Teori Akulturasi
Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah memberikan kami kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Teori Akulturasi”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari teori akulturasi
2. Untuk mengetahui konsep dari teori akulturasi.
3. Untuk mengetahui proses dari teori akulturasi
4. Untuk mengetahui factor pendukung dan penghambat teori akulturasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
akulturasi memahami fenomena yang terjadi ketika kelompok individu yang
memiliki budaya yang berbeda datang ke budaya lain kemudian terjadi kontak
berkelanjutan dari sentuhan yang pertama dengan perubahan berikutnya dalam pola
kultur asli atau salah satu dari kedua kelompok. Akulturasi adalah sebuah proses
yang merangkap dari perubahan budaya dan psikologis yang berlangsung sebagai
hasil kontak antara dua atau lebih kelompok budaya dan anggotanya. Pada level
kelompok akulturasi melibatkan perubahan dalam struktur sosial dan institusi.
Sedangkan pada level individu akulturasi melibatkan perubahan perilaku. Konsep
akulturasi menurut Kuntjaraningrat adalah suatu bentuk proses sosial yang timbul
bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur-unsur kebudayaan asing.
4
Koentjaraningrat mendefinisikan akulturasi sebagai proses sosial dimana
masuknya kebudayaan asing secara perahan dapat diterima tanpa menghilangkan
kebudayaan asli suatu masyarakat. Koentjaraningrat juga mengemukakan bahwa
proses akulturasi timbul apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan
tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing yang berbeda, sehingga
unsur-unsur kebudayaan asing lambat laun diterima dan diolah menjadi
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
sendiri. Jadi akulturasi adalah menerima dan mengelola dari kebudayaan asing
yang masuk serta menggabungkannya dengan kebudayaan yang asli tetapi tidak
menghilangkan keaslian dari kebudayaan yang lama, justru malah terdapat adanya
kebudayaan yang baru.
Proses akulturasi menurut Koentjaraningrat timbul apabila suatu kelompok
manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan
asing yang berbeda, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing lambat laun diterima
dan diolah menjadi kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan sendiri. Dari sini dapat diketahui bahwa akulturasi adalah terjadinya
penerimaan dari unsur kebudayaan asing, yang kemudian dikombinasikan dengan
kebudayaan lama sehingga terdapat pencampuran dari kedua belah pihak namun
masih dalam batasan tidak sampai meninggalkan keaslian dari budaya yang lama.
Adanya akulturasi berakibat seperti melahirkan sebuah gagasan baru yang di
dalamnya ada dua unsur yang berbeda namun saling keterkaitan.
Ralp Linton dalam bukunya The Study of Man mengungkapkan adanya dua
bentuk akuturasi. Pertama, Covert culture yang meliputi sistem nilai-nilai budaya,
keyakinan-keyakinan keagamaan yang dianggap keramat, beberapa adat yang
sudah dipelajari dan beberapa adat yang mempunyai fungsi luas dalam masyarakat.
Kedua, Overt culture meliputi kebudayaan fisik, seperti alat-alat dan benda-benda
yang ada, juga ilmu pengetahuan, tata cara, gaya hidup, dan reaksi yang berguna
dan memberi kenyamanan.
5
2.3 PROSES TEORI AKULTURASI
Akulturasi sendiri terjadi karena adanya percampuran budaya asing dengan
budaya sendiri. Beberapa bidang yang cukup sering mengalami akulturasi adalah
kuliner, gaya berbusana, arsitektur, dan lain sebagainya. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, proses akulturasi terjadi sangat pelan atau lambat. Dimana
akulturasi tersebut memerlukan waktu yang cukup lama yakni sampai bertahun-
tahun agar bisa menghasilkan budaya baru di masyarakat. Seperti yang kita pahami
jika proses akulturasi tidak dapat dilepaskan dari budaya asing ataupun budaya dari
luar masyarakat.
Budaya asing yang masuk ke dalam lingkungan masyarakat tidak dapat
langsung diterima. Faktor masyarakat masih sangat berpengaruh terhadap
penerimaan ataupun penolakan masyarakat pada sebuah kebudayaan di lingkungan
masyarakat. Oleh karena itu, tidak semua percampuran budaya bisa menjadi
perubahan sosial. Hal inilah yang membuat proses akulturasi membutuhkan waktu
dan proses yang cukup lama.
Sementara itu, jika ditinjau dari proses terjadinya akulturasi budaya, maka hal
itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya yaitu yang memenuhi
beberapa unsur di bawah ini:
1. Substitusi
Dikatakan sebagai substitusi karena akulturasi budaya akan menggantikan
budaya lama dengan unsur kebudayaan yang baru Misalnya saja, budaya
komunikasi zaman dahulu dan sekarang. Zaman dahulu, komunikasi jarak jauh
hanya akan menggunakan wartel atau surel. Sementara zaman sekarang,
komunikasi dapat kita lakukan dengan super cepat hanya menggunakan
jaringan internet. Jika kebudayaan dulu orang-orang menggunakan kentongan
untuk memanggil warga, sekarang kita hanya perlu menggunakan aplikasi
pesan singkat untuk mengumumkan sesuatu kepada banyak orang dalam
sekejap.
6
2. Adisi
Adisi merupakan percampuran antara budaya lama dan budaya baru yang
mengarahkan masyarakat kepada kemutakhiran dan juga kemudahan. Misalkan
saja, dulu transportasi masyarakat hanya menggunakan tenaga hewan, seperti
dokar, gerobak, datau menggunakan kuda. Zaman sekarang, transportasi dapat
menggunakan kendaraan umum, motor, mobil, kapal, dan juga pesawat
terbang.
3. Originasi
Proses akulturasi budaya originasi merupakan unsur kebudayaan masuk dan
benar-benar pertama kali. Jadi, saat unsur budaya baru masuk, hal itu akan
menimbulkan perubahan perubahan yang cukup menonjol. Misalnya ketika
listrik pertama kali masuk ke perkampungan, yang mana dulunya tidak ada
listrik sama sekali di wilayah tersebut. Sehingga hal itu merubah perilaku
masyarakat setempat secara mendasar. Tak hanya sekadar bisa menikmati
cahaya dari lampu, namun mereka juga bisa melihat televisi, mendengarkan
radio, bahkan sekarang ini kita juga bisa memasak menggunakan tenaga listrik.
4. Sinkretisme
Sinkretisme adalah percampuran dua unsur budaya, yakni budaya baru dan
budaya lam. Misalnya saja, ajaran agama dari para leluhur di Indonesia sebelum
masuknya agama Islam. Rata-rata orang Indonesia akan menganut ajaran
agama Hindu dan Budha. Ketika Islam mulai masuk ke tanah air, mulai terjadi
akulturasi keyakinan. Dimana ajaran Islam di Indonesia menjadi sebuah sistem
kepercayaan kejawen karena adanya peleburan budaya baru dan budaya lama.
5. Dekulturasi
Mungkin banyak dari kita yang masih asing dengan istilah dekulturasi. Jadi,
dekulturasi adalah akulturasi budaya yang terjadi karena adanya proses
kehilangan unsur-unsur kebudayaan lama dan digantikan dengan unsur
kebudayaan yang baru. Misalnya saja, dahulu masyarakat Indonesia memenuhi
kebutuhan nasi dari hasil panen langsung dengan menumbuk di lesung, baru
7
kemudian bisa ditanak menjadi nasi. Namun sekarang, dari panen bisa langsung
diproses menggunakan mesin penggiling.
6. Rejeksi
Sedangkan yang dimaksud dengan rejeksi yaitu proses penolakan. Biasanya
penolakan tersebut terjadi karena masyarakat belum siap untuk melakukan
perubahan sosial. Untuk daerah yang masih belum siap akan adanya perubahan,
hal tersebut bisa menimbulkan dampak negatif.
8
benci atau tidak suka antar budaya, sehingga tidak akan terwujud akulturasi
budaya.
3. Toleransi Terhadap Budaya Lain
Setiap masyarakat dilahirkan dari sebuah latar belakang budaya yang
berbeda-beda. Di tengah situasi tersebut, toleransi budaya memiliki peran
penting untuk melahirkan akulturasi. Sikap toleransi membuat pertemuan
dan percampuran budaya menjadi lebih mudah dan lancar. Hal itu
dikarenakan toleransi menciptakan masyarakat terbuka, tanpa ada
ketakutan kehilangan ciri khas dari budayanya sendiri.
4. Adanya masyarakat heterogen
Faktor pendorong tercepat akulturasi adalah masyarakat yang heterogen.
Masyarakat heterogen dapat mempertemukan budaya yang berbeda-beda.
Hal itu akan memudahkan individu yang satu dan individu lainnya untuk
belajar berbagai macam budaya.
5. Berorientasi ke Masa Depan
Masa depan merupakan hal yang pasti akan dihadapi oleh masyarakat. Oleh
karena itu, masyarakat yang memiliki orientasi masa depan akan terbiasa
dengan rencana dan kesiapan, sehingga mendorong masyarakat untuk selalu
terbuka terhadap perkembangan budaya-budaya di luar mereka.
B. Faktor Penghambat Akulturasi
Adanya faktor pendorong terjadinya akulturasi berarti ada juga faktor
penghambat terjadinya akulturasi. Berikut faktor-faktor penghambat terjadinya
akulturasi:
1. Ilmu Pengetahuan yang Bergerak Melambat
Pendidikan yang tidak bergerak atau bahkan bergerak mundur akan
membuat ilmu pengetahuan bergerak melambat. Ilmu pengetahuan yang
bergerak melambat bisa menjadi penyebab terhambatnya proses akulturasi
pada suatu wilayah.
9
2. Sikap Masyarakat yang Tradisional
Masyarakat yang memegang teguh kebudayaan tradisional akan selalu
beranggapan bahwa masuknya budaya asing bisa menghilangkan
keistimewaan dari budaya asli itu sendiri, sehingga budaya asing akan sulit
diterima. Oleh sebab itu, masyarakat yang masih memegang teguh
kebudayaan tradisional bisa menjadi faktor penghambat terjadinya
akulturasi.
3. Hal-Hal Baru Dianggap Buruk
Sulit untuk menerima atau bahkan beranggapan buruk terhadap hal-hal baru
bisa menjadi faktor penghambat terjadinya akulturasi budaya. Individu atau
kelompok yang seperti itu akan sangat sulit untuk menerima masuknya
budaya baru, sehingga proses akulturasi menjadi terhambat.
4. Adat atau Kebiasaan
Bagi sebagian kelompok masyarakat adat atau kebiasaan sudah ditanamkan
sejak kecil, sehingga ketika menerima budaya baru akan dianggap seperti
hal yang asing. Jika sudah beranggapan seperti itu, maka akan sulit
mengenalkan budaya baru. Oleh karena itu, adat atau kebiasaan menjadi
salah satu faktor penghambat terjadinya akulturasi.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori akulturasi dapat diartikan sebagai proses sosial yang muncul saat terjadi
penyatuan dua budaya yang berbeda menjadi budaya yang baru tanpa
menghilangkan unsur budaya lama. Akulturasi sendiri terjadi karena adanya
percampuran budaya asing dengan budaya sendiri. Beberapa bidang yang cukup
sering mengalami akulturasi adalah kuliner, gaya berbusana, arsitektur, dan lain
sebagainya. Faktor yang mendukung terjadinya proses akulturasi budaya:
Pendidikan yang maju, sikap dan perilaku saling menghargai Budaya, Toleransi
terhadap budaya lain, Adanya masyarakat heterogen, Berorientasi ke masa depan.
Sedangkan factor penghambat Teori Akulturasi yaitu: Ilmu Pengetahuan yang
bergerak melambat, Sikap masyarakat yang tradisional, Hal-hal baru dianggap
buruk.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan
dari penulisan makalah ini. Namun saya dapat menjadikan ini sebagai salah satu
sumber. Untuk itu saya membutuhkan kritik serta saran yang membangun.
Terimakasih atas pehatian para pembaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
Utami, Lusia Savitri Setyo. 2015. "Teori-teori adaptasi antar budaya." Jurnal
komunikasi
Iryani, E. (2018). Akulturasi Agama terhadap Budaya Indonesia. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi.
https://www.gramedia.com/literasi/akulturasi/
https://www.liputan6.com/hot/read/4699896/pengertian-akulturasi-proses-faktor-
pendorong-dampak-dan-
contohnya?utm_source=Mobile&utm_medium=copylink&utm_campaign=copylink
12