Definisi Profesi
Kata profesi berasal dari bahasa latin yaitu proffesio, yang mempunyai dua pengertian yaitu
janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan apa
saja dan siapa saja untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu
dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi
merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan
ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya
pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai
dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat
manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar pekerjaan atau
tugas yang bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada yang mengatakan bahwa
profesi adalah jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersial. Secara tradisional
ada 4 profesi yang sudah dikenal yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan. Seorang
pelaku profesi harus memiliki sifat sifat berikut:
1. Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya.
2. Mampu mengkonversi ilmu menjadi keterampilan.
3. Menjunjung tinggi etika dan integritas profesi
Profesional adalah orang yang menjalankan profesinya secara benar menurut nilai-nilai normal.
Untuk menjadi orang yang profesional, diperlukan komitmen, tanggung jawab, kejujuran, sistematik
berfikir, penguasaan materi, menjadi bagian masyarakat profesional.
B. Definisi Etika
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti norma-
norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik. Drs. O.P.
Simorangkir menyatakan bahwa etika atau etik adalah pandangan manusia dalam berperilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik, sedangkan Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat
menyatakan bahwa etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi
baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah
cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia
dalam hidupnya. Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-
hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi
menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
C. Etika Profesi
Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar,
buruk atau baik. Etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur
pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus
dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code)
tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip prinsip moral yang ada, tapi pada
saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan
yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan
demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan
dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit professional tersebut ada kesadaran kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada
masyarakat yang memerlukannya. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga
pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati
dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman
pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat, agar mereka senang,
tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya
yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan hak-hak asasi umumnya.
Ada dua macam etika yang harus dipahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya prilaku
manusia:
Etika Deskriptif yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau
sikap yang mau diambil;
Etika Normatif yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal
yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika
normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang
akan diputuskan.
Di sisi lain, Persatuan Insinyur Indonesia telah menyusun kode etiknya sendiri. Kode etik itu sendiri
terdiri dari dua bagian, yaitu catur karsa (prinsip-prinsip dasar) dan sapta dharma (tujuh tuntunan
sikap), dan secara lengkapnya dapat ditunjukkan sebagai berikut :
CATUR KARSA, prinsip-prinsip dasar :
Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya
Insinyur Indonesia senantiasa memgang teguh kehormatan, integritas, dan martabat profesi
Dengan mengacu pada ABET-Engineering Criteria 2000 tersebut, maka seorang profesional teknik
tidak saja harus menguasai kepakaran (hard-skill) keteknikan, tetapi juga harus memiliki wawasan,
pemahaman, dan kemampuan/kompetensi lainnya (soft-skill) seperti :
(a) kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (organisasi),
(b) pemahaman tentang tanggung jawab sosial dan etika profesi,
(c) kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan,
(d) kesadaran lingkungan (alam maupun sosial),
(e) kepekaan tinggi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi menyangkut berbagai macam isu
kontemporer, aktual maupun situasional,
(f) kemampuan berorganisasi, manajemen dan leadership,
sehingga seorang profesional teknik tidak saja diharapkan akan memiliki kemampuan akademis dan
kompetensi profesi keinsinyuran (engineering) yang baik saja, tetapi juga memiliki wawasan dan
kepekaan terhadap segala permasalahan yang ada di industri maupun masyarakat.
Bidang keteknikan merupakan suatu bidang yang berorientasi dalam menyelesaikan masalah.
Sehingga pada aplikasinya etika profesi bidang keteknikan ini merupakan suatu ilmu tentang hak
dan kewajiban untuk menyelesaikan masalah dalam suatu pekerjaan. Dasar ini merupakan hal yang
diperlukan dalam bidang keteknikan. Sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang
menyebabkan ketidaksesuain dengan bidang tersebut. Profesionalisme sangat penting dalam suatu
pekerjaan, bukan hanya loyalitas. Sehingga, etika profesilah yang sangat penting. Bidang
keteknikan tergabung atas berbagai bidang, dimana dalam bidang pekerjaan disini akan ada banyak
orang yang tergabung, tidak menutup kemungkinan terdapat teman, saudara ataupun orang yang
dicinta. Sehingga ketika hendak mengambil keputusan tidak terjadi penyimpangan, oleh sebab itu
etika disini sangat dibutuhkan, sehingga tidak terjadi ketidakadilan. Salah tetap salah dan benar
tetap benar.
Etika sangat penting dalam menyelesaikan suatu masalah dalam bidang keteknikan, sehingga
bila suatu profesi keteknikan tanpa etika akan terjadi penyimpangan-penyimpangan yang
mengakibatkan terjadinya ketidakadilan. Ketidakadilan yang dirasakan oleh orang lain akan
mengakibatkan kehilangan kepercayaan. Kehilangan kepercayaan berdampak sangat buruk, karena
kepercayaan merupakan suatu dasar atau landasan yang dipakai dalam suatu pekerjaan. Begitu
luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keteknikan jelas akan membawa
persoalan tersendiri bagi profesional teknik pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat what
should we do and where should we work ? Pertanyaan ini jelas tidak mudah untuk dijawab secara
memuaskan oleh mereka yang masih awam dengan keteknikan. Bila profesi keteknikan tanpa
adanya etika profesi, kepercayaan masyarakat akan berkurang dan akan terjadi penyalahgunaan
dalam keteknikan itu sendiri. Sehingga pentingnya etika profesi ini dalam mewujudkan harapan yang
dinginkan dengan hasil baik tanpa melakukan tindakan-tindakan penyimpangan yang tidak
diperlukan.
5. Menteri Keuangan dan Dirjen Anggaran setelah melalui proses penelaahan secara
berjenjang menyetujui memberikan disperisasi perpanjangan batas waktu revisi RKA-
KL tahun 2010 dan didasarkan pada data dan informasi yang tidak benar, yaitu sebagai
berikut :
9. Dirjen anggaran menetapkan RKA-KL Kemenpora tahun 2011 dengan skema tahun
jamak sebelum penetapan proyek tahun jamak disetujui. Dirjen anggaran diduga
melanggar PMK 104/PMK.02/2010
10. a. Sesmenpora menetapkan pemenang lelang konstruksi dengan nilai kontrak di atas Rp
50 miliar tanpa memperoleh pendelegasian dari Menpora. Sehingga diduga melanggar
Keppres 80 tahun 2003.
b. Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan wewenang Menpora tersebut
dan tidak melakukan pengendalian dan pengawasan melainkan diatur oleh rekanan
yang direncanakan akan menang. Diduga melanggar Keppres Nomor 80 Tahun 2003.
c. Proses evaluasi dan prakualifikasi dan teknis terhadap pekerjaan konstruksi
pembangunan P3SON Hambalang (bukan) dilakukan oleh panitia pengadaan
melainkan diatur oleh rekanan yang direncanakan akan menang. Sehingga diduga
melanggar Keppres 80 tahun 2008.
d. Adanya rekayasa proses pelelangan pekerjaan konstruksi pembangunan P3SON
Hambalang untuk memenangkan kerja sama operasi (KSO) AW yang dilakukan dengan
cara sebai berikut:
1. Mengumumkan lelang dengan informasi yang tidak benar.
2. Untuk mengevaluasi kemampuan dasar (KD) KSO-AW digunakan dengan cara
penggabungan nilai dua pekerjaan sedangkan untuk peserta lain KD digunakan dengan
nilai proyek tertinggi yang pernah digunakan, sehingga menguntungkan KSO- AW. Hal
ini diduga melanggar PP 29 tahun 2000 dan Keppres 80 Tahun 2003.
11. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi KSO-AW menyubkontrakkan pekerjaan utamanya
(konstruksi) kepada perusahaan lain sehingga diduga melanggar keppres 80 tahun
2003.
http://www.merdeka.com/peristiwa/10-pelanggaran-proyek-hambalang-menurut-audit-
bpk/pencairan-anggaran-tahun-2010.html
Adanya Mark Up Anggaran Proyek
Salah satu isu-isu yang melanggar kode etik profesi pada peroses pembangunan
sarana olah raga sport centre adalah adanya Mark UpAnggaran proyek. Mark Up
anggaran proyek biasanya dilakukan kontraktor untuk menghindari kerugian akibat
naiknya harga barang/ material. Namun pada kasus proyek hambalang Mark
Up anggaran sengaja dilakukan oleh beberapa pihak untuk mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya. Mark Up yang seperti inti bisa dikategorikan dalam tindak pidana
korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi mengaku telah menemukan bukti kuat proyek
gedung olahraga di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor, telah di-markup atau
digelembungkan. Menurut Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, penggelembungan
dana proyek itu cukup besar.
"Ada penggelembungan (dana) secara cepat sekali dalam jumlah yang spektakuler,"
kata Busyro di kantornya, Selasa, 10 Juli 2012.
http://www.tempo.co/read/news/2012/07/10/063416034/Bukti-Markup-Proyek-
Hambalang-Sangat-Kuat