen diri yang dilakukan secara bersa-
ma-sama;
• Perlu upaya kreatif untuk membangun komitmen diri yang sesuai dengan kondisi
peserta didik dan lingkungan;
• Komitmen diri secara bersama-sama ini diperlukan untuk mewujudkan suasana
ber- integritas yang konsisten;
• Mewujudkan suasana berintegritas diawali dengan guru sebagai role model;
• Membangun budaya berintegritas melalui tripusat pendidikan, diawali dari kelas,
sekolah, keluarga dan lingkungan.
B. TES FORMATIF
Pertanyaan/Aktivitas:
1. Buat laporan singkat tentang upaya yang telah anda lakukan dalam membangun
komitmen diri bersama anak untuk hidup berintegritas di manapun (di rumah,
atau di kelas) serta buat daftar persoalan yang dihadapi dan langkah
menanggulanginya.
2. Susun langkah-langkah perbaikan jangka pendek berdasarkan persoalan di atas
yang perlu anda lakukan.
3. Berdasarkan evaluasi yang anda lakukan, buat rancangan aktivitas penguatan
integ- ritas khas yang sesuai untuk kondisi di tempat anda. Format bebas.
C. DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini anda akan mempelajari bagaimana proses aktualisasi prinsip hidup
ber- integritas ditampilkan dalam keseharian guru, bukti-bukti apa yang dapat dilihat
dan disaksikan dari pribadi guru berintegritas, serta karya-karya yang dapat
dihadirkan se- bagai bukti penguatan integritas di kelas dan sekolah.
Melalui kegiatan pembelajaran keempat ini, diharapkan setiap mahasiswa secara
priba- di dapat mengembangkan beragam variasi aktualisasi diri dalam penguatan
integritas, menunjukkan bukti-bukti hidup berintegritas serta menghasilkan karya
sebagai wujud perilaku guru berintegritas.
Tahapan pembelajaran yang dilakukan mahasiswa pada bagian ini adalah:
1. Melakukan praktik aktualisasi perilaku berintegritas secara konsisten sesuai
komit- men diri dalam segala aspek kehidupan;
2. Menghadirkan bukti-bukti perilaku berintegritas melalui tindakan nyata
(kepribadi- an) dalam segala segi kehidupan;
3. Menghasilkan berbagai karya penguatan integritas baik berupa produk
pembelaja- ran, karya seni, karya ilmiah, maupun karya lainnya yang memiliki
dampak pada penguatan integritas.
II. INTI
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
C. URAIAN MATERI
S udah waktunya, para guru menginsyafi bahwa kekuatan utama dirinya adalah
inte- gritas. Bukan penguasaan materi ajar atau kefasihan berceramah. Pribadi yang
ber- integritas mendekatkan setiap pribadi pada kebahagiaan hidup sesuai keyakinan
agama.
Terlebih integritas merupakan konsistensi dari suara hati manusia karunia Tuhan,
yang tidak lekang oleh waktu.
Meski zaman berubah, nilai kemanusiaan tetap melekat kuat. Ketika informasi dan
materi ajar tersedia di mana saja dan kapan saja, segala jenis pekerjaan lebih cepat
dilakukan dengan mesin, otomasi menjangkau segala pekerjaan rutin, dan
komunikasi dapat dilakukan dari mana saja dan ke mana saja, manusia tetap dituntut
untuk jujur, bertanggungjawab, disiplin dan peduli. Di era Society 5.0, integritas
justru menjadi pra- syarat untuk tetap tangguh menghadapi berbagai gelombang
perubahan.
Menjadi guru apapun, tak ada pilihan selain menguatkan integritas diri. Saatnya
meng- aktualisasikan dalam setiap desahan nafas, sepanjang hayat dikandung badan.
Sebagai contoh, bisakah kita menghapus perkataan yang telah terucap? Atau
perilaku yang telah diperlihatkan?
Proses itu mengakibatkan terbentuknya hubungan antara partikel-partikel
yang ada dalam molekul-molekul pada otak kita membentuk sinyal-sinyal
yang akan dikirim ke alamat tertentu di seluruh bagian tubuh kita, tanpa
kecuali. Konfi- gurasi yang terbentuk akan berbeda ketika kita memikirkan
sesuatu, baik atau buruk.
Kira-kira apa yang terjadi ketika kita berfikir untuk berbohong, merekayasa
ses- uatu yang salah sehingga terlihat seperti benar atau sebaliknya?
Proses neurotransmiter akan mengirim sinyal semua alat indera dan terus ke
seluruh tubuh. Secara berantai sinyal itu sampai ke semua bagian tubuh kita
(wajah, mata, mulut, lidah, tangan, kaki dan seterusnya). Ketika sampai di
mata, mata akan memancarkan sinar yang meyakinkan, sampai di wajah,
wajahpun memancarkan rona yang meyakinkan, bagaimana bila sinyal itu
sampai ke li- dah? Lidah akan mengeluarkan kata-kata yang terdengar enak
dan meyakinkan. Ketika sinyal sampai di mulut, mulutpun bergerak dalam
bentuk rupa yang me- yakinkan. Sesampainya di tangan, tanganpun akan
menunjukkan gerakan-ge- rakan yang meyakinkan, begitupun ketika pesan
itu sampai ke kaki, kaki akan mendukung semua yang telah ditunjukkan oleh
organ-organ lainnya. Seluruh unsur dalam diri kita “beradaptasi” terhadap
“perintah” yang lahir dari alam pikiran kita itu sehingga kita akan
memproklamirkan kebohongan sebagai suatu kebenaran tanpa merasa
bersalah.
Ketika kita berpikir dan merasa yakin untuk mampu berbohong, itu
sebenarnya hanya ilusi dan tipuan belaka. Semua yang pernah kita pikirkan,
katakan, dan lakukan akan terekam dan terungkap pada waktunya. Sekarang
atau nanti, di dunia atau akhirat, itu hanya soal momen. Momen itu telah
terpatri dan pasti akan kita lalui. Masihkah kita perlu berdusta?
Pada dasarnya berpikir, berkata dan berperilaku tidak mengacu pada nilai
yang tunggal, melainkan selalu beririsan antara satu dengan lainnya. Oleh
karena itu, nilai karakter merupakan kendali dari cara berpikir, berucap dan
berperilaku.
a. Jejak Fisik
Keterlaksanaan proses penguatan integritas dapat dilihat dari bukti-bukti fisik
yang tampak di kelas, di sekolah dan area-area di mana penguatan integritas
dilakukan. Jejak fisik tersebut dapat berupa:
• Dokumen RPP yang dibuat sendiri oleh guru dan selalu disesuaikan
dengan kondisi peserta didik dan konteks lokal sekolahnya;
• Dokumen perencanaan kegiatan pembelajaran dan aktivitas lainnya yang
mencerminkan penguatan integritas, serta bukti-bukti keterlaksanannya.
Aktivitas dapat mencerminkan konsistensi penerapan dalam dokumen
per- encanaan, implementasi dan tindak lanjutnya;
• Instrumen keterlaksanaan proses dan ketercapaian hasil yang telah diisi
da- lam jangka waktu lama;
• Terdapatnya simbol-simbol penguatan integritas dalam bentuk teks,
gambar, lagu, yel-yel, gerakan, dan berbagai simbol penguatan integritas
lainnya;
• Suasana kelas dan sekolah mencerminkan jejak penguatan integritas
seper- ti kelas terjaga kebersihannya, senantiasa rapi, teratur, tertata,
nyaman dan membuat betah;
• Penampilan seluruh warga sekolah rapi, bersih, nampak tata kelola ling-
kungan yang terencana baik;
• Bukti-bukti kegiatan penguatan integritas yang dilakukan sebagai
kegiatan khas satuan pendidikan;
• Bukti-bukti komitmen diri untuk secara bersama-sama menguatkan
integri- tas terhadap pribadi masing-masing
• Bukti deklarasi terhadap perluasan implementasi penguatan integritas
oleh kelas atau sekolah yang telah secara konsisten melakukan
penguatan;
• Bukti deklarasi terhadap pencanangan (kick off) penguatan integritas. Ke-
giatan pencanangan biasanya di awal. Akan tetapi bukti ini tidak serta
mer- ta menjadi bukti bahwa penguatan integritas berjalan konsisten. Itu
hanya membuktikan bahwa ada niat kuat untuk melakukan penguatan
integritas, tapi belum tampak implementasi konsisten dalam tahapan
selanjutnya.
https://www.jurnaljabar.id
https://sman1bdg.sch.id
https://humas.jatengprov.go.id
https://www.riau.go.id
Gambar 4.1. Berbagai kegiatan deklarasi pendidikan berintegritas
1 PERSIAPAN DIRI
Guru Berintegritas
i kelas sangat menentukan masa depan anak- anak kita, mewujudkan generasi berintegritas. Maka, persiapkan!
n menentukan bagi masa depan anak. Lahirnya ge- nerasi berintegritas di masa datang ditentukan oleh guru pada hari ini.
mpetensi apapun, lakukan dengan perkataan yang ju- jur, bertanggungjawab, berdisiplin, mandiri, dan peduli.
us dikuasai anak setelah belajar.
da di tangan anda. Hadirkan simbol-simbol yang menguatkan jiwa anak. Slogan seperti “Berani Jujur Hebat”, “Hebat itu Tidak Menyontek”, “Hebat i
etensi sebagai penanda, anak telah mencapai kompe- tensi yang ditentukan;
kan dilakukan sebaik mungkin. Siapkan bahan dan alat. Susun rencana sendiri, jangan sekali-kali copy paste.
Boks 4.2 Langkah Penguatan Integritas di K
MASUK KELAS
2 Kesan pertama, menentukan
Kesan pertama, ketika anda masuk kelas, adalah kunci. Tampillah sebagai sosok berintegritas. Conto
Datang ke kelas tepat waktu. Selalu. Inilah wujud kedisiplinan. Apabila suatu ketika ada halangan sehingga tidak tepat
Tampil dengan wajah ceria dan bersemangat;
Sampaikan salam, menyapa kabar, dan memastikan anak dalam keadaan nyaman dan se- mangat belajar;
Bangun komunikasi dengan anak secara tulus. Misalnya bertanya tentang anak yang tidak hadir, dan menunjukkan ke
Mengajak anak untuk membangun suasana nyaman. Ruangan bersih, meja-kursi rapi, barang di kelas rapi, gambar da
MULAI PEMBELAJARAN
3 Hidupkan suasana
mereka bahwa semua yang dipelajari berharga sebagai bekal hidup mereka kelak. Munculkan rasa ingin tahu, dan keberanian berpendapat. Mulailah
REVIU PEMBELAJARAN
5 Ulas jalannya proses belajar
lan dengan tujuannya. Untuk memastikan proses pembelajaran berjalan efektif, lakukan reviu dan dapatkan feedback dari pes
tkan data tentang capaian kompetensi setiap anak sesuai tujuan proses pembelajaran, termasuk penilaian perilaku berintegritas di sepan- jang pros
an meminta respon peserta didik.
engalami kemajuan dan memiliki rasa penasaran untuk terus mendalami dan mempraktekkan serta bertekad untuk konsisten berintegritas;
a didik apakah mereka bisa memahami tentang apa yang dibelajarkan, serta menemukan makna positif pembelajaran bagi dirinya dikait- kan denga
berapa kali sesuai kebutuhan dengan kegiatan yang beragam sampai tujuan tercapai. Pastikan setiap anak mengalami kemajuan.
Bok
D
6 Ba
Muara dari pembelajaran adalah perilaku. Untuk menguatkan perilaku, maka perlu keyakinan dan t
Dari pembelajaran yang dilakukan, peserta didik berkomitmen dengan berjanji pada di- rinya untuk bersikap jujur, be
Mendorong peserta didik untuk menceritakan pengalaman menemukan makna perilaku berintegritas dalam kehidup
Menjaga komitmen untuk bersikap jujur, bertanggungjawab, disiplin, mandiri, dan peduli sebagai prinsip hidup. Sem
LUASKAN PENGARUH
7 Sebarkan hasil belajar
D. FORUM DISKUSI
III. PENUTUP
A. RANGKUMAN
• Ruang kerja guru ada dalam alam pikiran, rasa, dan hati manusia
• Pendidikan merupakan jalan bagi kita untuk menyadari bahwa Tuhan berada di
tem- pat terpenting dalam diri kita.
• Semua ilmu pengetahuan menjadi jembatan bagi manusia untuk menuju tempat
ter- penting itu, tempat di mana Tuhan berada, di dalam diri kita.
• Pikiran negatif yang sengaja kita munculkan itu menjadi tindakan sadar kita
untuk membangun tatanan dan sistem koordinasi yang akan mengantarkan
pesan-pesan negatif itu ke seluruh tubuh kita.
• Jika berpikiran positif maka semua unsur dalam diri kita akan membentuk
konfigu- rasi yang positif, dan konfigurasi itu menghasilkan koordinasi yang
positif dan akhir- nya akan melahirkan hal-hal positif yang akan mengantarkan
kita pada kedudukan sebagai makhluk paling mulia di antara makhluk yang
diciptakan oleh Tuhan.
• Kemuliaan seorang guru selalu menebar kebaikan tanpa pernah memikirkan
keun- tungan apa yang akan diperolehnya sebagai imbalan dari kebaikannya itu.
• Hasil penilaian akan memastikan apakah rencana pembelajaran mengarah
kepada pencapaian kompetensi, selanjutnya juga akan membuktikan apakah
pembelajaran
sesuai dengan perencanaan
• Penilaian berfungsi sebagai alat bantu untuk menelusuri hal-hal yang terjadi
(perkembangan atau kemunduran) yang dialami oleh setiap peserta didik di
sepan- jang proses belajar
B. TES FORMATIF
C. DAFTAR PUSTAKA
D. TEST SUMATIF