Anda di halaman 1dari 7

PEMBELAJAR: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran

Volume 3 Nomor 2 Oktober 2019


e-ISSN: 2549-9114 dan p-ISSN: 2549-9203
(Received: Juli-2019; Reviewed: Septembe-2019; Published: Oktober-2019)
DOI: https://doi.org/10.26858/pembelajar.v3i2.9717
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Sarana Prasarana, dan Motivasi
Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru SMA

Kadira, Mulyadia
a
Universitas Negeri Yogyakarta, bUniversitas Negeri Yogyakarta
Corresponding e-mail: mantoabawu@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh: (1) kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru SMA; (2) kelayakan sarana prasarana terhadap kinerja guru SMA; (3) motivasi kerja guru terhadap
kinerja guru SMA; (4) kepemimpinan kepala sekolah, kelayakan sarana prasarana, dan motivasi kerja
guru secara simultan terhadap kinerja guru SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian terdiri atas 14 sekolah. Guru berjumlah 882 orang dan diambil sampel sebanyak 243 guru
berdasarkan rumus Isaac & Michael dengan taraf kesalahan 5%. Unit analisis dalam penelitian ini
adalah guru sebanyak 243 guru yang diambil secara acak dari jumlah populasi sebanyak 882 guru.
Validitas butir instrumen meliputi validitas logis (expert judgment) dan validitas empiris yang dihitung
dengan Pearson product moment correlation. Reliabilitas dihitung dengan teknik Alpha Cronbach.
Analisis data menggunakan teknik analisis jalur untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru; (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan kelayakan sarana prasarana terhadap
kinerja guru; (3) terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru; (4)
terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah, kelayakan sarana prasarana, dan
motivasi kerja guru terhadap kinerja guru.

Kata Kunci: kepala sekolah, kepemimpinan, kinerja, motivasi, sarana prasarana

Abstract: This study aims to reveal the effect of: (1) principal leadership; (2) school facilities; (3) teacher
work motivation; (4) principal leadership, the school facilities, and the teachers’ work motivation
simultaneously on high school teachers’ performance. This research used quantitative approach.
The school consist of 14 schools. The unit of analysis in this study were teachers of 243 teachers
who were drawn at random from the total population of 882 teachers. The instrumen item validity
calculated using Pearson Product Moment correlation. The reliability was measured using the
Cronbach Alpha technique. The data analysis used the path analysis technique to test the research
hypothesis. The results show that: (1) there is a positive and significant effect of principal
leadership on teacher performance; (2) there is a positive and significant effect of school facilities
on teacher performance; (3) there is a positive and significant effect of teacher work motivation on
teacher performance, (4) there is a positive and significant effect of principal leadership, school
facilities, and work motivation simultaneously on teacher performance.

Keywords: principals, leadership, performance, motivation, school facilities

©2019 –Ini adalah artikel dengan akses terbuka dibawah licenci CC BY-NC-4.0
(https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ ) by penulis.

1. PENDAHULUAN sebesar 47,77, dengan kata lain bahwa rata-rata


nilai UKG di propinsi sulawesi tenggara belum
Berdasarkan hasil UKG tahun 2015 diketahui mencapai standar kompetensi minimum (SKM).
bahwa terdapat 7 provinsi yang mampu mencapai Hal tersebut menjadi gambaran tentang
standar kompetensi minimum (SKM) yang kompetensi pedagogik dan profesional yang
ditargetkan secara nasional, yaitu rata-rata 55 dimiliki oleh guru di Sulawesi Tenggara.
(Kemdikbud, 2016). Sementara itu, propinsi Selain itu, pada tahun 2017 nilai rata-rata Ujian
Sulawesi Tenggara mendapat nilai rata-rata Nasional (UN) SMA 2017 tidak sesuai harapan,

69
PEMBELAJAR: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran. 3 (2) Oktober 2019

dari empat mata pelajaran yang diujikan, yakni termotivasi memiliki tugas yang cukup lama untuk
matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan mencapai tujuan mereka (Robbins, 2012: 236).
satu mata pelajaran pilihan, nilai yang muncul ada Sumber motivasi bisa berupa intrinsik atau
pada kisaran 50-an (Arifin, 2017). Rendahnya nilai ekstrinsik. (Gultekin, 2014)
rata-rata capaian UN siswa SMA juga terjadi di Motif, atau motivasi mengacu pada keadaan
Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Selain dari internal yang mungkin diakibatkan oleh suatu
perolehan rata-rata hasil UKG propinsi Sulawesi kebutuhan (Davidoff, 1987: 287). Hal-hal yang
Tenggara secara umum, hasil capaian UN siswa terkait dengan kebutuhan pokok memainkan
SMA juga yang rendah juga akan menjadi indikator peran utama dalam struktur motivasi guru
rendahnya kinerja guru di kota tersebut. Tentu tidak (Guseva, 2014).
semua guru SMA di kota Baubau berkinerja rendah Motivasi adalah proses psikologis yang
hal ini dibuktikan dengan beberapa siswa yang sangat kompleks yang dapat memungkinkan guru
memperoleh nilai sempurna yaitu nilai 100 dalam untuk berprestasi dan berkembang di kelas, pada
beberapa mata pelajaran (Suparman, 2017). gilirannya memastikan siswa mereka mencapai
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui standar tinggi seperti itu (Castle, 2009: 34). Guru
seberapa besar pengaruh langsung dengan hubungan kebutuhan memiliki sikap
kepemimpinan kepala sekolah dan kelayakan positif tentang pekerjaan mereka sebagai
sarana prasarana terhadap kinerja guru dan prestasi-penentuan nasib sendiri, dan sebaliknya.
pengaruh tidak langsung kepemimpinan kepala Selain itu, guru yang puas dengan iklim sosial
sekolah dan sarana prasarana melalui motivasi dan hubungan interpersonal dengan rekan kerja
kerja guru terhadap kinerja guru SMA Kota mereka juga merasa puas terhadap aspek
Baubau. Selain itu, penelitian ini diharapkan pengorganisasian pekerjaan (Cristina-corina,
mampu memberikan kontribusi terhadap 2012). Meningkatkan kepuasan kerja, komitmen
perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat organisasi dan kinerja memerlukan peningkatan
meningkatkan kinerja guru SMA Kota Baubau. motivasi intrinsik (Hayati, 2014). Motivasi
pribadi seorang guru berkisar pada tingkat
1.1. Kinerja Guru kepuasan kebutuhan psikologis yang dialami
Kinerja adalah unjuk kerja seseorang yang selama tindakan mengajar, dan itu
ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan memanifestasikan dirinya dalam hal antusiasme
prestasi kerjanya sebagai akumulasi dari guru dan kepuasan kerja (Gagné, 2014: 349).
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang Dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru
telah dimilikinya (Mulyasa, 2013: 88). adalah dorongan yang kuat baik dari dalam maupun
Kinerja adalah cara di mana seorang staf dalam dari luar individu guru untuk melaksanakan tugas
sebuah organisasi melakukan tugas yang ditugaskan dan kewajibannya sebagai seorang guru yaitu
kepadanya untuk mewujudkan tujuan dan sasaran melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam rangka
organisasi (Okoji, 2015). Dalam sistem sekolah, pencapaian tujuan pendidikan nasional.
kinerja guru dapat digambarkan sebagai tugas yang
dilakukan oleh seorang guru pada suatu waktu di 1.3. Kepemimpinan Kepala Sekolah
sekolah yang diarahkan untuk mencapai tujuan Dasar sentral dalam banyak definisi
sekolah dan kelas setiap hari dan keseluruhan tujuan kepemimpinan adalah bahwa ada proses
dan sasaran pendidikan (Duze, 2012). Orientasi pada pengaruhnya (Bush, 2011: 5). Kepemimpinan
proses pembelajaran terbukti merupakan faktor yang adalah proses persuasi contoh dimana seseorang
sangat mempengaruhi kepuasan dan kinerja (atau tim kepemimpinan) menginduksi kelompok
(Dekoulou, 2015). untuk mengejar tujuan yang dipegang oleh
pemimpin dan pengikut mereka (Grogan, 2013:
1.2. Motivasi Kerja Guru 17). Kepemimpinan merupakan masalah sosial
Menurut Maslow, individu di motivasikan yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak
oleh kebutuhan terendah, paling mendasar, tidak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin
terpenuhi dalam hierarki. Deskripsi dari lima untuk mencapai tujuan bersama baik melalui cara
kebutuhan tersebut adalah: (a) Physiological memengaruhi, membujuk, memotivasi, dan
needs; (b) Safety needs; (c) Belongingness and mengoordinasi (Rivai, 2013: 5).
love needs; (d) Esteem needs; (e) Self- Joseph E. Champoux (2011: 289-293) dalam
actualization needs (Champoux, 2011: 156). bukunya yang berjudul Organizational Behavior
Tiga elemen kunci dalam motivasi adalah menyatakan bahwa untuk mengenali
intensitas, arah, dan ketekunan. Orang yang kepemimpinan dalam organisasi dapat dilakukan
70
Kadir, Mulyadi. Pengaruh Kepemimpinan Kepala sekolah

melalui 3 pendekatan, yaitu: (a) Trait theory; (b) mereka dan memastikan kepuasan mereka (Okoji,
Behavioral theory; (c) Contingency theory. 2015). Pemimpin, yang mempraktekkan kualitas
Pada dasarnya kepemimpinan organisasi sekolah pengaruh yang diidealkan, stimulasi intelektual,
secara umum sama dengan organisasi lain. Kepala motivasi inspirasional dan pertimbangan individu,
Sekolah adalah pemimpin sekaligus manajer yang menjadi sukses dalam melibatkan bawahan mereka
harus mengatur, memberi perintah serta mengayomi dalam melakukan usaha ekstra(Childress, 2009).
bawahannya yaitu para guru dan menyelesaikan
masalah-masalah di sekolah. Kepala sekolah adalah 1.4. Sarana Prasarana
seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas Sarana pendidikan adalah semua perangkatan,
untuk memimpin suatu sekolah dimana peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung
diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.
dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi Benda-benda pendidikan tersebut dapat digolongkan
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran sebagai berikut: (a) Ditinjau dari fungsinya terhadap
(Wahjosumidjo, 2002: 83). PBM dibagi menjadi dua yaitu berfungsi tidak
Kepala sekolah di sekolah menengah langsung (kehadirannya tidak sangat
dianggap sebagai administrator dan juga dilihat menentukan) dan berfungsi langsung
sebagai pemimpin (Duze, 2012). Kepala sekolah (kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM;
yang efektif harus memimpin dan mengelola, (b) Ditinjau dari jenisnya terdapat dua jenis yang
kepala sekolah dipandang sebagai administrator pertama, fasilitas fisik atau fasilitas material, yaitu
yang terus melakukan transisi antara dan segala sesuatu yang berwujud benda mati atau
mengkoordinasikan fungsi kepemimpinan dan dibendakan yang mempunyai peran untuk
manajemen mereka (Kowalski, 2010: 22-23). memudahkan atau melancarkan PBM, seperti
Peran pada dasarnya berfungsi integral komputer, perabot, alat peraga, model, media, dan
terhadap suatu posisi, dan konseptualisasi peran sebagainya.Kedua fasilitas nonfisik, yaitu sesuatu
adalah interpretasi dari fungsi tersebut yang bukan benda mati, atau kurang dapat disebut
(Kowalski, 2010: 22). Peran kepemimpinan dan benda atau dibendakan, yang mempunyai peran
tugas kepala sekolah (Montua, 2014), yaitu: (a) untuk memudahkan atau melancarkan suatu
Kepemimpinan pedagogis; (b) Fungsi usaha, seperti manusia, jasa, uang; (c) Ditinjau dari
administratif menggabungkan kegiatan seperti sifat barangnya terdapat beberapa jenis, Pertama,
hukum sekolah, perencanaan ekonomi, barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan
administrasi siswa, pengambilan keputusan dan dikelompokkan menjadi barang habis pakai dan
penyusunan jam kerja untuk para guru; (c) Fungsi barang tidak habis pakai. Kedua, barang habis pakai
keuangan; (e) Fungsi sosial atau manajemen adalah barang yang susut volumenya pada waktu
jaringan merupakan dua fungsi sama pentingnya. dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu
Kepala sekolah diharapkan bisa memahami barang tersebut dapat susut terus sampai habis
konteks sosial tempat sekolahnya berada. Dia atau tidak berfungsi lagi (Keputusan Mentri
harus bisa tetap berhubungan dengan entitas Keuangan Nomor 225/MK/V/1971 tanggal 13 April
masyarakat seperti bisnis, administrasi sipil, 1971). Ketiga, barang tidak habis pakai, yaitu
orang tua dan mitra lainnya. barang-barang yang dapat dipakai berulang-ulang
Untuk menjadi pemimpin yang sukses, seorang serta tidak susut volumenya ketika digunakan dalam
kepala sekolah harus mengidentifikasi aspek-aspek jangka waktu yang relatif lama, tetapi tetap
yang berbeda dari perannya sebagai pemimpin, memerlukan perawatan agar selalu siap pakai
tantangan pertama mereka adalah mengarahkan untuk pelaksanaan tugas. Keempat, barang tidak
kembali kepemimpinan dari manajemen ke bergerak, yaitu barang yang tidak berpindah-pindah
kepemimpinan (Okoji, 2015). Kepala sekolah letaknya atau tidak dapat dipindahkan.
selalu berupaya mencurahkan kemampuannya Dilihat dari fungsinya atau peranannya,
dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi 3,
tujuan. Kemampuan yang harus dimiliki seorang yaitu (a) alat pelajaran; (b) Alat Peraga; (c) Media
pemimpin dalam hal ini kepala sekolah adalah Pendidikan (Arikunto, & Yuliana, 2016: 274).
kepribadiaan yang menjadi teladan bagi Menurut klasifikasi indera yang digunakan ada 3
bawahannya, kemampuan memotivasi, jenis media yaitu: (a) Media audio, media untuk
pengambilan keputusan, komunikasi dan pendengaran (media pendengar); (b) Media
pendelegasiaan wewenang (Achmadi, 2012). visual, media untuk penglihatan (media tampak);
Kepala sekolah dapat mendorong kinerja efektif (c) Media audio-visual, media untuk
guru mereka dengan mengidentifikasi kebutuhan pendengaran dan penglihatan.
71
PEMBELAJAR: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran. 3 (2) Oktober 2019

Standar sarana prasarana Sekolah merupakan 2.4. Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
bagian dari kebijakan untuk memperbaiki dan Teknik pengumpulan data dalam penelitian
meningkatkan layanan dasar dan kualitas dari adalah observasi dan kuesioner. Kuesioner atau
penyelenggaraan pendidikan (Darmawan, 2014). angket dalam penelitian ini telah diuji validitas
dan reliabilitas sebelumnya dengan
2. METODE menggunakan R Product Moment dan dibagikan
kepada responden dalam bentuk rating scale,
2.1. Jenis Penelitian yaitu 4; 3; 2; 1.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif yang bersifat exsplanatory dengan 2.5. Teknik Analisis Data
metode expost facto. Teknik analisis jalur akan digunakan untuk
mengetahui besar pengaruh langsung dan tidak
2.2. Waktu dan Tempat Penelitian langsung variabel endogen terhadap variabel
Penelitian ini diselenggarakan di SMA Kota eksogen.
Baubau dan Kab. Buton, Provinsi Sulawesi
Tenggara. Penelitian ini direncanakan berlangsung 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
selama 6 bulan yaitu bulan November 2017 hingga
bulan April pada tahun 2018. Sebelum data dianalisis, dilakukan uji
prasyarat yaitu normalitas data, linearitas, dan
2.3. Populasi dan Sampel multikolinearitas. Setelah melakukan uji
Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta prasyarat, maka analisis dilanjutkan dengan
yang ada di Kota Baubau dan Kab. Buton berjumlah analisis jalur dengan persamaan Substruktur 1
33 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 882. 𝐘𝟏,𝟐 = 𝐚 + 𝐛𝐗 𝟏,𝟐 (regresi sederhana: koefisien
Selanjutnya dipilih sekolah berdasarkan akreditasi jalur 1; 2; 3; 4; 5)
sehingga sekolah yang diteliti 14 sekolah dengan Substruktur 2 𝐘𝟐 = 𝐚 + 𝐛𝟏 𝐗 𝟏 + 𝐛𝟐 𝐗 𝟐 + 𝐛𝟑 𝐘𝟏
sampel guru sebanyak 243. (regresi ganda: pengaruh simultan X1, X2, Y1,
terhadap Y2, koefisien jalur 6)

Tabel 1. Rangkuman pengujian koefisien jalur

Pengaruh antar variabel R R2 Adjusted t F Sig.


R2
X1 → Y1 0,586 0,343 0,340 11,222 - 0,012
X2 → Y1 0,556 0,309 0,306 10,385 - 0,000
X1 → Y2 0,502 0,252 0,249 8,677 - 0,000
X2 → Y2 0,469 0,220 0,216 8,234 - 0,000
Y1 → Y2 0,687 0,472 0,470 14,670 - 0,000
X1, X2, dan Y1 → Y2 0,702 0,493 0,487 - 77,460 0,000

0,51 е1
0,702 (𝜌(𝑥1 , 𝑥2,𝑦1 𝑦2
X1 3
0,483 (𝑟𝑥1𝑥2 )

Y1
0,687 Y2
(ρy1 y2 )

X2

Gambar 1. Model empirik hubungan antar variabel

72
Kadir, Mulyadi. Pengaruh Kepemimpinan Kepala sekolah

3.1. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terjadi antara kelayakan sarana prasarana dengan
Terhadap Kinerja Guru SMA. kinerja guru adalah hubungan yang positif dan
masuk dalam kategori hubungan yang sedang. Hasil
Hasil penelitian berdasarkan analisis jalur yang penelitian ini sesuai dengan hipotesis kedua yang
sudah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat diajukan yaitu “Terdapat pengaruh kelayakan sarana
pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap prasarana terhadap kinerja guru SMA di Kota
kinerja guru dengan kontribusi 24,90% (R = 0,502). Baubau dan Kab. Buton”. Hasil penelitian ini
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi menyerupai hasil penelitian yang menyatakan bahwa
antara kepemimpinan kepala sekolah dengan lingkungan kerja fisik yang dapat dimaknai sebagai
kinerja guru adalah hubungan yang positif dan fasilitas sekolah dapat mempengaruhi kinerja guru
masuk dalam kategori hubungan yang sedang. (Meylani, & Ramlawati, 2017; Setyono, & Sudjadi,
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis pertama 2011). Namun berbeda dengan hasil penelitian yang
yang diajukan yaitu “Terdapat pengaruh dilakukan oleh Suswantari, & Retnawati (2016)
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
guru SMA di Kota Baubau dan Kab. Buton”. Hasil sarana prasarana terhadap kinerja guru.
penelitian yang sama juga menyatakan bahwa Berdasarkan hasil analisis data juga diketahui
terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah bahwa terdapat pengaruh kelayakan sarana
terhadap kinerja guru SMA (Handayani & Rasyid, prasarana terhadap kinerja guru melalui motivasi
2015; Kusumayani, Natajaya, & Atmadja, 2013; kerja guru sebesar 14,38%. Pengaruh sebesar
Hakim & Yahya, 2013; Hadian & Yuliyanti, 2011). 14,38% membuktikan bahwa kelayakan sarana
Hal ini berarti bahwa kepemimpinan kepala prasarana dapat menjadi dapat meningkatkan
sekolah sangatlah dibutuhkan untuk dapat kinerja guru melalui motivasi kerja guru. Sesuai
meningkatkan kinerja karyawan sekolah terutama dengan teori motivasi Maslow yang menyatakan
guru (Chen, Cheng, & Sato, 2017). bahwa individu di motivasikan oleh kebutuhan
Berdasarkan hasil analisis data juga diketahui paling mendasar (Champoux, 2011: 156),
bahwa terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sehingga teori tersebut dapat dijadikan sebagai
sekolah terhadap kinerja guru melalui motivasi pendukung bahwa kelayakan sarana prasarana
kerja guru sebesar 15,98%. Pengaruh sebesar dapat meningkatkan motivasi guru karena sarana
15,98% membuktikan bahwa kepala sekolah dapat prasarana merupakan kebutuhan dasar guru yang
meningkatkan kinerja guru dengan meningkatkan dapat mempermudah guru dalam melaksanakan
motivasi guru untuk bekerja lebih baik terutama tugasnya yang pada gilirannya akan
pada kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain, meningkatkan kinerjanya.
para kepala sekolah yang menerapkan strategi
untuk memotivasi guru, pada gilirannya akan 3.3. Pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap
mendapatkan kinerja mengajar guru yang tinggi Kinerja Guru SMA di Kota Baubau dan
(Ukpong & Uchendu, 2012; Lestari, 2016). Selain Kab. Buton.
itu, Bellibaş M. Ş. (2015) juga menyatakan bahwa
kepala sekolah mungkin tidak secara langsung Hasil penelitian berdasarkan analisis jalur yang
mempengaruhi pengajaran di kelas, mereka dapat sudah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat
berkontribusi dalam belajar mengajar dengan pengaruh motivasi kerja guru secara parsial
menciptakan lingkungan yang aman diwakili terhadap kinerja guru dengan kontribusinya
dengan bebas dari masalah disiplin dengan sebesar 47% (R = 0,687). Hal ini menunjukkan
menangani ketidakhadiran, menginformasikan bahwa hubungan yang terjadi antara motivasi
guru tentang peluang untuk pengembangan kerja guru dengan kinerja guru adalah hubungan
profesionalisme, dan memberikan dukungan fiskal yang positif dan masuk dalam kategori hubungan
dan motivasi yang diperlukan kepada guru. yang kuat. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hipotesis ketiga yang diajukan yaitu “Terdapat
3.2. Pengaruh Kelayakan Sarana Prasarana pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja
Terhadap Kinerja Guru SMA. guru di SMA Kota Baubau dan Kab. Buton.”
Motivasi memiliki pengaruh terhadap kinerja
Hasil penelitian berdasarkan analisis jalur yang guru SMA (Meylani, & Ramlawati, 2017;
sudah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat Handayani, & Rasyid, 2015; Putra & Sunu, 2014;
pengaruh kelayakan sarana prasarana secara parsial Pujiyanti, & Isroah, 2013; Hakim, & Yahya,
terhadap kinerja guru dengan kontribusi 21,6% (R = 2013; Mishan, 2012; Istiarini, & Sukanti, 2012).
0,469). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang Pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja
73
PEMBELAJAR: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran. 3 (2) Oktober 2019

guru akan membawa kita pada kesimpulan bahwa Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis
semakin tinggi motivasi kerja yang dimiliki oleh keempat yang diajukan yaitu “Terdapat pengaruh
guru maka semakin tinggi pula kinerjanya. Hasil kepemimpinan kepala sekolah, kelayakan sarana
prasarana, dan motivasi kerja guru secara
penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang simultan terhadap kinerja guru SMA di Kota
diutarakan oleh Amin (2015) dalam Baubau dan Kab. Buton.”
penelitiannya yakni meningkatkan kinerja guru
dapat dilakukan dengan meningkatkan motivasi 4 KESIMPULAN
guru. Sementara itu, hasil penelitian ini sedikit
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
oleh Arifin (2015) yang menyatakan bahwa dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
terdapat pengaruh yang tidak signifikan motivasi berikut:
kerja terhadap kinerja guru. Berbeda dengan  Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala
penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2015), sekolah terhadap kinerja guru SMA di Kota
motivasi kerja dijadikan sebagai variabel bebas Baubau dan Kab.
(X2) dengan kepuasan kerja sebagai variabel  Terdapat pengaruh kelayakan sarana
intervening, sementara dalam penelitian ini prasarana terhadap kinerja guru SMA di Kota
motivasi kerja dijadikan variabel intervening. Baubau dan Kab.
 Terdapat pengaruh motivasi kerja guru
3.4. Pengaruh Kepemimpinan Kepala terhadap kinerja guru SMA di Kota Baubau
Sekolah, Kelayakan Sarana Prasarana, dan Kab. Buton.
dan Motivasi Kerja Guru Secara Simultan
 Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala
Terhadap Kinerja Guru SMA di Kota
Baubau dan Kab. Buton. sekolah, kelayakan sarana prasarana, dan
motivasi kerja guru secara simultan terhadap
Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi kinerja guru SMA di Kota Baubau dan Kab.
ganda yang sudah dilakukan menunjukkan Buton.
bahwa sumbangan secara simultan variabel
kepemimpinan kepala sekolah, kelayakan sarana 5 DAFTAR PUSTAKA
prasarana, dan motivasi kerja guru terhadap
variabel kinerja guru yaitu sebesar 48,7% (R = Achmadi. (2012). Hubungan Kepemimpinan
0,702). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan Kepala Sekolah, Motivasi Berprestasi Dan
yang terjadi antara kepemimpinan kepala Kompensasi Dengan Kinerja Guru
sekolah, kelayakan sarana prasarana, dan Sekolah Dasar. Jurnal Manajemen
motivasi kerja guru dengan kinerja guru adalah Pendidikan, 1, 283–294.
hubungan yang positif dan masuk dalam kategori Arifin, A. (15 Mei 17). Alamak … Nilai Rata-
hubungan yang kuat. Pengaruh variabel residu di Rata UN SMA Tahun ini Jeblok. Kendari
luar variabel kepemimpinan kepala sekolah, Pos (Koran Online), retrived from
kelayakan sarana prasarana, dan motivasi kerja http://kendaripos.co.id/2017/05/15/alamak
guru sebesar 51,3%. Data tersebut menunjukkan -nilai-rata-rata-un-sma-tahun-ini-jeblok/
bahwa pengaruh sebesar 51,3% tidak dapat Arikunto, S., & Yuliana, L. (2016). Manajemen
diprediksi baik melalui variabel kepemimpinan Pendidikan (rev. eds). Sleman: Graha
kepala sekolah, kelayakan sarana prasarana, dan Cendekia bekerjasama dengan Pujangga
motivasi kerja guru. Dengan kata lain, Press
kepemimpinan kepala sekolah, kelayakan sarana Bush, T. (2011). Theories of Educational
prasarana, dan motivasi kerja guru perlu Leadership and Management (4rd eds).
ditingkatkan agar kinerja guru juga ikut Los Angeles: SAGE
meningkat. Castle, P., & Buckler, S. (2009). How to be a
Pembahasan hasil analisis jalur jika melihat Successful Teacher: Strategies for
besarnya pengaruh secara parsial maka dapat Personal and Professional Development
dikatakan bahwa variabel yang lebih besar (1rd eds). Los Angeles: SAGE
pengaruhnya terhadap kinerja guru adalah Champoux, J. E. (2011). Organizational
motivasi kerja guru dan disusul oleh Behavior: Integrating Individuals, Groups,
kepemimpinan kepala sekolah, dan yang terakhir and Organizations (4rd eds). New York:
adalah kelayakan sarana prasarana. Selanjutnya, Routledge
jika melalui jalur pengaruh terhadap kinerja guru Childress, M. (2009). Data-Driven Decision
melalui motivasi kerja maka variabel yang lebih Making : The Development and Validation
besar pengaruhnya adalah kepemimpinan kepala of an Instrument to Measure Principals’
sekolah dibanding dengan pengaruh dari Practices. Academic Leadership Journal,
kelayakan sarana prasarana. 7(1). Retrieved from
http://scholars.fhsu.edu/alj/vol7/iss1/11
74
Kadir, Mulyadi. Pengaruh Kepemimpinan Kepala sekolah

Cristina-corina, B. (2012). Some Determinative Nigeria. Ife Psychologia, 23(2), 133–138.


Factors Job Motivation. Procedia-Social and https://doi.org/ISSN:1117-1421
Behavioral Sciences, 47, 1638–1642. Presiden Republik Indonesi. (2005). Peraturan
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.06.876 Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang
Dekoulou, P., & Trivellas, P. (2015). Measuring Standar Pendidikan Nasional
the Impact of Learning Organization on Rivai, V., Bachtiar., & Boy Rafli Amar. 2013.
Job Satisfaction and Individual Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam
Performance in Greek Advertising Sector. Organisasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Procedia - Social and Behavioral Sciences, Persada
175, 367–375. Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2011).
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.1 Organizational Behavior: Global Edition.
212 Boston: Pearson
Duze, C. O. (2012). Leadership Styles of Sugiyono. (2015). Metode penelitian
Principals and Job Performance of Staff in manajemen: pendekatan kuantitatif,
Secondary Schools in Delta State of kualitatif, kombinasi (mixed method),
Nigeria. An International Journal of Arts tindakan kelas, (action research), dan
Gagné, M. (2014). The Oxford Handbook of evaluasi. Bandung: Alfabeta.
Work Engagement, Motivation, and Self- Suparman. (2 Mei 2017). 28 siswa Sultra raih
Determination Theory. New York: Oxford nilai sempurna matematika. Antara News
University Press (Koran Online), retrived from
Grogan, M. (2013). The Jossey-Bass reader on http://www.antaranews.com/berita/62699
educational leadership. U.S: Jossey Bass 0/28-siswa-sultra-raih-nilai-sempurna-
Gultekin, H., & Acar, E. (2014). The Intrinsic and matematika
Extrinsic Factors for Teacher Motivation. Tujuh Propinsi Raih Nilai Terbaik Uji
Revista de Cercetare, 47, 291–306. Kompetensi Guru 2015. (4 Januari 2016).
https://doi.org/ISSN:1584-5397 Retrived from
Guseva, S., Dombrovskis, V., & Capulis, S. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/
(2014). Personality Type and Peculiarities 2016/01/7-provinsi-raih-nilai-terbaik-uji-
of Teacher’s Professional Motivation in kompetensi-guru-2015
the Context of Sustainable Education. Wahjosumidjo. (2008). Kepemimpinan Kepala
Procedia - Social and Behavioral Sciences, Sekolah: Tinjauan teoretik dan
133–140. permasalahannya. Jakarta: Rajagrafindo
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.1 Persada
147
Hayati, K., & Caniago, I. (2014). Islamic Work
Ethic: The Role of Intrinsic Motivation ,
Job Satisfaction , Organizational
Commitment and Job Performance.
International Congress on Interdisciplinary
Business and Social Science, 65, 1102–
1106.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.05.1
48
Kowalski, T. J. (2010). The School Principal:
Visionary Leadership and Competent
Management. New York: Routledge
Montua, K., Shantal, A., Halttunen, L., & Pekka,
K. (2014). Sources of Principals’
Leadership Practices and Areas Training
Should Emphasize: Case Finland. Journal
of Leadership Education, 29–52.
https://doi.org/10.12806/V13/I2/R2
Muhidin, S. A., & Abdurahman, A. (2011).
Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
Dalam Penelitian: Dilengkapi Dengan
Program SPSS. Bandung: Pustaka Setia
Mulyasa, H. E. (2013). Uji Kompetensi dan
Penilaian Kinerja Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Okoji, O. O. (2015). Relationship between
School Principals’ Leadership Styles and
Teachers’ Job Performance in Ondo State,

75

Anda mungkin juga menyukai